Disusun oleh:
Nama Kelompok 15 :
Kelas: A
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
TAHUN 2024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Partai Politik dan Pemilihan Umum.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Partai Politik dan Pemilihan
Umum dengan judul (judul). Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Andi Ilmi Utami Irawan,
M.I.P. selaku dosen pengampu mata kuliah Partai Politik dan Pemilihan Umum. Karena telah
memberikan petunjuk kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami mohon
maaf atas segala kekurangannya. Kritik dan saran yang membangun akan sangat membantu
untuk memperbaiki segala kesalahan dari penyusunan makalah ini.
Hal ini menunjukkan adanya lembaga yang memiliki kewenangan penegakan hukum
dan sanksi terhadap penyelenggara pemilu yang melanggar kode etik. Penerapan Kode
Etik pada penyelenggara pemilu penting dilakukan dalam membangun dan memahami
kesadaran etika penyelenggara pemilu agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya
secara profesional dan independen. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Kode Etik
Penyelenggara Pemilu penting untuk mewujudkan pemilu yang demokratis. Oleh karena
itu, kehadiran DKPP untuk menegakkan Kode Etik (kode etik atau pedoman perilaku)
dan menjaga independensi, integritas dan reputasi penyelenggara pemilu sangat penting.
Adanya kewenangan dan sanksi paksaan yang dimiliki DKPP sebenarnya bertujuan
untuk memastikan penyelenggara pemilu menjunjung kode etik yang menjadi aturan
main dalam penyelenggaraan pemungutan suara. Hal ini beralasan, karena tujuan yang
ingin dicapai dalam penyelenggaraan pemilu adalah memilih wakil rakyat yang benar-
benar menghormati kemauan rakyat. Apabila kekuasaan DKPP tidak bersifat memaksa
maka tujuan tersebut tidak akan tercapai. Misalnya dimana DKPP tidak mempunyai
kewenangan untuk memberikan sanksi, maka kode etik hanya akan menjadi standar yang
tidak sempurna karena tidak dapat dilaksanakan.
Contoh sengketa yang akan kami ambil yaitu “Implikasi Putusan DKPP Bagi
Penegakkan Kode Etik Penyelenggara Pemilu di Kabupaten Kepulauan Mentawai”
Berdasarkan penilaian atas beberapa fakta yang ada didalam persidangan, setelah
memeriksa keteranagan dari pengadu, memeriksa jawaban dan keterangan teradu,
memeriksa keterangan dari saksi, memeriksa bukti bukti dokumen yang disampaikan
pengadu dan teradu, DKPP memutuskan bahwa :
A. Menjatuhkan sanksi berupa PEMBERHENTIAN TETAP kepada teradu I atas
nama Andres dan teradu II atas nama Manrofen selaku ketua dan anggota KPU
kabupaten kepulauan mentawai, dan teradu III atas nama Syamsyir Ali selaku
ketua/anggota panwaslu kabupaten kepulauan mentawai terhitung sejak
dibacakannya keputusan ini.
B. Memerintahkan kepada KPU Provinsi Sumatera Barat untuk menindaklanjuti
keputusan ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
C. Memerintahkan kepada badan pengawas pemilu republik indonesia untuk
mengawasi pelaksanaan putusan ini.
KPU Provinsi Sumatera Barat telah melakukan pleno dan mengelurakan surat keputusan
KPU provinsi sumatera baarat nomor 69/Kpts/KPU-Prov/TAHUN 2014 Tentang
pemberhentian anggota KPU kabupaten kepulaauan mentawai, tanggal 16 juni 2014.
Sementara bawaslu tidak hanya mengawasi tindak lanjut keputusan DKPP tetapi juga
mengeksekusi keputusan DKPP dengan mengeluarkan keputusan bawaslu provinsi
sumatera barat Nomor 21-KEP-2014 tentang pemberhentian anggota panwaslu kabupaten
kepulauan mentawai, tanggal 17 juni 2014.
Analisis yang kami dapat dari sengketa yang sudah kami baca diatas adalah proses
pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh DKPP terhadap penyelenggara pemilu di
kabupaten kepulauan mentawai diawali dengan adanya pengaduan, kemudian
dilakukannya verifikasi administrasi dan verifikasi material oleh Bawaslu dan DKPP,
apabila DKPP menilai syarat administrasi dan material tadi terpenuhi, DKPP akan
melakukan registrasi dengan mengganti nomor pengaduan dengan nomor perkara yang
akan disidangkan oleh DKPP. Kemudian DKPP akan menentukan jadwal sidang dan akan
menentukan resume perkara, majelis sidang serta media sidang apa yang akan dilakukan,
berikutnya pelaksanaan sidang, dengan menghadirkan pihak pengadu, teradu, dan saksi
untuk membuktikan pelanggaran kode etik yang dituduhkan terhadap penyelenggaran
pemilu tersebut. Selanjutnya, keputusan pemberhentian yang dijatuhkan oleh DKPP
terhadap penyelenggara pemilu dikabupaten kepulauan mentawai sudah memenuhi
persyaratan dan proses yang diatur juga sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA