Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH PROMOSI KESEHATAN DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU
Ibu Novia Handayani, S.K.M., M.A., M.Kes.

DISUSUN OLEH
Nabilah Hana Dyah Pramesti (25000122140237)
Eldina Sajida Putri (25000122140246)
Nadifa Miladiyah (25000122140251)
Tiarajati Arumsari (25000122140253)
Dias Aditia Subyakto (25000122140256)
Nathasia Thalia Tambun (25000122140264)
Azizia Alya Eka K (25000122140273)
Nabilah Nur Firdaus (25000122140288)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas mata kuliah Dasar Promosi
Kesehatan ini dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu, Promosi Kesehatan
merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan wawasan masyarakat di seluruh
Indonesia mengenai dunia kesehatan. Untuk bisa memahami tentang Promosi Kesehatan
dengan baik, ada baiknya bagi kita untuk mengetahui terlebih dahulu mengenai sejarah promosi
Kesehatan di Indonesia yang terdapat pada makalah ini.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Sejarah Promosi Kesehatan
di Indonesia. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa membantu meningkatkan
pengetahuan kita menjadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan
dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah
Dasar Promosi Kesehatan. Dan juga kepada pihak yang sudah turut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami ucapkan terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Sejarah Dicetuskannya Istilah Promosi Kesehatan ......................................................... 3
2.2 Sejarah Promosi Kesehatan di Indonesia......................................................................... 4
2.3 Kesepakatan Internasional Mengenai Promosi Kesehatan .............................................. 7
BAB III PENUTUPAN .......................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Promosi Kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga
mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri. Batasan promosi kesehatan ini mencakup 2 dimensi, yaitu kemauan dan
kemampuan. Istilah Promosi Kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan
perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri yang mengacu pada
paradigma sehat. Salah satu tonggak promosi kesehatan ialah Deklarasi Jakarta, yang
lahir dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke- IV. Sehingga tujuan dari
Promosi Kesehatan itu sendiri adalah memampukan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka dan menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Perkembangan Promosi Kesehatan tidak
terlepas dari perkembangan sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan
dipengaruhi juga oleh perkembangan Promosi Kesehatan International yaitu
dimulainya program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) pada tahun
1975 dan tingkat Internasional tahun 1978 Deklarasi Alma Ata tentang Primary Health
Care tersebut sebagai tonggak sejarah cikal bakal Promosi Kesehatan (Departemen
Kesehatan, 1994). Dengan demikian penggunaan istilah Promosi Kesehatan di
Indonesia tersebut dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health
Education di WHO baik di Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO India, juga sudah
berubah menjadi unit Health Promotion. Nama organisasi profesi Internasional juga
mengalami perubahan menjadi International Union For Health Promotion and
Education (IUHPE).

II. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat
disimpulkan adalah :
1. Bagaimana istilah promosi kesehatan mulai dicetuskan?
2. Bagaimana perkembangan sejarah promosi kesehatan di Indonesia?
3. Apa saja kesepakatan internasional promosi Kesehatan?

1
III. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah di Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro
yaitu mata kuliah Dasar Promosi Kesehatan, serta bertujuan untuk menambah wawasan
penulis dan pembaca mengenai awal mula dicetuskannya istilah promosi kesehatan,
mengenai perkembangan sejarah promosi Kesehatan yang terdapat di Indonesia, serta
mengenai kesepakatan internasional dalam upaya mengembangkan promosi kesehatan
di dunia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Dicetuskannya Istilah Promosi Kesehatan


Istilah promosi kesehatan diciptakan sebelum tahun 1986, ketika konferensi
internasional pertama tentang promosi kesehatan yang diadakan pada tahun 1965
di Ottawa, Kanada. Pada saat itu, "Piagam Ottawa" dibuat, yang berisi definisi dan
prinsip prinsip dasar promosi kesehatan. Namun istilah tersebut belum populer di
Indonesia pada masa itu dibandingkan sekarang ini. Satu-satunya istilah yang
terkenal saat itu adalah pendidikan Kesehatan.
Pada tahun 1994, Dr. Ilona Kickbush, Direktur Promosi Kesehatan di Markas
Besar WHO di Jenewa, mengunjungi Indonesia. Sebagai direktur baru, ia telah
mengunjungi beberapa negara termasuk Indonesia. Dalam kunjungannya, Dr.
Ilona Kickbush mengadakan pertemuan dengan pimpinan Kementerian
Kesehatan, saat itu diadakan pertemuan konsultasi kesehatan internal dan
eksternal lintas program dan sektor, termasuk FKM UI, dan Kickbush juga
melakukan kunjungan lapangan ke Bandung.
Indonesia telah belajar banyak hal mengenai promosi Kesehatan (health
promotion) selama kunjungannya lapangan ke Bandung. Berdasarkn hasil
kunjungan Dr Ilona Kickbush ke Indonesia ia menyampaikan suatu usulan kepada
pimpinan DEPKES yaitu Profesor Dr. Suyudi, kemudian kunjungan
Dr. Ilona Kickbush dikunjungi oleh Dr. Desmonal O Byrne sebagai pejabat
promosi Kesehatan (Health Promotion) Geneva WHO Geneva untuk ditindak
lanjuti mengenai persiapan konferensi Jakarta. Sejak itu Pusat Penyuluhan
Kesehatan DEPKES mengembangkan konsep promosi Kesehatan (Health
Promotion) dan aplikasinya di Indonesia. Karena itu penggunaan istilah Promosi
Kesehatan (Health Promotion) di Indonesia dipicu oleh perkembangan dunia
Internasional.
Penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia dipicu oleh tren
internasional. Unit Pendidikan Kesehatan WHO di Hood Quarter, Geneva dan
SEARO, India berganti nama menjadi Unit Promosi Kesehatan. Nama organisasi
profesi internasional juga diubah menjadi International Union for Health
Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi Kesehatan juga sesuai dengan

3
perkembangan pembangunan kesehatan Indonesia sendiri yang berkaitan dengan
paradigma kesehatan.
Visi, misi dan strategi promosi kesehatan Indonesia sebagai institusi, atau
suatu program sudah sangat jelas. Melalui visi dan misi suatu lembaga memiliki
arah dan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, visi promosi kesehatan di
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No.
366 Tahun 2009, yaitu :
“Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi–tingginya,
sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi”.
Promosi kesehatan yang menjadi bagian dari program kesehatan masyarakat di
Indonesia harus mampu mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia,
sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan sebagai “Masyarakat yang mau
dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya”. Adapun visi promosi
kesehatan menurut Fitriani (2011), yaitu:
a) Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya
b) Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya
c) Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya.
Memelihara kesehatan artinya mau dan mampu dalam melakukan pencegahan
penyakit serta melindungi diri dari gangguan-gangguankesehatan. Selain itu,
kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan, baik individu, kelompok,
maupun masyarakat itu bersifat dinamis ‘tidak statis’.

2.2 Sejarah Promosi Kesehatan di Indonesia


Sejarah perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Sebelum Tahun 1965
Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Dalam program-program
kesehatan, Pendidikan Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan,
terutama pada saat terjadi keadaan kritis seperti wabah penyakit, bencana, dsb.
Sasarannya perseorangan (individu), supaya sasaran program lebih kepada
perubahan pengetahuan seseorang.

4
2. Periode Tahun 1965-1975
Pada periode ini sasaran program mulai perhatian kepada masyarakat. Saat itu
juga dimulainya peningkatan tenaga profesional melalui program Health
Educational Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat
individual walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program adalah
perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
3. Periode Tahun 1975-1985
Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluhan Kesehatan. Di tingkat
Departemen Kesehatan ada Direktorat PKM. PKMD menjadi andalan program
sebagai pendekatan Community Development. Saat itu mulai diperkenalkannya
Dokter Kecil pada program UKS di SD. Departemen Kesehatan sudah mulai aktif
membina dan memberdayakan masyarakat. Saat itulah Posyandu lahir sebagai pusat
pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Sasaran program adalah perubahan
perilaku masyarakat tentang kesehatan. Pendidikan kesehatan pada era tahun 80-an
menekankan pada pemberian informasi kesehatan melalui media dan teknologi
pendidikan kepada masyarakat dengan harapan masyarakat mau melakukan
perilaku hidup sehat. Namun kenyataannya, perubahan tersebut sangat lamban
sehingga dampaknya terhadap perbaikan kesehatan sangat kecil. Dengan kata lain,
peningkatan pengetahuan yang tinggi tidak diikuti dengan perubahan perilaku.
Seperti yang diungkap hasil penelitian, 80% masyarakat tahu cara mencegah
demam berdarah dengan melakukan 3M (menguras, menutup dan mengubur) tetapi
hanya 35% dari masyarakat yang benar-benar melakukan 3M tersebut.
Oleh sebab itu, agar pendidikan kesehatan tidak terkesan “tanpa arti”, maka para
ahli pendidikan kesehatan global yang dimotori oleh WHO, pada tahun 1984
merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan menggunakan istilah promosi
kesehatan. Promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku saja
tetapi juga perubahan lingkungan yang menfasilitasi perubahan perilaku tersebut.
Disamping itu promosi kesehatan lebih menekankan pada peningkatan kemampuan
hidup sehat bukan sekedarberperilaku sehat.

4. Periode Tahun 1985-1995


Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas
memberdayakan masyarakat. Direktoral PKM berubah menjadi Pusat PKM, yang
tugasnya :

5
A. Penyebaran informasi
B. Komunikasi
C. Kampanye dan pemasaran sosial bidang kesehatan
Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu. Tujuan dari PKM dan PSM saat itu adalah
perubahan perilaku. Pandangan (visi) mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa Charter’
tentang Promosi Kesehatan.
5. Periode Tahun 1995-Sekarang
Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah
mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik kesehatan
(termasuk advokasi). Sehingga sasaran Promosi Kesehatan tidak hanya perubahan
perilaku tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju perubahan sistem atau
faktor lingkungan kesehatan. Pada Tahun 1997 diadakan konvensi Internasional
Promosi Kesehatan dengan tema ”Health Promotion Towards The 21’st Century,
Indonesian Policy for The Future” dengan melahirkan ‘The Jakarta Declaration’.
Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986) sebagai hasil rumusan
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Di Ottawa-Canada, menyatakan
bahwa Promosi Kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat
sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri. Batasan promosi kesehatan inI mencakup 2 dimensi, yaitu:
A. Kemauan
B. Kemampuan.
Sehingga tujuan dari Promosi Kesehatan itu sendiri adalah memampukan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka dan
menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan. Dengan demikian penggunaan istilah Promosi Kesehatan di Indonesia
tersebut dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health
Education di WHO baik di Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO India, juga
sudah berubah menjadi unit Health Promotion. Nama organisasi profesi
Internasional juga mengalami perubahan menjadi International Union For Health
Promotion and Education (IUHPE). Istilah Promosi Kesehatan tersebut juga
ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri
yang mengacu pada paradigma sehat.

6
2.3 Kesepakatan Internasional Mengenai Promosi Kesehatan
Deklarasi Alma Ata (Kesehatan Masyarakat Abad 20)
WHO didirikan pada tahun 1948 dengan tujuan untuk mendefinisikan
kesehatan dan memperjelas peran pemerintah dalam kesehatan masyarakat. Pada
tanggal 6-12 September 1978, diadakan pertemuan gabungan antara WHO dan
United Nations International Children's Fund (UNICEF) yang dihadiri oleh 140
negara, termasuk Indonesia, di Alma-Ata, Kazakhstan, Uni Soviet. Konferensi
Alma-Ata mencapai kesepakatan bersama tentang “Primary Health Care”
sebagaimana tertuang dalam Deklarasi Alma-Ata dalam pencapaian “Health for all
by the year 2000”. Deklarasi ini mengarah pada pengembangan dari Strategi Global
untuk Kesehatan untuk Semua pada tahun 2000. Komponen utama dari strategi ini
meliputi : pemerataan dalam kesehatan; promosi kesehatan; kegiatan pencegahan
dalam pengaturan perawatan kesehatan primer (primary health care) ; kerjasama
antara pemerintah, masyarakat, dan swasta; dan peningkatan partisipasi
masyarakat." Primary health care sebagai tonggak abad ke-20 bidang Kesehatan
(Departemen Kesehatan, 1994). Hasil deklarasi Alma Ata yaitu :
1. Kesehatan adalah hak asasi manusia yang fundamental dan bahwa pencapaian
tingkat kesehatan tertinggi adalah tujuan social paling penting di seluruh dunia yang
realisasinya membutuhkan tindakan dari banyak sector social dan ekonomi selain
sector kesehatan.
2. Ketidaksetaraan dalam status kesehatan masyarakat menjadi perhatian bersama
semua negara.
3. Masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk berpartisipasi secara individu
dan kolektif dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
4. Perawatan kesehatan primer merupakan kegiatan integral dari system kesehatan
negara, yang merupakan fungsi utama fdan focus utama dan dari keseluruhan
pembangunan social dan ekonomi masyarakat.
5. Tingkat kesehatan yang dapat diterima untuk semua orang di dunia pada tahun
2000 dapat dicapai melalui penggunaan yang lebih penuh dan lebih baik dari
sumber daya manusia.
Deklarasi Alma Ata juga menjelaskan untuk mencapai kesehatan untuk semua
pada tahun 2000 melalui pelayanan kesehatan dasar yang meliputi :
1. Pendidikan Kesehatan
2. Peningkatan penyediaan makanan dan gizi

7
3. Penyediaan air bersih yang cukup dan sanitasi dasar
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunitasi
6. Pencegahan dan pemberantasaan penyakit endemic
7. Pengobatan penyakit umum
8. Penyediaan obat esensial
Ottawa charter Of Health Promotion (1986)
Piagam Ottawa (Ottawa charter) merupakan hasil konferensi internasional
pertama yang membahas tentang promosi kesehatan (Health Promotion) yang
dilaksanakan pada tanggal 17-21 November 1986 di Ottawa. Dalam Ottawa Charter
Health Promotion didefinisikan sebagai “the process of enabling peoples to increase
controls over, and to improved their health” atau proses seseorang untuk
mengontrol dan meningkatkan kesehatan. Piagam tersebut merumuskan upaya
promosi Kesehatan yang mencakup 5 poin yaitu :
1. Mengembangkan kebijakan public berwawasan Kesehatan.
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung.
3. Memperkuat aksi atau Gerakan masyarakat
4. Pengembangan keterampilan perseorangan
5. Reorientasi system pelayanan kesehatan
Adelaide Recommendation Of Health Public Policy (1988)
Rekomendasi Adelaide (The Adelaide Recommendation) adalah konferensi
international promosi kesehatan yang kedua dilaksanakan di Adelaide, Australia
Selatan, pada 5-9 April dengan tema “Building Healthy Public Policy”.
Rekomendasi Adelaide mengidentifikasi empat area utama yang menjadi focus
dalam mengembangkan “Kebijakan public yang berwawasan kesehatan” yang
tertuang pada piagam Ottawa nomer 1 :
1. Dukungan terhadap program kesehatan perempuan
2. Pangan dan gizi
3. Tembakau dan alcohol
4. Menciptakan lingkungan yang mendukung

8
Sundsvall Statement On Supportive Environment For Health (1991)
Konferensi Sundvall adalah konferensi international ke-3 tentang promosi
kesehatan, yang dilaksanakan di Sundsvall, Swedia pada tanggal 9-15 Juni 1991.
Konferensi ini mengidentifikasikan contoh dan pendekatan untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung Action. Terdapat 7 isu tentang lingkungan yang
mendukung, yaitu :
1. Pendidikan
2. Makanan dan gizi
3. Rumah dan lingkungan rumah tangga
4. Pekerjaan dan tempat kerja
5. Transportasi
6. Dukungan social
Jakarta Declaration on leading health promotion into the 21st century (1997)
Deklarasi Jakarta merupakan konferensi international ke-4 tentang promosi
kesehatan yang dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 21-25 juli 1997 dan yang
pertama melibatkan sektor swasta di negara berkembang. Deklarasi Jakarta
memanfaatkan sumber daya seluas mungkin dalam mengatasi factor penentu
kesehatan di abad ke-21 yaitu faktor kemiskinan, status perempuan yang rendah,
kekerasan sipil dan rumah tangga, sebagai ancaman utama bagi kesehatan. Dalam
konferensi ini menetapkan 5 prioritas dalam promosi kesehatan di abad 21 :
1. Mempromosikan tanggung jawab social untuk kesehatan
2. Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan
3. Memantapkan dan memperluas kemitraan di bidang kesehatan
4. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan memberdayakan individu
5. Mengamankan infrastruktur untuk promosi kesehatan
Mexico ministerial statement for the promotion of health
Konferensi international ini merupakan konferensi promosi kesehatan ke-5
dengan tema “menjembatani kesenjangan kesetaraan” yang diselenggarakan di
Mexico pada 5-9 juni 2000. Konferensi ini mencakup program menteri yang
memungkinkan menteri dan delegasi menteri untuk berbagi pengalaman dan
tantangan dalam promosi kesehatan. Para Menteri dan delegasi yang diundang
menandatangani pernyataan :

9
1. Mengakui bahwa pencapaian standar kesehatan setinggi mungkin merupakan aset
positif untuk menikmati hidup dan diperlukan dalam pembangunan dan
pemerataan sosial serta ekonomi.
2. Mengakui bahwa promosi kesehatan dan pembangunan sosial adalah tugas dan
tanggung jawab utama pemerintah, yang dimiliki oleh semua sektor masyarakat.
3. Perlu disadari bahwa, dalam beberapa tahun terakhir, melalui upaya berkelanjutan
dari pemerintah dan masyarakat yang bekerja sama, telah terjadi peningkatan dan
kemajuan kesehatan yang signifikan dalam penyediaan layanan kesehatan di
banyak negara di dunia.
4. Perlu disadari bahwa, terlepas dari kemajuan ini, masih banyak masalah kesehatan
yang menghambat pembangunan sosial dan ekonomi dan oleh karena itu harus
segera ditangani untuk pemerataan lebih lanjut dalam pencapaian kesehatan dan
kesejahteraan.
5. Perlu disadari bahwa, pada saat yang sama, penyakit baru dan penyakit yang
muncul kembali mengancam kemajuan yang dicapai dalam kesehatan.
6. Perlu disadari bahwa sangat mendesak untuk mengatasi faktor-faktor penentu
kesehatan soal, ekonomi dan lingkungan dan bahwa diperlukan mekanisme
kolaborasi yang diperkuat untuk promosi kesehatan di semua sektor dan di semua
tingkatan masyarakat.
7. Telah disimpulkan bahwa promosi kesehatan harus menjadi komponen
fundamental dari kebijakan dan program publik di semua negara dalam mengejar
kesetaraan dan kesehatan yang lebih baik untuk semua.
8. Perlu disadari bahwa ada banyak bukti strategi promosi kesehatan yang baik
mempromosikan kesehatan sangat efektif.

10
Bangkok Charter for Health Promotion in a Globalized World
Pada tanggal 11 Agustus 2005, di Bangkok, Thailand, delegasi Konferensi
Promosi Kesehatan Global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke- 6
mengesahkan pernyataan yang disebut Piagam Bangkok untuk promosi kesehatan
di dunia yang terglobalisasi. Piagam Bangkok dibuat dari sistem sesi dan diskusi
yang kompleks, yang berpuncak pada perubahan dan pengesahan terakhir pada
konferensi global ke-6. Kantor regional WHO dan Persatuan Pelatihan dan Promosi
Kesehatan Sedunia mengadakan konsultasi mengenai model rancangan piagam
yang lebih cepat sebelum konferensi Bangkok. Selain itu, sebelum konferensi,
rancangan tersebut telah dipublikasikan di situs web WHO dan telah menarik
komentar dari beberapa pemangku kepentingan. Pada konvensi Bangkok, para
delegasi berpartisipasi dalam 29 diskusi teknis terpisah yang dikelompokkan di
bawah empat isu penting: gerakan berkelanjutan, globalisasi ramah kesehatan,
mitra dan konteks baru. Rekomedasi dari masing-masing kelompok berkontribusi
pada seluruh revisi piagam di seluruh konvensi. Piagam Bangkok untuk promosi
kesehatan tidak dimaksudkan untuk menggantikan Piagam Ottawa, tetapi sebagai
alternatif untuk melengkapi dan membangun konferensi promosi kesehatan global
berikutnya. Ini dianggap sebagai kerangka kerja untuk rencana gerakan yang tepat,
dan tidak mencoba untuk menutupi semua faktor promosi kesehatan. Singkatnya,
meringkas konteks promosi kesehatan di seluruh dunia sebelum mendefinisikan
wilayah prinsip gerak. Piagam Bangkok mengidentifikasi empat komitmen untuk
mempromosikan kesehatan.
A. Sebagai pusat agenda pembangunan global
B. Tanggung jawab inti untuk semua pemerintah
C. Kesadaran utama masyarakat dan masyarakat sipil
D. Kebutuhan untuk latihan perusahaan yang tepat.

11
Konferensi Global Nairobi (Nairobi Conference)
Konferensi Global Nairobi tentang Promosi Kesehatan, dengan topik
"Memajukan Kesehatan dan Pembangunan; Menutup Kesenjangan Implementasi".
diadakan di Kenya, 26-30 Oktober 2009. Pertemuan ditutup dengan penyambutan
dan pernyataan Nairobi Call to Action yang mencerminkan pandangan keseluruhan
lebih dari 600 anggota di seluruh dunia dari lebih dari 100 negara yang
menggunakan siklus partisipatif yang berbeda, saran untuk mengambil tindakan
mengenali sistem kunci dan tanggung jawab yang benar-benar penting. diharapkan
untuk menutup lubang eksekusi dalam kesejahteraan dan peningkatan melalui
peningkatan kesejahteraan. Konferensi Nairobi menyepakati pentingnya
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Kesepakatan konferensi Nairobi
menyebutkan antara lain promosi kesehatan yang terus dibangun dan ditingkatkan
kapasitasnya, penguatan sistem kesehatan, kerjasama dan kemitraan lintas sektor,
pemberdayaan masyarakat, sadar sehat dan perilaku hidup sehat.
Kesepakatan Helsinki (10-14 Juni 2013)
Tindakan lintas sektoral dan elemen utama kebijakan publik yang sehat ini
diidentifikasi untuk promosi kesehatan, pencapaian pemerataan kesehatan, dan
realisasi kesehatan sebagai hak asasi manusia.
Deklarasi Shanghai (21-24 November 2016)
Deklarasi ini menegaskan kembali kesehatan sebagai hak universal, sumber
daya penting untuk kehidupan sehari-hari, tujuan sosial bersama dan aprioritas
politik untuk semua negara

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Istilah Health Promotion mulai dicetuskan pada 1986 ketika
diselenggarakannya The Ottawa Charter di Kanada pada 1965. Di Indonesia sendiri,
penggunaan istilah promosi kesehatan dipicu oleh perkembangan dunia
internasional. Sebelum tahun 1965, Indonesia masih menggunakan istilah
Pendidikan Kesehatan sebagai pelengkap pelayanan kesehatan. Lalu perkembangan
promosi kesehatan di indonesia berlanjut dengan mulai diadakannya peningkatan
tenaga profesional melalui program Health Educational Service, digantinya istilah
pendidikan kesehatan dengan istilah penyuluhan kesehatan dan mulai adanya
dokter kecil, terbentuknya Direktoral Peran Serta Masyarakat, serta mulai
digunakannya Promosi Kesehatan untuk mengganti istilah penyuluhan kesehatan.
Lalu, dalam mengembangkan promosi kesehatan, terdapat beberapa
kesepakatan internasional mengenai promosi kesehatan diantaranya yaitu Deklarasi
Alma Ata, Piagam Ottawa, The Adelaide Recommendation, Sundsvall Statement,
Deklarasi Jakarta, Mexico Ministerial Statement, Bangkok Charter, Konferensi
Global Nairobi, Kesepakatan Helsinki, dan Deklarasi Shanghai.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nurmala, I., & KM, S. (2020). Promosi Kesehatan. Airlangga University Press.

Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Tasnim, T., Ramdany, R., Manurung, E. I., ... &
Maisyarah, M. (2021). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.

Susilowati, D., & Susilowati, D. (2016). Promosi kesehatan.

Perkins, E.R., Simnett, I., Wright, L. (1999). Evidence-based Health Promotion. Chichester:

John Wiley & Sons.

Fabanyo, R. A., & Anggreini, Y. S. (2022). Teori dan Aplikasi Promosi Kesehatan dalam
Lingkup Keperawatan Komunitas. Penerbit NEM.

Ferizal. (2022). Sejarah Lahirnya Promosi Kesehatan Melalui Piagam Ottawa, Dan Sejarah
Promkes Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ). CV Jejak.

Agustini, A. (2014) . Promosi Kesehatan.

Nurmala, I., & KMS. (2018). Promosi Kesehatan. Airlangga University Press.

Martina Pakpahan, D. S. (2021). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.

Rizqi Alvian Fabanyo, Y. S. (n.d.). Teori dan Aplikasi Promosi Kesehatan dalam Lingkup
Keperawatan Komunitas

14
15

Anda mungkin juga menyukai