Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

ESSAY AGENDA I

PENERAPAN ETIKA JABATAN DAN INTEGRITAS DALAM


PENGENDALIAN PELAYANAN PUBLIK

Oleh:
NISA DEWI ASMAR, S. Kom

NIP. 198511042009122005

DIKLAT PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS


TAHUN 2022
1. Pendahuluan
Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang hidup bersama di dalam sebuah
sistem sosial budaya yang di kembangkan oleh masyarakat itu sendiri. Setiap individu
dalam masyarakat berinteraksi sesuai dengan adat-istiadat tertentu yang dilakukan secara
terus menerus yang menjadikannya sebuah pola perilaku yang berada di dalam
masyarakat itu sendiri.
Tidak dapat dipungkiri, kebiasaan memberikan hadiah atau gratifikasi di negeri ini
sudah seperti budaya yang di beberapa daerah memiliki makna yang tinggi bahkan sakral
serta merupakan sebuah bentuk dari penghargaan kepada orang lain. Masih banyak
masyarakat yang tidak mengetahui dengan pasti apa itu gratifikasi, apa bentuknya dan
apakah itu merupakan sebuah penyimpangan secara hukum ataupun sosial
Perilaku gratifikasi yang terjadi di masyarakat yaitu berupa uang ucapan terima
kasih terhitung masih di lakukan sampai sekarang, walaupun banyak pamflet ataupun
banner yang mengatakan bawa untuk setiap pelayanan sipil tidak di pungut biaya
sepeserpun, akan tetapi dalam hal ini masyarakat sendiri yang secara inisiatif memberikan
uang tersebut kepada petugas pelayanan.
Dalam konteks pejabat pemerintah sudah tidak dapat dilakukan dengan leluasa.
Dalam konteks nilai barang dan uang, ataupun konteks pegawai/pejabat pemerintah,
gratifikasi bisa dikategorikan sebagai gratifikasi netral dan ilegal, sehingga harus
memutuskan, dilaporkan atau tidak dilaporkan. Penerimaan gratifikasi oleh aparatur
pemerintahan merupakan sebuah kecurangan. Perilaku tindak kecurangan yang dilakukan
oleh pemimpin dan pemilik organisasi dikhawatirkan bisa menjadi pembenaran
(rasionalization) dan bahkan menjadi sebuah tekanan (pressure) bagi para stafnya.

2. Analisis Masalah dan Akar Permasalahan


Tindakan kecurangan bisa terjadi karena oleh faktor moralitas pemimpin, serta
etika dan perilaku individu. Dalam praktek gratifikasi dapat berkembang menjadi suap
dan korupsi.
Faktor budaya masyarakat merupakan faktor utama penyebab terjadinya
penyimpangan ini. Masyarakat menganggap pemberian hadiah sebagai ucapan terima
kasih merupakan hal yang biasa. Dsamping itu, rendahnya kesadaran aparatur
pemerintahan sendiri juga ikut membuat budaya gratifikasi ini tetap berkembang dalam
sistem pemerintahan.
1
Selain itu, peran pemimpin dalam memberikan contoh dan pengawasan pada
bawahannya juga merupakan faktor penting dalam antisipasi penyimpangan ini.

3. Peran Kepemimpinan
3.1. Penerapan Etika Jabatan
Sebagai manusia berketuhanan, masing-masing kita memiliki tanggung
jawab untuk menjaga nama baik keyakinan yang kita pegang dan diri kita sendiri.
Apa yang Kita lakukan adalah cerminan dari keyakinan yang Kita pegang teguh itu.
Pada tingkatan lebih besar, Kita membawa tanggung jawab orang-orang tercinta dan
keluarga besar. Kesalahan apapun yang Kita perbuat, akan berimbas kepada keluarga
tercinta. Nilai dasar berkelompok tersebuat adalah etika dan moral Kita sebagai
manusia yang diberkahi dengan akal dan pikiran.
Dalam konteks organisasi, perilaku setiap anggota organisasi nama baik
organisasi tempat Kita bernaung. Setelah bertanggung jawab kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Keluarga, Kita pun punya tanggung jawab yang lebih luas di dalam
sebuah organisasi. Etika dan moral setiap anggota organiasi akan menguatkan
semua unsur yang ada di dalam organisasi tersebut. Bisa juga kebalikannya, dengan
aturan dan sistem moral dan etika yang baik, akan mendukung terciptanya nama
baik organisasi. Kita wajib menjaga atau bahkan meningkatkan nama baik tersebut.
Dalam konteks bernegara, nilai-nilai Pancasila adalah acuan Kita sebagai ASN
untuk bertindak dan berperilaku sehari-hari baik di masyarakat maupun di
lingkungan kerja.
Setiap organisasi yang ideal atau birokrasi setiap anggotanya diharapkan:
a) Bebas dari segala bentuk urusan pribadi (Personilty Free) selain yang berkaitan
dengan tugas-tugas yang telah ditetapkan.
b) Setiap anggota harus mengerti tugas dan ruang lingkup jabatan atau
kedudukannya dalam hirarki organisasi.
c) Setiap anggota harus mengerti tugas dan menerapkan kedudukan hukumnya
dalam organiasi dalam arti memahami aturan yang menetapkan kewajiban dan
kewenangan dalam organisasi.
d) Setiap anggota bekerja berdasarkan perjanjian atau kontrak kerja dengan
kompensasi tertentu sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang dibebankan
kepadanya.
2
e) Setiap anggota diangkat dan dipromosikan berdasarkan merit atau prestasi kerja
dan komptensi.
f) Setiap anggota organisasi diberikan kenpensasi bedasarkan tarif standar yang
sesuai dengan kedudukannya, maupun tugas poko dan fungsinya.
g) Setiap anggota organisasi wajib mendahulukan tugas pokok dan fungsinya dari
pada tugas-tugas lain selain dari apa yang dibebankan kepadanya oleh organisasi.
h) Setiap anggota organiasi ditempatkan dengan struktur karier yang jelas.
i) Setiap anggota organisasi harus berdisiplin dalam berperilaku kerja dalam
pengawasn organisasi.
Dalam konteks Lembaga Pemerintahan, setiap unsur individu secara otomatis
membawa semua faktor yang melekat padanya termasuk nama baik lembaga dan
negara. Setiap ASN dan pimpinan unit, memiliki hak dan kewajiban menjaga agar
semua unsur dalam unit mampu memegang teguh etika jabatannya.

3.2. Integritas Kepemimpinan

Pemimpin adalah seseorang/individu yang diberi kepercayaan dan


tanggungjawab untuk memimpin dan mengaplikasikan dasar manajemen dengan baik
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pentingnya seorang pemimpin karena
diharapkan untuk meningkatkan keamanan, kesejahteraan, dan kenyamanan bagi
organisasi atau masyarakat yang dipimpinnya. Setiap individu memiliki kemampuan
unik masing-masing dan merupakan suatu keistimewaan alami yang diberikan oleh
Allah, yang secara tidak sadar dapat memberikan perubahan besar atau kemajuan
pada masyarakatnya.
Berbicara integritas kepemimpinan tentu saja berkaitan erat dengan
professionalitas karena didalam ruang integritas itu sendiri kita akan melihat
integritas yang teruji salah satu contoh adalah pegawai yang professional adalah
pegawai yang memiliki integritas yang teruji dan handal, tidak suka menggunakan
istilah aji mumpung dan memanfaatkan situasi dan kondisi atau kesempatan dalam
kesempitan, apalagi kesempatan dalam tanda petik yang selalu bermakna negatif
dalam pandangan masyarakat luas.
Integritas sesorang terlihat ketika adanya gangguan dari luar yang
memancing pekerja untuk melanggar atau membocorkan rahasia organisasi.

3
integritas menjadi karakter yang melekat pada subjek pekerja atau pegawai. Integritas
menjadi sesuatu yang terkait langsung dengan individu, bukan dengan kelompok atau
organisasi. Jika integritas sesorang bagus, maka kepercayaan atasan kepadanya juga
semakin meningkat. Integritas bukan sekadar istilah yang merujuk pada perilaku etis,
tetapi lebih jauh dalam lagi, integritas mengandaikan tingkat pemahaman moral yang
universal yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan
Pelayanan publik berbasis etika dan integritas harus didasarkan kepada asas
keterbukaan dan bertanggung jawab demi kepentingan masyarakat. Etika
menitikberatkan tentang sikap, tindakan dan perilaku manusia dalam berhubungan
dengan sesamanya, baik dalam masyarakat maupun organisasi publik Pelayanan
publik berbasis etika memiliki prinsip-prinsip antara lain:

a. Jujur, dapat dipercaya, tidak berbohong, tidak menipu, mencuri, curang dan
berbelit;
b. Integritas, memunyai prinsip, terhormat, tidak mengorbankan prinsip moral dan
tidak bermuka dua;
c. Memegang janji, memenuhi janji serta mematuhi jiwa perjanjian sebagaimana
isinya dan tidak menafsirkan isi perjanjian secara sepihak;
d. Setia, loyal dan taat pada kewajiban yang semestinya harus dikerjakan;
e. Adil, memperlakukan orang dengan sama, bertoleransi, menerima perbedaan
serta berpikiran terbuka;
f. Perhatian, memperhatikan kesejahteraan orang lain, memberikan kebaikan dalam
pelayanan;
g. Hormat, menghormati martabat manusia, privasi dan hak menentukan nasib bagi
setiap orang;
h. Kewarganegaraan, bertanggungjawab menghormati, menghargai dan mendorong
pembuatan keputusan yang demokratis

Sesuai Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi (PermenPANRB) Nomor 38 Tahun 2017 defenisi integritas adalah
konsisten berperilaku selaras dengan nilai, norma dan/atau etika organisasi, dan jujur
dalam hubungan dengan manajemen, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku
kepentingan, menciptakan budaya etika tinggi, bertanggung jawab atas tindakan atau

4
keputusan beserta resiko yang menyertainya. Menurut peraturan tersebut, perilaku
kunci yang dapat menunjukkan tingkat integritas seorang ASN pada berbagai level,
antara lain:

a. Mampu bertindak sesuai nilai, norma, etika organisasi dalam kapasitas pribadi.
b. Mampu mengingatkan, mengajak rekan kerja untuk bertindak sesuai nilai, norma,
dan etika organisasi.
c. Mampu memastikan, menanamkan keyakinan bersama agar anggota yang
dipimpin bertindak sesuai nilai, norma, dan etika organisasi dalam lingkup
formal.

4. Kesimpulan

a) Dalam konteks bernegara, nilai-nilai Pancasila adalah acuan kita sebagai ASN untuk
bertindak dan berperilaku sehari-hari baik di masyarakat maupun di lingkungan kerja.
b) “It Takes Two To Tanggo”, iya, dalam kasus Tindak Pidana Korupsi, dibutuhkan
kesepakatan 2 pihak. Walaupun dari data GCB Tahun 2020 tersebut terkesan bahwa yang
bermasalah adalah masyarakat penerima layanan (71% pemberian daripihak penerima
layanan), namun, sejatinya, dibutuhkan kesepakatan oleh pihak pemberi layanan untuk
menjadi kasus korupsi.
c) Secara moral, Pemberi Layanan memiliki kewajiban memberikan layanan terbaik bagi
masyarakat sebagai pengguna layanan. Hal tersebut dapat dilakuan dengan membagun
budaya etikan dan penerapan kode perilaku yang baik yang merupakan bagian dari pilar
Good Governance.

Anda mungkin juga menyukai