Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2

SISTEM POLITIK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Mohamad Eka Chandra


Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041900484
Kode/Nama Mata Kuliah : Sistem Politik Indonesia / ISIP4213
Kode/Nama UPBJJ : 82/Palu

KEMENTERIAN PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak adanya reformasi, ada perubahan sistem politik yang lebih membuka akses
terhadap masyarakat dalam menentukan wakil yang dikehendakinya. Hal ini membuat
komunikasi politik antara rakyat sebagai pemilih relatif terjalin dengan kandidat politik yang
ingin meraih kursi di dewan. Sayangnya, perubahan sistem politik yang ada belum dapat
menjamin wakil rakyat yang dipilih mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. “
Banyak anggota parlemen yang sangat lemah komitmen politiknya dalam melakukan tugas
dan fungsinya sebagai wakil masyarakat.” (Abdur Rozaki, 2006: 79). Pelaksanaan tugas-
tugas pemerintah daerah dalam memperjuangkan hak-hak rakyat merupakan tanggung jawab
bersama antara lembaga legislatif maupun eksekutif. Eksekutif melaksanakan tugas-tugas
yang berkaitan dengan Pemerintahan dan Pembangunan, disisi lain tugas-tugas tersebut akan
diawasi pelaksanaannya oleh lembaga Legislatif sebagaimana tertera dalam Undang Undang
No.32 Tahun 2004.

Seharusnya anggota DPRD yang dipilih melalui suatu mekanisme rekrutment politik
yaitu pemilu dapat melaksanakan fungsinya dalam hal pengawasan yang lebih memfokuskan
pada pemenuhan berbagai aspirasi rakyat. Meskipun untuk mencalonkan diri sebagai anggota
DPR melalui partai politik, tetapi ikatan antara anggota dewan dengan partai dan ikatan
anggota dewan dengan skala lebih sempit yakni konstituennya dan skala lebih luas mewakili
rakyat semestinya sama kuat. Penafsiran ini mengarahkan pada upaya refleksi dalam menilai
kinerja DPR, sehingga menyembulkan pertanyaan bagaimana kinerja politisi DPR di pasca
reformasi ini?

Pasca reformasi DPR tak hanya berperan dalam bidang legislasi, penganggaran dan
pengawasan, tetapi juga menjadi institusi yang paling menentukan dalam proses pengisian
lembaga non-negara lainnya (auxiliary bodies). DPR juga menjalankan fungsi representasi,
yang mana DPR berperan dalam menjalankan fungsi “penyambung lidah rakyat” di dalam
memenuhi mandat atau kontrak politik/moral yang diembannya terhadap konstituen dan
rakyat. Dalam menjalankan tugas-tugas sebagai anggota dewan, seperti mengikuti sidang
paripurna, membahas perundang-undangan, kunjungan ke daerah, dan kegiatan lainnya,
semua itu mendasarkan kegiatannya pada komunikasi.

BAB II
PRODUKTIVITAS KINERJA DPR ERA REFORMASI

1.2 Prospek Kinerja DPR


Dalam negara demokrasi bahwa partai politik berperan sentral dalam satu pemilihan
umum (Pemilu) dan menempatkan wakil-wakil rakyat ke dalam lembaga perwakilan rakyat.
Anggota dewan berperan dalam bidang legislasi, penganggaran dan pengawasan. Di samping
ketiga fungsi di atas, DPR juga menjadi institusi yang paling menentukan dalam proses
pengisian lembaga non-negara lainnya (auxiliary bodies). Peranan DPR dalam proses
pengangkatan pejabat publik dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok
pejabat publik yang dalam pengangkatannya diusulkan DPR, dengan persetujuan DPR, dan
dipilih oleh DPR. Kelompok pejabat ini dalam proses pencalonannya memerlukan
persetujuan melalui Paripurna DPR sebelum disampaikan kepada Presiden untuk diproses
lebih lanjut. Kedua, kelompok pejabat publik yang dalam pengangkatannya harus
mendapatkan pertimbangan dari DPR atau dikonsultasikan dengan DPR. Untuk kelompok
ini, proses pencalonannya tidak memerlukan persetujuan Rapat Paripurna DPR. Hasil
pertimbangan dari alat kelengkapan DPR yang ditugaskan akan langsung dikirim kepada
Presiden untuk diproses lebih lanjut.

Tetapi, masalah dan kendala yang memperburuk kinerja DPR cenderung sama setiap
tahun. Dilihat dari tata kelola persidangan di DPR memang masih menyisakan sejumlah
masalah yang membuat seorang anggota tidak bisa fokus. Kemudian, kemalasan anggota
DPR untuk menghadiri rapat juga memberikan sumbangsih pada rendahnya kinerja DPR
dalam bidang legislasi.Sebagian besar anggota DPR memiliki kesibukan lain di luar tugas
sebagai anggota DPR. Kapasitas dan kemampuan para anggota untuk bekerja dan berpikir
dinilai tidak memadai.
Selain itu, banyaknya titipan kepentingan dianggap turut mendorong rendahnya
kinerja anggota DPR. Kepentingan-kepentingan itu kerap mengendalikan anggota DPR
dalam menjalani kesibukannya sebagai anggota DPR. Sehingga kerap mereka tidak
menjadikan kegiatan rapat untuk membahas undang-undang sebagai prioritas utama. Pada
awal tahun 2013, DPR menetapkan Prolegnas sejumlah 70 RUU. Jumlah tersebut meningkat
dari Prolegnas 2012 sebanyak 64 RUU. Pada tahun 2011 ada 93 RUU masuk prolegnas dan
2010 sebanyak 70 RUU menjadi prioritas pembahasan DPR. Dari sisi perencanaan RUU
setiap tahun, menurutnya DPR memang selalu bombastis. Walaupun pencapaian di akhir
tahun dalam tiga tahun terakhir, belum pernah DPR menunjukkan taring yang kuat dalam
menghasilkan undang-undang. Sehingga bisa kita lihat pada Tahun 2010, DPR hanya
menghasilkan 8 undang-undang dari daftar Prolegnas (11,42 persen). Tahun 2011 pencapaian
legislasi DPR 19,35 persen, dimana hanya 18 dari 93 RUU Prolegnas yang sukses
diselesaikan DPR.

Pada tahun 2012 kinerja legislasi DPR turun menjadi 15,25 persen. Dari 64 RUU
Prolegnas hanya 10 diantaranya yang berhasil dituntaskan pembahasannya.

1.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam bentuk refleksi mengenai kinerja politisi DPR
pada era reformasi, ditemukan fakta bahwa masyarakat menganggap hasil kerja DPR masih
buruk, sehingga buruk pula Citra DPR. problem utama sebenarnya adalah pada perilaku
partai politik itu sendiri yang lebih memilih menempuh jalan pintas dengan melakukan
rekrutmen anggota yang dilakukan secara transaksional dan tertutup. Akhirnya, dapat
ditegaskan bahwa perkembangan demokrasi di Indonesia saat ini dapat dikatakan sedang
mengalami problematika kronis karena dua prasyarat demokrasi mengalami kemunduran
yakni partai politik dan lembaga legislatif utamanya DPR. Bahkan kembali perlu ditegaskan,
jika mengacu kepada pembahasan di atas bahwa harus dijadikan tantangan bagi DPR dan
partai politik untuk memperbaiki citra diri bahwa lembaga politik dipersepsi publik sebagai
hulu semua permasalahan bangsa.

Sumber :
1. Kompas, Jajak Pendapat “Kompas” Mencari Penanda Jabatan Wakil Rakyat, 31 Juli
2017
2. https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/11/20/mwjlk0-ini-penyebab-
produktivitas-dpr-selalu-jauh-dari-target/
3. https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/425068/formappi-nilai-kinerja-dpr-
kurang-produktif

Anda mungkin juga menyukai