2. Penyebab
Pada CHF, jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah cukup
untuk menjaga lancarnya sirkulasi. Akibatnya terjadi penumpukan darah
dan tekanan ekstra dapat menyebabkan akumulasi cairan ke dalam paru-
paru. Gagal jantung terutama berkaitan dengan masalah-masalah
pemompaan otot jantung di bilik jantung, yang mungkin disebabkan oleh
penyakit-penyakit seperti infraktus otot jantung (serangan jantung),
endocarditis (infeksi pada jantung), hipertensi (tekanan darah tinggi),
atau valvular insufficiency.Jika penyakit mempengaruhi jantung sebelah
kiri, darah akan kembali ke paru-paru.
Jika penyakit mempengaruhi jantung sebelah kanan, sirkulasi sistemik
dapat kelebihan beban. Ketika gagal jantung menjadi signifikan, sistem
sirkulasi keseluruhan dapat terpengaruh.
3. Patofisiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2013), patofisiologi CHF yaitu:
Mekanisme yang mendasari Heart Failure (HF) meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung
lebih dari curah jantung normal. Konsep curah jantung yang baik
dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO
: Cardiac Output) dalah fungsi frekuensi jantung (HR : Heart Rate) X
volume sekuncup (SV : Stroke Volume). Frekuensi jantung adalah fungsi
sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis
akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan
perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang
harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada CHF dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut
otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal
masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup jumlah darah yang
dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor; preload;
kontraktilitas dan afterload. Preload adalah sinonim dengan hukum
Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang
mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan
oleh panjangnya regangan serabut jantung. Kontraktilitas mengacu pada
perubahan kekuatan kontraktilitas yang terjadi pada tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium. Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriole. (Brunner and Suddarth, 2013)
a. Kelas I
Akitivitas biasa tidak menimbulkan kelelahan, dyspea, palpitasi, tidak ada
kongesti pulmonal atau hipotensi perifer serta bersifat asimtomatik.
Kegiatan sehari –hari tidak terbatas.
b. Kelas II
Kegiatan sehari-hari sedikit terbatas, gejala tidak ada saat istirahat,
adanya bailar (krekels dan S3 murmur).
c. Kelas III
Kegiatan sehari- hari terbatas dan pasien merasa nyaman saat beristirahat.
d. Kelas IV
Gejala insufisiensi jantung ada saat insirahat.
5. Dampak CHF
Dampak masalah potensial yang mungkin terjadi pada CHF ini dapat berupa:
a. Syok Kardiogenik
Merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot
jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan
curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital
(jantung, otak, ginjal).
b. Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena akibat stasis
darah.
c. Efusi perkardial dan tamponade jantung
Efusi perikardium mengacu pada masuknya cairan ke dalam kantung
perikardium. Secara normal kantung perikardium berisi cairan sebanyak
kurang dari 50 ml. cairan perikardium akan terakumulasi secara lambat
tanpa menyebabkan gejala yang nyata. Namun demikian perkembangan
efusi yang cepat dapat meregangkan perikardium sampai ukuran
maksimal dan menyebabkan penurunan curah jantung serta aliran balik
vena ke jantung. Hasil akhir dari proses ini adalah tamponade jantung.
(Smeltzert & Bare, 2013)
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan CHF menurut Kasron (2012), meliputi :
a. Non Farmakologis
1) CHF Kronik
a) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat dan pembatasan
aktivitas.
b) Diet pembatasan natrium (< 4 gr/hari) untuk menurunkan edema.
c) Menghentikan obat-obatan yang dapat memperparah kondisi seperti
NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan
retensi air dan natrium.
d) Pembatasan cairan ( kurang lebih 1200 – 1500 cc/hari )
e) Olahraga ringan secara teratur.
2) CHF Akut
a) Oksigenasi (ventilasi mekanik)
b) Pembatasan cairan (< 1500 cc/hari)
b. Farmakologis
1) First line drugs (diuretik)
Tujuan pemberian diuretik ini yaitu untuk mengurangi afterload pada
disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi
diastolik.
Obatnya adalah : thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic,
metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk neningkatkan
pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Elektrokardiografi (EKG)
(4). Aritmia
ventrikel (5).
Iskemia / infark
(9). Mikrovoltase
(11). Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi
2) Ekokardiografi
Gambaran yang paling sering ditemukan pada CHF akibat penyakit
jantung iskemik, kardiomiopati dilatasi, dan beberapa kelainan katup
jantung adalah dilatasi ventrikel kiri yang disertai hipokinesis seluruh
dinding ventrikel.
3) Rontgen Toraks
Abnormalitas foto toraks yang ditemukan pada pasien
CHF: (1). Kardiomegali
(2). Efusi pleura
(3). Hipertrofi ventrikel
(4). Edema intertisial
(5). Infiltrat paru
(6). Kongesti vena paru
(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, 2015)
g. Pemeriksaan Laboratrium
Tes Laboratorium Darah
1) Enzym hepar : meningkat dalam gagal jantung/ kongesti.
2) Elektrolit : kemungkinan berubah karena perpindahan
cairan, penurunan fungsi ginjal.
3) Oksimetri nadi : kemungkinan saturasi oksigen rendah.
4) AGD : Gagal jantung ventrikel kiri ditandai dengan
alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan COP2
5) Albumin : kemungkinan besar dapat menurun sebagai akibat
penurunan protein.
Abnormalitas pemeriksaan laboratorium yang ditemukan pada pasien CHF
diantaranya :
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan NANDA 2015, NIC-NOC 2016
No Diagnosa NOC (Nursing Outcome NIC (Nursing Intervention
Keperawatan Clasification) Clasification)
1. Penurunan curah a. Cardiac Pump a. Cardiac Care
jantung Effectiveness Aktivitas :
berhubungan Indikator : 1) Evaluasi adanya nyeri
dengan penurunan 1) Systolic blood dada (intensitas,
kontraksi ventrikel pressure dalam lokasi, durasi,
kiri. rentang normal frekuensi)
2) Diastolic blood 2) Catat adnya disritmia
pressure dalam jantung
rentang normal 3) Catat adanya tanda
3) Tidak ada disritmia dan gejala penurunan
4) Tidak ada bunyi cardiac output.
jantung abnormal 4) Monitor status
5) Tidak terjadi angina kardiovaskuler
6) Tidak ada edema 5) Monitor status
perifer pernafasan yang
7) Tidak ada edema menandakan Heart
paru Failure
8) Tidak dispnea saat 6) Monitor abdomen
istirahat sebagai indicator
9) Tidak dispnea adanya adanya
ketika latihan penurunan fungsi
10) Tidak terjadi 7) Monitor balance
hepatomegali cairan
11) Aktivitas toleran 8) Monitor adanya
12) Tidak sianosis perubahan perubahan
b. Circulation Status tekanan darah
Indikator : 9) Monitor respon pasien
1) Systolic blood terhadap efek
pressure dalam pengobatan
rentang normal antiaritmia
2) Diastolic blood 10) Atur periode latihan
pressure dalam dan istirahat untuk
rentang normal menghindari
3) Pulse pressure kelelahan
dalam rentang 11) Monitor adanya
normal dispnea, ortopnea, dan
4) MAP dalam rentang takipnea
normal 12) Anjurkan untuk
5) AGD (PaO2 dan menurunkan stres
PaCO2) dalam
rentang normal b. Vital Sign Monitoring
6) Saturasi O2 dalam Aktivitas :
rentang normal 1) Monitor TD, nadi,
7) Tidak asites suhu dan RR
c. Vital signs 2) Catat adanya fluktuasi
Indikator : tekanan darah
1) Denyut jantung 3) Monitor vital sign
apikal dalam pasien saat berbaring,
rentang normal duduk, berdiri
2) Irama denyut 4) Auskultasi tekanan
jantung dalam darah pada kedua
rentang normal lengan dan
3) Denyut nadi radial bandingkan
dalam rentang 5) Monitor TD, Nadi,
normal RR sebelum, selama
4) Tekanan Systole dan dan setelah aktivitas
Diastole dalam 6) Monitor kualitas nadi.
rentang normal 7) Monitor adanya
pulsus paradoksus
8) Monitor jumlah dan
irama jantung
9) Monitor bunyi jantung
10) Monitor suara paru
11) Monitor pola
pernafasan abnormal
12) Monitoradanya
sianosis perifer
13) Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign