Anda di halaman 1dari 9

Mengenal Bank Indonesia: Sejarah Berdiri, Tugas, dan Tujuannya

Kalau selama ini kita mengenal Bank Indonesia, atau yang lebih familiar dengan istilah BI,
hanya melalui berita, surat kabar, ataupun sebatas dari pendengaran sepintas, maka dalam artikel
ini kami akan mencoba menyajikan informasi tentang BI baik itu dari segi fungsi, tugas, status
kedudukan, serta visi misi. Diharapkan dengan mengetahuinya kita lebih akrab dengan lembaga
independen di Indonesia ini yang fungsi pokoknya adalah sebagai pemelihara nilai rupiah agar
tetap stabil.

Sebenarnya jika kita ingin mengenal lebih jauh tentang Bank Indonesia, kita bisa berkunjung ke
Museum BI yang beralamat tepatnya di Jalan Pintu Besar Utara No. 3 Jakarta Barat. Pemilihan
lokasi ini sangat strategis karena gedung ini dulunya merupakan lokasi De Javasche Bank yang
menjadi cikal bakal dari Bank Indonesia itu sendiri. Lokasi tersebut adalah bangunan yang telah
ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah dan sekarang dimanfaatkan sebagai Museum
Bank Indonesia. Museum Bank Indonesia memiliki fasilitas-fasilitas yang diberikan untuk
menggali informasi lebih lengkap tentang sejarah, fungsi, maupun tugas Bank Indonesia. Ini
sangat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin memperluas cakrawala mereka ataupun siapa saja
yang ingin melakukan penelitian terkait dengan sejarah Bank Indonesia.

Sekilas tentang Sejarah Bank Indonesia

Kembali di era pemerintahan Hindia-Belanda, De Javasche Bank didirikan tepatnya pada tahun
1828. De Javasche Bank bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Kira-kira satu abad
kemudian, tepatnya pada tahun 1953, Bank Indonesia dibentuk dengan menggantikan fungsi dan
peran De Javasche Bank. Sebagai bank sentral, Bank Indonesia saat itu memiliki tiga fungsi
utama yaitu di bidang perbankan, moneter, dan sistem pembayaran. Selain itu, Bank Indonesia
juga diberi wewenang untuk melakukan fungsi bank komersial sebagaimana pendahulunya.

Lima belas tahun kemudian pemerintah menerbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang isinya
mengatur tentang tugas serta kedudukan Bank Indonesia. Undang-Undang ini tentunya juga
sebagai pembeda atas bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Setelah diterbitkan
Undang-Undang tersebut, Bank Indonesia juga memiliki tugas tambahan yaitu membantu
pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Pada tahun 1999 Bank Indonesia memasuki era baru dalam sejarah sebagai Bank Sentral
independen yang memiliki tugas dan wewenang untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tugas tersebut ditetapkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999.

Setelah itu, beberapa amendemen Undang-Undang Bank Indonesia dilakukan. Pertama pada


tahun 2004, UU Bank Indonesia diamendemen dengan konsentrasi pada aspek penting yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Amendemen selanjutnya
yaitu pada tahun 2008 ketika pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No.
2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 tahun 1999. Dalam perubahan tersebut
ditegaskan bahwa Bank Indonesia juga berperan sebagai bagian dari upaya dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan. Perubahan Undang-Undang tersebut ditujukan untuk mewujudkan
ketahanan perbankan secara nasional untuk menanggulangi krisis global melalui peningkatan
akses perbankan terhadap layanan pembiayaan jangka pendek dari BI.

Sekilas tentang Museum Bank Indonesia

Ketidak-tahuan masyarakat tentang Bank Indonesia, sejarah serta peran dan fungsinya menjadi
latar belakang paling utama didirikannya Museum BI. Sebagai dasar filosofis tentang
pembangunan museum Bank Indonesia adalah peran penting Bank Indonesia itu sendiri yang
termaktub dalam UU No. 23 tahun 1999. Museum Bank Indonesia menjadi sarana yang sangat
penting bagi Bank Indonesia sendiri dalam melakukan edukasi terhadap masyarakat.

Museum Bank Indonesia diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 21
Juli tahun 2009. Siapa saja boleh mengunjungi museum BI tanpa dipungut biaya. Di Museum BI,
pengunjung dapat menggali ilmu pengetahuan tentang perjalanan Bank Indonesia termasuk
dampak dari kebijakan-kebijakan yang pernah di ambil dari masa ke masa, di mana itu semua
merupakan bagian dari perjalanan bangsa Indonesia yang sangat berharga.

Tidak cukup melalui museum Bank Indonesia Kota, sekarang Bank Indonesia juga sudah
merencanakan untuk mendirikan museum Bank Indonesia di daerah-daerah dengan
memanfaatkan bangunan-bangunan yang sudah tidak terpakai. Informasi terbaru, bahwa Bank
Indonesia sudah mempersiapkan Museum Mini Bank Indonesia atau MMBI di Kota Padang.

Fasilitas yang disediakan di Museum Bank Indonesia antara lain adalah pusat informasi Bank
Indonesia (Bank Indonesia Information Centre), perpustakaan dan lain sebagainya. Di BI
Information Centre, pengunjung akan dimanjakan dengan berbagai ragam informasi dalam
bentuk time series dari masa ke masa yang merangkum semua perjalanan Bank Indonesia.
Pengunjung tidak perlu repot-repot dalam mengakses informasi tersebut, karena semua informasi
sudah dikemas dalam perangkat multi-media. Tidak hanya informasi yang berasal dari dalam
negeri, BI Information Centre juga menyediakan beragam informasi yang berasal dari luar
negeri. Jika pengunjung ingin fasilitas yang lebih modern, para pengunjung juga bisa
memanfaatkan Bank Indonesia Virtual Museum sebagai sarana untuk mengakses informasi
tentang BI melalui jaringan internet.

Status dan Kedudukan Bank Indonesia

Status Bank Indonesia sudah sejak tahun 1999 ditetapkan sebagai lembaga negara yang
independen dan memiliki kewenangan penuh dalam melaksanakan tugas serta terbebas dari
campur tangan pemerintah ataupun pihak lain. Hal tersebut berdasarkan Undang-Undang No. 23
tahun 1999 yang kemudian diubah melalui Undang-Undang No. 6 tahun 2009 tentang Bank
Indonesia. Mengingat status tersebut, maka pihak luar atau pihak lain tidak boleh melakukan
intervensi dalam bentuk apapun. Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak usaha
campur tangan apapun dari pihak luar. Kedudukan dan status BI yang independen sangat
diperlukan agar BI dapat melakukan kewenangannya dalam melaksanakan fungsi dan perannya
sebagai otoritas moneter dengan maksimal.
Selain itu, Bank Indonesia juga diakui sebagai badan hukum baik itu badan hukum publik
maupun badan hukum perdata yang ditetapkan dengan undang-undang. Produk dari Bank
Indonesia sebagai badan hukum publik berupa aturan-aturan hukum yang mengikat atas dasar
pelaksanaan undang-undang yang berlaku bagi seluruh masyarakat. Sebagai badan hukum
perdata, BI dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di pengadilan maupun di luar
pengadilan.

Tugas dan Tujuan Bank Indonesia

Bank Indonesia memiliki satu tujuan tunggal dan tiga pilar utama dalam mendukung tercapainya
tujuan tunggal tersebut. Mengingat peran dan kapasitasnya sebagai Bank Sentral, Bank Indonesia
mengemban amanat untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Maka dari itu, Bank
Indonesia memiliki beberapa tugas seperti:

 Menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa


 Menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain
 Membuat dan mengawasi regulasi untuk semua bank yang ada di Indonesia
 Melakukan penelitian juga pemantauan
 Menyimpan uang kas negara dan memberikan bantuan dana kepada Bank-Bank di
Indonesia yang sedang mengalami krisis.

Untuk mengukur aspek pertama bisa dilihat melalui laju perkembangan inflasi, sedangkan aspek
kedua bisa dilihat dari nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.

Dengan satu tujuan tunggal tersebut, diharapkan Bank Indonesia dapat memfokuskan langkah
serta memperjelas batasan-batasan tanggung jawab yang harus dilakukan. Oleh karena itu,
masyarakat maupun pemerintah dapat dengan mudah melihat bagaimana kinerja Bank Indonesia.

Dalam mensukseskan tujuan tunggal Bank Indonesia, yaitu memelihara nilai rupiah, maka Bank
Indonesia memiliki tiga pilar utama yang sekaligus juga menjadi bidang jangkauan tugasnya.
Tiga Pilar tersebut adalah:

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter


2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3. Menjaga stabilitas sistem keuangan

Mengenal Bank Indonesia Berarti Ikut Mewujudkan Fungsi dan Tugas BI

BI hadir untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang lebih baik dengan cara menjaga nilai
rupiah agar tetap stabil. Dengan mengetahui lebih jauh tentang Bank Indonesia, setidaknya kita
ikut membantu mewujudkan fungsi dan tugas BI tersebut sesuai dengan posisi kita masing-
masing. Hal yang paling sederhana dan bisa kita lakukan adalah dengan mencintai rupiah (tidak
pernah transaksi dengan mata uang asing) dan menggunakan produk lokal tanah air.

 
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bank Indonesia tidak menjalankan wewenangnya kepada lembaga
perbankan yang bermasalah berdasarkan realitas penerapan aturan
kepailitan perbankan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang Pasal 2 ayat (3), Bank Indonesia lebih memilih untuk
tidak menjalankan wewenangnya atas kepailitan bank tetapi tetap
konsisten dengan mengambil langkah sesuai dengan pada Pasal 37 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan pasal dan
Pasal 33 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 setelah diubah
menjadi Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 dan disempurnakan
menjadi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
Menjadi Undang-Undang Tentang Bank Indonesia langkah tersebut
diambil untuk menyehatkan bank yang bermasalah karena kepailitan
bank dinilai mempunyai risiko yang sangat tinggi bagi dunia perbankan
yang menjadi penopang perekonomian Indonesia. Bukan hanya itu hal
ini dibatasi oleh kebijakan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang
kapasitasnya menjaga kestabilan moneter Indonesia dengan prinsip
50
Lender of The Last Resort. Cara yang ditempuh Bank Indonesia sebagai
induk dari lembaga perbankan yang ada di Indonesia adalah melalui
prinsip Lender of The Last Resort yang merupakan kewenangan Bank
Indonesia. Sebelum menjalankan wewenangnya sesuai dengan Pasal 2
ayat (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Bank Indonesia lebih
memilih menjalankan kewenangan berdasarkan pasal 37 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
2. Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tentang
wewenang Bank Indonesia untuk memailitkan bank masih diperlukan
mengingat jika ada pihak lain yang dapat mengajukan permohonan
pailit untuk bank maka dampaknya akan lebih berbahaya bagi dunia
perbankan karena kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan
akan hilang.
B. Saran
1. Bank Indonesia tidak perlu memailitkan sebuah lembaga bank yang
bermasalah sesuai dengan Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004 Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
akan tetapi prinsip Lender of The Last Resort dari Bank Indonesia
dinilai masih efektif dalam membantu bank yang bermasalah untuk
menjaga kepercayaan masyarakat sebagai nasabah serta menjaga stabilitas moneter dari usaha
perbankan. Dalam mencapai satu tujuan
tunggal Bank Indonesia yaitu menjaga stabilitas ekonomi nasional tidak
perlu terkait dengan aturan kepailitan apabila dilihat dari dampaknya
akan menghancurkan perekonomian nasional.
2. Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tentang
wewenang Bank Indonesia untuk memailitkan bank harus
dipertahankan meskipun tidak pernah dijalankan oleh Bank Indonesia,
untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang bagi pihak yang
hanya beroientasi pada keuntungan pribadi yang akan menghancurkan
dunia perbankan Indonesia.

Peranan Bank Indonesia sebagai bank sentral adalah dalam hal mencetak dan
menyalurkan uang, terutama uang kartal (kertas dan logam). Bahkan Bank Indonesia
mempunyai hak tunggal untuk menyalurkan uang kartal. Tugas berikutnya adalah
mengendalaikan jumlah uang yang beredar dan suku bunga dengan maksud untuk menjaga
kesetabilan nilai rupiah. Disamping itu, hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah adalah
sebagai pemegang kas pemerintah. Begitu pula hubungan keuangan dengan dunia internasional
juga ditngani oleh Bank Indonesia, seperti menerima pinjaman luar negri. Bank Sentral juga
merupakan lembaga yang memiliki peranan strategis baik dalamperekonomian domestik suatu
negara maupun dalam kaitannya dengan perekonomian manca negara. Umumnya Bank Sentral
diberikan mandat berupa tanggungjawab merumuskan dan menjalankan kebijakan moneter.
Melalui kebijakan moneternya, lembaga ini berusaha untuk menjaga stabilitas harga, stabilitas
sektor perbankan dan stabilitas sistem keuangan (macroprudential). Di Indonesia, fungi Bank
Sentral dijalankan oleh Bank Indonesia (BI). Sebagai Bank Sentral, BI diberikan mandat untuk
mewujudkan dan memelihara stabilitas harga yang salah satunya tercermin dari inflasi yang
rendah dan stabil (UU Nomor: 23/1999 Tentang BI yang kemudian diamandemen menjadi UU
Nomor: 3/2004 tentang BI). Artinya, UU ini mengamanahkan kepada BI untuk mewujudkan
tujuan akhir kebijakan moneter yaitu tingkat inflasi yang rendah dan stabil atau pada tingkat
yang optimal bagi perekonomian. Untuk mencapai tujuan tersebut, BI bebas menentukan
penggunaan instrumen-instrumen dalam operasi kebijakan moneternya, kebebasan inilah yang
dinamakan independensi instrumen. Bank Sentral berusaha menstabilkan perekonomian suatu
negara melalui operasi kebijakan moneter, misalnya pada saat perekonomian AS mengalami
stagnasi yang ditandai dengan tingkat pengangguran yang tinggi seperti yang terjadi di tahun
1990-an, maka The Fed menempuh kebijakan moneter yang bersifat stimulatif. Untuk kebijakan
tersebut, instrumen kebijakan yang dipergunakan adalah menyediakan kredit bank yang lebih
besar untuk masyarakat. Kebijakan tersebut mengakibatkan turunnya tingkat bunga dan
meningkatnya jumlah uang beredar yang selanjutnya mendorong permintaan masyarakat akan
barang dan jasa yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan Natsir,
Ekonomi Moneter & Kebanksentralan (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), penyerapan tenaga
kerja yang lebih banyak. Jika terjadi sebaliknya, perekonomian dalam keadaan permintaan yang
berlebihan dan terjadi kenaikan tingkat harga harga umum (inflasi), maka bank sentral (The fed)
akan mengambil kebijakan untuk menekan pengeluaran agreget dengan cara menerapkan
instrumen kebijakan merupa pengurangan jumlah kredit dan jumlah uang beredar serta
mendorong meningkatnya suku bunga, eperti yang dilakukan pada tahun 1994 ketika
perekonomian AS mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) dan tekanan inflasi
terasa semakin berat, The Fed meningkatkan suku dan mengerempertumbuhan kredit bank dan
jumlah uang beredar.
Tujuan Bank Indonesia seperti terutang dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1999 Bab
III Pasal 7 adalah untuk mencapai dan memelihara kesetabilan rupiah. Mata uang rupiah perlu
dijaga dan dipelihara mengingat dampak yang ditimbulkan apabila suatu mata uang tidak stabil
sangatlah luas. Salah satu akibat ketidakstabilan nilai rupiah adalah terjadinya inflasi yang sangat
memberatkan masyarakat luas. Oleh karena itu, tugas Bank Indonesia untuk mencapai dan
memelihara kesetabilan nilai rupiah sangatlah penting.
Adapun maksud dari kesetabilan rupiah yang diinginkan oleh Bank Indonesia adalah:
1. Kesetabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang dapat diukur atau tercermin dari
perkembangan laju inflasi.

2. Kesetabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain. Hal ini dapat diukur dengan atau
tercermin dari perkembangannilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Dengan
stabilnya nilai mata uang rupiah, maka akan sangat banyak manfaat yang akan diperoleh
terutama untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Agar kesetabilan nilai rupiah dapat tercapai dan terpelihara, maka Bank
Indonesia memiliki tugas antara lain:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dalam pelaksanaan tugas di atas
pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaaan tugas
Bank Indonesia.
C. Sejarah Dan Kebijakan Sistem Nilai Tukar Rupiah
Transaksi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dapat dipastikan menggunakan uang
sebagai alat pembayaran. Penggunaan suatu mata uang, semula hanyalah didasarkan pada
kesepakatan dari masyarakat yang mempergunakan. Namun, dalam masyarakat modern
penggunaan suatu mata uang pada umumnya diatur dengan undang-undang. Misalnya,
Rupiah merupakan mata uang yang berlaku di Indonesia dan diatur dalam Undang-Undang
No.23 tahun 1999 yang telah diamandemen dengan Undang-Undang No.3 tahun 2004 tentang
Bank Indonesia.
Dalam perekonomian terbuka, penggunaan uang dalam memperlancar transaksi tidak
terbatas hanya dilakukan antar penduduk, tetapi juga dapat dilakukan antar penduduk suatu
negara dengan negara lain dengan menggunakan mata uang yang disepakati. Penggunaan
uang dengan penduduk negara lain tersebut umumnya dilakukan untuk transaksi pembayaran
impor barang-barang dan jasa ke penduduk diluar negeri ataupun penerimaan hasil ekspor
barang jasa dari luar negeri.
Dalam melakukan transaksi dengan penduduk negara lain, masing-masing Negara tentunya akan
menghadapi permasalahan mengenai alat pembayaran yang digunakan untuk transaksi tersebut,
misalnya mata uang yang digunakan apakah mata uang asing atau mata uang masing-masing
negara serta berapa besar nilai suatu transaksi ditetapkan dalam mata uang asing. Semua
permasalahan yang berkaitan dengan mata uang suatu negara dengan negara lainnya tersebut
biasanya dikenal dengan permasalahan nilai tukar.
Dalam sejarah sistem moneter internasional, penentuan dan sistem nilai tukar suatu negara
mempunyai evaluasi yang panjang. Pada awal sistem moneter internasional modern pada abad
ke-19, beberapa negara menggunakan sistem nilai tukar tetap dengan mengacu kepada standar
emas (Gold Standard). Sistem ini juga mengalami pasat surut sehingga muncul sistem nilai tukar
Iskandar Simorangkir, Sistem dan kebijakan Nilai Tukar pada kesepakatan Bretton Woods.
Sistem ini juga tidak mampu bertahan lama sehingga sejak tahun 1970-an, setiap negara
diberikan kebebasan untuk menentukan system nilai tukar yang digunakan. Perekembangan
terakhir menunjukan bahwa sistem nilai tukar yang digunakan suatu negara tidak hanya terbatas
pada sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate), tetapi juga sistem nilai tukar mengambang
(Flexible exchange rate) atau variasi dari kedua sistem tersebut. Selain itu, perkembangan
terakhir yang tidak kalah menariknya adalah pembentukan mata uang bersama dari anggota
European Monetary Union pada tahun 1999 dan diberlakukan penuh pada tahun 2002.
Dalam era globalisasi perekonomian dunia, pergerakan uang antar negara tidak mengenal batas
lagi. Uang bergerak dengan cepat dari suatu negara ke negara lain dan cenderung menuju ke
tempat yang menghasilkan pendapatan terbesar. Selain itu, uang juga diperdagangkan sebagai
barang sehingga mata uang suatu negara cukup rentan terhadap kegiatan spekulasi. Dengan
perkembangan global tersebut maka negara-negara yang menggunakan sistem nilai tukar tetap
atau dengan variasinya sangat rentan terhadap arus balik modal dan kegiatan spekulasi. Krisis
nilai tukar yang terjadi di negara-negara Amerika Latin pada awal 1990-an dan negara Asia
tahun 1997/1998 terutama diakibatkan dari kedua faktor tersebut.
Data empiris menunjukkan bahwa krisis nilai tukar berpengaruh negatif terhadap perekonomian
suatu negara, seperti yang telah dirasakan oleh beberapa negara Asia pada tahun 1997/98.

Krisis nilai tukar ini tidak hanya mengakibatkan harga-harga membumbung tinggi, tetapi juga
mengakibatkan kontraksi perekonomian yang cukup dalam. Melemahnya nilai tukar
mengakibatkan barangbarang impor, seperti bahan baku, barang modal, dan barang konsumsi
lebih mahal dan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga-harga barang di dalam negeri. Selain
itu, melemahnya nilai tukar mengakibatkan semakin besarnya kewajiban hutang luar negeri
perusahaan-perusahaan sehingga neraca perusahaan dan bank-bank memburuk.
Sebagaimana diuraikan diatas, krisis nilai tukar dapat berdampak buruk terhadap ekonomi
sehingga kebijakan untuk menstabilkan nilai tukar merupakan kebijakan ekonomi yang penting
pada beberapa negara. Misalnya, di Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang No. 4 tahun 2003,
kepada Bank Indonesia diberi tugas untuk menjaga dan memelihara kesetabilan nilai Rupiah.
Dalam pengertian tersebut, Bank Indonesia tidak hanya menjaga dan memelihara kesetabilan
nilai Rupiah agar harga-harga barang dan jasa (laju inflasi) dapat terkendali, tetapi juga untuk
menjaga dan memelihara stabilitas nilai Rupiah mata uang asing.
D. Pengertian Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang
asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap
mata uang asing. Sebagai contoh nilai tukar (NT) Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) adalah
harga satu dolar Ameika (USD) dalam Rupiah (Rp), atau dapat juga sebaliknya diartikan harga
satu Rupiah terhadap satu USD. 10

Nilai tukar mata uang didefinisikan sebagai harga dari satu mata uang terhadap mata uang
lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu (1) fixed echange rate atau
sistem nilai tukar tetap; (2) managed floating exchange rate atau sistem nilai tukar mengambang
terkendali; dan (3) floating exchange rate atau sistem nilai tukar mengambang.
Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain
ditetapkan pada nilai tertentu. Misalnya, nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika
dipatok Rp. 8.000,- per dolar. Pada nilai tukar ini Bank Sentral akan siap untuk menjual atau
membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai
tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, banak sentral dapat melakukan devaluasi ataupun
revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan.
Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan
permintaan dan penawaran yang terjadi dipasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat
apabila terjadi kelebihan penawaran valuta asing dan sebaliknya nilai tukar mata uang domestik
akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan valuta asing.
Bank sentral dapat saja melakukan intervensi di pasar valuta asing, yaitu dengan menjual devisa
dalam hal terjadi kekurangan pasokan atau membeli devisa apabila terjadi kelebihan penawaran
untuk menghindari gejolak nilai tukar yang berlebihan di pasar. Akan tetapi, intervensi dimaksud
tidak diarahkan untuk mencapai target tingkat nilai tukar tertentu atau dalam kisaran tertentu.
Sistem nilai tukar mengambang terkendali merupakan sistem yang berada diantara kedua sistem
nilai tukar diatas. Dalam sistem nilai tukar ini, bank sentral menetapkan batasan suatu kisaran
tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band atau batas pita intervensi.
Nilai tukar akan ditentukan sesuai dengan mekanisme pasar sepanjang berada didalam batas
kisaran pita intervensi tersebut. Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas bawah dari
kisaran tersebut, maka bank sentral akan secara otomatis melakaukan intervensi di pasar valuta
asing sehingga nilai tukar bergerak kembali kedalam pita intervensiSetiap sistem nilai tukar
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pemilihan sistem yang diterapkan akan tergantung pada
situasi dan kondisi perekonomian negara yang bersangkutan, khususnya besarnya cadangan
devisa yang dimiliki, keterbukaan ekonomi, sistem devisa yang dianaut (bebas, semi terkontrol
atau terkontrol), dan besarnya volume pasar valuta asing domestik. Sistem nilai tukar tetap
mempunyai kelebihan karena adanya kepastian nilai tukar bagi pasar. Akan tetapi, sistem ini
membutuhkan cadangan devisa yang besar karena keharusan bank sentral untuk
mempertahankan nilai tukar pada level yang ditetapkan. Selain itu, sistem ini dapat mendorong
kecenderungan dunia usaha untuk tidak melakukan hedging (perlindungan nilai) valuta asingnya
terhadap risiko perubahan nilai tukar.

Anda mungkin juga menyukai