Anda di halaman 1dari 4

DE-IDEOLOGI

KONFIGURASI
POLITIK INDONESIA
Perkuliahan mulai memasuki semester Kita wajib curiga terhadap pengelolaan
baru. Setelah rehat selama dua bulan lebih, uang ukt. Apalagi, membayar UKT itu
pasca kejenuhan pikiran di libur semester, bukanlah hal yang mudah. Memang,
kita memasuki ruang perkuliahan dengan banyak orang yang mengatakan kalau UKT
kejenuhan yang sama. Dosen yang di UIN itu sangatlah murah. Tapi kita juga
semestinya menjadi pihak yang paling tak dapat memukul rata kemampuan
bertanggung jawab dalam membangkitkan setiap orang! Banyak teman-teman kita
gairah nalar kita, dengan gaya mengajarnya yang terpaksa cuti kuliah atau bahkan
yang menjenuhkan dan pikirannya yang keluar dari dunia perkuliahan karena
tumpul, malah membuat kita semakin problem UKT. Hal ini tentunya tak bisa
malas untuk masuk ke dalam kultur dibiarkan. Dekanat jangan cuman bilang
intelektual yang sarat akan perdebatan, juga “gak bisa tembus al-jamiah”. Kalau kalian
penuh wawasan baru. saja yang memiliki kekuasaan tak tembus
Kemiskinan kultur intelektual yang ada di tembok angkuh birokrasi al-jamiah,
dunia kampus, khususnya di Fisip, telah bagaimana kita sebagai mahasiswa biasa?!!
membuat berefleksi ulang mengenai fungsi Yang menjadi poin penting, jangan sampai
UKT yang telah kita bayarkan pada hal-hal administratif mendestruksi hal-hal
sebelum masuk kuliah. Untuk apa substansial seperti kelangsungan
sebenarnya UKT itu? Mungkin pihak pendidikan. Hal-hal administratif, dengan
kampus telah memiliki jawaban kompleks kekuasaan yang dimiliki kajur dan dekanat
atas hal itu. Akan tetapi, ketidakterbukaan bisa untuk diatasi, jika benar kalian
mengenai data rinci atas hal itu membuat menggunakan hati nurani kalian. Jangan
kita juga semakin curiga. Mengapa tidak sampai kekuasaan yang kini telah kalian
dimuat di papan informasi saja biar genggam membutakan hati nurani dan
semuanya jelas? pikiran kalian. Sungguh malu kami
mendengarnya!
Definisi: Definisi:
Presidential threshold atau ambang batas Parliamentary threshold atau ambang batas
presiden adalah syarat bagi seseorang un- parlemen adalah syarat minimal perolehan
tuk dapat mencalonkan diri sebagai presi- suara yang harus dipenuhi oleh partai poli-
den atau wakil presiden. tik agar lolos ke parlemen, yaitu sebesar
Tujuan: 4%.
Dengan menetapkan ambang batas Tujuan:
perolehan suara, bertujuan untuk memas- Untuk meningkatkan efektivitas sistem
tikan bahwa calon presiden memiliki pemerintahan, dengan melakukan
dukungan yang signifikan dari rakyat. penyederhanaan partai politik agar
Dengan demikian, calon presiden yang ter- terjadinya stabilitas sistem pemerintahan
pilih diharapkan memiliki legitimasi yang melalui sistem multipartai sederhana. Serta
kuat dan dapat memimpin dengan stabil. upaya memperketat jarak ideologis antar
Selain itu juga, Presidential threshold partai politik agar artikulasi dan agregasi
bertujuan mengurangi jumlah calon presi- kepentingan lebih efesien.
den yang harus dipilih, sebagai upaya
Permasalahan:
mencegah fragmentasi suara.
Ambang batas
Permasalahan: parlemen berpotensi
Konsep Presidential Threshold mereduksi membatasi hak
hak setiap orang untuk mendapatkan kes- politik warga negara.
empatan yang sama dalam Pemerintahan. Selain itu, aturan ini
Menyalahi hak warga Negara dalam UUD mengesampingkan
1945: Pasal 27 ayat (1) tentang kesamaan di prinsip kedaulatan
mata hukum, Pasal 28D ayat (1 & 3), dan rakyat, karena dengan
perwujudan kedaulatan rakyat yang diatur ditetapkannya peraturan ini banyak suara
dalam Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 6A ayat masyarakat yang terbuang dan tidak
(1). terhitung, sehingga persentase
keterwakilan di parlemen menjadi sangat
Selain itu juga terdapat permasalahan-
rendah. Aturan ini berimplikasi juga pada
permasalah lain, seperti mengurangi hak
adanya pembatasan aspirasi, hak yang
rakyat untuk memperoleh pemimpin yang
terbatasi, bahkan ambang batas parlemen
diinginkan. Serta membatasi munculnya
ini sampai bertentangan dengan jaminan
tokoh alternatif.
hak asasi manusia, dan berujung pada
Presidential threshold memiliki karakteris- pengebirian konsep kedaulatan rakyat.
tik hukum yang otoriter, karena terdapat
kepentingan politik penguasa untuk mem-
pertahankan kekuasaan yang dimiliki par-
tai penguasa.
PEMILU CURANG
Hai sahabat, apakah kalian tahu mengenai apa hak angket itu?, kita akan mulai membahas
hak angket dari mulai sejarah awal mula hak ini muncul. Hak angket muncul pertama kali
pada pertengahan abad ke 14 di Inggris. Pada awal mulanya ketika itu terjadinya penye-
lewengan dan penyimpangan kebijakan yang akhirnya melahirkan itikad untuk melakukan
penyelidikan terhadap hal tersebut. Hak angket sendiri berasal dari kata enquiti dalam
bahasa Perancis yang diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu penyelidikan atau pemerik-
saan.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwasannya pada hari ini sedang ramai perbincangan
mengenai hak angket. Terlebih lagi telah terjadi berbagai macam aksi demonstrasi
mengenai hak angket ini dengan berbagai macam sudut pandang. Ada sebagian orang yang
turun ke jalan menyuarakan agar hak angket ini digulirkan dan sebagian yang lain menolak.
Lalu sebenarnya apa fungsi daripada hak angket itu?
Dalam Undang Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam pasal 79 ayat
(3) termaktub : “hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap
pelaksanaan suatu undang undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal
penting, strategis dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang undangan”.
Lalu sebenarnya apa yang sekarang membuat hak angket ini muncul kepermukaan hingga
menjadi pembahasan hari ini?

Pada tanggal 10 Oktober 2023 pada saat itu salah satu anggota DPR RI mengusulkan agar
DPR mengeluarkan hak angket terkait permasalahan di Mahkamah Konstitusi mengenai
batas usia. Kemudian pada tanggal 19 Februari 2024 salah satu capres yaitu Ganjar Pran-
owo meminta kepada anggota DPR yang berkoalisi dengannya untuk menggulirkan hak
angket dengan rasionalisasi telah terjadinya tindak kecurangan dalam pemilu. Hal ini dig-
ulirkan agar supaya pihak yang bertanggungjawab atas hajat besar ini (pemilu) yaitu KPU
dan BAWASLU berupaya dan bertanggungjawab.
Selain itu ditanggal 20 dan 23 Februari 2024 pihak dari pasangan calon nomor urut 1
mendukung digulirkannya hak angket dengan alasan telah terjadinya kecurangan dalam
pemilu. Dan dalam permasalahan ini pihak dari pengusung nomor urut 1 yaitu Partai
Nasdem sedang melakukan pengkajian terhadap hak angket ini.
Perlu sahabat ketahui bersama bahwasannya hak angket ini perlu menempuh jalur yang
sangat panjang. Dimulai dari berapa jumlah anggota DPR yang mengusulkannya dan harus
lebih dari satu fraksi, permohonan penyampaian secara rinci yang tentunya beserta dengan
bukti bukti, juga fase pertimbangan pada sidang paripurna apakah akan diterima ataupun
ditolak.
Dari penjelasan mengenai hak angket diatas tentunya tidak cukup untuk menjadi
penyokong sahabat sahabat semua untuk menyuarakan apa yang menjadi persoalan saat
ini. Sahabat perlu rasanya mengkaji lebih dalam mengenai persoalan di negara ini. Pada
hari ini kejahatan merupakan hal yang dinormalisasi. Bahkan tak jarang juga banyak ma-
hasiswa mahasiswi sebagai pemikir yang kritis dapat menormalisasi hal tersebut. Maka
bukalah pandangan dan hati sahabat sahabat mengenai keadaan negeri ini, Suarakan apa
yang pantas mereka dengar dan jangan permah takut untuk menjadi orang yang benar.
Pada pemilu 2024, demokrasi kita telah digembosi habis-habisan oleh
pemerintahan Jokowi. Penggembosan itu tidak saja berdampak pada amburadulnya
sistem pemilu dari MK, KPU, dan Bawaslu sebagai dampak dari pencalonan
Gibran Si Anak Haram Konstitusi dan bayi prematur Jokowi-Iriana,, tetapi juga
berpengaruh terhadap banyaknya intervensi dari Yaqut kepada PTIN, termasuk
UIN Bandung, untuk menangkal setiap gerakan yang berbahaya bagi kekuasan sang
majikan. Tak lebih, dia bagaikan anjing yang manut kepada tuannya apabila
diberikan tulang berulang. Jangan sampai kita jadi tulang makanan anjing, tapi kita
adalah Singa yang mengaum mengusir anjing yang akan mencemari
teritori kekuasaan kita!

Maka oleh karena itu, bergeraklah wahai


Mahasiswa!

PMII Rayon Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Komisariat UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Cabang Kabupaten Bandung

Anda mungkin juga menyukai