Anda di halaman 1dari 3

Nama : RANTI ANGGITA PUTRI

NIM : 043343906
UPBJJ UT SERANG
Diskusi 6 Ekonomi Manajerial
Soal.

1. Sebuah perusahaan memproduksi suatu produk dan biaya produksi sebesar Rp300.000,00
adapun komposisi biaya produksi terdiri dari: bahan baku, biaya tenga kerja, biaya
overhead dan biaya lainnya.  Dari rincian biaya tersebut Tentukan harga jual yang tepat
untuk produk jika perusahaan melakukan atau ingin mark up 50%. Berapa harga jual
ditetapkan?
Jawab
Diketahui:
Harga Produksi = Rp. 300.000,-
Mark Up = 50%

Ditanyakan:
Harga jual = Rp. 300.000 x 50%
= Rp. 150.000,-
Maka harga jual yang dapat ditetapkan adalah sebesar Rp. 150.000,-

2. Apa yang dimaksud dengan peak load pricing jelaskan dan berikan 3 contoh!
Jawab :
Peak-load pricing. Peak-load pricing merupakan metode penentuan harga bagi komoditas dengan
sifat non-storable dan nilai ekonomi serta pola permintaannya berfluktuasi secara periodik
(Crew, et al. dalam Lipczynski et al., 2005). Strategi ini didasarkan pada fakta bahwa di sejumlah
pasar, permintaan terhadap produk berfluktuasi, dalam artian bervariasi pada jam-jam yang
berbeda setiap harinya atau bervariasi pada hari-hari atau masa-masa tertentu setiap tahunnya.
Peak-load pricing dapat didefinisikan sebagai suatu struktur penentuan harga di mana perusahaan
menerapkan harga produk yang lebih tinggi pada masa ramai (peak period) dan harga yang lebih
rendah masa sepi (off-peak period). Dalam kondisi ini, perusahaan penyedia produk tersebut
menerapkan pembedaan harga (differensiasi harga) antara masa padat (peak period) dan masa
sepi (off-peak period). Tarif yang relatif tinggi pada peak period dapat mendukung pencapaian
pendapatan perusahaan yang tinggi.
Sementara itu, tarif yang relatif rendah pada off-peak period kemungkinan juga dapat
mendorong pendapatan perusahaan dengan menarik konsumen yang jarang menggunakan
produk. Melalui kombinasi ini, pendapatan perusahaan dapat dioptimalkan. Contoh
produk yang mengalami fenomena seperti ini adalah jasa transportasi publik, bioskop,
tempat fitness dan gymnasium, atau objek wisata.

3. Jelaskan perbedaan two part tariff dan diskriminasi harga derajat satu?
Jawab :
Diskriminasi harga tingkat pertama atau yang sering disebut dengan diskriminasi harga
sempurna umumnya terjadi saat suatu perusahaan mampu memberikan harga yang lebih
tinggi yang bersedia dan juga mampu dibayar oleh setiap orang.
Contohnya, Ibu Yeni bersedia membayar satu botol saus dengan harga 30 ribu rupiah,
dan Ibu Neni bersedia membayar 50 ribu rupiah. Lalu, perusahaan saus tersebut
menetapkan harga 30 ribu rupiah untuk ibu Yeni, dan 50 ribu rupiah untuk ibu Neni.
Dengan menggunakan cara ini, maka perusahaan saus tersebut pun akan memperoleh
untung yang maksimal.
Karena dalam strategi ini memberlakukan harga paling tinggi yang bersedia dibayarkan
oleh konsumen, maka surplus konsumen pada setiap individu adalah nol. Secara
keseluruhan, diskriminasi harga sempurna akan memberikan kesempatan bagi produsen
untuk merubah total surplus konsumen menjadi surplus produsen.
Dua kriteria tersebut wajib dilengkapi agar perusahaan mampu memberlakukan
diskriminasi harga sempurna. Pertama, pihak perusahaan harus mampu mengukur dan
juga mengetahui dengan pasti harga maksimal yang bersedia dibayarkan oleh setiap
individu. Kedua, perusahaan bisa mencegah penjualan kembali barang antar setiap
individu.

Two-part tariff (TPT) adalah bentuk diskriminasi harga dimana harga produk atau jasa
terdiri dari dua bagian – biaya lump-sum serta biaya per unit. Secara umum, teknik
penetapan harga seperti itu hanya terjadi di pasar monopoli sebagian atau seluruhnya. Ini
dirancang untuk memungkinkan perusahaan menangkap lebih banyak surplus konsumen
daripada yang seharusnya dilakukan dalam lingkungan penetapan harga yang tidak
diskriminatif. Tarif dua bagian mungkin juga ada di pasar yang kompetitif ketika
konsumen tidak yakin tentang permintaan akhir mereka. Konsumen klub kesehatan,
misalnya, mungkin tidak yakin tentang tingkat komitmen mereka di masa depan terhadap
rejimen olahraga. Tarif dua bagian mudah diterapkan ketika biaya sambungan atau masuk
(bagian pertama) dapat dibebankan bersama dengan harga per unit yang dikonsumsi
(bagian kedua).

Perbedaan keduanya adalah apabila diskriminasi harga tingkat pertama memiliki surplus
konsumen pada setiap individu adalah nol, sedangkan two-part tariff menangkap lebih
banyak surplus konsumen.
Sumber referensi: BMP EKMA4312 Modul 6-7
https://termasyhur.com/jelaskan-perbedaan-two-part-tariff-dan-diskriminasi-harga-
derajat-satu

Anda mungkin juga menyukai