Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM PERWAKILAN POLITIK INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah dan Sistem Politik
Indonesia

Dosen Pengampu : Aminah, S. IP, M. IP

OLEH KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2024
KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul “Sistem Perwakilan Politik
Indonesia.

Tidak lupa pula dukungan baik secara materil dan nonmateril yang diberikan
kepada penulis dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, izinkan penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Aminah S.IP,M.IP selaku dosen
Pengampu mata kuliah Sejarah dan Sistem Politik Indonesia.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Sejarah dan
Sistem Politik Indonesia di Fakultas Sosiologi dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu
Politik

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, Maret 2024

Kelompok 1

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara demokrasi. Dalam negara demokrasi, format


keterwakilan rakyat yang ideal dalam sebuah negara menjadi sesuatu yang sangat
penting. Keberadaan lembaga perwakilan rakyat merupakan konsekuensi logis
dari sistem demokrasi dan sekaligus merupakan wujud dari demokrasi itu.
Konstitusi sebagai hukum dasar harus mampu menjawab kebutuhan tersebut.
Setiap lembaga yang menjadi representasi dalam penyelenggaraan negara harus
diatur dan dimuat dalam konstitusi.

International Comissionof Juris merumuskan sistem politik yang demokratis


sebagai suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-
keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang
dipilih. Dalam sistem pemerintahan demokratis yang dilaksanakan dengan sistem
perwakilan, maka keberadaan lembaga perwakilan rakyat dipandang sebagai suatu
keniscayaan dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan. Secara teori dapat
dikatakan bahwa suatu negara yang demokratis manakala setiap warga negara dan
unit-unit politik harus di wakili dan terwakili.

Konsep perwakilan terus berkembang dari tahun ke tahun, sehingga konsep


perwakilan telah menjadi umum dalam suatu negara. Namun, setiap negara
memiliki pengorganisasian perwakilan yang berbeda. Amerika misalnya memakai
nama lembaga Parlemen dengan mengguna kan sistem dua majelis Upper House
atau Senate atau dikenal dengan sistem bikameral. Begitu pula dengan Indonesia
dalam format lembaga perwakila bicameral yang terdiri dari DPR dan DPD.

Walaupun demikian, secara teori struktur lembaga perwakilan diIndonesia


masih merupakan berdebatan dalam hukum tata negara. Indonesia setelah
Perubahan Keempat UUD 1945 menjalankan sistem sistem tiga kamar
(trikameral) karena terdiri atas tiga lembaga yaitu MPR, DPR, dan DPD.
Argumentasi tiga kamar ini didasarkan bahwa masing-masing dari ketiga badan
memiliki fungsi dan wewenang yang spesifik serta berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.Bagaimana implementasi sistem perwakilan politik di Indonesia
mempengaruhi representasi masyarakat dalam pengambilan keputusan
politik?
2.Apakah sistem perwakilan politik di Indonesia berhasil menciptakan
akuntabilitas dan transparansi dalam pemerintahan?
3.Bagaimana dinamika kekuatan politik lokal dan nasional memengaruhi
efektivitas sistem perwakilan politik di Indonesia dalam mewakili kepentingan
masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1.Menjelaskan struktur dan mekanisme kerja sistem perwakilan politik


Indonesia, termasuk pemilihan umum, partai politik, dan lembaga legislatif.

2.Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana sistem


perwakilan politik di Indonesia mempengaruhi dinamika politik dan
kehidupan masyarakat.

3.Mempelajari dampak sistem perwakilan politik terhadap representasi dan


partisipasi politik masyarakat.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Sistem Perwakilan Politik di Indonesia

Sejarah sistem perwakilan politik di Indonesia telah mengalami perkembangan


yang signifikan sejak masa kolonial hingga era modern. Pada masa kolonial
Belanda, konsep perwakilan politik pertama kali diperkenalkan melalui Dewan
Hindia Belanda yang didominasi oleh golongan Belanda dan golongan pribumi
yang dipilih secara tidak langsung. Namun, representasi yang ada lebih
mengakomodasi kepentingan kolonial Belanda daripada kepentingan lokal.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, sistem perwakilan politik


mengalami transformasi yang signifikan. Pembentukan Konstituante dan
penyusunan UUD 1945 menjadi tonggak awal dalam pembentukan sistem
perwakilan politik yang lebih inklusif. Namun, perjalanan politik Indonesia pasca-
kemerdekaan ditandai oleh periode konsolidasi kekuasaan yang mengakibatkan
beberapa kali perubahan sistem perwakilan politik, termasuk perubahan dalam
bentuk dan struktur lembaga legislatif.Pada masa Orde Lama, sistem perwakilan
politik diatur oleh Konstitusi Sementara 1950 yang mengadopsi sistem
parlementer dengan dua kamar parlemen, yaitu DPR dan Senat. Namun,
perubahan sistem politik terjadi pada masa Orde Baru dengan diberlakukannya
UUD 1945 yang diamandemen dan penghilangan sistem multi-partai menjadi
sistem satu partai, yang mengakibatkan dominasi politik oleh satu partai.

Setelah reformasi pada tahun 1998, sistem perwakilan politik di Indonesia


mengalami transformasi yang signifikan. Diperkenalkannya UU No. 3 Tahun
1999 tentang Pemilihan Umum dan UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu
Presiden, serta perubahan dalam struktur lembaga legislatif dengan
diperkenalkannya Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai kamar kedua dalam
parlemen, merupakan upaya untuk meningkatkan representasi dan partisipasi
politik masyarakat.

 Sistem Perwakilan Politik Saat Ini

Saat ini, sistem perwakilan politik di Indonesia diatur oleh UUD 1945 yang
telah mengalami beberapa kali amendemen dan beberapa undang-undang terkait
pemilihan umum dan lembaga legislatif. DPR sebagai lembaga legislatif memiliki
peran dalam membentuk undang-undang, mengawasi pemerintahan, dan
mengangkat presiden. Sedangkan DPD memiliki fungsi dalam mengawasi
otonomi daerah dan memperjuangkan kepentingan daerah.

Proses pemilihan umum di Indonesia dilakukan secara langsung dengan


menggunakan sistem proporsional terbuka yang memungkinkan partai politik
untuk mengajukan calon legislatif dari berbagai daerah. Namun, sistem
perwakilan politik di Indonesia juga diwarnai oleh isu-isu seperti money politics,
kecurangan pemilu, dan dominasi politik oleh elit politik.Tantangan dan
Reformasi.

Meskipun telah mengalami berbagai reformasi, sistem perwakilan politik di


Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Isu-isu seperti korupsi,
kekurangan representasi perempuan, dan ketidaksetaraan akses politik masih
menjadi perhatian utama. Oleh karena itu, upaya reformasi yang berkelanjutan
diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan transparansi sistem perwakilan
politik guna mewujudkan demokrasi yang lebih inklusif dan partisipatif di
Indonesia.

2.2 Struktur Sistem Perwakilan Politik di Indonesia

Sistem perwakilan politik di Indonesia didasarkan pada prinsip-prinsip


demokrasi representatif yang mengizinkan warga negara untuk memilih wakil-
wakil mereka dalam lembaga legislatif untuk mengambil keputusan politik atas
nama mereka. Struktur sistem perwakilan politik di Indonesia telah mengalami
beberapa kali transformasi sejak masa kemerdekaan hingga saat ini, yang
tercermin dalam konstitusi dan undang-undang yang mengatur lembaga-lembaga
politik.
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah lembaga legislatif utama di
Indonesia, yang memiliki peran dalam pembentukan undang-undang, pengawasan
terhadap pemerintah, dan pengangkatan presiden. DPR terdiri dari anggota-
anggota yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Struktur
DPR didasarkan pada prinsip proporsionalitas, di mana jumlah kursi dalam DPR
bagi setiap partai politik ditentukan berdasarkan jumlah suara yang diperoleh oleh
partai tersebut dalam pemilihan umum .

Selain DPR, Indonesia juga memiliki lembaga legislatif lainnya yang dikenal
sebagai DPD (Dewan Perwakilan Daerah). DPD adalah lembaga yang mewakili
kepentingan daerah-daerah di tingkat nasional. Anggota DPD dipilih melalui
pemilihan umum yang berbeda dengan DPR, di mana setiap provinsi di Indonesia
memiliki anggota DPD yang mewakili kepentingan provinsi tersebut. DPD
memiliki peran dalam mengawasi otonomi daerah, memperjuangkan kepentingan
daerah, dan memberikan masukan terkait kebijakan-kebijakan nasional yang
berdampak pada daerah-daerah .

Sistem perwakilan politik di Indonesia juga melibatkan peran partai politik


sebagai pengorganisasi dan penyalur aspirasi politik masyarakat. Partai politik
memiliki peran penting dalam membentuk platform politik, merekrut calon
legislatif, dan mengajukan program-program politik kepada pemilih. Partai politik
juga berperan dalam menentukan arah kebijakan politik nasional melalui peran
anggota-anggota DPR dan DPD yang berasal dari partai politik.

2.3 Proses Pemilihan Umum di Indonesia

Proses pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia adalah salah satu mekanisme


utama dalam sistem perwakilan politik yang memungkinkan warga negara untuk
memilih wakil-wakil mereka dalam lembaga legislatif dan eksekutif. Pemilu di
Indonesia diatur oleh undang-undang dan regulasi yang mengatur berbagai aspek,
mulai dari penyelenggaraan, pencalonan, hingga penghitungan suara.

Pemilihan umum di Indonesia dilakukan secara langsung, umum, bebas,


rahasia, jujur, dan adil, sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Pada hari
pemilihan, warga negara yang memenuhi syarat memiliki hak untuk memberikan
suaranya kepada calon-calon yang diusulkan oleh partai politik atau calon
independen. Proses pemungutan suara dilakukan di tempat-tempat pemungutan
suara (TPS) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Partai politik adalah pihak yang berperan dalam mengajukan calon-calon


legislatif dan presiden kepada pemilih. Partai politik yang terdaftar di
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memiliki hak untuk mengajukan
calon-calonnya dalam pemilihan umum. Calon-calon tersebut kemudian dipilih
berdasarkan suara yang diperoleh oleh partai politik dalam pemilihan umum.
Selain partai politik, calon independen juga dapat mengajukan diri sebagai calon
dalam pemilihan umum, namun dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh
undang-undang . Setelah pemungutan suara selesai, hasil pemilihan umum
dihitung dan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). KPU adalah
lembaga independen yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pemilihan
umum, mulai dari perencanaan, persiapan, hingga pengumuman hasil pemilihan.
Hasil pemilihan umum yang diumumkan oleh KPU kemudian menjadi dasar bagi
penetapan anggota-anggota DPR, DPD, dan presiden yang terpilih.

2.4 Peran Partai Politik dalam Sistem Perwakilan Politik di Indonesia

Partai politik memainkan peran yang sangat penting dalam sistem perwakilan
politik di Indonesia. Mereka adalah pengorganisasi utama dalam proses politik
yang bertanggung jawab atas merekrut calon legislatif, merumuskan platform
politik, dan mengajukan program-program kebijakan kepada pemilih.

Di samping itu, partai politik juga memiliki peran dalam mengontrol dan
mengawasi kinerja pemerintah serta mempengaruhi proses pengambilan
keputusan di lembaga legislatifSalah satu peran utama partai politik adalah
sebagai penyalur aspirasi politik masyarakat. Partai politik berfungsi sebagai
wadah bagi warga negara untuk menyalurkan kepentingan dan aspirasi mereka
dalam proses politik. Dengan mengajukan calon-calon legislatif dan presiden,
partai politik memungkinkan warga negara untuk memiliki representasi dalam
lembaga-lembaga politik yang mengambil keputusan atas nama mereka.
Selain itu, partai politik juga memiliki peran dalam membentuk opini publik
dan mengarahkan arus politik nasional. Melalui kampanye politik dan komunikasi
media, partai politik mampu mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu-isu
politik dan menggerakkan dukungan untuk calon-calon mereka. Dengan
demikian, partai politik dapat memainkan peran penting dalam menentukan hasil
pemilihan umum dan arah kebijakan politik.

Namun, di samping peran positifnya, partai politik juga dihadapkan pada


berbagai tantangan dan kritik. Beberapa di antaranya termasuk korupsi, kolusi,
dan nepotisme di internal partai politik, serta kurangnya representasi perempuan
dan minoritas dalam struktur dan keputusan partai politik. Tantangan-tantangan ini
menunjukkan perlunya reformasi internal dalam partai politik untuk
meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan representasi dalam sistem
perwakilan politik.

1.1 Isu keadilan dan Kesetaraan

Isu keadilan dan kesetaraan dalam konteks sistem perwakilan politik di


Indonesia menjadi perhatian utama dalam memastikan bahwa semua warga negara
memiliki akses yang sama terhadap proses politik dan kesempatan untuk diwakili
secara adil dalam lembaga-lembaga politik. Berikut adalah pembahasan lebih
detail tentang isu tersebut beserta contohnya:

1.Keadilan Politik:

 Keadilan politik mengacu pada prinsip bahwa setiap warga negara


memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam proses politik dan
pengambilan keputusan. Namun, dalam praktiknya, terdapat berbagai
tantangan yang menghambat keadilan politik, seperti: Kurangnya
representasi perempuan dalam lembaga legislatif: Meskipun jumlah
perempuan di Indonesia cukup signifikan, namun proporsi perempuan
dalam lembaga legislatif masih rendah. Hal ini dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan representasi dan pemahaman terhadap isu-isu yang
relevan dengan perempuan.
 Dominasi politik oleh elit: Partai politik sering kali didominasi oleh elit
politik yang berasal dari latar belakang yang sama, seperti keluarga politik
atau golongan ekonomi tertentu. Hal ini dapat mengurangi kesempatan
partisipasi politik bagi masyarakat umum yang tidak memiliki hubungan
atau sumber daya yang cukup

2.Kesetaraan Politik:

 Kesetaraan politik mengacu pada prinsip bahwa semua warga negara harus
diperlakukan secara adil dan setara dalam proses politik, tanpa adanya
diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, agama, etnis, atau status sosial.
Namun, dalam prakteknya, terdapat berbagai contoh di mana kesetaraan
politik masih belum terwujud sepenuhnya:
 Diskriminasi terhadap minoritas: Beberapa kelompok minoritas sering
menghadapi diskriminasi dalam proses politik, baik dalam akses terhadap
hak suara maupun dalam kesempatan untuk diwakili dalam lembaga-
lembaga politik.
 Kurangnya inklusi dan partisipasi politik: Beberapa kelompok masyarakat,
seperti orang miskin, kaum minoritas, dan orang dengan disabilitas, sering
kali mengalami kesulitan dalam berpartisipasi dalam proses politik karena
berbagai kendala, seperti akses terhadap pendidikan politik, transportasi,
dan informasi.

Contoh-contoh tersebut menggambarkan kompleksitas isu keadilan dan


kesetaraan dalam sistem perwakilan politik di Indonesia. Upaya-upaya untuk
mengatasi isu-isu ini melibatkan berbagai kebijakan dan reformasi yang bertujuan
untuk meningkatkan akses, representasi, dan partisipasi politik bagi semua warga
negara.

1.2 Tantangan, Tren Perkembangan dan Upaya reformasi

Berbagai tantangan dan tren perkembangan memengaruhi sistem perwakilan


politik di Indonesia. Tantangan-tantangan tersebut meliputi peningkatan tingkat
korupsi, penggunaan kekerasan dan intimidasi dalam proses politik, kurangnya
akuntabilitas dan transparansi dalam pemerintahan, serta dominasi politik oleh
oligarki dan elit politik. Selain itu, terdapat juga tren perkembangan seperti
meningkatnya partisipasi politik masyarakat melalui media sosial dan gerakan
sipil, serta tuntutan untuk reformasi politik yang lebih inklusif dan partisipatif.

 Upaya Reformasi:

Untuk mengatasi berbagai tantangan dan memperbaiki sistem perwakilan politik,


berbagai upaya reformasi telah dilakukan di Indonesia. Upaya-upaya tersebut
meliputi pembaharuan undang-undang dan regulasi terkait pemilihan umum dan
lembaga politik, peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan,
serta pemberantasan korupsi dan praktik politik yang tidak sehat. Selain itu,
terdapat juga upaya untuk memperkuat partisipasi politik masyarakat, mendorong
representasi yang lebih inklusif dari perempuan dan minoritas, serta memperbaiki
mekanisme pengawasan dan kontrol terhadap kekuasaan politik.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulannya, sistem perwakilan politik di Indonesia mengalami


perkembangan dan tantangan yang kompleks. Isu-isu seperti keadilan dan
kesetaraan politik, dominasi elit politik, dan partisipasi masyarakat masih menjadi
fokus utama dalam upaya meningkatkan efektivitas dan integritas sistem politik.
Meskipun terdapat berbagai tantangan, tren perkembangan seperti peningkatan
partisipasi masyarakat dan upaya reformasi yang berkelanjutan menawarkan
harapan untuk mencapai demokrasi yang lebih inklusif dan responsif di masa
depan. Oleh karena itu, perbaikan sistem perwakilan politik dan peningkatan
kualitas demokrasi merupakan tugas bersama yang harus diemban oleh semua
pemangku kepentingan dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi
Indonesia

3.2 Saran

Saran untuk meningkatkan sistem perwakilan politik di Indonesia:Mendorong


partisipasi politik masyarakat :

1. Memperkuat transparansi dan akuntabilitas dalam proses politik.


2. Mengatasi korupsi dengan tindakan tegas.
3. Mendorong representasi yang inklusif dalam lembaga politik.
4. Melakukan reformasi politik yang lebih lanjut.
5. Menggalakkan dialog terbuka antara pemerintah, partai politik, dan
masyarakat sipil.
6. Memperkuat pendidikan politik di sekolah dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Setiyono, B. (2015). Struktur Dan Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Republik


Indonesia (DPR-RI). Yustisia Jurnal Hukum, 4(1), 53-66.

Hadiz, V. R. (2010). Localising power in post-authoritarian Indonesia: A decade of


lost reform. Democratization, 17(1), 138-162.

Aspinall, E. (2005). Opposing Suharto: Compromise, resistance, and regime


change in Indonesia. Stanford University Press.
Dr. H. Inu Kencana Syafiie, M. Si. (2019). Sistem Politik Indonesia. Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai