Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pekerjaan penyapu jalan merupakan pekerjaan yang dilakukan
secara repetitif. Pekerjaan tersebut mengharuskan para pekerjanya
berhadapan langsung dengan berbagai macam faktor risiko seperti polusi
kendaraan bermotor, sinar matahari, debu, dan kecelakaan lalu lintas.
Faktor risiko lain di antaranya faktor tekanan fisik, peregangan,
overexertion, termasuk risiko terpapar getaran, posisi kaku, gerakan
repetitif, dan menganggkat beban berat.1 Banyaknya faktor risiko
membuat pekerjaan penyapu jalan perlu dilihat dari sisi ergonomi sehingga
produktivitas dan kesehatan para pekerjanya dapat ditingkatkan. Hal lain
yang harus dianalisis adalah kesesuaian antara peralatan kerja dengan para
pekerja(Nugraheni et al., 2019).
Penyapu jalanan merupakan salah satu kelompok yang beresiko
tinggi terpapar asap kendaraan. Orang yang dalam pekerjaannya selalu
terpapar oleh asap kendaraan, maka substansi yang terdapat dalam asap
kendaraan tersebut akan masuk melalui hidung dan atau rongga mulut
yang selanjutnya dapat mengendap di paru sehingga dapat mengakibatkan
perubahan fungsi paru-paru (Mahardika, 2012). Beberapa gangguan yang
terjadi akibat paparan asap kendaraan antara lain: gangguan pernafasan
seperti sesak nafas dan ispa, penyakit jantung, sakit kepala, dan iritasi
mata(Susanto et al., 2021).
Petugas penyapu jalan merupakan pekerja yang diperkirakan
rentan terhadap gangguan fungsi paru akibat seringnya terpapar debu di
lingkungan kerjanya yang dapat mempengaruhi sistem pernafasan. Debu
yang berterbangan tersebut dapat berpengaruh terhadap timbulnya
penyakit atau gangguan pada saluran pernapasan. Faktor-faktor debu yang
meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi.
Faktor. Seseorang yang terpapar debu secara terus menerus dapat
mengkibatkan gangguan fungsi paru. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) tahun 2007, diantara semua penyakit akibat kerja
30% sampai 50% adalah penyakit pneumoconiosis. ILO (International
Labour Organization) mendeteksi bahwa sekitar 40.000 kasus baru
pneumoconiosis (penyakit saluran pernafasan) yang disebabkan oleh
paparan debu tempat kerja yang terjadi diseluruh dunia setiap tahunnya.3
Di Indonesia data Susenas tahun 2006 melaporkan bahwa batuk (49,92%)
dan pilek (48,93%) merupakan keluhan utama penyakit gangguan saluran
pernapasan. Data Depkes melaporkan gambaran pola penyakit terbanyak
pada instalasi rawat jalan adalah penyakit infeksi saluran pernapasan
bagian atas berjumlah 1.117.179 pasien atau 7,05%. Penyebab kejadian
ISPA dan penyakit gangguan saluran pernapasan lain adalah kualitas udara
di dalam rumah dan di luar rumah yang rendah secara biologis, fisik dan
kimia(Wulandari et al., 2015).
Petugas penyapu jalan sangat berperan dalam terciptanya
kebersihan jalan kota dengan adanya perkembangan pembangunan yang
pesat, arus mobilitas penduduk yang tinggi sehingga banyak pembangunan
jalan raya. Pekerjaan ini dimulai dari pagi hari sampai dengan siang hari.
Pada saat pukul 04:00 pagi sampai dengan pukul 07:00 pagi penyapu jalan
melakukan pekerjaan(Kurusi et al., 2020).
Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu
faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Menurut
World Health Organization (WHO), pengertian sehat merupakan sebagai
suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari
penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan
kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.
Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik
dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya(Pratama,
2019).
DAFTAR PUSTAKA
Kurusi, F. D., Akili, R. H., & Punuh, M. I. (2020). Hubungan Antara Pengetahuan
Dan Sikap Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada
Petugas Penyapu Jalan Di Kecamatan Singkil Dan Tuminting. Kesmas, 9(1),
45–51.
Nugraheni, W., Made, I., Dinata, K., Inten, I. D. A., & Primayanti, D. (2019).
Hubungan Disabilitas Pada Low Back Pain Dengan Postur Kerja Pada
Pekerja Penyapu Jalan Di Kota Denpasar. Jurnal Medika, 8(5), 2597–8012.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
Pratama, R. R. A. (2019). Page 1 PREPOTIF Jurnal Kesehatan
MasyarakatKepatuhan, T., Alat, P., & Diri, P. (2019). Page 1 PREPOTIF
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 3(April). 3(April).
Susanto, Z. adi, Marsudi, L. O., & Irwadi, dan D. (2021). Hemoglobin Pada
Penyapu Jalanan. 1(1), 21–24.
Wulandari, R., Setiani, O., & D., N. A. Y. (2015). Hubungan Masa Kerja Terhadap
Gangguan Fungsi Paru pada Petugas Penyapu Jalan di Protokol 3, 4 dan 6
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(3), 797–806.

Anda mungkin juga menyukai