Dosen Pengampuh:
Dr. Apt. Maulita Indrisari, S.Si.,M.Si
DISUSUN OLEH:
DESY AULIA ( 22023004 )
I.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari makalah ini yaitu :
TINJAUAN PUSTAKA
2. Disolusi (Pelarutan)
Setelah terjadi pelepasan yang bersifat setempat, maka tahap
kedua adalah pelarutan zat aktif yang terjadi secara progresif, yaitu
pembentukan disperse molekuler dalam air. Tahap kedua ini merupakan
keharusan agar selanjutnya terjadi penyerapan. Tahap ini juga diterapkan
pada obat-obtan yang dibuat dalam bentuk larutan zat aktif dalam minyak,
tetapi yang terjadi adalah proses ekstraksi (penyarian). Setelah pemberian
sediaan larutan, secara insitu dapat timul endapan zat aktif yang biasanya
berbentuk amorf sebagai akibat perubahan pH dan endapan tersebut
selanjutnya akan melarut lagi.Laju disolusi obat mungkin tergantung
posisi, karena variasi dalam kedekatannya dengan kelenjar ludah utama
dan kadar air saliva yang diproduksi. Rute sublingual tidak cocok untuk
produk yang mempunyai profil konsentrasi plasma-waktu diperpanjang,
absorpsi selesai cepat karena epitel di daerah ini sangat tipis (sekitar 100
μm). Absorpsi cepat yang menghasilkan konsentrasi plasma puncak
tinggi dapat diatasi dengan menghantarkan obat kemukosa bukal lebih
tebal yang dapat memperlambat absorpsi. Aktivitas metabolik darimukosa
oral dan populasi bakteri dapat mempengaruhi atau mendegradasi obat
dipengaruhi pula oleh sifat fisikokimia obat, formulasi, pelarut, suhu media
dan kecepatan pengadukan.
3. Absorpsi
Tahap ini merupakan tahap dari biofarmasetik dan awakl farmakokinetik
jadi fase ini merupakan masuknya zat aktif dalam tubuh yang yang
aturannya di tenggarai oleh pemahaman ketersediaan hayati
(bioavailibilitas). Penyerapan zat aktif tergantung pada berbagai parameter
terutama sifat fisiko-kimia molekul obat. Dengan demikian proses
penyerapan zat aktif terjadi apabila sebelumnya sudah dibebaskan dari
sediaan dan sudah melarut dalam cairan biologi setempat.Tahap
pelepasan dan pelarutan zat aktif merupakan tahap penentu pada proses
penyerapan zat aktif baik dalam hal jumlah yang diserap maupun jumlah
penyerapannya.
II.2 Jenis-jenis Obat Per Oral
II.2.1 Tablet
II.2.2 Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin
tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Berdasarkan
bentuknya kapsul dalam farmasi di bedakan menjadi dua yaitu kapsul keras
dan kapsul lunak.
II.2.3 Sirup
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula
dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat.
II.2.4 Puyer
Puyer adalah sediaan obat berbentuk bubuk. Puyer sendiri terbuat
dari obat tablet yang dihaluskan atau digerus. Umumnya puyer berupa
racikan beberapa obat yang dicampur menjadi satu. Kemudian obat dibagi,
ditakar sesuai dosis yang sudah ditentukan, dan dibungkus dengan kertas
puyer.
II.3 Keuntungan Dan Kerugian Pemberian Oral
Keuntungan:
• Tidak diperlukan latihan khusus.
• Nyaman (penyimpanan,muda dibawa) Non-invasiv.
• lebih aman Ekonomis.
Kerugian
• “drug delivery” tidak pasti
• Sangat tergantung “kepatuhan pasien
• Tingginya Interaksi : obat + obat, obat-makanan.
• Banyak obat rusak dalam saluran cerna.
• Exposes drugs to first pass effect.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan