Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : WELLY

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043042116

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4437/Kekuatan SOSPOL Indonesia

Program Studi : 71/ Ilmu Pemerintahan

Kode/Nama UPBJJ : 51/TARAKAN

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Dalam sistem pemilihan umum dikenal dengan istilah threshold (ambang batas). Dalam kasus di
atas dijabarkan dengan mekanisme parliamentary threshold (ambang batas parlemen). Jelaskan dan
beri argumentasi Anda!

Jawaban

Threshold merupakan persyaratan minimal dukungan yang harus diperoleh partai politik untuk
mendapatkan perwakilan yang biasanya dilihat dari presentase perolehan suara di pemilu.

2. Dalam kasus di atas disimpulkan bahwa “konsep penyederhanaan parpol tidak dapat dilakukan
berdasarkan PT, tetapi melalui pengurangan kursi di setiap daerah pemilihan, yang tidak melanggar
kedaulatan rakyat.” Berikan argumentasi Anda bila dikaitkan dengan pengertian dan jenis-jenis civil
society!

Jawaban

Dari kata civil akhirnya membentuk kata civilization yang berarti peradaban. Oleh sebab itu, kata
civil society dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota yakni masyarakat yang telah
berperadaban maju.

Elemen – Elemen Masyarakat Madani (Civil Society)

Elemen-elemen tersebut adalah lembaga swadaya masyarakat (LSM), pers, supremasi hukum,
perguruan tinggi dan partai politik.

3. Proses demokratisasi di Indonesia tidak lepas dari peran dan fungsi kelompok kepentingan. Menurut
Anda apakah mekanisme ambang batas parlemen yang bertujuan untuk mengurangi partai politik
yang lolos di DPR, terkait dengan peran kelompok kepentingan. Beri argumentasi Anda!

Jawaban

Ambang batas parlemen (bahasa Inggris: parliamentary threshold) adalah ambang batas perolehan
suara minimal partai politik dalam pemilihan umum untuk diikutkan dalam penentuan perolehan
kursi di Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Ketentuan ini pertama
kali diterapkan pada Pemilu 2009. Threshold merupakan persyaratan minimal dukungan yang harus
diperoleh partai politik untuk mendapatkan perwakilan yang biasanya dilihat dari presentase
perolehan suara di pemilu. Menurut Kacung Marijan, yang dimaksud ambang batas parlemen adalah
batas minimal suatu partai atau orang untuk memperoleh kursi (wakil) di parlemen. Maksudnya,
agar orang atau partai itu mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil karena mendapat kekuatan
memadai di lembaga perwakilan (di Indonesia dikenal dengan istilah parliementary threshold).
Pernyataan tersebut juga disetujui oleh Hanta Yuda yang mengatakan bahwa, dalam logika politik
pemerintahan, sebenarnya bukan jumlah partai politik peserta pemilu yang harus dibatasi, tetapi
jumlah ideal kekuatan partai politik yang perlu diberdayakan atau dirampingkan di parlemen.

Pendukung aturan ambang batas parlemen berpendapat bahwa adanya batas minimal mencegah
kelompok-kelompok kecil dan radikal di parlemen. Hal ini dianggap baik karena akan
menyederhanakan parlemen, serta membantu terbentuknya pemerintahan dan parlemen yang stabil.
Para kritik sistem ini berpendapat bahwa sistem ini cenderung meniadakan wakil rakyat untuk para
pendukung partai kecil.

Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 berdasarkan Pasal 202 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2008, ambang batas parlemen ditetapkan sebesar 2,5% dari jumlah suara sah secara nasional dan
hanya diterapkan dalam penentuan perolehan kursi DPR dan tidak berlaku untuk DPRD
Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota. Ketentuan ini diterapkan pada Pemilu 2009.
Pada Pemilu 2014 dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun Tahun 2012, ambang batas parlemen
ditetapkan sebesar 3,5% dan berlaku nasional untuk semua anggota DPR dan DPRD. Setelah
digugat oleh 14 partai politik, Mahkamah Konstitusi kemudian menetapkan ambang batas 3,5%
tersebut hanya berlaku untuk DPR dan ditiadakan untuk DPRD. Ketentuan ini direncanakan akan
diterapkan sejak Pemilu 2014.
Pemilu 2019 dan 2024 dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun Tahun 2017, ambang batas
parlemen ditetapkan sebesar 4% dan berlaku nasional untuk semua anggota DPR.

Anda mungkin juga menyukai