Anda di halaman 1dari 139

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PETANI TEH OLEH

PEMERINTAH DESA KERTANEGLA KECAMATAN


BOJONGGAMBIR KABUPATEN TASIKMALAYA

SKRIPSI

Diajukan sebagai memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Pemerintahan pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh

Oleh:
FAHRI RAMDANI
NIM. 3506180229

FKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2022

1
PEMBERDAYAAN KELOMPOK PETANI TEH OLEH
PEMERINTAH DESA KERTANEGLA KECAMATAN BOJONGGAMBIR
KABUPATEN TASIKMALAYA

Oleh :
FAHRI RAMDANI
3506180229

Mensahkan :

Pembimbing I Pembimbing II

Irfan Nursetiawan, S.Pd., M.Si. Dr. H. Budi Setiadi, M.Si


NIDN. 0421039001 NIDN. 0402106502

Dekan FISIP Universitas Galuh,

H. Aan Anwar Sihabudin, S.H., S.IP., M.Si.


NIDN. 0430077002

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : FAHRI RAMDANI


NIM : 3506180229
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Judul Penelitian : PEMBERDAYAAN KELOMPOK PETANI TEH
OLEH PEMERINTAH DESA KERTANEGLA
KECAMATAN BOJONGGAMBIR KABUPATEN
TASIKMALAYA

Disetujui untuk diajukan dalam Ujian Sidang Skripsi

Pada tanggal 28 Juli 2022

Pembimbing I Pembimbing II,

Irfan Nusetiawan,S.Pd.,M.Si Dr. .H. Budi. Setiadi, M.Si


NIDN. 0421039001 NIDN. 0402106502

iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Dewan Penguji Ujian Sidang Sarjana Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh, dengan ini menyatakan bahwa
skripsi yang berjudul :

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PETANI TEH OLEH


PEMERINTAH DESA KERTANEGLA KECAMATAN BOJONGGAMBIR
KABUPATEN TASIKMALAYA

Karya :
FAHRI RAMDANI
3506180229

Telah diujikan dalam Sidang Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dan telah diperbaiki
sebagaimana mestinya. Oleh karena itu kami setuju skripsi ini hasil karya ilmiah.
Ciamis, 28 Juli 2022
Dewan Penguji :
1. H. Aan Anwar Sihabudin,S.H.,S.IP.,M.Si (Ketua penguji) :……………..

2. H. Asep Nurwanda,S.HI.,M.Si. (Anggota Penguji) :……………..

3. Irfan Nursetiawan, S.Pd., M.Pd., M.Si (Anggota Penguji) :……………..

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan

Dini Yuliani, S.IP., M.Si


NIDN. 0416018006

iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatkan bahwa skripsi yang berjudul
PEMBERDAYAAN KELOMPOK PETANI TEH OLEH
PEMERINTAH DESA KERTANEGLA KECAMATAN BOJONGGAMBIR
KABUPATEN TASIKMALAYA

Adalah benar-benar karya ilmiah yang saya susun berdasarkan kemapuan yang
saya miliki, dan segala ini yang terdapat dalam karya ilmiah ini bukan merupakan
hasil penjiplakan atau pengutipan yang tidak sesuai etika keilmuan yang berlaku.
Dengan demikian saya bersedia menanggung segala resioko/ sanksi apapun yang
dijatuhakn kepada saya, jika ternyata dikemudian hari ditemukan adanya
pelanggaran etika keilmuan seperti dinyatakan di atas
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ciamis, 21 Juli 2022


Yang menyatakan

FAHRI RAMDANI
NIM. 3506180229

v
PEMBERDAYAAN KELOMPOK PETANI TEH OLEH
PEMERINTAH DESA KERTANEGLA KECAMATAN BOJONGGAMBIR
KABUPATEN TASIKMALAYA

Fahri Ramdani

ABSTRAK

Latar belakang : Tasikmalaya merupakan salah satu daerah penghasil teh rakyat
ter banyak di wilayan Jawa Barat Pengolahan teh rakyat di lakukan oleh
masyarakat berdasarkan keterampilan yang mereka punya tanpa memperhatikan
aturan -aturan dalam sistem pertanian, sedangkan penghasil Teh Sambawa
berdasarkan aturan-aturan dalam sistem pertanian sehingga lebih efesien.Oleh
karena itu terdapat perbedaan hasil produktivitas perkebunan sambawa dan teh
rakyat. Pemberdayaan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh kelompok
atau masyarakat yang berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk
memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Tujuan penelitian: untuk
mengetahui proses Pemberdayaan Kelompok Petani Teh Oleh Pemerintah Desa
Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya. Metode: Desain
Penelitian ini menggunakan Penelitian kualitatif, dengan memanfaatakan
wawancara terbuka dan menggunakan dokumen berupa. Hasil: pandangan
masyarakat adanya keberadan kelompok tani di lingkungan petani adalah suatu
hal positif bagi petani lokal. apabila ada suatu kendala dianggota kelompok tani
sudah ada ketua kelompok tani yang bertugas untuk mendampingi apabila terjadi
kendala di anggota tani. dalam hal meningkatkan partisifasi kelompok tani untuk
meningkatkan ketahanan pangan, kaulitas produksi petani dan didirikanya
institusi lokal kelompok tani saaya serahkan kepada para anggota tani.
pengembangan kapsitas kelembagaan kelompok tani merupakan salah satu
komponen poko dalam keberhasilan pemberdayaan kelompok petani teh.

Kata Kunci : Pemberdayaan, Kelompok Tani, Teh.

vi
EMPOWERMENT OF TEA FARMERS GROUP BY
GOVERNMENT OF KERTANEGLA VILLAGE, BOJONGGAMBIR DISTRICT,
TASIKMALAYA REGENCY

Fahri Ramdani

ABSTRACT

Background : Tasikmalaya is one of teh largest local tea producing areas in teh
West Java region. Teh processing of people's tea is carried out by teh community
based on teh skills tehy have without paying attention to teh rules in teh
agricultural system, while teh Sambawa Tea producers are based on teh rules in
teh agricultural system so that more efficient. Tehrefore, tehre are differences in
teh productivity of samba plantations and people's teas. Empowerment is an effort
made by groups or communities who take teh initiative to start teh process of
social activities to improve tehir own situation and condition. Research
Objectives: to determine teh process of Empowerment of Tea Farmers Groups by
teh Kertanegla Village Government, Bojonggambir District, Tasikmalaya
Regency. Research Methods: This research design uses qualitative research, by
utilizing open interviews and using documents in teh form of. Research Results:
teh community's view of teh existence of farmer groups in teh farmer's
environment is a positive thing for local farmers. If tehre is a problem among teh
members of teh farmer group, tehre is already a head of teh farmer group who is
tasked with assisting if tehre is a problem with teh members of teh farmer group.
In terms of increasing teh participation of farmer groups to improve food security,
teh quality of farmers' production and teh establishment of local farmer group
institutions, I leave it to teh farmer members. Teh development of institutional
capacity of farmer groups is one of teh main components in teh success of
empowering tea farmer groups.

Keywords: Empowerment, Farmer Groups, Tea.

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Dzat yang hanya kepada-Nya memohon pertolongan. Alhamdulillah atas segala

pertolongan, rahmat, dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Kelompok Petani Teh Oleh Pemerintah

Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya” Shalawat

dan salam kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang senantiasa

menjadi sumber inspirasi dan teladan terbaik untuk umat manusia. Pemberdayaan

merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh kelompok atau masyarakat yang

berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan

kondisi diri sendiri. Pemberdayaan sebagai proses serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan dan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,

termasuk individu yang mengalami kemiskinan.. Berdasarkan hal tersebut peneliti

tertarik untuk mengetahui Pemberdayaan Kelompok Petani Teh Oleh Pemerintah

Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya.

Penulis menyadari banyak pihak yang memberikan dukungan dan bantuan selama

menyelesaikan studi dan tugas akhir ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya

penulis dengan penuh hormat mengucapkan terimakasih dan

1. Bapak H. Aan Anwar Sihabudin, S.H.,S.IP.,M.SI Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu sehingga saya bisa

sampai di titik ini.


2. Ibu Endah Vestikowati, S.IP.,M.Si Selaku Wakil dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik yang telah memebrikan ilmu sehingga saya bisa sampai di

titik ini.

3. Bapak R. Didi Djadjuli, SE.,MM.,M.Si. Wakil dekan 2 Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik yang telah memebrikan ilmu sehingga saya bisa sampai di

titik ini.

4. Bapak Agus Nursalam Suparman, S.IP.,M.Si. Wakil dekan 3 Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik yang telah memebrikan ilmu sehingga saya bisa

sampai di titik ini.

5. Ibu Dini Yuliani, S.IP.,M.Si. Selaku Ketua Prodi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik yang telah memebrikan ilmunya sehingga Skrifsi ini selsai.

6. Bapak Irfan Nursetiawan, S.Pd.,M.Pd.,M.Si. Selaku pembimbing satu yang

telah membimbing saya sehingga skripsi ini bisa selsai.

7. Bapak Dr.H.Budi Setiadi,M.Si. Selaku pembimbing dua yang telah

membimbing saya hingga skripsi ini bisa selsai

8. Bapak/Ibu Dosesn dosesn prodi ilmu pemerintahan yang telah memberikan

ilmu kepada saya selama perkuliahan sehingga saya bisa menyelsaikan

perkuliahan sampai saat ini.

9. Orang Tua dan keluarga yang senantiasa mendukung saya secara motivasi dan

finansial selama perkuliahan

10. Seluruh pihak yang tidak bisa di sebutkan satu persatu dan telah membantu

dalam perkuliahan dan penulisan skripsi ini


Akhir kata penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, penulis masih

melakukan kesalahan dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu, penulis meminta

maaf yang sedalam-dalamnya atas kesalahan yang dilakukan penulis.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat

dijadikan referensi demi pengembangan ke arah yang lebih baik. Kebenaran

datangnya dari Allah dan kesalahan datangnya dari diri penulis. Semoga Allah

SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya kepada kita semua.

Ciamis, 21 Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................v
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR....................................................................................viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL...........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................8
1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................................8
.........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 9
2.1 Penelitian Terdahulu..................................................................................... 9
2.2 Landasan Teori............................................................................................. 14
2.2.1 Pemberdayaan..................................................................................14

2.2.1.1 Pengertian pemberdayaan..................................................14

2.2.1.2 Tujuan pemberdayaan........................................................15

2.2.1.3 Tingkat Keberdayaan Masyarakat.....................................18

2.2.1.4 Aspek-aspek Pemberdayaan Masyarakat...........................18

2.2.1.5 Indikator Pemberdayaan Masyarakat.................................20


2.2.1.6 Elemen Elemen Pemberdayaan Masyarakat......................22

2.2.1.7 Proses Pemeberdayaan Masyarakat...................................23

2.2.1.8 Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat.............................25

2.2.1.9 Metode Pemeberdayaan Masyarakat.................................27

2.2.1.10 Strategi Pemberdayaan.......................................................28

2.2.1.11 Pendekatan Pemberdayaan.................................................30

2.2.1.12 Prinsip Pemberdayaan........................................................31

2.2.1.13 Kendala Pemberdayaan.......................................................... 33

2.3 Kerangka Pemikiran...................................................................................36


2.4 Proposi .......................................................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN................................................................40
3.1 Desain Penelitian........................................................................................40
3.2 Oprasionalisasi Konsep..............................................................................41
3.3 Data dan Sumber Data................................................................................44
3.4 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................46
3.5 Teknik Pengolahan atau Analisis Data.......................................................47
3.6 Tempat dan Jadwal Penelitian....................................................................49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................50
4.1 Hasil Penelitian...........................................................................................50
4.1.1 Gambar Umum Objek Penelitian....................................................50
4.1.1.1 Sejarah Singkat Desa Kertanegla........................................50
4.1.1.2 Perkembangan Desa Kertanegla..........................................52
4.1.1.2.1 Kondisi Umum Geografis.....................................52
4.1.1.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi.......................................53
4.1.1.2.3 Faktor Alam/Lingkungan.....................................53
4.1.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Desa Kertanegla.........61
4.1.2 Karakteristik Informan
4.1.2.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................93
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kelompok Tani Niagara 02 Desa Kertanegla Kecamatan


Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya..........................................6
Tabel 1.2 Data Kelompok Tani Niagara 02 Desa Kertanegla Kecamatan
Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya..........................................7
Tabel 3.1 Dimensi............................................................................................43
Tabel 3.2 Jadwal Peneletian............................................................................50
Tabel 4.1 Luas Wilayah..................................................................................56
Tabel 4.2 Jenis Tanah Sawah.........................................................................56
Tabel 4.3 Jenis Tanah Perkebunan.................................................................56
Tabel 4.4 Tanah Liannya................................................................................57
Tabel 4.5 Jenis Tanah.....................................................................................57
Tabel 4.6 Jenias Bencana Alam......................................................................57
Tabel 4.7 Jenis Yang di Cemari......................................................................58
Tabel 4.8 Mata Pencarian...............................................................................58
Tabel 4.9 Ketersedian Jalan............................................................................60
Tabel 4.10 Tingkat Pendidikan.........................................................................61
Tabel 4.11 Tingkaat Pendidikan.......................................................................61
Tabel 4.12 Karakteristik Informan...................................................................66
Tabel 4.13 Karakteristik Informan Berdasar Usia...........................................67
Tabel 4.14 Karakteristik Berdasar Jabatan......................................................68
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran....................................................................38


Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Kertanegla....................61
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi
2. Hasil Wawancara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat desa dalam kehidupan seharih-hari biasanya lebih

menggantungkan hidupnya pada alam. Alam merupakan segalanya bagi penduduk

desa, karena alam memberikan apa yang dibutuhkan manusia bagi kehidupannya.

Mayoritas masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada hasil alam dan hidup

di pedesaan mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Besarnya peranan

pertanian di Indonesia memberikan motivasi pedesaan untuk memiliki lahan

pertanian yang dapat dijadikan sebagai sumber produksi, oleh karena itu mereka

berupaya dengan berbagai cara untuk memenuhi lahan pertanian baik yang ada

diwilayah tempat tinggalnya maupun diluar desanya. Mereka akan memenuhi

kebutuhan hidup keluarganya dengan memiliki lahan pertanian tersebut. Sebagian

dari mereka biasanya hanya bekerja disektor pertanian karena disesuaikan dengan

latar belakang pendidikan yang dimiliki.

Dengan itu pemerintah Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir

Kabupaten Tasikmalaya melakukan pemberdayaan kepada kelompok tani berupa

penyuluhan di Desa Kertanegla berupa (1) penyuluhan dan pengarahan terhadap

kelompok tani agar lebih baik lagi (2) membantu masyarakat dalam proses

pemupukan dengan cara langsung turun ke lapangan (3) pembagian bibit teh

terhadap masyarakat kelompok tani berupa stek teh (4) pembagian kartu tani

kepada masyaraka kelompok tani. Sehingga dengan adanya bimbingan dari

pemerintah ini pemeberdayan kelompok tani dan perekonomian masyarakat tani

di Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya bisa


setabil lagi dan perekonomian masyarakat bisa berjalan dengan lancar (Desa

Kertanegla 2021)

Tasikmalaya merupakan salah satu daerah penghasil teh rakyat ter banyak

di wilayan Jawa Barat (Agnia 2019). Luas area tanaman teh di Desa Kertanegla

Kecamatan Bojonggambir mencapai 643 ha perkebunan teh sangat berpengaruh

terhadap perekonomian rakyat Desa Kertanegla. Dari perkebunan teh rakyat inilah

sebagaian besar masyarakat Desa Kertanegla dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya mulai dari kebutuhan primer sekunder hingga tersier.

Pengolahan teh rakyat di lakukan oleh masyarakat berdasarkan

keterampilan yang mereka punya tanpa memperhatikan aturan -aturan dalam

sistem pertanian adapun aturan-aturan dalam pemberdayaan kelompok tani di

Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupatern Tasikmalaya dalam

sistem pertanian sebagai berikut 1. , sedangkan penghasil Teh Sambawa

berdasarkan aturan-aturan dalam sistem pertanian sehingga lebih efesien.Oleh

karena itu terdapat perbedaan hasil produktivitas perkebunan sambawa dan teh

rakyat.Adapun dalam data terakhir produktivitas pada bulan januari antara teh

sambawa dan teh rakyat. Teh sambawa menghasilkan 8,2 kwintal per ha

sedangkan teh rakyat menghasilkan 5 kwintal per ha hasil penelitian 2019.

Produktivitas perekebunan teh rakyat di Desa Kertanegla Kecamatan

Bojonggambir Kabupatrn Tasikmalaya sekarang ini mengalami penurunan hasil

petik teh rakyat hanya menghasilkan 3sampai 2 kwintal per ha yang biasanya

menghasilkan 5 kwintal per ha atau bisa lebih.

Teh rakyat menjadi komoditas perkebunan yang dibudidayakan oleh


masyarakat dan di kembangkan oleh pemerintah Kabupaten Tasikmalaya

perkebunan teh rakyat di lakukan di lahan- lahan masyarakat guna meningkatkan

ekonomi, pengembangan perkebunan rakyat belum memiliki arah yang jelas

dalam tata ruang wilayah. Perkebunan teh rakyat di Desa Kertanegla Kecamatan

Bojonggambir menghasilkan produksi panen yang kurang setabil hal ini di

akibatkan kurangnya pemeliharan teh rakyat di Desa Kertanegla Kecamatan

Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya.

Pemberdayaan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh kelompok atau

masyarakat yang berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk

memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan sebagai proses

serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan dan keberdayaan kelompok

lemah dalam masyarakat, termasuk individu yang mengalami kemiskinan.

Pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah

perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau

mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat

fisik, ekonomi, maupun seperti memiliki kepercayaan diri, mempunyai mata

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupan social. Pemberdayaan juga dapat membantu

petani yang selama ini mengalami kesulitan dapat terbantu dan dapat

meningkatkan kesejahteraan petani (Lestari, 2011: 10).

Luasnya lahan pertanian di Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir

Kabupaten Tasikmalaya ternyata tidak juga mampu membuat taraf hidup petani

meningkat. Masih banyak petani teh yang mengalami kesulitan dalam menjalani
hidup. Tak jarang kita dapatkan petani teh di desa-desa berada dalam garis

kemiskinan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya berbagai kebutuhan hidup,

baik kebutuhan sekunder maupun kebutuhan primer dan juga karena terjadinya

krisis ekonomi yang tak kunjung terselesaikan, inilah yang membuat para petani

miskin semakin kewalahan dalam memperbaiki perekonomian keluarganya.

Sektor ekonomi pedesaan akan lebih meningkat atau mengalami

perubahan, apabila pertumbuhannya bersandarkan kepada sumber alam dan

program-program yang diwujudkan dalam upaya mengatasi kemiskinan. Menurut

Sritua Arief (dalam Abustam & Irwansyah, 2010: 3) mengemukakan bahwa:

Kemiskinan dan keterbelakangan disebabkan oleh proses penghancuran


kesempatan yang terjadi sebagai akibat proses eksploitasi. Proses eksploitasi itu
dapat berbentuk: (1) pertukaran yang tidak adil dalam proses tukar-menukar
komoditas (2) pembayaran yang tidak adil atas jasa-jasa pekerja (3) pengenaan
pengutang yang relatif memberatkan dari penguasa terhadap lapisan bawah.
Dalam undang undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa, dimana

Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan

kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan

kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan

potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan

secara berkelanjutan. (Undang -undang No 6 tahun 2014). Untuk mengurangi

kemiskinan, maka petani teh di Desa kertanegla Kecamatan Bojonggambir

Kabupaten Tasikmalaya pada prinsipnya adalah penggarap sekaligus pemilik

lahan pertanian, dimana teh yang dihasilkan saat masa panen dijual kepada

masyarakat lainnya untuk menambah pemasukan. Namun kenyataannya,

walaupun para petani teh menggarap dan memiliki hak atas tanahnya, kemiskinan

masih tetap menyelimuti mereka. Oleh karena itu, salah satu program dalam
meningkatkan produktifitas pertanian perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat.

Tabel 1.1
Data Kelompok Tani Niagara 02
Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya

N
Nama Jabatan Usia Alamat
1 Asep A Ketua 56 Tahun Kp Cipari
2 Usep Ketua 53 Tahun Kp Cijulan
3 Asep Sekertaris 45 Tahun Kp Ci kede
4 Suhermas
Bendahara 43 Tahun Kp Ci buluh
5 Sarif Anggota 49 Tahun Kp Ci julang
6 Sohib Anggota 43 Tahun Kp Ci kupa
7 Jamaludin Anggota 41 Tahun Kp Ci julang
8 Udin Anggota 52 Tahun Kp Ci buluh
9 Imat Anggota 63 Tahun Kp Nagrog
10 Abdulhay Anggota 42 Tahun Kp Ci Kupa
11 Saep Anggota 45 Tahun Kp Ci buluh
12 Nursamsi Anggota 51 Tahun Kp Ci kupa\
13 Hasrun Anggota 45 Tahun Kp Cibuluh
14 Holid Anggota 41 Tahun Kp Cikupa
15 Hadim Ketua 65 Tahun Kp Cipatat
16 Ajid Sekertaris 46 Tahun Kp Cipatat
17 Eje Bendahara 56 Tahun Kp Cimapag
18 Parman Anggota 55 Tahun Kp Lemurtengah
19 Mudin Anggota 60 Tahun Kp Cipatat
20 Abad Anggota 57 Tahun Kp Cipatat
21 Aep Anggota 56 Tahun Kp Cipatat
22 Aep Anggota 54 Tahun Kp Ciapatat
23 Burhan Anggota 63 Tahun Kp Lemurtengah
24 Maman Anggota 65 Tahun Kp Cimapag
25 Jujun Anggota 54 Tahun Kp Potongan
26 Usen Anggota 53 Tahun Kp Lemurtengah
27 Arif Anggota 57 Tahun Kp Kertanegla
28 Palah Anggota 61 Tahun Kp Potongan
( Sumber Pemerintah Desa Kertanegla Tahun 2021)

Teh rakyat menjadi komoditas perkebunan yang dibudidayakan oleh

masyarakat dan di kembangkan oleh pemerintah Kabupaten Tasikmalaya

Perkebunanan teh rakyat di lakukan di lahan lahan masyarakat guna


meningkatkan ekonomi, pengembangan perkebunan rakyat belum memiliki

arah yang jelas dalam tata ruang wilayah.Perkebunan teh rakyat di Desa

Kertanegla menghasilkan produktivitas yang kurang setabil hal ini di

sebabkan kurangnya pemeliharan teh rakyat di Desa Kertanegla.

Adapun indikator permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan

hasil observasi awal yang telah di lakukan adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya partisifasi pemerintah Desa Kertanegla terhadap

pemberdayan kelompok tani di Desa Kertanegla sehingga hasil panen

dan perkonomi masyarakatpun tidak setabil.

2. Kurangnya kesadaran petani teh terhadap pemberdayaan kelompok tani

di Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabapupaten

Tasikmalaya

3. Kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna kelompok tani

di desa kertanegla, sehingga hasil panennya tidak setabil dan

perkeonomian masyarakatpun menurun.

4. Kurangnya pola pembibitan teh rakyat dan proses peningkatan

kompotensi para petani teh rakyat sehingga hasil panen tidak stabil dan

perekonomian mayarakat mengalami penurunan.

Dari faktor-faktor tersebut di karenakan kurangnya Pemerdayaan Kelompok

tani di Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupaten

Tasikmalaya

Berdasarkan latar belakang masalah dan indikator permasalahan

yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti ingin mengetahui


sejauh mana proses pemberdayan masyarakat dalam meningkatkan

kesejahteraan hidup petani dan meningkatkan produktifitas hasil pertanian

untuk membantu petani dalam memenuhi kebutuhan konsumen melalui

teknologi budidaya pertanian Disamping itu peneliti ingin mengetahui

faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan

kepada masyarakat, maka peneliti mengambil judul“Pemberdayaan

Kelompok Petani Teh Oleh Pemerintah Desa Kertanegla Kecamatan

Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana

Pemberdayaan Kelompok Petani Teh Oleh Pemerintahan Desa Kertanegla

Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui Pemberdayaan Kelompok Petani Teh

Oleh Pemerintah Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupaten

Tasikmalaya

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1Kegunaan teoritis

a. Menambah pengetahuan atau wawasan masyarakat tentang

pemberdayaan masyarakat di Desa Kertanegla Kecamatan

Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya.


b. Sebagai sarana informasi bagi peneliti lain yang mempunyai minat

untuk meneliti masalah-masalah yang berkaitan dengan

pemberdayaan petani teh.

1.4.2 Kegunaan praktis

a. Bagi masyarakat, agar masyarakat mengetahui tentang proses

pemberdayaan ,faktor pendukung dan penghambat dalam

pemberdayan

b. Bagi Pememerintah, pemerintah dapat terus mengembangakan


kegiatan pertanian untuk masyarakat desa yang mempunyai mata
pencarian sebagaian petani, serta dapat memfasilitasi kebutuhan
petani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

a. Rahmawati tahun 2019, Pemberdayaan kelompok tani mitra karya dalam

meningkatkan pendapatan keluarga di Desa Sukamaju Kecamatan Lombok

Seminung Kabupaten Lampung Barat.Pemberdayaan merupakan upaya untuk

memberikan daya (empowerment) atau penguatan (strengtehning) kepada

masyarakat, sebagai kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat

dalam membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan sehingga

bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif baru dalam pembangunan

masyarakat. Masyarakat Desa Sukamaju bermata pencaharian sebagai petani

dan buruh tani, pertanian masyarakat Desa Suka Maju terfokus pada kebun

kopi, dengan hadirnya PPL/Fasilitator dan PT Louis Dreyfus Company (LDC)

masyarakat berkebun kopi dengan pola tumpang sari, sehingga dapat

meningkatkan produksi pertanian masyarakat yang berarti meningkatkan

pendapatan masyarakat sehingga dapat memperbaiki taraf kehidupannya.

Dengan bukti-bukti yang ada maka, peneliti akan melihat secara lebih detail

tentang proses pemberdayaan kelompok tani Mitra Karya dalam meningkatkan

pendapatan keluarga di Desa Suka Maju Kecamatan Lumbok Seminung

Kabupaten Lampung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,

untuk menggali data-data tentang pemberdayaan kelompok tani Mitra Karya di

Desa Suka Maju, penulis menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Yang menjadi

25
subjek dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi berjumlah 15 orang,

yaitu 3 orang pengurus dan 12 orang anggota kelompok tani Mitra Karya, dan

untuk mendapatkan crosscheck data, penulis menggunakan informan yaitu PPL

(Petugas Penyuluh Lapangan Pertanian) Kecamatan Lumbok Seminung.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode interview

bebas terpimpin, observasi non partisipan, dan dokumentasi. Analisis data

meliputi tahap reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Data-data hasil

dari lapangan menunjukkan bahwa proses pemberdayaan itu dilakukan untuk

mendorong kelompok tani Mitra Karya lebih mandiri. Adapun proses

pemberdayaan yang dilakukan kelompok tani Mitra Karya melalui kerja sama

antara PT Louis Dreyfus Company (LDC) dan PT Torabika, kerja sama yang

dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pemetaan atau pendataan

potensi-potensi, tahap penyamaan persepsi atau membangun impian bersama,

tahap perencanaan program, tahap pendampingan dan tahap evaluasi. Dari

hasil pemberdayaan kerja sama tersebut kelompok tani Mitra Karya telah

mengalami peningkatan hasil secara lebih baik, baik dari jumlah hasil atau

kualitas, sehingga pemberdayaan melalui pola kerja sama tersebut dapat

meningkatkan pendapatan keluarga.

b. Indah tahun 2020, Pemberdayaan Masyarakat Pada Kelompok Tani Dalam

Mewujudkan Ketahanan Pangan Di Kelurahan Cikoro Kecamatan Tompobulu

Kabupaten Gowa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses

pemberdayaan masyarakat pada kelompok tani dalam mewujudkan ketahanan

pangan di Kelurahan Cikoro Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa dan


untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan pemberdayaaan masyarakat pada

kelompok tani dalam mewujudkan ketahanan pangan di Kelurahan Cikoro

Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Metode penelitian yang digunakan

adalah deskripsi kualitatif yaitu menggambarkan keadaan objek pada masa

sekarang secara kualitatif data yang diperoleh dari penelitian. Sumber data

yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder dengan jumlah

informan 5 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi,

wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan yaitu reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa (a) kualitas dan kuantitas keterlibatan masyarakat dilihat dari

meningkatnya hasil produksi pertanian yang ada di Kelurahan Cikoro diikuti

oleh meningkatnya kesejahteraan petani. hal ini ditunjukkan oleh adanya

inovasi yang dilakukan kelompok tani bekerjasama dengan pemerintah

kelurahan dan dibantu oleh masyarakat setempat. (b) Perancangan program

meliputi tahapan tahapan penyelidikan, perumusan masalah kerja, penentuan

tujuan dan target serta perumusan rencana kerja. Kunci yang berpengaruh pada

proses perencanaan adalah Pemerintah Kelurahan Cikoro, Kelompok Tani dan

masyarakat Kelurahan Cikoro. (c) Pelaksanaan program menunjukkan bahwa

program yang dilakukan pemerintah, kelompok tani dan masyarakat berjalan

dengan baik dilihat dari meningkatnya kesejahteraan dan ketahanan pangan

kelompok tani dan masyarakat Kelurahan Cikoro. (d) keterlibatan

menunjukkan bahwa pihak pemerintah, masyarakat dan swasta melaksanakan

program-program pemberdayaan yang menunjang masyarakat dan kelompok


tani melalui pembinaan, penyuluhan dan pengawasan. (e) Dampak dari

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada kelompok tani ditemukan dampak

positif yakni: menjadikan masyarakat dan kelompok tani lebih mandiri dalam

mengelola pangan, adanya perubahan sruktural perekonomian dalam

meningkatkan ketahanan pangan, terjalinnya suatu mitra yang baik antara

pemerintah, masyarakat, kelompok tani dan petani, dapat meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat dan dapat meningkatkan keahlian masyarakat

dalam bidang pertanian. Serta dampak negatif yakni munculnya kecemburuan

sosial antara petani dan kelompok tani dalam program pemberdayaan masyarak

c. Kamsing 2019 Peran pemerintah merupakan keperluan mutlak dalam suatu

organisasi baik swasta ataupun organisasi pemerintah dan menjadi salah satu

fungsi utamanya yang harus dilakukan oleh pucuk pimpinan yang menjadi

pemimpin organisasi. Berdasarkan hal tersebut peneliti terdorong umtuk

mencoba menjelaskan Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Kelompok Tani

di Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemerintah sebagai regulator

dalam pemberdayaan kelompok tani, peran pemerintah sebagai dinamisator

dalam pemberdayaan kelompok tani, dan mengetahui peran pemerintah sebagai

fasilitator dalam pemberdayaan kelompok tani di Desa Lompoloang Kabupaten

Wajo. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yakni suatu bentuk

penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum sebagai macam

data yang dikumpul dari lapangan secara objektif dengan tipe fenomenologi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara


terhadap sejumlah informan. Analisis data menggunakan model analisa

interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Pemerintah dalam

Pemberdayaan Kelompok Tani di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua

Kabupaten Wajo belum sepenuhnya terlaksana dengan optimal, hal ini dilihat

dari aspek pemerintah sebagai regulator (1) aturan/mekanisme, (2) kebijakan

pemerintah belum sepenuhnya baik. Pemerintah sebagai dinamisator yakni

(1)Sosialisasi, (2)Pendampingan, (3)Pelatihan, dan (4) kunjungan Lapangan.

Dan Pemerintah sebagai fasilitator sebagai penyedia bibit unggul, pupuk, dan

sarana produksi telah mampu memfasilitasi masyarakat petani cukup baik.

Yang membedakan peneliti terdahulu dengan peneliti sekarang yaitu terkait

tempat yang notaben penghasil teh terbeser sekabupaten Tasikmalaya, kemudian

masih kurangnya program pemberdayaan pemerintah terhadap masyarakat

kelompok tani, kurangnya pengetahuan terhadap Pemberdayaan Kelompok Tani.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pemberdayaan

2.2.1.1 Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan maupun pemberdayaan masyarakat telah cukup lama

kita kenal, seiring dengan makin meningkatnya angka kemiskinan di

Indonesia, yang tidak hanya menimpa masyarakat di pedesaan tapi juga

masyarakat perkotaan.Telah cukup banyak program pemberdayaan

masyarakat yang diluncurkan pemerintah maupun oleh organisasi

sosial/kemasyarakatan dan organisasi profesi, sebagai upaya untuk

mengentaskan kemiskinan, namun belum semuanya bisa berhasil dengan


baik. Pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang mengandung arti

“kekuatan”, dan merupakan terjemahan dari istilah dalam bahasa Inggeris

“empowerment”, sehingga dapat dijabarkan bahwa pemberdayaan

mengandung arti memberikan daya atau kekuatan kepada kelompok yang

lemah yang belum mempunyai daya/kekuatan untuk hidup mandiri,

terutama dalam memenuhi kebutuhan pokok/kebutuhan dasar hidupnya

sehari hari seperti makan, pakaian/sandang, rumah/papan, pendidikan,

kesehatan. Memberikan kekuatan atau power kepada orang yang kurang

mampu atau miskin atau powerless memang merupakan tanggung jawab

pemerintah,namun seharusnya mendapat dukungan penuh dari berbagai

pihak, terutama masyarakat itu sendiri yang menjadi kelompok sasaran yaitu

dengan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan setiap program/kegiatan

pemberdayaan (Hamid 2018).

2.2.1.2 Tujuan Pemberdayaan

Menurut Handini (2019) Pemberdayaan merupakan implikasi dari

strategi pembangunan yang berbasis pada masyarakat (people centered

development). Terkait dengan hal ini, pembangunan, apapun pengertian

yang diberikan terhadapnya, selalu merujuk pada upaya perbaikan, terutama

perbaikan pada mutu-hidup manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi

maupun sosial-budaya-nya. Selaras dengan hal itu, dalam pembangunan

pertanian, tujuan pemberdayaan diarahkan pada terwujudnya perbaikan

teknis bertani (better farming), perbaikan usahatani (better business), dan

perbaikan kehidupan petani dan masyarakatnya (better living).


Lebih lanjut, World Bank (2002) mensyaratkan hal-hal yang perlu

diperhatikan untuk terjaminnya pembangunan berkelanjutan (Sustainable

development) yang menyangkut:

Perbaikan modal finansial, berupa perencanaan ekonomi-makro dan pengelolaan


fiskal; (2) Perbaikan modal fisik, berupa prasarana, bangunan, mesin, dan juga
pelabuhan; (3) Perbaikan modal SDM, berupa perbaikan kesehatan dan
pendidikan yang relevan dengan pasar-kerja; (4) Pengembangan modal-sosial,
yang menyangkut: keterampilan dan kemampuan masyarakat, kelembagaan,
kemitraan, dan norma hubungan sosial yang lain; (5) Pengelolaan sumberdaya
alam, baik yang bersifat komersial maupun nonkomersial bagi perbaikan
kehidupan manusia termasuk: air-bersih, energi, serat, pengelolaan limbah,
stabilitas iklim, dan beragam layanan penunjangnya.
Mengacu kepada konsep-konsep di atas, maka tujuan pemberdayaan

meliputi beragam upaya perbaikan sebagai berikut:

1. Perbaikan pendidikan (better education) dalam arti bahwa pemberdayaan harus

dirancang sebagai suatu bentuk pendidikan yang lebih baik. Perbaikan

pendidikan yang dilakukan melalui pemberdayaan, tidak terbatas pada:

perbaikan materi, perbaikan metoda, perbaikan yang menyangkut tempat dan

waktu, serta hubungan fasilitator dan penerima manfaat; tetapi yang lebih

penting adalah perbaikan pendidikan yang mampu menumbuhkan semangat

belajar seumur hidup;

2. Perbaikan aksesibilitas (better accessibility) Dengan tumbuh dan

berkembangnya semangat belajar seumur hidup, diharapkan akan memperbaiki

aksesibilitasnya, utamanya tentang aksesibilitas dengan sumber informasi/

inovasi, sumber pembiayaan, penyedia produk dan peralatan, lembaga

pemasaran;
3. Perbaikan tindakan (better action) Dengan berbekal perbaikan pendidikan dan

perbaikan aksesibilitas dengan beragam sumberdaya yang lebih baik,

diharapkan akan terjadi tindakan-tindakan yang semakin lebih baik; 4

4. Perbaikan kelembagaan (better institution) Dengan perbaikan

kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan memperbaiki kelembagaan,

termasuk pengembangan jejaring kemitraan-usaha;

5. Perbaikan usaha (better business) Perbaikan pendidikan (semangat belajar),

perbaikan aksesibilitas, kegiatan, dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan

memperbaiki bisnis yang dilakukan;

6. Perbaikan pendapatan (better income) Dengan terjadinya perbaikan bisnis

yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang

diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya;

7. Perbaikan lingkungan (better environment) Perbaikan pendapatan diharapkan

dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena kerusakan lingkungan

seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang terbatas;

8. Perbaikan kehidupan (better living) Tingkat pendapatan dan keadaan

lingkungan yang membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan

setiap keluarga dan masyarakat;

9. Perbaikan masyarakat (better community) Keadaan kehidupan yang lebih baik,

yang didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik, diharapkan

akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.

2.2.1.3 Tingkat Keberdayaan Masyarakat


Menurut Susiladiharti dalam Huraerah (2011) terbagi ke dalam lima

tingkatan, yakni:

1 Terpenuhinya kebutuhan dasar kebutuhan dasar ini berupa kebutuhan primer


dan kebutuhan sekunder di mana segala kebutuhannya masyarakat bisa
tercukupi.
2 Terjangkaunya sistem sumber atau akses terhadap layanan publik di mana
masyarakat bisa menjangkau layanan
3 Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan atas diri sendiri dan juga
lingkungannya.
4 Mampu untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang bermanfaat di
masyarakat dan lingkungan yang lebih luas contohnya berpartisifasi dalam
bidang pemberdayaan dan pembangunan di masyarakat untuk mencapai
tujuan yang di tetapkan.
5 Kemampuan untuk mengendalikan diri dan lingkungannya. Tingkatan kelima
ini dapat dilihat dari keikutsertaan dan dinamika masyarakat dalam
mengevaluasi dan mengendalikan berbagai program dan kebijakan institusi
dan pemerintahan.
2.2.1.4 Aspek-aspek Pemberdayaan Masyarakat

Dalam kerangka ini upaya untuk memberdayakan masyarakat

(Empowering) dapat dikaji dari 3 (tiga) aspek:

1. Enabling yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat

dapat berkembang. Asumsinya adalah pemahaman bahwa setiap orang, setiap

masyarakat mempunyai potensi yang dapat dikembangkan artinya tidak ada

orang atau masyarakat tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk

membangun guna daya dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan

kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat serta upaya untuk

mengembangkannya.

2. Empoweringyaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui

langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan

pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin

berdaya. Upaya yang paling pokok dalam empowerment ini adalah


meningkatkan taraf pendidikan dan derajat kesehatan serta akses ke dalam

sumber-sumber kemajuan ekonomi (modal, teknologi, informasi, lapangan

keja, pasar) termasuk pembangunan sarana dan prasarana dasar seperti (irigasi,

jalan, listrik, sekolah, layanan kesehatan) yang dapat dijangkau lapisan

masyarakat paling bawah yang keberdayaannya sangat kurang. Oleh karena

itu diperlukan program khusus, karena programprogram umum yang berlaku

untuk semua tidak selalu menyentuh kepentingan lapisan masyarakat seperti

ini.

3. Protectingyaitu melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan unsur

penting, sehingga pemberdayaan masyarakat sangat erat hubungannya dengan

pementapan, pembudayaan dan pengalaman demokrasi. Pendekatan

pemberdayaan pada intinya memberikan tekanan pada otonomi pengambilan

keputusan dari kelompok masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya

pribadi, langsung demokratis dan pembelajaran sosial. Dalam hal ini Friedman

menegaskan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak hanya sebatas bidang

ekonomi saja tetapi juga secara politis, sehingga pada akhirnya masyarakat

akan memiliki posisi tawar (Bargaining position) baik secara nasional maupun

internasional. Sebagai titik fokusnya adalah aspek lokalitas, karena civil

society akan merasa lebih siap diberdayakan lewat isu-isu lokal.

2.2.1.5 Indikator Pemberdayan Masyarakat


Pemberdayaan memang sebuah proses. Namun, dari proses tersebut dapat

dilihat dengan indikator-indikator yang menyertai proses pemberdayaan menuju

sebuah keberhasilan, untuk mengetahui pencapaian tujuan pemberdayaan secara

operasional, maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat

menunjukkan seseorang atau komunitas berdaya atau tidak, dengan cara ini kita

dapat melihat ketika sebuah program pemberdayaan sosial diberikan, segenap

upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan

(misalnya keluarga miskin) yang perlu dioptimalkan.

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan

meraka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan akses kesejahteraan,

dan kemampuan kultur serta politis. Berikut ini sejumlah indikator yang dapat

dikaitkan dengan keberhasilan dari pemberdayaan (Suharto, 2005) :

1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau

wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop, rumah

ibadah, ke rumah tangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu

mampu pergi sendirian.

2. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk membeli

barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak goreng, bumbu);

kebutuhan dirinya (minyak rambut, shampo, rokok, bedak). Individu dianggap

mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan

sendiri tanpa meminta ijin orang lain termasuk pasangannya, terlebih jika ia

dapat membeli barang-barang dengan menggunakan uangnya sendiri.


3. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu untuk membeli

barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran,

majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator diatas, point tinggi

diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa

meminta ijin dari orang lain, terlebih jika ia dapat membeli dengan uangnya

sendiri.

4. Terlibat dalam membuat keputusan-keputusan rumah tangga: mampu

membuat keputusan secara sendiri maupun bersama (suami/istri) mengenai

keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian kambing

untuk ternak, memperoleh kredit usaha.

5. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: responden ditanya mengenai apakah

dalam satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak, mertua) yang

mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya, yang melarang

mempunyai anak, atau melarang bekerja di luar rumah

6. Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai

pemerintah desa/kelurahan, seorang anggota DPRD setempat, nama presiden,

mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.

7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes seseorang dianggap ‘berdaya’

jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan

protes, misalnya terhadap suami yang memukul isteri: isteri yang

mengabaikan suami dan keluarganya: gaji yang tidak adil: penyalahgunaan

bantuan sosial : atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai

pemerintah.
8. Jaminan ekonomi dan kotribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah,

aset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia

memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.

2.2.1.6 Elemen Elemen Pemberdayan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen:

pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, partai politik,

lembaga donor, aktor aktor masyarakat sipil, atau oleh organisasi masyarakat

lokal sendiri. Birokrasi pemerintah sangat strategis karena mempunyai banyak

keunggulan dan kekuatan yang luar biasa ketimbang unsur-unsur lainnya:

mempunyai dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka

legal, kebijakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain. Proses

pemberdayaan bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif dan berkelanjutan jika

berbagai unsur tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada

prinsip saling percaya dan menghormati (Eko, 2002).

2.2.1.7 Proses Pemberdayaan Masyarakat

Dalam upaya pemberdayaan masyarakat Ada beberapa tahapan intervensi

yang direncanakan agar tercapai keberhasilan pemberdayaan tersebut. Tahapan

yang dilakukan lebih dekat sebagai upaya pengembangan masyarakat.

Pengembangan masyarakat yang dilakukan diharapkan berujung pada

terealisasinya proses pemberdayaan masyarakat (Zubaedi, 2007). Menurut Adi

(2013) tahapan dalam proses pengembangan masyarakat, yaitu:

1. Tahap persiapan (engagement) Tahap persiapan dalam kegiatan

pengembangan masyarakat terdiri dua hal, yaitu persiapan petugas dan


persiapan lapangan. Persiapan petugas diperlukan untuk menyamakan persepsi

antar anggota tim sebagai pelaku perubahan mengenai pendekatan apa yang

akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sementara,

persiapan lapangan dilakukan melalui studi kelayakan terhadap daerah yang

akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara formal maupun informal. Jika

sudah ditemukan daerah yang ingin dikembangkan, petugas harus mencoba

menerobos jalur formal untuk mendapat perizinan dari pihak terkait. Di

samping itu, petugas juga harus menjalin kontak dengan tokoh-tokoh informal

agar hubungan dengan masyarakat dapat terjalin dengan baik.

2. Tahap pengkajian (assessment) Proses pengkajian yang dilakukan dengan

mengidentifikasi masalah atau kebutuhan yang diekspresikan dan sumber daya

yang dimiliki komunitas sasaran. Masyarakat dilibatkan secara aktif agar

permasalahan yang keluar adalah dari pandangan mereka sendiri, dan petugas

memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang mereka

sampaikan. Hasil pengkajian ini akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya,

yaitu tahap perencanaan.

3. Tahap perencanaan alternatif kegiatan (planning) Pada tahap ini petugas

secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah

yang mereka hadapi, bagaimana cara mengatasinya serta memikirkan

beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan.

4. Tahap formulasi rencana aksi (action plan formulation). Pada tahap ini

petugas membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan

menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan guna
mengadaptasi permasalahan yang ada. Pada tahap ini diharapkan petugas dan

masyarakat sudah dapat membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek

tentang apa yang akan dicapai dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.

5. Tahap implementasi kegiatan (implementation) Tahap pelaksanaan ini

merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam proses pengembangan

masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik dapat

melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerjasama antara

pelaku perubahan dan warga masyarakat, maupun kerjasama antarwarga.

6. Tahap evaluasi (evaluation) Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga

dan petugas terhadap program yang sedang berjalan. Pada tahap ini sebaiknya

melibatkan warga untuk melakukan pengawasan secara internal agar dalam

jangka panjang diharapkan membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang

lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Evaluasi

dimaksudkan untuk memberikan umpan balik bagi perbaikan kegiatan.

7. Tahap terminasi (termination). Tahap ini merupakan tahap ‘perpisahan’

hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan

seringkali bukan karena masyarakat sudah dianggap mandiri, tetapi karena

proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang

ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada

penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan program tersebut. Ketujuh

tahapan intervensi di atas merupakan proses siklikal yang dapat berputar guna

mencapai perubahan yang lebih baik, terutama setelah dilakukan evaluasi

proses (monitoring) terhadap pelaksanaan kegiatan yang ada. Siklus juga


dapat berbalik di beberapa tahapan yang lainnya, misalnya ketika akan

memformulasikan rencana aksi, ternyata petugas dan masyarakat merasakan

ada keanehan atau perkembangan baru di masyarakat sehingga mereka

memutuskan untuk melakukan pengkajian kembali (reassessment) terhadap

apa yang sudah dilakukan sebelumnya

2.2.1.8 Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat

tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan

subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka

pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut

(Sumodiningrat, 2002): pertama upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer

disebut pemihakan.Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan,

dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai

kebutuhannya. Kedua Program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan

dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran.Mengikutsertakan

masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan

tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta

kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat

dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan

mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya. Ketiga,

Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendirisendiri masyarakat

miskin sulit dapat memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya. Juga lingkup

bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu.


Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya

juga lebih efisien. Strategi pembangunan yang bertumpu pada pemberdayaan

masyarakat dipahami sebagai proses transformasi dalam hubungan sosial,

ekonomi, budaya dan politik masyarakat, sehingga perubahan struktural yang

terjadi diharapkan merupakan proses yang berlangsung secara alami. Teori-teori

ekonomi makro memerlukan intervensi yang tepat sehingga kebijaksanaan pada

tingkat makro mendukung upaya menutup kesenjangan melalui kegiatan-kegiatan

yang bersifat mikro yang langsung ditujukan kepada masyarakat lapisan bawah,

sehingga pemberdayaan masyarakat (empowering) sebagai model pembangunan

dapat menjadi jembatan bagi konsep-konsep pembangunan makro dan mikro.

2.2.1.9 Metode Pemeberdayan Masyarakat

Kartasasmita (2011:95) mengemukakan bahwa upaya pemberdayaan

masyarakat harus dilakukan melalui dua cara yaitu:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

untuk berkembang. Sehingga kondisi ini berdasarkan asumsi bahwa setiap

individu dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan.Dalam

hakikatnya dari kemandirian dan keberdayaan rakyat adalah keyakinan dan

potensi kemandirian tiap individu perlu untuk diberdayakan. Proses

pemberdayaan masyarakat berakar kuat pada proses kemandirian tiap

individu, yang kemungkinan meluas ke keluarga, serta kelompok masyarakat

baik ditingkat lokal maupun nasional

2. Memberdayakan masyarakat dalam arti melindungi dan membela kepentingan

masyarakat yang lemah. Dalam proses pemberdayaan ini harus dicegah jangan
sampai yang lemah bertambah lemah atau tersingkirkan dalam menghadapi

yang kuat oleh karena itu dalam proses perlindungan dan pemihakan kepada

yang lemah sangat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan

masyarakat. Melindungi dan membela harus dilihat sebagai upaya untuk

mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan eksploitasi atas

yang lemah.

2.2.1.10 StrategiPemberdayaan

Pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif tidak ada literature yang

menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu

antara pekerja sosial dank lien dalam setting pertolongan perseorangan. Meskipun

pemberdayaan seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan

diri, hal ini bukanlah strategi utama pemberdayaan namun demikian, tidak semua

intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa

situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun

pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti

mengkaitkan dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya. Dalam konteks

pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau cara

pemberdayaan (empowerment setting), yaitu:

1. Aras mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui

bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan

utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-

tugas kehidupannya. Model ini sering disebut pendekatan yang berpusat pada

tugas (task centeredaphoach).


2. Aras mezzo, pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.

Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media

intervensi. Pendidikan dan pelatihan dinamika kelompok, biasanya digunakan

sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan

dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan

yang dihadapinya.

3. Aras makro, pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (Large

system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan

yang lebih luas. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang

memiliki kompetensi untuk memahami situasi mereka sendiri untuk memilih

dan menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Hal ini sependapat dengan Gutierrez dalam Jurnal internasional yang

mengatakan bahwa:

“argues that tehre are three perspectives on empowerment. First, a macro


levelperspectives defines empowerment as teh process of increasing collective
political power. Secound, a micro level perspective defines empowerment as
development of an individual felling of inscreased power or control without an
actual change in secound structural arragement. Third, an approachment
combining teh first and secound perspectives: how individual empowerment can
contribute to group empowerment and how teh increase in a group’ power and
enchance teh fuctioning of this individual number”(Gutierrez, 2010: 210).
Dapat diartikan sebagai berikut:

Ada tiga perspektif pemberdayaan. Pertama, tingkat makro mendefinisikan

pemberdayaan sebagai proses peningkatan kekuatan politik kolektif. Kedua,

perspektif tingkat makro mendefinisikan pemberdayaan sebagai pengembangan


perasaan individu daya yang meningkat atau kontrol tanpa perubahan yang

sebenarnya dalam pengaturan struktural. Ketiga, pendekatan yang

menggabungkan perspektif pertama dan kedua: “bagaimana pemberdayaan

individu dapat berkontribusi untuk pemberdayaan kelompok dan bagaimana

peningkatan kekuatan kelompok dapat meningkatkan fungsi anggota individu.

2.2.1.11 PendekatanPemberdayaan

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat

tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan

subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep nya, maka

pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut yang

pertama upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer disebut

pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan

program yang dirancang untuk mengatasi masalah dan sesuai kebutuhannya.

Kedua,program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan

oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan

dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena

sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan

mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan

pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan

mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya. Ketiga,

Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat

sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup

bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu.


Berdasarkan analisis sederhana penulis, pendekatan kelompok ini paling efektif

dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien.

Strategi pembangunan yang bertumpuk pada pemberdayaan masyarakat

dipahami sebagai proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya,

dan politik masyarakat, sehingga perubahan struktural yang terjadi diharapkan

merupakan proses yang berlangsung secara alami.Teori-teori ekonomi makro

memerlukan intervensi yang tepat sehingga kebijaksanaan pada tingkat makro

yang mendukung upaya menutup kesenjangan melalui kegiatan-kegiatan yang

bersifat mikro yang langsung ditujukan kepada masyarakat lapisan bawah,

sehingga pemberdayaan masyarakat sebagai model pembangunan dapat menjadi

jembatan bagi konsep-konsep pembangunan makro dan mikro. (Sumodiningrat,

2002).

2.2.1.12 Prinsip Pemberdayaan

Mengutip buku Pemberdayaan Masyarakat tulisan Dedeh Maryani dan

Ruth Roselin E. Nainggolan (2019: 8), pemberdayaan masyarakat adalah proses

pembangunan yang membuat masyarakat berinisiatif untuk memulai kegiatan

sosial dalam memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.

Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat bersifat inklusif, dalam arti

lain turut melibatkan masyarakat sasaran program. Keberhasilan program tidak

hanya bergantung pada pihak yang melakukan pemberdayaan, tetapi juga oleh

keaktifan pihak yang diberdayakan.Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan

masyarakat harus berlandaskan prinsip-prinsip tertentu. Berikut ini adalah

penjelasannya:
1. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Untuk mencapai kesuksesan program, terdapat empat prinsip yang harus

dipegang, yaitu kesetaraan, partisipasi, keswadayaan dan kemandirian, serta

prinsip berkelanjutan. Agar lebih paham, simak penjabarannya berikut ini:

2. Prinsip Kesetaraan

Dalam proses pemberdayaan, penting untuk mengedepankan kesetaraan

kedudukan masyarakat dengan lembaga yang melakukan program pemberdayaan.

Masing-masing pihak yang terlibat saling mengakui kelebihan dan kekurangan

sehingga dapat saling bertukar pengetahuan, pengalaman, dan dukungan.

3. Prinsip Partisipasi

Program akan berhasil menstimulasi kemandirian masyarakat jika

bersifat partisipasif, artinya masyarakat ikut merencanakan, melaksanakan,

mengawasi, dan mengevaluasinya. Tentu saja dalam prosesnya, pendamping

harus berkomitmen untuk membina dan mengarahkan masyarakat secara

jelas.

4. Prinsip Keswadayaan dan Kemandirian

Prinsip keswadayaan artinya menghargai dan mengedepankan

kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak

memandang orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan,

melainkan sebaliknya.Merekamemiliki pengetahuan yang mendalam tentang

kendala-kendala usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki

tenaga kerja, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama

dipatuhi. Semua ini harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses
pemberdayaan. Bantuan dari orang lain yang bersifat materiil dipandang

sebagai penunjang. Tujuannya agar pemberian bantuan tidak justru

melemahkan tingkat keswadayaan masyarakat.

5. Prinsip Berkelanjutan

Program pemberdayaan perlu dirancang agar berkelanjutan. Di awal,

pendamping memang memiliki peran yang lebih dominan, namun secara

perlahan peran mereka akan makin berkurang. Sebab masyarakat-lah yang

diharap mampu mengelola kegiatannya sendiri.

2.2.1.13 Kendala Pemberdayaan

Menurut Fatah (2006: 26) menyebutkan bahwa kendala yang

dihadapi untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani adalah:

Fatah (2006: 157) menyebutkan adanya kendala dalam produktivitas

pertanian yaitu:

1. Lemahnya program penyuluhan pertanian sehingga tidak mampu


mencapai targetnya para petani miskin,
2. Terbatasnya pasar yang kompetitif untuk input produksi seperti benih
yang bermutu dan pupuk,
3. Terbatasnya pelayanan di sektor dan pedesaan, menyangkut pelayanan
keuangan, perbankan, permodalan, dan teknologi pedesaan,
4. Lemahnya pasar produk pertanian.
Fatah (2006: 261) juga menambahkan bahwa hambatan-hambatan

yang dihadapi petani meliputi; pengetahuan, motivasi, sumberdaya,

wawasan, dan kekuasaan.Serta petani yang berkompeten merupakan syarat


penting bagi keberhasilan pembangunan pertanian dan tujuan penyuluhan

adalah meningkatkan kompetensi tersebut.

Selanjutnya Fatah (2006: 431) juga berpendapat mengenai kendala

pemberdayaan petani dapat mencakup dalam hal; pergeseran tenaga kerja di

pedesaan, struktur pemilikan dan pengusahaan lahan dan pengembangan

tata guna lahan.

Sedangkan diposisi lain, Kotler (dalam Soetomo 2018) berpendapat


Adanya kendala bagi suatu industri yang dijumpai dalam suatu kegiatan
pemasaran dalam hal strategi pemasaran pada masa kekurangan, inflasi, dan
resesi disebutkan beberapa industri tertentu dari waktu ke waktu selalu
menghadapi permintaan yang berlebih, yaitu tidak mampu memenuhi
jumlah seluruh kebutuhan konsumennya sehingga akan melakukan
penggabungan dengan pihak lain. Kendala situasi ekonomi kekurangan
terjadi bila banyak industri berada dalam posisi kekurangan barang untuk
untuk konsumennya pada saat yangbersamaan.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pemberdayaan petani di

kelompok tani dapat meliputi beberapa bidang, diantaranya bidang

permodalan, bidang produksi dan bidang pemasaran.Bidang permodalan

dapat meliputi rendahnya sumber daya manusia sebagai pengelola modal.

Bidang produksi dapat meliputi: produktivitas lahan yang sempit, iklim

tidak mendukung, kurang pengetahuan serta kurangnya motivasi untuk lebih

giat lagi, produktivitas hasil yang masih rendah.

1. Konsep Pemerintah Desa Kertanegla dalam memberdayakan

masyarakat
a. Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi

terhadap bidang pemeberdayaan,ekonomi, lingkungan

hidup,pemberdayaan keluarga,

b. Pembinam Pemerintah desa kepada masyarakat kelompok tani

seperti tugas sosialisasi, dan membantu mengayongi masyarakat

supaya lebih baik lagi.

c. Melakukan pembangunana, berupa sarana prasarana perdesaan dan

pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan.

d. Menjaga hubungan kemitraan anatara lembaga masyarakat dan

lembaga lainnya.

2. Konsep Kelompok Tani Desa Kertanegla

a. Saling mengenal, akarab, saling percaya di anatara sesama anggota.

b. Memepunya pandanagn yang sama dan kepentingan yang sama

dalam memberdayakan kelompok tani.

c. Pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan

kesepakatan bersama.

Terjadinya permintaan lebih dari hasil produksi, masih lemahnya

lembaga. Sedangkan di bidang pemasaran masih adanya kebergantungan

dengan kelompoklain.Sedangkankendala yang di hadapi oleh pemerintah

desa di antaranya kurangnya sumber daya manusia (SDM), kurangnya

partisifasi masyarakatterhadap Pemberdayaan Kelompok Tani Oleh

Pemerintah Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupaten

Tasikmalaya.
2.2 Kerangka Pemikiran

Kelompok petani teh rakyat menjadi komoditas perekebunan yang di

budidayakan oleh masyarakat dan di kembangkan oleh pemerintah

Kabupaten Tasikmalaya, perkebunan teh rakyat di lakukan di lahan-lahan

masyarakat guna meningkatkan ekonomi, pengembangan perkebunan

rakayat yang belum memeiliki arah yang jelas dalam tata ruang

wilayah.Perkebunan teh rakyat di Desa Kertanegla Kecamatan

Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya menghasilkan produksi panen teh

yang kurang setabil. Hal ini di sebabkan kurangnya pemeliharan teh rakyat

di Desa Kertanegla, selain itu banyak faktor-faktor yang memepengaruhi

penurunan produktivitas teh rakyat tersebut.Faktor -faktor tersebut di

antaranya lahan yanag kurang sesuai, yang kedua cuaca kurang menentu

yang ke tiga pembibitan teh rakyat, pemupukan teh rakyat, teknik

penanaman teh rakyat, serta teknik pemetikan teh rakyat,

Dari beberapa faktor-faktor tersebut hal yang kurang menonjol yaitu

proses pemupukan dikarenakan harga pupuk yang melambung sehingga

kemampuan petani untuk membeli pupuk menurun akibatnya hasil produk

panen menurun tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani

untuk biaya tersebut.Keberadaan kelompok tani sangat lah penting di

berdayakan karena potensinya sangat besar, upaya pemberdayan petani teh

tersebut bertujuan guna meningkatakan kesejahteran dan peningkatan

produktivitas teh dan untuk mencapai keadilan sosial menyatakan keadilan

sosial dengan memberikan ketentraman kepada masyarakat yang lebih besar


serta persamaan politik dan sosial melalui upaya saling membantu dan

belajar melalui pengembangan langkah-langkah kecil guna tercapainya

tujuan yang lebih besar Untuk keberhasilan suatau proses pemberdayan

sebagai mana sudah di singgung dalam uraian sebelumnya, unsur utama

proses pemeberdayaan masyarakat adalah pemeberian kewenangan dan

penegembangaan kapasitas masyarakat. Kedua unsur tersebut tidak dapat di

pisahkan, oleh karena apabila masyarakat telah memeproleh kewenangan

tetapi tidak atau belum memepunya kapasitas menjalankan kewenangan

tersebut maka juga hasilnya juga tidak optimal. Masyarakat berada pada

posisi marginal di sebabkan karena kurangnya memeiliki unsur tadi,

kewenangan dan kapasitas. Kondisi tersebut juga sering di sebut masyarakat

kurang berdaya atau powerless, sehingga tidak mempunyai peluang untuk

mengatur masa depannya sendiri. Hal itu lah yang di anggap sebagai

penyebab utama kondisi utamanya tidak sejahtra.

Untuk memperoleh kewenangan dan kapasitas dalam mengelola

pembangunan, masyarakat perlu di berdayakaan melalui proses

pemeberdayaan atau empowerment. Memahami power tidak cukup dari

dimensi distributif akan tetapi juga dari dimensi generatif. Dalam dimensi

distributif berdasarkan terminologi personal, power dapat di artikan

terminologi personal, power dapat di artikan sebagai kemampuan seseorang

untuk memepengaruihi seseorang. Sebagai dasar pemahaman penegertian

pemeberdayaan dalam pembangunan, power dalam dimensi dalam generatf

justru lebih penting.


Menurut Usman dalam Mulyono (2012: 30) Menyatakan bahwa:

Pemberdayaan adalah suatu proses pembelajaran masyarakat untuk

mengembangkan seluruh potensi agar dapat berperan serta dalam

pembangunan. Sebagai suatu proses pembelajaran, maka ia adalah suatu

proses peningkatan kemampuan pada seseorang atau kelompok orang agar

dapat memahami dan mengontrol kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi, dan

atau politik sehingga dapat memperbaiki kedudukannya di tengah-tengah

masyarakat.
Belum Optimalnya Pemberdayaan Kelompok Petani Teh Oleh
Pemerintah Desa Kertanegla Kecamatan
Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya

1. Reorientasi
2. Gerakan Sosial
3. Institusi Lokal
4. Pengembangan
Kapasitas

Pemberdayaan Kelompok Petani


Teh Oleh
Pemerintah Desa
Kertanela
Kecamatan
GambarBojonggambir
2.1
Kabupaten
Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

2.3 Proposisi

Berdasarkan uraian peneliti dalam kerangka pemikiran yang di

paparkan maka penelitian mengajukan proposisi yaitu keberhasilan

Pemberdayan Kelompok Petani Teh Oleh Pemerintah Desa Kertanegla

Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya.Kartasasmita (2011:95)

mengemukakan bahwa upaya memberdayakan rakyat harus dilakukan

melalui dua cara yaitu:


1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat untuk berkembang. Kondisi ini berdasarkan asumsi bahwa

setiap individu dan masyarakat memiliki potensi yang dapat

dikembangkan. Hakikat dari kemandirian dan keberdayaan rakyat adalah

keyakinan dan potensi kemandirian tiap individu perlu untuk

diberdayakan. Proses pemberdayaan masyarakat berakar kuat pada

proses kemandirian tiap individu, yang kemungkinan meluas ke

keluarga, serta kelompok masyarakat baik ditingkat lokal maupun

nasional.

2. Memberdayakan masyarakat dalam arti melindungi dan membela

kepentingan masyarakt yang lemah. Dalam proses pemberdayaan harus

dicegah jangan sampai yang lemah bertambah lemah atau terpinggirkan

dalam menghadapi yang kuat oleh karena itu, perlindungan dan

penglihatan kepada yang lemah sangat mendasar sifatnya dalam konsep

pemberdayaan masyarakat. Melindungi dan membela harus dilihat

sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak

seimbang atas yang lemah.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian dalam hal ini mengunakan penelitian kualitatif

yang merupakan antitehsis dari penelitian kuantitatif. Hal ini bertujuan

untuk melihat lebih dalam suatu fenomena sosial termasuk di dalamnya

kajian terhadap ilmu manajemen dan kebijakan publik.

Menurut Bogdan and Taylor (dalam Moleong Lexy.J,2019:4)

menyatakan bahwa:

Penelitian kualitataif merupakan penelitian yang bermaksud untuk

memahami penomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi,motivasi, tindakan dan lain-lain, secara bolistik

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanpaatkan berbagai metode

alamiah.

Berdasarkan hal tersebut penelitian kualitatif merupakan penelitian

yang bergantung pada hasil pengamatan peneliti secara menyeluruh.Oleh

karena itu dalam penelitian ini memanpaatkan wawancara terbuka untuk

menalaah dan memahami sikap, paradigma terhadap suatu penomena yang

di temukan di lapangan. Selain itu dalam penelitian mengunakan dokumen

berupa data yang di ambil dari lapangan. Sehingga dalam penelitian ini akan

menafsirkan sebuah penomena yang di ungkap secara deskriftip. Penelitian

55
dengan mengunakan penelitian metode kualitatif tidak mengunakan

prosedur analisis stastitika atau dengan cara kualitatif.

Di gunakannya metode penelitian kualitatif karena peneliti

bermaksud untuk memahami lebih mendalam dan mendesrifsikan terkait

program Pemberdayan Kelompok PetaniTeh Oleh Pemerintah Desa

Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya.

3.2 Oprasionalisasi Konsep

Penelitian ini berkenan tentang Pemberdayan Kelompok Petani teh

di Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya.

Adapun konsep pemebrdayaan kelompok tani ingin mengetahui faktor–

faktor pendorong berupa pemberdayaan, kesempatan, pengetahuan,

keterampilan dengan mengunakan teknik wawancara (Soetomo 2018)

Variabel Dimensi Indikator

Pemberdayaan Soetomo (2018.96) 1. Orrientasi


a. Desa kertanegla dan
Masyarakat mengemukakan
masyarakat
pemberdayaan
membangun dan
masyarakat berasumsi untuk
perubahan dari segi
tercermin dari:
pemberdayaan
1. Reorientasi
b. Bagi masyarakat
2. Gerakan Sosial
desa kertanegla di
3. Institusi Lokal
perlukan riorentasi
4. Pengembangan
karena masyarakat
Kapasitas
berposisi sebagai
objek dan pemberi
keputusan dan
perencanaan yang di
buat oleh pemerintah
desa kertanegla
2. Gerakan sosial
a. Pemerintah desa
kertanegla bahwa
penggunan
pendekatan
pemberdayaan
kepada masyarakat
telah berkontribusi
cukup signifikan
dalam segi
pemberdayaan petani
teh di desa
kertanegla
b. Gerakan sosial juga
memperjuangkan
perubahan terutama
dalam segi
pemberdayaan
3. Insitusi lokal
a. Petani atau
pemberdaya di desa
kertanegla
melakukan tindakan
kolektif untuk
membuat perubahan
dalam kondidi hidup
b. Institusi lokal juga
memepunyai fungsi
sebagai instrumen
pemberdayaan
internal maupun
eksternal dalam
bidang
pemberdayaan
4. Pengembangan
kapasitas
a. Pengembangan
kapasitas unsur
utama dalam dalam
pembentukan proses
pemberdayaan
b. Dengan adanya
pengembangan
kapasitas petani bisa
terjaga dan bisa
menerima bantuan
dari pihak desa atau
luar

3.3 Data dan Sumber Data

Data merupakan sebuah hal yang penting dalam sebuah penelitian

ilmiah. Menurut Ridwan (2014:20) menyataka bahwa:Data merupakan

bahan mentah yang perlu di oleh, sehingga menghasilkan informasi atau

keterangan yang menunjukan fakta. Data merupakan suatu hal yanag dapat

di jelaskan sebuah penomena dan penelitian kualitatif.

Berdasarkan hal tersebut peneliti dapat memahami kedah objek

penelitian, dan penomena yang ada di lapangan. Pengambilan data dapat di


lakukan secara langsung oleh peneliti dan di himpun langsung menjadi data

primer, sedangkan jika berasal dari orang lain di sebut sumber sekunder,data

merupakan sumber utama untuk menemukan informasi yang sangat akurat

dari sebuah peneliti.

1. Data primer.

Merupakan data yang di ambil dari orang pertama atau yang di peroleh

secara langsung dari lapangan melalui penelitian, misalnya melalui

wawancara, observasi, dan lain-lain.Dalam hal ini narasumber data

primer berasal dari para petani teh dan masyarakat kelompok tani.

2. Data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang di peroleh dari dokumen-dokumen,

laporan hasil penelitian, buku-buku, internet, karangan ilmiah, dan

sumber sumber lainnya yang dapat memberi informasi lainnya yang

dapat memeberikan informasi terhadap penelitian pemberdayan

kelompok petani teh. Data ini dapat ditemukan dengan mudah dan cepat.

Menurut Hermawan, iwan (2019:146) menyatakan,bahwa sumber

data kulitatif dapat di bedakan menjadi: subjek penelitian, objek

penelitanberdasarkan hal tersebut, maka sumber data dalam penelitian ini

yaitu:

1. Informan
Informan merupakan orang yang meresepon ketika di wawancara

untuk mendapatkan informasi secara tersetruktur.Jumlah informasi dalam

penelitian ini yaitu terbagi ke 4 orang yaitu.

1) Ketua kelompok Tani Desa Kertanegla Kecamatan Bojonggambir

Kabupaten Tasikmalaya : 1 Orang

2) Kepala Desa Kertanegla : 1 Orang

3) Angota kelompok Tani : 1 Orang

4) Anggota tani : 1 Orang

Jumlah : 4 Orang

2. Dokumen Pendukung

Dokumen pendukung dalam penelitian ini berupa dokumentasi di

lapangan dan data-data yang di peroleh di lapangan oleh peneliti.Selainitu,

dokumentasi pendukung nya bisa berupa dokumen resmi dan dokumen

pribadi yang berasal dari objek penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh keterangan atau data yang dibutuhkan dalam

suatu penelitian, maka dibutuhkan cara agar keterangan atau data yang

diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Adapun teknik pengumpulan data

yang digunakan oleh peneliti antara lain melalui: Dokumentasi, wawancara,

dan pengamatan langsung

1. Telah dokumen (Dokumentasi) yaitu dokumen sebagai sumber data dapat

dimanfaatkan untuk melengkapi pengetahuan yang mendalam tentang

suatu kasus yang berguna untuk melengkapi data dan memperkuat


kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian ini. Dokumen yang akan

dimanfaatkan dalam penelitian ini bisa berasal dari mana saja, sepanjang

berhubungan dengan 40 masalah yang diteliti misalnya dokumen berupa:

statistik, arsip, dan laporan pada lembaga pemerintah yang terkait.

2. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan cara tanya jawab langsung

dengan pihak-pihak yang sekiranya dapat memberikan keterangan yang

berhubungan dengan penelitian.

3. Pengamatan Langsung / Observasi Teknik pengamatan langsung

digunakan untuk memperdalam pemahaman tentang peran masing-

masing sehubung dengan pemberdayaan kelompok tani. Hal ini

diharapkan dapat memberikan suatu penjelasan atau keterangan yang

diperlukan guna melengkapi data yang diperoleh serta memberikan

penjelasan dan gambaran menyeluruh tentang faktor-faktor eksternal

dalam kebijakan yang diambil

3.5 Teknik Pengolahan atau Analisis Data

Analisis data kualitatif menurutBogdan & Biklen (dalam Lexy J.

Moleong, 2019:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain. Proses analisis data dimulai

dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari

wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam caatan lapangan,


dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya (Lexy J.

Moleong, 2019:247).

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik analisis data dari Milles dan Huberman (Ahmadi Ruslan,

2014: 57)

1. Pengumpulan Data

Dalam penelitan ini pengumpulan data dilakukan dengan mencari,

mencatat, dan mengumpulkan data melalui hasil wawancara,

dokumentasi, dan observasi yang terkait dengan pelaksanaan Program

Pemberdayan Kelompok Petani Teh.

2. Kondensasi Data (Data Condensation)

Dalam kondensasi data merujuk kepada proses menyeleksi,

memfokuskan, menyederhanakan, Pengumpulan Data Penyajian Data

Kondensasi Data Penarikan kesimpulan / Verifikasi mengabstraksi dan

mentransformasi data yang terdapat pada catatan lapangan maupun

transkip dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

3. Pemilihan (Selecting)

Menurut Miles dan Huberman peneliti harus bertindak selektif, yaitu

menentukan dimensi-dimensi mana yang lebih penting, hubungan-

hubungan yang mungkin lebih bermakna, dan sebagai konsekuensinya,

informasi apa yang dapat dikumpulkan dan dianalisis.

4. Pengerucutan (Focusing)
Miles dan Huberman (2014) menyatakan bahwa memfokuskan data

merupakan bentuk pra-analis.Padatahap ini, peneliti memfokuskan data

yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian.Tahap ini

merupakan kelanjutan dari tahap seleksi data.Peneliti hanya membatasi

data yang berdasarkan dari rumusan masalah.

5. Peringkasan (Abstracting)

Tahap membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan

yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya.Padatahap ini, data

yang telah terkumpul dievaluasi khususnya yang berkaitan dengan

kualitas dan cukupan data.

6. Penyederhanaan dan Transformasi (Data Simplifying dan Transforming)

Data dalam penelitian ini selanjutnya disederhanakan dan dan

ditransformasikan dalam berbagai cara yakni melalui seleksi yang ketat

melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan data dalam satu

pola yang lebih luas, dan sebagainya

7. Penarikan Kesimpulan atau Verifikas

Dari beberapa tahap yang telah dilakukan dan yang terakhir adalah

penarikan kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan serta mengecek

ulang dengan 43 bukti yang telah ditemukan di lapangan. Peneliti akan

mengambil kesimpulan terkait implementasi kebijakan yang dilakukan

berdasarkan bukti, data dan juga temuan yang valid berdasarkan studi

lapangan yang telah dilakukan.

3.6 Tempat dan Jadwal Penelitian


Tempat penelitian dilakukan diDesa Kertanegla Kecamatan

Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya. Lamanya penelitian yang peneliti

lakukan direncanakan selama 9 bulan, terhitung mulai dari bulan September

2021 sampai dengan bulan Mei 2022, mulai dari tahap pelaksanaan

penelitian sampai penyusunan terakhir dalam bentuk skripsi. untuk lebih

jelasnya peneliti sampaikan matrik jadwal kegiatan sebagai berikut.

Tabel 3.1
Jawdwal Penelitian

No Kegiatan Sep Okt Nov Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul
Pengajuan
Matrik
1 Penelitian
Penyusuna
2 n Proposal
Bimbingan
3 Proposal
Seminar
4 Proposal
Revisi
5 Seminar
6 Penelitian
Penyusuna
7 n Hasil
Bimbingan
8 Hasil
Sidang
9 Skrifsi

BAB IV
HASIL PENELEITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambar Umum Objek Penelitian

4.1.1.1 Sejarah Singkat Desa Kertanegla

Berangkat dari inisiatif warga Desa Kertanegla yang menginginkan

adanya peningkatan dalam berbagai aspek kehidupan sesuai dengan tuntutan

warga masyarakat terutama dalam peningkatan di bidang perekonomian,

kesejahteraan pendidikan dan keamanan, maka tersusunlah para perintis

pemekaran Desa Bojonggambir yang disepakati dalam musyawarah Desa

Bojonggambir terdiri dari :

1. Tokoh ulama : A. Usup, A. Mustopa dan A.Saepuloh

2. Tokoh masyarakat : Sajiri, Karnan, Komarudin, Ojo dan H.Holis

3. Tokoh Pemuda : E. Radiansah, Elon Salim, Saim, Ikon, Amin

Mansur, dan I.Sunaryo

Tokoh tersebut diatas kemudian pada Tahun 1982 membentuk

Kepanitiaan untuk menyelenggaran pemilihan untuk membentuk Pimpinan

(Kepala Desa) pada pemilihan tersebut terdiri dari Calon tunggal yaitu

Bapak Anap Nurhikmat anak Kepala Desa Bojonggambir Bapak Adiwirja.

Setelah resmi terbentuk Pemerintahan yang baru yaitu Desa

Kertanegla dibawah kepemimpinan Bapak Anap Nurhikmat, maka

dimulailah langkah-langkah penataan dan pengelolaan organisasi

pemerintahan, lembaga-lembaga dan seluruh aspek kehidupan masyarakat,


walaupun sarana dan prasarana yang serba terbatas dengan numpang

(kantor) di sebuah perumahan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kertanegla

(Wisma) Namun dalam menjalankan roda-roda kepemerintahan Desa dalam

melayani masyarakat tetap berjalan dengan baik.

Setelah masa Jabatan habis dalam Jangka waktu Delapan Tahun, pada

Tahun 1988 kembali mengadakan Hajat Demokrasi masyarakat Desa

Kertanegla, dalam pemilihan kepalaDesa Ke-2, dengan diikuti oleh 3 Calon

yaitu E.Radiansah, A.Hobir, Ikon, E.Radiansah menjadi Calon Pemenang

dalam pemilihan tersebut.

Setelah masa Jabatan habis dalam Jangka waktu Enam Tahun Habis

Masa Jabatan pada Tahun 1999, Untuk Posisi Kepala Desa Untuk

Sementara Dijabat Oleh Kaur Keuangan Bapak Jenal Aripin selama 1 tahun

(Tahun 1999 s/d 2000).

Kemudian membentuk panitia untuk mengadakan pemilihan dengan

calon Drs. Hadid Hidayah, Hadim, Dadang Romansyah. Hadid Hidayah

menjadi calon paling unggul dalam perolehan suara dan menjadi kepala desa

selama 5 tahun (Tahun 2000 s/d 2005). Setelah habis masa jabatan

kemudian mengadakan pemilihan kepala desa kembali yang dengan 4 orang

calon kepala desa yaitu : Dadang Romansyah, Komarudin, Saepuloh, E.

Radiansyah. Dadang Romansyah menjadi Pemenang dalam pemilihan

Kepala Desa Tahun 2005, dan pada tahun 2011 diadakan pemilihan Kepala

Desa yang diikuti dengan 3 Calon Kepala Desa, yaitu Dadang Romansyah,
Sahrudin, Ahmad Muhlis yang menjadi Pemenang dalam Pemilihan tersebut

adalah Sdr.Ahmad Muhlis.

Pada tahun 2017 setelah masa jabatan Kepala Desa habis, pada

tanggal 27 November 2017 diadakan kembali pemilihan Kepala Desa yang

diikuti oleh 4 (empat) calon Kepala Desa yaitu : Bunyamin, Ajan Bagjana,

Ahmad Muhlis (Incumbent) serta Abad. Pada pemilihan tersebut dari hasil

penghigungan suara Sdr. Ahmad Muhlis (Incumbent) kembali menang

dalam hajat demokrasi dan diangkat kembali menjadi Kepala Desa

Kertanegla hingga sekarang.

4.1.1.2 Perkembangan Desa Kertanegla

4.1.1.2.1 Kondisi Umum Geografi

Secara geografis desa kertanegla kecamatan Bojonggambir Kabupaten

Tasikmalaya sekitar + 120 km, ke arah utara ibu kota propinsi Jawa Barat

desa yang cukup produktif dan potensi sumber daya alam yang belum

banyak tergali terutama pertanian dan perkebunan.

Secara administrasi desa Kertanegla terbagi menjadi 8 Dusun,16

RW dan 45 RT dengan luas wilayah 1.045 Ha. Adapun batas-batas

administrasi desa kertanegla adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Mangkonjaya dan Ciroyom

b. Sebelah Barat : Kabupaten Garut

c. Sebelah Selatan : Desa Girimukti dan Pedangkamulyan

d. Sebelah timur : Desa Bojonggambir


4.1.1.2.2 Kondisi sosial Ekonomi

Adapun jumlah Penduduk Desa Kertanegla adalah 4540 Jiwa dengan

perincian Laki-laki 2.158 Perempuan 2.382 Jiwa sedangkan jumlah KK

1649 KK. Mata pencaharian Penduduk desa Kertanegla adalah :

a. Pegawai Negeri : 10 Orang

b. TNI/POLRI : - Orang

c. Tani : 1.746 Orang

d. Pertukangan : 24 Orang

e. Buruh Tani : 1.992 Orang

f. Lain-Lain : 775 Orang

4.1.1.2.3 Faktor Alam / Lingkungan

1. Letak Geografis

Desa Kertanegla merupakan Desa Perbukitan

Tofografi Desa

Daerah Aliran Sungai : 25 %

Berbukit : 50 %

Dataran : 25 %

2. Luas Wilayah
1. Menurut penggunaanya :
Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Penggunaannya
JenisPenggunaanLahan Luas (Ha)
A PemukimanPenduduk 17
B Persawahan 149
C Perkebunan 650
D KuburanUmum 5
E Pekarangan 10
F Perkantoran/Sekolah 4
G Lainnya 210
Total Luas 1.045
Sumber:Pemerintah Desa Kertanegla
3. Tanah Sawah
Tabel 4.2
Jenis Tanah Sawah
Jenis tanah sawah Luas (Ha)
A Sawah irigasi Teknis -
B Sawah Irigasi Setengah Teknis 116
C Sawah Tadah hujan 33
Total Luas 149
Sumber:Pemerintah Desa Kertanegl
4. Tanah Perkebunan
Tabel 4.3
Tanah Lainnya
Tanah Lainnya Luas (Ha)
A Perhutani
B Hutan Rakyat dan Tanah Negara 209
C Lapangan Olah Raga 1
Total Luas 210
Sumber: Pemerintah Desa Keretanegla
2. Keberadaan Lingkungan
Keberadaan Lingkungan dengan berdasarkan kepada jenis-jenis tekstur
tanah dapat kami uraikan sebagai berikut :
Tabel 4.4
Jenis Tanah
Jenis Tanah Luas (Ha)
A Lahan Kritis 30
B Lahan erosi ringan 300
C Lahan erosi sedang 300
D Lahan tahan erosi 415
Total Luas 1.045
Sumber: Pemerintah Desa Kertanegla
Bencana alam yang terjadi dan mengakibatkan kerugian setahun terakhir
Tabel 4.5
Jenis Bencana Alam
Jenis Banyaknya Korban Kerugian
Bencana alam Kejadin Jiwa Materi
1. Banjir - - -
2. Tanah Longsor 2 - Ada
3. Gempa Bumi 2 Ada
Sumber:Pemerintah Desa Kertanegla
Upaya yang dilakukan dengan cara gotong-royong oleh masyarakat denga pihak-
pihak yang membantu baik berupa materi ataupun tenaga.
Pencemaran lingkungan hidup satu tahun terakhir (air, tanah dan udara)
Tabel 4.6
Jenis yang Dicemar dan Tercemar
Jenis yang Jenis Pengaduan ke
Ada/tidak
Dicemari/tercemar Pencemaran Kades
Pembungan
a. Air Ada Ada
sampah ke sungai
b. Tanah Tidak - -
c. Udara Tidak - -
Sumber:P0emerintah Desa Kertanegla
Pembakaran Lahan dan Hutan satu tahun terakhir (tidak ada)
Lokasi Penggalian Golongan C tidak ada
Rata-rata kedalaman air tanah (sumur) 15 m
1. Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk dalam katagori lapangan pekerjaan
Tabel 4.7
JenisKetenaga kerjaan
JenisKetenagakerjaan Jumlah
a. Penduduk yang bekerja di LuarNegeri 17 orang
b. Pengangguran 165 orang
c. Setenganpengangguran 185 orang
d. Yang bekerja di sektor formal 459 orang
e. Yang bekerja di sektor informal 656 Orang
Sumber:Pemerintah Desa Kertanegl
Tabel 4.8
Mata Pencaharian Pokok Masyarakat
Jenis Pekerjaan Jumlah
1. Petani 1.746 orang
2. Buruh Tani 1.992 orang
3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 10 orang
4. Pengrajin / Industri Rumah 31 orang
Tangga
5. Pedagang 131 orang
6. Peternak 446 orang
7. Montir 8 orang
8. Bidan 2 orang
9. Perawat -
10. Pengusaha Kecil dan menengah 235

Sumber:Pemerintah Desa Kertanegla

d. Faktor Kelembagaan
1) Status Pemerintahan (Desa)
2) Kondisi Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) ada
3) Keberadaan Lembaga/Organisasi Kemasyarakatan :
a) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ( LPM )
b) Majlis Ulama Indonesia (MUI)
c) Karang Taruna
d) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

e. Saranadan Prasaranaakses
1) Ketersediaan Sarana Pendidikan
a) TK / PAUD : 5 buah
b) SDN : 4 buah
c) MDT : 22 buah
2) Ketersediaan sarana Kesehatan
a) Pustu : 1 unit
b) Posyandu : 9 Unit
3) Ketersediaan sarana Keagamaan
a) Mesjid Jamie : 21 Unit
b) Mushola/langgar : 36 buah
4) Keberadaan tenaga kesehatan yang tinggal di desa
a) Bidan : 2 orang
b) Dukun Bayi : 4 orang
c) Kader Posyandu : 45 orang
d) Pos KB Desa : 1 orang
5) Ketersediaan sarana olah raga
a) Lapangan sepak bola
b) Lapangan Volly Ball
c) Lapangan Tenis meja
d) Lapangan Bulu Tangk
6) Ketersediaan jalan yang melintasi desa

Tabel 4.9
Ketersediaan Jalan yang Melintasi Desa
Panjang Kondisi
Status Jalan
(m) Baik Sedang Rusak
1. Jalan Kabupaten - - - -
2. Jalan Desa 15.000
- Diaspal 4.000 900 2.500 600
- Rabat Beton 1.000 1.000
- Berbatu/Makadam 7.000 7.000
- Jalan Tanah 3.000 3.000
3. Jalang lingkungan 5.000
- Rabat Beton 600 600
- Makadam 4.200 1.000 3.200
- Tanah 200 200
4. Jalan setapak 2.400
- Rabat Beton 1500 100 500
- Tanah 900 900
Sumber:Pemerintah Desa Kertanegla
7) Ketersediaan sarana perdagangan seperti Pasar, Mini Market, toserba dan
pertokoan belum tersedia.
8) Ketersediaan usaha /perusahaan Jasa seperti bengkel elektronik, bengkel
sepeda motor dan lainnya:
a) Pabrik teh : 4 unit
b) Bengkel elektronik : 2 unit
c) Bengkel sepeda motor : 4 unit
9) Keberadaan sarana keamanan lingkungan sebanyak 45 unit
10) Keberadaan tenaga pemelihara keamanan
a) Jumlah anggota LINMAS : 16 orang
b) Babinsa : 1 orang
c) Babinmas : 1 orang
11) Kualitan Bangunan Rumah ( Permanen, semi permanen dan rumah
panggung )
a) Permanen : 280 unit
b) Semi Permanen : 91 unit
c) Panggung : 1.126 unit

f. Faktor sosial budaya dan ekonomi penduduk


1. Pendidikan
Data penduduk menurut pendidikan
Tabel 4.10
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Jumlah ( orang)
SD 2.566
SMP/MTS 338
SMA/SEDERAJAT 112
Perguruan Tinggi 10
Sumber:Pemerintah Desa Kertanegla
Rata rata lama sekolah : 9 tahun
a) Wajib belajar 9 tahun
b) Jumlah penduduk usia 7 – 15 tahun : 892 orang
c) Jumlah penduduk usia 7-15 tahun masih sekolah : 885 orang
d) Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagian besar
penduduk : SD
e) Presentase penduduk usia 7-15 tahun yang masih sekolah :
98%
2. Kesehatan
Sumber air minum termasuk sebagaian keluarga
a) Sumur gali : 30 %
b) Mata air : 70 %
c) Sungai : -
Sumber air yang digunakan untuk mandi/cuci sebagian besar keluarga
a) Sumur gali : 30 %
b) Mata air : 40 %
c) Sungai : 30 %
3. Kesejahteraan sosial
Tingkat kesejahteraan keluarga
a) Pra Sejahtera : 30 %
b) KS I : 50 %
c) KS II : 15 %
d) KS III : 5%
Penyandang cacat
a) Tuna Netra : 1 orang
b) Tuna Rungu : -
c) Tuna Wicara : 5 orang
d) Tuna Grahita : -
Penyandang masalah kesejahteraan sosial
a) Anak cacat : 1 orang
b) Wanita rawan sosial ekonomi : 29 orang
c) Wanita korban tindak kekerasan : tidak ada
d) Lanjut usia terlantar : tidak ada
e) Lanjut usia korban tindak kekerasan : tidak ada
f) Penyandang cacat : 7 orang
g) Eks Narapidana : 4 orang
h) Keluarga berumah tidak layak huni : 76 orang
i) Keluarga bermasalah sos.psikologi : tidak ada
j) Masyarakat tinggal didaerah rawan bencana : 16 KK
k) Pekerja Migran : tidak ada

4. Keagamaan
Agama yang di anut oleh masyarakat Desa Kertanegla Kecamatan
Bojonggambir semuanya menganut agama Islam.
5. Perekonomian
Rata - rata pendapatan keluarga
a) Jumlah kepala keluarga : 1.682 KK
b) Jumlah rata rata anggota keluarga : 3 orang
c) Jumlah Pendapatan kepala keluarga : 25.000/hari
d) Jumlah total pendapatan keluarga : 51.275.000,
Presentase keluarga pelanggan listrik
a) Keluarga Pelanggan listrik : 75 %
b) Keluarga bukan pelanggan listrik : 25 %
Presentase keluarga pelanggan telepon kabel
a. Keluarga pelanggan telepon kabel : tidak ada
b. Keluarga bukan pelanggan tlp kabel : 50 %(celuler)
Bahan bakar yang di gunakan oleh sebagaian besar keluarga di wilayah Desa
Kertanegla untuk memasak adalah kayu bakar dan LPG.
6. Swadaya masyarakat dan gotong royong
Kegiatan swadaya satu tahun terakhir
a) Perbaikan jalan satu desa terutama parit jalan
b) Perbaikan saluran air dan irigasi setengah teknis dan non teknis
c) Gotong royong
STRUKTUR ORGANISASI DESA KERTANGELA KECATAMAN
BOJONGGAMBIR KABUPATEN TASIKMALAYA

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Pemerintah Desa Kertanegla
Sumber : Pemerintah Desa Kertanegla 22022
4.1.1.3 Tugas Poko dan Fungsi Perangkat Desa Kertanegla
a. Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan dan

menjalankan roda kepemerintahan desa, serta melaksanakan

pembangunan, pemebinaan keamasyarakatan, dan

pemeberdayaan masyarakat.

b. Sekertaris Desa memiliki tugas untuk membantu kepala Desa

di bidang administrasi pemerintahan desa, dan membantu

kepala Desa untuk menentapkan kebijakan pemerintahan desa.

c. Kepala urusan umum bertugas membantu sekertaris desa

untuk mengurusi ketatausahaan desa, urusan umum dan tugas


lainnya sesuai dengan peraturan undang undang ,kemudian

kepala urusan umum juga memiliki fungsi sebagai membantu

di bidang administrasi surat menyurat, penataan aministrasi

perangkat desa, prasarana masyarakat dan pelayanan umum.d.

d. Kepala urusan keuangan memiliki tugas membantu sekertaris

desa dalam melaksanakan usrusan keuangan dan berfungsi

dalam hal mengurusi adminsitrasi keuangan,baik pendapatan

dana desa maupun penegluarannya dan administrasi

penegeluaran kepala Desa, peranagkat desa, BPD dan lembaga

pemerintahan lainnya.

e. Kepala urusan kepemerintahan bertugas untuk pelaksanaan

teknis, pelaksanaan tugas oprasional dan tugas lainnya sesuai

dengan peraturan perundang undangan, serta berfungsi untuk

melaksanakan manajemen tata pemerintahan memebantu

sekertaris desa dalam meneyusun rancanagan produk produk

desa, pemebinaan masalah pertanahan pemebinaan

ketentraman dan ketertiban pelaksanan upaya perlindungan

masyarakat, kependudukan, penataan dan penegelolaan

kewilayahan serta pendataan dan pengelolan profil desa.

f. Kepala usrusan kesejahtaraan memiliki tugas membantu

kepala Desa dalam melaksanakn tugas teknis dan oprasional

lainnya.
g. Kepala usrusan pembangunan bertugas untuk membantu

kepala Desa dalam hal pembangunan desa dan berfungsi untuk

melakasanakan pembangunan yang di dampingi Kepala Desa.

4.1.1 Karakteristik Informa

4.1.2.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelompok informan berdasarkan jenis kelamin dapat di lihat


pada tabel berikut ini:
Tabel 4.12
Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Kertanegla
Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya
Jenis Kelamin Jum
Laki-Laki 2
Perempuan 2
4
Sumber:Hasil Penelitian 2022
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat di ketahui bahwa informan

yang berjumlah empet orang itu terdiri dari 2 laki-laki dan dua orang

perempuan.

4.1.2.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Usia

Karakteristik informan berdasarkan usia dapat di lihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.13
Karakteristik Informan Berdasarkan Usia Di Desa Kertanegla Kecamatan
Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya
No Usia Jumlah
1 60-55 2
2 45-50 2
Total 4
Sumber:Hasil Penelitian 2022
Berdasarkan tabel 4.3 di ats dapat di ketahui bahwa sebanyak

sebanyak 2 orang berusia 50 – 55 tahun dan dua orang berusia 60 – 45

tahun dapat di simpulkan kebanyakan informan berusia 45 – 60 tahun. Yaitu

sebanyak 4 orang. Dengan usia tersebut diharapkan dapat memberikan

tembusan atau inovasi secara kemampuan komponen dam pemberdayan

kelompok tani di Desa Kertanegla.

4.1.2.3 Karakteristik Informan Berdasrkan Tingkat Pendidikan

Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan dapat di

lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.13
Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa
Kertanegla Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya

No Tingkat pendidikan Jumlah


1 SLTA 1
2 SMP 2
3 S1 1
Total 4
Sumber: Hasil Penelitian 2022
4.1.2.4 Karakteristik Berdasarkan Jabatan

Karakteristik informan berdasarkan jabatan dapat di lihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.14
Karakteristik Informan Berdasarkan Jabatan Di Desa Kertanegla
Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya
No Jabatan Jumlah
1 Kepala Desa 1
2 Ketua Kelompok Tani 1
3 Anggota Kelompok Tani 1
4 Anggota Kelompok Tani 1
Sumber:hasil Penelitian 2022

4.1.2.5 Reorientasi
Reorientasi merupakan pandangan masyarakat dan pendapat masyarakat

tentang pemberdayaan kelompok tani pada dasarnya asumsi dan logika berfikir

yang berbeda pada masyarakat, agar implementasi perubahan perspektif karena

setiap persepektf memeiliki orientasi dan pandanagan berbeda tentang kapasitas

masyarakat dan tentang posisi masyarakat dan hubungannya dengan berbagai

pihak terutama terhadap kelompok tani.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan Informan 1 selaku

kepala desa di bidang pemberdayaan kelompok tani Bahwa:

Reorientasi adalah suatu pemberdayaan seuatu kelompok tani ketika ada


program dari dinas atau bantuan dari dinas harus ada kelompok tani untuk
mengkordinir para petani dan sebagai wadah bagi pelaku usha tani, agar
lebih terkodinir ketika melakukan penanaman.
Berdasarkan hasil wawancara dari Informan 1 sebagai salah satu staf di

bidang pemeberadayaan kelompok tani di Desa Kertanegla bahwa pandangan

masyarakat adanya keberadan kelompok tani di lingkungan petani adalah suatu

hal positif bagi petani lokal.

Selanjutnya hampir sama yang di sampaikan Informan 2 selaku ketua

kelompok tani di Desa Kertanegla menyatakan bahwa:


Adanya kelompok tani sangat membantu petani dalam akses permodalan
atau adanya bantuan subsidi dari pemerintah untuk meningkatkan taraaf
ekonomi kelompok tani di Desa Kertanegla.

Hasil wawancara dri Informan 2 selaku ketua kelompok tani di Desa

Kertanegla mengatakan bahwa pandangan masyarakat terhadap kelompok tani

sangat baik apabila kelompok tani berada di lingkungan petani oleh karena itu

reorentasi memiliki pandangan yang berbeda tentang kapasitas masyarakat

terhadap kelompok tani di lingkungan dengan latar pekerjaan bukan petani

Selanjutnya dari hasil wawancara dan observas terhadap Informan 2 selaku

ketua kelompok tani di Desa Kertanegla bahwa:

Tujuan di dirikannya kelompok tani untuk mengkordinir para petani dan


memperjuangkan hak hak petani yang tidak terkodinir sehingga masyarakat
kelompok tani menjadi saran sebagai peningkatan mutu atau kualitas petani
di Desa Kertanegla.
Berdasarkan hasil wawancara dari Informan 3 salah satu anggota

kelompok tani 1. niagara 02 di Desa Kertanegla bahwa di dirikannya kelompok

tani sangata membatu bagi masyarakat kelompok tani karen menjadi wadah bagi

para petani dan memperjuangkan hak para petani.

Selanjutnya dari hasil wawancara dari Informan selaku anggota kelompok

tani 1 niagara 02 bahwa :

Saya selaku anggota tani sangan terbantu dengan adanya kelompok tani dan
peran pemerintah para petani di antaranya untuk memperjuangkan hak hak
petani dan perlindungan para petani seperti kenaikan harga pupuk bisa di
bantu dengan adanya kelompok tani yaitu subsidi pupuk, subsidi benih,
seubsidi pasca panen, subsidi gagal panen, penjaminan lahan dan
meningkatkan hasil produksi.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari beberapa informasi di

atas mengenai pandangan masyarakat tani dengan di adakannya kelompok tani

sangat membantu bagi para petani sehingga para petani lebih terkordinir dan
terjamin hak dan kewajiban para petani serta meningkatkan kualitas hasil

pertanian yang sangat baik dan meningkatkan taraf ekonomi di lingkungan

kelompok tani sehinga para peetani lebih sejahtera dengan adanya kelompok tani

serta meningkatkan ketahan pangan dan ketika ada program dan bantuan dari

dinas pertaniaan kepada kelompok tani akan terkordir kepada para petani secara

merata sehingga hasil pertanian lebih berkualitas dan secara tidak langsung

meningkatkan perekonimian di kalangan kelompok tani dan para petani lebih

sejahtera.

4.1.2.6 Gerakan Sosial

Gerakan sosial kelompok tani kepada masyarakat di lakukan untuk

meningkatkan solideritas anatara petani dan pandangan masyarakat kepada

keompok tani agar para petani dan masyarakat lebih termotivasi dalam upaya

mengembangkan kualitas dan mutu para petani dalam rangka sosisalisasi dan

internalisasi suatau pandangan baru, gerakan sosial bukan hanya dapat menjadi

sarana peneyebaran nilai pemberdayaan para kelompok tani, selain itu juga agar

lebih kompak dalam hal pemeberdayaan anggota tani.

Berdasrkan hasil wawancara dan observasi dengan Informan 2 selaku

ketua kelompok tani niagara 02 Desa Kertanegla bahwa:

Gerakan sosial kelompok tani merupakan gerakan yang bertujuan untuk


meningkatkan kekompakan para petani di Desa Kertanegla gerakan sosial
ini juga bisa di jadikan sebagi wadah bagi para kelompok tani untuk sarana
pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara BB salah satu anggota kelompok tani bahwa

mengenai gerakan sosial di kelompok tani apabila ada suatu kendala dianggota
kelompok tani sudah ada ketua kelompok tani yang bertugas untuk mendampingi

apabila terjadi kendala di anggota tani

Sedangkan hasil wawancara dari Informan 2 selaku ketua kelompok tani

niagara 02 mengungkapkan bahwa:

Mengenai gerakan sosial di masyarakat kelompok tani sebagai wadah bagi


para petani untuk menyampaikan keluhan -keluhan anggota kelompok tani
dan ketika ada bantuan dari pemerintah saya selakau ketua kelompok tani
mengkordinir para anggota tani untuk menyalurkan bantuan dari pemerintah
kepada kelompok tani.
Dari hasil wawancara tersebut bahwa masyarakat kelompok tani sangat

terbantu dengan adanya gerakan sisoal yang di lakukan oleh kelompok tani di

Desa Kertanegla.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada Informan 4 selaku

anggota kelompok tani 2 di Desa Kertanegla mengungkapkan bahwa:

Saya selaku anggota kelompok tani sangat terbantu dengan adanya gerakan
sosial yang di adakan kelompok tani karena dengan adanya gerakan sosial
tersebut para petani bisa menyampaikan keluhan-keluhan petani seperti
kenaikan haraga pupuk

Disimpulkan juga oleh Informan 3 selaku anggota kelompok 1 tani niagara

02 saat d temui dan di wawancara peneliti yang menyatakan Bahwa:

gerakan sosial kelompok tani hanya di adakan keteika ada program dari dinas dan

di lakukannya gerakan sosial tersebut secara tidak terjadwal

Hasil wawancara dari beberapa informasi di atas dapat di simpulkan

bahwa gerakan sosial yang di lakukan oleh kelompok tani kepada anggota tani di

lakukan untuk meningkatkan solideritas anatara petani dan pandangan masyarakat

kepada keompok tani agar para petani dan masyarakat lebih termotifasi dalam

upaya mengembangkan kualitas dan mutu para petani dalam rangka sosisalisasi,
internalisasi suatau pandangan baru dan menjadi sarana pembelajaran dan wadah

para petrani.

4.1.2.7 Institusi Lokal

Institusi lokal merupakan pelaksanaan pembanguanan pertanian terutama

meningkatkan partisifasi warga masyarakat petani. Salah satu usaha tersebut

melalui pembentukan kelembagaan yang berfungsi sebagai wadah terciptanya

landasan kuat petani dalam mengakses permodalan dan sarana produksi. Bentuk

kelembagaan adalah kelompok tani. Melalui keleompok tani ini di harapkan dapat

mendorong petani mengembangkan usahanya lebih nyata dan dinamis dalam

semangat dalam kekeluargaan dan gotong royong. Selain itu kelompok tani

berfungsi sebagai media penyatuan aspirasi untuk mencapai tujuan bersama.

Anggota dan pengurus di harapkan sesuai fungsinya sehingga dapat mencapai

peningkatan kualitas dan kuantitas produksi petani.

Berdasrakan hasil wawancara dan observasi di lapangan dengan Informan

2 selaku ketua anggota kelompok tani niagara 02 Bahwa:

Tujuan institusi lokal kelompok tani meningkatkan partisifasi warga


masyarakat petani. Salah satu usaha tersebut melalui pembentukan
kelembagaan yang berfungsi sebagai wadah terciptanya landasan kuat petani
dalam mengakses permodalan dan sarana produksi.
Dari pernyataan Informan 2 selaku ketua kelompok tani niagara 02 bahwa

dalam hal meningkatkan partisifasi kelompok tani untuk meningkatkan ketahanan

pangan, kaulitas produksi petani dan didirikanya institusi lokal kelompok tani

saaya serahkan kepada para anggota tani.

Selanjutnya di sampaikan juga oleh Informan 3 dari hasil wawancara dan

observasi selaku anggota kelompok tani 1 menyatakan Bahwa:


Saya selaku Informan 3 sebagai anggota kelompok tani Niagara 02 dengan
adanya institusi lokal para petani lebih terkordinasi baik secara individual,
oraganisasi, maupun kelompok di anataranya adalah dalam hal permodalan
dan sarana produksi sehingga para angota tani lebih termotivasi dan
terdorong dalam melakukan produksi.
Berdasarkan hasil wawancara dan informasi dari yang di temui di

lapangan dapat penulis simpulkan bahwa dengan adanya institusi lokal di

masyarakat sangat membentu terutama di kelompok tani dalam hal

pemeberdayaan terutama dalam hal permodalan, produksi, sehingga para anggota

kelompok tani lebih termotivasi lagi dan terdorong dalam hal pemberdayaannya

sehingga para petani bisa lebih maju lagi

Selanjutnya di sampaikan juga oleh Informan 4 dari hasil wawancara dan

observasi selaku anggota kelompok tani 2 menyatakan Bahwa:

Saya selaku kelompok tani niagara 02 sangat terbantu dengan adanya


didirikan program ini kerena bisa meningkatkan kualitas petani dalam hal
ketahanan pangan, permodalan dan menjadikna wadah bagi petani supaya
kedepannya para petani bisa lebih baik lagi.
Lebih lanjut berdasarkan hasil wawancara Informan 2 selaku ketua angota

kelompok tani niagara 02 menyimpulkan bahwa dengan adanya institusi lokal

para petani lebih terkordinir terutama dalam bidang struktural dan defisi pertanian

yang di geluti para anggota kelompok tani sehingga para anggota kelompok tani

dapat terbantu dengan adanya institusi lokal ini di karenakan para petani lebih

terkordinir oleh ketua kelompok tani Bahwa:

saya selaku ketua kelompok tani niagara 02 di Desa Kertanegla institusi


lokal kelompok tani di Desa Kertanegla di bagi menjadi beberapa defisi
pertanian di antaranya pemberdayaan petani teh ,petani sayuran, dan
peternakan dal lain-lain sehinga para prtani lebih terkordinir dalam akses
permodalan melalui kelompok tani masing masing defisi pertanian yang di
jalankan oleh anggota kelompok tani dan dengan institusi lokal ini di
harapkan dapat meningkatkan kualitas produksi para petani supaya dapat
meningkatkan ketahanan pangan dan meningkatkan perekonomian para
petani sehingga lebih maju.
Institusi lokal yang yang ada di kelompok tani dapat berjalan secara

terkordinir oleh ketua kelompok tani Desa Kertanegla.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan dapat di

simpulkan bahwa institusi lokal adalah defisi para anggota kelompok tani secara

struktural dan oragnisir oleh ketua kelompok tani supaya par petani lebih

terkordinir dalam segala aspek kegiatan yang di jalankan terutama dalam hal

pemeberdayaan, ketahanan pangan, permodalan, perekonomian sehingga para

anggota kelompok tani lebih maju dalam hal meningkatkan kualitas pertanian

masing- masing para anggota kelompok tani dan mejadi sebagai sarana wadah

bagi para anggota tani untuk belajar dalam berbagai defisi yang ada di kelompok

tani dan tujuan dari institusi lokal ini untuk meningkatkan kualitas produksi para

anggota kelompok tani di bidang pertanian masing masing anggota kelompok

tani.

4.1.2.8 Pengembangan Kapasitas

Pengembangan kapasitas kelompok tani sebagai pilar pemeberdayaan

kelompok tani merupakan salsah satu pembagunan manusia, yang berpijak pada

konsep pembangunan manusia

(Pemberdayaan) perlu memperhatikan bagian dari masyarakat dan lingkungannya.

Karena itu pemeberdayaan akan lebih baik di berikan melalui pendekatan kolektif

masyarakat, melalui organisasi dalam masyarakat yang merupakan wadah

aktivitasi dan pergerakan masyarakat dalam kehidupan sehari hari.

Keberadan kelompok tani bukan sekedar organisasi sebagai wadah berkumpulnya

para petani, namun memiliki peran penting dalam meningkatkan produktivitas dan
kesejahtaraan petani. Penembangan kapasitas kelembagan kelompok tani merupak

salah satu pendekatan dalam pemeberdayaan kepada petani secara kolektif

meningkatkanya kapasitas kelembagan kelompok tani, akan membawa perubahan

pada para petani dan anggotanya porum porum kelompok tani merupakan publik

para petani, di mana para anggota bisa diskusi secara terbuka tentang kehidupan,

penyelesaian masalah dan pengembangan produktivitas nya kelompok tani

menjadi pergerak perubahan sosial, melalui kelompok tani ide-ide perubahan di

sosialisaikan dan gerakan keberlangsungannya.

Dari hasil wawancara dan observasi dari Informan 2 selaku ketua

kelompok tani di Desa Kertanegla pengembangan kapsitas kelembagan kelompok

tani. Dalam meningkatkan kemandirian petani teh di Desa Kertanegla.

Menurut Informan 2 selaku ketua kelompok tani niagara 02

pengembangan kapsitas kelembagaan kelompok tani merupakan salah satu

komponen poko dalam keberhasilan pemberdayaan kelompok petani teh.

Selanjutnya di sampaikan juga oleh Informan 1selaku kepala Desa

Kertanegla menyatakan Bahwa:

Dalam hal ini aspek kelembagan kelompok tani yang belum berkembang
dan dinamika kelompok yang belum optimal serta minimnya ketersedian
sarana prasrana pendukung. Sehingga perlu melakukan analisi yaitu
bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas kelembagan
kelompok tani sehingga dapat mewujudkan kemandirian petani teh.

Oleh karenya penelitian tersebut bertujuan untuk menganilisis faktor-

faktor yang mempengaruhi kapasitas kelembagan kelompok petani teh

menganalisi kapastisat kelembagan kelompok tani terhadap kemandirian petani


dan merumuskan model pengembangan kapasitas kemandirian kelompok petani

teh di Desa Kertanegla.

Selanjutnya di smapaikan juga oleh Informan 2 selaku ketua kelompok

tani naiagara 02 menyatakan bahwa:

Kegiatan penegembangan kapsitas kelompok tani dan kelembagan


merupakan bagian dari proses penyebaran lahan inovasi, yang
membutuhakn suber daya yang memadai di perlukan untuk dapat
menciptakan inovasi. Sumber daya ini dapat berupa teknologi, dukungan
keuangan, pemimpin inovatif, termasuk sumber daya manusi dengann
kompetensi yang sesuai
Pengembangan kapasitas kelembagan kelompok tani merupak salah satu

pendekatan dalam pemeberdayaan kepada petani secara kolektif meningkatkanya

kapasitas kelembagan kelompok tani, akan membawa perubahan pada para petani

dan anggotanya.

Dari hasil wawancara dan observasi Informan 1 selaku kepala Desa

Kertanegla menyatakan Bahwa:

Dalam hal ini pengembangan kapsitas kelembagan kelompok tani dapat


memiliki struktur yang tegas dan pormal dan kelompok tani dapat
menjalankan satu fungsi kelembagannya atau lebih. Kelembagan kelompok
pertanian memiliki 8 jenis kelembagan yaitu 1. Kelembagan peneydian
input 2. Kelembagan peneyidan modal 3. Kelembagan penyedian ketenaga
kerjaan 4. Kelembagan penedian lahan dan air 5. Kelembagan ushaa tani 6.
Kelembagan pengolah hasil usha tani 7. Kelembagan pemasyaran 8.
Kelembagan penedia informasi.

Pengembangan kapasitas di perlukan suatu organisasi kelompok tani untuk

melaksanaknn tugasnya secara epektif dan epesien. Selain itu dengan adanya

penegembangan kapasitas pada kelompok tani dapat meningkatkan kemampuan,

keterampilan, dan keahlian yang di milikinya agar terwujud kinerja yang lebih

baik. Selanjutnya menurut Informan 2 selaku ketua anggota kelompok tani

niagara 02 mayatakan Bahwa:


Pengembangan kapasitas pada kelompok tani pada hakikatnya merupakan
suatu kemampuan usaha untuk meningktakan kemampaun anggota
kelompok tani itu untuk meningkatkan hasil produksi para petani dan
mewujudkan kemajuan kelompok tani, kemandirian, kesejahtran,dalam
pemberdayaan kelompok tani.

Berdasarkan hasil wawncara dan observasi di lapangan kepada kepala desa

dan ketua kelompok tani niagara 02 dapat di simpulkan sebagai berikut Bahwa:

Pengeembanagan kapasitas pemeberdayaan kelompok tani di Desa Kertanegla dan

kelembagan kelompok tani tidak lepas dari dinamika kelompok tani yang

memberikan pengaruh positif. Kelompok tani sebagai wadah yang berpotensi

mengerakan angota angota kelompok tani untuk saling bekerja sama dalam hal

pemberdayaan kelompok tani sehingga membawa perubahan pada para petani

dan anggotanya untuk meningktakan kemampaun anggota kelompok tani

sehingga meningkatkan hasil produksi para petani dan mewujudkan kemajuan

kelompok tani, kemandirian, kesejahtran,dalam pemberdayaan kelompok tani

pengembangan kapasitas pemberdayaan kelompok tani merupakan publik para

petani, di mana para anggota bisa diskusi secara terbuka

4.2 Pembahasan
d.2.1 Reorietasi
Reorientasi merupakan pandangan masyarakat dan pendapat masyarakat

tentang pemberdayaan kelompok tani pada dasarnya asumsi dan logika berfikir

yang berbeda pada masyarakat agar implementasi perubahan persepektif karena

setiap perspektif memeilki orientasi dan pandangan berbeda tentang kapasitas

masyarakat dan tentang posisi masyarakat dan hubungan dengan berbagai pihak

terutama terhadap kelompok tani. Pandangan masyarakat tani dengan di

jadikannya kelompok tani sangat membantu bagi para petani sehingga para
petani sangat terkordinir dan terjamin hak dan kewajiban para petaniserta

meningkatkan kualitas hasil pertanian yang sangat baik dan meningkat taraf

ekonomi di lingkungan kelompok tani sehingga para petani lebih sejahtra dengan

adanya kelompok tani serta meningkatkan ketahanan pangan dan ketika ada

program dan bantuan dari dinas pertanian kepada kelompok tani akan terkordinir

kepada para petani secara meratan sehingga hasil pertanian lebih berkualitas dan

secara tidak langsung meningkatkan perekonomian di kalangan para petani dan

para petani lebih sejahtra.

Sedangan menurut Abdul Rohman tahun 2014 menyebutkan Reoreientasi

dengan mencapai peningkatan pembangunan pertanian, peran kelembagan

kelompok tani di pedesan sangat bessar dan mendukung dalam bebrbagai

program yang sdeangn dan akan di laksanakan karena inilah kelompok tani pada

dasarnya pelaku utama pembangunan pertanian. Sedangkan dalam konsep

pembangunan masyarakat sebagai penomena sosial, manusia baik individu

maupen sebagai warga masyarakat memepunyai kebutuhan. Dalam kehidupan

bermasyarakat, kebutuhan dapat bersifat individual atau kolektif.

Konsekuensinya, selalu ada upaya untuk memenuhi kebutuhan. Program

pembangunan dan pemeberdayaan masyarakat desa di selenggarakan dalam

rangka menjabarakan dan melaksanakan fungsi kebijakan dalam bidang

pembinan dan pelayanan sosial dasar, penegembangan usaha ekonomi desa,

pendaya gunaan sumberdaya alam dan teknologi tepat guna, pembangunan

sarana dan prasarana desa, dan pemeberdayan prasarana desa. Dasar hukum PP

No43/2014 tentang peraturan pelaksanaan undang undang no 6 tahun 2014


tentang desa pasal 127 yaitu pemerintah dan pemda provinsi,kanupaten/kota dan

pemerintah desa melakukan upaya pemeberdayaan masyarakat desa, melakukan

pendampingan masyarakat desa yang berkelanjutan. Dan pasal 128

pendampingan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan. Bebrbagai

permasalahan yang di hadapi oleh petani, maka tugas utama pemerintah adalah

bagai mana dapat menciptakan pemeberdayaan masyarakat, sehingga memiliki

kemempuan berudaha untuk dapat memperoleh penghasilan yang di harapkan

dalam memenuhi kebutuhan serta kesejahtraannya, serta bagaiman penciptaan

sumberdaya manusia yang di inginkan terus berlangsung dalam interaksi dinamis

yang pada gilirannya dapat menjadi kekuatan dalam peneyelengaran

pembangunan.

4.2.2 Gerakan Sosial

Gerakan sosial kelompok tani kepada masyarakat untuk melakukan dan

meningkatkan solideritas antar petani dan pandangan msyarakat kepada kelompok

tani agar para petani dan masyarakat lebih termotivasi dalam upaya

mengembangkan kualitas dan mutu para petani dalam rangka sosialisasi dan

internalisasi suatu pandangan baru gerakan sosial bukan hanya dapat menjadi

saran penyebaran nilai pemberdayaan pada kelompok petani dan di tunjukan agar

lebih dalam hal pemberdayaan anggota tani. Setelah di berikanya modal atau

bibit-bibit teh kemudian ketua kelompok tani di Kesa Kertanegla mengerahkan

semua angota kelompok tani nya agar bisa gotong royong dalam hal

pemberdayan kelompok tani dimana gotongroyong tersebut dalam hala

menyelsaikan pekerjan secara bersama-sama dan menikmati hasil bersama secara


adil contohnya kelompok tani niagara 02 yang bergotongroyong dalam hal

memberdayankan tanaman teh dan membersihakn saluran irigasi pertanian,

melalui cara ini, petani di Desa Kertanegla bahu membahu membantu dalam hal

pemberdayaan dan pembersihan irigasi petani dikarenakan banyaknya rumput

yang tumbuh di musim penghujan gotong royong ini kami lakukan setip ada

kendala pada lapanagan, yang berkaitan dengan pemberdayaan petani irigasi dan

lahan lahan pertanian lainya gotongroyong menjadi kesadaraan bagi pemilik lahan

sawah atau kebun teh terutaman bagi merekan yang bergabung di kelompok tani

niagara 02.

Sedangkan menurut Irfan (2018) tentang Gerakan Sosial Dan

Premberdayaan Petani Organik Kabupaten Bulukumba. Model gerakan sosial

dalam pemberdayaan petani teh Gerakan sosial merupakan upaya yang kolektif

dalam melakukan suatu perubahan melalui interaksi dan sosialisasi gerakan ini

tidak hanya muncul dengan kesadaran namun kelompok ini muncul dengan

identitas dan kesadaran serta perhatian terhadap persoalan masalah dan atau

fenomena yang sedang dihadapi oleh masyarakat luas. Pada akhir-akhir demokrasi

saat ini gerakan-gerakan perlawanan masyarakat atau gerakan sosial dalam upaya

menentang dan mendorong perubahan kebijakan publik, perubahan politik dan

sosial secara luas baik di tingkat lokal nasional maupun global. Adapun salah satu

contoh gerakan sosial yang mendorong perkembangan masyarakat dalam bidang

pertanian adalah gerakan sosial yang dilakukan oleh petani, penelitian ini fokus

mengkaji tentang model gerakan sosial dalam kegiatan petani dan latar

belakangnya dilakukan pemberdayaan petani.


1. Model gerakan sosial dalam kegiatan petani

a. Alternatif movement

Ini merupakan salah satu contoh dari gerakan sosial yang tujuannya untuk

merubah suatu tindakan tertentu dari individu di masyarakat.

b. Transformative movement

Gerakan sosial yang memiliki tujuan untuk mengubah masyarakat secara

keseluruhan misalnya dengan adanya pengubahan pola pikir masyarakat

untuk menggunakan pertanian dan metode pengelolaan pupuk organik di

desa.

c. Reformative movement

Sebuah gerakan sosial yang bertujuan mengharapkan dapat merubah

pandangan masyarakat tentang isu-isu tertentu yang berkembang di

masyarakat titik gerakan ini yang hendak diubah bukan perorangan

melainkan masyarakat ruang lingkup yang hendak diubah hanya segi-segi

tertentu masyarakat.

4.2.3 Institusi Lokal

Institusi lokal merupakan pelaksanaan pembangunan pertanian terutama

meningkatkan partisipasi warga masyarakat petani. Salah satu usaha tersebut

melalui pembentukan kelembagaan yang berfungsi sebagai wadah terciptanya

landasan kuat Petani dalam mengakses permodalan dan sarana produksi. Melalui

kelompok tani ini diharapkan dapat mendorong petani mengembangkan usahanya


lebih nyata dan dinamis dalam semangat dalam kekeluargaan gotong royong

Selain itu kelompok tani berfungsi sebagai media penyatuan aspirasi untuk

mencapai tujuan bersama. Berdasarkan hasil wawancara institusi lokal adalah

definisi para anggota kelompok tani secara struktural dan organisasi oleh ketua

kelompok tani supaya pertanian lebih terkoordinir dalam segala aspek kegiatan

yang dijalankan terutama dalam hal pemberdayaan,pertahanan Pangan,

permodalan, perekonomian sehingga para anggota kelompok tani lebih maju

dalam hal meningkatkan kualitas pertanian masing-masing institusi lokal adalah

devinisi para anggota kelompok tani secara struktural dan organisasi oleh anggota

kelompok tani supaya para petani lebih terkordinir dalam segala aspek kegiatan

yang di jalankan terutama dalam hal pemberdayaan, ketahanan pangan,

permodalan, perekonomian sehingga para anggota kelompok tani lebih maju

dalam hal meningkatkan kualitas pertanian masing-masing para anggota

kelompok tani dan menjadi sebagai sarana wadah para anggota kelompok tani

untuk belajar dalam berbagai divisi yang ada di kelompok tani dan tujuan dari

institusi lokal ini untuk meningkatkan kualitas produksi para anggota kelompok

tani di bidang pertanian masing-masing anggota kelompok tani.

Sedangkan menurut Ifayanti Ridwan (2018) kegiatan perkembangan

kapasitas merupakan bagian tahapan dari proses penyebaran inovasi kepada petani

tapi sering berjalan tidak sesuai dengan harapan sebagaimana yang dinyatakan

oleh Slamet (2003) dan Alam (2005). Mereka menyebutkan bahwa permasalahan

pertanian bukan hanya masalah teknologi tapi juga bagaimana mendisseminasikan

informasi sampai ke petani yang jumlahnya banyak dan tersebar luas sehingga
petani berpartisipasi. Kapasitas perlu dikembangkan untuk membangun potensi

manfaat dalam peningkatan informasi dan transfer pengetahuan. Sehubungan

dengan hal tersebut maka diperlukan suatu metode pendekatan yang integrasi

antara pengetahuan dan pengembangan kapasitas yang dikenal dengan manajemen

pengetahuan.

Pentingnya manajemen pengetahuan dapat memberikan kontribusi yang

besar dalam penyelesaian masalah organisasi terutama dalam peningkatan

kapasitas organisasi dan individu demi peningkatan Inovasi dan keunggulan

kompetitif dalam hal ini manajemen pengetahuan dapat membantu dalam

mengembangkan kapasitas petani dan kelembagaan di kawasan pertanian.

Kapasitas petani yaitu daya yang dimiliki petani untuk menjalankan usaha tani

ideal sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan tingkat kapasitas yang dimiliki

tersebut menyangkut pengetahuan sikap dan kemampuan dalam mengatasi

berbagai permasalahan yang dihadapi Petani dalam mengelola usaha tani dalam

bentuk kemampuan teknis, manajerial,dan sosial (Suprayitno (2011).

Hal lain menurut Anantanyu, kelembagaan adalah keseluruhan pola-pola

ideal, organisasi dan aktivitas yang berpusat di sekeliling kebutuhan dasar seperti

kehidupan keluarga, negara, agama dan mendapatkan makanan, pakaian dan

kenikmatan serta tempat perlindungan suatu lembaga dibentuk selalu bertujuan

untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia sehingga lembaga mempunyai

fungsi.

4.2.4 Pengembangan Kapasitas


Pengembangan kapasitas kelompok tani sebagai pilar pemberdayaan

kelompok tani merupakan salah satu pembangunan manusia yang berpijak pada

konsep pembangunan manusia. Pemberdayaan akan lebih baik diberikan melalui

pendekatan kolektif masyarakat melalui organisasi dalam masyarakat yang

merupakan wadah aktivitas dan pergerakan masyarakat dalam kehidupan sehari-

hari pengembangan kapasitas kelembagan kelompok tani merupakan salah satu

pendekatan dalam pemeberdayaan kepada para petani secara kolektif

meningkatakan kapasitas kelembagan keleompok tani,akan membawa perubahan

pada keleompok tani dan anggota nya prorum porum kelompok tani merupakan

publik para petani, dimana para anggota bisa diskusi secara terbuka tentang

kehidupan peneylsaian masalah dan penegembangan produktivitasnya kelompok

tani tani menjadi pergeraakan perubahan sosial, melalui sekelompok tani ide-ide

perubahan di sosialisasikan dan gerakan keberlangsungannya.

Sedangkan menurut Helmi (2018) tentang Pengembangan Kapasitas Dan

Pengembangan Petani Kecil Di Kawasan Pertanian Melalui Pendekatan

Manajemen Pengetahuan. Salah satu upaya pemerintah untuk mengentaskan

kemiskinan adalah melalui pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sumber

daya di pedesaan namun tingkat keterampilan dan pengetahuan masyarakat sangat

berpengaruh pada pelaksanaan keberhasilan pemberdayaan ini. Upaya

pemberdayaan masyarakat seharusnya melibatkan usaha-usaha untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat sehingga dapat

memotivasi partisipasi masyarakat dalam mengelola ketiga leading sektor yang

merupakan unggulan di pedesaan dengan sumber daya lokal yang memadai dan
tingkat partisipasi masyarakat yang cukup tinggi ketika sektor ini dapat dikelola

secara terintegrasi. Dengan keterpaduan ini diharapkan mampu meningkatkan

produksi dan nilai tambah dari produk sehingga tercipta sistem produk yang

berkelanjutan. Indahnya hasil atau produksi pada beberapa sektor seperti pertanian

merupakan beberapa indikator dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

Iptek akses kepada modal yang kurang skala produksi dengan ruang lingkup

terbatas selain itu juga perlu dipikirkan langkah-langkah apa saja yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola

potensi lokal wilayahnya. Dalam peran pemerintah daerah dan partisipasi

masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah tersebut salah satunya

dengan menjalin kemitraan antara institusi baik dari pemerintah, daerah,

akademisi dan masyarakat.


BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitaian dan pembahasan yang di lakukan

oleh peneliti mengenai perafn pemerintah terhadap pemeberdayaan

kelompok tani di Desa Kertanegla adalah sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

1. Pada aspek regulator khususnya menegenai pemberdayaan kelompok tani

serta kebijakan pemerintah desa pada umumnya menegetahui tentang aturan

aturan tentang pemberdayan kelompok tani dan masyarakat sehingga bukan

hanya anggota kelompok tani yang mengikuti pemberdayaan dan

pembelajaran kegiatan pertanian sementara dari pihak kelompok tani saat di

wawancara oleh peneliti mampu menjelaskan tentang aturan atau kebijakan

pemerintah yang berlaku dalam proses pemeberdayaan kelompok tani pada

faktanya wwancara dan observasi peneliti terhadap pemerintah desa sangan

memeahami tentang kegiatan reorentasi atau pandanagn masyarakat

terhadap kelompok tani, namun di sisi lain aturan pemerintah dalam

pemeberdayaan kelompok tani telah di atur dari pusat hingga di atur ke

keleompok tani masing-masing kelompok tani sehingga pada aspek ini

pemerintah desa di anggap telah mamapu meneydiakan aturan sesuai

dengan kebutuhan pemeberdayaaan kelompok tani.

2. Pada aspek dinamisator yang kemudian di dalamnya terdapat sub

indikator 1. Reorentasi, 2. Gerakan sosial, 3. institusi lokal dan 4.

Pengembanagn kapasitas menunjukan bahwa dari sub indikator yang di

98
sebutkan, keseluruhan sub indikator tersebut mengarah ke arah positif yang

artinya bahwa keterangan yang di telah di peroleh peneliti saat menemui

informan mengindikasikan bahwa pelakasanaan rorentasi dan gerakan sosial

sering di lakukan oleh pemerintah desa dan ketua kelompok tani bahwa

reorentasi pandangan masyarakat terhadap kelompok tani sangat

mendukung dengan adanya kelompok tani di lingkungan petani sementara

pada sub indikator gerakan sosial yang di adakan kelompok tani di lakukan

secara tidak terjadwal namun hanya di lakukan ketika ada program dari

pemerintah, sementara pada sub indikator institusi lokal serta bahwa

gerakan sosial di laksanakan untuk meningkatkan minat masyarakat

terhadap pemenberdayaan petanian dan menjadi sarana pembelajaran bagi

masyarakat dan para anggota kelompok tani dan gerakan sosial ini di

jadikan sebagai acuan untuk menjadi sarana para petani dalam

menyampaikan keluhan-keluhannya dan hubungannya dengan institusi lokal

para ketua kelompok tani berfungsi sebagai wadah terciptanya landasan kuat

petani dalam mengakses permodalan dan sarana produksi. Bentuk

kelembagaan kelompok tani. Melalui keleompok tani ini di harapkan dapat

mendorong petani mengembangkan usahanya

3. Pada aspek pasilitator pemberdayaan kelompok tani bahwa pemerintah

selaku penyedia layanan bagi kelompok tani mampu mempasilitasi

masyarakat kelompok tani dengan baik dengan demikian masyarakat sudah

merasakan berbagai bentuk bantuan pemerintah yang di berikan tersebut

juga secara keseluruhan kepada masyarakat kelompok tani meskipun ada


beberapa bantuan secara kaulaitas belum bisa di katakan baik karena ada

beberapa antuan seperti bibit yang jarang kurang subur samapai pada

masyarakat sehingga masyarakat anggota kelompok tani sangat terbantu

dengan peran pemerintah terhadap sektor pertanian.

5.2 Saran

1. Sebaiknya pemerintah dan anggota terkait untuk lebih meningkatkan

terhadap peran pemerintah dalam pemberdayaan kelompok tano di Desa

Kertanegla.

2. Seharusnya pemerintah sebagai regulator mampu menjadi peneyedia yang

memeberikan arah bagi masyarakat melelui regulasi yang memihak pada

masyarakat untuk perkembangan dan kemajuan masyarakat kelompok tani

3. Sepantasnya pemerintah sebagai dinamsisator mampu memberikan

arahan kepada masyarakat kelompok tani yang mampu menumbuh

kembangkan kondisi kehidupan masyarakat kelompok tani serta mengajak

masyarakat ikut serta dalam program pemberdayaan kelompok tani

4. Ketua kelompok tani harus lebih rutin dalam mendampingi dan

memberikan arahan kepada anggota kelompok tani terhadap kegiatan yang

di lakukan anggoat kelompok tani agar dapat menghasilkan hasil yang

berkualitas

5. Seharusnya ketua anggota kelompok tani lebih sering memberikan

gerakan sosial tentang pemeberdayaan kelompok tani kepada masyarakat

agar masyarakat dapat belajat tentan pertanian yang ada di lingkungan

kelompok tani
6. Seharusnya pengembangan kapsitas tentang pemberdayaan kelompok tani

lebih di kembangkan dan di wujudkan dalam setiap kegiatan anggota

kelompok tani.

7. Ketua kelompok tani harus lebih bekerjasama dalam meningkatkan akses

permodalan dan bantuan terhadap anggota kelompok tani agar para petani

dapat terjamin hak dan kewajibannya.

8. Gerakan sosial seharusnya lebih sering di lakukan oleh pemerintah desa

kepada kelompok tani supaya para anggota kelompok tani agar lebih baik

dalam hal meningkatkan hasi dan kualitas pertaniannya.


DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat


dan Intervensi Komunitas, Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI

Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas: Pengembangan sebagai


Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: Rajawali Pers

Ahmadi Ruslan 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke 1


Yogyakarta Ar-ruzz Media

Eko, 2022 Pemberdayaan masyarakat desa, materi diklat pemberdayaan


masyarakat desa. Samarinda.

Dalimoenteh, S.L., dan M.E. Johan. 2009. Pemangkasan pada tanaman teh.
PPTK, Gambung.

Fattah, Luthfi. 2006. Dinamika pembangunan pertanian dan


pedesaan. Banjarbaru-Kalimantan Selatan: PustakaBenua

Hikmat, Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:


Humaniora Utama

Hewrmawan .2019 pengantar ilmu ekonomi. Tangerang selatan:OT.

Huraerah, Abu. 2011. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat:


Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan, Edisi
Kedua. Bandung: Humaniora

Helmi, masdar, dakwah dalam alam pembangunan. Semarang : CV TOHA


putra,2018

Ife, Jim & Tesorierro, Frank. 2008. Community Development: Alternatif


Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, Edisi Ketiga
(Sastrawan Manullang, Nurul Yakin, M. Nursyahid; alih bahasa).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Jamasy, Owin. 2004. Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan


Kemiskinan. Jakarta: Blantika

Johan, M.E., dan S.L. Dalimoenteh. 2009. Pemetikan pada tanaman teh.
PPTK, Gambung.

Kenny, Susan. 2007. Developing Communities for teh Future, Third


Edition. Australia: Nelson Australia Pty Limited

102
Kompas. 2010. Kebun teh rakyat dan PTPN VIII raih sertifikasi UTZ.
Kompas, Kamis 22 Juli 2010

Kartasamita Ginanjar, 2011. Pemberdayaan masyarakat satu tinjauan


administrasi, pidato pengukuhan jabatan guru besar dalam ilmu
administrasi fakultas ilmu admisitrasi Universitas
Brawijaya’.Bandung

Rahmawati 2019 peran.pendamping dalam pemberdayaan masyarakat


miskin dalam keluarga harapan jurnal of mon formal education and
comunity empowerment . vol 1no.2 Desember.

Ridwan, M., 220214. Rekonstruksi model kemitraan contract farming untuk


pengembangan pgri bisnis ayam pedagang di sulawesi selatan,
makasar : universitas Hasanudin

Sumodiningrat ,2022 Pembangunan daerah dan pemberdayaan


masyarakat ,PT Bina rena pariwara: Jakarta

Usman, 2012 2. Kontek implementasi berbasis kurikulum., Jakarta;Grasindo

Suhaero, edi (2005), Memberdayakan Masyarakat Memberdayakaan rakyaat


, Bandung: refiitama.

Lestari, 2011.Pemberdayaan menunjuk pada keadan atu hasil yang ingin di


capai oleh sebuah perubahan sosial,jurnal Agrobiogen 7 (2).

Miles dan Hubermen. 2014 Qualitative Data Analis, A Metodes


Sourcebook, Edition 3.USA Sage Publiction. Tjejep Rohindi
Rohidi ,UI-Press

Murray Hawtin & Janie Percy-Smith, 2007. Community Profiling: A


Practical Guide, Second Edition. England: McGraw Hill Open
University Press

Muarifuddin.2011. Pemberdayaan Petani Anggrek Melalui Pengembangan


Usaha Agribisnis Pedesaan Di Kelompok Tani Anggrek Jrobong
Indah Orchid Kelurahan Ngesrep Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang. Semarang: Skripsi UNNES

Mulyono, Sungkowo Edy. 2012, Pemberdayaan Masyarakat. UNNESPRES:


Semarang.

Melong, Leti j. 2019, metode penelitian Kualitatif . Bandung :PT. Dimaja


Rosa Karya

Matter miles B. Dan hubarem, A. Michapi, 2014, analisis data kualitatif.


Terajemahan oleh Tjetjep roehidi, jakarta : universitas indonesia
PPTK. 2006. Petunjuk kultur teknis tanaman teh. Edisi ketiga. PPTK,
Gambung.

PPTK. 2009. More than a cup of tea. Edisi I. PPTK, Gambung. Bandung
Jawa Barat.

Prawoto, I. 2007. Teh minuman bangsa-bangsa di dunia.Pawon Publishing


PT. Anugerah Tiara Mustika. Kelapa Gading, Jakarta.

PT. Perkebunan Nusantara VIII. 2009. N8Tea. Products Catalogue. PTPN,


Bandung.

Rifa’I, Achmad. 2007. Evaluasi Pemberlajaran. Semarang: UNNES PRESS


Sanchez, P.A

Sapthiani, Y., dan L. Indriasari. 2010. Dari kebun ke factory outlet. Kompas
Minggu, 18 Juli 2009.

Soetomo. 2018. Pemberdayan Kelompok tani. PUSTAKA PELAJAR:


Yogyakarta

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat:


Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
Sosial, Cetakan Pertama. Bandung: PT Refika Aditama

Suharto , Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT


Refika Aditama: Bandung

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004, Kemitraandan Model-model


Pemberdayaan.Yogyakarta: GavaMedika

Suparjan, HempriSuyatna. 2003, Pengembangan Masyarakatdari


Pembangunan sampai Pemberdayaan.Yogyakarta:Aditya Media.

umaryadi, I Nyoman. 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom


dan Pemberdayaan Masyarakat.Jakarta: Penerbit Citra Utama.

Zubaedi 2007. Pendididkan berbasis masyarakat (upaya menawarkan


soslusi terhadap berbagai problem solusi )yogyakarta :pustaka
pelajar.
1. Wawancara dengan Ketua anggota kelompok tani niagara 02

Sumber :Anggota Kelompok Tani 2022

105
2. Wawancara dengan anggota kelompok tani niagara 1

Sumber :Anggota Kelompok Tani 2022


3. Wawancara dengan anggota kelompok tani 2

Sumber :Anggota Kelompok Tani 2022


4. Wawancara dengan kepala Desa Kertanegla

Sumber :Anggota Kelompok Tani 2022


No Responden Ketua wawancara

Kelompok Tani

1 Peneliti Apa nama kelompok tani

Ketua Kelompok Nama kelompok tani niagara 02

Tani alamat rt/rw 04/05 desa kertanegla

kecamatan bojonggambir

2 Penelitii Tahun berapa kelompik tani berdiri

Narasumbersumbe Berdirinya kelompok tani tahun 74

3 Penelitii Oh muhun

Narasumbersumbe muhun

4 Peneliti Pami anggota sareng kelopok tani na

di pilih ku saha nya pak

Narsumber Ah ku abi we di pilihnamaha nyalira

pami ketua mah di pilih secara

badami pami ketua abi nyalira pami

sekertasris mang ajid bendahara

punuh eze

5 Peneliti Pami anggota tani sadayana aya

sabaraji nya pak

Narasumber Pami teu lepatmah tiap kelompok

nateh aya 97 anggota jalami

109
6 Peneliti Pami anggota kelompok tani aktif

sadayana

Narasumber aktif

7 Peneliti Terus pami kegiatan kegiatan anu di

lakuken angota tani naon wae

Narasumber suatu pemberdayaan seuatu

kelompok tani ketika ada program

dari dinas atau bantuan dari dinas

harus ada kelompok tani untuk

mengkordinir para petani dan sebagai

wadah bagi pelaku usha tani, agar

lebih terkodinir ketika melakukan

penanaman

8 Peneliti Terus sadayana eta teh pemberian

dari peerintah

Narasumber Muhun ti pamarentan

9 Peneliti Setiap berapa taun sekali pemerintah

memberi bantuan

Narasumber Pami misil jides mah 5 tahun sekali

10 Peneliti Beryai tidak menentu ya pak

Narasumber Muhun teu nentu ato baraiji abi ge

anu di damelan teh dam atos dua

marit solokan mah hiji Ayentaeh


bade marit solokan potongan bade

langsung di parit

11 Peneliti Pami di geraken na ku ketu apa

pemerintah

Narasumber Ku ketua

12 Peneliti Bagaimana cara mengerakan nya

Narasumber Ah ku hape we misalken ayena

contona pupuk canak di canak ku

anggota kapan aya pupuk geratis , tai

doma geratis soka aya ti payun ge

sabaraha puluh ton di bagiken ka

kelompok tani

13 Peneliti Pami bangsa penanamana

penanamana etateh di pasihan lahana

na ti pemerintah apa milik sendiri

Naara Sanses anu pribadi anu masing

mansing pami kenging stek ti

pamarentah di bagiken di tanamah di

lahan masing masing

14 Peneliti Bagaimana dengan adanya kelompok

tani apa sangat membantu bagi

masyarakat

Narasumber Adanya kelompok tani sangat


membantu petani dalam akses

permodalan atau adanya bantuan

subsidi dari pemerintah untuk

meningkatkan taraaf ekonomi

kelompok tani di Desa Kertanegla,

saya selaku ketua kelompok tani

niagara 02 di Desa Kertanegla

institusi lokal kelompok tani di Desa

Kertanegla di bagi menjadi beberapa

defisi pertanian di antaranya

pemberdayaan petani teh ,petani

sayuran, dan peternakan dal lain-lain

sehinga para prtani lebih terkordinir

dalam akses permodalan melalui

kelompok tani masing masing defisi

pertanian yang di jalankan oleh

anggota kelompok tani dan dengan

institusi lokal ini di harapkan dapat

meningkatkan kualitas produksi para

petani supaya dapat meningkatkan

ketahanan pangan dan meningkatkan

perekonomian para petani sehingga

lebih maju
15 Peneliti Pami kendala kendala anu di

alamikelompok tani di lapangan

naon wae

Narasumber Kendala mah ange pami dina

tanaman teh mah jamur acan tiasa

naluken eta mah dina nteh lamun

dina padi berit eta hese pisan di

tangulangi nateh kupetani teh bahkan

ayenmah kana berit teh neyrang nateh

pas bener parena sumping ayena berit

ayenateh Mengenai gerakan sosial di

masyarakat kelompok tani sebagai

wadah bagi para petani untuk

menyampaikan keluhan -keluhan

anggota kelompok tani dan ketika ada

bantuan dari pemerintah saya selakau

ketua kelompok tani mengkordinir

para anggota tani untuk menyalurkan

bantuan dari pemerintah kepada

kelompok tani

16 Peneliti Tujuan di dirikannya kelompok tani

itu untuk apa ya pak

Narasumber Tujuan di dirikannya kelompok tani


untuk mengkordinir para petani dan

memperjuangkan hak hak petani

yang tidak terkodinir sehingga

masyarakat kelompok tani menjadi

saran sebagai peningkatan mutu atau

kualitas petani di Desa Kertanegla

Gerakan sosial kelompok tani

merupakan gerakan yang bertujuan

untuk meningkatkan kekompakan

para petani di Desa Kertanegla

gerakan sosial ini juga bisa di

jadikan sebagi wadah bagi para

kelompok tani untuk sarana

pembelajaran, Tujuan institusi lokal

kelompok tani meningkatkan

partisifasi warga masyarakat petani.

Salah satu usaha tersebut melalui

pembentukan kelembagaan yang

berfungsi sebagai wadah terciptanya

landasan kuat petani dalam

mengakses permodalan dan sarana

produksi

17 Peneliti Tapi aya ti pamarentah lamu aya


maslah maslah anu hese di hadapi ku

petani sumping ka die ka kelompok

tani

Narasumber Teu can aya tapi atos aya kapungkur

jaman pir penyuluhannamah jadi

penyuluhanateh mun kedah di duruk

etanateh si tungul tungul nateh pami

didinya aya tungul albiso kedah di

bongkar di canak teras di duruk ,

Kegiatan penegembangan kapsitas

kelompok tani dan kelembagan

merupakan bagian dari proses

penyebaran lahan inovasi, yang

membutuhakn suber daya yang

memadai di perlukan untuk dapat

menciptakan inovasi. Sumber daya

ini dapat berupa teknologi, dukungan

keuangan, pemimpin inovatif,

termasuk sumber daya manusi

dengann kompetensi yang sesuai

18 Peneliti Pami nanaman namah teh panten nya

padi

Narasumber Pami padi ge sabara paretas ser da ti


pamarentah ser kantos aya bantuan

oge ir mun parena pare hibrida ir

namah hilap deui lah pami anu sae

mah ir hibrida ngan teu aya deui ti

pamarentahkur sakali sapek corona

jadi teu aya terhambat

19 Peneliti Dengan adanaya pengembangan

kapasitas apa bisa membantu para

petani

Narasumber Pengembangan kapasitas pada

kelompok tani pada hakikatnya

merupakan suatu kemampuan usaha

untuk meningktakan kemampaun

anggota kelompok tani itu untuk

meningkatkan hasil produksi para

petani dan mewujudkan kemajuan

kelompok tani, kemandirian,

kesejahtran,dalam pemberdayaan

kelompok tani”

20 Peneliti Tapi bakal aya deui bantuan kitu eta

ti pemerintah
Narasumber Kantos bakal kamari ge saurnah ti

bppt ayena kantos bakal aya bantisan

bantosan deui ti pamarentah aya ti

pamarentah tapi sns subsidi tapi

kedah bayar maslah binih teh abi osk

bingung kitu ngembangken ka

masarakatr na soalna ti pmarentah

nga artosken bingungkitu ari binih di

canak tapi artos teu masuk abi sok

regel kitu

21 Peneliti Pami ti pamarentah teh langsung ka

ketua apa kumah

Narasumber Langsung ka ketua melalui telpon

contohna binih canak di anu

22 Peneliti Pami hambatan hambatan di

lapangan anu paling berat naon wa

enya dina pemberdayan kelompok

tani na

Narasumber Pami hambatan hambatan mah teu

aya anu ageng agengmah paing

informasi painten dumah acan gaduh

hape sadaya painten dina aya

informasi anu anu hese palin painten


anu palinh hese mah dina tataracara

penanman tanamah teh pan aya

logowo jajaran acan tias anerapken

abiteh kang menangulangi hama

nateh jadi hese eta painten kendala

namah anu hese ka kelompok tani teh

23 Peneliti Pami maslah bibit mah da ti

pamarentah nya pak

Muhun ti payunmah ti pamarentah

24 Peneliti Tapi aya ayena bibi langsung ti

kelompok tani na

Narasumber Aya ayenmah kadang ayenmah meser

anu aaya di bumi di jadiken bibit

janten sakapengmah awon kitu

kualitas nateh

25 Peneliti Janten teu nentu ti pamarentah nya

Narasumber Nte te tiap musi ti pamarentah

kadang kadang meser kadang kadan

anu aya di bumi

26 Peneliti Pami lahan mah anu anggota knh nya

Narasumber Anu angota knh anu milik nyalira

27 Peneliti Suganteh ti pamarentah kitu

Narasumber Teu aya meskipun nanaon ge teu aya


ange anu milik nyalira ampir ungal

kelompok ngagaduhan lahan kitu

tanm teh tanmah padi gaduh kamari

nawisan ti pamarentah bade nanam

jagung tapi bingung teu aya tempatna

kur nga bohong hungkul mah teu aya

gunan na da di mana bade melakna

abi teh di tolak we ku abi teh teu aya

kange tempat na da ku sabab di urnag

mah sep lahan na ku tanaman teh

sareng padi di urangmah keculai tiasa

lamun padina di urang di saatken hela

tiasa nanam jagung di sawah eta

painten kendalanamah

28 Peneliti Sugan masihan kitu tempatna

pemerintah kange memberdayaken na

Narsumber Teu aya tempatmah anu masing

masing pelatihan paling ge dari dpp

osokn aya

29 Peneliti Pami lahan mah teu di tentukan ku

pemerintan nya

Narsumber Nte ku masing masing we

30 Peneliti Pami hasil panena di canak ku nyalira


nyalira painten nya

Narasumber Ku nyalira teu di tampung ku ketua

sareng teua aya penampungan soalna

milik sendiri we

31 Peneliti pami hsiln tina pemberdayan

penanman teh sbaraha kira kira

Narasumber Kira kirana saratus bata dua ratus

bata minim didie mah da nya kadang

kadang kirang satu ton tin du ratus

bata teh pami anu sae mah kan tina

sabata ge langkun sa ton ie mah

kirsng kirsng ukur 8 kintal painten

bash eta bukan kering tina

pengahilanamah di urnag mah Janten

bentenateh dina kulaitas taneh benten

sareng di kota perbentenana pami di

kota mah di paculge atos leyur pami

di urang mah ka saatan sakedeng ge

teuas deui kedah di pidamel deui kitu

bentenateh kan ari di kota mah di

kemana ge langsung leyur ari didie

mah hese

32 Peneliti Suganteh hasil panen na di ka desa


ken kitu

Narsumber Nte teu aya

33 Peneliti Pami aya kendala dina pemberdayan

kelompok tani di hadipiu ku sendiri

sendir apa kua sadayana kelompok

tani

Narasumber Kadang kadang kie pami kendalana

di kebon teh teh jamur ka kaelompok

ke kelopok usulah ka dpp contohma

hamana jamu ke sumping obatna

obatn jamur kitu

34 Peneliti Jadi urang kedah anu ngajuken hela

painten nya

Narasumber Jadi abotnateh kitu teu tiasa di

tangulangi ku nyalira kaang kadan

teh sep ku jamur tapi obatmah acan

sumping kitu jadi teu tiasa gura giru

kitu kendala namah kitu

35 Peneliti Pami pemerintah sok aya langsung

turun ke kelompok tani

Narasumber Jarang pami pemerintah mah

lansgung turunmah tapi secara tidak

langsung contohnya pemberian


pupuk kartu tani dan alat alat tani

36 Peneliti Pami tekning pemberdayan teh na

kumah

Narasumber 80 ka 120 meter jarak tanamna eta

dina jarak tanah yang labil anu datar

tanan anu nanyakman sameter ka

dalapan puluh sami etateh benten

kawis anu datar sareng anu nayak

kitu

No Responden Anggota tani 1 Wawancara

Peneliti Mengapa alsan bapa

menenam tanamah teh

Narasumber Karena penghasila di daerah

taraju teh dan yang di

ungulkan nya tanaman teh

2 Peneliti Berapa hasil panen / satu

kali panen
Narasumber Gimana pupuknya kalau di

pupuk hasilna bagus

3 Peneliti Kalau pemupukannya

berapa kilo dari lahan yang

bapa punya

Narasumber Dari sehektar 2 kintan dua

lima

4 Peneliti Kalu harga pupuknya

berapa

Narasumber 3000/ kg

5 Peneliti Jenis pupuknya pupuk apa

saja

Narasumber Orea sama toska

6 Peneliti Jenis pupuknya pupuk apa

saja

Narasumber Orea sama toska

7 Peneliti Perekonomiannya bapa

gimana dari hasil tanaman

teh selama ini

Narasumber Kalau di gemuk lumayan

aya dari sehektar dapat 6

kintal /7

8 Peneliti Itu dari penjualan basahnya


7/6 kintal teh

Narasumber Muhun

9 Peneliti Kalau dari hasil penjualan

Satu kilo pucuk berapa

Narasumber 2000 di canak ku anu

metik700 jadi 1300 dari satu

kilo bersih

10 Peneliti Pendapatan dari tanman teh

berapa dari satu kali panen

Narasumber Satu juta /satu kali panen

11 Peneliti Terus penghasilan dari

panen 1 juta itu menetap apa

gimana

Narasumber gimana cuaca kadang kirang

kadang lebih

12 Peneliti Penyebab penghambat

penghasilan berkurang

karena apa

Narasumber Dari kurangnya pemupukan

dan hama-hama yang

menyerang

13 Peneliti \ Biasa satu teh berapa

pupuknya
Narasumber Satu sendok

14 Peneliti Lahan yang di gunakan

lahan siapa lahan milik

orang apa milik sendiri

Narsumber milik snediri

15 Peneliti bapa

Narasumber 1 hektar dari satu kebun

16 Peneliti Pemetikanya gimana di

Nreasumber Enya di buruhken 700 tina

2000

17 Peneliti Enya di buruhken 700 tina

2000

Narsumber 2 bulan sekali

18 Peneliti Petani teh mullai

peneanaman teh nya kapan

Narasumber 2 tahun seklai baru bisa di

ambil dari mulai penanman

nya

19 Peneliti Petani mulai penanaman

nya kapan

Narasumber Muhun musih hujan lamun

musim panas mah paeh

20 Peneliti Biasa tanamana yang bapa


tanam berapa

Narsumber kumah urang gaduh artosna

2500/ biji

21 Peneliti Pengolahan tanmaan setelah

panen gimana

Narsumber Di kored di semprot

22 Peneliti Biar apa alasesn tanamah di

kored dan di semprot

Narsumber Ameh lenang kitu teras bijil

pucuk deui

23 Peneliti Hasil panen di jual kemana

Narasumber Ka pabrik

24 Peneliti Total biyaya yang di

keluarkan dari awal

penanmannya berapa

Narsumber Ngored dari sehektar 600

pemupukan 2 kintal

satengan dari satu kilo 3000

25 Peneliti Apa ada dari pihak

pemerintah

mengembangkan petani teh

apa sendiri

Narasumber Ada tapi tidak menentu


26 Peneliti Keluhan keluhan nya apa

saja yang di raskan bapa

dalam hal pemberdayaan

petani teh

Narasumber Jamur dari satu hektar bisa

ngurangi ,tutung juga bisa di

akibatkan dari hujan kabut

No Responden Anggota tani wawancara

Peneliti Perkenalkan nama saya fahri

ramdani saya akan mewawncara ibu

tentang seputra pemberdayan

kelompok tani di anggota tani

Narasumber Oh iya boleh silahkan

1.

Bagaimana dengan adanya


Peneliti kelompok tani bisa membantu

anggota kelompok tani

Narasumber Saya selaku anggota tani sangan

terbantu dengan adanya kelompok

tani dan peran pemerintah para

petani di antaranya untuk

memperjuangkan hak hak petani

dan perlindungan para petani

seperti kenaikan harga pupuk bisa

di bantu dengan adanya kelompok

tani yaitu subsidi pupuk, subsidi

benih, seubsidi pasca panen, subsidi

gagal panen, penjaminan lahan dan

meningkatkan hasil produksi, Saya

selaku anggota kelompok tani

sangat terbantu dengan adanya

gerakan sosial yang di adakan

kelompok tani karena dengan

adanya gerakan sosial tersebut para

petani bisa menyampaikan keluhan-

keluhan petani seperti kenaikan

haraga pupuk, Saya selaku BB


anggota kelompok tani 1 dengan

adanya institusi lokal para petani

lebih terkordinasi baik secara

individual, oraganisasi, maupun

kelompok di anataranya adalah

dalam hal permodalan dan sarana

produksi sehingga para angota tani

lebih termotivasi dan terdorong

dalam melakukan produksi

2. Peneliti Bagaimana kondidi

perekonomiannya dari nanam teh

dan bagaimana penghasilannya

Narasumber Lamu di gemunk lumayan kana

penghasilan na lamun teu di

gemukmah kirang kana penghasilan

na

3. Peneliti Apa saja paktor paktor penghambat

dari menanam teh

Narasumber Tutung di akibatkan akibatna

hujang jadi berkurang ke

penghasilan panennya

4. Peneliti Berapa lahan yang di miliki bapa

ibu
Narasumber Kurang lebih 1 hektar lebih . Saya

selaku kelompok tani niagara 02

sangat terbantu dengan adanya

didirikan program ini kerena bisa

meningkatkan kualitas petani dalam

hal ketahanan pangan, permodalan

dan menjadikna wadah bagi petani

supaya kedepannya para petani bisa

lebih baik lagi

5. Peneliti Dalam satu tahun berapa kali panen

Narasumber Dua bulan skelai kalau setahun 6

kali panen

Peneliti Proses pemetikantanaman teh nya

senidri apa gimana

Narasumber Di buruhken ke orang lain

6. Peneliti Kalau udah panen terus waktu

penanaman teh nya kapan

Narasumber Dari mulai tanan sanpai panen itu

prosesnya 7 bulan baru bisa di

panen

7. Peneliti Berapa jumlah tanaman yang di

tanam

Narasumber Dari satu hektar 2000 tanman


8. Peneliti Satu stek nya berapa

Narasumber 2500/batang

9. Peneliti Darimana dapat bibitnya

Narasumber Dari banar

10. Peneliti Pengolahan tanaman setelah panen

gimana

Narasumber Di semprot pakai obata lau di di

tanam dan di gemuk lalu panen lagi

11. Peneliti Kalau hsudah hasil panen di jula di

mana

Narasumber Ke pebrik /elos

12. Peneliti Berapa harga perkilonya

Narasumber 1800 basahnya

Peneliti Berapa jumlah total biyaya yang di

keluarkan daro proses

Narasumber Kalau di kerod perharian 50 rb di

balanya kalau lima hari 250 rb,

terus metik satu kilo nya 700

13. Peneliti Apa ada dari pihak luar

memberdayakan petraninya

Narsumber Teu aya teuaya nyalira nyalira we

14. Peneliti Keluhan apa saja yang di rasakan

petani
Narasumber Banyak contohnya kurang ngored

ga ada penghasilan ga di gemuk ga

ada penghasilan

No Responden Kepala Desa Kertanegla Wawancara

1. Peneliti Bagaimana peran

pemerintah desa

memberdaykan

kelompok tani

Narasumber Kalau pemerintah desa

untuk krlompok tanni

kalau ada usulan dari

kelompok tani

contohnya pengukuhan

nya di pasihan

pengukuhan nana

pembentukan sk na

kituterus

kangopengajuan

pengajuan nya di

dukung ku desa mah

acan dalam bentuk dana

langsung pada
kelompok tani ari

kadinya Cuma supot

hungkul kange ayena

ayenamah

Peneliti Daerah mana saja yang

di berdayakan oleh

pemerintah desa

Narasumber Semua kelompok yang

ada di desa kertanegla

tetep kan tadi tea secara

pinansial pemerintah

desa mah acan

memberikan dukungan

secara bantuan bantuan

keuangan baru supot

yang tadi tea dalm

bentuk dukungan

contonya kelompok tani

mau magajukan nn kan

ayena anu ngajuken na

ka luhur pemerintah

desa supaya sukses

contona mangajukan
untuk pertanian

meminta pupuk irigasi

perairan nya

2. Peneliti Kalau dinas pertanian

suka langsung turun

kelapng

memberdayakan petani

teh apa gimana

Narasumber Kalau badan

penyuluhan pertanian

pernah langsung untuk

memberikan

penyuluhan kepada

kelompok tani secara

3. Peneliti Tapi ada dari dinas

pertanian bantuan untuk

untuk kelompok petani

teh ke desa

Narasumber Pernaha ada bantuan

berupa bibti tanaman

bantuan dari

pemerintan ke desa dan

dari desa di bagikan


kepada kelompok tani

4. Peneliti Apa saja yang pernah di

berikan pemerintah

Narasumber Pinansial berupa barang

berupa semprotan ,

bibit ,teraktor ,dan

kartu tani dan iarigasi

5. Peneliti desa kepada kelompok

tani pada jarak dekatn

ini

Narasumber Pinansial berupa barang

berupa semprotan ,

bibit ,teraktor ,dan

kartu tani dan iarigasi

6. Peneliti Bagaimana respon

asyarakat setelah ada

pemberdayan dari desa

Narasumber Saya selaku kelompok

tani niagara 02 sangat

terbantu dengan adanya

didirikan program ini

kerena bisa

meningkatkan kualitas
petani dalam hal

ketahanan pangan,

permodalan dan

menjadikna wadah bagi

petani supaya

kedepannya para petani

bisa lebih baik lagi

7. Peneliti Apa ada dari sektor

pemerintahan desa dan

bpp meningkatankan

pendapatan hasil

daewrah kelompok tani

Narasumber Ada

8. Peneliti Salah satu program

pemerintah apa saja

Narasumber Seperti pembutan

irigasi ,proses

penuluhan kepada

kelompok tani

pembagian bibi dan

pembagian pupuk,

Dalam hal ini

pengembangan kapsitas
kelembagan kelompok

tani dapat memiliki

struktur yang tegas dan

pormal dan kelompok

tani dapat menjalankan

satu fungsi

kelembagannya atau

lebih. Kelembagan

kelompok pertanian

memiliki 8 jenis

kelembagan yaitu 1.

Kelembagan peneydian

input 2. Kelembagan

peneyidan modal 3.

Kelembagan penyedian

ketenaga kerjaan 4.

Kelembagan penedian

lahan dan air 5.

Kelembagan ushaa tani

6. Kelembagan

pengolah hasil usha tani

7. Kelembagan

pemasyaran 8.
Kelembagan

9. Peneliti Berapa bulah sekalii

pemeritan desa

kertanegla turun kepada

kelompok tani untuk

memberdayakan

Narasumber Tidak tertentu

10 Peneliti Apa hasil pemberdayan

kelompok tani itu di

olah kembali oleh

pemrintan apa tidak

Narasumber Tidak soalnya bumdes

di desa kertanegla tidak

bergerak di bidang

pertanian

11 Peneliti Bagaimana kondisi

masyarakat sebelum

adanya pemberdayan

kelompok tani oleh

pemerintah desa

Narasumber Sebelum ada

pemeberdayan oleh

pemerintah desa yan


pasti contohnya dalam

pengetahuan nya

berkurang ,dalm

modal ,belum cukup

baik

12 Peneliti Bagaimana kondisi

masyarakat kelompok

tani sesudah ada

pemberdayan oleh

pemrintah dsa

Narasumber Baik

Anda mungkin juga menyukai