Anda di halaman 1dari 7

A.

KAJIAN KONSEP
a. Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu yang berhubungan dengan masyarakat yang didalamnya
terdapat proses interaksi sosial.

b. Ekonomi
Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy. Sementara kata
economy itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang berarti
pengelolaan rumahtangga. Adapun yang dimaksud dengan ekonomi sebagai pengelolaan
rumahtangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang
berhubungan dengan pengalokasian sumber daya rumah tangga yang terbatas di antara
berbagai anggotanya, dengan mempertim bangkan kemampuan, usaha, dan keinginan
masing-masing. Oleh karena itu, suatu rumah tangga selalu dihadapkan pada banyak
keputusan dan pelaksanaanya. Harus diputuskan siapa anggota keluarga yang melakukan
pekerjaan apa dengan imbalan apa dan bagaimana melaksanakannya. Tidak berbeda
halnya dengan rumah tangga, masyarakat juga selalu dihadapkan pada banyak keputusan
dan pelaksanaannya. Suatu masyarakat harus memutuskan pekerjaanpekerjaan apa saja
yang harus dikerjakan, siapa, bagaimana dan di mana mengerjakannya? Suatu masyarakat
membutuhkan orang-orang untuk menghasilkan pangan, orang yang membuat sandang,
orang yang membangun rumah, orang yang membuat kendaraan, dan seterusnya.

Dengan demikian, ekonomi merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya masyarakat
(rumahtangga dan pebisnis/perusahaan) yang terbatas diantara berbagai anggotanya,
dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing. Atau
dengan kata lain, bagaimana masyarakat (termasuk rumahtangga dan
pebisnis/perusahaan) mengelola sumberdaya yang langka melalui suatu pembuatan
kebijaksanaan dan pelaksanaannya.

Sosiologi ekonomi dapat didefinisikan dengan 2 cara. Pertama, sosiologi ekonomi


didefinisikan sebagai sebuah kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat, yang
di dalamnya terjadi interaksi sosial dengan ekonomi. Dalam hubungan tersebut, dapat
dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi. Juga sebaliknya, bagaimana
ekonomi mempengaruhi masyarakat.

Dengan pemahaman konsep masyarakat seperti diatas, maka sosiologi ekonomi mengkaji
masyarakat, yang di dalamnya terdapat proses dan pola interaksi sosial, dalam
hubungannya dengan ekonomi. Hubungan dilihat dari sisi saling pengaruh-
mempengaruhi. Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun individu
dalam melakukan kegiatan ekonomi seperti apa yang boleh diproduksi, bagaimana
memproduksinya, dan dimana memproduksinya. Tuntunan tersebut biasanya berasal dari
budaya, termasuk di dalamnya hukum dan agama. Dalam agama Islam, misalnya, orang
boleh berternak Kambing karena Kambing dikategorikan makanan halal. Namun apabila
seorang muslim/muslimah berternak Babi maka kegiatan tersebut dipandang sebagai
perbuatan haram.

c. Pengertian Keterlekatan

Keterlekatan, menurut Granovetter (1985), merupakan tindakan ekonomi yang


disituasikan secara sosial dan melekat (embedded) dalam jaringan sosial personal yang
sedang berlangsung di antara para aktor. Ini tidak hanya terbatas pada tindakan aktor
individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti
penetapan harga dan institusiinstitusi ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu
jaringan hubungan sosial.

Konsep keterlekatan, sebagai review, merupakan alternatif konsep dalam memahami


pemikiran tentang perilaku ekonomi yang sebelumnya telah berkembang dalam sosiologi
dan ekonomi. Granovetter (1985) menemukan, dalam literatur sosiologi dan ekonomi,
perdebatan antara kubu oversocialized, yaitu tindakan ekonomi yang kultural dituntun
oleh aturan berupa nilai dan norma yang diinternalisasi dan kubu undersocialized, yaitu
tindakan ekonomi yang rasional dan berorientasi pada pencapaian keuntungan individual
(self-interest), dalam menentukan apa yang sebenarnya menuntun orang dalam perilaku
ekonomi. Kubu oversocialized, oleh karena itu, memandang bahwa semua perilaku
ekonomi seperti memilih pekerjaan, melaksanakan profesi, menjual, membeli, menabung,
dan lain sebagainya tunduk dan patuh terhadap segala sesuatu yang diinternalisasi dalam
kehidupan sosial seprti nilai ,norma , adat dan kebiasaan dan tata kelakuan .

Seorang pedagang muslim, sebagai suatu contoh, bekerja dimaksudkan untuk


memperoleh keuntungan, seperti juga pedagang lain. Namun bagi pedagang muslim tidak
semua barang dan jasa bisa diperjualbelikan, karena dia harus mempertimbangkan semua
nilai dan norma agama Islam sebagai rujukan. Perilaku pedagang muslim yang
menjadikan Islam sebagai rujukan dalam berdagang memperlihatkan bagaimana
oversocialized terjadi dalam tindakan ekonomi.

Berbeda dengan kubu oversocialized, kubu undersocialized melihat kepentingan individu


di atas segala-galanya. Kubu ini tidak melihat ada ruang bagi pengaruh budaya, agama,
dan struktur sosial terhadap tindakan ekonomi. Oleh sebab itu, kubu ini memandang
setiap tindakan ekonomi merupakan refleksi dari suatu pencapaian perolehan keuntungan
pribadi. Persoalan untung rugi merupakan hal utama yang menjadi pertimbangan (cost-
benefit ratio). Jika keuntungan ada di depan mata maka seseorang akan meraihnya meski
nilai dan norma adat atau agama melarang tindakan ekonomi tersebut. Sebaliknya jika
kerugian akan diperoleh bila suatu tindakan dilakukan, maka ia akan menghindari untuk
tidak melaksanakan tindakan tersebut. Misalnya seseorang merasa yakin, berdasarkan
pengalamannya selama ini, bahwa apabila dia menginvestasikan dananya kepada
pedagang yang tidak dapat dipercaya maka ia akan tidak melakukannya, meski bujuk
rayu dari pedagang tersebut begitu gencar dilakukan. Meskipun pedagang yang tidak bisa
dipercayainya adalah keluarga besarnya, yang secara budaya, dia memiliki kewajiban
moral membantunya.

d. Keterlekatan-Ketidakterlekatan Versus Keterlekataan Lemah-Kuat


Demikian pula dengan dikhotomi keterlekatan-ketidak. terlekatan (embedded-
disembedded) dari Polanyi tidak disetujui oleh Granovetter dan Swedberg. Polanyi dan
kawan-kawan ([1957]1971:43, 68) melihat bahwa ekonomi dalam masyarakat pra-
industri melekat dalam institusi. institusi sosial, politik, dan agama. Ini bermakna bahwa
fenomena seperti perdagangan, uang, dan pasar digerakkan oleh tujuan selain mencari
keuntungan. Mekanisme pasar tidak dibolehkan untuk mendominasi kehidupan ekonomi;
oleh sebab itu permintaan-penawaran bukan sebagai mekanisme pembentuk harga, tetapi
merupakan suatu bentuk dari tradisi atau otoritas politik. Kehidupan ekonomi dalam
masyarakat pra-industri diatur oleh resiprositas dan redistribusi. Sedangkan dalam
masyarakat modern, “pasar yang menentukan harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu
logika yang menegaskan bahwa tindakan ekonomi tidak melekat dalam masyarakat. Ini
berarti bahwa ekonomi terstruktur atas dasar pasar yang mengatur dirinya sendiri (self
regulating market) dan secara radikal melepaskan dirinya dari institusi sosial lainnya
untuk berfungsi menurut hukumnya, di mana tindakan ekonomi dituntun oleh pencapaian
perolehan ekonomi yang maksimum. Berikut gambar dikhotomi keterlekatan-
ketidakterlekatan dari Polanyi dkk.

Keterlekatan yag dialamai oleh masyarakat pra- industry dan ketidakterlekatan yang
berkembang pada masyarakat industry /modern , berdasrkan versi Polanyi dapat
dirangkup dalam table berikut:

Hubungan Keterlekatan Ekonomi Ketidakterlekatan


dalam Organisai Ekonomi dalam Organisasi
Ekonomi dan Komunitas Resiprositas : Ekonomi Pasar: Ekonomi tidak
melekat dalam hubungan melekat pada komunitas
antara suku yang berpusat melalui institusi-institusi
pada kewajiban terhadap seperti pasar dan hak milik
komunitas . pribadi
Redistribusi : Ekonomi
melekat dalam komunitas
politik antafr pusat.
Ekonomi dan Pemerintah Resiprositas : Ekonomi Pasar : Ekonomi tidak
melekat dalam proses melekat pada
pengaturan suku yang pemerintahan melaui
termatuk dalam adat. integritas legal dari
Reditribusi:Ekonomi individu dan perusahaan
melekat dalam apparat serta melaui kebebasan
politik negara yang pasar dari dominasi politik
terpusat dan kerajaan
yang terbentuk melalui
control politik
Ekonomi dan Rumah Resiprositas : Ekonomi Pasar : Ekonomi tidak
Tangga maupun rumah tangga melekat pada rumah
melekat dalam komunitas tangga dalam arti
suku pemisahan kerja dan
Redistribusi: Ekonomu “rumah , pekerjaan , dan
dan rumah tangga waktu luang”
melekat dalam komunitas
politik yang tepusat

e. Bentuk Keterlekatan .

1. Keterlekatan Relasional
ekonomi Keterlekatan relasional merupakan tindakan e jaringan sosial personal yang
sedang berlangsung di antan yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded)
dalam para aktor. Misalnya tindakan ekonomi dalam hubungan pelanggan antara
penjual dan pembeli merupakan suatu bentuk keterlekatan relasional, Dalam
hubungan pelanggan terjadi hubungan interpersonal antara penjual dan pembeli yang
melibatkan berbagai aspek sosial, budaya, agama, dan politik dalam kehidupan
mereka berdua. Hubungan pelanggan terjadi karena adanya informasi yang asimetris
(ketidakseimbangan informasi) antara penjual dan pembeli sehingga pembeli perlu
melakukan suatu klientitasi, yaitu suatu proses resiprokal dalam hubungan yang
simetris, egaliter, dan oposisional. Ketika pembeli menghadapi informasi yang
bersifat tidak pasti, kompleks, ireguler, dan sulit maka ia berusaha mengatasi
persoalan tersebut melalui konstruksi hubungan langganan dengan penjual. Melalui
hubungan langganan ini, pembeli bisa memutus mata rantai informasi yang asimetris
(asymmetrical information) tersebut.

2. Keterlekatan Struktural.
Keterlekatan struktural adalah keterlekatan yang terjadi dalam suatu jaringan
hubungan yang lebih luas. Jaringan hubungan yang lebih luas, bisa merupakan
institusi atau struktur sosial. Konsep institusi sosial (social institution), sosiolog
Indonesia lebih suka menerjemahkannya sebagai konsep lembaga sosial, merupakan
struktur sosial yang memberikan tatanan siap pakai bagi pemecahan persoalan
kebutuhan dasar kemanusiaan

Ketika kita menatap sebuah mobil pada saat itu kita sedang memperhatikan struktur
mobil tersebut yaitu suatu pola yang terorganisir dari besi, karet, kaca, aluminium,
dan seterusnya. Demikian pula ketika kita memandang sebuah lemari pakaian pada
saat yang bersamaan kita melihat bentuk yang terorganisir dari kayu, paku, triplek,
cat dan sebagainya. Jadi, pola dan bentuk yang terorganisir tersebut, baik mobil
maupun lemari pakaian, kita pahami sebagai struktur.
Dengan demikian struktur sosial adalah suatu pola hubungan atau interaksi yang
terorganisir dalam suatu ruang sosial. Ikatan Dokter Indonesia (IDI), misalnya,
merupakan struktur sosial, karena di dalamnya terdapat struktur yang terorganisir
seperti ketua, sekretaris dan anggota, anggaran dasar dan rumahtangga, dan
sebagainya. Struktur sosial merupakan tuntunan sosial dalam berinteraksi dan
berhubungan dengan individu dan kelompok lain. Struktur sosial menyadarkan kita
bahwa hidup ini dicirikan dengan pengorganisasian dan stabil.

f. Keterlekatan dan Pendekatan Lainya


Perbandingan pendektan keterlekatan dengan pendekatan lain yang dimaksudkan adalah
penedekatan pilihan rasional dan pendekatan pendekatan ekonomi institusi baru.
Keterlekatan Versus Pilihan Rasional Pilihan rasional (rational choice), seperti yang
dikem bangkan oleh para ekonom dan khususnya seperti yang tercermin dalam karya dari
gary Backer tentang The Economic Approach to Human Behaviour (1976), mulai dengan
beberapa unit perilaku atau aktor yang diasumsikan “berperilaku rasional”. “Berperilaku
rasional” bermakna memaksimumkan keajegan perilaku yang diantisapasi atau
diaharapkan akan membawa imbalan atau hasil di masa akan datang.

Secara umum teori pilihan rasional mengasumsikan bahwa tindakan manusia mempunyai
maksud dan tujuan yang dibimbing oleh hirarki yang tertata rapi dari preferensi. Dalam
hal ini rasional berarti:

 aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu
bentuk tindakan.

 Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.


 Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu.
Bagi kelompok sosiologi ekonomi baru yang dimotori oleh Granovetter percaya, bahwa
kegiatan ilmiah sosiologi dan pokok persoalan studi sosiologi, apabila dimasukkan ke dalam
kerangka individu merupakan suatu kekeliruan. Menurut Granovetter (1985), pendekatan
pilihan rasional merupakan bentuk ekstrem dari individualisme metodologis yang mencoba
meletakkan suatu superstruktur yang luas di atas fundamen yang sempit, sebab pendekatan
pilihan rasional tidak memperhatikan secara serius struktur jaringan • sosial dan bagaimana
struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan.
2. Keterlekatan Versus Ekonomi Institusi Baru
Ekonomi Institusi Baru (New Institutional Economics) berasal dari perluasan analisa
ekonomi dalam rangka mema sukkan institusi-institusi sosial ke dalam cakupan perhatian
Beberapa pandangan umum yang dipunyai oleh teoritisi Ekonomi Institusi Baru antara lain:
arus-utama ekonomi harus berhubungan dengan insti. Institusitusi analisa institusi-institusi
yang selama ini terabaikan secara langsung atas dasar prinsipdapat digunakan prinsip
ekonomi neo-klasik. Pendukung Ekonomi Institusi Baru, menurut Granovetter dan Swedberg
(1992), merupakan suatu kumpulan ekonom yang heterogen. Mereka yang termasuk ke
dalam kelompok ini antara lain Oliver E. Williamson, Alfred D. Chandler, Douglass North,
Robert P. Thomas, dan Andrew Schotter. Walaupun mereka memiliki pemikiran yang
beragam, namun dapat ditarik suatu garis yang menghubungkan tema sentral pemikiran dari
karya mereka, yaitu efisiensi.

Karl Polanyi dikenal sebagai teoritikus ekonomi sosial yang menggagas konsep
ketertanaman ekonomi. Konsep tersebut dipaparkan dalam bukunya yang sangat
termasyhur berjudul The Great Transformation (1944) sebagai titik sentral dalam bidang
sosiologi ekonomi. Bernard Barber mengkritik konsep ketertanaman ekonomi Polanyi
sebagai konsep yang ambigu dan karenanya tidak dapat menjadi subjek utama dalam
pemikiran ekonomi. Namun demikian, ketika menulis karya The Great Transformation,
Polanyi menjelaskan terjadinya proses komodifikasi atas uang, tenaga kerja, dan tanah.
Gagasan keternanaman ekonomi bersamaan dengan konsepnya mengenai gerakan-balik
memiliki urgensi pada konteks ini, dan karena itu karyanya memiliki motif moral untuk
menyelamatkan masyarakat.

Karl Polanyi lahir 25 Oktober 1886 di Vienna, Austria, dari keluarga yang punya tradisi
panjang dalam dunia akademik, intelektual dan politik. Keluarga Polanyi berasal dari
akar migrasi yang kini merupakan wilayah Polandia. Nama asli keluarga itu adalah
Pollacsek, dan dokumen resmi dari tahun 1868 menunjukkan bahwa Pollacsek adalah
keluarga ”dengan status sosial borjuasi”.5 Sebagai ahli dan kontraktor kereta api, Mihály
Pollacsek (ayah Karl) lalu memindahkan seluruh keluarga dari Vienna ke Budapest,
Hungaria. Di Budapest, Mihály mengubah nama keluarga ke dalam bahasa Magyar
menjadi Polanyi, namun ia sendiri mempertahankan nama Pollacsek bagi dirinya.

Dalam bahasa Indonesia, to embed sebagaimana dipakai Polanyi RESPONS –


DESEMBER 2010 -144- Respons 15 (2010) 02 mungkin cukup dekat dengan arti
’melekatkan’. Gambaran yang menjadi ilham Polanyi bagi pemakaian kata itu sangat
mungkin berasal dari dunia pertambangan. Namun kata ’melekatkan’ barangkali terlalu
datar dan netral. Dengan figurasi dari dunia agraris, kata ’menanam’ mungkin lebih kuat
mengungkapkan maksudnya. Dengan demikian kata to embed: menanam; embedded:
tertanam; embeddedness: ketertanaman; disembedded: tercerabut; disembeddedness:
ketercerabutan. Bagaimana suatu istilah yang pada awalnya tak punya signifikansi
teoretis dan metodologis kemudian dianggap sentral dalam bangunan pemikiran Polanyi?
Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu melihat sejenak posisi istilah ’ketertanaman’
(embeddedness) dalam arus argumen GT. Dalam surat pribadi kepada John
Kouwenhoven, seorang akademisi yang membantu penerbitan GT, Polanyi menuliskan
demikian: ”Sebenarnya buku itu berkisah tentang muncul dan runtuhnya ekonomi pasar,
yaitu sejarah sosial 150 tahun terakhir”.

Anda mungkin juga menyukai