Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : ERWIN CHRISTIONO

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 030091381

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4302/Hak Kekayaan Intelektual

Kode/Nama UPBJJ : 76 / JEMBER

Masa Ujian : 2019/20.2 (2020.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Novel merupakan karya sastra yang dilindungi oleh hak cipta. Berdasarkan aturan tentang
hak cipta, bagaimanakah kedudukan penulis novel dan penerbit novel? Jelaskan jawaban
anda!
jawab:
Penulis atau pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama yang menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi (Pasal 1 ayat
(2) UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta).
Disini penulis mempunyai hak eksklusif untuk mengumumkan atau memperbanyak
karyanya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam kaitan menulis novel tersebut hubungan antara penulis sebagai pemilik Hak Cipta
dengan penerbit (publisher) hanya sebatas kontrak kerja sama yang berdasarkan surat
perjanjian Lisensi sebagaimana diatur dalam pasal 80 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta

2. Jika mahasiswa ingin menggunakan novel tersebut sebagai referensi penulisan karya ilmiah
dibolehkan tanpa meminta izin atau membayar royalti kepada penulis dan penerbit, tetapi
harus memuat nama penulis dan penerbit dalam daftar pustaka. Jelaskan alasan mengapa
demikian!
jawab:
 Alasan pertama:
Berdasarkan Pasal 44 ayat (1) huruf a UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
menyebutkan bahwa penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan/atau pengubahan suatu
Ciptaan dan/atau produk Hak terkait secara seluruh atau sebagian yang substansial tidak
dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan
secara lengkap untuk keperluan: pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan
yang wajar dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta;”
Atas dasar ketentuan tersebut maka jelas bahwa mahasiswa yang menggunakan novel untuk
keperluan penulisan karya ilmiah tidak termasuk dalam pelanggaran hak cipta dan harus
menyantumkan nama penulis dan penerbit dalam daftar pustaka agar nantinya karya ilmiah
tersebut dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya dan tidak dianggap sebagai karya
yang plagiarisme. Selain itu untuk menghargai dan menghormati hasil karya pencipta novel
tersebut.
 Alasan kedua
Ketentuan tersebut merupakan implementasi fair use/fair dealing dalam UU Hak Cipta
sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 44 ayat (1) huruf a UU Hak Cipta, pada umumnya
diterapkan oleh banyak negara yang memungkinkan perbanyakan ciptaan, tetapi tidak
dikualifikasikan sebagai pelanggaran hak cipta. Yang mana doktrin fair use/fair dealing
mengandung tiga hal, yaitu: cara, tujuan dan subtansi dalam menggunakan hak cipta atas
buku. Subtansinya: secara seluruh atau sebagian yang subtansial, caranya: sumbernya
disebutkan atau dicantumkan secara lengkap, maksudnya dengan menyebutkan nama
penulis/pencipta, judul buku, penerbit/pemegang hak cipta, kota, tahun dan halaman yang
disitasi, tujuan: pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah dengan tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta.
 Alasan ketiga
Ketentuan tersebut merupakan salah satu konsep pembatasan hak cipta dalam aturan hak
cipta di Indonesia. Mengapa konsep pembatasan hak cipta ini ada? Dalam TRIPs Agreement
mengatur pembatasan dan pengecualian pada Pasal 13. Negara anggota dapat membuat
peraturan nasional dalam rangka perlindungan hak eksklusif pemegang hak cipta. Kriteria
pembatasan dan pengecualian hak cipta menurut pasal tersebut yaitu:
- Legalisasi reproduksi karya dalam kasus tertentu
- Penggunaan dan penggandaan karya tidak bertentangan dengan eksploitasi yang wajar
- Penggunaan dan penggandaan karya tidak bertentangan dan merugikan hak cipta.

Dalam uraian diatas, TRIPs Agreement juga memberi peluang penggunaan maupun
reproduksi secara pribadi. Faktor nonkomersialisasi kembali menjadi faktor utama adanya
pelanggaran atau tidak. Ketika fokus perlindungan hanya pada pemegang hak cipta, maka
menjadi tidak adil bagi pihak lain yang benar-benar akan memanfaatkan karya ciptaan untuk
kepentingan pendidikan maupun pribadi. Sehingga sistem perlindungan hukum HKI harus
menjamin keseimbangan kepentingan pemegang HKI dan kepentingan masyarakat umum.
TRIPs Agreement memberikan kebebasan kepada negara anggotanya untuk merumuskan
aturan terkait pembatasan dan pengecualian, dalam aturan hak cipta di Indonesia hanya
mengatur tentang pembatasan hak cipta.

3. Novel tersebut kemudian diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar. Jelaskan bagaimana
kedudukan penulis novel dan siapa yang menjadi pencipta dan pemegang hak cipta film
tersebut?
 Novel (buku) dan film merupakan salah satu karya yang dilindungi oleh hukum yakni
dalam bentuk Hak Cipta. Seorang penulis novel memiliki Hak Cipta atas bukunya, yang
artinya ia memiliki hak eksklusif atas karyanya, termasuk untuk mengambil keuntungan
ekonomi atas penggunaan karya tersebut oleh dirinya sendiri atau pihak lain.
Berdasarkan Pasal 9 UU hak Cipta menjamin bahwa pencipta atau pemegang hak cipta
memiliki hak ekonomi untuk melakukan beberapa hal salah satunya adalah
pengadaptasian atau pentransformasian karyanya. Apabila sebuah novel dijadikan film,
maka perubahan terhadap karya seperti ini tidak dapat dilakukan oleh orang lain tanpa
izin dari sang pemegang hak cipta (pasal 9 ayat (2) UU Hak Cipta). Sehingga
kedudukan penulis novel adalah pencipta novel dan pemegang hak cipta novel.
 Dari novel menjadi film, dalam UU Hak Cipta hal tersebut berarti adaptasi. Pengertian
adaptasi yang tertuang dalam Penjelasan pada huruf n UU Hak Cipta yaitu adaptasi
adalah mengalihwujudkan suatu ciptaan menjadi bentuk lain
Di dalam suatu film atau pertunjukan terdapat beberapa bagian yang masing-masing
bagian tersebut memang memiliki hak, seperti: adanya musik, adanya koreografi,
adanya tari dan adanya acting. Keseluruhan bagian tersebut merupakan beberapa bagian
tersendiri yang masing-masing dari bagian tersebut memiliki penciptanya, namun di
dalam suatu karya cipta yang terdiri dari beberapa bagian tersendiri ini, pasti ada orang
yang memimpin dan mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu. Atau bisa disebut
sebagai orang yang bertanggung jawab atas penyelesaian dari karya cipta tersebut. Dan
jika dalam hal tidak ada orang tersebut, maka yang dianggap sebagai pencipta adalah
orang yang menghimpunnya atau dapat juga dikatakan sebagai orang yang
mempersatukan bagian-bagian tersendiri tersebut namun tidak mengurangi hak cipta
yang dimiliki oleh masing-masing pencipta dari bagian-bagian tersebut yang berdiri
secara sendiri-sendiri. Dalam konsep ini, perlu dipahami bahwa film jenis ciptaan yang
dihimpun/dikompilasi sebagaimana yang diterangkan di dalam Pasal 33 UU Hak Cipta,
sehingga pasal yang tepat dalam menentukan siapakah pencipta dari suatu film adalah
Pasal 34 UU Hak Cipta, yang berbunyi, “dalam hal ciptaan dirancang oleh seseorang
dan diwujudkan serta dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan
orang yang merancang, yang dianggap pencipta yaitu orang yang merancang ciptaan.”
Berdasarkan pasal tersebut maka yang tepat menjadi pencipta adalah Sutradara.
Karena sutradara sebagai seseorang yang memiliki rancangan dan merancang film,
seseorang yang memimpin mengawasi jalannya proses pembuatan film dan ia juga
dianggap sebagai perancang film.
 Berdasarkan Pasal 1 angka 4 UU Hak Cipta menyebutkan bahwa pemegang hak cipta
adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah
dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima
hak tersebut secara sah. Sehingga dapat dipahami bahwa pemegang hak cipta film dapat
dimungkinkan adalah si pencipta, atau mungkin juga pihak yang menerima hak dari
pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak
tersebut secara sah. Dalam Pasal 36 UU Hak Cipta, dijelaskan bahwa kecuali
diperjanjikan lain, pencipta dan pemegang hak cipta atas ciptaan yang dibuat dalam
hubungan kerja atau bedasarkan pesanan yaitu pihak yang membuat ciptaan. Apabila
tidak diperjanjikan sebelumnya, dalam hal produksi film, yang menjadi pemegang hak
cipta adalah pihak yang membuat film. Akantetapi jika diperjanjikan, maka
dimungkinkan bagi pihak pemberi kerja/yang memberikan pesanan untuk menjadi
pemegang hak cipta(rumah produksi).

Anda mungkin juga menyukai