Anda di halaman 1dari 13

PERJANJIAN SEWA MENYEWA TONGKANG KERUK

ANTARA
PT. LOUIS WARREN STEEL
DENGAN
.................................

NOMOR:
TANGGAL:

Perjanjian Sewa Menyewa TONGKANG KERUK (Perjanjian) ini dibuat pada hari ini, tanggal oleh
dan antara pihak-pihak dibawah ini :
I. PT. LOUIS WARREN STEEL , berkedudukan dinxxx dalam hal ini diwakili oleh ..............
selaku Direktur mewakili Direksi, dari dan karenanya bertindak untuk dan atas nama
perseroan tersebut, untuk selanjutnya dalam Perjanjian ini disebut PIHAK PERTAMA ;

II. ..................... , berkedudukan di ............................., dalam hal ini diwakili oleh ................
selaku Direktur Utama, mewakili Direksi dari dan karenanya bertindak untuk dan atas nama
perseroan tersebut, untuk selanjutnya dalam Surat Perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA ;

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara masing-masing disebut sebagai PIHAK dan bersama-
sama selanjutnya disebut sebagai PARA PIHAK, dan PARA PIHAK sepakat mengikatkan diri satu
sama lainnya dalam “Perjanjian Sewa Menyewa TONGKANG KERUK” yang selanjutnya disebut
“PERJANJIAN” sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal berikut :

Pasal 1

DEFINISI DAN PENGERTIAN


Terkecuali apabila dalam susunan kalimat ditetapkan lain secara tegas, maka kata-kata dan
ungkapan- ungkapan dalam Perjanjian ini mempunyai arti sebagai berikut :
(1) TONGKANG KERUK adalah Cutter suction Dredger Wiltop dua , dengan kemampuan keruk:

- Kedalaman xxx meter;

- Kemampuan pengerukan xxxxx M3 per jam;

(2) Kapal adalah Kapal Support (Anchor Boat) yang dikenal dengan nama KM.xxxxxx
(3) Proyek adalah Pekerjaan Pengerukan Pelabuhan di Pelabuhan khusus PT Pupuk
Iskandar Muda Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara ;
(4) Waktu Operasi adalah waktu beroperasinya TONGKANG KERUK PIHAK KEDUA;

(5) Hari adalah hari kalender;


(6) Tulisan adalah semua tulisan tangan, pengetikan, atau cetakan termasuk telex, telegram atau
faksimili, surat elektronik atau email;
(7) Hari Kerja adalah hari kerja resmi Pemerintah diluar hari yang ditetapkan sebagai hari libur;
(8) Hari Libur adalah hari libur yang ditetapkan oleh Pemerintah;

Pasal 2

Halaman 1 dari 10
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
(1) PIHAK PERTAMA telah setuju untuk menyewa dari PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA
telah setuju untuk menyewakan kepada PIHAK PERTAMA, TONGKANG KERUK berikut
kelengkapannya berupa Kapal atau 1 (satu) unit Anchor Boat, pipa hdpe diameter 20 inchi
sepanjang 400 (limaratus) meter
(2) Objek Sewa tersebut diatas akan dioperasikan oleh PIHAK PERTAMA untuk melaksanakan
pendalaman alur pelabuhan pada perairan di Bintan;
(3) TONGKANG KERUK WILTOP 2 akan dioperasikan di Pelabuhan khusus PT Pupuk Iskandar
Muda
(4) Sehubungan dengan sewa menyewa Obyek Sewa tersebut diatas oleh PIHAK PERTAMA
dari PIHAK KEDUA maka PIHAK PERTAMA wajib membayar Harga Sewa dan biaya
mobilisasi dan demobilisasi sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Perjanjian ini;

(5) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditanggung dan harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA;
(6) Pada saat penandatanganan Perjanjian ini PIHAK PERTAMA harus membayar kepada
PIHAK KEDUA uang jaminan pembayaran harga sewa, sebesar harga sewa 1 (satu) bulan.
Uang jaminan tersebut akan dipegang oleh PIHAK KEDUA sepanjang Objek Sewa belum
diserahkan kembali oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dan/atau selama ada
kewajiban PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA yang belum diselesaikan oleh PIHAK
PERTAMA. Uang jaminan (saldonya apabila ada) akan dikembalikan kepada PIHAK
PERTAMA pada saat penyerahan kembali Obyek Sewa oleh PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA.

Pasal 3

SURVEI AWAL (“ON HIRE SURVEY”)


Dilokasi bertambatnya TONGKANG KERUK “WILTO 2 yaitu di Pelabuhan xxxxxxxx Jambi, PARA
PIHAK harus melaksanakan Survei Awal (“on hire survey”) secara bersama-sama di atas
TONGKANG KERUK untuk pengecekan terhadap kondisi fisik dan kesiapan operasional TONGKANG
KERUK berikut kelengkapannya, jumlah persediaan BBM, persediaan air tawar; yang mana hasil
Survei Awal dimaksud selanjutnya dinyatakan dalam suatu “Berita Acara Survei Awal” yang
ditandatangani oleh PARA PIHAK atau masing-masing perwakilan yang ditunjuk oleh PARA
PIHAK ;
Pasal 4
PENYERAHAN (“DELIVERY”) OBJEK SEWA

Penyerahan (“delivery”) Objek Sewa dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dilaksanakan di
Areal pengerukan di Pelabuhan khusus PT Pupuk Iskandar Muda di Lohkseumawe Kabupaten Aceh
Utara dan TONGKANG KERUK WILTOP 2 siap beroperasi (siap mengeruk), yang mana untuk serah
terima tersebut akan dituangkan dalam “Berita Acara Penyerahan” yang ditandatangani oleh PARA
PIHAK.
Pasal 5

SURVEI AKHIR (“OFF HIRE SURVEY”)


(1) Sebelum penyerahan kembali (“re-delivery”) Objek Sewa oleh PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA, PARA PIHAK harus melaksanakan Survei Akhir (“ off hire survey”) secara
bersama- sama di Pelabuhan Khusus PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Kabupaten Aceh
Utara untuk pengecekan terhadap kondisi fisik dan kesiapan operasional TONGKANG KERUK
WILTOP 2 berikut kelengkapannya, jumlah persediaan BBM, persediaan air tawar; yang mana
hasil Survei Akhir dimaksud selanjutnya dinyatakan dalam suatu “Berita Acara Survei Akhir” yang
ditandatangani oleh masing-masing wakil PARA PIHAK.

Halaman 2 dari 10
(2) “Berita Acara Survei Akhir” merupakan dokumen acuan bagi PARA PIHAK untuk perhitungan
dan penyelesaian atas sisa kewajiban satu sama lainnya, termasuk juga apabila terdapat
kerusakan dan / atau kehilangan pada Objek Sewa selama disewa oleh PIHAK PERTAMA.

Pasal 6
PENYERAHAN KEMBALI (“RE-DELIVERY”)

(1) Penyerahan kembali (“re-delivery”) Objek Sewa dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA
dilaksanakan di Pelabuhan Khusus PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Kabupaten Aceh
Utara segera setelah dilaksanakannya Survey Akhir (“ off hire survey”) yang disertai dengan
penandatanganan “Berita Acara Survei Akhir” oleh PARA PIHAK;

(2) Apabila pada waktu sewa-menyewa Objek Sewa berakhir dan PIHAK PERTAMA atau wakilnya
tidak berada di TONGKANG KERUK, maka PIHAK KEDUA berwenang penuh untuk
melaksanakan sendiri kegiatan Survei Akhir (“off hire survey”) dan dalam hal yang demikian
maka “Berita Acara Survei Akhir” yang dibuat dan ditandatangani oleh PIHAK KEDUA tersebut
berlaku sebagai hasil Survei Akhir yang sah.
Pasal 7
JANGKA WAKTU SEWA-MENYEWA
(1) Jangka waktu sewa-menyewa Objek Sewa adalah 4 (empat ) bulan sejak tanggal dimulainya
operasional yang dibuktikan dengan GPS dan Berita Acara Operasional harian yang ditanda
tangani oleh perwakilan yang ditunjuk oleh PARA PIHAK sampai dengan berakhirnya masa
sewa- menyewa;

(2) Jangka waktu sewa-menyewa sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dapat diperpanjang atau
dipersingkat atas persetujuan tertulis terlebih dahulu oleh PARA PIHAK, dan persetujuan
dimaksud harus dituangkan dalam suatu Addendum Perjanjian Perubahan Masa Kontrak yang
ditanda-tangani oleh PARA PIHAK selambat-lambatnya 2 (dua) Hari sebelum berakhirnya
jangka waktu sewa-menyewa;

Pasal 8
HARGA SEWA-MENYEWA OBJEK SEWA

(1) Harga sewa penuh (“full rate”) atas Objek Sewa adalah sebesar Rp xxxxxx,- (xxxxxxxx) per
bulan. Harga tersebut :
a. Belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%
b. Belum termasuk Pajak Penghasilan (PPH) pasal 15 sebesar 1.2% (satu koma dua persen)
yang merupakan beban dan dibayarkan oleh PIHAK PERTAMA. Bukti potongan PPH akan
dikirimkan PIHAK PERTAMA Kepada PIHAK KEDUA.
c. Harga tersebut dengan ketentuan maksimum hari kerja operasional dalam 1 bulan selama
25 (dua puluh lima) hari, maksimum jam kerja operasional dalam 1 hari selama 15 (lima
belas) jam termasuk 2 jam istirahat bagi personil (“Crew”) ;
Dalam hal PIHAK PERTAMA memiliki surat bebas dari memungut PPN dari Ditjen Pajak, maka
PIHAK KEDUA tidak akan memungut PPN sebesar 10%;
(2) Harga sewa pada ayat (1) Pasal ini sudah termasuk biaya ganti oli, asuransi TONGKANG KERUK,
biaya gaji personil, uang makan personil (“Crew”), filter-filter, pemakaian sparepart, surat surat
TONGKANG KERUK dan kapal support, serta biaya “clearance out” pada Pelabuhan Batam;
(3) Adapun biaya-biaya yang menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK PERTAMA adalah
pengurusan segala macam perizinan pada instansi terkait, serta biaya perijinannya, RKL dan RPL,
SIKK, AMDAL, ANDAL, tambat labuh, serta seluruh biaya-biaya kepelabuhan yang timbul setelah
TONGKANG KERUK sampai dilokasi kerja, air tawar, BBM solar, akomodasi/mess crew, uang
premi dan tambahan uang makan crew, retribusi-retribusi, pungutan-pungutan, baik yang resmi
dan tidak resmi, dan transportasi pergi-pulang Crew dari mess ke lokasi kerja baik darat maupun
air;
Halaman 3 dari 10
(4) Perhitungan Harga Sewa “full rate” ditetapkan untuk maksimum jam operasi Objek Sewa selama
15 jam per hari (24 jam) termasuk waktu istirahat bagi personil (“ crew) selama 2 (dua) jam.
(5) Apabila TONGKANG KERUK bekerja kurang dari 15 jam per hari yang diakibatkan oleh
permintaan dari PIHAK PERTAMA dan/atau kelalaian dan/atau kesalahan dari PIHAK
PERTAMA maka Harga Sewa tetap dihitung dengan Harga Sewa penuh (“full rate”);
(6) Apabila TONGKANG KERUK bekerja kurang dari 15 jam per hari yang diakibatkan oleh
gelombang besar, hujan besar, angin besar serta faktor-faktor gangguan/halangan alam lainnya,
maka Harga Sewa tetap dihitung dengan Harga Sewa penuh (“full rate”); kekurangan jam
operasional tersebut akan digantikan dengan tambahan jam operasional pada Hari Kerja
selanjutnya, namun harus dibuktikan dengan “Berita Acara Penghentian Pekerjaan” (BAPP) yang
ditandatangani oleh PARA PIHAK/perwakilan masing-masing PIHAK yang ditunjuk, BAPP mana
menyatakan bahwa kapal tidak dapat beroperasi disebabkan oleh hal-hal yang disebutkan dalam
Pasal 8 ayat 6 ini;
(7) Apabila TONGKANG KERUK bekerja kurang dari 15 jam per hari yang diakibatkan oleh kerusakan
TONGKANG KERUK, maka kekurangan jam operasional tersebut akan digantikan dengan
tambahan jam operasional pada Hari Kerja selanjutnya ;
(8) Apabila TONGKANG KERUK bekerja lebih dari 15 jam per hari , maka kelebihan jam operasional
tersebut akan disimpan sebagai deposit jam kerja, dan bisa diperhitungkan /menutupi jam
operasional pada hari kerja berikutnya, apabila kurang dari 15 jam/hari;
(9) Biaya mobilisasi dan demobilisasi Objek Sewa menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK
PERTAMA, yang mana dalam hal ini berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. PIHAK PERTAMA menujuk PIHAK KEDUA untuk melaksanakan mobilisasi Objek Sewa dari
pelabuhan xxxxxxx di Propinsi Jambi, dan de mobilisasi dari Pelabuhan khusus PT Pupuk
Iskandar Muda di Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara .
b. Pembayaran jaminan demobilisasi Objek Sewa yang telah disetujui bersama oleh PARA
PIHAK, wajib dititipkan kepada PIHAK KEDUA sebelum penyerahan (“delivery”) Objek
Sewa sebesar Rp. xxxxxx,- (xxxxxxx).

Pasal 9
CARA PEMBAYARAN

(1) Pada saat penandatanganan Perjanjian ini PIHAK PERTAMA membayar kepada PIHAK KEDUA
uang sebesar Rp. xxxxxx,- (xxxxxx) sebagai jaminan Demobilisasi, dimana uang jaminan
demobilisasi tersebut tidak akan digunakan sebelum berakhirnya jangka waktu sewa menyewa;
(2) Pembayaran Harga Sewa dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pembayaran Tahap Pertama dilakukan setelah pemasangan pipa selesai dan trial dredging
dinyatakan berhasil sebesar Rp.- ( xxxxx) ditambah PPN 10% dan PPh Pasal 15 sebesar 1,2%;

b. Pembayaran Tahap Kedua dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah


dimulainya operasional sebagaimana dinyatakan dalam Berita Acara Operasional harian
yang ditanda tangani oleh perwakilan yang ditunjuk oleh PARA PIHAK, yaitu sebesar
Rp.xxxxxxx-
(xxxxxxx) ditambah PPN 10% dan PPh Pasal 15 sebesar 1,2%;

c. Pembayaran Ketiga dan seterusnya mengikuti pola seperti di atas, sampai dengan masa
sewa berakhir;
d. Pembayaran untuk Pihak Kedua agar ditransfer ke Rekening PT. TALENTA BUDI SARANA
pada Bank xxxxxx
(3) Apabila penyerahan kembali (“re-delivery”) Objek Sewa dilakukan dalam waktu yang melebihi
hari kalender sejak tanggal penyerahan (“delivery”) Objek Sewa, maka terhadap kelebihan
(tambahan) waktu sewa-menyewa tersebut diperhitungkan harga sewa secara prorate
(proporsional) dengan memakai patokan Harga Sewa Rp.xxxxx ,- ( xxxxxxx) ditambahan PPh

Halaman 4 dari 10
Pasal 15 sebesar 1,2% tersebut berlaku untuk 30 hari kalender; dan dalam hal ini harga
sewa-menyewa tambahan

Halaman 5 dari 10
tersebut wajib dilunasi oleh PIHAK PERTAMA pada saat pelaksanaan Penyerahan Kembali (“Re-
Delivery”);
(4) Apabila PIHAK PERTAMA bermaksud melakukan perpanjangan jangka waktu sewa-menyewa
maka berlaku ketentuan Pasal 7 dan Pasal 8, dan dalam hal yang demikian maka PIHAK
PERTAMA wajib segera melunasi kekurangan uang sewa dan/atau kewajiban lainnya bilamana
ada;
(5) Setelah Masa Sewa berakhir, PARA PIHAK
akan melakukan rekonsiliasi atas semua pembayaran yang diterima oleh PIHAK KEDUA dari
PIHAK PERTAMA. Apabila ada kekurangan/kelebihan pembayaran maka PARA PIHAK akan
memperhitungkan kembali sesuai tagihan dengan pelaksanaan sebenarnya serta dibayar oleh
masing-masing PIHAK sesuai dengan kewajibannya.

Pasal 10
TANGGUNG-JAWAB PARA
PIHAK
(1) PIHAK KEDUA bertanggungjawab menyiapkan surat-surat TONGKANG KERUK sebagai
kelengkapan TONGKANG KERUK, dan menyelesaikan kegiatan clearance out di pelabuhan xxxxx
Jambi
(2) PIHAK KEDUA akan berupaya maksimal untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja selama
pelaksanaan proyek, dan dalam hal ini :
a. Apabila terjadi kecelakaan kerja atas para pekerja PIHAK KEDUA, maka segala biaya dan
akibat yang timbul menjadi beban dan tanggungjawab PIHAK KEDUA ;
b. Personil/”Crew” TONGKANG KERUK akan diasuransikan oleh PIHAK KEDUA ;

c. Apabila terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh bencana alam dan/atau keadaan kahar
(“force majeur”) maka PIHAK KEDUA tidak dapat dituntut oleh PIHAK PERTAMA terkait
jangka waktu penyelesaian proyek milik PIHAK PERTAMA.
(3) PIHAK KEDUA bertanggungjawab untuk melakukan pemeliharaan dan menjaga keandalan
operasi TONGKANG KERUK dengan sebaik-baiknya.
(4) PIHAK KEDUA bertanggungjawab untuk menyediakan personil/”crew” TONGKANG KERUK
dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan operasi serta pemeliharaan TONGKANG KERUK,
sehingga selalu siap mengoperasikan TONGKANG KERUK sesuai dengan ketentuan jangka waktu
operasional yang ditentukan dalam Perjanjian ini.
(5) PIHAK KEDUA bertanggungjawab atas pelaksanaan pemeliharaan pipa laut/apung yang berada
di atas air saja (+ 500 m), penunjukkan lokasi disposal sepenuhnya menjadi tanggungjawab
PIHAK PERTAMA, lokasi disposal tidak boleh lebih dari kemampuan daya jangkau pipa apung
milik PIHAK KEDUA yaitu sepanjang max 500 meter dari lokasi tongkang kapal keruk.
(6) PIHAK PERTAMA bertanggungjawab atas :

a. Biaya pengadaan BBM/solar, air tawar, Uang premi dan tambahan uang makan Crew ;
b. Pengurusan dan perolehan segala perijinan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek yang
meliputi tetapi tidak terbatas pada antara lain SIKK, AMDAL, ANDAL, RKL, RPL, dan
penentuan lokasi buang (disposal) dan ijin pembuangan ;

c. Retribusi yang dipungut oleh Pemda TK I dan/atau TK II, serta pungutan-pungutan tidak
resmi dan resmi oleh Kepala Desa atau pihak lainnya ;
d. Alat transportasi air dari dan ke TONGKANG KERUK selama 24 jam untuk setiap hari dalam
jangka waktu sewa-menyewa, dan segala biaya yang timbul untuk itu menjadi beban
PIHAK PERTAMA ;

Halaman 6 dari 10
e. PIHAK PERTAMA menyediakan tempat tinggal untuk mess ABK yang sedang off
(penggantian shift) dan bisa menampung ± 10 (sepuluh) orang ABK.
f. Pengawasan proses pembuangan hasil pengerukan dilokasi buang ;
(7) PIHAK PERTAMA harus terlebih dahulu mengisi bahan bakar minyak (BBM) atau menyerahkan
uang jaminan BBM sebelum TONGKANG KERUK dimobilisasi.
(8) PIHAK PERTAMA akan berupaya mencegah terjadinya kecelakaan atas pekerjanya selama
melaksanakan proyek, dan apabila terjadi kecelakaan dan/atau tuntutan para pekerja PIHAK
PERTAMA menjadi beban dan tanggungjawab PIHAK PERTAMA.

(9) PIHAK PERTAMA bertanggungjawab atas segala tuntutan dan tindakan hukum, baik pidana
maupun perdata, yang mungkin timbul dari masyarakat, nelayan, pemerintah dan pemilik proyek
dan atau pihak-pihak lain manapun juga sehubungan dengan pelaksanaan proyek PIHAK
PERTAMA yang menggunakan TONGKANG KERUK dan Kapal milik PIHAK KEDUA dan oleh
karenanya PIHAK KEDUA dengan ini dibebaskan dari seluruh tanggungjawab maupun akibat-
akibat dimaksud kecuali akibat kelalaian Crew dari PIHAK KEDUA.
(10) PIHAK PERTAMA bertanggungjawab menyerahkan dan menjelaskan kepada PIHAK KEDUA
peta predredge sounding dan peta lokasi buang sebelum PIHAK KEDUA menyerahkan
TONGKANG KERUK kepada PIHAK PERTAMA.
(11) PIHAK PERTAMA bertanggungjawab dan menjamin bahwa lokasi yang akan dikerjakan oleh
TONGKANG KERUK PIHAK KEDUA adalah bebas dari ranjau dan wreck yang akan
mengakibatkan kerusakan dan/atau kehancuran TONGKANG KERUK milik PIHAK KEDUA.
Dalam hal lokasi daerah kerja/proyek PIHAK PERTAMA ternyata terdapat ranjau/wreck/benda-
benda lain yang mengakibatkan kerusakan/kehancuran TONGKANG KERUK maka PIHAK
PERTAMA berkewajiban menanggung kerugian PIHAK KEDUA akibat kerusakan/kehancuran
TONGKANG KERUK tersebut.
(12) Pada dasarnya, PIHAK PERTAMA telah mengetahui dan memahami kondisi dan karakteristik
daerah kerja/proyek, termasuk cuaca/iklim. Untuk itu PIHAK PERTAMA bertanggungjawab dan
menjamin bahwa lokasi pekerjaan bebas dari pipa-pipa, kabel-kabel, termasuk daerah tempat
buang dan rute yang dilayari oleh Kapal dan TONGKANG KERUK mulai dari lokasi proyek ke
tempat buang maupun sebaliknya, dan karenanya PIHAK KEDUA dibebaskan dari tanggung
jawab dan tuntutan akibat dari kerusakan pipa-pipa dan kabel-kabel apabila ada/terjadi. Apabila
terdapat kerusakan/kerugian, baik yang diderita oleh pemilik TONGKANG KERUK maupun pemilik
pipa dan pemilik kabel maka PIHAK PERTAMA harus bertanggungjawab untuk memperbaiki
dan mengganti segala kerugian yang timbul dari padanya.
(13) PIHAK PERTAMA bertanggungjawab untuk mengurus, dan menyediakan seluruh biaya
clearance in TUGBOAT dan TONGKANG KERUK serta kapal support setiba di Perairan Pulau
Puteri Kecamatan Nongsa Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
(14) PIHAK KEDUA wajib mengembalikan kelebihan BBM, apabila ada, berdasarkan asumsi
perhitungan pemakaian BBM, dan stock riil BBM yang tersisa, setelah masa sewa berakhir.
(15) PIHAK PERTAMA yang menjamin kondisi kerja yang nyaman dan semua aspek keamanan baik
terhadap TONGKANG KERUK dan kapal maupun para personilnya dari gangguan pihak manapun.
(16) PIHAK PERTAMA menjamin dan membebaskan PIHAK KEDUA dari segala tuntutan pihak
manapun, apabila ada tuntutan/gugatan dari pihak manapun.

Pasal 11
PENGAWAS PEKERJAAN
1) PIHAK PERTAMA wajib menunjuk seorang staf yang ditugasi sebagai Pengawas atau Proyek
Manajer dan memberitahukannya secara tertulis kepada PIHAK KEDUA. Pengawas atau Proyek

Halaman 7 dari 10
Manager yang ditugasi oleh PIHAK PERTAMA harus diberi dan memiliki wewenang penuh
untuk menandatangani dan mensahkan, untuk dan atas nama PIHAK PERTAMA, laporan
harian yang dibuat oleh PIHAK KEDUA. Apabila PIHAK PERTAMA tidak menempatkan
wakilnya/pengawas, maka laporan dari atau yang dibuat PIHAK KEDUA dianggap sah.
2) PIHAK PERTAMA berhak memberi petunjuk dan/atau instruksi kepada Proyek Manajer yang
telah ditunjuk oleh PIHAK KEDUA sehubungan dengan pelaksanaan proyek.
3) PIHAK KEDUA akan menempatkan seorang Pengawas atau Projek Manajer untuk ditempatkan
dilokasi proyek dan diberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA, yang bertindak
untuk dan atas nama PIHAK KEDUA di lapangan.
4) Wakil dari PIHAK KEDUA berhak menolak petunjuk dan/atau instruksi dari PIHAK PERTAMA
apabila menurut wakil PIHAK KEDUA petunjuk dan/atau instruksi tersebut membahayakan
TONGKANG KERUK dan/atau crew TONGKANG KERUK dan/atau fasilitas dan/atau barang milik
pihak lain.
5) PIHAK KEDUA berhak untuk menolak atau tidak melaksanakan kegiatan pengerukan, apabila
material kerukannya tidak dapat dikeruk (undredgeable) secara wajar dengan TONGKANG
KERUK, apabila ini terjadi harga sewa tetap harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA.
6) Selama berlangsungnya jangka waktu sewa, PIHAK PERTAMA selalu berkoordinasi dengan
PIHAK KEDUA.

Pasal 12
ASURANS
I
Untuk pertanggungan keselamatan TONGKANG KERUK, PIHAK KEDUA harus mengasuransikan
TONGKANG KERUK. Untuk pertanggungan para Crew, PIHAK KEDUA harus mengasuransikan Crew
pada BPJS atau asuransi lain yang mempunyai program Asuransi Sosial Tenaga Kerja.

Pasal 13
LAPORAN
HARIAN
PIHAK KEDUA harus membuat Laporan Harian kepada PIHAK PERTAMA atas perhitungan waktu
operasi atau waktu pemakaian TONGKANG KERUK. Laporan Harian dimaksud ditandatangani oleh
masing-masing wakil PARA PIHAK yang ditunjuk selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam atau
pada hari berikutnya. Apabila pada hari berikutnya wakil PIHAK PERTAMA belum juga
menandatangani Laporan Harian, maka Laporan Harian yang telah ditandatangani oleh wakil PIHAK
KEDUA dianggap sah dan berlaku untuk dokumen penagihan.

Pasal 14
FORCE MAJEURE
1) Yang dimaksud dengan force majeure dalam Perjanjian ini adalah suatu keadaan di luar
kekuasaan PARA PIHAK antara lain gempa bumi, banjir, angin puting beliung, taifun, ombak
besar, epidemi, kebakaran, perang saudara, pemogokan, huru hara dan kebijakan pemerintah
dibidang moneter dan/atau BBM yang berdampak langsung kepada Perjanjian ini.
2) Apabila salah satu pihak menganggap terjadi force majeure, maka pihak tersebut wajib
memberitahukan secara tertulis kepada pihak lain dalam Perjanjian ini selambat-lambatnya
dalam waktu 2 x 24 jam terhitung sejak force majeure disertai dengan bukti-bukti yang sah.
3) Pihak yang menerima pemberitahuan force majeure, harus memberikan jawaban tertulis kepada
Halaman 8 dari 10
pihak yang memberitahukan force majeure dalam waktu selambat-lambatnya 2 x 24 jam
terhitung

Halaman 9 dari 10
sejak pemberitahuan force majeure diterima oleh pihak yang menerima pemberitahuan force
majeure.
4) Apabila dalam waktu 2 x 24 jam terhitung sejak pemberitahuan force majeure diterima oleh
pihak yang menerima pemberitahuan force majeure tersebut tidak memberikan jawaban
tertulis, maka pihak yang menerima pemberitahuan force majeure dianggap mengakui force
majeure.
5) Apabila force majeure ditolak oleh pihak yang menerima pemberitahuan maka pihak yang
menolak force majeure harus memberikan bukti atau alasan yang kuat. Apabila force majeure
diterima oleh pihak yang menerima pemberitahuan maka PARA PIHAK dapat mengadakan
pembicaraan untuk dihentikan atau dilanjutkannya Perjanjian ini.
Pasal 15
PEMUTUSAN PERJANJIAN
1) Perjanjian ini berakhir apabila jangka waktu Perjanjian sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (1)
Perjanjian ini berakhir, kecuali dalam hal Perjanjian ini diperpanjang oleh PARA PIHAK.
2) Perjanjian ini dapat diakhiri oleh PARA PIHAK berdasarkan adanya kejadian/sebab/kondisi
force majeure berdasarkan kesepakatan bersama.
3) Apabila terjadi pemutusan Perjanjian sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini PARA PIHAK
dibebaskan dari tanggungjawab masing-masing. Apabila PIHAK PERTAMA terbukti telah
melaksanakan pembayaran melebihi dari waktu sewa yang telah berjalan maka kelebihan
pembayaran dimaksud harus dikembalikan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak pemutusan Perjanjian dan sebaliknya apabila
PIHAK PERTAMA terbukti melaksanakan kekurangan pembayaran dibandingkan dengan waktu
sewa yang telah berjalan maka PIHAK PERTAMA harus menyelesaikan kekurangan
pembayaran dimaksud kepada PIHAK KEDUA paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak
pemutusan Perjanjian.

4) PIHAK KEDUA berhak memutuskan Perjanjian ini secara sepihak apabila PIHAK PERTAMA
lalai atau tidak melaksanakan pembayaran sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1) Perjanjian ini.
5) Apabila terjadi pemutusan Perjanjian sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal ini, maka PIHAK
KEDUA berhak atas pembayaran harga sewa yang telah berjalan. Apabila PIHAK PERTAMA
terbukti mempunyai kekurangan pembayaran dibandingkan dengan waktu sewa yang telah
berjalan maka PIHAK PERTAMA harus menyelesaikan kekurangan pembayaran dimaksud
kepada PIHAK KEDUA paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak pemutusan Perjanjian
dan sebaliknya PIHAK PERTAMA terbukti melaksanakan kelebihan pembayaran, dibandingkan
dengan waktu sewa yang telah berjalan, maka kelebihan pembayaran dimaksud harus
dikembalikan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA paling lambat 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak pemutusan Perjanjian.

6) Mengenai pemutusan perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ini, PARA PIHAK sepakat
untuk mengesampingkan ketentuan dalam Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Pasal 16
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1) Apabila terjadi perselisihan sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini, maka PARA PIHAK
akan menyelesaikan secara musyawarah untuk mufakat.
2) Apabila perselisihan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah untuk mufakat maka akan diselesaikan melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI) berdasarkan ketentuan dan aturan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang
berlaku.

Halaman 10 dari
3) Keputusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) adalah keputusan awal dan terakhir dan
mengikat untuk dilaksanakan oleh PARA PIHAK.

Pasal 17
LAIN-
LAIN
1) Dalam pelaksanaan Perjanjian, PARA PIHAK diharuskan mematuhi peraturan-peraturan yang
terkait dan berlaku di daerah proyek berada.
2) Apabila salah satu instrumen/kelengkapan TONGKANG KERUK tidak bekerja, atau surat-surat
Tongkang/Kapalnya mati, akan tetapi TONGKANG KERUK masih bisa bekerja, maka harga sewa
tetap berlaku secara penuh (full rate).
3) TONGKANG KERUK mengeruk hanya pada jenis material pasir yang dapat dikeruk dan apabila
terdapat meterial diluar pasir, antara lain tanah cadas atau padas ( blue clay), batu karang dan
benda-benda asing lainnya pada proyek yang tidak dapat dikeruk oleh TONGKANG KERUK
tersebut, maka material tersebut tidak akan dikeruk oleh PIHAK KEDUA dan dalam kondisi ini
Nahkoda mempunyai kewenangan penuh untuk menghentikan bekerjanya TONGKANG KERUK.
Dalam kondisi ini, PIHAK PERTAMA harus membayar penuh atau full rate kepada PIHAK
KEDUA.

4) PIHAK PERTAMA dilarang mengoperasikan TONGKANG KERUK yang disewa dari PIHAK
KEDUA untuk penggunaan yang tidak semestinya atau untuk operasional diluar dari ruang
lingkup Perjanjian ini. Apabila PIHAK PERTAMA terbukti mengoperasikan TONGKANG KERUK
yang disewa diluar ruang lingkup perjanjian ini, dan mengakibatkan kerusakan TONGKANG
KERUK atau kerugian bagi PIHAK KEDUA maupun pihak ketiga, maka kerusakan atau kerugian
dimaksud menjadi tanggungjawab PIHAK PERTAMA untuk memperbaiki atau menggantinya.
5) PIHAK KEDUA hanya menyewakan TONGKANG KERUK kepada PIHAK PERTAMA dan oleh
karena itu PIHAK PERTAMA dilarang menyewakan TONGKANG KERUK kepada PIHAK
KETIGA dan atau pihak-pihak lain manapun juga tanpa persetujuan tertulis oleh PIHAK
KEDUA.

6) Apabila kondisi cuaca tidak memungkinkan TONGKANG KERUK dan Kapal melakukan pengerukan
di Perairan Pulau Batam, Kepulauan Riau, maka TONGKANG KERUK dan Kapal harus disandarkan
dulu ditempat yang aman disekitarnya, selanjutnya penarikan TONGKANG KERUK ke lokasi
pengerukan akan diatur dan menjadi tanggungjawab PIHAK PERTAMA.
7) Perjanjian ini menggantikan perjanjian-perjanjian, Memorandum of Understanding atau segala
bentuk kesepakatan yang ada sebelum Perjanjian ini baik dalam bentuk tertulis maupun lisan
dan segala sesuatu yang belum diatur dalam Perjanjian ini akan diatur lebih lanjut oleh PARA
PIHAK dalam Perjanjian tersendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian
ini.

Pasal 18
PENUTUP
Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK di Jakarta, pada hari dan tanggal
tersebut di atas, dalam 2 (dua) rangkap dan dibubuhi materai secukupnya 1 (satu) rangkap untuk
PIHAK PERTAMA dan 1 (satu) rangkap untuk PIHAK KEDUA yang masing-masing mempunyai
kekuatan hukum yang sama.

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,


PT......... PT LOUIS WARREN STEEL

Halaman 11 dari
Direktur Utama Direktur Utama

Halaman 12 dari
Halaman 13 dari

Anda mungkin juga menyukai