Anda di halaman 1dari 21

1.

Latar belakang

Dengan memahami pengertian ideology pada umumnya, yang didalamnya ada


tiga faktor yang cukup menonjol, yaitu adanya keyakinan dan tujuan hidup yang
dicita-citakan,serta cara-cara yang mesti ditempuh guna tercapainya tujuan hidup,
maka secara pasti dapat dinyatakan bahwa pancasila eksplisit telah memenuhi tiga
faktor tersebut. Dalam filsafat pancasila unsure keyakinan hidup tergambar dalam sila
pertama, kedua dan ketiga. Pada ketiga sila tersebut tergambar secara jelas bahwa
bangsa Indonesia dalam menatap masalah hidup telah menemukan tiga keyakinan
yang paling fungdamental. Ketiga keyakinan itu adalah bangsa Indonesia meyakini
dirinya sebagai makhuk tuhan (Homo divinan), sebagai makhluk sosial (Homo
secius) dan meyakini dirinya sebagai makhluk individu (Homo individualicum).
Berpijak pada ketiga prinsip keyakinan tersebut bangsa Indonesia merumuskan tujuan
hidupnya sebagaimana tergambar dalam sila kelima. Bangsa Indonesia dalam upaya
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara mencita-citakan terwujudnya tata
kehidupan masyarakat yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cita-
cita hidup yang cukup mulia seperti ini hanya dapat diwujudkan melalui perjuangan
dan pengorbanan yang optimal, dengan menggunakan cara-cara yang efektif, yang
bersesuai dengan ketiga keyakinan di atas. Masalah cara yang dipergunakan untuk
memperjuangkan tujuan hidup dalam filsafat pancasila tercermin pada sila keempat.
Bangsa Indonesia menyadari dengan keyakinan sepenuh hati bahwa hanya dengan
cara dan alat yang namanya „‟Demokrasi‟‟ sebagai satu-satunya cara yang
bersesuaian dengan ketiga keyakinan hidupnya,dan hanya dengan prinsip demokrasi
tujuan hidup berbangsa dan bernegara tujuan hidup berbangsa dan bernegara dapat
tercapai.

1.
A. Pengertian ideologi

Istilah ideologi dipergunakan dalam arti yang bermacam-macam. Istilah


ideologi adalah sebuah kata yang terdiri “ideo” dan “logi”. Kata “ideo” berasal dari
bahasa Yunani eidos, dalam bahasa Latin idea, yang berarti “pengertian”, “ide” atau
“gagasan”. Kata kerja dalam bahasa Yunani oida yang berarti mengetahui, melihat
dengan budi. Dalam bahasa Jawa kita jumpai kata idep dengan arti tahu, melihat.
Kata “logi” berasal dari bahasa Yunani logos, yang berarti “gagasan”, “pengertian”,
“kata”, dan “ilmu”. Jadi secara etimologis dapat diterangkan bahwa ideologi berarti
“pengetahuan tentang ide-ide”, science of ideas. 1

Ideologi adalah sebuah istilah yang lahir pada akhir abad ke-18 atau tahun
1796 yang dikemukakan oleh filsuf Perancis bernama Destutt de Tracy dan kemudian
dipakai Napoleon. Istilah itu berasal dari dua kata ideos yang berarti gagasan, dan
logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, ideologi adalah sebuah ilmu tentang
gagasan. Adapun gagasan yang dimaksud adalah gagasan tentang masa depan,
sehingga bisa disimpulkan bahwa ideologi adalah sebuah ilmu tentang masa depan.
Gagasan ini juga sebagai cita-cita atau kombinasi dari keduanya, yaitu cita-cita masa
depan. Sungguh pun citacita masa depan itu sebagai sebuah utopia, atau impian,
tetapi sekaligus juga merupakan gagasan ilmiah, rasional, yang bertolak dari analisis
masa kini. Ideologi ini tidak sekedar gagasan, melainkan gagasan yang diikuti dan
dianut sekelompok besar manusia atau bangsa, sehingga karena itu ideologi bersifat
mengerakkan manusia untuk merealisasikan gagasan tersebut. Meskipun gagasan
seseorang, betapapun ilmiah, rasional atau luhurnya, belum bisa disebut ideologi,

1
Gunawan Setiardja, Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila (Yogyakarta: Kanisius,
1993), 17.
apabila belum dianut oleh banyak orang dan diperjuangkan serta diwujudkan, dengan
aksi-aksi yang berkesinambungan.2

Sedangkan ideologi dalam bahasa Arab, merupakan istilah yang dapat


diterjemahkan sebagai Mabda’, secara etimologis mabda’ adalah mashdar mimi dari
kata bada’a (memulai), yabda’u (sedang memulai), bad’an (permulaan), dan
mabda’an (titik permulaan). Secara terminologis berarti pemikiran mendasar yang
dibangun diatas pemikiran-pemikiran (cabang).3

Dari sisi lain, ideologi tersusun dari ide (fikrah) dan metode (thariqah).
Ideologi dari sisi ini ditinjau dari segi: Pertama, konsep atau pemikiran murni – yang
semata-mata merupakan penjelasan konseptual tanpa disertai bagaimana metode
menerapkan konsep itu dalam kenyataan – dan Kedua, metodologi yang menjelaskan
bagaimana pemikiran atau konsep itu diterapkan secara praktis. Tinjauan ideologi
sebagai kesatuan ide dan metode ini dimaksudkan untuk menerangkan bahwa metode
(thariqah) adalah suatu keharusan agar ide (fikrah) dapat terwujud. Di samping itu,
juga untuk menerangkan bahwa ide (fikrah) dan metode (thariqah) suatu ideologi
adalah unik. Artinya, setiap ada ide (fikrah) dalam sebuah ideologi, pasti ada metode
(thariqah) yang khas untuk menerapkan ide (fikrah) tersebut, yang berasal dari
ideologi itu sendiri, bukan dari ideologi yang lain.

Ide (fikrah) merupakan sekumpulan konsep atau pemikiran yang terdiri dari
aqidah dan solusi terhadap masalah manusia. Sedang metode (thariqah) – yang
merupakan metodologi penerapan ideologi secara operasional-praktis – terdiri dari
penjelasan cara solusi masalah, cara penyebarluasan ideologi, dan cara pemeliharan
aqidah. Jadi, ideologi ditinjau dari sisi ini adalah gabungan dari ide (fikrah) dan
metode (thariqah), sebagai satu kesatuan.

2
Sarbini, Islam di tepian Revolusi: Ideologi, Pemikiran dan Gerakan (Yogyakarta : Pilar Media, 2005),
1.
3
Ahmad ‘Athiyat, Jalan Baru Islam; Studi Tentang Transformasi dan Kebangkitan Umat, (At-Thariq)
alih bahasa Dede Koswara, cet. I (Bogor : Pustaka Thariqul Izzah, 2004), 84.
Definisi ideologi yang telah diterangkan di atas bersifat umum, dalam arti
dapat dipakai dan berlaku untuk ideologi-ideologi dunia seperti Kapitalisme dan
Sosialisme. Dan tentu, dapat berlaku juga untuk Islam. Sebab Islam memang
mempunyai sebuah aqidah akliyah, yaitu Aqidah Islamiyah, dan mempunyai
peraturan hidup yang sempurna, yaitu Syariat Islam.

Meskipun suatu ideologi telah memiliki solusi masalah kehidupan yang


fundamental dan mempunyai cara memecahkan berbagai permasalahan kehidupan
manusia, namun itu bukanlah jaminan bahwa ideologi tersebut merupakan ideologi
yang benar, yang mempunyai kemampuan untuk membawa manusia mencapai
kebahagian hakiki dan menghindarkannya dari malapetaka kehidupan di dunia.

Ideologi yang benar adalah ideologi yang muncul di dalam pemikiran


manusia melalui wahyu Allah. Karena ideologi ini bersumber dari Pencipta alam
semesta, manusia dan kehidupan, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, sehingga
pemecahan atas permasalahan pokok kehidupan dan berbagai permasalahan
kehidupan lainnya kebenarannya pasti (qath’i). Sedangkan ideologi yang muncul di
dalam pemikiran manusia karena kejeniusannya adalah ideologi yang salah (bathil),
karena manusia hanyalah makhluk Allah sehingga memiliki kelemahan termasuk
ketidakmampuan akalnya dalam menangkap seluruh realitas yang ada di dunia ini.
Manusia juga selalu memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu masalah
seperti masalah hukum dan kebijakan publik sehingga muncul pertentangan dan
perselisihan yang menyebabkan pandangan mayoritas atau mungkin hanya
pandangan orang-orang yang memiliki kekuatan (kekuasan atau harta) di atas orang
lainnya yang akan diterapkan atau dipaksakan. Akibatnya pandangan yang diterapkan
sangat kontradiksi dengan kebenaran yang seharusnya dan mengakibatkan
kesengsaraan manusia.4

4
Taqiyuddin An Nabhani, Peraturan Hidup ………., 37.
Ideologi mempunyai fungsi penting, yaitu menanamkan keyakinan atau
kebenaran perjuangan kelompok atau kesatuan yang berpegang teguh pada ideologi
itu. Maka ideologi menjadi sumber inspirasi dan sumber citacita hidup bagi para
warganya, khususnya para warganya yang masih muda. Ideologi berupa pedoman
artinya menjadi pola dan norma hidup. Tetapi sekaligus menjadi ideal atau cita-cita.
Realisasi dari ide-ide dipandang sebagai kebesaran, kemuliaan manusia. Dengan
melaksanakan ideologi, manusia tidak hanya sekedar ingin melakukan apa yang
disadari sebagai kewajiban. Dengan ideologi manusia mengejar keluhuran. Oleh
karena itu, manusia sanggup mengorbankan harta benda, bahkan hidupnya demi
ideologi, karena ideologi menjadi pola, norma hidup dan dikejar pelaksanaannya
sebagai cita-cita, maka tidak mengherankan lagi jika ideologi menjadi bentuk hidup.5

Apabila kita telusuri seluruh dunia ini, maka yang kita dapati hanya ada tiga
ideologi, yaitu Kapitalisme, Sosialisme dan Islam. Dua ideologi pertama, masing-
masing diemban oleh satu atau beberapa Negara. Sedangkan ideologi yang ketiga
yaitu Islam, tidak diemban oleh satu negarapun. Islam hanya diemban oleh individu
dan gerakan Islam dalam masyarakat. 6 Sumber konsepsi ideologi kapitalisme dan
Sosialisme berasal dari buatan akal manusia, sedangkan Islam berasal dari wahyu
Allah SWT (hukum syara’).

B. Beberapa unsur yang ada dalam ideologi

Koento Wibisono menemukan tiga unsure esenial yang termuat didalamnya, yaitu:

1. Keyakinan, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menunjuk adanya gagasan
vital yang sudah diyakini kebenaranya untuk dijadikan dasar dan arah stategi
bagi tercapainya tujuan yang telah ditentukan.

5
Gunawan Setiardja, Hak-Hak Asasi Manusia ………., 21.
6
Taqiyuddin An Nabhani, Peraturan Hidup ………., 39.
2. Mitos, dalam bahwa setiap konsep ideology selalu memitoskan suatu ajaran
yang secara optimik dan deterministik pasti akan menjamin tercapainya tujuan
melalui cara-cara yang telah ditentukan pula.
3. Loyalitas, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menuntut keterlibatan
optimal atas dasar loyalitas dari para subyek penduduknya (Koenta
Wibisono:3).

C. Fungsi ideologi

Soerjanto Poespowardojo menemukan ada enam fungsi ideoligi, yaitu:

1. Memberikan struktur kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat


merupakan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-
kejadian dalam alam sekitarnya.
2. Memberikan orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan
makna serta menunjukan tujuan dalam kehidupan manusia.
3. Memberikan norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi
seseorang untuk melangka dan bertindak.
4. Memberikan bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan identitasnya.
5. Memberikan kekuasaan yang mampu menyemangati dan mendorong
seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
6. Memberikan pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami,
menghayati serta mempolakan tingka lakunya sesuai dengan orientasi dan
norma-norma yang terkandung didalamnya.7

7
Poespowardojo, Soerjanto, 1989. Filsafat Pancasila, Jakarta: Gramedia
Ideology pancasila

Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa indonesia tak ada
yang mampu menandinginya. Indonesia yang terdiri atas berbagai dan suku bangsa
dapat dipersatukan oleh pancasila. Itu sebabnya sering kali pancasila dianggap
sebagai ideologi yang sakti. Siapa pun coba menggulingkannya, akan berhadapan
langsung dengan seluruh komponen-komponen kekuatan bangsa dan negara
indonesia.

Pancasila adalah sebagai dasar negara indonesia, sehingga dapat diartikan


kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa indonesia, sebagai dasar pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan negara.

Sebagai dasar negara republik indonesia ( way of life ), pancasila nilai-nilainya


telah dimiliki oleh bangsa indonesia sejak zaman dulu. Nilai–nilai tersebut meliputi
nilai budaya, adat–istiadat dan religiusitas yang diimplimentasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Jati diri bangsa indonesia melekat kuat melalui nilai-nilai tersebut yang
dijadikan pandangan hidup. Tindak–tanduk sert perilaku masyarakat nusantara sejak
dahulu kala telah tercermin dalam nilai-nilai pancasila. Untuk itu, pendiri republik
indonesia berusaha merumuskan nilai-nilai Sehingga negara yang memiliki ideologi
pancasila juga memiliki sebuah dasar negara yang berdasarkan pancasila. Dasar
negara menjadi sebuah tatanan untuk mengatur penyelenggaraan negara serta
menjadi pedoman luhur itu kedalam sebuah ideologi bernama pancasila. Sehingga
negara yang memiliki ideologi pancasila juga memiliki sebuah dasar negara yang
berdasarkan pancasila. Dasar negara menjadi sebuah tatanan untuk mengatur
penyelenggaraan negara serta menjadi pedoman hidup bernegara.

Makna Ideologi Pancasila adalah sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita,


keyakinan dan nilai bangsa Indonesia yang secara normatif perlu diwujudkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena pada hakikatnya
Pancasila merupakan Ideologi tersendiri yang merupakan bukti nyata pengaplikasian
jati diri bangsa Indonesia.

Oleh karena itu tidak diragukan lagi bahwa pancasila benar-benar Ideologi yang
di sahkan untuk di terapkan serta ditetapkan bangsa Indonesia sebagai Ideologi
Nasional bagi bangsa Indonesia. Ini mengandung makna bahwa idelogi Pancasila
bukan hanya berfokus pada segolongan tertentu, melainkan Ideologi bagi seluruh
bangsa Indonesia.

Ideologi mampu menjawab secara meyakinkan pertanyaan mengapa dan untuk


apa mereka menjadi satu bangsa dan mendirikan negara. Sejalan dengan itu ideologi
adalah landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Sebagai Ideologi nasional, pancasila mengandung semua sifat yang
mencerminkan jati diri bangsa Indonesia.

Besarnya arti penting Pancasila sebagai pondasi negara memberikan makna yang
sangat dalam bagi segenap rakyat Indonesia. Sebagaimana tertuang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alinea ke 4secara jelas
mengungkapkan makna Pancasila sebagai dasar negara: “Kemudian daripada itu
untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.” 8

Idoelogi idealis

sejarah

Ajaran liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia
sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa,
kecuali dengan persetujuannya. Hak asasi itu kemudian memiliki nilai-nilai dasar
(intrinsic), yaitu kebebasan dan kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan
individu secara mutlak, yaitu kebebasan mengejar kebahagiaan hidup ditengah-
tengah kekayaan materiil yang melimpah dan dicapai dengan bebas. Ancaman
liberalisme sangat terselubung dan secara tidak sadar dapat tertanam dalam cara
berfikir dan bertindak masyarakat tertentu di Indonesia. Paham liberalism selalu
mengkaitkan aliran pikirannya dengan hak asasi manusia yang menyebabkan paham
tersebut memiliki daya tarik yang kuat di kalangan masyarakat tertentu.

Tiap pembaharu sosial adalah seorang idealis dalam arti kedua ini, karena ia
menyokong sesuatu yang belum ada. Mereka yang berusaha mencapai perdamaian
yang abadi atau memusnahkan kemiskinan juga dapat dinamakan idealis dalam arti
ini. Kata idealis dapat dipakai sebagai pujian atau olok-olok. Seorang yang
memperjuangkan tujuan-tujuan yang dipandang orang lain tidak mungkin dicapai,
atau seorang yang menganggap fakta-fakta dan kondisi-kondisi suatu situasi, sering
dinamakan idealis. Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang
mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya dengan
ide, fikiran atau jiwa. Dunia mempunyai arti yang berlainan dari apa yang tampak

8
Ronto. 2012. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta: PT Balai Pustaka.
pada permukannya.Dunia difahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan tentang hukum-
hukum fikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metoda ilmu obyektif semata-
mata.

Jenis jenis idealism

1. Idealism subyektif
Jenis idealisme ini kadang-kadang dinamakan mentalismeatau fenomenal-
isme. Jenis ini sangat tidak dapat dipertahankan, karena paling banyak
mendapat tantangan. Seorang idealis subyektif berpendirian bahwa akal, jiwa
dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Obyek
pengalaman bukan benda material, obyek pengalaman adalah peersepsi.
Benda-benda seperti bangunan dan pohon-pohonan itu ada, tetapi hanya ada
dalam akal yang mempersepsikannya.

2. Idealism obyektif
Kelompok idealis obyektif modern berpendapat bahwa semua bagian alam
tercakup dalam suatu tertib yang meliputi segala sesuatu, dan mereka
menghubungkan kesatuan tersebut kepada ide dan maksud-maksud dari suatu
akal yangmutlak (absolute mind). Hegel (1770-1831) memaparkan satu dari
sistem-sistem yang terbaik dalam idealisme monistik ataumutlak(absolute).
Kelompok idealis obyektif tidak mengingkari adanya realitas luar atau
realitas obyektif. Mereka percaya bahwa sikap mereka adalah satu-satunya
sifat yang bersifat adil kepada segi obyektif dari pengalaman, oleh karena
mereka menemukan dalam alam prinsip: tata tertib, akal dan maksud yang
sama seperti yang ditemukan manusia dalam dirinya sendiri.

3. Idealism personal
Personalisme muncul sebagai protesterhadap meterialisme mekanikdan
idealisme monistik. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukannya
pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi
seseorang, suatu jiwaatau seorang pemikir. Realitas itu termasuk dalam
personalitas yang sadar. Jiwa (self) adalah satuan kehidupan yang tak dapat
diperkecil lagi, dan hanya dapat dibagi dengan cara abstraksi yang palsu.
Kelompok personalis berpendapat bahwa perkembangan terakhir dalam sains
modern, termasuk di dalamnya formulasi teori realitas dan pengakuan yang
selau bertambah terhadap 'tempat berpijaknya si pengamat' telah memperkuat
sikap mereka. Realitas adalah suatu sistem jiwa personal, oleh karena itu
realitas bersifatpluralistik. Kelompok personalis menekankan realitas dan
harga diri dari orang-orang, nilai moral, dan kemerdekaan manusia.9
Ideology liberalisme

Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan


tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan
hak adalah nilai politik yang utama.Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu
masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham
liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi,
hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas.10

Liberalisme terutama berkembang di Inggris, terutama sejak Glorious


Revolution,di mana Kekuasaan Monarki Absolut Inggris dibatasi. Tokoh liberalisme
adalahJohn Locke dan John Stuart Mill. Locke melalui karyanya Two Treatises
ofGovernment mensyaratkan tujuan pemerintahan untuk melindungi hak milik

9
dunipengertian,”Pengertian Idealisme Serta Jenisnya”,
https://www.duniapengertian.com/2020/04/pengertian-idealisme-serta-jenisnya.html, (Senin, 3
Oktober 2022, 10.35).
10
Liberalisme' didefinisikan sebagai suatu etika sosial yang menganjurkan kebebasan dan kesetaraan
secara umum." - Coady, C. A. J. Distributive Justice, A Companion to Contemporary Political
Philosophy, editors Goodin, Robert E. and Pettit, Philip. Blackwell Publishing, 1995, p.440. B:
"Kebebasan itu sendiri bukanlah sarana untuk mencapai tujuan politik yang lebih tinggi. Ia sendiri
adalah tujuan politik yang tertinggi."- Lord Acton
yangdiperintah. Sementara John Stuart Mill melalui karyanya On Liberty,
yangmengawali sistem demokrasi dengan mekanisme suara terbanyak

Ada tiga hal yang mendasar dari Ideolog Liberalisme yakni Kehidupan,
Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty and Property). Dibawah ini, adalah nilai-
nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme tadi:

1. Kesempatan yang sama. (Hold the Basic Equality of All Human Being).
Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala bidang
kehidupan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Namun karena
kualitas manusia yang berbeda-beda, sehingga dalam menggunakan
persamaan kesempatan itu akan berlainan tergantung kepada kemampuannya
masing-masing. Terlepas dari itu semua, hal ini (persamaan kesempatan)
adalah suatu nilai yang mutlak dari demokrasi.
2. Dengan adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, dimana setiap orang
mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam
setiap penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi baik dalam kehidupan
politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan kenegaraan dilakukan secara diskusi
dan dilaksanakan dengan persetujuan – dimana hal ini sangat penting untuk
menghilangkan egoisme individu.( Treat the Others Reason Equally.)
3. Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang diperintah. Pemerintah
tidak boleh bertindak menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak
menurut kehendak rakyat.(Government by the Consent of The People or The
Governed)
4. Berjalannya hukum (The Rule of Law). Fungsi Negara adalah untuk membela
dan mengabdi pada rakyat. Terhadap hal asasi manusia yang merupakan
hukum abadi dimana seluruh peraturan atau hukum dibuat oleh pemerintah
adalah untuk melindungi dan mempertahankannya. Maka untuk menciptakan
rule of law, harus ada patokan terhadap hukum tertinggi (Undang-undang),
persamaan dimuka umum, dan persamaan sosial.
5. Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu.(The Emphasis of
Individual)
6. Negara hanyalah alat (The State is Instrument). Negara itu sebagai suatu
mekanisme yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih besar
dibandingkan negara itu sendiri. Di dalam ajaran Liberal Klasik, ditekankan
bahwa masyarakat pada dasarnya dianggap, dapat memenuhi dirinya sendiri,
dan negara hanyalah merupakan suatu langkah saja ketika usaha yang secara
sukarela masyarakat telah mengalami kegagalan.
7. Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse
Dogatism). Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke
(1632 – 1704) yang menyatakan bahwa semua pengetahuan itu didasarkan
pada pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah.11

Dua masa liberalism

Liberalisme adalah sebuah ideologi yang mengagungkan kebebasan.. Ada


dua macam Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan Liberalisme Modern.
Liberalisme Klasik timbul pada awal abad ke 16. Sedangkan Liberalisme Modern
mulai muncul sejak abad ke-20. Namun, bukan berarti setelah ada Liberalisme
Modern, Liberalisme Klasik akan hilang begitu saja atau tergantikan oleh
Liberalisme Modern, karena hingga kini, nilai-nilai dari Liberalisme Klasik itu masih
ada. Liberalisme Modern tidak mengubah hal-hal yang mendasar ; hanya mengubah
hal-hal lainnya atau dengan kata lain, nilai intinya (core values) tidak berubah hanya
ada tambahan-tanbahan saja dalam versi yang baru. Jadi sesungguhnya, masa
Liberalisme Klasik itu tidak pernah berakhir.

11
Sukarna. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik. (Bandung: Penerbit Alumni, 1981)
Dalam Liberalisme Klasik, keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah
diagungkan Setiap individu memiliki kebebasan berpikir masing-masing yang akan
menghasilkan paham baru. Ada dua paham, yakni demokrasi (politik) dan
kapitalisme (ekonomi). Meskipun begitu, bukan berarti kebebasan yang dimiliki
individu itu adalah kebebasan yang mutlak, karena kebebasan itu adalah
kebebasan yang harus dipertanggungjawabkan. Jadi, tetap ada keteraturan di dalam
ideologi ini, atau dengan kata lain, bukan bebas yang sebebas-bebasnya.12

Liberalisme berkembang sejalan dengan Kapitalisme. Perbedaannya


Kapitalisme berdasarkan determinisme Ekonomi, sementara Liberalisme tidak
semata didasarkan pada ekonomi melainkan juga filsafat, agama, dan kemanusiaan.
J. Salwyn Schapiro menyatakan bahwa Liberalisme adalah “perilaku berpikir
terhadap masalah hidup dan kehidupan yang menekankan padanilai-nilai
kemerdekaan individu, minoritas, dan bangsa.”

Lebih lanjut, Schapiro menjelaskan serangkaian prinsip dari Liberalisme yaitu :

1. Keyakinan mengenai pentingnya kemerdekaan untuk mencapai setiap tujuan


yang diharapkan.
2. Semua manusia memiliki hak-hak yang sama di depan hukum yang
dimaksudkan bagi kemerdekaan sipil.
3. Tujuan utama dari setiap pemerintahan adalah mempertahankankebebasan,
persamaan, dan keaman dari semua warga Negara.
4. Adanya kebebasan berpikir dan berekspresi.
5. Liberalisme yakin akan adanya kebenaran yang obyektif, bisaditemukan
melalui kegiatan berpikir menurut metode riset,eksperimen, dan verifikasi.
6. Agama merupakan hal yang harus ditoleransi.
7. Liberalisme berpandangan dinamis mengenai dunia dan,

12
Sukarna. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik. (Bandung: Penerbit Alumni, 1981)
8. Kaum liberal adalah mereka yang idealis (hendak mencapai tujuan)melalui
praktek-praktek yang dipertimbangkan.13

Perbandingan ideologi pancasila dan ideologi liberalism

Ideologi pancasila:
1. Kepemilikan individu dibatasi pada kepentingan yang tidak menjadi hajat
hidup orang banyak.
2. Bercampurnya aspek kepemerintahan dengan agama.
3. Masih adanya pembatasan oleh pemerintah dan agama

Ideologi liberalis
1. Kepemilikan individu tidak dibatasi sama sekali.
2. Aspek pemerintahan dan keagamaan dilarang untuk dicampur adukkan.
3. Penolakan terhadap pembatasan oleh pemerintah dan agama.

Persamaannya

Sama-sama menganut sistem demokrasi, dimana semua orang berhak menyuarakan


pendapatnya

Ideology imperialism

Pengertian imperalisme

Perkataan imperialism berasal dari kata Latin "imperare" yang gunanya


"memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) dikata "imperium". Orang yang
diberi hak itu (diberi imperium) dikata "imperator". Yang lazimnya diberi imperium
itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja dikata imperator dan kerajaannya (ialah
daerah dimana imperiumnya berlaku) dikata imperium. Pada zaman dahulu
kebesaran seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara
13
Syariati, Ali, 1984. Ideologi Kaum Intelektual, Terjemahan JalaludinRahmat,Bandung : Mizan.
bersedia selalu memperluas kerajaannya dengan menduduki negara-negara lain.
Tindakan raja inilah yang dikata imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan
selanjutnya ditambah dengan pengertian-pengertian lain hingga perkataan
imperialisme mendapat arti-kata yang kita kenal sekarang ini. hingga kata
imperealisme ini dapat dipakai untuk dan menetap dimana saja.

Imperialisme ialah politik untuk menduduki (dengan paksaan) seluruh dunia


untuk kebutuhan diri sendiri yang diproduksi bangun untuk imperiumnya.
"Menguasai" disini tidak perlu berfaedah menduduki dengan daya senjata, tetapi
dapat dijalankan dengan daya ekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan
paksaan. Imperium disini tidak perlu berfaedah suatu gabungan dari jajahan-jajahan,
tetapi dapat berupa daerah-daerah pengaruh, asal saja untuk kebutuhan diri sendiri.
14
Apakah selisih selang imperialisme dan kolonialisme? Imperialisme ialah politik
yang dijalankan mengenai seluruh imperium. Kolonialisme ialah politik yang
dijalankan mengenai suatu koloni, sesuatu anggota dari imperium jika imperium itu
merupakan gabungan jajahan-jajahan.

Lazimnya imperialisme dibagi menjadi dua:

a. Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism). Inti dari imperialisme kuno adalah


semboyan gold, gospel, and glory (kekayaan, penyebaran agama dan
kejayaan). Suatu negara menduduki negara lain untuk menyebarkan agama,
memperoleh kekayaan dan menambah kejayaannya. Imperialisme ini
berlanjut sebelum revolusi industri dan dipelopori oleh Spanyol dan Portugal.
b. Imperialisme Modern (Modern Imperialism). Inti dari imperialisme modern
ialah kemajuan ekonomi. Imperialisme modern timbul sesudah revolusi
industri. Industri besar-besaran (akibat revolusi industri) membutuhkan bahan
mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka mencari jajahan untuk

14
Soebantardjo, Sari Sedjarah Jilid I: Asia - Afrika, Penerbit BOPKRI, Yogyakarta 1960
menjadi sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil industri, selanjutnya
juga sebgai tempat penanaman modal bagi kapital surplus.

Jika mendasarkan pendangan kita pada sektor apa yang bersedia diduduki si
imperialis, maka kita akan memperoleh pembagian jenis imperialisme yang lain,
yaitu:

a. Imperialisme politik. Si imperialis akan mengusai segala-galnya dari suatu


negara lain. Negara yang didudukinya itu merupakan jajahan dalam guna
yang sesungguhnya. Bangun imperialisme politik ini tidak umum ditemui di
zaman modern karena pada zaman modern paham nasionalisme sudah
berkembang. Imperialisme politik ini biasanya bersembunyi dalam bangun
protectorate dan mandate.
b. Imperialisme Ekonomi. Si imperialis akan menduduki hanya ekonominya
saja dari suatu negara lain. Jika sesuatu negara tidak mungkin dapat diduduki
dengan perlintasan imperialisme politik, maka negara itu masih dapat
diduduki juga jika ekonomi negara itu dapat diduduki si imperialis.
Imperialisme ekonomi inilah yang sekarang sangat disukai oleh negara-
negara imperialis untuk menggantikan imperialisme politik.
c. Imperialisme Hukum budaya istiadat. Si imperialis akan menduduki jiwa (de
geest, the mind) dari suatu negara lain. Dalam hukum budaya istiadat terletak
jiwa dari suatu bangsa. Jika hukum budaya istiadatnya dapat diubah,
berubahlah jiwa dari bangsa itu. Si imperialis akan melenyapkan hukum
budaya istiadat dari suatu bangsa dan menggantikannya dengan hukum
budaya istiadat si imperialis, hingga jiwa bangsa jajahan itu menjadi sama
atau menjadi satu dengan jiwa si penjajah. Menduduki jiwa suatu bangsa
berfaedah mengusai segala-galanya dari bangsa itu. Imperialisme hukum
budaya istiadat ini adalah imperialisme yang sangat berbahaya, karena
masuknya gampang, tidak berasa oleh yang akan dijajah dan jika berhasil
sukar sekali bangsa jajahan dapat membebaskan diri kembali, bahkan
mungkin tidak sanggup lagi membebaskan diri.
d. Imperialisme Militer (Military Imperialism). Si imperialis akan menduduki
letak militer dari suatu negara. Ini dijalankan untuk menjamin keselamatan si
imperialis untuk kebutuhan sifat menyerang atau ekonomi. Tidak perlu
seluruh negara diduduki untuk jajahan, cukup jika tempat-tempat yang
strategis dari suatu negara berfaedah menduduki pula seluruh negara dengan
ancaman militer.15

Negara agamis dan Negara sekuler

Negara agamis

Negara Agama adalah negara yang menjadikan salah satu agama resmi sebagai
hukum dasar Negara. Dengan arti yang sederhana negara agama adalah negara yang
menerapkan danmenjadikan hukum Tuhan dalam sebuah negara. Contoh yang
menganut negara agama antaralain Kuwait, Saudi Arabia, Brunei Darussalam, Emirat
Arab, Iran, Pakistan, dan sejumlah negaraAfrika lainnya. Negara-negara ini
menjadikan dan menganut Islam sebagai dasar negaranya danmendeklarasikan
negaranya sebagai Negara Islam. Meskipun negara-negara tersebut menjadikanIslam
sebagai dasar negaranya, tetapi pola pemerintahan negara tersebut berbeda-beda. Ada
yang berbentuk Republik yang demokratis dan ada juga yang berbentuk kerajaan.

Tetapi ada sejumlahnegara yang tidak terus terang atau secara eksplisit
menyatakan bahwa negaranya sendiri adalahnegara agama, tetapi mengklaim satu
agama tertentu sebagai agama resmi negara tersebut.Agama resmi negara berfungsi

15
Soebantardjo, Sari Sedjarah Jilid I: Asia - Afrika, Penerbit BOPKRI, Yogyakarta 1960
sebagai kepentingan seremonial pendirian suatu negara, karenatidak sepenuhnya
perundang-undangan yang ada di Negara ini tercantum di dalam kitab suciagama
tersebut. Pembentukan perundang-undangan lebih ditentukan melalui cara
demokratis. Negara agama memiliki misi keagamaan, antarai lain menyebarkan
agama dan memelihara suatuagama. Aturan-aturan dalam agama akan
mempengaruhi pula hukum-hukum yang berlaku dalamsebuah negara agama. Seiring
berjalannya waktu, banyak negara yang mengubah ideologinya. Beberapa negara ada
yang memilih mempertahankan menjadi negara agama, dan yang lainnya memilih
menjadi negara sekuler. Contoh Negara Kristen yaitu Negara Katolik (Italia,
Kolombia), Negara Ortodox (Armenia, Yunani), Negara Potestan (Liberia, Islandia).
Negara Yahudi yaituIsrael, Negara Hindu yaitu Nepal dan Negara Buddha yaitu
Kamboja dan Thailand.

Negara sekuler

Sekularisme adalah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah negara harus


berdiri terpisah darisuatu agama atau kepercayaan. Negara sekuler adalah Negara
negara yang memisahkan kekuasaanantara agama dan negaranya. Negara sekuler
adalah negara yang menghindari kerancuan antaranegara dan agama, dengan cara
urusan negara diberikan kepada pemerintah seperti pihak eksekutif dan urusan agama
diberikan kepada para pemimpin agama. Negara sekuler merupakannegara yang
tidak mendukung orang yang beragama ataupun orang yang tidak memiliki
agama.Dengan kata lain negara sekuler adalah negara yang netral. Tidak seperti
negara agama, negarasekuler tidak memiliki agama nasional yang dijadikan sebagai
dasar negara. Oleh karena itunegara sekuler tidak melakukan diskriminasi terhadap
agama tertentu tetapi memperlakukansemua agama dengan adil. Negara sekuler tidak
mencampuri masalah agama seseorang. Negaraini tidak melarang ataupun
memaksakan seseorang untuk beragama. Namun sesekuler apapunnegara tersebut,
tetap saja ada praktik keagamaan yang muncul dan terlibat dalam penyelenggaraan
kenegaraan. Contohnya saja seperti negara Amerika dan Eropa. Lagu-
lagukebangsaan Amerika dan Eropa hampir semua menyebutkan nama Tuhan.
Negara sekuler tidak hanya ditemukan pada negara yang mayoritas penduduknya
non-muslim tetapi juga di negara-negara muslim, seperti Turki.Indonesia bukan
merupakan Negara agama dan juga buka Negara sekuler. Indonesia adalah Negara
Pancasila. Indonesia bukan Negara agama ideology Indonesia bukan dari suatu
agamatertentu, tetapi ideology Indonesia adalah Pancasila. Indonesia juga bukan
Negara sekuler karena Indonesia merupakan Negara yang beragama yang sesuai
dengan sila pertama dalam Pancasilayaitu ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.16

Alasan Indonesia bukan Negara agamis dan sekuler

Indonesia bukan Negara agama yang hanya didasarkan pada satu agama
tertentu, namun Indonesia juga bukan negara sekuler yang sama sekali tidak
memperhatikan agama dan menyerahkan urusan agama sepenuhnya kepada individu
dan masyarakat. Sedangkan dalam falsafah Pancasila, hukum nasional harus
menjamin keutuhan ideologi dan integrasi wilayah Negara, serta membangun
toleransi beragama yang berkeadilan dan berkeadaban.

Oleh karena itu, Indonesia sebagai Negara yang ber-Ketuhanan YME harus
melindungi setiap pemeluk agama untuk melaksanakan ajarannya masing-masing.
Dengan demikian, lanjut Mahkamah, hukum nasional dapat menjadi faktor integrasi
yang merupakan alat perekat dan pemersatu bangsa. Pelayanan negara kepada warga
negara tidak didasarkan pada ukuran besar (mayoritas) dan kecil (minoritas) pemeluk
agama, suku ataupun ras.

16
Costa, M. D. (2019). Perbedaan Negara Agama dan Negara Sekuler. Perbedaan Negara Agama Dan
Negara Sekuler.
Daftar pustaka

Dipoyudo kirdi, 1984. Pancasila arti dan pelaksanaannya, Jakarta : CSIS

Maarif, A. Syafii, 1985. Islam dan Masalah kenegaraan, Jakarta : LP3ES

Madjid, Nurcholis, 1991. Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan, Bandung : Mizan.

Poespowardojo, Soerjanto, 1989. Filsafat Pancasila, Jakarta: Gramedia Syariati, Ali,


1984. Ideologi Kaum Intelektual, Terjemahan Jalaludin Rahmat,Bandung : Mizan.

Syarbani, H. Syahrial.2012. Pancasila Dan Liberalisme, Komunisme Serta Agama.


Modul Ajar Pancasila.

Mubyarto, Ideologi Pancasila dalam Kehidupan Ekonomi: Pancasila sebagai Ideologi


dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat Bernegara dan Berbangsa, BP 7
Pusat, Jakarta.

Syarbani, H. Syahrial.2012. Pancasila Dan Liberalisme, Komunisme Serta Agama.


Modul Ajar Pancasila

Costa, M. D. (2019). Perbedaan Negara Agama dan Negara Sekuler. Perbedaan


Negara Agama Dan Negara Sekuler.

https://ugm.ac.id/id/berita/16888-mahfud-md-tegaskan-indonesia-bukan-negara-
agama

Anda mungkin juga menyukai