Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH DISKUSI KELOMPOK

KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah dalam modul Promosi Kesehatan dan
Pendidikan Kesehatan

Oleh : Kelompok 4 PSIK B

Haniyah Ra’idah (11171040000047)

Indah Putriani Hartini (11171040000049)

Ridla Ainanurruri Q. (11171040000052)

Anabella Jasmine N. (11171040000061)

Dita Nugrahaning Urfi (11171040000069)

Alifah Nurul Khotimah (11171040000074)

Fatimah Zahratannor (11171040000079)

Afrizal Nur Kadir (11171040000084)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Diskusi Kelompok (DK) tentang “Konsep Dasar Promosi Kesehatan” dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami mengucap terimakasih
kepada Ibu Fajriyah Nur Afriyanti, Ns, M.Kep., Sp.Kep.J selaku dosen
penanggung jawab Modul Promosi kesehatan dan Pendidikan Kesehatan yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca. Kami
menyadari begitu banyak kekurangan dalam penyusunan makalah yang kami buat
ini. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang lebih baik pada pembuatan makalah selanjutnya.

Makalah ini dibuat dengan singkat dan sederhana tetapi mudah untuk
dipahami. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi kami selaku
penulis sekaligus pembaca.

Ciputat, 27 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Kasus Pemicu ........................................................................................... 4
1.2 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.4 Tujuan ....................................................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
2.1 Konsep Dasar Promosi Kesehatan............................................................ 7
2.2 Tindakan Perawat yang Sesuai Terhadap Kasus Pemicu ....................... 31
BAB III ................................................................................................................. 32
PENUTUP ............................................................................................................. 32
3.1 Simpulan ................................................................................................. 32
3.2 Saran ....................................................................................................... 32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kasus Pemicu


Kecamatan X memiliki 5 puskesmas dan 2 RS rujukan, masalah kesehatan
terbanyak di PKM adalah anemia pada wanita usia remaja dan dewasa. Di
PKM terdapat 27 dari 50 remaja dan 82 dari 150 dewasa mengalami anemia.
Hasil survey didapatkan penurunan jumlah kunjungan masyarakat dengan
rata-rata 150 orang per bulan. Saat perawat melakukan screening ke
masyarakat ditemukan gaya hidup “kutilang” yaitu kurus, tinggi dan langsing.
Hal ini dipengaruhi oleh self concept dan image kelompok di masyarakat.
Masyarakat memiliki keyakinan bahwa berbadan kurus akan mudah
mendapatkan pekerjaan di kota besar. Ditemukan pada presdiposing factors
dan enabling factors yang kurang mendukung terhadap perilaku kesehatan.
Kegiatan informasi kesehatan rutin di PKM hanya diikuti sebagian besar
masyarakat usia 50-60 tahun, pendidikan SMP, sebagian besar masyarakat
bekerja petani dan ladang perkebunan sayur serta buah yang melimpah.
Pemenuhan kebutuhan hidup didapatkan dari hasil kebun dan pertanian yang
dikonsumsi sendiri serta dijual sebagai kebutuhan tambahan. Sebagai perawat,
apa yang terfikirkan dengan temuan kasus tersebut?

1.2 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu unsur yang dipandang penting dalam
kesejahteraan umum. Kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang dapat memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Pembangunan kesehatan senantiasa diarahkan pada peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan dalam
penyelenggaraannya meliputi upaya peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang harus dilaksanakan dengan

4
menyeluruh, terpadu, tepat serta berkesinambungan untuk mencapai hasil
lebih optimal.
Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang
hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan
cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku
sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis, yang
biasa disebut dengan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan termasuk kedalam upaya peningkatan kesehatan yang
menurut WHO adalah proses mengupayakan individu-individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatannya (Fitriani, 2011). Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa
promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk
mengontrol dameningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the
process of enabling people to increase control over, and to improve, their
health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di
dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga
mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri
mereka
Salah satu tonggak promosi kesehatan di Indonesia adalah Deklarasi
Jakarta (1997) dalam Depkes RI (2008) yang merumuskan prioritas promosi
kesehatan abad 21 untuk meningkatkan tanggung jawab sosial dalam
kesehatan, meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan dan
perluasan kemitraan untuk kesehatan, meningkatkan kemampuan masyarakat
dan perberdayaan individu serta menjamin tersedianya infrastruktur promosi
kesehatan. Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan
mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor
kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur
dalam masyarakat. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa promosi kesehatan
adalah suatu filosofi umum yang menitik beratkan pada gagasan bahwa
kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor,
2013).

5
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar promosi kesehatan?
2. Bagaimana tindakan perawat yang sesuai terhadap kasus pemicu?

1.4 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Makalah ini disusun dalam rangka memperdalam pemahaman
mengenai materi konsep dasar promosi kesehatan.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui bagaimana konsep dasar promosi kesehatan.
2. Mengetahui bagaimana tindakan perawat yang sesuai apabila
dihadapkan dengan suatu kasus yang berkaitan dengan promosi
kesehatan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Promosi Kesehatan

2.1.1 Sejarah Singkat Istilah Promosi Kesehatan


Perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari
perkembangan sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan
dipengaruhi juga oleh perkembangan Promosi Kesehatan International
yaitu dimulainya program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
(PKMD) pada tahun 1975 dan tingkat Internasional tahun 1978 Deklarasi
Alma Ata tentang Primary Health Care tersebut sebagai tonggak sejarah
cikal bakal Promosi Kesehatan (Departemen Kesehatan, 1994). Istilah
Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai
dicetuskan setidaknya pada tahun 1986, ketika diselenggarakannya
Konferensi Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa,
Canada pada tahun 1986. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa
Charter”, yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar
Promosi kesehatan. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia
belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup
terkenal hanyalah Penyuluhan Kesehatan, selain itu muncul pula istilah-
istilah populer lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi),
Social Marketing (Pemasaran Sosial) dan Mobilisasi Sosial.
1. Sebelum Tahun 1965
Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Sasarannya
perseorangan (individu), supaya sasaran program lebih kepada
perubahan pengetahuan seseorang.
2. Periode Tahun 1965-1975
Pada periode ini sasaran program mulai perhatian kepada masyarakat
dengan tujuan untuk merubah pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan. Saat itu juga dimulainya peningkatan tenaga profesional

7
melalui program Health Educational Service (HES). Tetapi intervensi
program masih banyak yang bersifat individual walau sudah mulai
aktif ke masyarakat.
3. Periode Tahun 1975-1985
Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluhan Kesehatan. Di tingkat
Departemen Kesehatan ada Direktorat PKM. Sasaran program adalah
perubahan perilaku masyarakat tentang kesehatan. Pendidikan
kesehatan pada era tahun 80-an menekankan pada pemberian
informasi kesehatan melalui media dan teknologi pendidikan kepada
masyarakat dengan harapan masyarakat mau melakukan perilaku
hidup sehat. Namun kenyataannya, perubahan tersebut sangat lamban
sehingga dampaknya terhadap perbaikan kesehatan sangat kecil. Oleh
sebab itu, agar pendidikan kesehatan tidak terkesan ‘tanpa arti’, maka
para ahli pendidikan kesehatan global yang dimotori oleh WHO, pada
tahun 1984 merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan
menggunakan istilah promosi kesehatan. Promosi kesehatan tidak
hanya mengupayakan perubahan perilaku saja tetapi juga perubahan
lingkungan yang menfasilitasi perubahan perilaku tersebut.
Disamping itu promosi kesehatan lebih menekankan pada
peningkatan kemampuan hidup sehat bukan sekedar berperilaku
sehat.
4. Periode Tahun 1985-1995
Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi
tugas memberdayakan masyarakat. Direktoral PKM berubah menjadi
Pusat PKM, yang tugasnya penyebaran informasi, komunikasi,
kampanye dan pemasaran sosial bidang kesehatan. Pandangan (visi)
mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa Charter’ tentang Promosi Kesehatan.
5. Periode Tahun 1995-Sekarang
Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan
kearah mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan
dan politik kesehatan (termasuk advokasi). Sehingga sasaran Promosi
Kesehatan tidak hanya perubahan perilaku tetapi perubahan kebijakan

8
atau perubahan menuju perubahan sistem atau faktor lingkungan
kesehatan. Pada Tahun 1997 diadakan konvensi Internasional
Promosi Kesehatan dengan tema ”Health Promotion Towards The
21’st Century, Indonesian Policy for The Future” dengan melahirkan
‘The Jakarta Declaration’.
Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986) sebagai hasil
rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Di Ottawa-
Canada, menyatakan bahwa Promosi Kesehatan adalah upaya yang
dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Dengan
demikian penggunaan istilah Promosi Kesehatan di Indonesia tersebut
dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Istilah Promosi
Kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan
pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri yang mengacu pada
paradigma sehat. Salah satu tonggak promosi kesehatan ialah Deklarasi
Jakarta, yang lahir dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke
IV.

2.1.2 Definisi Promosi Kesehatan


Menurut Departemen Kesehatan RI, promosi kesehatan adalah
upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat mandiri
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Sedangkan
menurut WHO (hasil Ottawa Charter), promosi kesehatan adalah
kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan
organisasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi
hidup yang menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau
komunitas.
Pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan
dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik individu, kelompok

9
atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri (Notoatmodjo, 2012).

2.1.3 Tujuan Promosi Kesehatan


Secara umum, tujuan dari promosi kesehatan yaitu menciptakan atau
membuat masyarakat yang:
1. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah
penyakit,
4. Melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan.
5. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan
kesehatannya (Susilowati, 2016 : 15).

Adapun tujuan Promosi Kesehatan menurut WHO yang terbagi


menjadi dua, yaitu:
a. Tujuan Umum
Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang kesehatan.
b. Tujuan Khusus
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi
masyarakat.
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.

Sedangkan menurut Green (dalam Ahmad, 2014), tujuan promosi


kesehatan terdiri dari 3 tingkatan tujuan, yaitu:
1. Tujuan Program
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode
waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
2. Tujuan Pendidikan

10
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi
masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan Perilaku
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai
(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku
berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.

Selain itu terdapat tujuan dari pendidikan kesehatan menurut


Notoatmodjo (2012), yaitu:
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan sehat.
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat dari sasaran
pelayanan kesehatan yang ada.
4. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih
besar pada kesehatan dirinya.
5. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah
terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah dan
mencegah penyakit menular.
6. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi,
keluarga dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan dampak
yang bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat.
7. Meningkatkan pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan
terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya
hidup dan perilaku sehat sehingga angka kesakitan terhadap penyakit
tersebut berkurang.

2.1.4 Visi dan Misi Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan memiliki visi dan misi tertentu. Visi promosi
kesehatan membahas mengenai pembangunan kesehatan Indonesia yang
diatur dalam UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992. Isi dari visi tersebut
yaitu :

11
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosial
sehingga masyarakat dapat produktif secara ekonomi maupun social.
2. Menerapkan pendidikan kesehatan pada program-program
kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi
lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program
kesehatan lainnya.
Sedangkan misi promosi kesehatan ialah terkait upaya pencapaian
suatu visi, di antaranya yaitu :
1. Advokasi merupakan kegiatan terencana yang ditujukan kepada para
penentu kebijakan untuk mempengaruhi para pembuat keputusan
bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui suatu keputusan.
2. Mediasi (penghubung) berarti pelaksanaan promosi kesehatan perlu
menjalin kemitraan dengan berbagai program yang berkaitan dengan
kesehatan.
3. Kemampuan (enable) berarti masyarakat diberikan suatu
keterampilan agar mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya secara mandiri.
(Notoatmodjo, 2012)

2.1.5 Prinsip Promosi Kesehatan


Prinsip-prinsip umum promosi kesehatan menurut Green & Sputh
dan Potvin & McQueen yaitu :
1. Empowerment atau pemberdayaan
Yaitu cara kerja untuk memungkinkan seseorang untuk mendapatkan
kontrol lebih besar atas keputusan dan tindakan yang mempengaruhi
kesehatan mereka.
2. Partisipative atau partisipasi
Yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam pengambilan
keputusan.
3. Holistic atau menyeluruh

12
Yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan dan
interaksi dari dimensi-dimensi tersebut secara keseluruhan.
4. Equitable atau kesetaraan
Yaitu memastikan kesamaan atau hasil yang didapatkan oleh klien.
5. Intersectoral atau antar sector
Yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instansi terkait lainnya atau
organisasi.
6. Sustainable atau berkelanjutan
Memastkan bahwa hasil dari kegiatan promosi kesehatan yang
berkelanjutan dalam jangka panjang.
7. Multi-strategy
Bekerja pada sejumlah strategi seperti program kebijakan.

Sedangkan prinsip-prinsip promosi kesehatan dalam keperawatan


adalah sebagai berikut :
a. Berfokus pada Klien
Klien mempunyai nilai, keyakinan, kemampuan kognitif dan
gaya belajar yang unik, yang dapat berpengaruh terhadap
pembelajaran. Klien dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan dan
pengalamannya kepada perawat, sehingga perawat lebih mengerti
tentang keunikan klien dan dalam memberikan pelayanan dapat
memenuhi kebutuhan klien secara individual.
b. Bersifat menyeluruh dan utuh (holistik)
Dalam memberikan promosi kesehatan harus dipertimbangkan
klien secara keseluruhan, tidak hanya berfokus pada muatan spesifik.
c. Negosiasi
Perawat/Petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan
apa yang telah diketahui dan apa yang penting untuk diketahui. Jika
sudah ditentukan, buat perencanaan yang dikembangkan berdasarkan
masukan tersebut. Jangan memutuskan sebelah pihak.
d. Interaktif
Kegiatan dalam promosi kesehatan adalah suatu proses dinamis
dan interaktif yang melibatkan partisipasi perawat/ petugas kesehatan

13
dan klien. Keduanya saling belajar. Untuk itu, maka perlu
diperhatikan dan dipelajari pula prinsip-prinsip dalam proses belajar
mengajar (PBM), yang mencakup :
 Faktor-faktor pendukung (misalnya : Motivasi , Kesiapan , Pelibatan
Aktif /Active Involvement, Umpan Balik / feedback, memulai dari hal
yang sederhana sampai kompleks , adanya pengulangan materi /
repetition, waktu/ timing dan lingkungan / environment).
 Penghambat belajar (seperti emosi, kejadian/keadaan fisik dan
psikologis yang sedang terganggu atau budaya).
 Fase-fase dalam PBM (mulai dari persiapan, pembuka, pelaksanaan
dan penutup topik), serta
 Karakteristik perilaku belajar.
(Susilowati, 2016 : 27 – 28)

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Promosi Kesehatan


Menurut Notoatmojo (2012), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan promosi kesehatan dalam melakukan
pendidikan kesehatan diantaranya, yaitu:
a) Promosi kesehatan dalam faktor predisposisi
Promosi kesehatan bertujuan untuk menggugah kesadaran,
memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri,
keluarganya, maupun masyarakatnya. Di samping itu dalam konteks
promosi kesehatan juga memberikan pengertian tentang tradisi
kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan
maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini
dilakukan dengan penyuluhan, pameran, iklan layanan kesehatan,
dan sebagainya.
b) Promosi kesehatan dalam faktor enabling (penguat)
Bentuk promosi kesehatan dilakukan agar dapat memberdayakan
masyarakat dan mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan

14
dengan cara bantuan teknik memberikan arahan, dan cara-cara
mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana.
c) Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
Promosi kesehatan ini ditujukan untuk mengadakan pelatihan bagi
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri
dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi
teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan


dapat mencapai sasaran (Khalid, 2012) yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang
menerima informasi yang didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah
pula dalam menerima informasi baru.
c. Adat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat
istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada
kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
e. Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam
penyuluhan.

2.1.7 Jenis Promosi Kesehatan


Menurut Tones & Green (2004) terdapat 4 jenis tingkat pelayan
kesehatan, yaitu:

15
1. Promotif
Istilah promotif diartikan sebagai "peningkatan", hal tersebut tidak
terlepas dari asal mula digunakannya istilah promotif itu sendiri.
Promotif atau promosi kesehatan merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris promotion of health. Istilah ini muncul dari terjemahan lima
tingkatan pencegahan (five levels of prevention) yang tercantum dalam
buku "Preventive Medicine For The Doctor In His Community" karangan
dari H.R. Leavell dan E.G. Clark. Promotion of health yang terjemahan
aslinya adalah promosi kesehatan, merupakan tingkatan pencegahan
pertama, yang oleh para ahli Kesehatan Masyarakat di Indonesia
diartikan sebagai peningkatan kesehatan. Hal ini dikarenakan makna
yang terkandung di dalam istilah promotion of health tersebut adalah
meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu dengan melaui asupan gizi
seimbang, olah raga teratur, dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap
sehat, tidak terserang penyakit.
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan untuk membantu
indivudu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan
atau perilakunya, untuk mencapai kesehatan secara optimal. Sedangkan
WHO (World Health Organization) yang merupakan organisasi
kesehatan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
merumuskan promosi kesehatan sebagai perluasan makna dari
pendidikan kesehatan, sebagai berikut :
“Promosi kesehatan adalah proses untuk kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.”

2. Preventif
Usaha pencegahan suatu penyakit lebih baik dari mengobati suatu
penyakit. Hal ini dikarenakan usaha pencegahan suatu penyakit akan
memunculkan hasil yang lebih baik dan biaya yang lebih murah. Menurut

16
H.R. Leavell dan E.G. Clark usaha pencegahan (preventif) penyakit dapat
dilakukan dalam lima tingkatan, yaitu :
a. Pada masa sebelum sakit, yaitu dengan :
 Mempertinggi nilai kesehatan (health promotion).
 Memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit
(specific protection).
b. Pada masa sakit, yaitu dengan :
 Mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal, serta
mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (early diagnosis
and prompt treatment).
 Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan
gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan oleh suatu
penyakit (disibility limitation).
c. Rehabilitasi (rehabilitation).

3. Kuratif
Termasuk dalam tindakan ini adalah mengenal dan mengetahui
jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan yang
tepat dan segera. Tujuan utama dari usaha pengobatan (kuratif) adalah
pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.

4. Rehabilitatif
Rehabilitatif adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita
ke dalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat sesuai dengan
kemampuannya. Usaha rehabilitasi ini memerlukan bantuan dan
pengertian dari seluruh anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan
memahami keadaan mereka (bekas penderita), sehingga memudahkan
mereka (bekas penderita) dalam proses penyesuaian dirinya dalam
masyarakat dengan kondisinya yang sekarang ini.
Rehabilitasi terdiri dari :

17
Rehabilitasi fisik, yaitu agar penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimalnya.
Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri
dalam hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan.
Rehabilitasi sosial vokasional, yaitu agar bekas pendirita menempati
suatu pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja
yang semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Rehabilitasi aesthetis, yaitu usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan rasa keindahan dari bagian anggota tubuh, walaupun
fungsinya tidak bekerja seperti anggota tubuh aslinya.

Istilah promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif juga disebutkan


dalam Undang-Undang Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu
dalam rangka pendekatan yang dilakukan dalam upaya kesehatan serta
pelayanan kesehatan, yaitu dalam :
 Pasal 47, yang berbunyi : "Upaya kesehatan diselenggarakan dalam
bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan".
 Pasal 52 Ayat (2), yang berbunyi : "Pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (bunyinya : Pelayanan kesehatan
terdiri dari a. pelayanan kesehatan perorangan, dan b. pelayanan
kesehatan masyarakat) meliputi kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif".

Yang dimaksud dengan promotif, preventif, kuratif, dan


rehabilitatif sebagai pendekatan pelayanan kesehatan dijelaskan dalam
ketentuan Pasal 1 angka 12 sampai dengan angka 15 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009, adalah :
a. Pelayanan kesehatan promotif, yaitu suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

18
b. Pelayanan kesehatan preventif, yaitu suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
c. Pelayanan kesehatan kuratif, yaitu suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, yaitu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya.

2.1.8 Media Promosi Kesehatan


Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator
sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya
diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa media sangat
penting peranannya dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan, karena:
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Media dapat memperjelas informasi.
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan
mata.
g. Media dapat memperlancar komunikasi.
Berdasarkan peran-fungsinya sebagai penyaluran pesan / informasi
kesehatan, media promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yakni :
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari
gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang

19
termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran),
flip chart (lembar balik), rubrik atau tulisan pada surat kabar atau
majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada
beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup
banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu
listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah
belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu
elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi, radio,
video film, cassette, CD, VCD, internet (computer dan modem), SMS
(telepon seluler). Seperti halnya media cetak, media elektronik ini
memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik,
sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh
panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang
serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah
biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih
untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu
berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan
keterampilan untuk mengoperasikannya.
c. Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media
cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran,
banner dan televisi layar lebar, umbul-umbul, yang berisi pesan,
slogan atau logo. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah
dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan,
bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian
dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari
media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih
untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang

20
dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan
keterampilan untuk mengoperasikannya.
d. Media Lain, seperti :
1) Iklan di bus.
2) Mengadakan event, merupakan suatu bentuk kegiatan yang
diadakan di pusat perbelanjaan atau hiburan yang menarik
perhatian pengunjung
a) Road Show, suatu kegiatan yang diadakan di beberapa tempat /
kota.
b) Sampling, contoh produk yang diberikan kepada sasaran secara
gratis.
c) Pameran, suatu kegiatan untuk menunjukkan informasi
program dan pesan-pesan promosi

2.1.9 Metode Promosi Kesehatan


Beberapa metode promosi kesehatan adalah metode individual,
metode kelompok dan metode massa (publik).
1. Metode Individual (Perorangan)
Metode individual dalam pendidikan kesehatan digunakan untuk
membantu perilaku baru atau membina seseorang yang telah mulai
tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Contohnya
seorang ibu hamil yang tertarik terhadap imunisasi tetanus toksoid
(TT) setelah mendapat/mendengarkan penyuluhan kesehatan.
Pendekatan agar ibu hamil segera minta imunisasi adalah ibu hamil
tersebut didekati secara perorangan. Pendekatan pada perongan
diartikan tidak hanya ibu saja yang didekati tetapi juga suami atau
keluarga dari ibu hamil tersebut.
Bentuk pendekatan pada metode individual antara lain:
a. Interview (wawancara)
Interview atau wawancara sebenarnya merupakan bagian dari
bimbingan dan penyuluhan. Wawancara petugas kesehtan dengan
klien ditujukan untuk menggali informasi mengapa individu tidak
atau belum menerima perubahan, individu tertarik atau belum

21
mnerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang
sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang
lebih mendalam.
b. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas kesehatan lebih
intensif .Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan
dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela,
berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut.

2. Metode Kelompok
Memilih metode kelompok harus mengingat besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.
a. Kelompok Besar
Kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok besar antara lain
ceramah dan seminar.
 Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah.
 Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas.Seminar adalah suatu penyajian
dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok Kecil
Bila peserta kegiatan kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil.Metode metode yang cocok untuk kelompok kecil
adalah:
 Diskusi Kelompok

22
Semua anggota kelompok dalam diskusi kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta
diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-
hadapan atau saling memandang satu sama lain. Ketika memulai
diskusi pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-
pancingan yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus
sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi
yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkandan
mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat
kesempatan berbicara dan tidak menimbulkan dominasi peserta
diskusi.
 Curah Pendapat (brain storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya
pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu
masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau
tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.
Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya tidak boleh
dikomentari oleh siapapun. Baru setelah semua anggota
mengeluarkan pendapatnya tiap anggota dapat mengomentari
dan akhirnya terjadi diskusi.
 Bola salju
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang
5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka
tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencarai
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang bergabung lagi dengan pasangan lainnya
dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi
seluruh anggota kelompok
 Kelompok-kelompok kecil (Buzz Group)

23
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
(buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang
sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Masing-masing
kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil
dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari
kesimpulannya.
 Bermain peran (Role Play)
Metode ini terdiri beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan.
 Permainan simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan akan kesehatan disajikan dalam
beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli.
Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi berperan
sebagai nara sumber

3. Metode Massa (publik)


Metode pendidikan kesehatan massa dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian, cara
yang paling tepat adalah pendekatan massa. Promosi kesehatan tidak
membedakan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi,
tingkat pendidikan dan sebagainya maka pesan-pesan kesehatan yang
akan disampaikan harus dirancang sedemikian ruapa sehingga dapat
ditangkap oleh massa tersebut.

Selain itu metode promosi kesehatan dapat digolongkan berdasarkan


teknik komunikasi, sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran
promosi.
1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.

24
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap
muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain: kunjungan
rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa,
pertemuan di Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap
muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,
melalui pertunjukan film, dsb.
2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun
tidak langsung dengan sasaran secara perorangan.
b. Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan
sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk
dalam ketegori ini antara lain: Pertemuan, Demostrasi, Diskusi
kelompok, Pertemuan FGD.
c. Pendekatan Masal
Petugas promosi kesehatan menyampaikan pesannya secara
sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode
yang masuk dalam golongan ini adalah: Pertemuan umum,
pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak
lainnya, Pemutaran film.
3. Berdasarkan Indera Penerima
 Metode Melihat/Memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima
sasaran melalui indera penglihatan, seperti : penempelan poster,
pemasangan gambar/foto, pemasangan koran dinding, pemutaran
film.
 Metode Pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran
melalui indera pendengar,umpamanya : Penyuluhan lewat radio,
Pidato, Ceramah.

25
 Metode “Kombinasi”. Dalam hal ini termasuk demonstrasi.

2.1.10 Sasaran Promosi Kesehatan

Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada individu atau keluarga,


masyarakat, pemerintah atau lintas sector atau politisi maupun swasta,
dan petugas atau pelaksana program.
1. Individu/keluarga diharapkan :
 Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik
langsung maupun media massa).
 Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatannya.
 Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
 Berperan serta dalam kegiatan sosial, khususnya yang berkaitan
dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) kesehatan.
2. Masyarakat diharapkan :
 Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan atau upaya
kesehatan
 Bergotong royong mewujudkan lingkungan sehat.
3. Pemerintah/lintas sector/politisi/swasta diharapkan :
 Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam
mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat.
 Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak dibidang
kesehatan.
4. Petugas atau pelaksana program diharapkan :
 Memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap program
kesehatan.
 Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang memberi
kepuasan kepada masyarakat.

Agar lebih spesifik, sasaran dibagi menjadi :


1. Sasaran primer

26
Adalah sasaran yang mempunyai masalah, yang diharapkan mau
berperilaku sesuai harapan dan memperoleh manfaat paling besar
dari perubahan perilaku tersebut.
2. Sasaran sekunder
Adalah individu atau kelompok yang memiliki pengaruh atau
disegani oleh sasaran primer. Sasaran sekunder diharapkan mampu
mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada sasaran primer.
3. Sasaran tersier
Adalah pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak-pihak yang
berpengaruh di berbagai tingkatan (pusat, propinsi, kabupaten,
kecamatan, dan desa atau kelurahan).

2.1.11 Strategi Promosi Kesehatan


Menurut Maulana (2009), dalam bukunya yang berjudul promosi
kesehatan, menyebutkan bahwa strategi promosi kesehatan meliputi tiga
hal, yaitu:
1. Advokasi kesehatan
Upaya pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil keputusan
supaya dapat memberikan dukungan, kemudahan, dan semacamnya
pada upaya pembangunan kesehatan.
2. Bina suasana (social support)
Upaya membuat suasana yang kondusif atau menunjang
pembangunan kesehatan sehingga masyarakat terdorong untuk
melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Gerakan masyarakat (empowerment)
Upaya memandirikan individu, kelompok, dan masyarakat agar
berkembang kesadaran, kemauan, dan kemampuan di bidang
kesehatan atau agar secara proaktif masyarakat mempraktikkan
prilaku hidup bersih dan sehat.

27
2.1.12 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Berdasarkan Konferensi International Promosi Kesehatan di
Ottawa, Canada tahun 1986 yang menghasilkan piagam Ottawa, promosi
kesehatan dikelompokkan menjadi 5 area :
1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (healthy public
policy)
Kegiatan ini ditujukan pada para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan. Hal ini berarti setiap kebijakan pembangunan
dalam bidang apa pun harus mempertimbangkan dampak kesehatan
bagi masyarakat.
2. Mengembangkan jaring kemitraan dan lingkungan yang
mendukung (create partnership and supportive environment)
Kegiatan ini bertujuan mengembangkan jaringan kemitraan dan
suasana yang mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ditujukan
kepada pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-
tempat umum dan diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik yang
mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
Orientasi pelayanan diarahkan dengan menempatkan masyarakat
sebagai subjek yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas
kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan kesehatan lebih
diarahkan pada perberdayaan masyarakat.
Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat dalam pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan bermacam-macam, mulai dari
terbentuknya LSM yg peduli kesehatan, baik dalam bentuk
pelayanan maupun bantuan teknis, sampai upaya-upaya swadaya
masyarakat.
4. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri
atas kelompok, keluarga, dan individu. Kesehatan masyarakat
terwujud apabila kesehatan kelompok, keluarga, dan individu

28
terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan anggota
masyarakat atau individu sangat penting untuk meningkatkan
kesadran, kemauan, dan kemampuan masyarakat memelihara serta
meningkatkan kualitas kesehatannya.
5. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community
action)
Derajat kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif jika
unsur-unsur yang terdapat di masyarakat tersebut bergerak bersama-
sama. Memperkuat kegiatan masyarakat berarti memberikan bantuan
terhadap kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat sehingga lebih
dapat berkembang. Disamping itu, tindakan ini memberi kesempatan
masyarakat untuk berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan
berperan serta aktif dalam pembangunan kesehatan.

2.1.13 Hambatan dalam Promosi Kesehatan


Dalam penyelenggaraan promosi kesehatan terdapat beberapa
hambatan yang dapat mengganggu lancarnya proses promosi kesehatan
itu, hambatan tersebut antara lain:
1. Struktur dan sikap
Lebih mendorong penyembuhan daripada pencegahan, akibatnya
upaya pendidikan, pencegahan dan promosi kesehatan diabaikan.
2. Hambatan Individual
Hal ini berkaitan dengan kebiasaan dan persepsi risiko. Kebiasaan
kesehatan yang dipelajari sejak kecil terkadang sulit diubah.
3. Jaring koperasi dan perencanaan yang rumit
Mencakup pelaku riset dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu yang
berbeda, serta membuat kebijakan pada masing-masing tingkat.
Sebelum program dianggap efektif, diperlukan studi, perencanaan
yang cermat, pelaksanaan, dan penilaian, kemudian direncanakan
kembali (Maulana, 2009).

29
2.1.14 Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan
Berikut merupakan beberapa peran seorang perawat dalam kegiatan
promosi kesehatan, yaitu:
1. Pelaksana pelayanan
Memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat.
2. Pendidik
Perawat memberikan pendidikan kesehatan dan mengajarkan
bagaimana cara menjaga kesehatan, mencegah penyakit, pemulihan
dari penyakit dan memberikan informasi yang tepat tentang
kesehatan.
3. Pengamat kesehatan
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan, observasi
dan pengumpulan data.
4. Kordinator pelayanan kesehatan
Perawat melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan
yang diterima oleh keluarga, dan bekerja sama dengan keluarga
dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai penghubung
dengan institusi pelayanan kesehatan lain, supervisi terhadap asuhan
keperawatan yang dilaksanakan anggota tim.
5. Pembaharu
Perawat dapat berperan sebagai inovator terhadap individu, keluarga
dan masyarakat dalam merubah perilaku pola hidup yang berkaitan
dengan pemeliharaan kesehatan.
6. Pengorganisir pelayanan kesehatan
Perawat memberikan motivasi utuk melakukan keikutsertaan
individu, keluarga dan kelompok dalam setiap upaya pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan di masyarakat.
7. Role model
 Perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan.

30
 Panutan ini digunakan pada semua tingkat pencegahan
 Menampilkan profesionalisme dalam bekerja.
8. Fasilitator
Perawat merupakan tempat bertanya bagi masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan, diharapkan perawat dapat
memberikan solusi mengatasi masalah yang dihadapi.

2.2 Tindakan Perawat yang Sesuai Terhadap Kasus Pemicu

Berikut merupakan tahapan yang dapat dilakukan oleh seorang perawat


dalam menangani permasalahan di bidang promosi kesehatan, yaitu:
1. Problem definition
Merupakan langkah awal dalam promosi kesehatan. Dengan mengetahui
masalah, akan memudahkakn menentukan upaya apa yang harus
dilakukan, agar masalah tersebut dapat diatasi. Dalam diagnosis hal yang
menjadi acuan adalah hasil pengkajian, epidemiologi, ilmu sosial dan
perilaku serta pengetahuan kebutuhan dan prioritas komunitas.
2. Solution generation
Tahap ini memerlukan analisis potensial baru terkait solusi,
mengembangkan programyang spesifik, tujuan dan strategi yang akan
digunakan serta urutan aktivitasnya.
3. Capacity building
Begitu program rencana telah dikembangkan, langkah awal adalah
menghasilkan ketertarikan publik maupun politik dalam program yang
akan diimplementasikan, memobilisasi sumber-sumber yang akan
digunakan dan membangun kapasitas dalam organisasi (lokal).
4. Health promotion actions
Merupakan implementasi program melibatkan berbagai macam strategi,
termasuk pendidikan dan advokasi.
5. Outcome measurement
Pengukuran ini dilakukan untuk megetahui perubahan yang terjadi sebagai
akibat dari promkes yang telah dilaksanakan.

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Masalah yang terjadi di kecamatan X dipengaruhi oleh faktor kurangnya
pengetahuan, faktor sosial budaya yang melekat, dan kurangnya kesadaran diri
pada masyarakat tersebut. Oleh karena itu, sebagai perawat perlu memberikan
promosi kesehatan mengenai pola hidup yang baik, gizi seimbang, dan dampak
dari pola hidup yang kurang baik. Selain itu, pemilihan media promosi
kesehatan yang baik dan benar pun diperlukan agar dapat menarik perhatian
masyarakat dan juga agar promosi kesehatan dapat dimengerti dengan baik
oleh masyarakat.
Selanjutnya, perlu disadari bahwa upaya promosi kesehatan merupakan
tanggungjawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata,
melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan
perlu didukung oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Kesamaan pengertian, efektifitas kerjasama dan sinergi antara aparat kesehatan
pusat, provinsi, kabupaten/kota dan semua pihak dari semua komponen bangsa
adalah sangat penting dalam rangka mencapai visi, tujuan dan sasaran promosi
kesehatan secara nasional. Semuanya itu adalah dalam rangka menuju
Indonesia Sehat, yaitu Indonesia yang penduduknya hidup dalam perilaku dan
budaya sehat, dalam lingkungan yang bersih dan kondusif.

3.2 Saran
Dari makalah ini kami, berharap para pembaca maupun penyusun sama-
sama dapat memperoleh ilmu pengethuan yang ada didalamnya sebagai
cakrawala penambah wawasan. Namun, bila masih dirasa kurang maka kami
menyarankan untuk lebih memperdalam lagi mengenai materi promosi
kesehatan ini dari berbagai sumber yang ada. Diharapkan selain pengetahuan,
juga tentu butuh pengalaman dari apa yang telah kita pelajari. Sehingga hal ini
dapat menjadi amalan disisi kita semua baik didunia maupun diakhirat.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kholid. 2014. Promosi Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo.

Bahan ajar Ayubi Dian. 2010. Konsep promosi kesehatan . Dapartemen promosi
kesehatan dan ilmu praktikum FKM UI

Efendi, F dan Makhfudi . 2009. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan


praktik dalam keperawatan . Jakarta : Salemba Medika

Khalid, A. 2012. Promosi Kesehatan : Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media


dan Aplikasinya untuk Mahasiswa dan Praktisi Kesehatan. Jakarta : Raja
Grafindo.

Maulana, Heri D.J.. 2009. promosi kesehatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Satar RM. 2013. Peningkatan derajat kesehatan. Diakses dari jurnal UII.ac.id
pada tanggal 23 Oktober 2018

Susilowati, Dwi. 2016. Promosi Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

Swarjana, I ketut. 2017. ilmu kesehatan masyarakat : konsep strategi dan praktik.
Yogyakarta : ANDI

33

Anda mungkin juga menyukai