Jika jual-beli telah terjadi, kemudian pembeli menyesal karena ضائِ َع الَّتِي ت َ َّم ِش َرا ُؤهَا َ َف ْال ُم ْشت َِري ِِل َ َّن ْالب ُ س َ ْ يَأ، إِذَا ت َ َّم ْالبَ ْي ُع
ِ َب ِفي ِإ ْلغ ُ َاك احْ ِت َم ًاًل آخ ََر َو َي ْرغ َ َاطئَةً أ َ ْو أ َ َّن ُهن
mungkin barang yang dibeli itu keliru atau kemungkinan yang lain
dan ia menginginkan pembatalan jual-beli, maka sangat dianjurkan
َاء ِ َت خ ْ ُربَّ َما َكان
kepada penjual untuk menerima pembatalan itu. Karena barang siapa ع ْن
َ غ َ ِِل َ َّن َم ْن أ َ ْف َر.اْل ْلغَا َء
ِ ْ صى ِب ِشدَّةٍ أ َ ْن يَ ْقبَ َل ْالبَائِ ُع َ يُو، ْالبَي ِْع
yang melepaskan beban orang yang menyesal itu, Allah akan lepaskan
.ض ذُنُو ِب ِه ِ ع ْن َب ْع َّ ُب َرفَ َعه
َ َُّللا ِ التَّا ِئ
bebannya dari pada (sebagian) dosanya.
Khiyar dalam jual beli diperbolehkan oleh Rasulullah Muhammad صلَّى ِ َّ سو ِل
َ َّللا ُم َح َّم ٍد ُ اء َجائِ ٌز ِبت َْو ِجي ٍه ِم ْن َر ِ ار ْالبَي ِْع َوالش َِر ُ ََو ِخي
ُ ُّ بِ َما فِي ذَ ِل َك ت َ َجن، لَ َها ْالعَدِيدُ ِم ْن ْالفَ َوائِ ِد.سلَّ َم
َ علَ ْي ِه َو
Saw. karena memiliki manfaat. Di antara manfaat khiyar adalah untuk
menghindari adanya rasa tidak puas terhadap barang yang dibeli,
عدَ ِم
َ ب َّ
َ َُّللا
menghindari penipuan, dan untuk membina ukhuwah antara penjual َاء ِح ِس ِ َو ِبن، ب ِاًلحْ تِ َيا ِل ُ ُّ َوت َ َجن، ضائِ ِع ْال ُم ْشت ََرا ِة
َ ع ْن ْال َب
َ ضا َ الرِ
dan pembeli. Dengan adanya khiyar, penjual dan pembeli merasa
َ يُ ْش ِع ُر ُك ٌّل ِم ْن ْالبَائِ ِعين. َْاِل ُ ُخ َّوةِ بَيْنَ ْالبَائِ ِعينَ َو ْال ُم ْشت َِرين
puas.
.ارِ ع ْن َهذَا ْال ِخ َيَ ضا ِ َو ْال ُم ْشت َِرينَ ِب
َ الر
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Jika dua orang melakukan transaksi jual beli, maka
ّللَا صلى هللا عليه ِ سو ِل َ ه ُ ع َْن َر,-ع ْن ُه َما َ ُّللَا َر ِض َي َ ه- ع َم َر ُ َوع َْن اِ ْب ِن
salah satu dari keduanya berhak untuk khiyar (memilih), selagi keduanya اح ٍد ِم ْن ُه َما ِبا ْل ِخ َي ِار َما لَ ْم ِ فَ ُك ُّل َو,لر ُج ََل ِن ( ِإذَا ت َ َبا َي َع ا َ ه:َوسلم قَال
belum berpisah dan keduanya masih berkumpul, atau salah satunya فَ ِإ ْن َخ هي َر أ َ َح ُد ُه َما ا َ ْْل َخ َر, أ َ ْو يُ َخ ِي ُر أ َ َح ُد ُه َما ا َ ْْل َخ َر,ًَيتَفَ هرقَا َوكَانَا َج ِميعا
ْ َولَ ْم َيتْ ُرك, َو ِإ ْن تَفَ هرقَا َب ْع َد أ َ ْن ت َ َبا َي َعا,ب ا َ ْل َب ْي ُعَ علَى ذَ ِلكَ فَقَ َد َو َج َ فَت َ َبا َي َعا
mengajukan khiyar (pilihan) kepada yang lain. Jika salah satunya telah
menetapkan khiyar (pilihannya) atas yang lain, maka transaksi harus
dilaksanakan sesuai dengan khiyarnya. Dan jika keduanya telah berpisah س ِل ٍم ُ َوالله ْف,علَ ْي ِه
ْ ظ ِل ُم َ قٌ َب ا َ ْلبَ ْي ُع ) ُمتهف َ اح ٌد ِم ْن ُه َما ا َ ْلبَ ْي َع فَقَ ْد َو َج
ِ َو
setelah melakukan transaksi jual beli, sedangkan salah satu dari keduanya
tidak membatalkan jual beli, maka transaksi telah sah." Muttafaq Alaihi.
Dan lafadznya menurut riwayat Muslim.
PENDAPAT KEDUA: Pendapat Keempat: Alasan berlakunya riba pada emas dan perak
karena keduanya adalah alat untuk jual beli, sedangkan pada keempat
Adapun jumhur ulama’, diantaranya ulama’ keempat mazhab komoditi lainnya ialah karena kempat komoditi tersebut merupakan
berpendapat bahwa hukum riba perniagaan berlaku pula pada bahan makanan yang ditakar atau ditimbang. Dengan demikian bahan
komoditi lain yang semakna dengan keenam komoditi tersebut. makanan yang diperjual belikan dengan cara dihitung tidak berlaku
Walau demikian, mereka berbeda pendapat tentang makna penyatu padanya hukum riba perniagaan. Dan ini merupakan pendapat ketiga
antara keenam komoditi tersebut dengan komoditi lainnya: yang diriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hambal, dan pendapat
inilah yang dikuatkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah. [15]
Pendapat Pertama: Makna (alasan) berlakunya riba pada emas dan
perak ialah karena keduanya ditimbang, sedangkan alasan pada Pendapat Kelima: Alasan berlakunya riba pada emas dan perak
keempat komoditi lainnya ialah karena ditakar. Dengan demikian, karena keduanya adalah emas dan perak [16], baik sebagai alat untuk
setiap komoditi yang diperjual belikan dengan di timbang atau jual beli[17] atau tidak, sedangkan pada keempat komoditi lainnya
ialah karena kempat komoditi tersebut merupakan bahan makanan
yang ditakar atau ditimbang. Dan ini adalah pendapat yang dipilih
oleh Syeikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin. [18]
Kelima pendapat diatas memiliki alasan dan dalilnya masing-masing,
dan para ulama’ ahli fiqih telah membahasnya dengan panjang lebar
lengkap dengan diskusi ilmiyyah yang telah mereka abadikan dalam
karya-kaya mereka. Oleh karena itu pada kesempatan ini, saya tidak
akan menyebutkan dalil masing-masng pendapat. Akan tetapi saya
hanya akan menyebutkan dalil pendapat yang saya anggap paling
kuat, yaitu pendapat kelima.
Al-Kali’ [ ]الكالئsecara bahasa artinya nasiah (tertunda). Dari kata
kala-a ~ yakla-u [ ]كأل – يكألyang artinya tertunda.
Definisi jual beli al-kali bil kali adalah seseorang (si A) menjual
barang miliknya yang masih terutang kepada pembeli (si B) dengan
pembayaran yang masih terutang di tempat orang lain (si C)
Jual beli utang dengan utang adalah jual beli barang sistem inden.
Memesan barang dengan membayar DP kepada penjual, sementara
penjual sama sekali belum memiliki barang itu dan dia bukan
produsen.
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ; ( أَنه اَلنه ِب هي صلى هللا عليه وسلم-ع ْن ُه َما َر ِض َي َ ه- ع َم َر
َ ُّللَا ُ َوع َِن اِ ْب ِن
ْ ِ اَل هد ْي ِن ِبال هد ْي ِن ) َر َواهُ إ: يَ ْعنِي,نَ َهى ع َْن بَ ْي ِع ا َ ْلكَا ِل ِئ ِبا ْلكَا ِل ِئ
'alaihi wa Sallam melarang jual-beli yang kemudian dengan yang
kemudian, yakni hutang dengan hutang. Riwayat Ishaq dan al-Bazzar
,قُ س َحا
dengan sanad lemah. ٍضعِيف َ سنَا ٍد ْ ار بِ ِإُ َوا ْلبَ هز
و بيع الكالئ بالكالئ، و الكالئ هو الدين،الكالئ في اللغة معناه المؤخر
و معنى النسيئة. بيع النسيئة: و يطلق عليه أيضا،هو بيع الدين بالدين
.التأخير
علَى َر ُج ٍل َ علَى َر ُج ٍل ِبدَي ٍْن َّ ئ ِب ْال َكا ِل ِئ أ َ ْن َي ِبي َع
َ ُالر ُج ُل دَ ْي ًنا لَه ُ َو ْال َكا ِل
Jual beli al-Kali’ bil Kali adalah seseorang (si A) menjual barang
آخ ََر
miliknya yang masih terutang kepada pembeli (si B) dengan
pembayaran yang masih terutang di tempat orang lain (si C) ُار َكة
َ جاء عمار لشراء الجوال َم.أحمد هو صاحب عداد الجوال
Ahmad pemilik konter telepon selular. Datang Amar hendak ووعد أحمد بأن، في ذلك الوقت لم يكن لدى أحمد البضاعة.""فيفو
membeli telepon selular merk ‘Vivo’. Saat itu Ahmad tidak memiliki في غضون. وستأتي في غضون شهر،البضائع ستُطلب إلي المصنع
barangnya, dan Ahmad menjanjikan barangnya akan dipesankan ke ِلن سيف الدين، طلب عمار من سيف الدين دفع ثمن جواله،ذلك
produsennya, dan akan datang sebulan lagi. Sementara Amar minta ٌ
.مدين لعمار
yang akan membayar telepon selularnya adalah Saefuddin, karena
.ثم يبرمون العقود والمعامالت وأسعار الصفقات وطرق الجزئية
saefuddin mempunyai hutang ke Amar.
Lalu mereka melakukan akad dan transaksi, deal harga dan berpisah.
Jual beli al-Kali’ bil Kali ada 2 bentuk:
1. Menjual barang yang masih dalam tanggungan (belum ada di
tangan), dengan pembayaran yang tertunda. Seperti transaksi
2. Jual beli salam, namun dijual kembali ke penjual sebelum
barang diserahkan
Contoh:
Misalnya Paimen pesan beras 1 kwintal ke Bejo seharga 200 rb dan
akan dikirim 3 bulan lagi. Paimen bayar 200rb. Sehingga Bejo punya
utang untuk menyerahkan beras 1 kwintal. Hingga waktu 3 bulan,
Bejo belum bisa menyerahkan beras 1 kwintal. Kemudian oleh
mereka melakukan transaksi ulang.
Bejo mengatakan kepada Paimen:
“Saya tidak bisa menyerahkan beras 1 kwintal. Anggap saja, beras 1
kwintal itu sudah ada di kamu, lalu beras itu saya beli lagi dari kamu
seharga 300rb untuk waktu pembayaran selama 2 bulan lagi.”
Kemudian mereka setuju. Akhirnya Bejo membayar 300rb dengan
dicicil selama 2 bulan ke depan.
Berdasarkan keterangan di atas, termasuk jual beli utang dengan
utang adalah jual beli barang sistem inden. Memesan barang dengan
membayar DP kepada penjual, sementara penjual sama sekali belum
memiliki barang itu dan dia bukan produsen.
َّللا صلى هللا ِ َّ َ سو ُل ُ ( َن َهى َر:َ َقال-ع ْن ُه َما َّ َ ي
َ َُّللا َ ض ِ َر- ع َم َر ُ ع ِن ِاب ِْن َ َو kelihatan baik. Beliau melarang penjual dan pembeli. Muttafaq
َ َن َهى ا َ ْل َبا ِئ َع َو ْال ُم ْبتَا,ص َال ُح َها
Alaihi. Dalam suatu riwayat: Apabila beliau ditanya tentang buah
)ع َ ار َحتَّى َي ْبدُ َو ِ ع ْن َبي ِْع ا َ ِلث َم َ عليه وسلم yang baik, beliau bersabda: "Sampai penyakitnya hilang.
َ َحتَّى تَ ْذه:َص َال ِح َها? قَال
َب َ ع ْن َ س ِئ َل ُ َو َكانَ إِذَا:ٍ َوفِي ِر َوا َية.علَ ْي ِه َ ُمتَّفَ ٌق
ُعا َهت ُه َ Syarah:
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang jual beli
:الشرح buah sampai tampak kematangannya. Beliau melarang penjual dan
،ض ُج َها ْ ظ َه َر ُن ْ ار َحتَّى َي ِ ع ْن َبي ِْع
ِ الث َم َ -س َّل َم
َ ع َل ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ -ي ُّ َن َهى ال َّن ِب
pembeli dari jual beli tersebut.
.ع ْن ذَلِكَ ْال َبا ِئ ِع َو ْال ُم ْشت ََرى َ َو َن َهى Arti Kata:
:معاني الكلمات Buah: Segala sesuatu yang disebut buah-buahan, seperti kurma,
anggur, buah ara, delima, persik, dan lain-lain disebut buah.
ِ ان َو ْالخ َْو
خ ِ الر َّم
ُّ ين َو ِ التِ ب َو ِ س َّمى ثَ َم ًرا َكالتَّ ْم ِر َو ْال ِع َن َ ُ َف ُك ُّل َما ي:الث ه َم َر ِة
.اراً س َّمى ِث َم َ ُغي ِْرهَا ِم َّما ي َ َو Nampak/Terlihat: Kebaikan segala sesuatu tampak sesuai
dengannya, ada yang bagus menurut warna, ada yang menurut rasa,
ُص َال ُحه َ ون ُ فَ ِم ْن َها َما َي ُك،س ِب ِه َ ش ْيءٍ ِب َح َ ص َال ُح ُك ِل َ ظ َه ُر ْ َي:يبدو ِب َم ْعنَى ada yang karena sentuhan, dan ada yang menurut baunya.
َو ِم ْن َها َما،ون ِباللَّ ْم ِس ُ َو ِم ْن َها َما َي ُك، الط ْع ِم َّ ون ِب ُ َو ِم ْن َها َما َي ُك،ِباللَّ ْو ِن
.لرا ِئ َح ِةَّ ون ِبا ُ َي ُك Kebaikannya: enak untuk dimakan, dan disiapkan untuk apa yang
akan bermanfaat darinya
. َو َي ُكونَ ُم َه َّيئًا ِل َما يُ ْنتَفَ ُع ِب ِه فِي ِه، ُيب أ َ ْكلَه َ أ َ ْن َي ِط:صَلحه Penjual: pemberi buah
ْال َبا ِذ ُل ِللثَّ َم ِر:ا ْل َبائِ ُع Pembeli: Orang yang mengambilnya.
ْاْل ِخذُ لَ َها:ُا ْل ُم ْبتَاع