Anda di halaman 1dari 9

5/2/23

Perawatan Paliatif: Konsep,


Perspektif, Trend & Issue di
Indonesia
Ns. Dara Febriana, MSc., PhD

Some reflection questions


— Sebelum menonton video pernahkah mendengar tentang
perawatan paliatif sebelumnya? Where, when, How

— Punya pengalaman merawat atau mengenal orang yang merawat


individu dengan penyakit terminal, tantangan apa yang dihadapi
saat itu?
— Apa saja perasaan Anda dan ketakutan anda tentang kematian?
— Bagaimana mengatasinya?
— Apa saja hal-hal yang Anda anggap sulit dalam merawat orang
yang menjelang ajal?
— Apakah Anda merasa cukup berpengetahuan dan mampu
memberikan perawatan menjelang ajal untuk orang yang Anda
sayangi?

Objectives
— Sejarah dan perkembangan perawatan paliatif

— Definisi dan tujuan perawatan paliatif

— Filosofi dari perawatan paliatif


— Perkembangan perawatan paliatif di Indonesia

1
5/2/23

Sejarah Perawatan Paliatif


— Beginning of Time: caring for each other
— Middle Ages: Convents, Hostels, Hospitality Inns
— Early years of Medicine: symptom management,
comfort, sitting bedside
— Modern Era: Treatment and Cure over comfort
— Modern Hospice Movement 1960 s
— Dame Cicely Saunders à membuka RS khusus hospis
St. Christopher Hospice, London 1967

— 1974 à Dr. Ballfour Mount, menciptakan istilah


perawatan paliatif utk menghindari konotasi negatif
hospis yang artinya “somewhere to go to die” .
— Dr. Mount adalah urologist yang memperkenalkan palliative
care di The Royal Victoria Hospital of McGill University
MontreaL

— 1997 à di Amerika pengembangan palliative care


menjadi lebih dikenal dan mengembangkan banyak
pedoman terkait palliative care
— Indonesia à pertama sekali diperkenalkan pada tahun
1992, perkembangannya masih lambat dan umumnya
hanya di kota-kota besar.

2
5/2/23

Definis Perawatan Paliatif


— Dari bahasa Latin “Pallium” à jubah/mantel

— Paliasi à cloaking over à tidak mengatasi


penyebab, hanya memperbaiki efek

Definisi dari WHO


— Palliative care is active total care of patients whose diseases is
not responsive to curative treatment (WHO, 1990)

— ‘Palliative care is an approach that improves the quality of life of


patients and their families facing the problems associated with
life-threatening illness, through prevention and relief of suffering
by means of early identification and impeccable assessment and
treatment of pain and other problems physical, psychosocial and
spiritual’ (WHO, 2002)

— Palliative care is an integrated system of care that : improves the


quality of life , by providing pain and symptoms relief, spiritual
and psychosocial support from diagnosis to the end of life and
bereavement (WHO 2005)

Pengertian perawatan paliatif dari Depkes


(Pedoman Kanker Terpadu Paripurna, 1997

Semua tindakan aktif guna meringankan


beban penderita kanker terutama yang
tidak mungkin disembuhkan tetapi juga
pada penderita yang mempunyai harapan
untuk sembuh bersama-sama dengan
tindakan kuratif
Tindakan aktif à menghilangkan nyeri dan
keluhan lain serta perbaikan dalam bidang
psikologis , sosial dan spiritual

3
5/2/23

GENERAL PALLIATIVE CARE


— General palliative care is the level of
palliative care which should be provided
by all healthcare professionals, in primary
or secondary care, within their duties to
patients with life-limiting disease’

SPECIALIST PALLIATIVE CARE


Holistic and multidisciplinary approach

MDT consist of Doctors, Nurses, Social Worker, Therapists,


Chaplain, Complementary Therapies

Provided at the expert level, by a trained, multi-professional team


in order to manage persisting, severe or complex problems

REFERRAL CRITERIA

Uncontrolled
Complex Complex Social
Symptoms Issues

End of Life care

Psychological Psychospiritual
Emotional Issues
Issues
Related to illness

4
5/2/23

REFERRALS NOT
MEETING CRITERIA
Condition
inactive
and stable Chronic
Pain

Respite
Long term
care

Tujuan Perawatan Paliatif


(WHO, 2002)
— Memberikan bantuan untuk mengurangi nyeri dan gejala
yang mengganggu dan menyebabkan ketidaknyamanan
lainnya
— Mengafirmasi kehidupan dan menganggap kematian
sebagai proses yang normal
— Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda
kematian
— Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dari
perawatan pasien
— Menawarkan sistem pendukung untuk membantu pasien
hidup seaktif mungkin sampai ajal datang

Cont…
— Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga
mengatasi penyakit pasien dan dalam masa berkabung
mereka
— Menggunakan pendekatan tim untuk menangani kebutuhan
pasien dan keluarga, termasuk konseling saat masa berkabung
jika diindikasikan
— Akan meningkatkan kualitas hidup dan mungkin juga secara
positif mempengaruhi perjalanan penyakit

— Dapat diberikan dari awal perjalanan penyakit, bersamaan


dengan terapi lain yang dimaksudkan untuk memperpanjang
hidup, seperti kemoterapi dan terapi radiasi, dan diperlukan
juga investigasi untuk lebih memahami dan mengatasi
komplikasi klinis yang menyulitkan

5
5/2/23

Filosofi perawatan paliatif


— Manajemen gejala yang efektif

— Mempertahankan kualiatas hidup

Bagaimana caranya mencapai


tujuan filosofis tersebut?
— Tim interdisipliner

— Pasien dan keluarga – satu unit perawatan

— Membedakan antara perawatan paliatif dan hospis


— Care vs cure

Tim Interdisipliner Perawatan Paliatif

DOKTER
DOKTER
PERAWAT SPESIALIS UMUM AHLI GIZI

FARMASI
PSIKOLOG

PASIEN

FISIOTERAPIS ROHANIAWAN

RELAWAN
SOSIAL
MEDIS KELUARGA

6
5/2/23

Pasien dan keluarga – satu


unit perawatan
— Pasien bukan entitas tunggal

— Pemberian pelayanan berpusat pada pasien dan


keluarganya
— Melibatkan pasien terlebih dahulu dan keluarga
dalam pengambilan keputusan à to respect patient
rights
— Menggunakan pendekatan holistik

Palliative VS Hospis
— Persamaannya:
— Based on the same philosophical foundation
— Sama-sama memberikan kenyamanan

— Perbedaannya:
— Palliative care dapat dimulai dari awal didiagnosis,
bersamaan dengan pengobatan
— Hospis setelah pengobatan dihentikan dan ada
indikasi jelas bahwa pasien tidak akan sembuh dan
diperkirakan hanya bertahan hidup kurang dari 6
bulan

— Paliatif berfokus pada kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual


pasien, sesuai untuk pasien dalam semua tahap penyakit, dan
mendampingi pasien dari diagnosis sampai penyembuhan*
— Membuat pasien nyaman dan mempersiapkan pasien dan keluarga
pasien untuk menghadapi akhir hidup pasien ketika sudah
memastikan bahwa pengobatan untuk penyembuhan tidak lagi
dilakukan
— Paliatif menggunakan obat yang memperpanjang hidup.
— Hospis, tidak menggunakan obat yang memperpanjang hidup.
— Paliatif menggunakan pendekatan interdisipliner menggunakan
para profesional yang sangat terlatih dari awal pasien pertama
sekali memulai pengobatan.
— Hospis, bergantung pada keluarga dan perawat yang melakukan
home visit. Biasanya di tempat yang lebih disukai pasien seperti di
rumah; atau di panti jompo; dan kadang-kadang, di rumah sakit.

7
5/2/23

Care vs Cure
— Dilema antara menghentikan atau melanjutkan
pengobatan
— Mana yang lebih penting, curing or caring?
— Model konvensional dalam menangani pasien
dengan penyakit mengancam hidup dibagi dalam 3
fase
— Kuratif à bertujuan menjaga kelangsungan hidup
— Paliatif à memaksimalkan kualitas hidup
— Terminal à meninggal bermartabat
— Problem is, tidak ada batasan jelas antara tiap fase

Perawatan paliatif di
Indonesia
— Tantangan akan semakin banyaknya angka non-communicable
disease di Indonesia (kanker, diabetes, dan penyakit jantung)
(WHO, 2010)
— Akan semakin banyak pasien yang membutuhkan palliative
care
— Generally, palliative services are provided to people in the late
stage of disease (Utari, 2008).

— In 2014, the estimated rate of adults who needed palliative


care at their end of life in the South East Asia region which
includes Indonesia was approximately 234–353 per 100,000
population (WHO, 2014a).

— The greatest need was for progressive non-malignant disease,


followed by cancer and HIV/ AIDS.

— Inisiasi paliatif care di indonesia pertama sekali


pada tahun 1990 à through the establishment of
pilot palliative services provided in existing health
institutions

— Saat ini pelayanan paliatif di Indonesia berada pada


level 3a à tidak sepenuhnya terintegrasi pada
pelayanan kesehatan utama (isolated provision)

— Beberapa peraturan pemerintah terkait pelayanan


paliatif di Indonesia

8
5/2/23

— Keputusan Menteri Kesehatan RI no 604/Menkes/SK/IX/1989 tentang Pokok-Pokok Penanggulangan


Penyakit Kanker di Indonesia;
— Undang-undang nomor 23 tahun 2002, tentang Perlindungan Anak;
— Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan;
— Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1116/Menkes/SK/ /VIII/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan;
— Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1479/Menkes/SK/ /X/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Terpadu;
— Undang-undang nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran;
— Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 430/Menkes/SK/IV/ 2007 tentang Pedoman Pengendalian
Penyakit Kanker;
— Keputusan Menteri Kesehatan nomor 812/Menkes/SK/VII/ 2007 tentang Kebijakan Perawatan Paliatif;
— Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika;
— Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
nomor 144 tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5063);
— Undang-undang nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit;
— Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014;
— Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1144/ Menkes/Per/ VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kese-hatan;
— Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK 03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2010 – 2014;
— Undang-undang nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
— Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional;

Beberapa faktor pendukung


layanan paliatif di Indonesia
— Dukungan dari pemerintah à melalui kebijakan

— Keluarga

— Keterlibatan komunitas

Tantangannya
— Kurangnya pendidikan ttg palliative care

— Keterbatasan penggunaan opioid

— Terbatasnya tenaga kesehatan yg terlatih


— Faktor geografis

Anda mungkin juga menyukai