Latar belakang
1.
A. Pengertian ideologi
Ideologi adalah sebuah istilah yang lahir pada akhir abad ke-18 atau tahun
1796 yang dikemukakan oleh filsuf Perancis bernama Destutt de Tracy dan kemudian
dipakai Napoleon. Istilah itu berasal dari dua kata ideos yang berarti gagasan, dan
logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, ideologi adalah sebuah ilmu tentang
gagasan. Adapun gagasan yang dimaksud adalah gagasan tentang masa depan,
sehingga bisa disimpulkan bahwa ideologi adalah sebuah ilmu tentang masa depan.
Gagasan ini juga sebagai cita-cita atau kombinasi dari keduanya, yaitu cita-cita masa
depan. Sungguh pun citacita masa depan itu sebagai sebuah utopia, atau impian,
tetapi sekaligus juga merupakan gagasan ilmiah, rasional, yang bertolak dari analisis
masa kini. Ideologi ini tidak sekedar gagasan, melainkan gagasan yang diikuti dan
dianut sekelompok besar manusia atau bangsa, sehingga karena itu ideologi bersifat
mengerakkan manusia untuk merealisasikan gagasan tersebut. Meskipun gagasan
seseorang, betapapun ilmiah, rasional atau luhurnya, belum bisa disebut ideologi,
1
Gunawan Setiardja, Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila (Yogyakarta: Kanisius,
1993), 17.
apabila belum dianut oleh banyak orang dan diperjuangkan serta diwujudkan, dengan
aksi-aksi yang berkesinambungan.2
Dari sisi lain, ideologi tersusun dari ide (fikrah) dan metode (thariqah).
Ideologi dari sisi ini ditinjau dari segi: Pertama, konsep atau pemikiran murni – yang
semata-mata merupakan penjelasan konseptual tanpa disertai bagaimana metode
menerapkan konsep itu dalam kenyataan – dan Kedua, metodologi yang menjelaskan
bagaimana pemikiran atau konsep itu diterapkan secara praktis. Tinjauan ideologi
sebagai kesatuan ide dan metode ini dimaksudkan untuk menerangkan bahwa metode
(thariqah) adalah suatu keharusan agar ide (fikrah) dapat terwujud. Di samping itu,
juga untuk menerangkan bahwa ide (fikrah) dan metode (thariqah) suatu ideologi
adalah unik. Artinya, setiap ada ide (fikrah) dalam sebuah ideologi, pasti ada metode
(thariqah) yang khas untuk menerapkan ide (fikrah) tersebut, yang berasal dari
ideologi itu sendiri, bukan dari ideologi yang lain.
Ide (fikrah) merupakan sekumpulan konsep atau pemikiran yang terdiri dari
aqidah dan solusi terhadap masalah manusia. Sedang metode (thariqah) – yang
merupakan metodologi penerapan ideologi secara operasional-praktis – terdiri dari
penjelasan cara solusi masalah, cara penyebarluasan ideologi, dan cara pemeliharan
aqidah. Jadi, ideologi ditinjau dari sisi ini adalah gabungan dari ide (fikrah) dan
metode (thariqah), sebagai satu kesatuan.
2
Sarbini, Islam di tepian Revolusi: Ideologi, Pemikiran dan Gerakan (Yogyakarta : Pilar Media, 2005),
1.
3
Ahmad ‘Athiyat, Jalan Baru Islam; Studi Tentang Transformasi dan Kebangkitan Umat, (At-Thariq)
alih bahasa Dede Koswara, cet. I (Bogor : Pustaka Thariqul Izzah, 2004), 84.
Definisi ideologi yang telah diterangkan di atas bersifat umum, dalam arti
dapat dipakai dan berlaku untuk ideologi-ideologi dunia seperti Kapitalisme dan
Sosialisme. Dan tentu, dapat berlaku juga untuk Islam. Sebab Islam memang
mempunyai sebuah aqidah akliyah, yaitu Aqidah Islamiyah, dan mempunyai
peraturan hidup yang sempurna, yaitu Syariat Islam.
4
Taqiyuddin An Nabhani, Peraturan Hidup ………., 37.
Ideologi mempunyai fungsi penting, yaitu menanamkan keyakinan atau
kebenaran perjuangan kelompok atau kesatuan yang berpegang teguh pada ideologi
itu. Maka ideologi menjadi sumber inspirasi dan sumber citacita hidup bagi para
warganya, khususnya para warganya yang masih muda. Ideologi berupa pedoman
artinya menjadi pola dan norma hidup. Tetapi sekaligus menjadi ideal atau cita-cita.
Realisasi dari ide-ide dipandang sebagai kebesaran, kemuliaan manusia. Dengan
melaksanakan ideologi, manusia tidak hanya sekedar ingin melakukan apa yang
disadari sebagai kewajiban. Dengan ideologi manusia mengejar keluhuran. Oleh
karena itu, manusia sanggup mengorbankan harta benda, bahkan hidupnya demi
ideologi, karena ideologi menjadi pola, norma hidup dan dikejar pelaksanaannya
sebagai cita-cita, maka tidak mengherankan lagi jika ideologi menjadi bentuk hidup.5
Apabila kita telusuri seluruh dunia ini, maka yang kita dapati hanya ada tiga
ideologi, yaitu Kapitalisme, Sosialisme dan Islam. Dua ideologi pertama, masing-
masing diemban oleh satu atau beberapa Negara. Sedangkan ideologi yang ketiga
yaitu Islam, tidak diemban oleh satu negarapun. Islam hanya diemban oleh individu
dan gerakan Islam dalam masyarakat. 6 Sumber konsepsi ideologi kapitalisme dan
Sosialisme berasal dari buatan akal manusia, sedangkan Islam berasal dari wahyu
Allah SWT (hukum syara’).
Koento Wibisono menemukan tiga unsure esenial yang termuat didalamnya, yaitu:
1. Keyakinan, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menunjuk adanya gagasan
vital yang sudah diyakini kebenaranya untuk dijadikan dasar dan arah stategi
bagi tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
5
Gunawan Setiardja, Hak-Hak Asasi Manusia ………., 21.
6
Taqiyuddin An Nabhani, Peraturan Hidup ………., 39.
2. Mitos, dalam bahwa setiap konsep ideology selalu memitoskan suatu ajaran
yang secara optimik dan deterministik pasti akan menjamin tercapainya tujuan
melalui cara-cara yang telah ditentukan pula.
3. Loyalitas, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menuntut keterlibatan
optimal atas dasar loyalitas dari para subyek penduduknya (Koenta
Wibisono:3).
C. Fungsi ideologi
7
Poespowardojo, Soerjanto, 1989. Filsafat Pancasila, Jakarta: Gramedia
Ideology pancasila
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa indonesia tak ada
yang mampu menandinginya. Indonesia yang terdiri atas berbagai dan suku bangsa
dapat dipersatukan oleh pancasila. Itu sebabnya sering kali pancasila dianggap
sebagai ideologi yang sakti. Siapa pun coba menggulingkannya, akan berhadapan
langsung dengan seluruh komponen-komponen kekuatan bangsa dan negara
indonesia.
Oleh karena itu tidak diragukan lagi bahwa pancasila benar-benar Ideologi yang
di sahkan untuk di terapkan serta ditetapkan bangsa Indonesia sebagai Ideologi
Nasional bagi bangsa Indonesia. Ini mengandung makna bahwa idelogi Pancasila
bukan hanya berfokus pada segolongan tertentu, melainkan Ideologi bagi seluruh
bangsa Indonesia.
Besarnya arti penting Pancasila sebagai pondasi negara memberikan makna yang
sangat dalam bagi segenap rakyat Indonesia. Sebagaimana tertuang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alinea ke 4secara jelas
mengungkapkan makna Pancasila sebagai dasar negara: “Kemudian daripada itu
untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.” 8
Idoelogi idealis
sejarah
Ajaran liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia
sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa,
kecuali dengan persetujuannya. Hak asasi itu kemudian memiliki nilai-nilai dasar
(intrinsic), yaitu kebebasan dan kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan
individu secara mutlak, yaitu kebebasan mengejar kebahagiaan hidup ditengah-
tengah kekayaan materiil yang melimpah dan dicapai dengan bebas. Ancaman
liberalisme sangat terselubung dan secara tidak sadar dapat tertanam dalam cara
berfikir dan bertindak masyarakat tertentu di Indonesia. Paham liberalism selalu
mengkaitkan aliran pikirannya dengan hak asasi manusia yang menyebabkan paham
tersebut memiliki daya tarik yang kuat di kalangan masyarakat tertentu.
Tiap pembaharu sosial adalah seorang idealis dalam arti kedua ini, karena ia
menyokong sesuatu yang belum ada. Mereka yang berusaha mencapai perdamaian
yang abadi atau memusnahkan kemiskinan juga dapat dinamakan idealis dalam arti
ini. Kata idealis dapat dipakai sebagai pujian atau olok-olok. Seorang yang
memperjuangkan tujuan-tujuan yang dipandang orang lain tidak mungkin dicapai,
atau seorang yang menganggap fakta-fakta dan kondisi-kondisi suatu situasi, sering
dinamakan idealis. Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang
mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya dengan
ide, fikiran atau jiwa. Dunia mempunyai arti yang berlainan dari apa yang tampak
8
Ronto. 2012. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta: PT Balai Pustaka.
pada permukannya.Dunia difahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan tentang hukum-
hukum fikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metoda ilmu obyektif semata-
mata.
1. Idealism subyektif
Jenis idealisme ini kadang-kadang dinamakan mentalismeatau fenomenal-
isme. Jenis ini sangat tidak dapat dipertahankan, karena paling banyak
mendapat tantangan. Seorang idealis subyektif berpendirian bahwa akal, jiwa
dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Obyek
pengalaman bukan benda material, obyek pengalaman adalah peersepsi.
Benda-benda seperti bangunan dan pohon-pohonan itu ada, tetapi hanya ada
dalam akal yang mempersepsikannya.
2. Idealism obyektif
Kelompok idealis obyektif modern berpendapat bahwa semua bagian alam
tercakup dalam suatu tertib yang meliputi segala sesuatu, dan mereka
menghubungkan kesatuan tersebut kepada ide dan maksud-maksud dari suatu
akal yangmutlak (absolute mind). Hegel (1770-1831) memaparkan satu dari
sistem-sistem yang terbaik dalam idealisme monistik ataumutlak(absolute).
Kelompok idealis obyektif tidak mengingkari adanya realitas luar atau
realitas obyektif. Mereka percaya bahwa sikap mereka adalah satu-satunya
sifat yang bersifat adil kepada segi obyektif dari pengalaman, oleh karena
mereka menemukan dalam alam prinsip: tata tertib, akal dan maksud yang
sama seperti yang ditemukan manusia dalam dirinya sendiri.
3. Idealism personal
Personalisme muncul sebagai protesterhadap meterialisme mekanikdan
idealisme monistik. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukannya
pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi
seseorang, suatu jiwaatau seorang pemikir. Realitas itu termasuk dalam
personalitas yang sadar. Jiwa (self) adalah satuan kehidupan yang tak dapat
diperkecil lagi, dan hanya dapat dibagi dengan cara abstraksi yang palsu.
Kelompok personalis berpendapat bahwa perkembangan terakhir dalam sains
modern, termasuk di dalamnya formulasi teori realitas dan pengakuan yang
selau bertambah terhadap 'tempat berpijaknya si pengamat' telah memperkuat
sikap mereka. Realitas adalah suatu sistem jiwa personal, oleh karena itu
realitas bersifatpluralistik. Kelompok personalis menekankan realitas dan
harga diri dari orang-orang, nilai moral, dan kemerdekaan manusia.9
Ideology liberalisme
9
dunipengertian,”Pengertian Idealisme Serta Jenisnya”,
https://www.duniapengertian.com/2020/04/pengertian-idealisme-serta-jenisnya.html, (Senin, 3
Oktober 2022, 10.35).
10
Liberalisme' didefinisikan sebagai suatu etika sosial yang menganjurkan kebebasan dan kesetaraan
secara umum." - Coady, C. A. J. Distributive Justice, A Companion to Contemporary Political
Philosophy, editors Goodin, Robert E. and Pettit, Philip. Blackwell Publishing, 1995, p.440. B:
"Kebebasan itu sendiri bukanlah sarana untuk mencapai tujuan politik yang lebih tinggi. Ia sendiri
adalah tujuan politik yang tertinggi."- Lord Acton
yangdiperintah. Sementara John Stuart Mill melalui karyanya On Liberty,
yangmengawali sistem demokrasi dengan mekanisme suara terbanyak
Ada tiga hal yang mendasar dari Ideolog Liberalisme yakni Kehidupan,
Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty and Property). Dibawah ini, adalah nilai-
nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme tadi:
1. Kesempatan yang sama. (Hold the Basic Equality of All Human Being).
Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala bidang
kehidupan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Namun karena
kualitas manusia yang berbeda-beda, sehingga dalam menggunakan
persamaan kesempatan itu akan berlainan tergantung kepada kemampuannya
masing-masing. Terlepas dari itu semua, hal ini (persamaan kesempatan)
adalah suatu nilai yang mutlak dari demokrasi.
2. Dengan adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, dimana setiap orang
mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam
setiap penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi baik dalam kehidupan
politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan kenegaraan dilakukan secara diskusi
dan dilaksanakan dengan persetujuan – dimana hal ini sangat penting untuk
menghilangkan egoisme individu.( Treat the Others Reason Equally.)
3. Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang diperintah. Pemerintah
tidak boleh bertindak menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak
menurut kehendak rakyat.(Government by the Consent of The People or The
Governed)
4. Berjalannya hukum (The Rule of Law). Fungsi Negara adalah untuk membela
dan mengabdi pada rakyat. Terhadap hal asasi manusia yang merupakan
hukum abadi dimana seluruh peraturan atau hukum dibuat oleh pemerintah
adalah untuk melindungi dan mempertahankannya. Maka untuk menciptakan
rule of law, harus ada patokan terhadap hukum tertinggi (Undang-undang),
persamaan dimuka umum, dan persamaan sosial.
5. Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu.(The Emphasis of
Individual)
6. Negara hanyalah alat (The State is Instrument). Negara itu sebagai suatu
mekanisme yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih besar
dibandingkan negara itu sendiri. Di dalam ajaran Liberal Klasik, ditekankan
bahwa masyarakat pada dasarnya dianggap, dapat memenuhi dirinya sendiri,
dan negara hanyalah merupakan suatu langkah saja ketika usaha yang secara
sukarela masyarakat telah mengalami kegagalan.
7. Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse
Dogatism). Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke
(1632 – 1704) yang menyatakan bahwa semua pengetahuan itu didasarkan
pada pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah.11
11
Sukarna. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik. (Bandung: Penerbit Alumni, 1981)
Dalam Liberalisme Klasik, keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah
diagungkan Setiap individu memiliki kebebasan berpikir masing-masing yang akan
menghasilkan paham baru. Ada dua paham, yakni demokrasi (politik) dan
kapitalisme (ekonomi). Meskipun begitu, bukan berarti kebebasan yang dimiliki
individu itu adalah kebebasan yang mutlak, karena kebebasan itu adalah
kebebasan yang harus dipertanggungjawabkan. Jadi, tetap ada keteraturan di dalam
ideologi ini, atau dengan kata lain, bukan bebas yang sebebas-bebasnya.12
12
Sukarna. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik. (Bandung: Penerbit Alumni, 1981)
8. Kaum liberal adalah mereka yang idealis (hendak mencapai tujuan)melalui
praktek-praktek yang dipertimbangkan.13
Ideologi pancasila:
1. Kepemilikan individu dibatasi pada kepentingan yang tidak menjadi hajat
hidup orang banyak.
2. Bercampurnya aspek kepemerintahan dengan agama.
3. Masih adanya pembatasan oleh pemerintah dan agama
Ideologi liberalis
1. Kepemilikan individu tidak dibatasi sama sekali.
2. Aspek pemerintahan dan keagamaan dilarang untuk dicampur adukkan.
3. Penolakan terhadap pembatasan oleh pemerintah dan agama.
Persamaannya
Ideology imperialism
Pengertian imperalisme
14
Soebantardjo, Sari Sedjarah Jilid I: Asia - Afrika, Penerbit BOPKRI, Yogyakarta 1960
menjadi sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil industri, selanjutnya
juga sebgai tempat penanaman modal bagi kapital surplus.
Jika mendasarkan pendangan kita pada sektor apa yang bersedia diduduki si
imperialis, maka kita akan memperoleh pembagian jenis imperialisme yang lain,
yaitu:
Negara agamis
Negara Agama adalah negara yang menjadikan salah satu agama resmi sebagai
hukum dasar Negara. Dengan arti yang sederhana negara agama adalah negara yang
menerapkan danmenjadikan hukum Tuhan dalam sebuah negara. Contoh yang
menganut negara agama antaralain Kuwait, Saudi Arabia, Brunei Darussalam, Emirat
Arab, Iran, Pakistan, dan sejumlah negaraAfrika lainnya. Negara-negara ini
menjadikan dan menganut Islam sebagai dasar negaranya danmendeklarasikan
negaranya sebagai Negara Islam. Meskipun negara-negara tersebut menjadikanIslam
sebagai dasar negaranya, tetapi pola pemerintahan negara tersebut berbeda-beda. Ada
yang berbentuk Republik yang demokratis dan ada juga yang berbentuk kerajaan.
Tetapi ada sejumlahnegara yang tidak terus terang atau secara eksplisit
menyatakan bahwa negaranya sendiri adalahnegara agama, tetapi mengklaim satu
agama tertentu sebagai agama resmi negara tersebut.Agama resmi negara berfungsi
15
Soebantardjo, Sari Sedjarah Jilid I: Asia - Afrika, Penerbit BOPKRI, Yogyakarta 1960
sebagai kepentingan seremonial pendirian suatu negara, karenatidak sepenuhnya
perundang-undangan yang ada di Negara ini tercantum di dalam kitab suciagama
tersebut. Pembentukan perundang-undangan lebih ditentukan melalui cara
demokratis. Negara agama memiliki misi keagamaan, antarai lain menyebarkan
agama dan memelihara suatuagama. Aturan-aturan dalam agama akan
mempengaruhi pula hukum-hukum yang berlaku dalamsebuah negara agama. Seiring
berjalannya waktu, banyak negara yang mengubah ideologinya. Beberapa negara ada
yang memilih mempertahankan menjadi negara agama, dan yang lainnya memilih
menjadi negara sekuler. Contoh Negara Kristen yaitu Negara Katolik (Italia,
Kolombia), Negara Ortodox (Armenia, Yunani), Negara Potestan (Liberia, Islandia).
Negara Yahudi yaituIsrael, Negara Hindu yaitu Nepal dan Negara Buddha yaitu
Kamboja dan Thailand.
Negara sekuler
Indonesia bukan Negara agama yang hanya didasarkan pada satu agama
tertentu, namun Indonesia juga bukan negara sekuler yang sama sekali tidak
memperhatikan agama dan menyerahkan urusan agama sepenuhnya kepada individu
dan masyarakat. Sedangkan dalam falsafah Pancasila, hukum nasional harus
menjamin keutuhan ideologi dan integrasi wilayah Negara, serta membangun
toleransi beragama yang berkeadilan dan berkeadaban.
Oleh karena itu, Indonesia sebagai Negara yang ber-Ketuhanan YME harus
melindungi setiap pemeluk agama untuk melaksanakan ajarannya masing-masing.
Dengan demikian, lanjut Mahkamah, hukum nasional dapat menjadi faktor integrasi
yang merupakan alat perekat dan pemersatu bangsa. Pelayanan negara kepada warga
negara tidak didasarkan pada ukuran besar (mayoritas) dan kecil (minoritas) pemeluk
agama, suku ataupun ras.
16
Costa, M. D. (2019). Perbedaan Negara Agama dan Negara Sekuler. Perbedaan Negara Agama Dan
Negara Sekuler.
Daftar pustaka
https://ugm.ac.id/id/berita/16888-mahfud-md-tegaskan-indonesia-bukan-negara-
agama