Anda di halaman 1dari 54

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN MUSA

BERDASARKAN KELUARAN 17:1-7 DAN

APLIKASINYA PADA MASA KINI

TUGAS AKHIR

Oleh
Risman Gulo
NIM: 255/2018

PROGRAM STUDI TEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA BANGSA

JAKARTA

2022
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Risman Gulo
Nim : 255/2018
Prodi : Teologi
Adalah benar menyusun tugas akhir dengan judul:
Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan Musa Berdasarkan Keluaran 17:1-7 Dan
Aplikasinya Pada Masa Kini
Sesungguhnya dengan ini menyatakan bahwa:
1. Karya ilmiah ini diajukan untuk syarat menempuh gelar strata satu dan karya ilmiah
ini bukan plagiat ataupun karya orang lain.
2. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Dengan demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

Mengetahui Jakarta, 17 Oktober 2022


Kaprodi Teologi Yang Pembuat Pernyataan

Edward Purba, M. Div, M.Th Risman Gulo


NIDN: 2319087401 Nim: 255/2018

ii
LEMBARAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN MUSA BERDASARKAN


KELUARAN 17:1-7 DAN APLIKASINYA PADA MASA KINI

Yang Dipersiapkan dan Disusun Oleh

Risman Gulo

Nim: 255/2018

Telah Memenuhi Syarat Untuk Dipertahankan

di Depan Penguji Tugas Akhir

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing

Dr. Handreas Hartono, SE, M.Pd.K


NIDN: 2329127102

Program Studi Teologi

Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa

Jakarta

2022

iii
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN MUSA

BERDASARKAN KELUARAN 17:1-7 DAN APLIKASINYA PADA

MASA KINI

Disusun Oleh

Risman Gulo

Telah dipertahankan dihadapan Penguji


Pada tanggal 17 Oktober 2022
Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa Jakarta

Penguji Dosen Pembimbing

Dr. Maria Magdalena Swantina, M. Th Dr.Handreas Hartono, SE, M.Pd. K


NIDN: 2323056101 NIDN: 2329127102

Karya ilmiah ini telah dinyatakan LULUS oleh Penguji sehingga dapat diajukan
sebagai pemenuhan salah satu syarat pencapaian gelar kesarjanaan
Jakarta, 17 Oktober 2022

KETUA STTPB JAKARTA KAPRODI TEOLOGI

Dr. Halim Wiryadinata, BA (Hons) M.Th, M.M Eduward Purba, M. Div, M. Th


NIDN: 2321097601 NIDN: 2319087401

iv
KESEDIAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Risman Gulo
Nim :255/2018
Prodi : Teologi

Demikian pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada


Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa hak bebas Royalti Non eksklusif atas karya
ilmiah saya yang berjudul:
Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan Musa Berdasarkan Keluaran 17:1-7
Dan Aplikasinya Pada Masa Kini
Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa berhak
menyimpan alih media/format, mengolah dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan
mempublikasikan karya ilmiah saya.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Mengtahui Jakarta, 17 Oktober 2022


Dosen Pembimbing Yang Pembuat Pernyataan

Dr. Handreas Hartono, SE., M.Pd.K Risman Gulo


NIDN: 2329127102 NIM: 255/2018

v
MOTTO

“HIDUP HANYA SATU KALI

PERGUNAKANLAH HIDUPMU UNTUK MELAYANI TUHAN SELAGI


MASIH ADA WAKTU”

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
kemampuan dan hikmat kepada penulis sehingga dapat menyusun tugas akhir ini
sampai selesai. Tugas akhir berjudul “Efektivitas Komunikasi Komunikasi
Kepemimpinan Musa Berdasarkan Keluaran 17:1-7 dan Aplikasinya pada Masa
Kini” untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada
program studi teologi di Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini tidak dapat diselesaikan
tanpa dukungan berbagai pihak dalam memberi motivasi, semangat, ide-ide, gagasan-
gagasan dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah.
Karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak, yaitu:
1. Dr. Handreas Hartono, SE., M.Pd. K Sekaligus Selaku Ketua Senat STT Pelita
Bangsa, Ketua Sinode Gereja Sungai Yordan, dan Gembala Sidang jemaat
Rajawali Jakarta yang banyak membantu menyelesaikan T.A dengan
memberikan ide-ide dan meluruskan cara berpikir penulis.
2. Ketua STT Pelita Bangsa Dr. Halim Wiryadinata, B.A (Hons) M.Th., MM. DSA
3. Ibu Nurnilam Sarumaha, M.Th. Selaku Wakil Ketua I
4. Ibu Dr. Helen Farida Latif, M.Pd.K Selaku Wakil Ketua II
5. Ibu Dr. Maria Magdalena Swatina, M.Th Selaku Wakil Ketua III
6. Bapak Eduward Purba, M.Div., M.Th. Selaku Kaprodi Teologi Sekolah Tinggi
Teologi Pelita Bangsa
7. Yayasan Generasi Pemurid selaku sponsor dan pembiayaan
8. Sinode Gereja Sungai Yordan selaku Gereja Utama STT Pelita Bangsa
9. Bapak dan Ibu Dosen STTPB Sebagai Pembimbing, Pengajar, Dan Penasehat.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan Servant of God: Meiman Syukur Zendrato,
Roni, Parulian A. Yohanes, Iberia Zai, Susi, Weni Farida, Misionaris Daeli, Uli
Ayu Harta Sitinjak, Dan Teman-teman Lainnya: Yambres Biu, Wira Swasti
Kurnia Hia, Karunia Serasi Daeli, Yarnis Kristiani Daeli, dan Disiarkan Nama
Tuhan Sarumaha.
11. Seluruh Mahasiswa/i STT Pelita Bangsa Semester I, III, V, dan VII yang telah
memberikan dukungan dalam doa dan semangat.

vii
12. Yulianus Gulo, S. Th, M.Th. Selaku Gembala Sidang Gereja Sungai Yordan
Jemaat Rajawali Nias dan sebagai Orang Tua
13. Orang Tuaku, Bapak tercinta Masudi Gulo, Mama tercinta Yulima Waruwu,
Abang tercinta Agusman Gulo, Abang tercinta Alm. Arius Gulo, dan Kepada
Adikku Setia Berkat Gulo. Yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan
biaya yang diperlukan semasa kuliah, serta dorongan supaya dapat
menyelesaikan pendidikan di STTPB ini. Terima kasih untuk keluargaku yang
selalu ada buat Saya. Tuhan Yesus memberkati kita semuanya. Dan juga terima
kasih kepada keluarga besar Nenekku beserta keluarga Bapak Talu A/i. Putri
Gulo, Bapak Side A/i. Wahyu, Bapak Sakhi A/i. Cerlin Gulo.
14. Blessing Garam dan Stay in Love atas dukungan dan doa serta motivasi yang
diberikan.
15. Seluruh petugas perpustakaan yang telah memberikan tempat, waktu dan
membantu menyediakan buku dan meminjamkannya kepada penulis.

Jakarta, 17 Oktober 2022

Risman Gulo
NIM: 255/2018

viii
ABSTRAKSI

GULO, RISMAN (255/2018) EFEKTIVITAS KOMUNIKASI


KEPEMIMPINAN MUSA BERDASARKAN KELUARAN 17;1-7 DAN
APLIKASINYA PADA MASA KINI. Tugas Akhir, Sekolah Tinggi Teologi Pelita
Bangsa Jakarta 2022, Program Studi Sarjana Teologi. Dosen Pembimbing: Dr.
Handreas Hartono, SE., M.Pd.K.
Penelitian ini membahas tentang “Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan Musa
Berdasarkan Keluaran 17:1-7 dan Aplikasinya pada Masa Kini.” Karya ilmiah ini
ditulis mengingat banyaknya ketidakefektifan komunikasi kepemimpinan
disebabkan adanya hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi didalamnya. Firman
Tuhan kepada Jemaat Israel melalui firman Tuhan yang tidak tersampaikan dengan
benar oleh hamba Tuhan, sebaliknya terdapat keingintahuan jemaat tentang rencana
Tuhan bagi mereka melalui seorang hamba Tuhan atau pemimpin. Karena itu
dibutuhkan keefektivitasan dalam berkomunikasi seorang pemimpin yang dalam hal
ini adalah Musa kepada bangsa Israel dan Tuhan.
Metode yang digunakan penulis dalam karya ilmiah ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan literatur kepustakaan (library research).
Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang pengumpulan
datanya dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur. Literatur yang
diteliti tidak terbatas pada buku-buku tetapi dapat juga berupa bahan- bahan
dokumentasi, majalah, jurnal, dan surat kabar. Penekanan penelitian dengan metode
eksegese adalah suatu penjelasan eksposisi, dan interpretasi Alkitab. Sebagai suatu
definisi, istilah “eksegesis” berarti menjelaskan suatu kata, kalimat, paragraf, atau
keseluruhan kitab dengan memimpin keluar pengertian sebenarnya (seperti yang
dimaksudkan si penulis) suatu teks. ingin menemukan teori, pendapat, gagasan dan
lain-lain yang dapat dipakai untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang
diteliti.
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menemukan efektifitas komunikasi
antara Tuhan yang memberikan perintah kepada Musa dan komunikasi antara Musa
dengan Bangsa Israel sebagai bangsa yang menjalankan perintah Tuhan serta
aplikasinya pada masa kini. Selanjutnya diharapkan dapat menjadi pedoman praktis
bagi komunikasi antara hamba Tuhan sebagai pemimpin dan jemaat masa kini.

Kata Kunci: Efektivitas, Musa, Kepemimpinan Musa, Komunikasi, Komunikasi


Kepemimpinan

ix
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN............................................................................................ii
LEMBARAN PERSETUJUAN SIDANG TUGAS AKHIR ................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iv
KESEDIAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................................................... v
MOTTO ..................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
ABSTRAKSI.............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 4
D. Signifikan Penelitian ............................................................................................... 4
E. Sistematika Penelitian ............................................................................................. 5

BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................... 6

A. Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan ................................................................ 6


1. Pengertian Efektivitas ............................................................................................. 6
2. Komunikasi ............................................................................................................. 7
3. Kepemimpinan.........................................................................................................9
4. Efektivitas Kepemimpinan Organisasi...................................................................11
5. Efektivitas Komunikasi..........................................................................................12
B. Komunikasi Kepemimpinan .................................................................................. 13
1. Efektivitas Kepemimpinan.....................................................................................14
2. Bentuk Komunikasi Kepemimpinan......................................................................14
3. Gaya Kepemimpinan..............................................................................................15
4. Model Kepemimpinan............................................................................................16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 19

A. Metode Penelitian .................................................................................................. 19


1. Metode Penelitian Kualitatif..................................................................................19

x
2. Metode Deskriptif..................................................................................................20
3. Literatur Pustaka (library research)........................................................................20
4. Metode Eksegese....................................................................................................21
B. Eksegese Keluaran 17:1-7 ..................................................................................... 22
1. Latar Belakang Kitab Keluaran ............................................................................. 22
2. Kisah Peristiwa Keluaran 17:1-7...........................................................................23
3. Penafsiran Keluaran 17:1-7....................................................................................24
C. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................................. 30
D. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 30
E. Sumber Data .......................................................................................................... 30
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 31
G. Analisa Data .......................................................................................................... 32

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ................................................................. 34

A. Komunikasi Kepemimpinan Musa ........................................................................ 34


B. Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan Musa...................................................... 36
C. Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan Masa Kini .............................................. 37

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 39

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 39
B. Saran ...................................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 40

Riwayat Hidup.......................................................................................................... 43

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah sarana yang sangat penting dalam kehidupan manusia satu dan
lainnya. Manusia tidak dapat menghindari komunikasi dengan sesama untuk
membangun relasi yang dibutuhkan sebagai makhluk sosial. Komunikasi merupakan
sesuatu yang telah mendarah daging dalam kehidupan manusia. Setiap langkah atau
gerak manusia merupakan sebuah proses komunikasi. Komunikasi juga merupakan
kebutuhan manusia untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkannya.
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang efektif. Komunikasi adalah
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.1 Efektivitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan
waktu) yang telah dicapai.2 Dengan berkomunikasi efektif menyampaikan berbagai
pesan dan informasi dengan tepat dan jelas, sehingga dapat dipahami, dimengerti oleh
komunikan atau penerima pesan komunikan tersebut. Sering kali dalam ke efektivitas
komunikasi terjadinya hambatan yaitu penyebab yang menghalangi dalam
berkomunikasi sehingga pesan dan informasi tidak tersampaikan dengan maksimal
kepada komunikan atau terjadinya kegagalan dalam ke efektivitas berkomunikasi.
Pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok atau organisasi dapat
berjalannya kepemimpinan dalam mencapai tujuan tertentu. Pemimpin artinya
membimbing dan menuntun berjalannya kelompok dan organisasi.3 Komunikasi
sangatlah penting bagi seorang pemimpin sehingga efektif dalam memimpin. Fungsi
komunikasi dalam kepemimpinan adalah menyampaikan pesan dan informasi kepada
bawahan dalam menjalankan tanggung jawab masing-masing. Dalam kelompok dan
organisasi pasti terjadinya hambatan komunikasi seorang pemimpin kepada
bawahannya. Karena setiap anggota memiliki tingkat pemahaman yang berbeda, latar
belakang yang berbeda, pengetahuan, tingkat konsentrasi, penangkapan informasi.

1
A.W.Wijaya. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta. 2000. Hal. 1-3
2
Rany An Nisaa Syabrina, “Efektifitas Dan Efisiensi Komunikasi Pada Penyelenggaraan Festival
Damar Kurung Gresik Tahun 2017,” Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga
(2017): 1–14.
3
Fernando Tambunan, “Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban Terhadap Krisis
Kepemimpinan Masa Kini” 1, no. 1 (2018): 81–104.
2

Hambatan-hambatan dalam komunikasi banyak sekali terjadi ada hambatan


internal dan eksternal. Internal adalah yang terjadi antara komunikator dan
komunikan sedangkan eksternal diluar dari proses komunikasi atau lingkungan
sekitar yang tidak memadai. Menurut Effendy menyebutkan ada beberapa hal yang
dalam hal ini merupakan hambatan komunikasi yang harus dijadikan perhatian
penting bagi komunikator jika ingin komunikasinya sukses yaitu: 1) Gangguan, 2)
Kepentingan 3) Motivasi Kepentingan dan 4) Prasangka.4 Gangguan adalah
gangguan mekanik yang disebabkan dari alat saluran komunikasi sedangkan
gangguan semantik yaitu kesalahan bahasa dan kata-kata yang digunakan oleh
komunikator ini sering terjadi karena orang berkomunikasi adalah orang asing.
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada
hubungannya dengan kepentingannya hal ini terjadi berdasarkan kepentingan bukan
hanya mempengaruhi tetapi juga menentukan daya tanggap perasaan, pikiran dan
tingkah laku kita. Hal tersebut merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang
yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan. Motivation atau
motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan,
kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi
seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik
oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan
komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya. Predice atau prasangka merupakan
salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi.5 Oleh
karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah curiga dan menerka
hambatan ini banyak sekali terjadi karena kenapa belum sepenuhnya dicerna dan
dipahami pesan dan informasi yang diterima sudah berprasangka terlebih dahulu
tanpa mendengar keseluruhannya.
Pemimpin dalam kepemimpinannya banyak melakukan komunikasi dengan
bawahannya dalam segi apapun untuk kemajuan kelompok dan organisasi yang
sedang dipimpin. Kepemimpinan (leadership) adalah proses pengaruh-
mempengaruhi antar pribadi atau antar orang dalam suatu situasi tertentu, melalui

4
Syabrina, “Efektifitas Dan Efisiensi Komunikasi Pada Penyelenggaraan Festival Damar Kurung
Gresik Tahun 2017.” Hal. 1-13
5
Ibid.
3

aktivitas komunikasi yang terarah untuk mencapai suatu tujuan atau tujuan-tujuan
tertentu.6 Hambatan komunikasi pasti terjadi karena terlalu terburu-buru dalam
berbicara, perbedaan pemahaman bawahan, informasi yang jarang banget
disampaikan dan bisa juga datang dari luar kelompok atau organisasi dan masih
banyak lagi lainnya hambatan-hambatan komunikasi dalam kepemimpinan seorang
pemimpin.
Musa adalah seorang pemimpin bangsa Israel yang dipilih Tuhan untuk
membawa membebaskan dari tanah perbudakan yaitu Mesir ke tanah perjanjian tanah
Kanaan. Ke efektivitas komunikasi Musa dalam memimpin orang Israel tidak terjadi
secara maksimal sebab yang Musa pimpin itu bukan sekedar kelompok atau
organisasi kecil melainkan satu bangsa yang besar hambatan dalam berkomunikasi
pasti banyak terjadi dalam memimpin bangsa ini dan apalagi bangsa yang berkeras
hati dan bersungut-sungut yang selalu menyalahkan Musa atas keluarnya dari bangsa
Mesir yang tidak sesuai dengan ekspektasi bangsa tersebut.
Dalam Keluaran 17:1-7 Komunikasi bermula saat orang Israel berkemah di
Rafidim, di sana tidak mendapatkan air sehingga bangsa Israel kehausan. Karena
bangsa itu haus, mulailah bertengkar dengan Musa dan menuntut supaya Musa
memberikan air untuk minum, menganggap bahwa Musa tidak mampu memimpin
bangsa Israel di padang gurun. Musa menjawab dengan menanyakan dua pertanyaan,
yaitu: “Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kalian mencobai
Tuhan? Seharusnya bukan kepada Musa bangsa Israel meminta air minum tetapi
kepada Tuhan, akan tetap bangsa itu belum mempercayai Tuhan sepenuhnya dan
masih mencobai-Nya. Bertengkar dengan Musa adalah wujud dari pencobaan mereka
kepada Tuhan.
Bangsa Israel kemudian menuduh Musa seolah-olah peristiwa Keluaran
merupakan rekayasa Musa untuk menewaskan mereka, anak-anak serta ternak
mereka. Bangsa Israel nyaris melempari Musa dengan batu sehingga Musa berseru
kepada Tuhan, dikala itu Tuhan berfirman serta berperan. Tuhan tidak
memperdulikan aksi umat-Nya yang mencoba-Nya dengan ketidakpercayaan bangsa
itu, menyuruh Musa supaya memukul gunung batu dengan tongkat, hingga air minum
hendak keluar dari dalamnya. Peristiwa ini berakhir dengan Musa menamai tempat

6
Jermia Djadi, “Kepemimpinan Kristen Yang Efektif,” Jurnal Jaffray 7, no. 1 (2009): 16–30.
4

itu Masa dan Meriba sebab di sanalah orang Israel bertengkar serta mencobai Tuhan
dengan berkata: “Apakah ada Tuhan di tengah-tengah bangsa Israel ataupun tidak?”.
Bagian ini merupakan cerita terkemuka yang menggambarkan bagaimana orang-
orang Israel memberontak kepada Tuhan dan bersungut-sungut. Hal ini merupakan
tantangan terhadap kepemimpinan Musa dan cobaan terhadap kehadiran Tuhan.
Berdasarkan paparan hambatan-hambatan dalam berkomunikasi dan apalagi
berkomunikasi di dalam kepemimpinan bukan berarti tidak terjadinya ke efektivitas
komunikasi yang semestinya, maka dengan itu penulis melakukan penelitian tentang
berjudul: Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan Musa Berdasarkan Keluaran 17:1-
7 dan Aplikasinya Pada Kini.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana efektivitas komunikasi antara Tuhan yang memberikan perintah kepada


Musa dan komunikasi antara Musa dengan bangsa Israel sebagai bangsa yang
menjalankan perintah Tuhan serta aplikasinya pada masa kini.

C. Tujuan Penelitian

Untuk menemukan efektivitas komunikasi antara Tuhan yang memberikan perintah


kepada Musa dan komunikasi antara Musa dengan bangsa Israel sebagai bangsa yang
menjalankan perintah Tuhan yang dapat diaplikasikan pada kepemimpinan masa kini.

D. Signifikan Penelitian

1. Teoritis

a. Penulisan karya Ilmiah ini secara Teologi, memberikan pengetahuan tentang ke


efektifitas komunikasi para hamba Tuhan masa kini
b. Menjadi sebuah stimulasi untuk memperkaya wawasan teologis, spiritualitas, bagi
pembangunan rohani Kristen masa kini dalam kepemimpinan Kristen.

2. Praktis

a. Memberikan pemahaman bahwa seorang pemimpin membutuhkan keefektivitasan


berkomunikasi
b. Menjadi sebuah pedoman bagi ke efektivitasnya komunikasi hamba Tuhan dalam
memimpin jemaat.
5

E. Sistematika Penelitian

1. Bab I Pendahuluan: menguraikan pendahuluan dengan beberapa sub tema yakni,


latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, signifikan penelitian
(secara teoritis dan praktis), sistematika penelitian.
2. Bab II Landasan Teori: pada bagian ini penulis menjelaskan tentang definisi
kepemimpinan, kepemimpinan Musa, komunikasi dan keterampilan pemimpin
dalam kepemimpinannya.
3. Bab III Metode Penelitian: di bagian ini penulis menjelaskan metode penelitian
yang digunakan dalam artikel adalah metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif dan literatur studi kepustakaan (library research) dan dengan
metode hermeneutik.
4. Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian: pada bagian ini penulis menguraikan
hasil dari efektivitas komunikasi kepemimpinan Musa berdasarkan Keluaran 17:1-
7 dan aplikasinya pada masa kini.
5. Bab V Penutup: Mencakup Kesimpulan dan Saran.
6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan

1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata efektif, yang
diartikan dengan: a) adanya efek akibat, pengaruh, kesan, b) manjur atau mujarab, c)
dapat membawa hasil, berhasil guna (usaha, tindakan).7 Efektivitas itu berbuahkan
hasil berdasarkan usaha yang telah dilakukan tercapainya atau tidak tergantung bagi
yang menerimanya berdasarkan respon yang dimiliki.
Menurut Dennis Mc. Quail, efektivitas adalah teori komunikasi berasal dari kata
efektif, artinya terjadi suatu perubahan atau tindakan sebagai akibat diterimanya suatu
pesan dan perubahan terjadi dari segi hubungan antara keduanya yakni pesan yang
diterima dan tindakan tersebut. Menurut Suharto menerangkan bahwa efektivitas
merupakan keterangan yang menjelaskan ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam
mencapai tujuan.8
Menurut Beni dalam artikel Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan Kepala Satuan
Pendidikan Dalam Skema Kerja Work from Home. Efektivitas adalah hubungan antara
output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat
output, kebijakan dan prosedur dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan
derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan
dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap
kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang telah
ditentukan.9

7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2019) hal 219
8
CASBEE Technical Manual, “Komunikasi Efektif Juga Dimengerti Sebagai Pertukaran Informasi,
Ide, Perasaan Yang Menghasilkan Perubahan Sikap, Sehingga Terjalin Sebuah Hubungan Baik Antara
Pengirim Pesan Atau Informasi Dan Penerima Pesan. Efektivitas Komunikasi Diukur Dari Aksi
Nyata” (2014). Hal, 1-13
9
Dolly Indra and Ahmad Toni, “Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan Kepala Satuan Pendidikan
Dalam Skema Kerja Work from Home,” CARAKA : Indonesia Journal of Communication 3, no. 1
(2022): 1–9.
7

Menurut Hardjana, efektivitas komunikasi dapat diukur dengan enam kriteria


yakni penerima komunikasi (receiver), isi pesan (content), ketepatan waktu (timing),
saluran (media), format kemasan (format) dan sumber (source).10
Dari uraian disimpulkan bahwa Efektivitas merupakan suatu keberhasilan dari
segi tercapainya atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan yang
semakin mendekati sasaran dan tujuan berarti semakin tinggi efektivitasnya.

2. Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata latin cum yaitu dengan kata depan yang berarti dengan,
bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu
terbentuk kata benda cummunio yang dalam bahasa Inggris menjadi Communion dan
berarti bersama, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Untuk
bercommunio diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu di buat kata kerja
communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar,
membicarakan sesuatu dengan seseorang, memberitahukan sesuatu dengan
seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Kata kerja
communicare itu pada akhirnya dijadikan kata kerja benda communication atau
dalam bahasa. Inggris communication, dan dalam bahasa Indonesia diserap menjadi
komunikasi. Secara harfiah komunikasi, berarti pemberitahuan, pembicaraan,
percakapan, pertukaran pikiran, atau hubungan.11
Komunikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita dua orang atau lebih. Menurut Andhita Sari
komunikasi berasal dari kata Latin communicatus yang artinya adalah berbagi atau
milik bersama hal ini juga tidak menunjukan kepada diri sendiri melainkan ada
oknum lain yang terlibat. Pesan atau informasi yang disampaikan tidak bisa diabaikan
begitu saja, harus ada timbal balik, ada tanggapan yang terjadi baik langsung maupun
tidak langsung sehingga komunikasi itu tidak hanya dilakukan oleh satu pihak.
Selanjutnya menurut Evi Novianti mengatakan bahwa dalam penyampaian pesan,

10
Syabrina, “Efektifitas Dan Efisiensi Komunikasi Pada Penyelenggaraan Festival Damar Kurung
Gresik Tahun 2017.”
11
Yoel Giban, Komunikasi Sebagai Media Penyelesaian Konflik Dalam Keluarga Kristen
(Taksimalaya: Edu Publisher, 2022).
8

jika penerima pesan mengabaikan pesan tersebut maka komunikasi yang dibangun
akan sia-sia.12
Menurut A.W. Wijaya, komunikasi adalah penyampaian informasi dan
pengertian dari seseorang kepada orang lain. komunikasi akan dapat berhasil apabila
sekiranya timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak, si pengirim dan si
penerima informasi dapat memahaminya. Hal ini tidak berarti bahwa kedua belah
pihak harus menyetujui sesuatu gagasan tersebut, tetapi yang penting adalah kedua
belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam keadaan seperti inilah
baru dapat dikatakan komunikasi telah berhasil baik (komunikatif).13
Manusia merupakan makhluk sosial, bermasyarakat dan hidup dengan
berkelompok. Manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dengan saling menjalin
hubungan dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini yang membuktikkan bahwa
manusia tidak bisa dipisahkan dengan komunikasi sebagai sarana dalam berinteraksi.
Komunikasi akan efektif jika memiliki tujuan dan aktif berdialog.
Komunikasi dapat dilakukan kapan, dimana dan siapa saja. Seorang pemimpin
yang sukses dalam memimpin suatu organisasi, harus memiliki kecakapan
berkomunikasi kepada bawahannya sehingga tidak memiliki miss communication
dalam penyampaian pesan dan informasi.
Menurut Shannon dan Weaver: Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang
saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas bentuk
komunikasi menggunakan bahasa verbal tapi juga dalam bentuk ekspresi muka, lukisan
dan teknologi. Dan Menurut David K. Berlo: Komunikasi sebagai instrumen interaksi
sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi setiap orang lain juga untuk
mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan masyarakat.
Menurut Harol D. Lasswell: Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelasrkan siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengn akibat
apa atau hasil apa.14
Dalam berbagai pengertian, komunikasi itu merupakan yang sangat penting dalam diri
manusia sebagai sarana interaksi sosial dan cara berhubungan dengan sesamanya,

12
Benyamin Telnoni, Anggelina Cindy, and Debora Ladi, “Peran Komunikasi Dalam Keluarga
Kristen Berdasarkan Ulangan 6 : 7” (2007): 18–24.
13
A.W.Wijaya. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta. 2000. Hal. 1-3
14
Onong Uchjana Effendy, “Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,” Citra Aditya (2003): 17–54.
9

komunikasi tidak mengenal ruang dan waktu dalam diri manusia, sebab komunikasi
bagian dalam kehidupan manusia itu sendiri.

3. Kepemimpinan

Kepemimpinan secara umum adalah terjemahan dari kata leadership yang berasal dari
kata leader. Pemimpin (leader) ialah orang yang memimpin, sedangkan pemimpin
merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah kepemimpinan
berasal dari kata dasar pemimpin yang artinya bimbing dan tuntun. Dari kata pimpin
lahirlah kata kerja memimpin yang artinya membimbing dan menuntun.15
Kepemimpinan berarti membimbing dan menuntun mempengaruhi, mengontrol,
pikiran, perasaan, dan tingkah laku orang lain. Pemimpin yaitu orang yang berfungsi
memimpin, atau orang yang membimbing atau menuntun. Kepemimpinan yang
bersifat tatap muka berlangsung melalui kata-kata secara lisan, kepemimpinan jenis
ini bersifat langsung karena sang pemimpin dalam usahanya mempengaruhi orang
lain.
Kepemimpinan tidak terpisah dari seorang pemimpin, yang mana pemimpin itu
orang yang memimpin sedangkan kepemimpinan itu cara orang tersebut dalam
menjalankan kepemimpinannya kepada pengikutnya. Kepemimpinan (leadership)
adalah proses pengaruh-mempengaruhi antar pribadi atau antar orang dalam suatu
situasi tertentu, melalui aktivitas komunikasi yang terarah untuk mencapai suatu tujuan
atau tujuan-tujuan tertentu. Dalam kepemimpinan selalu terdapat unsur pemimpin
(influencer), yakni yang mempengaruhi tingkah laku pengikutnya (influencer) atau
para pengikutnya dalam suatu situasi.16 Selain itu juga bisa dijelaskan bahwa
kepemimpinan adalah seni untuk memberikan pengaruh kepada sekelompok orang
agar bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan definisi
kepemimpinan sebagai perihal pemimpin atau cara memimpin. Jika dilihat dari
morfologinya, kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yang berarti orang yang
memimpin. Adapun memimpin dapat didefinisikan sebagai mengetuai atau
mengepalai. Kepemimpinan adalah sesuatu yang berkaitan dengan pemimpin dan

15
Fernando. Tambunan, “Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban Terhadap Krisis
Kepemimpinan Masa Kini.”
16
Djadi, “Kepemimpinan Kristen Yang Efektif.”
17
Purnama Pasande, Pemimpin Dan Kepemimpinan Kristen; Memahami Substansi Kepemimpinan
Kristen, 2020.
10

memimpin, dengan kata lain, kepemimpinan membicarakan mengenai bagaimana


seorang pemimpin melakukan kegiatan memimpin atau proses mengarahkan dan
mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas dari anggota kelompok.18
Menurut William G. Scott. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan
yang diselenggarakan dalam kelompok, dalam upaya mereka untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan.19
Menurut P. Pigors Kepemimpinan adalah proses mendorong dan mendorong
melalui interaksi yang berhasil dari perbedaan individu, pengendalian kekuatan
seseorang dalam mengejar tujuan bersama. Dan menurut Tead, Terry, Hoyt.
Kepemimpinan adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing
orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.20 Kepemimpinan
adalah cara seorang pemimpin dalam memimpin bawahannya untuk mencapai tujuan
rencana dengan memberikan motivasi, dukungan, dan berbagai perlengkapan lainnya
dalam satu kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin dalam memimpin bawahannya
untuk mencapai tujuan rencana dengan memberikan motivasi, dukungan, dan berbagai
perlengkapan lainnya dalam satu kelompok atau organisasi.
Efektivitas komunikasi kepemimpinan adalah proses komunikasi yang dilakukan
oleh seorang pemimpin dalam menstruktur kinerja kepada bahawan dalam setiap
kelompok atau organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Komunikasi
kepemimpinan adalah bagaimana pemimpin memberi instruksi atau tugas yang jelas
dan mudah dipahami oleh bawahan, bagaimana mengkomunikasikan kebijakan
organisasi kepada semua unsur di dalamnya, bagaimana dorongan komunikasi
pimpinan dengan bawahan, membangkitkan motif bawahan, mengunggah daya gerak
mereka untuk bekerja lebih baik lagi dalam mencapai tujuan tersebut. Efektivitas
komunikasi kepemimpinan adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh seorang
pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya berdasarkan tujuan yang sudah
ditentukan supaya membuahkan hasil yang efektif dalam mencapai tujuan. Pemimpin

18
Ibid.
19
Aris Kurniawan, 44 Definisi Kepemimpinan Menurut Para Ahli,
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kepemimpinan-menurut-para- ahli/, diakses pada
tanggal 9 September 2020.
20
Pasande, Pemimpin Dan Kepemimpinan Kristen; Memahami Substansi Kepemimpinan Kristen.
11

memperhatikan setiap anggota nya satu kelompok atau organisasi dalam kinerja
dengan tujuan supaya efektif dan terlaksana dengan baik.

4. Efektivitas Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan berbagai pesan


organisasi di dalam organisasi baik yang terjadi di dalam kelompok formal maupun
kelompok informal di dalam organisasi. Goldhaber memberikan definisi komunikasi
organisasi sebagai berikut: “organizational communication is the process of creating
and exchanging message within a network of interdependent relationship to cope with
environmental uncertainty.”21 Terlihat bahwa komunikasi organisasi adalah proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling
tergantung sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu
berubah-ubah. Didalam sebuah organisasi pemimpin adalah selaku komunikator.
Komunikasi verbal yang baik bisa dicoba dengan memakai tutur kata yang ramah,
sopan, serta lembut. Komunikasi non verbal bisa dicoba dengan mengkomunikasikan
konsep- konsep yang abstrak misalnya kebenaran, keadilan secara non verbal misal
memakai bahasa badan.
Kemampuan komunikasi merupakan faktor penentu kesuksesan setiap individu
maupun organisasi untuk bertahan dalam persaingan bisnis yang sangat kompetitif saat
ini. Kemampuan komunikasi seseorang dalam organisasi diperlukan dalam setiap
kondisi misalnya pada saat mempersiapkan sebuah presentasi bisnis, menyampaikan
ide-ide atau gagasan dalam suatu rapat, negosiasi bisnis, melatih tim, membangun
sebuah tim kerja, dan dalam setiap aktivitas organisasi.
Menurut Tisnawati dan Saefullah dalam ertikelnya, Komunikasi efektif, menjadi
bagian penting organisasi dalam upaya pencapaian tujuan. Seringkali organisasi
mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan disebabkan oleh faktor komunikasi yang
tidak efektif. Misalnya, perintah dari seorang pemimpin yang pada hakikatnya adalah
bagian dari kegiatan komunikasi, seringkali menjadi tidak jelas dan sulit
diimplementasikan karena komunikasi yang dijalankan tidak efektif.22

21
Evi Zahara, “Peranan Komunikasi Organisasi Pimpinan Organisasi,” Peranan Komunikasi
Organisasi Bagi Pimpinan Organisasi 1829–7463, no. April (2018): 8.
22
Binti Nasukah, Sulistyorini Sulistyorini, dan Endah Winarti, “Peran Komunikasi Efektif Pemimpin
Dalam Meningkatkan Kinerja Institusi,” AL-TANZIM: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 4, no. 1
(2020): 81–93.
12

5. Efektivitas Komunikasi

Ahli komunikasi mengatakan bahwa “communication is the process of sending and


receving symbols with attach meaning”. Artinya bahwa komunikasi sebagian kegiatan
penyampaian informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda-tanda yang sama.
Communication is the evoking of a shared or common meaning in another person.
(Nelson & Quick, Komunikasi adalah untuk membangkitkan pengertian bersama
kepada orang lain. Demikian juga Jennifer M. George mendefinisikan bahwa
komunikasi adalah membagi informasi antara dua orang atau lebih atau kelompok
untuk mencapai pemahaman bersama, (Communication the sharing of information
between two or more individuals or group to reach a common understanding).23
Dalam komunikasi diperlukan sedikitnya tiga unsur yaitu sumber (source), berita
atau pesan (message), dan sasaran (destination). Sumber dapat berupa individu atau
organisasi komunikasi. Berita atau pesan dapat berupa tulisan, gelombang suara atau
komunikasi arus listrik, lambaian tangan, bendera berkibar, atau benda lain yang
mempunyai arti. Sasaran dapat berupa seorang pendengar, penonton,
pembaca,anggota dari kelompok diskusi, mahasiswa, dan lain-lain.
Menurut Lussier dan Achua, komunikasi adalah bagian paling penting bagi para
pemimpin karena komunikasi yang efektif merupakan salah satu strategi
kepemimpinan. Komunikasi yang efektif bagi para pemimpin berarti cara pemimpin
dalam berkomunikasi yang bertanggung jawab dan efektif. Efektif dalam
berkomunikasi berguna untuk membangun hubungan dan kepercayaan dan rasa
hormat. Dan juga menurut Wentz, komunikasi yang efektif menggunakan bahasa
tertulis (verbal) dan komunikasi non-verbal, termasuk keterampilan mendengarkan,
penggunaan teknologi untuk mendukung komunikasi yang efisien dan memilih
metode untuk mengevaluasi apakah komunikasi yang efektif. Dalam memilih metode,
para pemimpin memilih cara berkomunikasi berbagai saluran komunikasi, cerita,
formal dan komunikasi informal.24
Efektivitas komunikasi adalah proses yang terjadi dalam pengirim pesan atau
informasi yang berdampak yaitu dengan melakukannya berpengaruh, berkesan dan
menghasilkan hasil atau dengan kata lain efektivitas komunikasi adalah semua pihak

23
Evi Zahara, “Peranan Komunikasi Organisasi Pimpinan Organisasi.”
24
Verbal Communication and Komunikasi Efektif, “Komunikasi Efektif Bagi Seorang Pemimpin,”
no. 1998 (2005): 165–172.
13

baik itu penerima dan pengirim pesan dalam komunikasi, memberikan arti yang
membuat pengirim pesan merasa didengar. Komunikasi efektif juga dimengerti
sebagai pertukaran informasi, ide, perasaan yang menghasilkan perubahan sikap,
sehingga terjalin sebuah hubungan baik antara pengirim pesan atau informasi dan
penerima pesan. Efektivitas komunikasi diukur dari aksi nyata yang dicoba oleh
komunikan pasca menerima pesan.

B. Komunikasi Kepemimpinan

Komunikasi Kepemimpinan merupakan aktivitas yang dilakukan pimpinan kepada


bawahannya meliputi penyampaian pesan, informasi, dan tugas melalui media tertentu
untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan secara umum adalah terjemahan dari
kata leadership yang berasal dari kata leader. Pemimpin (leader) ialah orang yang
memimpin, sedangkan pemimpin merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain
secara etimologi istilah (kepemimpinan) berasal dari kata dasar (pemimpin) yang
artinya bimbing dan tuntun. Dari kata pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang
artinya membimbing dan menuntun.25 Komunikasi kepemimpinan adalah proses
komunikasi yang dilakukan pemimpin (sebagai komunikator) kepada bawahan
organisasinya (sebagai komunikan). Dalam penerapannya, pemimpin dapat
menggunakan berbagai macam jenis komunikasi kepemimpinan sesuai dengan gaya
masing masing yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Jenis komunikasi kepemimpinan
atau gaya komunikasi kepemimpinan wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Gaya
komunikasi kepemimpinan ini harus digunakan pemimpin untuk mempengaruhi
bawahannya untuk mencapai target organisasi.
Komunikasi kepemimpinan adalah bagaimana pemimpin memberi instruksi atau
tugas yang jelas dan mudah dipahami oleh bawahan, bagaimana mengkomunikasikan
kebijakan organisasi kepada semua unsur di dalamnya, bagaimana dorongan
komunikasi pimpinan dengan bawahan, membangkitkan motif bawahan, mengunggah
daya gerak mereka untuk bekerja lebih baik lagi dalam mencapai tujuan tersebut.

25
Tambunan, “Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban Terhadap Krisis Kepemimpinan
Masa Kini.”
14

1. Efektivitas Kepemimpinan

Kepemimpinan yang efektif adalah suatu aktivitas dalam membentuk interaksi


sebagai upaya mempengaruhi orang lain, melalui pola pikir yang sistematis, efektif
dalam pengambilan keputusan, mengkomunikasikan hasil pikir, meningkatkan
partisipasi dalam pemecahan masalah serta mampu meningkatkan semangat kerja dan
mampu menggali kreativitas karyawan agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan bersama.26
Efektivitas kepemimpinan adalah suatu aktivitas untuk mempengaruhi orang lain.
Dari pengertian diatas pemimpin yang efektif harus bisa mengarahkan bawahan untuk
melakukan apa yang menjadi tujuan dari perusahaan tanpa membuat bawahan merasa
terbebani. Dengan begitu seorang pemimpin harus bisa memahami apa yang
diinginkan oleh para bawahan.
Kepemimpinan yang berhasil mempengaruhi orang lain sangat ditentukan oleh
keterampilan dan kemampuan menjalankan fungsi komunikasi secara baik karenanya
komunikasi yang baik dan menjadi efektif akan ditentukan pula oleh kepercayaan dan
keyakinan seorang pemimpin dalam memimpin untuk mempengaruhi bawahan.
Keyakinan dan kepercayaan hanya dapat terbentuk apabila pemimpin menyadari suatu
lingkungan yang harmonis antara pimpinan dengan para bawahannya yang dapat benar
berkomunikasi dengan baik yang sejalan dengan makna fungsi komunikasi.

2. Bentuk Komunikasi Kepemimpinan

i. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi intrapribadi yang artinya


komunikasi yang dilakukan kepada diri sendiri. Proses komunikasi ini terjadi
dimulai dari kegiatan menerima pesan/informasi, mengolah dan menyimpan, juga
menghasilkan kembali. Contoh kegiatan yang dilakukan pada komunikasi
interpersonal adalah berdoa, bersyukur, tafakkur, berimajinasi secara kreatif dan
lain sebagainya.

26
Arif Wicaksana, Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan Dan Kinerja Karyawan Terhadap Penjualan
Di Flobamora Mall Kupang, Https://Medium.Com/ 1, no. 1 (2016): 75–96,
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf.
15

ii. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok dapat diartikan sebagai tatap muka dari tiga atau lebih
individu guna memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki. Seperti berbagi
informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah. Komunikasi kelompok
merupakan komunikasi yang dilakukan oleh beberapa orang lain atau sekelompok
orang.

iii. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah komunikasi antarmanusia yang terjadi dalam


hubungan organisasi. Komunikasi organisasi merupakan proses komunikasi yang
berlangsung secara formal maupun nonformal dalam sebuah sistem yang disebut
organisasi.
Komunikasi organisasi sering dijadikan sebagai objek studi sendiri karena
luasnya ruang lingkup komunikasi tersebut. Pada umumnya komunikasi organisasi
membahas tentang struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia,
komunikasi dan proses pengorganisasian, serta budaya organisasi.

iv. Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran


(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,
berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen, dan
menimbulkan efek tertentu. Jadi, Komunikasi massa sebagai pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.27

3. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dilakukan oleh pemimpin untuk dapat
berjalannya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan gerak mengendalikan
bawahanya.

i. The Controlling Style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran

27
K. Hasan, Pengantar Ilmu Komunikasi (2016): 1–8, http://repository.uinsu.ac.id/1705/5/8. Bab ii-
terbaru.pdf.
16

dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini
dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications. The
controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain
supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk
kritik. Namun demikian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak
jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau
tanggapan yang negatif pula.

ii. The Dynamic Style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena


pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya
berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication
ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para
wiraniaga (salesman atau sales women). Gaya komunikasi ini cukup efektif
digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan
persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup
untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

iii. The Relinguishing Style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,


pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah,
meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan
mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika
pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang
berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab
atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.28

4. Model Kepemimpinan

Model kepemimpinan diartikan secara sederhana sebagai gambaran yang


direncanakan oleh pemimpin dalam mengkomunikasikan pencapaian dalam kelompok
atau organisasi. Model dibangun agar kita tidak mengidentifikasi, menggambarkan
atau mengkategorisasikan komponen-komponen yang relevan dari suatu proses,

28
Evi Zahara, “Peranan Komunikasi Organisasi Pimpinan Organisasi.”
17

sebuah model dapat dikatakan sempurna jika, mampu memperlihatkan semua aspek
yang mendukung terjadinya suatu proses. Model komunikasi adalah gambaran yang
sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen
dengan komponen lainnya.
i. Model Lasswell

Model komunikasi ini merupakan ungkapan verbal yakni who (siapa), saywhat (apa
yang dikatakan), in which channel (saluran Komunikasi), to whom (kepada siapa),
with what effect (unsur pengaruh). Model komunikasi ini dikemukakan oleh Harold
D Lasswell yang menggambarkan proses komunikasi dan fungsi-fungsi yang
diembannya dalam masyarakat dan merupakan model komunikasi yang paling tua
tetapi masih digunakan orang untuk tujuan tertentu.

ii. Model Komunikasi Searah

Komunikasi serah yaitu komunikasi yang datang dari satu pihak saja, sedangkan ke
pihak yang lain hanya penerima. Model ini pada hakikatnya adalah model
komunikasi searah, berdasarkan anggapan bahwa mass media memiliki pengaruh
langsung, segera, dan sangat menentukan terhadap audience. Mass media
merupakan gambaran dari jarum raksasa yang menyuntik audience yang pasif.

iii. Model Komunikasi Dua Arah

Membahas tentang komunikasi dua arah, terdapat dua pengertian. Pertama,


komunikasi dua arah yaitu penerima dapat berubah fungsi menjadi pengirim berita,
sedangkan pengirim dapat menjadi penerima berita. Kalau komunikasi dua arah
atau timbal balik ini terjadi terus menerus berganti-ganti maka terjadilah dialog.
Kedua, komunikasi dua arah berasal dari sumber informasi ke pemuka pendapat,
pada umumnya merupakan pengalihan informasi, sedangkan tahap kedua, dari
pemuka pendapat pada pengikutnya merupakan penyebarluasan pengaruh. Model
komunikasi dua tahap ini membantu kita dalam menempatkan perhatian pada
peranan mass media yang dihubungkan dengan komunikasi antarpribadi.
18

iv. Model Komunikasi banyak Tahap

Model ini mencakup semua model tahapan komunikasi terlebih dahulu, ia tidak
menjurus pada tahapan-tahapan tertentu dari arus informasi juga tidak menetapkan
bahwa informasi itu pasti tersebar melalui mass media. Model ini mengatakan
bahwa ada hubungan timbal balik dari media ke khalayak, kembali ke media,
kemudian kembali lagi ke khalayak dan seterusnya. Pada proses ini, komunikasi
banyak tahap mempunyai pengaruh atau dipengaruhi oleh orang lain. Bahkan juga
bisa mempengaruhi media massa dengan berbagai cara.29

29
Fadjri Alihar, “Model Komunikasi Pimpinan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Dalam
Mewujudkan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Maju Dan Sejahtera Di Kota Medan” 66
(2018): 37–39.
19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode merupakan suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah secara sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu pengkajian
dalam mempelajari suatu metode jadi, metodologi penelitian merupakan pengkajian
berdasarkan peraturan ilmiah dalam penelitian.30
Penelitian berarti sebagai proses mengumpulkan dan menganalisis data dan
informasi secara sistematis sehingga menghasilkan kesimpulan yang valid. Validitas
suatu data ditentukan oleh metodologi Sehingga metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.31

A. Metode Penelitian

Penelitian tugas akhir ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tinjauan
literatur pustaka dengan menggunakan metode deskripsi dan metode eksegese yaitu
langkah-langkah hermeneutik.

1. Metode Penelitian Kualitatif

Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono adalah metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi ilmiah di mana peneliti sendiri adalah instrumennya, teknik pengumpulan data
dan dianalisis yang bersifat kualitatif lebih menekan pada makna.32
Penelitian kualitatif itu jenis temuan-temuan tidak melalui prosedur perhitungan
dengan bertujuan mengungkapkan gejala melalui pengumpulan data dari latar alami
dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen. Penelitian kualitatif merupakan
pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-
orang yang diamati yang tidak dituangkan ke dalam istilah yang digunakan dalam
penelitian kuantitatif.33 Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan menekankan analisisnya pada proses

30
Husaini S. Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Budi Aksara, 2011). Hal, 34-37
31
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif (Bandung: Alfabeta CV, 2018). Hal, 213
32
Ibid.
33
Hamza Amir, Metode Penelitian Kepustakaan (Malang: Literasi Nusantara, 2020). Hal, 23
20

penyimpulan komparasi serta pada analisis terhadap dinamika hubungan fenomena


yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.

2. Metode Deskriptif

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan pendekatan


induktif. Proses dan makna berdasarkan perspektif subjek lebih menonjol dalam
penelitian kualitatif.34
Metode penelitian deskriptif adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui
gambaran, keadaan, suatu hal dengan cara mendeskripsikannya sedetail mungkin
berdasarkan fakta yang ada. Metode penelitian deskriptif menurut Sugiyono adalah
suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan
dengan variabel lain. Artinya penelitian ini hanya ingin mengetahui bagaimana
keadaan variabel itu sendiri tanpa ada pengaruh atau hubungan terhadap variabel lain
seperti penelitian eksperimen atau korelasi.35

3. Literatur Pustaka (library research)

Penelitian ini bersifat literatur, termasuk pada jenis penelitian pustaka (library
research). Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang
pengumpulan datanya dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur.
Literatur yang diteliti tidak terbatas pada buku-buku tetapi dapat juga berupa bahan-
bahan dokumentasi, majalah, jurnal, dan surat kabar. Penekanan penelitian
kepustakaan adalah ingin menemukan berbagai teori, pendapat, gagasan dan lain-lain
yang dapat dipakai untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang diteliti.36
Penelitian pustaka atau riset pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah
bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan.37 Penelitian
kepustakaan (library research) adalah penelitian yang menggunakan cara untuk

34
Sarjono DD, Panduan Penulisan Skripsi (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama, 2008). Hal, 8-9
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif.
36
DD, Panduan Penulisan Skripsi.
37
Zed. Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Bogor Indonesia, 2004). Hal, 13
21

mendapatkan data informasi dengan menempatkan fasilitas yang ada di perpustakaan,


seperti buku, majalah, dokumen, catatan kisah-kisah sejarah.38

4. Metode Eksegese

Metode penelitian eksegese yaitu suatu penelaan secara cermat dan analisis suatu
bagian Alkitab agar dapat mencapai penafsiran yang mengguli yang menghasilkan
makna dari teks yang ditafsirkan tersebut.
Istilah “eksegesis” berasal dari bahasa Yunani exegesis yang berarti “memimpin
atau membawa keluar”. Kata ini muncul dalam Perjanjian Baru hanya dalam bentuk
kata kerja dan terdapat dalam Lukas 24:35, Yohanes 1:8, dan Kisah Para Rasul 10:8;
15:12,14; 21:19. Kata ini diterjemahkan menjadi “dihubungkan” atau “dijelaskan”
(NASB). Jadi, dalam pengertian istilah, “eksegesis” berarti suatu penjelasan eksposisi,
dan interpretasi Alkitab. Sebagai suatu definisi, istilah “eksegesis” berarti menjelaskan
suatu kata, kalimat, paragraf, atau keseluruhan kitab dengan memimpin keluar
pengertian sebenarnya (seperti yang dimaksudkan si penulis) suatu teks. Hal ini paling
baik dilakukan dengan kembali kepada sumber mula-mula suatu teks dalam bahasa
aslinya.39
Eksegese adalah ilmu bantu untuk menemukan arti teks menurut pokok pikiran
dan maksud penulis. “Eksegese menolong para peneliti/penafsir untuk terhindar dari
kebiasaan-kebiasaan yang salah yang dilakukan oleh para pengkhotbah, yaitu dengan
cara eisegesis atau memasukkan pikirannya ke dalam teks yang dibaca.” Eksegese
boleh juga disebutkan sebagai usaha reproduksi kembali yang benar akan gagasan-
gagasan penulis teks. Ia berfungsi untuk mencari penjelasan tentang hal-hal yang tidak
secara langsung dapat dimengerti oleh para pembaca. Dengan demikian hermeneutika
menerapkan prinsip-prinsip yang akan dipraktekkan oleh eksposisi dan eksegese.40

38
Abdul Rahman Sholeh, Pendidikan Agama Dan Pengembangn Untuk Bangsa (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005).
39
Iwan Setiawan Tarigan, “Eksegesis Dan Penelitian Teologis,” Jurnal Teologi Cultivation 5, no. 2
(2021): 86–102, http://www.e-journal.iakntarutung.ac.id/index.php/cultivation/article/view/722.
40
Deora Westa Purba, “Hermeneutika Sebagai Metode Pendekatan Dalam Teologi,” Regula Fidei:
Jurnal Pendidikan Agama Kristen 3, no. 1 (2018): 82–92, http://christianeducation.id/e-
journal/index.php/regulafidei/article/view/21.
22

B. Eksegese Keluaran 17:1-7

1) Latar Belakang Kitab Keluaran

Nama Keluaran diterjemahkan dari bahasa Inggris, Exodus, yang merupakan


transliterasi dari Septuaginta dan sampai sekarang melalui Vulgata Latin. Di dalam
bahasa Yunani, kata tersebut berarti "keberangkatan" atau "kepergian." Judul Ibrani
bagi kitab ini merupakan frasa pertamanya, "Inilah nama," atau sering langsung
"Nama-nama" begitu saja. Sebagai nama yang melukiskan isi kitab ini, Keluaran tidak
memuaskan sebab kisah keluarnya bangsa Israel dari Mesir hanya menghabiskan tidak sampai
setengah bagian kitab ini.41
Kitab Keluaran merupakan serangkaian peristiwa untuk melanjutkan catatan
sejarah awal umat Ibrani di Mesir sesudah kepindahan Yakub (Keluaran 1:1-7) sampai
pada pengesahan Israel sebagai umat Allah di Sinai,42 adapun penulis kitab keluaran
menurut tradisi Yahudi maupun Kristen, Musalah yang menulis kitab pentateukh.
Pandangan ini diterima sampai abad ke-18 Masehi.43 Walaupun ada faktor-faktor kuat
dari sumber-sumber Alkitab dan arkeologi, ada dua teori utama yang bersaing
mengenai tanggal peristiwa Keluaran. Teori yang satu dikenal sebagai “tanggal yang
dini,” menempatkan peristiwa Keluaran itu pada sekitar tahun 1446 SM selama
pemerintahan Amunhotep II. Teori kedua, yang disebut, “tanggal yang kemudian,”
mengusulkan tahun 1920 SM sebagai tanggal terjadinya peristiwa Keluaran, yaitu
pada waktu yang mulia Rameses II menjadi Firaun atau (Raja).44 Namun,
kemungkinan yang paling masuk akal bagi penulis adalah terjadinya peristiwa
Keluaran ditentukan oleh dua Firaun yang memerintah lebih dari empat puluh tahun
di Mesir (ditinjau dari waktu pengasingan Musa di padang gurun selama penindasan
umat Ibrani), karena pemerintahan Firaun atau Mesir menjadi pusat perhatian khusus
untuk menentukan tanggal terjadinya peristiwa Keluaran, pandangan tanggal dini
menyebut Thutmose III (1504-1450) sebagai Firaun dari masa penindasan dan
Amenophis II (1450-1452) sebagai Firaun dari peristiwa Keluaran, keduanya

41
Waroy John, “Pendahuluan Dan Garis-Garis Besar Alkitab Perjanjian Lama Catatan Sekolah Tinggi
Theologia Bethel Indonesia - Jakarta Fakultas Theologia” (2008). Hal, 1-13
42
Ibid, hal.165.
43
Robert M. Paterson, Kitab Keluaran (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2009), hlm.6
44
Herbert Wolf, Pengenalan Pentateukh (Malang: Gandum Mas, 1998), hal. 191-192
23

memerintah selama dinasti atau Wangsa ke-18 dari periode sejarah Mesir yang dikenal
sebagai kerajaan baru dan zaman perunggu akhir dari sejarah timur dekat kuno.45
Inti dari Kitab Keluaran merupakan sambungan antara riwayat-riwayat kitab
kejadian dengan kitab pentateukh yang menerangkan akan hal hukum, perbudakan
Israel setelah kematian Yusuf, kemudian menjadi pelepasan Israel menjadi umat milik
Tuhan sendiri. Juga telah nyata karena kelahiran sampai kematian Yesus, hal itu
menunjukkan bahwa Israel adalah milik kepunyaan-Nya.46
Tujuan dari kitab Keluaran adalah untuk memberikan laporan tentang tindakan-
tindakan Allah yang bersejarah dan bersifat menebus sehingga Israel dibebaskan dari
Mesir, ditetapkan sebagai bangsa pilihan-Nya, dan diberi pernyataan tertulis mengenai
perjanjian-Nya dengan orang Israel. Kitab ini juga ditulis sebagai mata rantai yang
teramat penting dalam keseluruhan pernyataan dari Allah yang bertahap-tahap yang
mencapai puncaknya di dalam diri Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru.47

2) Kisah Peristiwa di Masa dan Meriba Keluaran 17:1-7

Komunikasi bermula saat orang Israel berkemah di Rafidim, di sana tidak


mendapatkan air sehingga bangsa itu kehausan. Karena bangsa itu haus, mulailah
bertengkar dengan Musa dan menuntut supaya Musa memberikan air minum, bukan
hanya menganggap bahwa Musa tidak mampu memimpin bangsa Israel di padang
gurun. Musa menjawab dengan menanyakan dua pertanyaan, yaitu: “Mengapakah
bertengkar dengan aku? Mengapakah bangsa Israel mencobai Tuhan? Seharusnya
bukan kepada Musa bangsa Israel meminta air minum tetapi kepada Tuhan, akan
tetap bangsa itu belum mempercayai Tuhan sepenuhnya dan masih mencobai Tuhan.
Bertengkar dengan Musa adalah wujud dari pencobaan mereka kepada Tuhan.
Bangsa Israel kemudian menuduh Musa seolah-olah peristiwa Keluaran
merupakan rekayasa Musa untuk menewaskan mereka, anak-anak serta ternak
mereka. Bangsa Israel nyaris melempari Musa dengan batu sehingga Musa berseru
kepada Tuhan, dikala itu Tuhan berfirman serta berperan. Tuhan tidak
memperdulikan aksi umat-Nya yang mencoba-Nya dengan ketidakpercayaan bangsa

45
Andrew E Hill & John H. Walton, Survey Perjanjian Lama (Jawa Timur:Yayasan Penerbit Gandum
Mas),1996.hlm.167.
46
Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama (Malang:Penerbit Gandum Mas 1984),hlm.51.
47
John, “Pendahuluan Dan Garis-Garis Besar Alkitab Perjanjian Lama Catatan Sekolah Tinggi
Theologia Bethel Indonesia - Jakarta Fakultas Theologia.”
24

itu, menyuruh Musa supaya memukul gunung batu dengan tongkat, hingga air minum
hendak keluar dari dalamnya. Peristiwa ini berakhir dengan Musa menamai tempat
itu Masa dan Meriba sebab di sanalah orang Israel bertengkar serta mencobai Tuhan
dengan berkata: “Apakah ada Tuhan di tengah-tengah uamt-Nya ataupun tidak?”.
Bagian ini merupakan cerita terkemuka yang menggambarkan bagaimana orang-
orang Israel memberontak kepada Tuhan dan bersungut-sungut. Hal ini merupakan
tantangan terhadap kepemimpinan Musa dan cobaan terhadap kehadiran Tuhan.

3) Penafsiran Keluaran 17:1-7

a) Perjalanan Bangsa Israel dan Padang Gurun

Peristiwa ini dimulai dengan perjalanan bangsa Israel dari padang gurun Sin secara
bertahap dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan sampai ke Rafidim.
Berkenaan dengan kata ‫( לְ מַ ְסעֵיהֶ֖ם‬lemas`êhem) “secara bertahap” dalam ayat ini
mengatakan bahwa mereka melakukan perjalanan secara bertahap, atau, dari tempat
persinggahan ke tempat persinggahan.48 Artinya dalam kisah ini, kemungkinan besar
bangsa Israel sebelum mencapai Rafidim, mereka sempat beristirahat di beberapa
tempat persinggahan dan sampai pada tempat yang tidak ada air minum.

b) Pertengkaran dan Sungut-sungut bangsa Israel kepada Musa

Ayat 2-3 Israel memulai aksinya di Rafidim yaitu mereka bertengkar dengan Musa
karena tidak adanya air (Kel. 17:2). Kata ‫( וַיָּ֤רב‬wayyäreb) adalah bentuk Qal waw
konsekutif Imperfek orang ketiga tunggal dari kata dasarnya sehingga terjemahan dari
kata ini adalah “bertengkarlah.”49 Kata kerja ini dalam bahasa Ibrani berhubungan
dengan nama Meriba. Dengan transisi yang mudah, kata kerja ini merupakan kata yang
digunakan untuk pertempuran verbal, yaitu bertengkar, untuk mencaci satu sama lain,
seperti Yakub dengan Laban (Kej 31:36) atau orang-orang dengan Musa (Kel 17: 2). Kata
ini juga mengandung arti menunjukkan tantangan hukum kepada otoritas Musa
(indicates a legal challenge to the authority of Moses). Dalam terjemahan NET Bible,
dinyatakan bahwa, kata dasarnya membentuk dasar dari nama “Meriba.” Kata ‫ִריב‬
berarti “berusaha, bertengkar, berada dalam pertikaian/perdebatan/perbantahan” dan

48
Freddy Simamora, “Masa Dan Meriba: Karya Allah Terhadap UmatNya Yang Bersungut-Sungut
Ketika Menghadapi Kesulitan (Eksegesis Keluaran 17: 1-7),” KERUGMA: Jurnal Teologi dan
Pendidikan Agama Kristen 2, no. 2 (2020): 26–41.
49
Ibid.
25

bahkan “litigasi.” Terjemahan “pertengkaran” kurang tepat untuk kata ini karena tidak
mengungkapkan besarnya apa yang sedang dilakukan oleh orang Israel di sini. Orang-
orang Israel memiliki sengketa hukum berselisih dengan Musa seakan membawa
gugatan.50 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa umat Israel tidak sekedar
bertengkar biasa dengan Musa, tetapi dengan sangat serius mempertanyakan dan
mempermasalahkan kepada Musa tentang hal yang terjadi saat itu dan bahkan hampir
melempari Musa dengan batu.
Umat Israel berkata kepada Musa ‫אמ ֔רּו ְתנּו־ ָ֥לנּו ַ ֶ֖מיִ ם וְ נִ ְש ֶּ֑תה‬
ְ ‫( ו ַֹּ֣י‬wayyöº´merû tenû-
länû mayim weništè) diterjemahkan, “berikanlah kepada kami air untuk kami minum”.
Kata ‫נּו־לנּו‬
ָ֥ ‫( ְת‬tenû-länû) adalah bentuk imperative, sementara kata ‫( וְ נִ ְש ֶּ֑תה‬weništè)
adalah bentuk imperfek dengan waw (‫)ו‬. Berkenaan dengan hal tersebut NET Bible
memberikan catatan yaitu Imperfect tense dengan vav yang mengikuti imperative,
sehingga membawa nuansa urutan logis, menunjukkan tujuan atau hasil. Ini dapat
dinyatakan dalam bahasa Inggris sebagai “berikanlah kepada kami air sehingga kami
bisa minum,” tetapi lebih sederhana dengan infinitif dalam bahasa Inggris, yaitu
“berikanlah kepada kami air untuk kami minum.”51 Dengan kata lain, bangsa Israel
merasa bahwa Musa yang harus bertanggung jawab memberikan air untuk diminum.
Ini adalah satu keajaiban jika orang Israel berpikir bahwa Musa dan Harun memiliki
air dan menyembunyikannya, atau apakah Musa sanggup mendapatkannya atas
permintaan bangsa tersebut. Seharusnya bangsa itu datang kepada Musa dan meminta
agar dia berdoa kepada Tuhan untuk air, tetapi tindakan orang Israel menyebabkan
Musa mengatakan bahwa umat-Nya telah menantang Allah.
Orang Israel haus, bertengkar dengan Musa dan menuntut supaya memberikan air
minum. Rupanya umat Israel menganggap Musa tidak mampu memimpin di padang
gurun. Lalu Musa menjawab dengan menanyakan dua pertanyaan yang sejajar satu
sama lain, yaitu “Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu
mencobai Tuhan? bukan Musa sendiri tetapi Tuhanlah yang memberikan air minum,
tetapi bangsa Israel belum mempercayai Dia dan masih mencobaNya. Bertengkar
dengan Musa adalah pencobaan itu.52

50
Ibid.
51
Ibid.
52
Robert M Paterson, Tafsiran Alkitab Kitab Keluaran (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011).
26

Perkataan Musa kepada umat Israel adalah, ‫ה־ת ִריבּון֙ עִ מ ִ֔די‬


ְ ַ‫( מ‬mà-türîbûn `immädî)
diterjemahkan “mengapakah kamu bertengkar dengan aku?” ‫( ְתנ ֶַ֖סּון את־ יְ הוָֽה׃‬mà-
tünassûn ´et-yhwh) “mengapakah kamu mencobai Tuhan?” Kata terubin. adalah
bentuk Piel Imperfek Orang kedua maskulin jamak dari akar kata ‫( נסה‬nasah) artinya,
“untuk menguji, menggoda, mencoba, membuktikan.” Hal ini dapat digunakan untuk
seseorang yang hanya mencoba untuk menguji sesuatu yang tidak diyakini atau orang
pengujian Allah untuk melihat apakah akan mematuhi atau orang menantang orang
lain, orang-orang Israel di padang gurun dalam pemberontakan menempatkan Tuhan
untuk mengujii-Nya.
Dengan meragukan bahwa Allah benar-benar ada di tengah-tengah umat-Nya, dan
menuntut agar Tuhan menunjukkan kehadiran-Nya, bangsa Israel sedang menguji
Tuhan untuk melihat apakah Tuhan akan bertindak. Memang ada kalanya tindakan
“membuktikan/menguji” Allah itu benar dan diperlukan, tapi itu harus dilakukan
dengan iman jika dilakukan dari ketidakpercayaan, maka itu adalah tindakan
ketidaksetiaan dan pemberontakan.53 Mencobai Tuhan dianggap sebagai kegagalan
karena orang Israel tidak mempercayai bahwa Tuhan sanggup memenuhi kebutuhan
umat-Nya yaitu air untuk diminum. Ini adalah karakteristik umum dari orang Israel
atas mukjizat-mukjizat yang dialami setiap kebutuhan seperti itu muncul, yaitu bangsa
Israel gagal untuk menghasilkan sebuah kebiasaan iman.
Mendengar sungut-sungut atau pemberontakan umat Israel, Musa datang dan
berseru kepada Tuhan dengan Musa mengambil sikap yang sangat tepat sebagai
seorang pemimpin yaitu datang memohon pertolongan kepada Tuhan dalam
menghadapi situasi-situasi yang sulit Musa berseru dan mengharapkan campur tangan
Tuhan mengatasi kesulitan umat Israel. Dengan kata lain, Musa hendak menyatakan
kepada bangsa itu, Allah adalah pemimpin Anda, mengeluhlah kepadaNya;
Mengapakah mencobai Tuhan? Sebagaimana Tuhan adalah pemimpin, semua sungut-
sungut terhadap Tuhan dianggap-Nya sebagai diarahkan terhadap diri-Nya sendiri;
mengapa? Karena mencobai Tuhan? Apakah Tuhan tidak memberi bukti yang cukup
bahwa dapat menghancurkan musuh-musuh-Nya dan mendukung sahabat-sahabat-
Nya? Dan apakah Tuhan tidak berada bersama-sama dengan umat-Nya untuk berbuat
demi kebaikanmu? itu adalah sikap oposisi, ketidakpercayaan akan pemeliharaan-Nya,

Simamora, “Masa Dan Meriba: Karya Allah Terhadap Umat-Nya Yang Bersungut-Sungut Ketika
53

Menghadapi Kesulitan (Eksegesis Keluaran 17: 1-7).”


27

ketidakpedulian untuk kebaikan-Nya, sebuah ketidakpercayaan dalam pemeliharaan-


Nya, yang mencoba kesabaran-Nya. Bangsa Israel benar-benar “menguji/mencobai
Tuhan” melalui sikap, dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak peduli dan tidak akan
membantu. Bangsa Israel menguji kesabaran-Nya dengan keluhan yang berulang-
ulang.
Dalam ayat berikutnya (ayat 3), umat Israel juga bersungut-sungut kepada Musa
mempertanyakan tujuan Musa membawa keluar dari Mesir dengan ketakutan bahwa
akan mati di padang gurun. Sungut-sungut orang Israel menjadi tema yang menonjol
dalam riwayat tentang perjalanan di padang gurun. Ketika mengalami kesulitan,
merenggut, mengucapkan keberatan-keberatan, dan memberontak. Dengan
mengingkari penghargaan Allah untuk membawa keluar dari Mesir, meragukan
integritas Musa dan Allah dengan menuduh membawa keluar dari Mesir untuk mati
dibunuh, dan ini menunjukkan kurangnya iman pecaya kepada Allah untuk
menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan.

c) Musa Berseru-seru dan Tuhan Menjawab

Sebagai pemimpin bangsa mendengar sungut-sungut umat Israel, Musa datang berseru
kepada Tuhan. Dalam hal ini, Musa mengambil sikap yang sangat tepat sebagai
seorang pemimpin yaitu datang memohon pertolongan kepada Tuhan. Dalam
menghadapi situasi-situasi yang sulit Musa berseru dan mengharapkan campur tangan
Tuhan mengatasi kesulitan mereka.
Ayat (17: 4-6) kata ‫( וַיִ ְצ ַעק‬wayyis`aq) adalah bentuk Qal Imperfek Orang pertama
tunggal dari kata dasarnya artinya berseru, menangis minta pertolongan. Kamus BDB
menunjukkan arti asli dalam bahasa Arab adalah “suara seperti gemuruh” akar ini
berarti untuk memanggil bantuan di bawah tekanan besar atau mengucapkan seruan
dalam kegembiraan besar. Demikianlah Musa dengan seruan atau tangisan memohon
agar Tuhan memberikan pertolongan kepadanya karena sungut-sungut orang Israel.
Pernyataan “mereka akan melempari aku dengan batu” ‫( סקַ ל‬saqal) adalah bentuk Qal
waw konsekutif perfek orang ketiga umum jamak. Hal ini merupakan perbuatan yang
cukup lazim jika bangsa Israel marah dan sering menyebabkan kematian. Dalam
beberapa kesempatan, istilah ini dikaitkan dengan hukuman rajam. Kata kerja ini
terutama digunakan dalam berbagai pernyataan hukum. Artinya, dalam seruan Musa
28

kepada Tuhan, dia mengadukan situasi yang sedang dihadapinya begitu sulit dari
orang-orang Israel.
Di ayat selanjutnya, Tuhan memberikan respon yang sangat baik kepada Musa.
Tuhan Berfirman kepada Musa, “berjalanlah di depan bangsa itu…” ‫עֲבר֙ לִ פְ נֵ ֹּ֣י ה ֔עם‬
(ábör lipnê hä`äm). Kata yang dipakai disini adalah bentuk Qal Imperative maskulin
jamak dari kata dasarnya artinya saya telah berjalan, diterjemahkan engkau
berjalanlah.54 Disini melihat bahwa Tuhan sepertinya tidak memperdulikan
pemberontakan dan sungut-sungut bangsa Israel. Tuhan lebih mengutamakan
memberikan solusi untuk memenuhi kebutuhan uamat-Nya. “Berjalanlah di depan”
menunjukkan bahwa Musa adalah pemimpin yang pergi berjalan duluan, lalu orang-
orang mengikutinya.
Para tua-tua Israel yang mengikuti Musa adalah kepala-kepala keluarga yang
menonjol, disini mereka mengikuti Musa sebagai saksi-saksi. Dan tongkat adalah
tanda kuasa otoritas Musa. Tongkat juga dapat disebut sebagai tanda ketergantungan
dan kepercayaan pada Tuhan.
Selanjutnya, di ayat 6 Tuhan berkata kepada Musa, ‫שם‬
ָ֥ ‫( ִהנְ ִנֹּ֣י עמֵ ד לְ פ ֶ֨ניָך‬hinnî `ömëd
lüpäneºkä ššäm) “Aku akan berdiri disana.” Disini Tuhan disebut secara antromorfis
(seakan-akan manusia), tetapi kehadiran dan kuasa-Nya digambarkan secara hidup dan
dengan sungguh-sungguh. Dan memang kehadiran dan kuasa Allah merupakan hal
penting untuk mukjizat apapun. Hal ini disebut juga sebagai teofani yang
mengantisipasi isi gugatan dinyatakan dalam ayat 7: “Apakah Tuhan ada di tengah-
tengah kita atau tidak?”. Lalu Tuhan menyuruh Musa “memukul gunung batu itu
dengan tongkatnya,” sehingga air akan keluar dari dalam gunung batu. Hal ini adalah
sesuatu yang tidak lazim, bagaimana mungkin air bisa muncul dari gunung batu. Kata
yang dipakai dalam adalah ‫( וְ ִה ִ ֹּ֣כית בַ ּ֗צּור‬wühikkîºtä bassûr) bentuk kata kerja hiphil waw
konsekutif perfek orang kedua maskulin tunggal dari kata ‫ נכה‬yang berarti aku telah
memukul, dan terjemahannya adalah engkau akan memukul.55 Dengan demikian,
Musa yang akan bertindak memukul gunung batu atas perintah Tuhan sehingga dari
dalamnya akan keluar air, bangsa Israel dapat minum. Musa menggunakan tongkat,
untuk memukul batu sehingga akan menghasilkan air ini adalah sesuatu yang tidak
normal untuk menemukan air tetapi dalam kasus ini, ini adalah bagian dari rencana

54
Ibid.
55
Ibid.
29

Tuhan untuk menunjukkan kepedulian Tuhan bagi Israel dan pentingnya kehadiran-
Nya dan pemeliharaan-Nya di Gunung Sinai.
Menurut The Net Bible Notes, Dallas, TX: Biblical Studies Press, CD-ROM. Musa
melakukan tugasnya untuk memukul batu itu dengan tongkat “di hadapan tua-tua
Israel” sehingga mereka bisa menjadi saksi untuk kepentingan bangsa secara
keseluruhan untuk wahyu ini. Para tua-tua inilah yang akan mengkonfirmasi kehadiran
Allah di tengah-tengah Israel. Karena bangsa Israel telah meragukan kehadiran Allah
di tengah-tengah mereka, Ia tidak akan melakukan mujizat ini di perkemahan, namun
Musa akan memimpin tua-tua untuk keluar ke Horeb. Jika orang meragukan Allah ada
di tengah-tengah mereka, maka Dia akan memilih untuk tidak berada di tengah-tengah
mereka. Dan memukul batu mengingatkan peristiwa ketika Musa memukul sungai Nil;
dimana hal itu membawa kematian ke Mesir, tapi di sini membawa kehidupan bagi
Israel. Mungkin juga karena ada keraguan lebih lanjut bahwa apakah Tuhan ada
bersama mereka dan mampu menyediakan bagi mereka.
Kisah ini diakhiri dengan Musa menamai tempat itu Masa dan Meriba. Alasan
pemberian nama itu adalah oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena telah
mencobai Tuhan dengan mengatakan: “Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?”
Nama Masa, ‫( מַ סה‬massâ) berarti “Mencobai”; itu berasal dari kata kerja “menguji,
membuktikan, mencoba.” Dan nama Maeriba, ‫( ְמ ִריבה‬merîbâ) berarti “perselisihan;” hal
itu berkaitan dengan kata kerja “berjuang, pertengkaran, melawan/menentang.”
Pilihan nama untuk tempat ini akan berfungsi untuk mengingatkan bangsa Israel
untuk semua kegagalan dengan Allah. Menurut Simamora Freddy, Allah ingin agar
mereka dan semua generasi berikutnya untuk mengetahui bagaimana
ketidakpercayaan menantang Tuhan. Namun, Dia memberi mereka air. Jadi terlepas
dari kegagalan mereka, Dia tetap setia kepada janji-Nya.
Bangsa Israel mencobai Tuhan dengan berkata, “Apakah Tuhan menyertai atau
tidak?” Kalau orang-orang mengatakan sesuatu seperti, “Apakah Tuhan berniat untuk
menjadikan lemah dan sementara menunggu Tuhan untuk memberikan air?” itu
merupakan pernyataan ketidakpercayaan dan bukti kurangnya iman. Tetapi bagi orang
yang benar-benar meragukan kehadiran Allah ditengah-tengah mereka adalah
penghinaan yang tidak setia.
Menurut Paterson dalam bukunya menyimpulkan bahwa perikop ini sebagai hal
yang berkaitan dengan ketidakpercayaan, kuasa serta kesetiaan Tuhan yang
30

memelihara mereka di padang gurun seharusnya tidak diragukan, tetapi yang


ditekankan ialah umat Israel, yang meskipun sudah menerima keuntungan besar, tetapi
tidak mempercayai Dia.56 Bangsa Israel yang keras hati dengan bersungut-sungut
kepada Musa dan meragukan kemahakuasaan Tuhan yang walaupun nantinya bangsa
itu percaya hanya karena telah terpenuhi kebutuhannya tetapi pada dasarnya
kepercayaan bangsa Israel tidak dengan segenap hidup bangsa itu atau dengan kata
lain masih meragukan Tuhan.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Musa dan bangsa Israel. Musa sebagai
pemimpin dan bangsa Israel adalah umat Tuhan yang dipimpin Musa, sedangkan pusat
dari pada ini adalah Tuhan sendiri sebagai pemimpinnya.

2. Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah ke efektifitas komunikasi Musa dengan
Tuhan sebagai pemberi perintah dan Musa dengan bangsa Israel sebagai pelaksana
perintah Tuhan atau umat-Nya.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perpustakaan STT Pelita Bangsa Jakarta sebagai sumber
informasi penelitian. Waktu penelitian dimulai sejak tanggal Agustus 2022 sampai
November 2022.

E. Sumber Data

Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Dalam penggunaan sehari-hari data berarti
suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil
pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka,
kata-kata atau citra.57 Dalam penelitian kepustakaan (library research) ini, sumber
data yang merupakan bahan tertulis terdiri atas sumber data primer dan sumber data
sekunder sebagaimana berikut :

56
Paterson, Tafsiran Alkitab Kitab Keluaran.209.
57
http://id.wikipedia.org/wiki/data (di akses pada 05 Oktober 2022)
31

1. Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama baik
berupa pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah baru maupun pengertian baru
tentang fakta yang diketahui ataupun gagasan. Sumber data primer, yaitu data yang
diperoleh langsung dari subjek penelitian sebagai sumber informasi yang dicari. Data
ini disebut juga dengan data tangan pertama.58 Mengumpulkan informasi dengan
menganalisis data-data sebelumnya dan mengamati dengan teliti sehingga
menemukan data yang diperlukan dalam menemukan jawaban atas rumusan masalah
yang sedang diteliti.

2. Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak bisa memberikan informasi
langsung kepada pengumpul data. Adapun sumber data sekunder adalah data yang
diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek
penelitiannya.59 Dengan kata lain, data sekunder adalah data pendukung dari data
utama atau data primer. Data sekunder dari penelitian ini diambil dari berbagai
sumber seperti buku, artikel, dan sumber lainnya yang mendukung sumber data
primer.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sehubungan dengan data yang digunakan oleh penulis (baik data primer maupun data
sekunder) merupakan data yang berbentuk karya tulis seperti buku, artikel, dll, maka
dalam pengumpulan berbagai data penulis mencari dari berbagai sumber, membaca,
menelaah, mengaitkan, serta mencatat bahan-bahan atau materi-materi yang
diperlukan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pembahasan.
Teknik pengumpulan data ini ada beberapa adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-


gejala yang diteliti. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Keuntungan yang bisa diperoleh melalui cara observasi ini adalah adanya

58
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 91
59
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarrta: Ar-Ruzz Media, 2012) hal. 221
32

pengalaman yang lebih mendalam, dimana peneliti langsung berhubungan dengan


subjek penelitian.60

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan menghimpun dokumen, memilih-milih dokumen


sesuai dengan tujuan dan keperluan penelitian, menerangkan dan mencatat serta
menafsirkannya dan menghubung-hubungkannya dengan fenomena lain. Studi
dokumentasi bias juga dilengkapi dengan studi pustaka guna mendapatkan teori-
teori, konsep-konsep sebagai bahan pembanding, penguat ataupun menolak terhadap
temuan penelitian untuk kemudian ditarik kesimpulan.61

3. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan


data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dari berbagai sumber data. Tujuan dari triangulasi bukan untuk
mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan
pemahaman peneliti terhadap apa yang telah dikemukakan. Dalam penelitian ini
digunakan cara triangulasi sumber, yaitu dengan menggali kebenaran satu atau
beberapa informasi melalui beberapa sumber.62

G. Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan
kepada orang lain.63 Dengan kata lain bahwa analisis data adalah suatu proses yang

60
Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2015), h. 87-88
61
Ibid, hal 87-88
62
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatatif Teori & Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.
219
63
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: tim redaksi CAPS, 2011), h.164
33

dilakukan oleh penulis dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada.

Adapun alur yang digunakan dalam menganalisis data, adalah :

1. Reduksi Data

Dalam proses reduksi atau rangkuman data ini dilakukan pencatatan lalu dirangkum
dengan mengambil hal-hal penting yang bisa mengungkap tema permasalahan. Lalu
catatan yang telah diperoleh di lapangan secara deskripsi, hasil konstruksinya disusun
dalam bentuk refleksi. Atau data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk
uraian.64 Laporan ini akan terus menerus bertambah dan tentu akan menambah
kesulitan bila tidak segera dianalisis mulanya. Laporan-laporan itu perlu direduksi,
dirangkum, dipilah hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema atau polanya.

2. Penyajian Data

Penyajian data maksudnya adalah mengategorikan pada satuan-satuan analisis


berdasarkan fokus dan aspek permasalahan yang diteliti, atau data yang bertumpuk-
tumpuk, laporan yang tebal, dengan sendirinya akan sukar melihat gambaran
keseluruhan untuk mengambil kesimpulan yang tepat.65

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah yang terakhir adalah menyimpulkan data-data yang memungkinkan


diperoleh keabsahan hasil penelitian. Dari awal peneliti harus berusaha mencari makna
data yang dikumpulkannya. Dari data yang telah diperoleh maka peneliti mencoba
menarik kesimpulan yang biasanya masih kabur, diragukan, tetapi dengan
bertambahnya data, maka kesimpulan itu akan lebih jelas. Jadi, kesimpulan harus
senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung.66

64
Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2015), h. 93
65
Ibid
66
Ibid
34

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

Bangsa Israel adalah umat-Nya dan Tuhan adalah pemimpin bangsa Israel.
Kepemimpinan atau pemerintahan pada zaman itu merupakan pemerintahan Teokrasi
yang artinya pemerintahan yang berasal dari Tuhan itu sendiri, mengikuti norma atau
aturan berdasarkan apa yang Tuhan katakan untuk Musa laksanakan berdasarkan
perintah dan petunjuk Tuhan. Dia menyertai Musa sekalipun dalam kitab Keluaran
4:10 Musa berkata bahwa Ia tidak pandai berbicara. Tetapi Tuhan memakai Harun dan
Miryam kakaknya untuk membantu Musa menghadap kelakuan bangsa Israel.

A. Komunikasi Kepemimpinan Musa

Awal kepemimpinan Musa ketika Tuhan memanggil dan mengutus Musa untuk
membawa umat-Nya keluar dari tanah perbudakan ke tanah perjanjian terjadi adanya
komunikasi antara Tuhan dan Musa, bahkan awal dari kepemimpinan Musa dimulai
dari tanah Mesir ketika Musa dan kakaknya Harun menghadap Firaun untuk mau
membebaskan bangsa Israel sampai pada padan guru dan dilanjutkan oleh
kepemimpinan Yosua yang berhasil membawa bangsa itu ke tanah perjanjian.
Komunikasi kepemimpinan Musa dalam Alkitab tidak dijelaskan secara terang-
terangan, namun bisa dijelaskan dengan melihat berdasarkan perjalanan
kepemimpinan Musa kepada bangsa Israel sampai ke padan gurun. Musa menuntun
umat Tuhan perlu kesiapan dalam segala hal walaupun banyak kekurangan seorang
Musa dalam memimpin umat Tuhan, tetapi Tuhan memampukan dia dalam segala hal
baik dalam berkomunikasi, menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi itu semua
Tuhan yang memampukan dia melakukan semuanya itu. Komunikasi dalam
kepemimpinan Musa terlihat jelas melalui interaksi antara Tuhan dengan Musa dalam
menyampaikan apa yang menjadi perintah Tuhan kepada umat-Nya dan juga
berinteraksi dengan bangsa Israel dalam menyampaikan apa yang umat Tuhan
kehendaki kepada sang pencipta-Nya.
Efektivitas komunikasi Musa sebagai pemimpin yang Tuhan percayakan dalam
membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir ke tanah perjanjian. Tuhan berfirman
kepada umat-Nya dengan melalui Musa menerima semua apa perintah Tuhan kepada
umat-Nya untuk dilakukan, Musa mendengarkan apa yang Tuhan firmankan kepada
bangsa Israel dengan baik dan benar sehingga Musa nantinya tidak lupa satupun pesan
35

atau perintah Tuhan. Bangsa Israel mempercayai Musa sebagai perantara dengan
Tuhan dalam menyampaikan kehendak kepada Tuhan semua apa yang diucapkannya
Musa bangsa itu mendengar dan melakukannya. Musa mendapatkan umpan balik,
yaitu menyampaikan apa yang menjadi kehendak umat kepada Tuhan hanya saja
bangsa Israal suka memberontak kepada Musa dan Tuhan, tetapi Tuhan tetap
mengampuni umat-Nya dan mengasihi umat pilihan-Nya.
Komunikasi Musa terhadap Tuhan dan bangsa Israel:
1) Komunikasi yang dilakukan Musa adanya komunikasi kelompok dan komunikasi
organisasi yang diartikan sebagai tatap muka dari tiga atau lebih individu guna
memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki. Seperti berbagi informasi,
pemeliharaan diri atau pemecahan masalah ini sering kali dilakukan Musa kepada
tua-tua bangsa Israel dalam mempermudah menyelesaikan masalah jemaah Israel.
2) Model komunikasi satu arah yaitu komunikasi yang datang dari satu pihak saja,
sedangkan ke pihak yang lain hanya penerima. Komunikasi ini antara Musa dengan
Tuhan yaitu dengan Tuhan berfirman kepada Musa dalam menyampaikan perintah
dan Musa menyampaikan kehendak umat-Nya. Komunikasi ini identik dengan
berdialog satu orang atau satu pihak saja dengan adanya umpan balik
berkomunikasi.
3) Model komunikasi dua arah membahas tentang komunikasi dua arah, terdapat dua
pengertian. Pertama, komunikasi dua arah yaitu penerima dapat berubah fungsi
menjadi pengirim berita, sedangkan pengirim dapat menjadi penerima berita. Musa
sering melakukan komunikasi dua arah yang mana Musa sebagai komunikan
dihadapan Tuhan dan juga sebagai komunikator kepada bangsa Israel dalam
menyampaikan perintah Tuhan untuk dilakukan bersama dengan umat-Nya.
4) Gaya komunikasi kepemimpinan yang dilakukan Musa dalam memimpin bangsa
Israel adalah gaya komunikasi mengendalikan supaya apa perintah Tuhan dapat
dilaksanakan yang walaupun bangsa Israel sering bersungut-sungut dan berkeras
hati dalam melaksanakan perintah. Musa sebagai pemimpin bangsa itu selalu
mengendalikannya dan yang menjadi pusat kepemimpinan itu adalah Tuhan
sendiri.
36

B. Ke Efektivitas Komunikasi Musa

Musa memimpin bangsa Israel hingga tiba di tempat yang bernama Masa dan Meriba
artinya “adakah Tuhan di tengah-tengah umat-Nya atau tidak?” Disilah bangsa Israel
melakukan pemberontakan dan bersungut-sungutlah mereka terhadap Musa ketika
mereka sampai di tempat tersebut tidak memiliki air untuk diminum, maka mulailah
mereka bertengkar, menyalahkan Musa dan bahkan bangsa itu dengan secara tidak
langsung mencobai Tuhan atas kemahakuasaan-Nya dengan berkata: “mengapa pula
engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami
dan ternak kami dengan kehausan”. Dengan perkataan bangsa ini seperti melemparkan
tuduhan bahkan seakan dengan membunuh Musa dengan sengaja dia melakukan hal
ini supaya kami mati semua, tetapi dengan sikap sebagai seorang pemimpin, Musa
dengan memohon kepada Tuhan supaya mengabulkan permintaan umat-Nya untuk
memberikan mereka air untuk di minum. Tuhan mengabulkan permohonan Musa
sehingga bangsa itu dapat minum air serta dengan anak-anak dan ternak mereka.
Efektivitas komunikasi Musa sebagai pemimpin yang Tuhan percayakan dalam
membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir ke tanah perjanjian. Tuhan berfirman
kepada umat-Nya dengan melalui Musa menerima semua apa perintah Tuhan kepada
umat-Nya untuk dilakukan, Musa mendengarkan apa yang Tuhan firmankan kepada
bangsa Israel dengan baik dan benar sehingga Musa nantinya tidak lupa satupun pesan
atau perintah Tuhan. Bangsa Israel mempercayai Musa sebagai perantara dengan
Tuhan dalam menyampaikan kehendak kepada Tuhan semua apa yang diucapkannya
Musa bangsa itu mendengar dan melakukannya. Musa mendapatkan umpan balik,
yaitu menyampaikan apa yang menjadi kehendak umat kepada Tuhan hanya saja
bangsa Israel suka memberontak kepada Musa dan Tuhan, tetapi Tuhan tetap
mengampuni umat-Nya dan mengasihi umat pilihan-Nya.
Musa hanya sebagai pemimpin bangsa Israel sebagai alat Tuhan untuk
melaksanakan dan menuntun umat-Nya ke tanah perjanjian. Dalam kisah Kel. 17:1-7
peristiwa di Masa dan Meriba tersebut, adanya unsur komunikasi terjadi antara bangsa
Israel, Musa dan Tuhan. Bangsa Israel memulai adanya komunikasi terhadap Musa
dengan bertengkar dan berkata: “berikanlah air kepada kami, supaya dapat minum Kel.
17:2”. Adanya komunikasi satu arah dan dua arah dengan menyampaikan pesan dan
37

dua arah merupakan adanya umpan balik atau lawan bicara sehingga terjadi interaksi.67
Bangsa Israel dengan menanyakan adanya air untuk diminum berdasarkan tempat
yang dilihat oleh bangsa tersebut. Musa sebagai seorang pemimpin bangsa Israel
dengan berkata mengapa engkau bertengkar dengan aku dan mencobai Tuhan? Dalam
hal ini komunikasi yang terjadi adanya umpan balik dari seorang pendengar
(komunikan) pesan yaitu Musa dengan menjawab pernyataan bangsa Israel, dengan
sikap seorang pemimpin Musa langsung bertindak cepat dengan pergi di hadapan
Tuhan berseru-seru dan menanyakan apa yang perlu dia lakukan kepada bangsa. Tuhan
mendengar seruan Musa atas permintaan umat-Nya, Tuhan bertindak dengan
menyuruh Musa sebagai pemimpin bangsa Israel dengan mengikuti petunjuk apa yang
diperintahkan Tuhan terhadap Musa supaya bangsa itu dapat minum air. Dalam
percakapan antara Musa dan Tuhan inilah merupakan komunikasi antara dua orang
atau lebih.
Musa ketika bertindak dalam kepemimpinannya memimpin bangsa Israel selalu
menanyakan Tuhan terlebih dahulu apa yang harus di lakukan perintah-Nya,
bagaimana umat bertindak terhadap bangsa-bangsa lain dan sebagainya. Dengan kata
lain kepemimpinan bangsa Israel itu adalah Teokrasi artinya yang berpusat kepada
Tuhan yang memimpin apapun yang dilakukan Musa untuk bangsa Israel selalu
menanyakan Tuhan.

C. Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan Masa Kini

Kemampuan komunikasi merupakan faktor penentuan bagi seorang pemimpin,


berjalannya kepemimpinan adanya komunikasi yang efektif di dalamnya. Pemimpin
harus memiliki keterampilan kemampuan berkomunikasi.68 Kepemimpinan yang
berhasil tidak lepas dengan komunikasi yang baik dan benar.

1. Memiliki dan Membangun Komunikasi yang Baik

Komunikasi sangatlah penting bagi seorang pemimpin dalam kepemimpinannya


sehingga dapat berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan tertentu. Setiap orang
memiliki pemahaman yang berbeda dalam menerima informasi atau pesan yang
disampaikan oleh komunikator dalam hal ini seorang pemimpin, jadi pemimpin

67
Yuhanin Zamrodah, “Kajian Teori Komunikasi” 15, no. 2 (2016): 1–23.
68
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Hal. 38
38

harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan sederhana sehingga


apa yang disampaikan dapat dicerna dan dipahami oleh komunikan adalah orang
yang dipimpin.

2. Adanya Kepercayaan Anggota kepada Pemimpin

Kepercayaan adalah tanda percaya anggota terhadap pemimpin mampu memimpin


kelompok atau organisasi dan bekerja sama dalam mencapai tujuan. Kepercayaan
kelompok dan organisasi kepada pemimpin dengan melihat kemampuan yang ada
di dalam pemimpin tersebut.

3. Memiliki Umpan Balik Komunikasi

Keberhasilan seorang pemimpin dalam berkomunikasi yaitu adanya umpan balik


dari komunikan artinya informasi atau pesan yang disampaikan pemimpin tidak
bertujuan dengan sia-sia. Komunikan mendengar pesan atau informasi dengan baik,
jelas sehingga dapat dipahami dan mengerti supaya tidak terjadinya miss
komunikasi antara pemimpin dan anggota.

4. Tuhan adalah Pemimpin Umat-Nya

Setiap pemimpin jemaat, organisasi, kelompok-kelompok sel dan apapun itu yang
memiliki setiap pemimpin. Pemimpin harus menyadari bahwa pusat dari pada
kepemimpinan yaitu Tuhan itu sendiri yang memimpin umatnya. Pemimpin yang
ada hanyalah alat Tuhan dalam menjalankan setiap rencana-Nya pada setiap diri
manusia.

5. Gaya, Bentuk dan Model Komunikasi Kepemimpinan

Gaya, bentuk, dan model berbeda-beda tergantung kelompok dan organisasi yang
sedang dipimpin dan juga orang-orang yang ada didalamnya. Efektivitas
komunikasi Musa bisa diterapkan prinsipnya dalam kepemimpinan zaman sekarang
tetapi ingat setiap orang mempunyai caranya memimpin.
39

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Efektivitasnya komunikasi Musa yaitu dengan menerima keluhan umat langsung


dikomunikasikan merespon dengan berseru kepada Tuhan Musa tahu bahwa hanya
Tuhan yang mampu mengabulkan permintaan umatNya.
Musa ketika bertindak dalam kepemimpinannya memimpin bangsa Israel selalu
menanyakan Tuhan terlebih dahulu apa yang harus di lakukan perintah-Nya,
bagaimana umat bertindak terhadap bangsa-bangsa lain dan sebagainya.
Efektivitas komunikasi yang harus diperlukan seorang pemimpin dalam
kepemimpinannya sehingga apa informasi atau pesan yang disampaikan kepada
komunikan oleh komunikator didengar, dipahami, ditelaah, didiskusikan sehingga
penerima pesan dapat dilakukan berdasarkan informasi yang diterima dari si pengirim
pesan. Musa menerima pesan dari Tuhan untuk umat-Nya dan Musa menyampaikan
informasi atau pesan Tuhan kepada bangsa Israel untuk dapat dilakukan bersama.

B. Saran

Dari penelitian ini penulis merasa banyak kekurangan meneliti dalam mendapatkan
hasil judul penelitian ini, yaitu Kajian Teologis Komunikasi Kepemimpinan Musa
dalam Perjanjian Lama sehingga penulis memberikan izin dan merekomendasikan
kepada peneliti lainnya untuk menindaklanjuti dan melanjutkan penelitian karya
ilmiah ini.
40

DAFTAR PUSTAKA

Alihar, Fadjri. “Model Komunikasi Pimpinan Universitas Islam Negeri Sumatera

Utara Dalam Mewujudkan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Maju Dan

Sejahtera Di Kota Medan” 66 (2018): 37–39.

https://www.fairportlibrary.org/images/files/RenovationProject/Concept_cost_e

stimate_accepted_031914.pdf.

Amir, Hamza. Metode Penelitian Kepustakaan. Malang: Literasi Nusantara, 2020.

CASBEE Technical Manual. “Komunikasi Efektif Juga Dimengerti Sebagai

Pertukaran Informasi, Ide, Perasaan Yang Menghasilkan Perubahan Sikap,

Sehingga Terjalin Sebuah Hubungan Baik Antara Pengirim Pesan Atau

Informasi Dan Penerima Pesan. Efektivitas Komunikasi Diukur Dari Aksi

Nyata” (2014).

Communication, Verbal, and Komunikasi Efektif. “Komunikasi Efektif Bagi

Seorang Pemimpin,” no. 1998 (2005): 165–172.

DD, Sarjono. Panduan Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama,

2008.

Djadi, Jermia. “Kepemimpinan Kristen Yang Efektif.” Jurnal Jaffray 7, no. 1 (2009):

16–30.

Effendy, Onong Uchjana. “Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi.” Citra Aditya

(2003): 17–54.

. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Evi Zahara. “Peranan Komunikasi Organisasi Pimpinan Organisasi.” Peranan

Komunikasi Organisasi Bagi Pimpinan Organisasi 1829–7463, no. April

(2018): 8.

Giban, Yoel. Komunikasi Sebagai Media Penyelesaian Konflik Dalam Keluarga


41

Kristen. Taksimalaya: Edu Publisher, 2022.

Hasan, K. “Pengantar Ilmu Komunikasi” (2016): 1–8.

http://repository.uinsu.ac.id/1705/5/8. BAB II- terbaru.pdf.

Indra, Dolly, and Ahmad Toni. “Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan Kepala

Satuan Pendidikan Dalam Skema Kerja Work from Home.” CARAKA :

Indonesia Journal of Communication 3, no. 1 (2022): 1–9.

John, Waroy. “Pendahuluan Dan Garis-Garis Besar Alkitab Perjanjian Lama Catatan

Sekolah Tinggi Theologia Bethel Indonesia - Jakarta Fakultas Theologia”

(2008).

Mestika, Zed. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Bogor Indonesia,

2004.

Nasukah, Binti, Sulistyorini Sulistyorini, and Endah Winarti. “Peran Komunikasi

Efektif Pemimpin Dalam Meningkatkan Kinerja Institusi.” AL-TANZIM: Jurnal

Manajemen Pendidikan Islam 4, no. 1 (2020): 81–93.

Pasande, Purnama. Pemimpin Dan Kepemimpinan Kristen; Memahami Substansi

Kepemimpinan Kristen, 2020.

Paterson, Robert M. Tafsiran Alkitab Kitab Keluaran. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2011.

Purba, Deora Westa. “Hermeneutika Sebagai Metode Pendekatan Dalam Teologi.”

Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen 3, no. 1 (2018): 82–92.

http://christianeducation.id/e-journal/index.php/regulafidei/article/view/21.

Rahman Sholeh, Abdul. Pendidikan Agama Dan Pengembangn Untuk Bangsa.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

S. Purnomo, Husaini. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Budi Aksara, 2011.

Simamora, Freddy. “Masa Dan Meriba: Karya Allah Terhadap UmatNya Yang
42

Bersungut-Sungut Ketika Menghadapi Kesulitan (Eksegesis Keluaran 17: 1-7).”

KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 2, no. 2 (2020):

26–41.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif. Bandung: Alfabeta CV, 2015.

Syabrina, Rany An Nisaa. “Efektifitas Dan Efisiensi Komunikasi Pada

Penyelenggaraan Festival Damar Kurung Gresik Tahun 2017.” Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (2017): 1–14.

Tambunan, Fernando. “Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban Terhadap

Krisis Kepemimpinan Masa Kini” 1, no. 1 (2018): 81–104.

Tarigan, Iwan Setiawan. “Eksegesis Dan Penelitian Teologis.” Jurnal Teologi

Cultivation 5, no. 2 (2021): 86–102. http://www.e-

journal.iakntarutung.ac.id/index.php/cultivation/article/view/722.

Telnoni, Benyamin, Anggelina Cindy, and Debora Ladi. “Peran Komunikasi Dalam

Keluarga Kristen Berdasarkan Ulangan 6 : 7” (2007): 18–24.

Wicaksana, Arif. “Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan Dan Kinerja Karyawan

Terhadap Penjualan Di Flobamora Mall Kupang.” Https://Medium.Com/ 1, no.

1 (2016): 75–96. https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-

a7e576e1b6bf.

Zamrodah, Yuhanin. “Kajian Teori Komunikasi” 15, no. 2 (2016): 1–23.


43

RIWAYAT HIDUP

Nama : Risman Gulo


Tempat Tanggal Lahir : Akhelauwe, 18 Maret 1999
Tempat Asal : Desa Akhelauwe, Kec. Gido, Kab. Nias SUMUT
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Mahasiswa
Nama Ayah : Masudi Gulo
Nama Ibu : Yulima Waruwu

Riwayat Pendidikan

1. Tamat SDN. 071068 Sihare’o Berua, Nias – 2012


2. Tamat SMPN. 4 Gido, Nias – 2015
3. Tamat SMAN. 1 Gido, Nias – 2018
4. Tamat S1, Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta – 2022

Riwayat Pelayanan

1. Pelayanan di Gereja Sungai Yordan Jemaat Rajawali bagian Youth Care


2. Pelayanan di GSY Jemaat Rajawali bagian Multimedia - Cameraman
3. Pelayanan di HOPE GSY sebagai Worship Leader
4. Pelayanan di Menara Doa House Of Glory

Anda mungkin juga menyukai