Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Diskusi Kelompok (DK) tentang “Konsep Dasar Promosi Kesehatan” dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami mengucap terimakasih
kepada Ibu Fajriyah Nur Afriyanti, Ns, M.Kep., Sp.Kep.J selaku dosen
penanggung jawab Modul Promosi kesehatan dan Pendidikan Kesehatan yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca. Kami
menyadari begitu banyak kekurangan dalam penyusunan makalah yang kami buat
ini. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang lebih baik pada pembuatan makalah selanjutnya.
Makalah ini dibuat dengan singkat dan sederhana tetapi mudah untuk
dipahami. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi kami selaku
penulis sekaligus pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
4
menyeluruh, terpadu, tepat serta berkesinambungan untuk mencapai hasil
lebih optimal.
Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang
hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan
cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku
sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis, yang
biasa disebut dengan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan termasuk kedalam upaya peningkatan kesehatan yang
menurut WHO adalah proses mengupayakan individu-individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatannya (Fitriani, 2011). Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa
promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk
mengontrol dameningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the
process of enabling people to increase control over, and to improve, their
health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di
dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga
mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri
mereka
Salah satu tonggak promosi kesehatan di Indonesia adalah Deklarasi
Jakarta (1997) dalam Depkes RI (2008) yang merumuskan prioritas promosi
kesehatan abad 21 untuk meningkatkan tanggung jawab sosial dalam
kesehatan, meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan dan
perluasan kemitraan untuk kesehatan, meningkatkan kemampuan masyarakat
dan perberdayaan individu serta menjamin tersedianya infrastruktur promosi
kesehatan. Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan
mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor
kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur
dalam masyarakat. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa promosi kesehatan
adalah suatu filosofi umum yang menitik beratkan pada gagasan bahwa
kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor,
2013).
5
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar promosi kesehatan?
2. Bagaimana tindakan perawat yang sesuai terhadap kasus pemicu?
1.4 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Makalah ini disusun dalam rangka memperdalam pemahaman
mengenai materi konsep dasar promosi kesehatan.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui bagaimana konsep dasar promosi kesehatan.
2. Mengetahui bagaimana tindakan perawat yang sesuai apabila
dihadapkan dengan suatu kasus yang berkaitan dengan promosi
kesehatan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
melalui program Health Educational Service (HES). Tetapi intervensi
program masih banyak yang bersifat individual walau sudah mulai
aktif ke masyarakat.
3. Periode Tahun 1975-1985
Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluhan Kesehatan. Di tingkat
Departemen Kesehatan ada Direktorat PKM. Sasaran program adalah
perubahan perilaku masyarakat tentang kesehatan. Pendidikan
kesehatan pada era tahun 80-an menekankan pada pemberian
informasi kesehatan melalui media dan teknologi pendidikan kepada
masyarakat dengan harapan masyarakat mau melakukan perilaku
hidup sehat. Namun kenyataannya, perubahan tersebut sangat lamban
sehingga dampaknya terhadap perbaikan kesehatan sangat kecil. Oleh
sebab itu, agar pendidikan kesehatan tidak terkesan ‘tanpa arti’, maka
para ahli pendidikan kesehatan global yang dimotori oleh WHO, pada
tahun 1984 merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan
menggunakan istilah promosi kesehatan. Promosi kesehatan tidak
hanya mengupayakan perubahan perilaku saja tetapi juga perubahan
lingkungan yang menfasilitasi perubahan perilaku tersebut.
Disamping itu promosi kesehatan lebih menekankan pada
peningkatan kemampuan hidup sehat bukan sekedar berperilaku
sehat.
4. Periode Tahun 1985-1995
Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi
tugas memberdayakan masyarakat. Direktoral PKM berubah menjadi
Pusat PKM, yang tugasnya penyebaran informasi, komunikasi,
kampanye dan pemasaran sosial bidang kesehatan. Pandangan (visi)
mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa Charter’ tentang Promosi Kesehatan.
5. Periode Tahun 1995-Sekarang
Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan
kearah mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan
dan politik kesehatan (termasuk advokasi). Sehingga sasaran Promosi
Kesehatan tidak hanya perubahan perilaku tetapi perubahan kebijakan
8
atau perubahan menuju perubahan sistem atau faktor lingkungan
kesehatan. Pada Tahun 1997 diadakan konvensi Internasional
Promosi Kesehatan dengan tema ”Health Promotion Towards The
21’st Century, Indonesian Policy for The Future” dengan melahirkan
‘The Jakarta Declaration’.
Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986) sebagai hasil
rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Di Ottawa-
Canada, menyatakan bahwa Promosi Kesehatan adalah upaya yang
dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Dengan
demikian penggunaan istilah Promosi Kesehatan di Indonesia tersebut
dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Istilah Promosi
Kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan
pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri yang mengacu pada
paradigma sehat. Salah satu tonggak promosi kesehatan ialah Deklarasi
Jakarta, yang lahir dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke
IV.
9
atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri (Notoatmodjo, 2012).
10
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi
masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan Perilaku
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai
(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku
berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.
11
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosial
sehingga masyarakat dapat produktif secara ekonomi maupun social.
2. Menerapkan pendidikan kesehatan pada program-program
kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi
lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program
kesehatan lainnya.
Sedangkan misi promosi kesehatan ialah terkait upaya pencapaian
suatu visi, di antaranya yaitu :
1. Advokasi merupakan kegiatan terencana yang ditujukan kepada para
penentu kebijakan untuk mempengaruhi para pembuat keputusan
bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui suatu keputusan.
2. Mediasi (penghubung) berarti pelaksanaan promosi kesehatan perlu
menjalin kemitraan dengan berbagai program yang berkaitan dengan
kesehatan.
3. Kemampuan (enable) berarti masyarakat diberikan suatu
keterampilan agar mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya secara mandiri.
(Notoatmodjo, 2012)
12
Yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan dan
interaksi dari dimensi-dimensi tersebut secara keseluruhan.
4. Equitable atau kesetaraan
Yaitu memastikan kesamaan atau hasil yang didapatkan oleh klien.
5. Intersectoral atau antar sector
Yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instansi terkait lainnya atau
organisasi.
6. Sustainable atau berkelanjutan
Memastkan bahwa hasil dari kegiatan promosi kesehatan yang
berkelanjutan dalam jangka panjang.
7. Multi-strategy
Bekerja pada sejumlah strategi seperti program kebijakan.
13
dan klien. Keduanya saling belajar. Untuk itu, maka perlu
diperhatikan dan dipelajari pula prinsip-prinsip dalam proses belajar
mengajar (PBM), yang mencakup :
Faktor-faktor pendukung (misalnya : Motivasi , Kesiapan , Pelibatan
Aktif /Active Involvement, Umpan Balik / feedback, memulai dari hal
yang sederhana sampai kompleks , adanya pengulangan materi /
repetition, waktu/ timing dan lingkungan / environment).
Penghambat belajar (seperti emosi, kejadian/keadaan fisik dan
psikologis yang sedang terganggu atau budaya).
Fase-fase dalam PBM (mulai dari persiapan, pembuka, pelaksanaan
dan penutup topik), serta
Karakteristik perilaku belajar.
(Susilowati, 2016 : 27 – 28)
14
dengan cara bantuan teknik memberikan arahan, dan cara-cara
mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana.
c) Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
Promosi kesehatan ini ditujukan untuk mengadakan pelatihan bagi
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri
dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi
teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.
15
1. Promotif
Istilah promotif diartikan sebagai "peningkatan", hal tersebut tidak
terlepas dari asal mula digunakannya istilah promotif itu sendiri.
Promotif atau promosi kesehatan merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris promotion of health. Istilah ini muncul dari terjemahan lima
tingkatan pencegahan (five levels of prevention) yang tercantum dalam
buku "Preventive Medicine For The Doctor In His Community" karangan
dari H.R. Leavell dan E.G. Clark. Promotion of health yang terjemahan
aslinya adalah promosi kesehatan, merupakan tingkatan pencegahan
pertama, yang oleh para ahli Kesehatan Masyarakat di Indonesia
diartikan sebagai peningkatan kesehatan. Hal ini dikarenakan makna
yang terkandung di dalam istilah promotion of health tersebut adalah
meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu dengan melaui asupan gizi
seimbang, olah raga teratur, dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap
sehat, tidak terserang penyakit.
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan untuk membantu
indivudu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan
atau perilakunya, untuk mencapai kesehatan secara optimal. Sedangkan
WHO (World Health Organization) yang merupakan organisasi
kesehatan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
merumuskan promosi kesehatan sebagai perluasan makna dari
pendidikan kesehatan, sebagai berikut :
“Promosi kesehatan adalah proses untuk kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.”
2. Preventif
Usaha pencegahan suatu penyakit lebih baik dari mengobati suatu
penyakit. Hal ini dikarenakan usaha pencegahan suatu penyakit akan
memunculkan hasil yang lebih baik dan biaya yang lebih murah. Menurut
16
H.R. Leavell dan E.G. Clark usaha pencegahan (preventif) penyakit dapat
dilakukan dalam lima tingkatan, yaitu :
a. Pada masa sebelum sakit, yaitu dengan :
Mempertinggi nilai kesehatan (health promotion).
Memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit
(specific protection).
b. Pada masa sakit, yaitu dengan :
Mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal, serta
mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (early diagnosis
and prompt treatment).
Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan
gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan oleh suatu
penyakit (disibility limitation).
c. Rehabilitasi (rehabilitation).
3. Kuratif
Termasuk dalam tindakan ini adalah mengenal dan mengetahui
jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan yang
tepat dan segera. Tujuan utama dari usaha pengobatan (kuratif) adalah
pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
4. Rehabilitatif
Rehabilitatif adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita
ke dalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat sesuai dengan
kemampuannya. Usaha rehabilitasi ini memerlukan bantuan dan
pengertian dari seluruh anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan
memahami keadaan mereka (bekas penderita), sehingga memudahkan
mereka (bekas penderita) dalam proses penyesuaian dirinya dalam
masyarakat dengan kondisinya yang sekarang ini.
Rehabilitasi terdiri dari :
17
Rehabilitasi fisik, yaitu agar penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimalnya.
Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri
dalam hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan.
Rehabilitasi sosial vokasional, yaitu agar bekas pendirita menempati
suatu pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja
yang semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Rehabilitasi aesthetis, yaitu usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan rasa keindahan dari bagian anggota tubuh, walaupun
fungsinya tidak bekerja seperti anggota tubuh aslinya.
18
b. Pelayanan kesehatan preventif, yaitu suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
c. Pelayanan kesehatan kuratif, yaitu suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, yaitu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya.
19
termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran),
flip chart (lembar balik), rubrik atau tulisan pada surat kabar atau
majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada
beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup
banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu
listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah
belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu
elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi, radio,
video film, cassette, CD, VCD, internet (computer dan modem), SMS
(telepon seluler). Seperti halnya media cetak, media elektronik ini
memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik,
sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh
panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang
serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah
biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih
untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu
berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan
keterampilan untuk mengoperasikannya.
c. Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media
cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran,
banner dan televisi layar lebar, umbul-umbul, yang berisi pesan,
slogan atau logo. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah
dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan,
bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian
dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari
media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih
untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang
20
dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan
keterampilan untuk mengoperasikannya.
d. Media Lain, seperti :
1) Iklan di bus.
2) Mengadakan event, merupakan suatu bentuk kegiatan yang
diadakan di pusat perbelanjaan atau hiburan yang menarik
perhatian pengunjung
a) Road Show, suatu kegiatan yang diadakan di beberapa tempat /
kota.
b) Sampling, contoh produk yang diberikan kepada sasaran secara
gratis.
c) Pameran, suatu kegiatan untuk menunjukkan informasi
program dan pesan-pesan promosi
21
mnerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang
sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang
lebih mendalam.
b. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas kesehatan lebih
intensif .Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan
dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela,
berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut.
2. Metode Kelompok
Memilih metode kelompok harus mengingat besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.
a. Kelompok Besar
Kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok besar antara lain
ceramah dan seminar.
Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah.
Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas.Seminar adalah suatu penyajian
dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok Kecil
Bila peserta kegiatan kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil.Metode metode yang cocok untuk kelompok kecil
adalah:
Diskusi Kelompok
22
Semua anggota kelompok dalam diskusi kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta
diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-
hadapan atau saling memandang satu sama lain. Ketika memulai
diskusi pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-
pancingan yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus
sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi
yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkandan
mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat
kesempatan berbicara dan tidak menimbulkan dominasi peserta
diskusi.
Curah Pendapat (brain storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya
pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu
masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau
tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.
Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya tidak boleh
dikomentari oleh siapapun. Baru setelah semua anggota
mengeluarkan pendapatnya tiap anggota dapat mengomentari
dan akhirnya terjadi diskusi.
Bola salju
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang
5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka
tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencarai
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang bergabung lagi dengan pasangan lainnya
dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi
seluruh anggota kelompok
Kelompok-kelompok kecil (Buzz Group)
23
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
(buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang
sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Masing-masing
kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil
dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari
kesimpulannya.
Bermain peran (Role Play)
Metode ini terdiri beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan.
Permainan simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan akan kesehatan disajikan dalam
beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli.
Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi berperan
sebagai nara sumber
24
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap
muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain: kunjungan
rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa,
pertemuan di Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap
muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,
melalui pertunjukan film, dsb.
2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun
tidak langsung dengan sasaran secara perorangan.
b. Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan
sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk
dalam ketegori ini antara lain: Pertemuan, Demostrasi, Diskusi
kelompok, Pertemuan FGD.
c. Pendekatan Masal
Petugas promosi kesehatan menyampaikan pesannya secara
sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode
yang masuk dalam golongan ini adalah: Pertemuan umum,
pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak
lainnya, Pemutaran film.
3. Berdasarkan Indera Penerima
Metode Melihat/Memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima
sasaran melalui indera penglihatan, seperti : penempelan poster,
pemasangan gambar/foto, pemasangan koran dinding, pemutaran
film.
Metode Pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran
melalui indera pendengar,umpamanya : Penyuluhan lewat radio,
Pidato, Ceramah.
25
Metode “Kombinasi”. Dalam hal ini termasuk demonstrasi.
26
Adalah sasaran yang mempunyai masalah, yang diharapkan mau
berperilaku sesuai harapan dan memperoleh manfaat paling besar
dari perubahan perilaku tersebut.
2. Sasaran sekunder
Adalah individu atau kelompok yang memiliki pengaruh atau
disegani oleh sasaran primer. Sasaran sekunder diharapkan mampu
mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada sasaran primer.
3. Sasaran tersier
Adalah pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak-pihak yang
berpengaruh di berbagai tingkatan (pusat, propinsi, kabupaten,
kecamatan, dan desa atau kelurahan).
27
2.1.12 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Berdasarkan Konferensi International Promosi Kesehatan di
Ottawa, Canada tahun 1986 yang menghasilkan piagam Ottawa, promosi
kesehatan dikelompokkan menjadi 5 area :
1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (healthy public
policy)
Kegiatan ini ditujukan pada para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan. Hal ini berarti setiap kebijakan pembangunan
dalam bidang apa pun harus mempertimbangkan dampak kesehatan
bagi masyarakat.
2. Mengembangkan jaring kemitraan dan lingkungan yang
mendukung (create partnership and supportive environment)
Kegiatan ini bertujuan mengembangkan jaringan kemitraan dan
suasana yang mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ditujukan
kepada pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-
tempat umum dan diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik yang
mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
Orientasi pelayanan diarahkan dengan menempatkan masyarakat
sebagai subjek yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas
kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan kesehatan lebih
diarahkan pada perberdayaan masyarakat.
Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat dalam pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan bermacam-macam, mulai dari
terbentuknya LSM yg peduli kesehatan, baik dalam bentuk
pelayanan maupun bantuan teknis, sampai upaya-upaya swadaya
masyarakat.
4. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri
atas kelompok, keluarga, dan individu. Kesehatan masyarakat
terwujud apabila kesehatan kelompok, keluarga, dan individu
28
terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan anggota
masyarakat atau individu sangat penting untuk meningkatkan
kesadran, kemauan, dan kemampuan masyarakat memelihara serta
meningkatkan kualitas kesehatannya.
5. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community
action)
Derajat kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif jika
unsur-unsur yang terdapat di masyarakat tersebut bergerak bersama-
sama. Memperkuat kegiatan masyarakat berarti memberikan bantuan
terhadap kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat sehingga lebih
dapat berkembang. Disamping itu, tindakan ini memberi kesempatan
masyarakat untuk berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan
berperan serta aktif dalam pembangunan kesehatan.
29
2.1.14 Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan
Berikut merupakan beberapa peran seorang perawat dalam kegiatan
promosi kesehatan, yaitu:
1. Pelaksana pelayanan
Memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat.
2. Pendidik
Perawat memberikan pendidikan kesehatan dan mengajarkan
bagaimana cara menjaga kesehatan, mencegah penyakit, pemulihan
dari penyakit dan memberikan informasi yang tepat tentang
kesehatan.
3. Pengamat kesehatan
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan, observasi
dan pengumpulan data.
4. Kordinator pelayanan kesehatan
Perawat melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan
yang diterima oleh keluarga, dan bekerja sama dengan keluarga
dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai penghubung
dengan institusi pelayanan kesehatan lain, supervisi terhadap asuhan
keperawatan yang dilaksanakan anggota tim.
5. Pembaharu
Perawat dapat berperan sebagai inovator terhadap individu, keluarga
dan masyarakat dalam merubah perilaku pola hidup yang berkaitan
dengan pemeliharaan kesehatan.
6. Pengorganisir pelayanan kesehatan
Perawat memberikan motivasi utuk melakukan keikutsertaan
individu, keluarga dan kelompok dalam setiap upaya pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan di masyarakat.
7. Role model
Perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan.
30
Panutan ini digunakan pada semua tingkat pencegahan
Menampilkan profesionalisme dalam bekerja.
8. Fasilitator
Perawat merupakan tempat bertanya bagi masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan, diharapkan perawat dapat
memberikan solusi mengatasi masalah yang dihadapi.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Masalah yang terjadi di kecamatan X dipengaruhi oleh faktor kurangnya
pengetahuan, faktor sosial budaya yang melekat, dan kurangnya kesadaran diri
pada masyarakat tersebut. Oleh karena itu, sebagai perawat perlu memberikan
promosi kesehatan mengenai pola hidup yang baik, gizi seimbang, dan dampak
dari pola hidup yang kurang baik. Selain itu, pemilihan media promosi
kesehatan yang baik dan benar pun diperlukan agar dapat menarik perhatian
masyarakat dan juga agar promosi kesehatan dapat dimengerti dengan baik
oleh masyarakat.
Selanjutnya, perlu disadari bahwa upaya promosi kesehatan merupakan
tanggungjawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata,
melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan
perlu didukung oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Kesamaan pengertian, efektifitas kerjasama dan sinergi antara aparat kesehatan
pusat, provinsi, kabupaten/kota dan semua pihak dari semua komponen bangsa
adalah sangat penting dalam rangka mencapai visi, tujuan dan sasaran promosi
kesehatan secara nasional. Semuanya itu adalah dalam rangka menuju
Indonesia Sehat, yaitu Indonesia yang penduduknya hidup dalam perilaku dan
budaya sehat, dalam lingkungan yang bersih dan kondusif.
3.2 Saran
Dari makalah ini kami, berharap para pembaca maupun penyusun sama-
sama dapat memperoleh ilmu pengethuan yang ada didalamnya sebagai
cakrawala penambah wawasan. Namun, bila masih dirasa kurang maka kami
menyarankan untuk lebih memperdalam lagi mengenai materi promosi
kesehatan ini dari berbagai sumber yang ada. Diharapkan selain pengetahuan,
juga tentu butuh pengalaman dari apa yang telah kita pelajari. Sehingga hal ini
dapat menjadi amalan disisi kita semua baik didunia maupun diakhirat.
32
DAFTAR PUSTAKA
Bahan ajar Ayubi Dian. 2010. Konsep promosi kesehatan . Dapartemen promosi
kesehatan dan ilmu praktikum FKM UI
Satar RM. 2013. Peningkatan derajat kesehatan. Diakses dari jurnal UII.ac.id
pada tanggal 23 Oktober 2018
Swarjana, I ketut. 2017. ilmu kesehatan masyarakat : konsep strategi dan praktik.
Yogyakarta : ANDI
33