Fraktur Dentoalveolar
Fraktur Dentoalveolar
Fraktur dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas jaringan keras pada
stuktur gigi dan alveolarnya disebabkan trauma. Cedera yang terjadi dapat hanya mengenai gigi
dan struktur pendukungnya saja seperti pada usia lanjut yang terjatuh, ataupun dapat juga
berhubungan dengan cedera multisistem. Penanganan kegawatdaruratan fraktur dentoalveolar
pada usia lanjut dengan penyakit sistemik membutuhkan tindakan yang cepat dan tepat serta
membutuhkan tindakan kooperatif pasien.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat reduksi yang tidak tepat yang dapat menyebabkan
maloklusi dan mobilitas segmen akibat fiksasi yang tidak tepat. Reduksi yang tidak tepat dapat
dilihat jika oklusi tidak normal dan keselarasan segmen di lengkungan buruk, dan akan
membutuhkan reposisi ulang dan fiksasi berikutnya.
Tanda-tanda klinis fraktur dentoalveolar diantaranya adalah adanya kegoyahan dan pergeseran
beberapa gigi dalam satu segmen, laserasi pada gingiva dan vermilion bibir, luka pada gingiva
dan hematom, nyeri tekan pada daerah garis fraktur serta adanya pembengkakan atau luka pada
dagu.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam melakukan tindakan dalam penanganan trauma
dentoalveolar diantaranya:
(1) Umur dan tingkat kooperatif pasien;
(2) Durasi antara trauma dan perawatan yang dilakukan;
(3) Lokasi dan perluasan;
(4) Trauma pada gigi permanen;
(5) Ada tidaknya fraktur pada pendukung tulang;
(6) Kesehatan jaringan periodontal dan gigi yang tersisa
Perawatan fraktur dentoalveolar meliputi reduksi segmen fraktur dan fiksasi sampai
terjadi penyembuhan tulang. Reduksi segmen fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup
atau reduksi terbuka. Reduksi tertutup segmen fraktur dilakukan dengan penekanan secara digital
sampai pada posisi anatomisnya. Reduksi terbuka dilakukan bila terdapat serpihan tulang atau
tepi segmen yang mempersulit reposisi. Pada kedua kasus diatas dilakukan reduksi tertutup
karena tidak terdapat pergeseran segmen fraktur yang jauh dan tidak terdapat fragmen tulang
atau jaringan granulasi yang menghalagi reposisi. Reduksi dilakukan secara sederhana dengan
penekanan pada segmen fraktur sehingga diperoleh posisi anatomis. Terdapat beberapa metode
untuk memfiksasi segmen tulang diantaranya interdental wiring, arch bar, dan splint akrilik