Anda di halaman 1dari 2

UJIAN AKHIR SEMESTER

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI “SYARIF HIDAYATULLAH” JAKARTA

MATA KULIAH : INSTITUSI POLITIK


SEMESTER/KLAS : V A, V B dan V C
PRODI : ILMU POLITIK
HARI/TGL : KAMIS, 7 DESEMBER 2023
DOSEN : DR. GEFARINA DJOHAN, MA.
______________________________________________________________________

KERJAKAN SOAL-SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) DI BAWAH INI,


PILIH 5 (LIMA) SAJA DIANTARA 6 (ENAM) SOAL. SETIAP SOAL MEMILIKI
BOBOT NILAI YANG SAMA. BAGI KELAS YANG MEMBAHAS MATERI
INSTITUSI POLITIK PERBANDINGAN NEGARA SINGAPURA ATAU
MALAYSIA MAKA PILIH SESUAI DENGAN KONSENTRASI KELASNYA.
SOALNYA JANGAN DITULIS LAGI LANGSUNG PADA JAWABAN DAN
PENJELASAN SAUDARA.

KETENTUAN MENGERJAKANNYA, JAWABAN DIKETIK DENGAN


MENGGUNAKAN “TIMES NEW ROMAN”, 12 CHARARTER, 1,5 SPASI, PADA
KERTAS JAWABAN TULIS NAMA DAN NIM.

DIKUMPULKAN PADA HARI JUM’AT , 8 DESEMBER 2023, JAM 21.00, PJ


KELAS MASING-MASING AGAR BISA MEMBANTU UNTUK DIKUMPULKAN
DULU DAN DIKIRIM SEKALIGUS SATU FOLDER MELALUI E-MAIL
gefarina@uinjkt.ac.id

1. Amandemen UUD 1945 dalam sejumlah ketentuan membuat Peran DPR semakin
menguat, tidak hanya dalam menjalankan fungsinya di bidang legislasi, tetapi juga
meliputi fungsi anggaran dan juga fungsi pengawasan yang melekat secara
institusional. Akibatnya, pelaksanaan fungsi presiden dalam pemerintahan
diharuskan berkonsultasi, meminta pertimbangan dan atau mendapat persetujuan
dari DPR. Dalam khasanah keilmuwan, tergambarkan seolah-olah pemerintahan
semi-parlementer atau sering disebut dengan istilah quasy presidensil (Asshiddiqie,
2008). Terminologi legislative-heavy menjadi populer dalam diskursus politik dan
pemerintahan. Apa yang dapat saudara jelaskan tentang hal tersebut!

2. Dua konsep besar dalam hukum tata negara yaitu hak prerogatif dan prinsip
separation of powers sebagai batasan konstitusional kekuasaan eksekutif presiden.
Hak prerogatif memberikan ruang yang luas kepada presiden untuk menggunakan
kekuasaannya mengisi ruang yang belum diatur dalam konstitusi sepanjang untuk
menjalankan tugas eksekutifnya. Dalam kaitannya dengan hak prerogatif dapat
dilihat salah satunya pada pemberian grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi yang
diatur dalam Pasal 14 ayat 1 dan 2 UUD 1945, jelaskan tentang hal tersebut!
3. Menurut UUD 1945, kewenangan penentuan sistem pemilu ada di tangan legislatif.
Oleh sebab itu, jika ada gugatan judicial review terkait sistem pemilu yang awalnya
terbuka menjadi tertutup kepada Mahkamah Konstitusi (MK) maka MK seharusnya
tidak menerima karena MK tidak punya kewenangan akan hal itu. Apa yang bisa
saudara cerna dari diskursus yang terjadi tentang hal tersebut, jelaskan!

4. Banyak Pengamat Politik saat ini menilai bahwa hampir semua partai bersifat
oligarki, bahkan tak ada satu pun partai yang tidak melakukan oligarki. Karena pada
kenyataannya di semua partai, hanya orang tertentu atau kelompok tertentu
mengusai partai-partai itu. Oligarki di tubuh partai politik soal-olah merupakan
fenomena umum yang sudah lama terjadi, malahan, belakangan kecenderungan itu
makin kuat. Apa yang saudara ketahui tentang hal tersebut, deskripsikan!

5. Lahirnya lembaga-lembaga negara mandiri (state auxiliary agencies) dalam sistem


ketatanegaraan Indonesia adalah berdasarkan perubahan Undang-Undang Dasar
1945 yang seolah-olah menjawab isu-isu parsial, insidental, dan sebagai jawaban
khusus terhadap persoalan yang sedang dihadapi. Lembaga Negara Khusus
dimaksud antara lain BPK, Ombudsman, Komnas HAM, KPK dan yang lainnya.
Pada umumnya lembaga-lembaga dimaksud diharapkan mampu mendorong
terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Deskripsikan keberadaan salah satu lembaga khusus yang sudah sudara pelajari
dan dalami!

6. DPD adalah kamar kedua dalam sistem parlemen bikameral di Indonesia. DPD
sangat terbatas perannya dalam parlemen karena hanya dapat mengajukan rancangan
pada fungsi legislasi dan memberi pertimbangan namun tidak mendapat tempat
yang sejajar dengan DPR, sehingga DPR dapat dikatakan memiliki kendali yang
kuat atas parlemen di Indonesia. Hal ini jelas membuat lembaga perwakilan di
Indonesia masihlah sangat lemah apabila dibandingkan dengan lembaga perwakilan
yang ada di negara lain yang memiliki sistem bikameral yang kuat. Deskripsikan
terkait perwakilan bikameral yang kuat apabila dilihat dari segi pembagian tugas,
fungsi dan wewenangnya sehingga kedua lembaga ini bisa dianggap sejajar.
Saudara bisa mengambil contoh negara pembanding masing-masing apakah
negara singapura atau malaysia untuk melihat sistem bikameral yang ideal dan
bersifat kuat yang patut ditiru bagi parlemen di Indonesia.

_________________

Anda mungkin juga menyukai