Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

OLAHRAGA KESEHATAN, OLAHRAGA REKREASI, DAN


OLAHRAGA PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan

Dosen Pengampu : Muhammad Tafakur, M.Pd

Disusun oleh :
Fakhrizal Fadhillah Bagheri 1807647

Kelas : 3-B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pendidikan Jasmani dan Kesehatan”.

Makalah ini merupakan tugas pengganti kehadiran mata kuliah olahraga


mengenai olahraga kesehatan, olahraga rekreasi dan olahraga pendidikan. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat membantu kita semua dalam memahami materi,
kemudian bisa menjadi bahan bacaan bagi pembaca yang sedang mencari sedikit
informasi mengenai olahraga kesehatan, olahraga rekreasi dan olahraga
pendidikan.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
serta referensi pembelajaran maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, 27 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I...................................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan masalah..................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
KAJIAN TEORI..................................................................................................................
A. Olahraga Kesehatan...............................................................................................
B. Olahraga Rekreasi..................................................................................................
C. Olahraga Pendidikan...........................................................................................

BAB III..............................................................................................................................

PENUTUP.........................................................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha
yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah
dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam
bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif
untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak. Olahraga
merupakan sebagian kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena dapat
meningkatkan kebugaran yang diperlukan dalam melakukan tugasnya. Olahraga
dapat dimulai sejak usia muda hingga usia lanjut dan dapat dilakukan setiap hari.

Dengan majunya dunia teknologi memudahkan semua kegiatan sehingga


menyebabkan seseorang menjadi kurang bergerak (hypokinetic), seperti
penggunaan remote kontrol, komputer, lift dan tangga berjalan, tanpa dimbangi
dengan aktifitas fisik yang akan menimbulkan penyakit akibat kurang gerak. Gaya
hidup duduk terus menerus dalam bekerja (sedentary) dan kurang gerak ditambah
dengan adanya faktor resiko, berupa merokok, pola makan yang tidak sehat dapat
menyebabkan penyakit tidak menular, seperti: penyakit jantung, pembuluh darah,
tekanan darah tinggi, kencing manis, berat badan lebih, osteoporosis, kanker usus,
depresi dan kecemasan. 

Olahraga ini memiliki berbagai macam nama atau jenis yang semuanya itu
memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda-beda diantaranya adalah Olahraga
Kesehatan, Olahraga Rekreasi, Olahraga Pendidikan, yang selanjutnya akan
penulis uraikan sebagai berikut.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan olahraga kesehatan?
2. Apa yang dimaksud dengan olahraga rekreasi?
3. Apa yang dimaksud dengan olahraga pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan olahraga kesehatan.
2. Mengetahui yang dimaksud dengan olahraga rekreasi
3. Mengetahui yang dimaksud dengan olahraga pendidikan

ii
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Olahraga Kesehatan
Olahraga Kesehatan adalah Olahraga untuk memelihara dan/ atau untuk
meningkatkan derajat Kesehatan dinamis, sehingga orang bukan saja sehat
dikala diam (Sehat statis) tetapi juga sehat serta mempunyai kemampuan
gerak yang dapat mendukung setiap aktivitas dalam peri kehidupannya
sehari-hari (Sehat dinamis) yang bersifat rutin, maupun untuk keperluan
rekreasi dan/ atau mengatasi keadaan gawat-darurat. Olahraga Kesehatan
meningkatkan derajat Sehat Dinamis (Sehat dalam gerak), pasti juga Sehat
Statis (Sehat dikala diam), tetapi tidak pasti sebaliknya. Gemar berolahraga
dapat mencegah penyakit, hidup sehat dan nikmat. Malas berolahraga dapat
mengundang penyakit. Tidak berolahraga hanya menelantarkan diri.
Kesibukan, keasyikan dan kehausan dalam kehidupan Duniawi, sering
menyebabkan orang menjadi kurang gerak, disertai stress yang dapat
mengundang berbagai penyakit non-infeksi (penyakit bukan oleh karena
infeksi), di antaranya yang terpenting adalah penyakit jantung-pembuluh
darah (penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan stroke). Hal ini banyak
dijumpai pada kelompok usia madya, tua dan lanjut, khususnya yang tidak
melakukan Olahraga dan/ atau tidak menjalankan pola hidup sehat. Olahraga
adalah kebutuhan hidup bagi orang yang mau berpikir. Bukan Allah
menganiaya manusia, tetapi manusia menganiaya dirinya sendiri, Bila
olahraga sudah menjadi kebutuhan, maka mereka akan merasa rugi manakala
tidak dapat melakukan Olahraga, misalnya karena hujan.
 Konsep Olahraga Kesehatan
Konsep Olahraga Kesehatan adalah Padat gerak, bebas stress,
singkat (cukup 10-30 menit tanpa henti), ade kuat, massal, mudah,
murah, dan meriah (bermanfaat dan aman). Massaal yaitu Ajang
silaturahim, ajang pencerahan stress, ajang komunikasi sosial, Jadi
Olahraga Kesehatan membuat manusia menjadi sehat Jasmani, Rohani
dan Sosial yaitu Sehat seutuhnya sesuai konsep Sehat WHO.
Adekuat artinya cukup, yaitu cukup dalam waktu (10-30 menit
tanpa henti) dan cukup dalam intensitas. Dalam hal olahraganya
berbentuk berjalan, maka intensitas berjalannya hendaknya seperti orang
yang berjalan tergesa-gesa, tetapi tentu sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Menurut Cooper (1994), intensitas Olahraga Kesehatan
yang cukup yaitu apabila denyut nadi latihan mencapai 65-80% DNM
sesuai umur (Denyut Nadi Maximal sesuai umur = 220-umur dalam
tahun).
Sehat Dinamis hanya dapat diperoleh bila ada kemauan
mendinamiskan diri sendiri khususnya melalui kegiatan Olahraga
(Kesehatan). Hukumnya adalah : Siapa yang makan, dialah yang
kenyang! Siapa yang mengolah-raganya, dialah yang sehat! Tidak diolah
berarti siap dibungkus! Klub Olahraga Kesehatan adalah Lembaga
Pelayanan Kesehatan (Dinamis) di lapangan.
Olahraga kesehatan dapat dilaksanakan secara massaal misalnya :
jalan cepat atau lari lambat (jogging), senam aerobik, senam pernafasan
dan olahraga-olahraga massaal lain yang sejenis. Senam aerobik sangat
baik oleh karena dapat menjangkau seluruh sendi dan otot-otot tubuh, di
samping juga merangsang otak untuk berpikir, karena Peserta harus
memperhatikan dan segera menirukan gerak instruktur yang selalu
berubah tanpa pola, sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat dihafalkan!
Bila Peserta sudah hafal, maka rangsangan terhadap proses berpikir
menjadi berkurang.Olahraga Kesehatan memang dapat dilakukan sendiri-
sendiri, akan tetapi akan lebih menarik, semarak serta menggembirakan
(aspek Rohaniah) apabila dilakukan secara berkelompok. Berkelompok
merupakan rangsangan dan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan
Sosial, oleh karena masing-masing individu akan bertemu dengan
sesamanya, sedangkan suasana lapangan pada Olahraga (Kesehatan)
akan sangat mencairkan kekakuan yang disebabkan oleh adanya
perbedaan status intelektual dan sosial-ekonomi para Pelakunya.
Dampak psikologis yang sangat positif dengan diterapkannya
Olahraga Kesehatan adalah rasa kesetaraan dan kebersamaan di antara
sesama Pelaku, oleh karena mereka semua merasa dapat dan mampu
melakukan Olahraga Kesehatan dengan baik secara bersama-sama.
 Ciri Umum Olahraga Kesehatan
Olahraga yang dianjurkan untuk keperluan untuk keperluan
kesehatan adalah aktivitas gerak raga dengan intensitas yang setingkat di
atas intensitas gerak raga yang biasa dilakukan untuk keperluan
pelaksanaan tugas kehidupan sehari hari. (Blair, 1989 dalam cooper,
1994). Oleh karena itu olahraga mempunyai dosis olahraganya masing
masing. Berikut adalah ciri umum olahraga kesehatan secara teknis-
fisiologik yaitu :
1. Gerakan mudah, sehingga dapat diikuti oleh orang kebanyakan dan
seluruh peserta pada umumnya (missal)
2. Intensitasnya sub maksimal dan homogen (faktor keamanan), bukan
gerakan-gerakan maksimal atau gerakan ekplosip maksimal.
3. Terdiri dari satuan-satuan gerak yang dapat(secara sengaja) dibuat
untuk menjangkau seluruh seluruh sendi dan otot, serta dapat
dirangkai untuk menjadi gerakan kontinyu (tanpa henti). Adanya
satuan gerakan merupakan faktor penting untuk dapat mengatur dosis
dan intensitas olahraga kesehatan secara bertahap.
4. Bebas stress (non kompetitif = tidak untuk dipertandingkan)
5. Diselenggarakan 2-5x/ minggu (minimal 2x/minggu).
6. Dapat mencapai intensitas antara 65-80 % denyut nadi maksimal
(DMN) sesuai umur. DNM sesuai umur = 220 – umur dalam tahun.
Sebaiknya tiap peserta mengetahui cara menetapkan dan menghitung
denyut nadi latihan masing-masing.

Bila seseorang melakukan olahraga dengan tujuan kesehatan tetapi


lalu ia menjadi sakit , maka dapat dipastikan ia telah salah dalam
melaksanakan olahraga kesehatannya. Pelatihan olahraga kesehatan harus
dilakukan secara bertahap, oleh karenanya pentahapan adalah prosedur
keamanan

 Sasaran Olahraga Kesehatan


1. Memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak yang masih ada.
Misalnya orang yang terikat dengan kursi roda sekalipun, harus
memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak yang masih ada
pada semua persendiannya, serta memelihara fleksibilitas dan
kemampuan koordinasi, melalui gerakan gerakan
2. Meningkatkan kemampuan otot untuk dapat meningkatkan
kemampuan geraknya lebih lanjut. Latihan dilakukan dengan
mengisi gerakan gerakan yang dilakukan dengan cepat dan antagonis,
sehingga terjadi tambahan bebang yang ditimbulkan oleh adanya
gaya kinetik (gaya sentakan) yang harus diatasi.
3. Memelihara kemampuan aerobik yang telah memadai atau
meningkatkan untuk mencapai kategori sedang.
 Intensitas Olahraga Kesehatan
Hidayat (1990:53) menyatakan, “Semua gerakan yang eksplosif
memerlukan energi yang besar”. Ini berarti pengeluaran energi
merupakan indikasi tingkat intensitas suatu pekerjaan. Tentang intensitas
latihan oleh Moeloek (1984:12) dijelaskan, “Intensitas latihan
menyatakan beratnya latihan”. Kemudian Chu (1989:13) menyatakan,
“Intensity is effort involved in performing a given task”. Jadi intensitas
latihan adalah besarnya beban latihan yang harus diselesaikan dalam
waktu tertentu.
Untuk mengetahui suatu intensitas latihan atau pekerjaan adalah
dengan mengukur denyut jantungnya. Cara mengukur intensitas ini oleh
Harsono (1988:115) dijelaskan, “Intensitas latihan dapat diukur dengan
berbagai cara, yang paling mudah adalah dengan cara mengukur denyut
jantung (heart rate)”. Selanjutnya Katch dan Mc Ardle yang dikutip oleh
Harsono (1988:116) menjelaskan:
1. Intensitas latihan dapat diukur dengan cara menghitung denyut
jantung/nadi dengan rumus: denyut nadi maksimum (DNM) = 220 –
umur (dalam tahun). Jadi seseorang yang berumur 20 tahun, DNM-
nya = 220 – 20 = 200.
2. Takaran intensitas latihan
a. Untuk olahraga prestasi: antara 80%-90% dari DNM. Jadi bagi
atlet yang berumur 20 tahun tersebut taakaran intensitas yang
harus dicapainya dalam latihan adalah 80%-90% dari 200 = 160
sampai dengan 180 denyut nadi/menit.
b. Untuk olahraga kesehatan: antara 70%-85% daari DNM. Jadi
untuk orang yang berumur 40 tahun yang berolahraga menjaga
kesehatan dan kondisi fisik, takaaran intensitas latihannya
sebaiknya adalah70%-85% kaali (220 – 40), sama dengan 126 s/d
153 denyut nadi/menit.

Angka-angka 160 s/d 180 denyut nadi/menit dan 126 s/d


153 denyut nadi/menit menunjukan bahwa atlet yang berumur 20
tahun dan oraaang yang berumum 40 tahun tersebut berlatih dalam
training sensitive zone, atau secara singkat biasanya disebut
training zone

c. Lamanya berlatih di dalam training zone:


- Untuk olah raga prestasi: 45 – 120 menit.

- Untuk olahraga kesehatan: 20 – 30 menit.

B. Olahraga Rekreasi

Olahraga Rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan


kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi
dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan
kegembiraan.

Banyak pendapat dari para ahli yang menafsirkan apa pengertian olahraga


rekreasi. Berikut ini penjelasannya:
Menurut Kusnadi (2002:4) Pengertian Olahraga Rekreasi adalah
olahraga yang dilakukan untuk tujuan rekreasi. 
Menurut Haryono (19978:10) Olahraga rekreasi adalah kegiatan fisik
yang dilakukan pada waktu senggang berdsarkan keingginan atau kehendak
yang timbul karena memberi kepuasan atau kesenangan.

Menurut Herbert Hagg (1994) “Rekreational sport /leisure time sports


are form of physical activity in leisure under a time perspective. It
comprises sport after work, on weekends, in vacations, in retirement, or
during periods of (unfortunate) unemployment”. Artinya Rekreational
olahraga / olahraga rekreasi  adalah bentuk aktivitas fisik di waktu luang
dibawah perspektif waktu. Ini terdiri dari olahraga setelah bekerja, pada
akhir pekan, dalam liburan, di masa pensiun, atau selama periode (malang)
pengangguran. 

Menurut Nurlan Kusmaedi (2002:4) olahraga rekreasi adalah kegiatan


olahraga yang ditujukan untuk rekreasi atau wisata.

Menurut Aip Syaifuddin (Belajar aktif Pendidikan Jasmani dan


Kesehatan SMP, Jakarta, Grasindo.1990) Olahraga rekreasi adalah jenis
kegiatan olahraga yang dilakukan pada waktu senggang atau waktu-waktu
luang.

 Manfaat Melakukan Olahraga Rekreasi


1. Pengisi waktu luang.
2. Lepas lelah, kebosanan dan kepenatan.
3. Sebagai imbangan subsisten activity (kegiatan
pengganti/pelengkap), contoh pendidikan dan pekerjaan/bekerja.
4. Sebagai pemenuh fungsi sosial (fungsi sosial ini dilakukan untuk
kegiatan berkelompok serta rekreasi aktif).
5. Memperoleh kesegaran jasmani dengan olahraga yang
menyenangkan.
6. Memperoleh kesenangan dengan cara berolahraga.
7. Memperkenalkan olahraga bahwa olahraga itu menyenangkan.

Olahraga rekreasi dapat dilakukan di indoor maupun


outdoor. Olahraga rekreasi ini disesuaikan dengan kegemaran dan
kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi
nilai budaya masyarakat setempat. Tujuan program olahraga
rekreasi adalah untuk menginspirasi pertumbuhan pikiran, tubuh,
dan jiwa melalui kebugaran, masyarakat, dan fair play. (The goal
of the Recreational Sports program is to inspire growth of the
mind, body, and spirit through fitness, community, and fair play).

 Sasaran Olahraga Rekreasi


sasarannya yaitu untuk semua kalangan masyarakat, dan disesuaikan
dengan usianya. Contoh, hiking dilakukan oleh anak usia dewasa
bukan dilakukan untuk anak kecil. Dan untuk anak kecil dapat
disesuaikan dengan gerak yang dibutuhkan usia anak kecil.

 Contoh dari olahraga rekreasi


- Senam, senam tera, BMX, taichi, skateboard, inline skate, b-boy,
hiking, climbing, golf, poco-poco, outbound (banyak sekali
macamnya), layang-layang, gasing, egrang, bakiak, gebuk bantal,
Snorkeling (selam permukaan) atau selam dangkal (skin diving),
bersepeda, paralayar, cabang panahan tradisonal (duduk) dan
lain-lain.

 Prinsip-prinsip Dasar Olahraga Rekreasi


Olahraga rekreasi sudah merupakan kebutuhan masyarakat di
Indonesia. Dalam pelaksanaannya mengacu pada prinsipnya yaitu;
a. Aktivitas dilakukan pada waktu senggang,
b. Aktivitasnya bersifat fisik, mental dan sosial,
c. Mempunyai motivasi dan tujuan,
d. Dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja,
e. Dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan fleksibel,
f. Kegiatannya bermanfaat bagi pelaku dan orang lain.

 Kesepakatan prinsip-prinsip Olahraga rekreasi


Prinsip-prinsip rekreasi di bawah ini, sudah merupakan
kesepakatan bersama antara beberapa ahli rekreasi yang dapat
dipergunakan sebagai pedoman, patokan atau petunjuk bagi para
pimpinan organisasi rekreasi dalam menyusun programnya (Meyer,
1964; Butler, 1976; Weiskopf, 1985).
Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
Prinsip 1 :
Rekreasi yang sehat menjadi kebutuhan dasar dan merupakan
esensi kesejahteraan hidup semua umat manusia (semua lapisan,
golongan, ras, usia, dan jenis kelamin). Rekreasi dengan isi
kegiatannya yang bersifat rekreatif, bermuara pada pencapaian
kesejahteraan hidup manusia. Prinsip ini menggaris bawahi semacam
keharusan, bahwa kegiatan rekreasi dan pelaksanaannya, harus selaras
dengan upaya yang menyehatkan. Ini berarti, kegiatan bersenang-
senang yang dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental,
sungguh harus dihindari. Berkaitan dengan karakteristiknya, maka
pelaksanaan rekreasi yang sehat, harusdapat menjamin keselamatan
individu.
Prinsip 2:
Setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh kepuasan serta memperkaya penggunaan waktu luang.
Prinsip ini menggaris bawahi semacam keharusan, yakni rekreasi dan
pelaksanaannya, tidak membedakan seseorang dengan lainnya. Karena
itu, seperti halnya kesempatan berolahraga, atau mengikuti pendidikan
jasmani, setiap orang berhak untuk memperoleh layanan dan
mendapatkan kesempatan yang sama. Tentu saja, asas individualitas
yang berkaitan dengan kebutuhan atau kompetensi, dapat dipakai
sebagai bahan pertimbangan, sehingga pelakunya dapat mencapai
hasil yang memuaskan.
Prinsip 3:
Rekreasi yang sehat dapat tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat yang demokratis (bebas memilih, melakukan,
mengemukakan pendapat; dan lain sebagainya). Asas demokrasi juga
merupakan landasan pelaksanaan rekreasi. Maksudnya, setiap
individu, selain memiliki hak dan kesempatan yang sama, juga
memiliki keleluasaan untuk memilih apa yang dikehendakinya untuk
dilaksanakan sebagai isi kegiatan rekreasinya. Tentu saja, prinsip ini
tidak melupakan factor tanggung jawab seseorang dalam hidup
bermasyarakat.
Dalam kebebasan memilih itu, terkandung keterikatan akan norma
dan sistem nilai di lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
Prinsip 4:
Rekreasi yang sifatnya hiburan hendaknya memberikan
kesempatan kepada setiap orang untuk tumbuh dan berkembang pada
aspek-aspek yang kognitif, afektif, psikomotor, dan fisik. Pelaksanaan
rekreasi yang terkait dengan isi kegiatannya dengan sifat-sifatnya
yang membangkitkan suasana menyenangkan, selalu patuh pada asas
manfaat bagi pengembangan, bukan saja aspek fisik yang menyangkut
keterampilan atau efisiensi fungsi organ tubuh, seperti tercermin
dalam kebugaran jasmani yang meningkat. Namun juga bertujuan
untuk membina sifat-sifat psikologis yang terangkum dalam domain
afektif, misalnya sikap positif terhadap gaya hidup aktif, toleransi
terhadap orang lain, kesetiakawanan, semangat juang, dan lain-lain.
Selain itu, faktor peningkatan pengetahuan dan penalaran juga
menjadi kepedulian, dalam kaitannya dengan tujuan untuk
mencerdaskan seseorang dalam arti yang lebih luas.
Prinsip 5:
Rekreasi yang sehat pada hakikatnya, bukan hanya merupakan
tanggung jawab perorangan, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab
bersama antar keluarga, masyarakat; badan lembaga-lembaga (formal
atau non-formal), serta pemerintah pada semua tingkat. Prinsip ini
menekankan pentingnya tanggung jawab bersama dalam upaya
menjamin kelanggengan dan kesinambungan pelaksanaan rekreasi.
Maksudnya, rekreasi itu tidak akan subur kemajuannya, bila tidak
didukung oleh lingkungan sosial, seperti keluarga, dan lebih luas lagi
pada tingkatan berikutnya, yaitu lingkungan masyarakat dan bahkan
pemerintah. Hal ini akan tercermin dalam upaya penyediaan
insfrastruktur dan kelengkapan pendukung bagi kepentingan umum,
misalnya penyediaan tamantaman untuk rekreasi, fasilitas transportasi,
dan dukungan bagi keselamatan dan keamanan.

9
Kesemuanya itu, tidak mungkin dipikul oleh orang-perorang, tetapi
hanya dapat diwujudkan melalui dukungan pemerintah atau mungkin
juga sokongan pihak swasta.
Prinsip 6 :
Dengan bantuan para dermawan, rekreasi yang sehat dapat
berkembang dengan baik dalam masyarakat. Rekreasi memerlukan
fasilitas dan bahkan biaya yang bersitat langsung dikeluarkan untuk
pelaksanaannya. Di negara maju, para dermawan begitu ringan tangan
untuk memberikan bantuan, seperti menyediakan lahan yang
selanjutnya digunakan untuk kepentingan rekreasi. Penyediaan
fasilitas yang tak terjangkau, sangat mungkin teratasi oleh para
dermawan. Karena itu, prinsip keenam ini, menekankan betapa
pentingnya penggalian potensi di lingkungan sekitar, berupa dukungan
pihak-pihak yang mampu dan berkelebihan kekayaannya.
Prinsip 7 :
Kesempatan untuk melakukan kegiatah rekreasi hendaknya dapat
diperoleh sepanjang tahun (baik program yang dikelola oleh swasta
maupun pemerintah). Asas mantaat yang diperoleh di sepanjang.
hayat, merupakan landasan penting yang perlu diperhatikan.
Maksudnya, kegiatan rekreasi itu, sebaiknya dapat dilaksanakan di
sepanjang hayat seseorang. Untuk Indonesia yang tidak mengenal
pergantian musim yang menjadi hambatan, maka pelaksanaan rekreasi
di sepanjang tahun, sungguh memungkinkan untuk dilakukan.
Prinsip 8 :
Apabila kesempatan rekreasi memang disediakan untuk
masyarakat, program rekreasi harus memperhatikan faktor faktor
sebagai berikut:
a. Kebutuhan, minat serta kompetensi para pesertanya.
b. Jenis masyarakatnya, lokasi, kondisi ekonominya, dan lain-lain.
c. Kerja sama antar badan-badan atau organisasi atau lembaga di
dalam masyarakat (pemerintah dan swasta).
d. Penggunaan sumber-sumber yang ada.
e. Kualitas pimpinan rekreasi, khususnya dalam hal menyusun
program sesuai dengan jumlah peserta, lokasi, fungsi alat-alat,
serta ruangan yang ada.
f. Perencanaan hendaknya berkelanjutan.
g. Rencana pengembangan program rekreasi hendaknya
mengutamakan masalah alat, ruang atau tempat serta kegiatan
rekreasi dalam masyarakat.
Prinsip 9 :
Kesempatan berekreasi yang memadai hendaknya dapat diciptakan
dalam keluarga, sekolah atau tempat-tempat ibadah. Masyarakat
hendaknya ikut membantu mendidik menggunakan waktu luang
secara sehat.
Prinsip 10:
Mutu bagi seorang pemimpin rekreasi, lebih-lebih yang sifatnya
sukarela, harus berkualitas tinggi terutama dalam hal intelektualnya,
penampilannya, tanggung jawab, dan sebagainya. Selain perlu untuk
menjamin tercapainya tujuan, kepemimpinan yang baik, juga
menjamin keterlaksanaan kegiatan yang dapat dipertanggung
jawabkan.

Prinsip 11:

Uluran tangan dari pemerintah; baik pusat maupun daerah, baik


dalam bentuk material maupun moral, sangat diperlukan dalam usaha
mengembangkan program rekreasi dalam masyarakat sesuai dengan
perkembangan minat dan kebutuhan masyarakat. Dalam kaitannya
dengan pelaksanaan otonomi daerah, betapa penting peranan
pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas bagi masyarakat agar
dapat menikmati kegiatan yang bersifat rekreatif. Dalih rekreasi
merupakan hak semua orang, hak individu, dan bagian dari kebebasan
untuk memilih, maka seolah-olah, seseorang memiliki otonomi yang
mutlak dalam menentukan pilihannya, apa jenis kegiatan yang akan
dilakukannya untuk dinyatakan sebagai kegiatan rekreasi.

Rekreasi haruslah merupakan kegiatan yang sehat dan di


dalamnya terkandung tanggung jawab sosial dan bahkan moral.
Prinsip ini merupakan fondasi utama, sebab kegiatan bersenangsenang
dapat terjerumus ke dalam tindakan yang tidak direstui oleh
masyarakat, atau bahkan bertentangan dengan nilai moral.

C. Olahraga Pendidikan

Olahraga Pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang


dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan
berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan,
kesehatan, dan kebugaran jasmani.

Olahraga Pendidikan biasanya kita temukan disekolah-sekolah dengan


implikasinya (penerapannya). Diharapkan dalam jangka yang pendek, paling
tidak diarahkan para siswa memiliki kebugaran jasmani, kesenangan
melakukan aktifitas fisik dan olahraga dan terbentuklah manusia yang sehat
secara jasmani.

Menurut Nixom dan Cozens (1959) mengemukakan pendidikan jasmani


adalah fase dari proses pendidikan keseluruhan yang berhubungan dengan
aktivitas berat yang mencakup sistem, otot, serta hasil belajar dari partisipasi
dalam aktivitas tersebut. Menurut Volter dan Eslinger (Bucher 1964)
mengemukakan pendidikan jasmani adalah fase pendidikan melalui aktivitas
fisik.

Menurut UNESCO yang tertera dalam International Charte Of Physical


Education (1974) mengemukakan pendidikan jasmani adalah suatu proses
pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani
dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan
jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.
 Komponen Olahraga Pendidikan
Olahraga pendidikan memiliki dua komponen, yaitu bermain dan
olahraga, tetapi tidak mesti harus selalu ada keduanya, baik salah satu
atau lengkap dalam takaran yang berimbang antara keduanya.

Bermain dan olahraga mengandung bentuk gerak fisik, dan


keduanya dapat cocok dalam konteks pendidikan jika dipakai sebagai
relaksasi dan kegembiraan, tanpa tujuan pendidikan. Olahraga dan
bermain dapat dilakukan, semata-mata hanya untuk kesenangan,
pendidikan atau kombinasi antara keduanya. Kesenangan atau
kegembiraan tidak terpisahkan dari pendidikan, keduanya dapat dan
harus disatukan.
 Tujuan Olahraga Pendidikan
Tujuan olahraga itu tertentu, tergantung kepada jenis olahraga yang
akan diikuti. Misalnya jenis olahraga pendidikan, olahraga yang
dilaksanakan sebagai proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan
untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan,
dan kebugaran jasmani. Olahraga sebenarnya sangat dibutuhkan pada
jenjang pendidikan. Pertama, membantu dalam meningkatkan
pemahaman sportifitas dan kebugaran jasmani.
Kedua, Meningkatkan fungsi otak. Penerapan aktivitas olahraga
dapat mendorong kreatifitas dan membantu penyerapan materi
pendidikan lainnya. Ketiga, Menyiapkan atlet yang nantinya akan berlaga
dalam kejuaraan antar instansi pendidikan tinggi. Karena di dalam badan
yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
 Jalur Pendidikan
Olahraga pendidikan dilaksanakan sebagai bagian dari proses
pendidikan dengan jalur formal, nonformal, dan informal serta didukung
dengan perangkatyang ada didalamnya.
a. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi. Olahraga pendidikan formal biasanya kita
temukan disekolah-sekolah dengan implikasinya, diharapkan dalam
jangka yang pendek, paling tidak diarahkan para siswa memiliki
kebugaran jasmani, kesenangan melakukan aktifitas fisik dan olahraga
dan terbentuklah manusia yang sehat secara jasmani.
Olahraga dilaksanakan pada instansi pendidikan formal guna
meningkatkan jiwa sportifitas dan kebugaran jasmani. Penerapannya
sesuai pasal 18 ayat 4 dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan.
Sepengetahuan kami, jenjang pendidikan di indonesia dilaksanakan 13
dari sekolah tingkat dasar sampai sekolah tingkat tinggi. Penerapan
olahraga pendidikan telah dilaksanakan pada setiap jenjang, meliputi
SD, SMP dan SMA. Akan tetapi masih sedikit diterapakan pada
jenjang perguruan tinggi, kecuali perguruan tinggi yang mempunyai
fakultas berbasis olahraga.
Jika melihat dan menerapkan apa yang ada dalam undang-undang,
rasanya sudah sepantasnya hal ini diterapkan pada jenjang pendidikan
tinggi. setidaknya pada subjek ini diterapkan dalam sebuah mata
kuliah.
Namun, kenyataannya belum diterapkan di seluruh instansi
pendidikan tinggi. Alasan pendidikan olahraga belum dapat diterapkan
pada jenjang pendidikan tinggi.
1) Kurikulum Pendidikan Tinggi.
Pada instansi pendidikan tinggi yang memang tidak berbasis
olahraga belum menerapkan sisipan materi olahraga dalam
perkuliahannya. Pertama, sosialisasi UU RI No.3 tahun 2005
belum menjangkau sampai instansi pendidikan tinggi yang tidak
berbasis olahraga. Kedua, keterbutuhan mata kuliah yang disusun
dirasa cukup dalam mengembangkan potensi mahasiswa.
Sehingga olahraga pendidikan tidak dimasukan.
2) Tenaga Pengajar.
Pengelolaan olahraga pendidikan tidak terlepas dari tenaga
pengajar dalam proses pelaksanaannya. Kekurangan tenaga
pengajar menjadi hal penghambat penerapan olahraga pendidikan
di semua jenjang pendidikan. Karena kewajiban dosen bukan
hanya mengajar akan tetapi juga melakukan penelitian.

Sehingga jelas, ketika hal ini dilaksanakan untuk satu univeritas


maka dosen sebagai pengajar olahraga pendidikan tidak akan
sanggup melakukan proses pembelajaran. Itulah sebabnya
penerapan kebijakan ini masih belum dapat terlaksana.

14
b. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Olahraga pendidikan nonformal biasanya kita temukan di lembaga
kursus, lembaga pelatihan, organisasi pecinta alam dan lingkungan,
organisasi seni dan olahraga, dan organisasi lain yang sejenisnya.
c. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Olahraga pendidikan informal biasanya kita temukan di pendidikan
anak usia dini. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan keluarga
yang diselenggarakan oleh lingkungan. Pendidikan yang dilakukan
oleh keluarga adalah salah satu dasar yang akan membentuk watak,
kebiasaan, dan perilaku anak di masa depannya nanti.
 Ciri-ciri Olahraga Pendidikan
Olahraga pendidikan terdapat ciri-ciri sebagai berikut :
a. Diselenggarakan oleh lembaga pendidikan terutama sekolah;
b. Memberikan kesempatan yang sama;
c. Tidak membedakan yang bisa dan belum bisa dalam
pembelajaranya; dan
d. Memberikan gerak sebebas-bebasnya agar yang tidak bisa menjadi
bisa.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya tujuan olahraga sama yaitu
untuk kebugaran dan kesehatan tubuh baik secara jasmani maupun rohani. Macam
jenis olahraga seperti olahraga kesehatan, olahraga kreasi dan olahraga pendidikan
adalah sebuah pengelompokkan untuk lebih memfokuskan terhadap kegiatan
olahraga yang dibutuhkan. Jika kita berolahraga atas saran dari dokter maka
lakukan olahraga kesehatan, atau jika kita akan melakukan olahraga bersama
keluarga atau anak-anak dengan tujuan refreashing kita bisa menggunakan
olahraga rekreasi. Dan yang terakhir kita bisa melakukan olahraga pendidikan
untuk memperdalam suatu bidang ilmu olahraga.

B. Saran

Saran yang dapat penyusun sampaikan kepada penulis ataupun penyusun


makalah agar menggali atau mencari lebih dalam tentang materi olahraga
kesehatan, olaharaga rekreasi dan olahraga pendidikan. Jika memungkinkan,
lakukan observasi langsung terhadap 3 kegiatan olahraga tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Tifani, 2000 "Pengertian Pendidikan Olahraga" 


http://tifani-cihuy.blogspot.co.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/Olahraga
Yusoefajha. 2016. “Makalah Pendidikan Jasmani dan Rekreasi.”
http://yusoefajha.blogspot.com/2016/10/makalah-pendidikan-jasmani-dan-
rekreasi.html
Astuti, Winda Widya. 2012. “Makalah Olahraga.”
https://windawidyastuti24.blogspot.com/2012/12/makalah-olahraga.html.
(diakses 26 November 2019)
Dunia Olahraga. 2017. “Makalah Konsep Olahraga Kesehatan.”
https://duniaolahraga-pandups.blogspot.com/2017/03/makalah-konsep-
olahraga-kesehatan.html. (diakses 25 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai