Anda di halaman 1dari 19

KESEHATAN OLAHRAGA

Pendidikan Jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi


media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk
mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan
bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani
merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera Rohani (melalui kegiatan jasmani), yang
dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani.

Olahraga adalah kegiatan pelatihan jasmani, yaitu kegiatan jasmani untuk


memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan gerak dasar maupun gerak
ketrampilan (kecabangan olahraga). Kegiatan itu merupakan bentuk pendekatan ke aspek
sejahtera jasmani atau sehat jasmani yang berarti juga sehat dinamis yaitu sehat yang
disertai dengan kemampuan gerak yang memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-
hari, artinya ia memiliki tingkat kebugaran jasmani yang memadai.

Olahraga adalah hal penting yang perlu dilakukan untuk menjaga tubuh tetap sehat,
kuat dan bugar. Olahraga memiliki banyak manfaat untuk tubuh dimana daya tahan tubuh
akan meningkat sehingga sulit untuk terkena penyakit. Namun, banyak orang yang tidak
menyadari pentingnya berolahraga. Banyak faktor yang membuat orang jarang berolahraga,
setiap orang harusnya memiliki kesadaran dari diri masing-masing. Banyak cara olahraga
yang ada, dimulai dari olahraga ringan seperti lari, senam, dll. Dan juga olahraga berat
seperti angkat beban, bela diri, dll. Olahraga sendiri juga dapat dilakukan secara personal
atau pun massal.

Olahraga massal adalah bentuk kegiatan olahraga yang dapat dilakukan oleh sejumlah
besar orang secara bersamaan atau yang biasa disebut sebagai olahraga masyarakat yang
hakekatnya adalah olahraga kesehatan, sebab dalam melakukan kegiatan olahraga tersebut
hanya satu tujuannya yaitu memelihara atau meningkatkan kesehatan. Olahraga masyarakat
atau olahraga kesehatan dengan demikian merupakan bentuk olahraga yang dapat
mewujudkan kebersamaan dan kesetaraan dalam berolahraga, oleh karena pada olahraga itu
tidak ada tuntutan keterampilan olahraga tertentu. Dengan demikian maka kesehatan
olahraga merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera sosial (sehat sosial = kebugaran
sosial).

A. SEHAT DAN KESEHATAN

Logo World Health Organization (WHO) - www.who.int

Menurut konsep sehat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengemukakan


bahwa sehat adalah kesejahteraan jasmani, sejahtera rohani dan sosial bukan hanya bebas
dari penyakit, cacat maupun kelemahan. Konsep tersebut dinamakan sehat paripurna
(sejahtera seutuhnya). Pada hakikatnya semua lembaga pemerintah maupun swasta, yang
membina maupun yang menggunakan sumber daya manusia yang bergerak dibidang
apapun, sadar maupun tidak sadar , dalam kegiatannya selalu terkandung tujuan memelihara
atau membina mutu sumber daya manusia. Pembinaan mutu sumber daya manusia ini tujuan
utamanya yaitu meningkatkan derajat kesejahteraan dan produktifitas mereka untuk menuju
kesejahteraan paripurna. Pengacu kepada tiga aspek diatas yaitu sejahtera jasmani, rohani
dan sosial maka, berikut adalah kegiatan kegiatan yang dapat mengacu untuk meningkatkan
kesejahteraan paripurna :

1. Kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan jasmaniah dilakukan dengan upaya


untuk meningkatkan derajat sehat dinamis (sehat dalam gerak) melalui berbagai bentuk
olahraga, khususnya olahraga kesehatan, yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

2. Kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rohaniah dilakukan dengan upaya dan


menyadarkan posisi dirinya dalam hubungan dengan Al Khalik beserta seluruh ciptaannya
di alam semesta ini, sehingga mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi
menyelenggarakan interaksi yang dapat melestarikan lingkungan dengan sebaik baiknya
disertai percaya diri yang tinggi namun rendah hati.

3. Kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dapat juga diperoleh melalui


kegiatan olahraga kesehatan yang memang dilakukan secara berkelompok. Berkelompok
merupakan rangsangan dan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, oleh karena
masing masing individu akan bertemu dengan sesamanya, sedangkan suasana lapangan pada
olahraga akan sangan mencairkan kelakuan yang disebabkan oleh adanya perbedaan status
intelektual dan kondisi sosio-ekonomi para pelakunya.

B. KESEHATAN OLAHRAGA
Kesehatan olahraga adalah Olahraga untuk memelihara dan/ atau untuk meningkatkan
derajat Kesehatan dinamis, sehingga orang bukan saja sehat dikala diam (Sehat statis) tetapi
juga sehat serta mempunyai kemampuan gerak yang dapat mendukung setiap aktivitas dalam
peri kehidupannya sehari-hari (Sehat dinamis) yang bersifat rutin, maupun untuk keperluan
rekreasi dan/ atau mengatasi keadaan gawat-darurat. Kesehatan olahraga meningkatkan
derajat Sehat Dinamis (Sehat dalam gerak), pasti juga Sehat Statis (Sehat dikala diam), tetapi
tidak pasti sebaliknya. Gemar berolahraga dapat mencegah penyakit, hidup sehat dan nikmat.
Malas berolahraga dapat mengundang penyakit. Tidak berolahraga hanya menelantarkan diri.
Kesibukan, keasyikan dan kehausan dalam kehidupan Duniawi, sering menyebabkan
orang menjadi kurang gerak, disertai stress yang dapat mengundang berbagai penyakit non-
infeksi (penyakit bukan oleh karena infeksi), di antaranya yang terpenting adalah penyakit
jantung-pembuluh darah (penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan stroke). Hal ini banyak
dijumpai pada kelompok usia madya, tua dan lanjut, khususnya yang tidak melakukan
Olahraga dan/ atau tidak menjalankan pola hidup sehat. Olahraga adalah kebutuhan hidup
bagi orang yang mau berpikir. Bukan Allah menganiaya manusia, tetapi manusia menganiaya
dirinya sendiri, Bila olahraga sudah menjadi kebutuhan, maka mereka akan merasa rugi
manakala tidak dapat melakukan Olahraga, misalnya karena hujan.

C. KONSEP KESEHATAN OLAHRAGA

Konsep kesehatan olahraga adalah Padat gerak, bebas stress, singkat (cukup 10-30
menit tanpa henti), ade kuat, massal, mudah, murah, dan meriah (bermanfaat dan aman).
Massal yaitu Ajang silaturahim, ajang pencerahan stress, ajang komunikasi sosial, Jadi
kesehatan olahraga membuat manusia menjadi sehat Jasmani, Rohani dan Sosial yaitu Sehat
seutuhnya sesuai konsep Sehat WHO. Adekuat artinya cukup, yaitu cukup dalam waktu (10-
30 menit tanpa henti) dan cukup dalam intensitas. Dalam hal olahraganya berbentuk berjalan,
maka intensitas berjalannya hendaknya seperti orang yang berjalan tergesa-gesa, tetapi tentu
sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Kesehatan olahraga dapat dilaksanakan secara massaal misalnya : jalan cepat atau lari
lambat (jogging), senam aerobik, senam pernafasan dan olahraga-olahraga massaal lain yang
sejenis. Senam aerobik sangat baik oleh karena dapat menjangkau seluruh sendi dan otot-otot
tubuh, di samping juga merangsang otak untuk berpikir, karena Peserta harus memperhatikan
dan segera menirukan gerak instruktur yang selalu berubah tanpa pola, sehingga gerakan-
gerakannya tidak dapat dihafalkan. Bila Peserta sudah hafal, maka rangsangan terhadap
proses berpikir menjadi berkurang.
Kesehatan olahraga memang dapat dilakukan sendiri-sendiri, akan tetapi akan lebih
menarik, semarak serta menggembirakan (aspek Rohaniah) apabila dilakukan secara
berkelompok. Berkelompok merupakan rangsangan dan sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan Sosial, oleh karena masing-masing individu akan bertemu dengan sesamanya,
sedangkan suasana lapangan pada Olahraga (Kesehatan) akan sangat mencairkan kekakuan
yang disebabkan oleh adanya perbedaan status intelektual dan sosial-ekonomi para
pelakunya. Dampak psikologis yang sangat positif dengan diterapkannya kesehatan olahraga
adalah rasa kesetaraan dan kebersamaan di antara sesama pelaku, oleh karena mereka semua
merasa dapat dan mampu melakukan kesehatan olahraga dengan baik secara bersama-sama.

D. CIRI UMUM OLAHRAGA KESEHATAN


Olahraga yang dianjurkan untuk keperluan untuk keperluan kesehatan adalah aktivitas
gerak raga dengan intensitas yang setingkat di atas intensitas gerak raga yang biasa dilakukan
untuk keperluan pelaksanaan tugas kehidupan sehari hari. Oleh karena itu olahraga
mempunyai dosis olahraganya masing masing. Berikut adalah ciri umum olahraga kesehatan
secara teknis-fisiologik yaitu :
1. Gerakan mudah, sehingga dapat diikuti oleh orang kebanyakan dan seluruh peserta pada
umumnya.
2. Intensitasnya sub maksimal dan homogen (faktor keamanan), bukan gerakan-gerakan
maksimal atau gerakan ekplosip maksimal.
3. Terdiri dari satuan-satuan gerak yang dapat (secara sengaja) dibuat untuk menjangkau
seluruh seluruh sendi dan otot, serta dapat dirangkai untuk menjadi gerakan kontinyu (tanpa
henti). Adanya satuan gerakan merupakan faktor penting untuk dapat mengatur dosis dan
intensitas olahraga kesehatan secara bertahap.
4. Bebas stress (non kompetitif = tidak untuk dipertandingkan)
5. Diselenggarakan 2-5x/ minggu (minimal 2x/minggu).
6. Dapat mencapai intensitas antara 65-80 % denyut nadi maksimal (DMN) sesuai umur.
DNM sesuai umur = 220 – umur dalam tahun. Sebaiknya tiap peserta mengetahui cara
menetapkan dan menghitung denyut nadi latihan masing-masing. Bila seseorang melakukan
olahraga dengan tujuan kesehatan tetapi lalu ia menjadi sakit , maka dapat dipastikan ia telah
salah dalam melaksanakan olahraga kesehatannya. Pelatihan olahraga kesehatan harus
dilakukan secara bertahap, oleh karenanya pentahapan adalah prosedur keamanan.

E. SASARAN OLAHRAGA DAN INTENSITAS KESEHATAN


OLAHRAGA
1. Memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak yang masih ada. Misalnya orang
yang terikat dengan kursi roda sekalipun, harus memelihara dan meningkatkan kemampuan
gerak yang masih ada pada semua persendiannya, serta memelihara fleksibilitas dan
kemampuan koordinasi, melalui gerakan gerakan.
2. Meningkatkan kemampuan otot untuk dapat meningkatkan kemampuan geraknya lebih
lanjut. Latihan dilakukan dengan mengisi gerakan gerakan yang dilakukan dengan cepat dan
antagonis, sehingga terjadi tambahan bebang yang ditimbulkan oleh adanya gaya kinetik
(gaya sentakan) yang harus diatasi.
3. Memelihara kemampuan aerobik yang telah memadai atau meningkatkan untuk
mencapai kategori sedang.

Intensitas latihan adalah besarnya beban latihan yang harus diselesaikan dalam waktu
tertentu. Untuk mengetahui suatu intensitas latihan atau pekerjaan adalah dengan mengukur
denyut jantungnya. Cara mengukur intensitas ini adalah, “Intensitas latihan dapat diukur
dengan berbagai cara, yang paling mudah adalah dengan cara mengukur denyut jantung
(heart rate)”. Katch dan Mc Ardle yang dikutip oleh menjelaskan:
1. Intensitas latihan dapat diukur dengan cara menghitung denyut jantung/nadi dengan
rumus: denyut nadi maksimum (DNM) = 220 – umur (dalam tahun). Jadi seseorang yang
berumur 20 tahun, DNM-nya = 220 – 20 = 200.
2. Takaran intensitas latihan
a. Untuk olahraga prestasi: antara 80%-90% dari DNM. Jadi bagi atlet yang berumur 20
tahun tersebut takaran intensitas yang harus dicapainya dalam latihan adalah 80%-90% dari
200 = 160 sampai dengan 180 denyut nadi/menit.
b. Untuk olahraga kesehatan : antara 70%-85% daari DNM. Jadi untuk orang yang
berumur 40 tahun yang berolahraga menjaga kesehatan dan kondisi fisik, takaaran intensitas
latihannya sebaiknya adalah70%-85% kaali (220 – 40), sama dengan 126 s/d 153 denyut
nadi/menit. Angka-angka 160 s/d 180 denyut nadi/menit dan 126 s/d 153 denyut nadi/menit
menunjukan bahwa atlet yang berumur 20 tahun dan orang yang berumum 40 tahun tersebut
berlatih dalam training sensitive zone, atau secara singkat biasanya disebut training zone.
c. Lamanya berlatih di dalam training zone:
- Untuk olah raga prestasi: 45 – 120 menit.
- Untuk olahraga kesehatan: 20 – 30 menit.
PSIKOLOGI OLAHRAGA

Psikologi Olahraga adalah Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam aktivitas
olahraga, dalam olahraga terdapat banyak gejala-gejala yang timbul pada kejiwaan
atlettersebut, gejala ini banyak timbul karena dalam olahraga prestasi terdapat kompetisi
yangmembuat semua atlit bersaing ketat untuk mendapatkan juara. Pentingnya pemanfaatan
ilmu psikologi dalam olahraga didasari fakta bahwa ada 3 unsur yang menentukan
keberhasilan seorang atlet atau sebuah tim dalam sebuah pertandingan, yaitu; fisik, teknik dan
mental. Faktor fisik dan mental adalah dua faktor dalam tubuh manusia yang selalu akan
saling mempengaruhi. Orang yang sakit secara fisik akan mempengaruhi kondisi mental,
begitu juga sebaliknya. Ada banyak unsur dalam mental seorang atlet yang menentukan
keberhasilan sebuah pertandingan, diantaranya adalah motivasi, kepercayaan diri, kecemasan,
leadership dan sebagainya. Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang
untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat
menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat
melakukan sesuatu. Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara
motivasi yang berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri
(intrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat
memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat
memenangkan pertandingan. Dalam melakukan suatu aktivitas atau kegiatan banyak faktor
yang terlibat didalamnya. Salah satu faktor yang berperan dalam pencapaian hasil yang
optimal dalam melakukan suatu aktivitas yaitu motivasi. Motivasi merupakan suatu dorongan
atau dukunganyang dapat membuat seseorang menjadi semangat dalam melakukan suatu
aktivitas atau kegiatan. Biasanya motivasi yang diberikan orang lain dapat menyebabkan
seseorang menjadi sangat bersemangat dan antusias dalam mewujudkan apa yang menjadi
keinginan orang tersebut. Hal tersebut terjadi karena ketika ada orang yang memberikan
motivasi kepada orang lain maka orang yang diberikan motivasi merasa ada yang mendukung
dan mendorong untuk melakukan hal yang menjadi keinginan orang itu.

1. Pengertian Psikologi Olahraga


Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan
denganlingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku
manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang
ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri. Ilmu
psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi
olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar
bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa
adanya hambatan dan faktor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengankata lain, tujuan
umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan
prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Mengapa Psikologi Olahraga Diperlukan dalam Olahraga?


Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara
negatif, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun.
Mereka dapat menjadi tegang, denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil
pertandingannya, dan merasa sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para
atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun menaruh minat
terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.Psikologi olahraga
juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai mengapa mereka berolahraga dan apa yang ingin
mereka capai? Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan ketrampilan psikologis dapat
menolong tercapainya tujuan tersebut. Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan
fisik, akan didapat melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina
aspek psikis atau mental atlet, pertama-tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus
dipandang secara individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Untuk membantu
mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal
dengan "psikotes", dengan bantuan psikometri. Profil psikologis atlet biasanya berupa
gambaran kepribadian secara umum, potensi intelektual. dan fungsi daya pikimya yang
dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada umumnya tidak berubah banyak dari waktu
ke waktu. Oleh karenanya, orang sering beranggapan bahwa calon atlet berbakat dapat
ditelusun semata-mata dari profil psikologisnya. Anggapan semacam ini keliru, karena
gambaran psikologis seseorang tidak menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam
prestasi olahraga, karena banyak sekalifaktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek
psikologis dapat diperbaiki melalui latihan ketrampilan psikologis (diuraikan kemudian) yang
terencana dan sistematis, yang pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet
terhadap program tersebut. Penampilan seorang atlet tidak bisa dilepaskan dari daya dorong
yang dia miliki. Sederhananya, semakin besar daya dorong yang dimiliki, maka penampilan
akan semak inoptimal, tentu saja jika ditunjang dengan kemampuan teknis dan kemampuan
fisik yang memadai. Daya dorong itulah yang biasa disebut dengan motivasi. Menurut
Hodgetts dan Richard (2002) motif adalah sesuatu yang berfungsi untuk meningkatkan dan
mempertahankan serta menentukan arah dari perilaku seseorang. Sedang motivasi adalah
motif yang tampak dalam perilaku. Motiflah yang memberi dorongan seseorang
dalammelakukan suatu aktivitas. Hampir semua aktivitas manusia didorong oleh motif-motif
tertentu yang bersifat sangat individualis.Secara garis besar, ada dua jenis motivasi jika
dilihat dari arah datangnya: yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik merupakan motivasi yang datang dari dalam diri individu. Sebagai contoh keinginan
untuk mendapat poin sempurna dalam sebuah kejuaraan senam, atau keinginan untuk
menyelesaikan sebuah handicap dalam olahraga motocross. Motivasi yang datang dari dalam
diri individu tanpa campur tangan faktor luar inilah yang biasa disebut sebagai motivasi
intrinsik.

3. Definisi Motivasi Menurut Para Ahli Psikologi


1.David Krech (1962)
Menyatakan bahwa motivasi adalah kesatuan keingian dan tujuan yang menjadi
pendorong untuk bertingkah laku dinyatakan bahwa studi tentang motivasi adalah studi yang
mempelajari dua pertanyaan yang berbeda atas tingkah laku individu yakni, mengapa
individu memilih tingkah laku tertentu dan menolak tingkah laku yang lainnya.
2. Barelson dan Steiner dalam O. Koontz (1980)
Motivasi adalah kekuatan dari dalam yang menggerakkan dan mengarahkan atau
membawa tingkah laku ke tujuan. Pada hakikatnya, rumusan ini,bila diteliti dengan cermat,
merupakan terminologi umum yang mencakup arti daya dorong, keinginan, kebutuhan dan
kemauan. Hubungan antara kebutuhan, keinginan dan kepuasan digambarkan sebagai mata
rantai yang disebut Need
3. E.J Muray (1964 )
Motivasi adalah faktor internal yang menggairahkan, mengintegrasikan tingkah laku
seseorang.
4. M.L Kamlesh (1983
Motivasi adalah kecenderungan yang mengarahkan dan memilih tingkah laku yang
terkendali sesuai kondisi, dan kecenderungan mempertahankannya sampai tujuan tercapai.
5.Robert.N. Singer (1986)
Motivasi adalah sebagai dorongan untuk mencapai tujuan, dorongan dari dalam
terhadap aktifitas yang bertujuan. Menurut singer motivasi itu terbagi antara dua yaitu,
dorongan (drive) fisik, dan motif sosial. Dorongan fisik adalah kecenderungan bertingkah
laku kearah pemuasan kebutuhan biologis. Motif sosial itu kompleks, muncul dan
berkembang dari sumber.
6. W.S. Winkel (1983), Wahjosumidjo (1985), Kamlesh (1983).
Motivasi terbagi atas dua bentuk, yakni motivasi ekstrinsik dan intrinsik. Matovasi
ekstrinsik itu bentuk motivasi yang di timbulkan oleh berbagai sumber dari luar seperti
pemberian hadiah, penghargaan, sertfikat dan sebagainya. Motivasi dorongan alamiah yang
mendorong seseorang mengerjakan sesuatu dan bukan kerena situasi buatan.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa : ”motivasi olahraga” adalah
keseluruhan daya penggerak (motif–motif) didalam diri individu yang menimbulkankegiatan
berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki. Olahraga digemari anak–anak, pemuda dan para orang
tua karena memiliki daya tarik untuk mengembangkan berbagain kemampuan, menumbuhkan
harapan–harapan, memberikan pengalaman yang membanggakan, meningkatkan kesehatan
jasmani, dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan praktis dalam kehidupan sehari–hari
dan sebagainya. Melalui olahraga para pemuda mendaptakan kesempatan yang luas untuk
mengembangkan kemampuan, mendapatkan pengakuan dan popularitas, menemukan teman–
teman baru serta pengalaman bepergian dan bertanding yang mendatangkan kegembiraan
dankepuasan. Olahraga merupakan aktivitas yang unik, dimana sermua memerlukan
hubungan yang harmonis dan ideal antara proses berfikir, emosi dan gerakan. Kompetisi
menimbulkan keadaan penuh stres dan dapat menimbulkan kecemasan atau anxiety, serta
tantangan untuk mengatasi berbagai perasaan, dengan berolahraga timbul bermacam-macam
dorongan untuk bertindak sebaik baiknya yang merupakan sebagian dorongan untuk
mengembangkan diri sendiri atau ”self – improvement”.

4. Jenis Motivasi
Motivasi olahraga dapat dibagi atas motivasi primer dan sekunder, dapat pula atas
motivasi biologis dan sosial. Namun banyak ahli membagikannya atas dua jenis, intrinsik dan
ekstrinsik.
a) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam yang menyebabkan individu
berpartisipasi. Dorongan ini sering dikatakan dibawa sejak lahir, sehingga tidak dapat
dipelajari. Atlet yang punya motivasi intrinsik akan mengikuti latihan peningkatan
kemampuan atau ketrampilan, atau mengikuti pertandingan, bukan karena situasi buatan
(dorongan dari luar), melainkan karena kepuasan dalam dirinya. Bagi atlit tersebut, kepuasan
diri diperoleh lewat prestasi yang tinggi bukan lewat pemberian hadiah, pujian atau
penghargaan lainnya. Atlit ini biasanya tekun, bekerja keras, teratur dan disiplin dalam
menjalani latihan serta tidak menggantungkan dirinya pada orang lain.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu yang
menyebabkan individu beradaptasi dalam olahraga. Dorongan ini barasal dari pelatih,
guru,orngtua, bangsa atau berupa hadiah, sertifikat, penghargaan atau uang. Motivasi
ekstrinsik itu dapat dipelajari dan tergantung pada besarnya nilai penguat itu dari waktu ke
waktu. Ini dapat karena mempertaruhkan nama bangsa dan negara, karena hadiah besar,
karena publikasi lewat media massa. Dorongan yang demikian ini biasanya tidak bertahan
lama. Perubahan nilai hadiah, tiadanya hadiah akan menurunkan semangat dan gairah
berlatih. Kurangnya kompetisi menyebabkan latihan kurang tekun, sehingga prestasinya
merosot. Motivasi ekstrinsik dalam olahraga meliputi juga motivasi kompetitif, karena
motifuntuk bersaing memegang peranan yang lebih besar daripada kepuasan karena telah
berprestasi baik. Kemenangan merupakan satu-satunya tujuan, sehingga dapat timbul
kecenderungan untuk berbuat kurang sportif atau kurang jujur seperti licik dan curang. Atlet-
atlet yang bermotifasi ektrinsik, sering tidak menghargai orang lain, lawannya, atau peraturan
pertandingan. Agar dapat menang, maka ia cenderung berbuat hal-hal yang merugikan,seperti
memakai obat perangsang, mudah dibeli atau disuap. Motivasi ekstrinsik biasa didefinisikan
motivasi yang datang dari luar individu. Dengan kata lain, motivasi yang dimiliki seseorang
tersebut dikendalikan oleh objek-objek yang berasal dari luar individu. Contoh-contoh
motivasi yang bersifat ekstrinsik adalah hadiah, trofi, uang, pujian, dan sebagainya.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi


Ada banyak sekali faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi.
Gunarsa (2004) menjelaskan bahwa ada 4 dimensi dari motivasi. Dimensi-dimensi tersebut
adalah:
a. Atlet Sendiri
Atlet memegang peranan sentral dari munculnya motivasi. Atlet sendiri yang mengatur
dirinya untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu. Jika atlet sudah merasa puas dengan
pencapaian yang ada, maka tidak ada lagi usaha keras untuk mendapatkan sesuatu yang baru.
b. Hasil Penampilan
Hasil penampilan sangat menentukan motivasi seorang atlet selanjutnya. Kekalahan
dalam pertandingan sebelumnya akan berdampak negatif terhadap motivasi atlet berikutnya.
Atlet akan diliputi perasaan tidak berdaya dan seolah-olah tidak mampu lagi untuk bangkit.
Terlebih lagi jika mengalami kekalahan dari pemain yang dianggap lebih lemah dari dirinya.
Sebaliknya, jika mendapatkan kemenangan, maka hal itu akan menumbuhkan sikap positif
untuk mengulang keberhasilan yang berhasil dia raih. Sebagai contoh, permainan tim
nasional sepakbola Indonesia dalam Piala Asia tahun 2007 yang lalu. Kemenangan
pertandingan pertama melawan Bahrain membuat para pemain tim nasional begitu
bersemangat untuk mendapatkan hasil serupa ketika bertanding melawan Arab Saudi pada
pertandingan setelahnya.
c. Suasana Pertandingan
Suasana pertandingan sangat menentukan emosi seorang atlet. Sebagai contoh, Taufik
Hidayat kerap mundur dari pertandingan gara-gara merasa dicurangi oleh wasit.
Kondisitersebut tentu saja tidak menyenangkan. Emosi yang sudah terganggu oleh kondisi
pertandingan yang tidak menyenangkan akan berdampak pada motivasi atlet dalam
menyelesaikan atau memenangkan sebuah pertandingan.
d. Tugas atau Penampilan
Motivasi juga ditentukan oleh tugas atau penampilan yang dilakukan. Jika tugas
berhasil dengan baik diselesaikan, keyakinan diri atlet akan meningkat. Dengan keyakinan
diri yang tinggi, motivasi juga akan mengalami kenaikan. Tugas yang berhasil dilaksanakan
akan memberi tambahan energi dan motif untuk bekerja lebih giat.

6. Cara Meningkatkan Motivasi


Motivasi memegang peranan yang penting dalam olahraga prestasi. Seorang atlet
harus mampu menjaga motivasinya agar tetap dalam level yang tinggi baik dalam proses
latihan maupun pada saat menjalani pertandingan. Motivasi memang bukanlah kondisi yang
tidak bisa berubah. Setiap saat motivasi atlet bisa mengalami perubahan, sehingga diperlukan
sebuah upaya agar motivasi tetap terjaga pada level yang optimal. Ada beberapa cara untuk
meningkatkan motivasi atlet, diantara adalah:
1. Menetapkan Sasaran (Goal Setting)
Konsep dasar dari goal setting adalah menciptakan tantangan bagi atlet untuk dilewati.
Secara sederhana, goal setting merangsang atlet untuk mencapai sesuatu baik dalam proses
latihan maupun dalam sebuah kompetisi. Ada beberapa batasan tentang metode goal setting
ini agar berjalan secara efektif. Yang perlu diperhatikan pertama adalah sasaran harus
spesifik agar atlet mempunyai ukuran atas pencapaiannya. Batasan yang kedua adalah tingkat
kesulitan sasaran. Tingkat kesulitan ini akan mempengaruhi persepsi atlet tentang
kemampuannya. Sasaran yang terlalu sulit akan membuat atlet ragu untuk bisa mencapainya.
Seandainya gagal, hal itu justru akanmelemahkan keyakinan diri atlet. Sebaliknya, sasaran
juga tidak bisa dibuat terlalu mudah karena tidak akan memberi rangsangan untuk berbuat
lebih. Semakin menantang sasaran yang harus dicapai, upaya dari seorang atlet untuk
meraihnya juga akan semakin besar (Wann, 1997).Sasaran juga harus dibuat bertingkat
dengan membedakan sasaran jangka pendek dan jangka panjang. Sasaran jangka pendek
digunakan sebagai batu loncatan untuk meraih sasaran yang lebih tinggi. Misalnya,
Olimpiade sebagai sasaran jangka panjangnya. Untukmencapai hal tersebut, maka seorang
atlet harus menjuarai level Sea Games atau AsianGames terlebih dahulu.Mengikuti kompetisi
yang rutin dan berjenjang adalah salah satu bentuk menentukansasaran yang efektif. Dengan
banyak mengikuti kompetisi, seorang pelatih akan lebih mudah menentukan prioritas dari
kompetisi tersebut. Ada kalanya kompetisi dijadikan sebagai ajang pemanasan untuk
mematangkan kondisi fisik, sehingga targetnya tidak perlu terlalu tinggi. Berikutnya, atlet
harus selalu diberi feedback atas setiap pencapaian yang dia selesaikan. Dengan feedback
yang spesifik ini, atlet akan mengetahui kekurangan dan kekuatan dirinya, sehingga atlet akan
mempunyai informasi untuk meningkatkan dirinya. Dengan menetapkan sasaran yang tepat,
maka motivasi atlet akan selalu terpacu untuk tampil dan menyelesaikan setiap tantangan
yang dihadapi
2. Persuasi Verbal
Persuasi Verbal adalah metode yang paling mudah untuk dilakukan. Pelatih, ofisial,
atau keluarga adalah orang-orang yang sering memberikan persuasi secara verbal ini.
Persuasi verbal adalah membakar semangat atlet dengan ucapan-ucapan yang
memotivasi .Selain itu, Persuasi verbal bisa juga dilakukan oleh atlet sendiri atau sering
disebut dengan istilah Self talk. Self talk adalah metode persuasi verbal untuk atlet sendiri.
Prinsip dasar dari self talk ini sebenarnya adalah membantu atlet untuk mendapatkan
gambaran yang positif baik tentang kemampuannya atau mengenai suasana pertandingan.
Self talk ini diyakini mampu menumbuhkan keyakinan diri atlet baik sebelum bertanding atau
pada saat menjalani pertandingan. Dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang membakar
semangat maka gambaran pesimisme atlet akan hilang dari persepsinya.
3. Imagery Training
Metode berikutnya yang cukup membantu memacu motivasi para atlet adalah dengan
melakukan imagery training atau latihan pembayangan. Dalam latihan pembayangan ini atlet
diajak untuk memvisualisasikan situasi pertandingan yang akan dijalani. Secara detil, atlet
harus menggambarkan keseluruhan pertandingan, mulai dari situasi lapangan, penonton,
lawan dan segala macam yang terlibat dalam pertandingan itu. Setelah mendapat gambaran
yang riil, maka atlet diajak untuk mencari solusi atas persoalan yang mungkin muncul dalam
pertandingan. Sebagian pemain mengembangkan persepsi bahwa di lapangan akan
menghadapi lawan yang berat, tangguh dan sulit dikalahkan. Persepsi semacam ini terkadang
muncul akibatketegangan sebelum pertandingan. Atlet tidak secara objektif menilai
kemampuan diri sendiri. Konsentrasi atlet terfokus pada kekuatan lawan dan situasi
pertandingan yang berat.Situasi inilah yang melemahkan motivasi atlet sebelum bertanding.
Metode Imagery training mengajak para pemain untuk mencari atas kemungkinan persoalan
yang muncul di lapangan. Membayangkan kekuatan diri, pukulan andalan atau kelemahan
musuh, menciptakan kondisi objektif pada persepsi seorang atlet.
4. Motivasi Supertisi ( Takhayul )
Adalah suatu bentuk kepercanyaan kepada susuatu yang menrupakan suatu simbul
danyang di anggap mempunyai daya kekuatan atu daya dorongan mental, motivasi ini dapat
mengubah tngkah laku menjadi lebih semangat, ambisius, dan lebih besar kemauanya untuk
sukses.
5. Motivasi Dengan Gambar
Terutama gambar atau poster yang ada berhubungnya dengan cabang olahraga yang
digeluti misalnya, gambar Ben Johnson yang sedang lari, gambar adegan yang menarik dalam
pertandingan sepak bola, ganbar Mike Tyson dan alin-lain.
6. Meningkatkan Kemampuan Atlet
Kemampuan atlet meliputi skill teknis dan fisik. Skill dan fisik yang bagus, akan
mempengaruhi keinginan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Skill yang prima dapat
dilihat dan dievaluasi melalui pertandingan yang diikuti oleh atlet. Untuk itu diperlukan
metode kepelatihan yang modern dan efektif untuk meningkatkan keterampilan seorang atlet.
Pelatih juga harus paham dengan pencapaian teknik dan fisik yang dimiliki oleh pemainnya.
7. Motivasi insentif (Reward)
Reward ini adalah metode yang paling banyak digunakan untuk memacu motivasi
atlet. Bonus, hadiah atau jabatan tertentu digunakan untuk memotivasi atlet. Reward ini
ditujukan untuk menggugah motivasi ekstrinsik dari atlet. Dengan iming-iming bonus yang
besar,diharapkan atlet akan terpacu tampil terbaik dan mengalahkan lawannya.Salah satu
kelemahan dari metode ini adalah kemungkinan menciptakan ketergantungan dari para atlet.
Banyak atlet hanya termotivasi hanya untuk mendapatkan bonus tersebut daripada alasan
lain, Sehingga tidak jarang atlet melakukan upaya-upaya kotor untuk menjadi pemenang.
Penggunaan doping adalah salah satu cara yang paling sering ditempuh olehseorang atlet
demi tampil maksimal dan mendapatkan hadiah atas kemenangannya. Untuk itulah, reward
ini harus diberikan sebagai pelengkap dari metode lain dan harus diberikan secara bijaksana.
8. Motivasi Karena Takut
Ketakutan atau takut terhadap sesuatu dapat merupakan motivasi yang kuat bagi
seseorang. :
- Perasaan yang takut atau malu jika atlit tidak tau peraturan pertandingan tersebut
(sportif). Kekuatan atlit dalam porsi latihan yang diberikan.
- Perasaan takut atau malu ketika tidak ikut serta dalam team (diskors).
- Perasaan takut atau malu jika tidak bias mamanuhi harapan-harapan atau sasaran
yang ditetapkan oleh pelatih. Sehingga atlit akan beruasaha sekuat tenaga dalam
batas sportitifitas.
7. Peranan Motivasi dalam Olahraga

Motivasi sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia karena setiap manusia
memiliki keinginan dan tujuan dalam hidupnya. Oleh karena itu, untuk mencapai keinginan
dan tujuannya itulah maka diperlukan adanya energi pendukung dan pendorong yang disebut
dengan motivasi. Motivasi sangat berperan dalam seluruh aspek kehidupan manusia baik
dalam belajar, bekerja, berlatih dan masih banyak lagi kegiatan dimana salah satu faktor
pendukungnya adalah motivasi itu sendiri. Dalam dunia olahraga motivasi juga menjadi hal
yang penting khususnya bagi atlet. Atlet yang berlatih dengan giat dan teratur memiliki
tujuan dan keinginan menjadi juara atau pemenang di cabang yang mereka geluti. Untuk
mencapai tujuan tersebut bukan hanya teknik, fisik, taktik yang bagus, namun seorang atlet
harus memiliki motivasi yang dapat menjadikan dirinya antusias dalam meraih tujuannya
tersebut. Dalam melakukan suatu pekerjaan motivasi akan menentukan seberapa besar usaha
yang akan dilakukan dalam memperoleh hasil yang maksimal. Jika seseorang memiliki
motivasi yang tinggi maka usaha yang akan dilakukannya juga akan maksimal sedangkan
orang yang memiliki motivasi yang rendah maka usaha yang dilakukan untuk mencapai
tujuannya juga tidak akan maksimal. Sama halnya dengan seorang atlet, jika seorang atlet
mengalami kejenuhan pada masa latihan maka latihan yang dilakukan tidak akan maksimal.
Pada saat itulah sangat diperlukan penyemangat atau energi pendukung yaitu motivasi. Pada
dasarnya motivasi tidak hanya diberikan ketika terjadi kejenuhan atau kebosanan ketika
berlatih, karena jika dilihat dari penjelasan di atas bahwa selalu ada motif ketika seseorang
akan melakukan suatu pekerjaan. Motivasi ini bisa diberikan sesuai dengan kebutuhan tanpa
harus menunggu adanya permasalahan. Sama halnya dengan seorang atlet, pelatih ataupun
orang-orang yang berkecimpung di dalam organisasi olahraga juga memiliki tujuan-tujuan
yang harus dicapai. Membangun motivasi bukanlah hal yang mudah karena tidak setiap orang
bias dimotivasi dengan cara yang sama sehingga diperlukan orang yang sangat mengerti
haltersebut yang biasanya sering disebut sebagai motivator. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa motivasi yang datang dari dalam diri sendiri (intrinsik) dan motivasi yang
datang dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motivasi intrinsik biasanya muncul dari dalamdiri
atlet tersebut seperti keinginan, harapan, tujuan yang ingin dicapainya sedangkan motivasi
yang ekstrinsik muncul dari lingkungan dimana atlet tersebut berlatih, pelatih,keluarga,
teman bahkan yang akan menjadi lawan dalam pertandingan juga dapat menjadi sebuah
motivasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan faktor penting
dalam kehidupan manusia.

RANGKUMAN PSIKOLOGI OLAHRAGA


Motivasi merupakan kekuatan (energi) yang dapat meningkatkan persistensi dan
antusiasme seseorang dalam mencapai tujuan dan keinginannya baik yang muncul dari
dalamdiri (intrinsik) maupun yang muncul dari luar diri (ekstrinsik). Motivasi yang timbul
dari dalam diri sendiri tanpa adanya faktor atau dorongan dari luar disebut dengan motivasi
intrinsik sedangkan motivasi yang timbul karena adanya pengaruh dari luar individu disebut
dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi merupakan suatu hal yang penting karena motivasi
dapat memicu seseorang untuk melakukan suatu hal yang ingin dicapainya. Motivasi
berperan memberikan dorongan kepada seseorang dalam mencapai tujuan dan keinginannya.
Misalnya seorang atlet yang ingin memenangkan suatu kejuaraan, yang pada awalnya merasa
kurang yakin akan kemampuannya maka dengan adanya motivasi baik yang muncul dari diri
sendiri ditambah motivasi dari teman, pelatih, keluarga dan lingkungan maka atlet tersebut
akan merasa semangat dan antusias dalam berlatih dan semakin siap dalam menghadapi
kejuaraan.
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, K.H. (1994) : Antioxidant Revolution, Thomas Nelson Publishers.


Davies, D. & Amstrong, M., (1989) Psychological Factors in competitive sport. The Falmer
Press. Philadelpha.
Giriwijoyo,H.Y.S.S. dan H.Muchtamadji M.Ali (1997) : Makalah : Pendidikan Jasmani dan
Olahraga di Sekolah, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, IKIP Bandung.
Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2000) : Olahraga Kesehatan FPOK-UPI.
Giriwijoyo, H.Y.S.S. (2001) : Pendidikan Jasmani dan Olahraga, kontribusinya terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik.
Ryan, R.M., & Deci, E. L. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions
and New Directions. Contemporary Educational Psychology, 25, 54-67
Vallerand, R. J. (2004). Intrinsic and Extrinsic Motivation in Sport. Encyclopedia of
AppliedPsychology, Vol. 2

Anda mungkin juga menyukai