Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN FINANCIAL

DISTRESS TERHADAP AUDITOR SWITCHING


Ilham Sanjaya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Ilhamsanjaya73@gmail.com

Liliana Hikmah U
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lala Anggun Lupita


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Bima Cinintya Pratama,SE,M.Sc,Ak.,CA


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
BimaCinintyaPratama@ump.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan
institusional dan financial distress terhadap auditor switching. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2020 dengan mengakses website www.idx.co.id. teknik
pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling agar
memperoleh sampel yang representatif, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan,
yaitu perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2020.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dengan
bantuan program spss. penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
institusional dan financial distress tidak berpengaruh terhadap auditor switching.

Kata kunci : kepemilikan institusional, financial distress dan auditor switching

Abstract
The purpose of this study was to determine the effect of institutional
ownership and financial distress on auditor switching. The population used in this
study are banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2020 by
accessing the website www.idx.co.id. The sampling technique used is purposive
sampling technique in order to obtain a representative sample, in accordance with
predetermined criteria, namely banking companies listed on the Indonesia Stock
Exchange for the period 2020. The data analysis technique used is descriptive
statistical analysis with the help of the SPSS program. This study shows that the
variables of institutional ownership and financial distress have no effect on auditor
switching.

Keywords : institutional ownership, financial distress and auditor switching


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan dapat membantu pihak
eksternal untuk mengambil keputusan ekonomi dan mengetahui kondisi suatu entitas.
Sebagai pemakai laporan keuangan, pihak eksternal membutuhkan laporan keuangan
yang bisa dipercaya. Oleh sebab itu, untuk menjamin kewajaran dan kualitas laporan
keuangan diperlukan profesi seperti auditor. Menurut SAK laporan keuangan
memiliki tujuan umum untuk kebutuhan bersama sebagai pengguna laporan
keuangan, yang termasuk dalam pengguna yaitu Direktorat Jenderal Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Jasa Akuntan Publik (No:
17/PMK.01/2008) yaitu peratutan yang mengatur pekerjaan auditor, yang memiliki
ketentuan yaitu tentang Auditor Switching (Pergantian Auditor). Pada peraturan
pembatasan pemberian jasa dituliskan bahwa, jasa audit umum yang diberikan atas
laporan keuangan klien dapat dilakukan oleh Kantor Akunan Publik selama 6 (enam)
tahun buku berturut-turut dan selama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut dari seorang
akuntan. Peraturan tersebut mempunyai tujuan yaitu untuk menjaga independensi
auditor jika suatu saat terjadi penurunan selama audit tenure.
Independensi auditor menjadi penyebab utama adanya auditor switching di
Indonesia. Auditor switching bisa terjadi dari aturan pemerintah (mandatory) atau
perusahaan yang mempunyai keinginan (voluntary). Terjadinya pergantian auditor
yang membatasi peraturan kontrak kerja maka auditor pengganti akan menjadi
perhatian utama. Pergantian secara wajib terjadi karena adanya pemisahan paksa
(mandatory) dari peraturan sebaliknya. Ketika tidak ada aturan dan klien mengganti
auditornya maka bisa saja yang akan terjadi adalah diberhentikannya auditor dari
klien atau auditor yang akan mengundurkan diri.
Isu independensi biasanya digunakan untuk melakukan pergantian auditor
khususnya yang bukan regular. Dalam melakukan tugasnya, auditor harus mempunyai
kejujuran yang tinggi, yang mempunyai keitan dengan objektivitas (independence in
fact) dan pihak-pihak lain yang mempunyai pandangan terhadap auditor yang
mempunyai hubungan dengan pelaksanaan audit (independence in appearance).
Keputusan Menteri Keuangan No. 359/KMK.06/2003 menyatakan pada perusahaan
yang diharuskan untuk melakukan pergantian pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang telah mendapatkan penugasan audit selama lima tahun berturut-turut. Peraturan
ini diperbarui dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008
mengenai “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut mengatur tentang pemberian jasa
audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik maksimal enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik
maksimal tiga tahun buku berturut-turut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan mengidentifikasikan
masalah-masalah yang akan diteliti yaitu apakah financial distress dan kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap auditor switching. Selain itu, adapun tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mendapatkan bukti empiris bahwa financial distress dan
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap auditor switching. Diharapkan pada
hasil penelitian ini bisa bermanfaat untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dengan
auditor switching.

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara dua pihak
yaitu manajemen (agent) dan pihak eksternal (manajer) yang juga merupakan
pengguna laporan keuangan (Robbitsari dan Wiratmaja, 2013). Agen ditunjuk oleh
prinsipal agar agen melakukan tindakan sesuai dengan kepentingannya. Dalam teori
keagenan, konflik kepentingan dapat terjadi antara agen dan prinsipal karena agen
tidak berperilaku seperti yang diharapkan prinsipal (Aprilia, 2013). Adanya konflik
kepentingan ini akan menimbulkan biaya keagenan bagi perusahaan dan peran auditor
adalah untuk menekan biaya keagenan. Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua
individu bertindak sesuai dengan kepentingan mereka sendiri. Manajer diasumsikan
hanya tertarik pada pengembalian finansial yang mereka dapatkan dari investasi
mereka di perusahaan, sementara agen diasumsikan memperoleh kepuasan tidak
hanya dari kompensasi finansial tetapi dari partisipasi mereka dalam hubungan agensi
seperti pergantian auditor karena ketidaksepakatan tentang praktik akuntansi tertentu,
yang pada akhirnya agen akan menyampaikan kepada auditor yang dapat setuju
dengan agen.
Auditor Switching
Pergantian auditor adalah pergantian kantor akuntan publik (KAP) dan auditor
yang dilakukan oleh perusahaan klien. Pergantian auditor sangat penting bagi
perusahaan, karena dapat mengatasi masalah kualitas audit yang rendah akibat
hubungan yang lama antara auditor dan perusahaan klien (Cameran et al., 2009). Hal-
hal yang harus dilakukan selama pergantian auditor dapat diatur oleh Pemerintah
Indonesia melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang jasa
akuntan jenderal.
Kepemilikan Institusional
Definisi dari kepemilikan institusional yaitu sebagai persentase saham yang
dimiliki oleh intitusi. Variabel kepemilikan institusional diukur dari persentase saham
yang dimiliki oleh institusi investor dibandingkan dengan saham yang beredar.
Kepemilikan institusional sangat berperan dalam mengambil keputusan
tentang perusahaan klien yang akan melakukan pergantian auditor diperiode
mendatang. Kepemilikan institusional yang besar pada perusahaan dapat
mengindikasikan kekuasannya untuk mengambil keputusan (Faizal, 2004).
Kepemilikan institusional yang semakin besar akan semakinefisien pada pemanfaatan
aktiva perusahaan klien, diharapkan juga dapat bertindak pada pengambilan
keputusan tertinggi. Peran penting yang dimiliki oleh jumlah pemegang saham
mayoritas (majority shareholders) yaitu pada pengambilan keputusan untuk
melakukan pergantian auditor (auditor switching) dalam perusahaan. Kepemilikan
organisasi yang lebih tinggi juga dapat menyebabkan peningkatan pengawasan
terhadap kinerja auditor, yang pada gilirannya dapat mengurangi tingkat kesalahan
auditor.
Financial Distress
Financial distress atau kesulitan keuangan perusahaan adalah kondisi pada saat
perusahaan mengalami kesulitan dalam keuangan yang dikhawatirkan dapat
mengalami kebangkrutan (Wijaya, 2012). Apabila financial distress terjadi pada
perusahaan klien maka kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya pergantian
auditor (auditor switching). Kondisi ini juga dapat menyebabkan perusahaan klien
akan mengalami arus kas negatif, buruknya rasio keuangan, tidak bisa memenuhi
perjanjian hutang dan yang akhirnya mengalami kebangkrutan, sehingga going
concern perusahaan klien diragukan.
Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap auditor switching
Kepemilikan institusional diikuti dengan perubahan kebijakan di bidang
akuntansi, keuangan, dan pemilihan akuntan publik (Damayanti dan Sudarma, 2008).
Kebutuhan pemegang saham akan jasa audit oleh auditor yang berkualitas lebih besar,
guna memenuhi tuntutan pesatnya pertumbuhan perusahaan (Joher et al., 2000).
Keinginan pemegang saham untuk terus berkembangnya perusahaan menyebabkan
pemegang saham memilih untuk menggunakan jasa audit dari auditor yang
berkualitas yang dapat memberikan opini audit dengan kualitas penjelasan tentang
kelangsungan hidup perusahaan (going concern).
Dalam hubungan antara auditor dengan perusahaan klien, ada kemungkinan
kebijakan yang ditetapkan oleh pemegang saham tidak sejalan dengan auditor. Hal ini
dikarenakan auditor dalam melaksanakan tugasnya hanya akan melihat apakah
kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan telah sesuai dengan semua peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku. Jika terdapat pertentangan dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku, auditor perlu berkomunikasi dengan perusahaan
klien, termasuk menasihati. Dalam hal ini, pergantian auditor (switching auditor)
dapat terjadi jika perusahaan klien tidak puas dengan jasa yang diberikan auditor atau
perbedaan pemahaman antara perusahaan klien dan auditor lebih besar. Selain itu,
pergantian auditor juga dapat disebabkan oleh keinginan perusahaan klien untuk
meningkatkan kualitas hasil audit dalam laporan keuangannya. Nagy (2006) dan
Sinarwati (2010) bahwa ketidaksesuaian pemahaman antara auditor dan pemegang
saham seringkali berakhir pada auditor switching. Alasan lain pemegang saham
berkeinginan untuk mengembangkan perusahaan, sehingga mereka cenderung
memilih penggunaan jasa audit oleh auditor yang berkualitas yang dapat memberikan
opini audit dengan paragraf penjelasan tentang kelayakan perusahaan.

Financial distress berpengaruh positif terhadap auditor switching


Financial distress adalah situasi di mana arus kas operasi perusahaan tidak
cukup untuk memenuhi kewajiban saat ini (Ross et al., 2002). Ramadhany (2004)
menyatakan bahwa posisi keuangan suatu perusahaan dapat menggambarkan baik
atau tidaknya keadaan perusahaan yang sebenarnya. Kesulitan keuangan (financial
distress) yang dialami oleh perusahaan klien dapat diketahui melalui laporan
keuangan yang disediakan, dimana jika perusahaan memiliki sejumlah kewajiban
yang lebih besar dari jumlah kekayaannya, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan
tersebut mengalami kesulitan keuangan (financial distress) dan sebaliknya jika
perusahaan memiliki jumlah kewajiban yang lebih kecil dari jumlah kekayaannya,
maka dapat dikatakan perusahaan tersebut tidak mengalami financial distress (Astrini,
2013).
Perusahaan klien yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress)
dapat mempengaruhi keputusan perusahaan klien untuk mengganti auditor (switch
auditor). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasir et al. (2006) menemukan bahwa
firma klien yang berada di ambang kebangkrutan karena financial distress cenderung
lebih sering mengganti kantor akuntan publiknya daripada firma yang tidak
mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Perusahaan klien yang kekurangan
uang (financial distress) tentunya akan memiliki posisi keuangan yang tidak sehat,
sehingga mereka akan memilih untuk melibatkan auditor dengan independensi yang
tinggi, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan kreditur,
serta membantu perusahaan mengurangi risiko masalah hukum. (Nasser dkk. 2006).
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Sampel
Sampelnya belum ada
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini ada dua jenis variable yaitu variable dependen dan
independen. Variable dependen ( Y ) dalam penelitian ini adalah Auditor
Switching, sedangkan variable independen ( X ) adalah Financial Distres dan
Kepemilikan Institusional.
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Variabel Dependen
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam makalah ini adalah Auditor Switching. Auditor
switching adalah perubahan KAP oleh perusahaan. Jika perusahaan
mengganti validator diberi nilai 1. Sedangkan jika perusahaan tidak
mengganti validator diberi nilai 0.
2. Variabel Independen
Financial Distress
Financial distress menunjukkan kesulitan solvabilitas perusahaan
karena perusahaan sulit membayar kewajibannya. Jika perusahaan tidak
menunjukkan prospek yang baik, langkah terakhir yang harus diambil
adalah likuidasi. Kesulitan keuangan dinyatakan melalui DAR (debt-to-
asset ratio). Semakin tinggi DAR, semakin besar risiko keuangan bagi
kreditur dan pemegang saham. Tingkat aman rasio DAR adalah 50%,
karena rasio DAR di atas 50% merupakan salah satu indikator kinerja
keuangan yang memburuk sehingga perusahaan dalam keadaan financial
distress. Financial distress dapat dirumuskan sebagai: (Varadella, 2016)
DAR ¿

Kepemilikan Institusional
kepemilikan institusional adalah merupakan saham yang dimiliki oleh
institusi atau lembaga, baik institusi pemerintah, swasta, domestik maupun
asing (Sintyawati dan Dewi, 2018). Kepemilikan institusional di hitung
dengan skala rasio melalui jumlah kepemilikan saham oleh institusi
dibandingkan dengan total saham perusahaan (Giovani, 2019)
jumlah saham investor institusi
Kepemilikaninstitusional= ×100 %
jumlah saham yang beredar dipasar

Berdasarkan permasalahan penelitian, kajian teoritis dan hasil


penelitianpenelitian terdahulu, maka desain penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Statistik Deskriptif
Hasil Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan populasi perbankan yang terdaftar
di idx tahun 2020. Dengan jangka waktu pengamatan 1 tahun maka diperoleh 30
perbankan sesuai dengan kriteria proses pengambilan sampel.
A. Hasil Uji Analisis
1. Analisis Deskriptif
Pengujian Analisis Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif merupakan sebuah
metode untuk mengetahui gambaran sekilas dari sebuah data. Gambaran atau
deskripsi suatu data dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
nilai maksimum, dan nilai minimum.

Variabel kepemilikan institusional dari Sumber data penelitian berupa laporan


tahunan perbankan yang terdaftar di IDX tahun 2020 di peroleh nilai minimum
sebesar 154,00 dan nilai maximum 9980,00 serta nilai rata-rata 6628,9000.

Variabel financial distress dari Sumber data penelitian berupa laporan tahunan
perbankan yang terdaftar di IDX tahun 2020 di peroleh nilai minimum sebesar 160.00
dan nilai maximum 894.00 serta nilai rata-rata 778.1667.

Variabel auditor switching dari Sumber data penelitian berupa laporan tahunan
perbankan yang terdaftar di IDX tahun 2020 di peroleh nilai minimum sebesar 0,00
dan nilai maximum 1,00 serta nilai rata-rata 0,2333.

Skewness dan kurtosis merupakan ukuran untuk melihat apakah data terdistribusi
secara normal atau tidak. Data yang terdistribusi secara normal mempunyai nilai
skewness dan kurtosis mendekati nol.

Nilai skewness dan kurtosis pada masing-masing variabel yaitu:


a. Kepemilkan Institusional -0,781 dan -0,929
b. Financial Distress -2.920 dan 8.756
c. Auditor Switching 1,328 dan -0,257

Dari nilai skewness dan kurtosis pada data tersebut dapat disimpulkan bahwa data
tidak terdistribusi secara normal karena memiliki nilai skewness dan kurtosis masing-
masing tidak mendekati nol.

2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel terikat dan variabel
bebas dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui
normalitas data, data ditampilkan dalam plot analisis regresi linier (normal
probability plot). Jika residual menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Uji normalitas dalam penelitian ini juga menggunakan uji non
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji normalitas dilakukan dengan
mengevaluasi signifikansi bilateral dengan mengukur taraf signifikansi 5%. Data
dikatakan berdistribusi normal jika Asymp.Sig (2-tail) lebih besar dari 0,05 atau
5% (Ghozali, 2006). Berikut hasil uji normalitas yang diperoleh sebagai berikut:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. Deviation .42252417
Most Extreme Differences Absolute .402
Positive .402
Negative -.182
Test Statistic .402
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Berdasarkan hasil test Kolmogorov di atas, diketahui bahwa nilai


Kolmogorov-Smirnov adalah
Sig = 0.000
Sig 0.000 < 0.05
Maka Ho ditolak. Hal itu nilai residual terstandarisasi dinyatakan menyebar
secara tidak normal.

3. Uji Multikolinieritas

Berdasarkan output pada coefficient terlihat bahwa nilai TOL (Tolerance)


variabel Kepemilikan Institusional (0,990), Financial Distress (0,990).
Masing-masing menunjukan angka ≥ 0.10.

Melihat nilai dari VIF (Variance Infloating Factor) variabel Kepemilikan


Institusional (1.010), Financial Distress (1.010). masing-masing menunjukan
angka ≤ 10.
Maka pada model regresi yang terbentuk tidak terjadi gejala multikolinier.

4. Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .188 a
.035 -.036 .43789 1.864
a. Predictors: (Constant), Financial Distress, Kepemilikan Institusional
b. Dependent Variable: Auditor Switchng

Pada output model summary terdapat nilai Durbin-Watson sebesar 1.864.


Pengambilan keputusan pada asumsi ini memerlukan dua nilai bantu yang
diperoleh dari tabel Durbin-Watson, yaitu nilai dL dan dU, dengan K (jumlah
variabel bebas) = 2 dan n (ukuran sampel) = 30 sampel.
Kesimpulannya, apabila kita melihat tabel Durbin-Watson di atas dengan n =
30 sampel, K = 2, maka akan diperoleh nilai dL = 1,284 dan dU = 1,567,
sehingga nilai 4 - dU sebesar 4 – 1,567 = 2,433 sedangkan nilai 4 - dL sebesar
4 – 1,284= 2,716.
Karena nilai Durbin-Watson (1.864) terletak dU < d < 4 – dU maka dapat
disimpulkan bahwa model persamaan regresi tersebut tidak terdapat gejala
autokorelasi.

5. Uji Heteroskedastitas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .692 .220 3.151 .004
Kepemilikan Institusional -3.150E-5 .000 -.455 -2.650 .013
Financial Distress .000 .000 -.123 -.714 .481
a. Dependent Variable: ABS_RES

Berdasarkan output data di atas diketahui bahwa model regresi terjadi gejala
heteroskedastisitas. Hal ini karena Sig. variabel Kepemilikan Institusional
terhadap absolut residual sebesar 0,013 < 0,05, lalu Sig. Variabel Financial
Distress terhadap absolut residual sebesar 0,481 > 0,05, Sig.

6. Uji F

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .189 2 .095 .494 .616b
Residual 5.177 27 .192
Total 5.367 29
a. Dependent Variable: Auditor Switchng
b. Predictors: (Constant), Financial Distress, Kepemilikan Institusional
Berdasarkan hasil uji ANOVA atau F test, diketahui nilai F hitung sebesar
0,494 dengan signifikansi 0,616. Maka dapat disimpulkan hipotesis ditolak.
Maka artinya kepemilikan institusional (X1) dan financial distress (X2) secara
simultan tidak berpengaruh terhadap auditor switching (Y)

7. Uji T

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .461 .444 1.037 .309
Kepemilikan Institusional -2.382E-5 .000 -.188 -.991 .331
Financial Distress -8.954E-5 .001 -.034 -.178 .860
a. Dependent Variable: Auditor Switchng

Dapat disimpulkan Nilai Sig:


Kepemilikan Institusional 0,331 > 0,050 maka X1 tidak berpengaruh terhadap
Y
Financial Distress 0.860 > 0,050 maka X2 tidak berpengaruh terhadap Y
PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
Hasil Uji-T menunjukkan Kepemilikan Institusional mempunyai nilai
koefisien regresi sebesar -2.382 dengan arah negatif mempunyai nilai signifikansi
0,331 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap Auditor Switching.

Hasil Pengujian Hipotesis Kedua


Hasil pengujian variabel Financial Distress mempunyai nilai koefisien regresi
sebesar -8.954 dengan arah negatif mempunyaai nilai signifikansi 0.860 > 0,05 . Hal
ini menunjukan bahwa Financial Distress tidak berpengaruh signifikan terhadap
Auditor Switching.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah kepemilikan institusional
dan financial distress tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Berdasarkan
keterbatasan penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti memberikan rekomendasi
untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:
1. Tambahkan periode tahun pencarian
Oleh karena itu diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan kepercayaan yang
lebih terkait dengan praktik validator switching.
2. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan memperbanyak jumlah sampel
perusahaan dengan cakupan yang lebih luas.
3. Penambahan variabel independen lainnya seperti reputasi auditor (Sinarwati 2010)
dan pertumbuhan perusahaan (Khasanah dan Nahumury 2013) yang diharapkan dapat
lebih memprediksi terjadinya auditor switching.

DAFTAR PUSTAKA
Agustian, G. G., Willy Sri Yuliandhari, SE., MM., Ak. 2014. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kebijakan Dividen Terhadap
Kebijakan Utang Perusahaan (studi pada perusahaan Property, real estate, &
building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 –
2013). e-Proceeding of Management, Vol.1, No.3 Page 182.
Ainurrizky Putri Robbitasari dan I Dewa Nyoman Wiratmaja, PENGARUH OPINI
AUDIT GOING CONCERN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN
AUDIT DELAY PADA VOLUNTARY AUDITOR SWITCHING, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 5.3 (2013):652-665

Gusti Agung Ayu Intan Permata Sari dan Ida Bagus Putra Astika, Pengaruh Opini
Going Concern, Financial Distress, dan Kepemilikan Institusional Pada
Auditor Switching, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.23.2 (2018)

Juli Is Manto dan Dewi Lesmana Manda, PENGARUH FINANCIAL DISTRESS,


PERGANTIAN MANAJEMEN DAN UKURAN KAP TERHADAP
AUDITOR SWITCHING, Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol.
18 No.2 September 2018
Lesmana, K. 2016. Analisis Pengaruh Pergantian Manajemen, Opini Audit Tahun
Sebelumnya, Financial Distress, Ukuran KAP, dan Ukuran Perusahaan Klien
Terhadap Voluntary Auditor Switching (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di
BEI Periode 2012-2014). Ultima Accounting, Vol 8. No.1

Muhammad Dejan dan Annisa Nurbaiti, PENGARUH FINANCIAL DISTRESS,


PERGANTIAN MANAJEMEN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
TERHADAP AUDITOR SWITCHING, e-Proceeding of Management : Vol.7,
No.1 April 2020

Yuka Faradila dan M. Rizal Yahya, PENGARUH OPINI AUDIT, FINANCIAL


DISTRESS, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN KLIEN TERHADAP
AUDITOR SWITCHING, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi
(JIMEKA) Vol. 1, No. 1, (2016) Halaman 81-100

Anda mungkin juga menyukai