Anda di halaman 1dari 103

1

BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PERMAINAN SIMULASI


UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA
KELAS VIII SMP BOPKRI 5 YOGYAKARTA TAHUN
AJARAN 2022/2023

SKRIPSI

Oleh :
Furqon Al-Haq
18144200009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2023

1
i

BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PERMAINAN SIMULASI


UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA
KELAS VIII SMP BOPKRI 5 YOGYAKARTA TAHUN
AJARAN 2022/2023

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Universitas PGRI Yogyakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Oleh :
Furqon Al-Haq
18144200009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2023

i
ii

ABSTRAK

FURQON AL-HAQ. Bimbingan Kelompok Teknik Permainan Simulasi Untuk


Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2022/2023.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bimbingan kelompok dengan teknik
permainan simulasi dapat untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas VIII
SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan desain one group
pre-test and post-test design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023. Sebanyak 15 siswa. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket yang divalidasi. Dan
teknik analisis data menggunakan uji-t.
Hasil penelitian menunjukan bahwa bimbingan kelompok teknik permainan
simulasi efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Bopkri
5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023. Dibuktikan dengan hasil uji-t yang
dilakukan diperoleh harga t = 5.382 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Implikasi dalam
penelitian ini bahwa untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP
Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023 dengan kemampuan serta
kompetensi yang dimiliki diharapkan guru bimbingan dan konseling menggunakan
bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi.
Kata kunci : Bimbingan kelompok, teknik permainan simulasi, kepercayaan diri.

ii
iii

ABSTRACT

FURQON AL-HAQ. Group Guidance on Simulation Game Techniques to Increase


the Confidence of Class VIII Students of SMP Bopkri 5 Yogyakarta for the
2022/2023 Academic Year.

The purpose of this study was to find out whether group guidance using
simulation game techniques could increase the self-confidence of class VIII
students of SMP Bopkri 5 Yogyakarta for the 2022/2023 academic year.

This study uses quantitative research methods and the type of research used
is experimental research with a one group pre-test and post-test design. The
population in this study were class VIII students of SMP Bopkri 5 Yogyakarta for
the 2022/2023 academic year. A total of 15 students. The data collection method in
this study used a validated questionnaire. And data analysis techniques using t-test.

The results of the study showed that group guidance using simulation game
techniques was effective in increasing the self-confidence of class VIII students of
SMP Bopkri 5 Yogyakarta for the 2022/2023 academic year. Evidenced by the
results of the t-test conducted, the price of t = 5,382 was obtained with a value of p
= 0.000 <0.05. The implication of this study is that in order to increase the self-
confidence of class VIII students of SMP Bopkri 5 Yogyakarta for the 2022/2023
Academic Year with the abilities and competencies they have, it is hoped that the
guidance and counseling teacher will use group guidance with a simulation game
technique.

Keywords: Group guidance, simulation game techniques, self-confidence.

iii
iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING
BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PERMAINAN SIMULASI
UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA
KELAS VIII SMP BOPKRI 5 YOGYAKARTA TAHUN
AJARAN 2022/2023

Skripsi oleh Furqon Al-Haq

Telah disetujui untuk diuji

Yogyakarta, 27 Desember 2022

Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Nur Wahyumiani, M.A


NIP. 19570310 198503 2 001

iv
v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI SKRIPSI


BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PERMAINAN SIMULASI
UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA
KELAS VIII SMP BOPKRI 5 YOGYAKARTA TAHUN
AJARAN 2022/2023

Oleh :

Furqon Al-Haq
18144200009
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 25 Januari 2023


Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua : Darsono, M.Pd …………….. ................

Sekretaris : Herwinda Putri Daniswari, M.Pd …………….. …………

Penguji I : Shinta Purwaningrum, M.Pd …………….. …………

Penguji II : Dra. Nur Wahyumiani, M.A …………….. …………

Yogyakarta, 25 Januari 2023


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
fUniversitas PGRI Yogyakarta
Dekan

Dr. Esti Setiawati, M.Pd


NIP. 19650909 1995 12 2 001

v
vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Furqon Al-haq


Nomor Pokok Mahasiswa : 18144200009
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas : Universitas PGRI Yogyakarta
Judul : Bimbingan Kelompok Teknik Permainan Simulasi
Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII SMP Bopkri 5
Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar adalah karya
saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan pemikiran atau tulisan orang lain
kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai bahan acuan.
Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 27 Desember 2022


Yang menyatakan

Furqon Al-Haq
NIM. 18144200009

vi
vii

MOTTO

Kepercayaan pada diri sendiri akan memberikan kesempatan untuk kita sukses di
setiap kondisi. Karena ke suksesan di setiap proses yang kita jalani dapat diukur
dengan seberapa besar kepercayaan kita pada diri sendiri. (Robert Collier)

PERSEMBAHAN

1. Ayahanda Dulhadi Kurnia dan Ibunda Siti


Homsah yang selalu berdoa dan berharap akan
keberhasilan Ananda didunia maupun di akhirat.
2. Tiga saudaraku tercinta yang selalu berdoa,
membantu dan memberikan dorongan demi
keberhasilanku.
3. Kekasihku tercinta Difa Savana Damaiyanti
yang selalu berdoa, membantu, menemani dan
memberi motivasi serta dukungan dengan tulus
dan ikhlas.

vii
viii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi
ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana
(S1) Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa
adanya dukungan, bantuan, bimbingan dan nasihat dari berbagai pihak selama
penyusunan skripsi. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Dr. Ir. Paiman, M.P Rektor Universitas PGRI Yogyakarta yang telah
memberikan izin studi di Universitas PGRI Yogyakarta
2. Dr. Esti Setiawati, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian
3. Drajat Edy Kurniawan, M Pd Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas PGRI Yogyakarta.
4. Dra. Hj. Nur Wahyumiani, MA Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan kepada penulis dalam penyusunan skripsi
5. Djarot Alvan S. Si Kepala Sekolah di SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran
2022/2023 yang telah memberi izin sekolahnya digunakan untuk kegiatan
penelitian skripsi
6. Dra. Siswinarni Guru Bimbingan dan Konseling di SMP Bopkri 5 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2022/2023 yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan penelitian skripsi.
7. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaika skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurma, Oleh karena itu,
penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang membangun supaya dapat
menjadi acuan pembaca.
Yogyakarta 27 Desember 2022

Penulis

viii
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i


ABSTRAK ..................................................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................................ iv
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI SKRIPSI ........................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................................................... vi
MOTTO....................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ......................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 6
BAB II ........................................................................................................................... 7
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS............................................................................. 7
A. Kajian Teori....................................................................................................... 7
B. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................................... 30
C. Kerangka Berfikir ........................................................................................... 30
D. Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 33
BAB III ........................................................................................................................ 35
METODE PENELITIAN ........................................................................................... 35
A. Waktu Dan Tempat Penelitian ........................................................................ 35
B. Metodologi Penelitian ...................................................................................... 35
C. Metode Penentuan Subjek............................................................................... 35

ix
x

D. Variabel Penelitian .......................................................................................... 36


E. Desain Penelitian ............................................................................................. 37
F. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 41
G. Definisi Operasional Variabel ......................................................................... 42
H. Uji Coba Instrumen ..................................................................................... 46
I. Teknik Analisis Data.................................................................................... 49
BAB IV ........................................................................................................................ 51
A. Hasil Penelitian ................................................................................................ 51
B. Pembahasan ..................................................................................................... 54
BAB V.......................................................................................................................... 57
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 57
B. Implikasi .......................................................................................................... 57
C. Saran ................................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 59
LAMPIRAN ................................................................................................................ 62

x
xi

DAFTAR TABEL

Table 1. Rancangan Materi Bimbingan Kelompok ................................................. 39


Table 2. Langkah Langkah Bimbingan Kelompok ................................................. 39
Table 3. Kisi-Kisi Instrumen Skala Kepercayaan Diri ........................................... 45
Table 4. Format Skala Kepercayaan Diri ................................................................. 45
Table 5. Penskoran Item ........................................................................................... 46
Table 6. Reliability Statistics .................................................................................... 49
Table 7. Kriteria Nilai ............................................................................................... 51
Table 8. Kategori skor kepercayaan diri siswa sebelum diberikan bimbingan
kelompok teknik permainan simulasi....................................................................... 52
Table 9. Kategori skor kepercayaan diri siswa setelah diberikan bimbingan
kelompok teknik permainan simulasi....................................................................... 52
Table 10. Rangkuman Uji Normalitas ..................................................................... 53
Table 11. Rangkuman Uji T-Test ............................................................................. 54

xi
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hubungan Antar Variabel ...................................................................... 37


Gambar 2. Desain Penelitian One Group Pre-Test and Post Test Design ............. 38

xii
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ............................................................................ 62


Lampiran 3. Uji Reliabiility ...................................................................................... 72
Lampiran 4. Tabel Data ............................................................................................ 75
Lampiran 5. Uji Normalitas ...................................................................................... 78
Lampiran 6. Uji-t Test ............................................................................................... 80
Lampiran 7. Foto Dokumentasi ................................................................................ 81

xiii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Peserta didik usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada masa
peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja awal. Pada masa remaja
awal terdapat tugas perkembangan yang harus dicapai, salah satunya adalah
dengan menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya. Seorang remaja harus mampu untuk menerima dan
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam dirinya dan harus
memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan yang dimilikinya agar mampu
mencapai perkembangan yang optimal.
Pada proses pertumbuhan dan perkembangannya anak usia Sekolah
Menengah Pertama (SMP), tidak dapat dicapai dengan mudah karena adanya
hambatan-hambatan dalam perkembangannya, maka akan mengalami ketidak
mampuan dalam menerima dirinya, sehingga kepercayaan pada dirinya menjadi
rendah, sehingga remaja akan bersikap keras, agresif, atau sebaliknya akan
bersikap tidak percaya diri, pendiam, dan harga diri kurang (istilah remaja
sekarang kurang PD). Terhadap rasa tidak percaya diri ini dapat menimbulkan
sikap dan perilaku atau gejala-gejala yang dialami siswa SMP yaitu merasa
tidak senang terhadap kritikan orang lain, sangat senang ketika mendapatkan
pujian atau penghargaan, senang mengkritik (mencela) orang lain, kurangnya
minat untuk bersaing (berkompetisi) dan cenderung lebih senang untuk
menyendiri. Siswa SMP adalah anak yang sedang menginjak masa remaja awal.
Karakteristik membuat mereka tak lepas dari karakteristik remaja awal yang
memang berada dalam masa-masa sulit, dimana mereka harus menyesuaikan
diri dengan berbagai macam perubahan yang ada dalam diri mereka. Mereka
sangat memerlukan tempat perlindungan jiwa yang mampu memberikan
pengarahan positif untuk perkembangan hidup selanjutnya. Oleh karena itu,
untuk mengarahkan mereka agar tidak terjerumus dalam krisis batin seperti
ketidakpercayaan diri harus dilakukan upaya untuk membangun kekuatan

1
2

psikologisnya agar mereka tumbuh dan berkembang dengan percaya diri untuk
menempuh masa depan.
Kehidupan di sekolah kadang memberi beban tersendiri bagi siswa. Sebagai
remaja awal, siswa SMP selain sibuk berjuang untuk menyesuaikan diri dengan
berbagai perubahan dalam dirinya mereka juga harus berjuang untuk dapat
menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikembangkanya, mereka perlu
diberikan pemahaman agar dapat memahami dan mampu mengembangkan
karakter percaya diri yang diperlukan dalam menghadapi berbagai macam
tantangan hidup sehari-hari. Setiap remaja pada umumnya memiliki kebutuhan
yang menuntut untuk dipenuhi. Adakalanya banyak siswa menghadapi kendala
dalam pencapaian rasa percaya diri, karena siswa mengalami rendahnya
kepercayaan diri. Sehingga perlu perhatian dan penanganan khusus, agar
mereka mempunyai rasa percaya diri.
Oleh sebab itu, nyata adanya hubungan yang sangat dekat antara kebutuhan
siswa untuk melakukan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi dengan
rasa kepercayaan diri. Dengan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi
diharapkan siswa dapat saling bertukar pikiran dan bermain peran untuk
mengembangkan rasa percaya diri. Bimbingan kelompok teknik permainan
simulasi memberikan layanan bantuan pada individu dalam memecahkan
masalah kesulitan untuk mengembangkan rasa percaya diri, agar siswa dapat
mencapai keberhasilan dalam meningkatkan rasa percaya diri. Di sekolah
bimbingan kelompok teknik permainan simulasi oleh guru Bk diberikan ruang
untuk menyampaikan permasalahan yang sedang siswa rasakan dan yang
menghambat dalam kepercayaan diri siswa.
Siswa kurang mendapatkan informasi tidak dapat meningkatkan
kepercayaan diri mereka. Sehingga, siswa tidak mendapatkan ruang untuk
mengungkapkan masalah-masalah yang mereka miliki. Ada beberapa jenis
layanan bimbingan yang dilakukan oleh guru BK. Salah satunya adalah layanan
bimbingan kelompok teknik permainan simulasi. Layanan bimbingan kelompok
teknik permainan simulasi adalah layanan bimbingan yang memungkinkan
sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan baru dari
guru pembimbing (konselor) dan atau membahas secara bersama-sama pokok

2
3

bahasan atau topik tertentu yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-
hari, serta perkembangan dirinya, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar,
dalam pengambilan keputusan atau tindakan tertentu. Oleh sebab itu sebagai
pendidik, guru Bk harus dapat mengarahkan siswa untuk dapat mencari jalan
pemecahan masalah yang lebih tepat. Salah satunya adalah dengan melakukan
bimbingan kelompok teknik permainan simulasi.
Bimbingan kelompok teknik permainan simulasi diberikan untuk
mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi diri mereka, sebagai wadah
bersama-sama mengungkapkan kegelisahan dan ketidaknyamanan yang mereka
rasakan sehingga menyebabkan kurang percaya diri. Melalui layanan
bimbingan kelompok teknik permainan simulasi dapat menumbuhkan rasa
kepedulian dan percaya diri, karena mereka merasa memiliki masalah yang
sama. Sehingga mereka tidak akan merasa sendiri melainkan menimbulkan
perasaan nyaman dalam belajar. Kenyamanan dalam belajar ini dapat
memberikan pengaruh yang baik dalam aktivitas belajar terutama dalam
meningkatkan percaya diri siswa. Dengan percaya diri diharapkan tujuan
kegiatan belajar akan dapat diperoleh.
Bimbingan kelompok terdapat beberapa macam teknik yang biasa digunakan
untuk membantu keberhasilan layanan bimbingan kelompok, antara lain
diskusi, home room, permainan simulasi (simulation games), permainan
peranan (role playing), dan sosiodrama (sociodrama). Diantara teknik-teknik
yang ada, peneliti tertarik untuk menggunakan teknik permainan simulasi.
Dengan demikian, permainan simulasi pada prinsipnya merupakan metode yang
melakukan karakteristik permainan (pemain, aturan, kerjasama, kompetisi)
dengan karakteristik simulasi (representasi nyata). Dalam teknik bimbingan
kelompok dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan
bimbingan) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses
tingkah laku imitasi, atau bermain.
Kepercayaan diri adalah salah satu kondisi psikologi seseorang yang
berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran.
Jika dilihat dari segi pendidikan kepercayaan diri sangat menunjang proses
pembelajaran di sekolah karena dengan munculnya kepercayaan diri dari dalam

3
4

diri siswa, segala potensi yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang maksimal.
Siswa mampu berprestasi baik dalam bidang akademik, non-akademik dan di
lingkungan sosial dimana siswa berada (Aunurrahman dalam Sri Marjanti,
2015: 2).
Menurut (Setiawan dalam Ari Laili Rochmah, 2018 : 3) orang yang memiliki
kepercayaan diri rendah berakibat memiliki perasaan negatif terhadap dirinya
dan memiliki kenyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya. Maka dari itu
pentingnya percaya diri dalam kehidupan siswa menurut Setiawan (dalam Ari
Laili Rochmah, 2018 : 3) yaitu kepercayaan diri sebagai langkah pertama untuk
kemajuan, perkembangan, perbaikan, dan keberhasilan. Untuk
mengembangkan dan meningkatkan kepercayaan diri siswa diperlukan salah
satu layanan bimbingan konseling yaitu layanan bimbingan kelompok. layanan
bimbingan kelompok merupakan suatu layanan yang memanfaatkan dinamika
kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan
pribadi dan pemecahan masalah yang dialami individu yang menjadi peserta
dalam kegiatan kelompok. Sedangkan menurut (Adams dalam Romlah, 2006:
118) permainan simulasi adalah sebuah permainan yang mereflesikan situasi
yang terdapat dalam kehidupan nyata dan situasi tersebut selalu
dimodifikasikan. Dalam hal ini permainan dalam situasi dimodifikasi dengan
tujuan agar tidak terlalu kompleks dan tidak terlalu sederhana.
Berdasarkan wawancara dengan guru BK pada tanggal 6 April 2022 siswa
di SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023 masih memiliki rasa
percaya diri rendah. Terlihat pada siswa kelas VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2022/2023 memiliki kesulitan dalam percaya diri sehingga siswa
sulit untuk menyesuaikan dengan lingkungan pada saat ini, sulit untuk
menuangkan pikirannya pada saat pembelajaran berlangsung (malu bertanya
atau kurang percaya diri untuk berbicara di depan teman teman sekelasnya) dan
sangat tidak efektif untuk mengikuti pembelajaran di kelas karena akan merasa
kaku dan tidak bisa secara bebas untuk berpikir dalam mengejar prestasinya.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dalam rangka upaya meningkatkan
kepercayaan diri siswa kelas VIII Smp Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran
2022/2023, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

4
5

“Bimbingan Kelompok Teknik Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan


Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran
2022/2023”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai
berikut:
1. Bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi dapat digunakan
untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa.
2. Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat digunakan dengan teknik
permainan simulasi.
3. Kepercayaan diri siswa diperlukan untuk menghadapi tantangan kehidupan
dan untuk mengikuti pembelajaran dikelas.
4. Kepercayaan diri siswa sebagai prilaku yang harus ditingkatkan.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka untuk menghindari meluasnya
masalah yang akan diteliti, tidak semua masalah akan dikaji, pada penelitian ini
permasalahan penelitian yang akan diungkap difokuskan pada “bimbingan
kelompok teknik permainan simulasi untuk meningkatkan kepercayaan diri
siswa kelas VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023”.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirusmuskan
permasalahan sebagai berikut :
Apakah bimbingan kelompok teknik permainan simulasi dapat untuk
meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2022/2023 ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui bimbingan kelompok dengan
teknik permainan simulasi dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas
VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023”

5
6

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan pada ilmu
bimbingan dan konseling kelompok.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian adalah sebagai berikut :
a. Memberi masukan kepada guru Bk untuk memberi bimbingan kelompok
dengan teknik permainan simulasi secara efektif untuk meningkatkan
kepercayaan diri siswa.
b. Memberikan masukan kepada peneliti yang akan datang untuk
menggunakan metode penelitian yang berbeda dan jumlah subyek lebih
besar.

6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Kepercayaan Diri

a) Pengertian Kepercayaan Diri


Rasa percaya diri adalah sikap seorang individu mampu
mengembangkan diri kearah yang positif terhadap dirinya sendiri dan
lingkungannya. Rasa percaya diri yang tinggi dapat membantu seorang
individu lebih percaya akan kemampuan yang individu miliki, dia
percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman dan potensi
yang dia miliki serta harapan realistik terhadap diri sendiri dan individu
yang memiliki percaya diri tinggi lebih mudah dalam menyesuaikan diri
dalam lingkungannya.
Kepercayaan diri berasal dari tekad pada diri sendiri, untuk
melakukan segala yang ingin kita inginkan dan kita butuhkan dalam
hidup. Rasa percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri, bukan dari
karya-karya kita, walaupun karya-karya kita sukses. Rasa percaya diri
merupakan suatu keyakinan dalam jiwa sebagai manusia, tantangan
hidup harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Bukan masalah berbuat
sesuatu itu yang penting, namun kesediaan untuk melakukannya. Jika
sebagai seorang individu yakin pada diri sendiri, maka apapun tantangan
hidup akan dihadapi. Jadi bukan kepercayaan diri karena kemampuan
mengerjakan sesuatu namun percaya diri karena kemampuan
menghadapi segala tantangan hidup (Angelis, 2003 : 7).
Percaya diri itu lahir dari kesadaran bahwa ketika seseorang
memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang akan
dilakukan. Artinya keputusan untuk melakukan sesuatu dan sesuatu
yang dilakukan itu bermakna bagi kehidupannya. Jika seseorang
memiliki percaya diri didalam lingkup social, maka akan menjadi tidak
gelisah dan lebih nyaman dengan dirinya sendiri serta mampu

7
8

mengembangkan perilaku dalam situasi social. Rasa percaya diri


dipengaruhi dua sumber penting dalam dukungan social adalah
hubungan dengan orang tua dan dukungan teman sebaya. Dukungan dari
teman sebaya lebih berpengaruh pada tingkat rasa percaya diri pada
individu pada masa remaja awal daripada anak-anak, meskipun
dukungan orang tua juga factor yang penting untuk rasa percaya diri
pada anak-anak dan remaja awal. Akan tetapi dukungan teman sebaya
lebih penting dibandingkan dengan dukungan orang tua pada remaja
akhir. Terdapat dua jenis dukungan teman sebaya yaitu dukungan teman
sekelas dan teman akrab. Dukungan teman satu kelas lebih kuat
berpengaruh terhadap rasa percaya diri remaja dalam berbagai usia
dibandingkan dengan teman akrab, karena teman akrab selalu
memberikan dukungan yang dibutuhkan, sehingga dukungan itu tidak
dianggap oleh remaja untuk meningkatkan rasa percaya diri, karena
remaja pada saat-saat tertentu membutuhkan sumber dukungan yang
lebih obyektif untuk membenarkan rasa percaya dirinya.
Menurut Hakim (2005 : 6) “kepercayaan diri merupakan keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan
keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai
berbagai tujuan di dalam hidupnya”. Individu yang percaya diri akan
merasa yakin terhadap dirinya sendiri. Individu juga merasa optimis
dalam melakukan segala aktivitasnya sehingga dapat mengoptimalkan
kelebihan-kelebihannya serta dapat membuat tujuan hidup yang realistik
bagi dirinya, artinya individu itu menetapkan tujuan hidup yang tidak
terlalu tinggi baginya sehingga ia dapat mencapai tujuan hidup yang ia
tentukan. Individu yang dapat mencapai tujuan hidupnya akan merasa
mampu untuk melakukan sesuatu dalam dirinya sendiri.
Menurut Mastuti (2008: 16) “kepercayaan diri adalah sikap positif
seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan
penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan
atau situasi yang dihadapinya”. Individu yang memiliki sikap positif
seperti yang dikemukakan oleh mastuti tersebut nantinya akan

8
9

mempunyai rasa optimis di dalam melakukan segala hal, serta


mempunyai harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Rasa percaya
diri merujuk pada beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut
dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya
bahwa dia bisa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa kepercayaan
diri adalah sikap positif seseorang untuk meyakini terhadap segala
aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan
sesuatu, memiliki penilaian positif terhadap dirinya ataupun situasi yang
dihadapinya, serta memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan
hidupnya. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian
individu yang berfungsi mendorong individu dalam meraih kesuksesan
melalui hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya untuk
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, bekerja secara efektif serta
dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tanggung jawab.
b) Karakteristik Kepercayaan Diri
Menurut (Peter Lauster, 2006:12-13) orang yang memiliki rasa percaya
diri yang positif memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif seseorang
tentang dirinya bahwa dia mengerti sungguh sungguh akan apa yang
dilakukannya.

(2) Optimis, yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik
dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan
kemampuannya.

(3) Obyektif, yaitu memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai


dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau
menurut dirinya sendiri.

(4) Bertanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung


segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

9
10

(5) Rasional dan realistis, yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal,
maupun sesuatu kejadian dengan mengunakan pemikiran yang dapat
diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

Pendapat lain dijelaskan oleh Enung Fatimah (Enung Fatimah,


2006:149-159) mengemukakan beberapa ciri-ciri atau karakteristik
individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional adalah
sebagai berikut:
(1) Percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, hingga tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat dari
orang lain.

(2) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima


oleh orang lain atau kelompok.

(3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani


menjadi diri sendiri.

(4) Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya
stabil).

(5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau


kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah
pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan
bantuan orang lain).

(6) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang
lain dan situasi di luar dirinya.

(7) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika
harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan
situasi yang terjadi.

Kesimpulan dari karakteristik kepercayaan diri individu yang


memiliki kepercayaan diri memiliki karakteristik yang menunjukan
individu yang mampu mengendalikan diri, yakin akan kemampuan yang

10
11

dimiliki, berpandang positif, tidak konformitas dan memiliki harapan


yang realistic terhadap diri sendiri.
c) Faktor-Faktor yang Menyebabkan kurang Percaya Diri
Penyebab timbulnya rasa kurang percaya diri gejala rasa tidak
percaya diri dimulai dari adanya kelemahan-kelemahan tertentu di dalam
berbagai aspek kepribadian seseorang, sehinga orang tersebut mengalami
gejala tidak pecaya diri. Menurut Hakim (2005: 12-24) ”berbagai
kelemahan pribadi yang menjadi penyebab timbulnya rasa tidak percaya
diri adalah cacat atau kelainan fisik, buruk rupa, ekonomi lemah, status
sosial, status perkawinan, sering gagal, kalah bersaing, pendidikan
rendah, sulit menyesuaikan diri”.
Faktor-faktor penyebab rasa tidak percaya diri tersebut adalah:
(1) Perlakuan keluarga yang keras, keluarga lebih banyak mencela
daripada memuji. Dan lingkungan yang kurang memberikan kasih
sayang dan penghargaan, terutama pada masa kanakkanak dan pada
masa remaja.
(2) Kurangnya komunikasi dalam berinteraksi dengan lingkungan.
(3) Kekurangan jasmani.
(4) Kegagalan yang berulang kali tanpa diimbangi dengan optimisme
yang memadai.
(5) Keinginan untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal
(Idealisme yang tidak realistis)
(6) Kurang memahami nilai dan peranan Iman dalam hidup.
(7) Anak tidak meyakini fungsi diri : anak tidak yakin bahwa keseluruhan
dirinya akan berfungsi dengan baik. Sehingga tidak mampu
mendorong dirinya untuk berkembang total, maksimal dan optimal.
Dengan semua itu, maka anak tersebut tidak dapat mencapai
kemandirian.
(8) Belum dapat mengontrol temperament yang lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat simpulkan bahwa faktor yang
menyebabkan anak tidak percaya diri berasal dari faktor internal yaitu
diri sendiri, faktor eksternal yaitu keluarga dan lingkungan yaitu

11
12

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan dalam masyarakat.


Kedua unsur tersebut yang dapat menyebabkan anak merasa kurang
percaya diri dikarenakan kurang adanya dukungan dari faktor eksternal
yaitu lingkungan.
d) Jenis-Jenis Kepercayaan Diri
Angelis B. D. Confidence (2005:58) mengemukakan ada tiga
jenis kepercayaan diri, yaitu kepercayaan diri tingkah laku, emosional
dan spiritual.
(1) Kepercayaan diri tingkah laku adalah kepercayaan diri untuk mampu
bertindak dan menyelesaikan tugas-tugas baik tugas-tugas yang
paling sederhana hingga yang bernuansa cita- cita untuk meraih
sesuatu.
(2) Kepercayaan diri emosional adalah kepercayaan diri untuk yakin dan
mampu menguasai segenap sisi emosi.
(3) Kepercayaan diri spiritual adalah keyakinan individu bahwa setiap
hidup ini memiliki tujuan yang positif dan keberadaannya kita punya
makna.
Pendapat lain menurut Lindefield (dalam Kamil, 2007: 4)
mengemukakan bahwa kepercayaan diri terdiri dari dua jenis percaya diri
batin dan lahir.
(1) Kepercayaan diri batin Menurut Lidenfield (dalam Kamil, 2007:4-7)
ada empat ciri utama yang khas pada orang yang mempunyai percaya
diri bati yang sehat, yaitu:
a. Cinta diri
b. Pemahaman Diri
c. Tujuan yang jelas
d. Berfikir positif
(2) Kepercayaan diri lahir menurut Lidenfield, (dalam Kamil, 2007:7-
11) Untuk memberikan kesan percaya diri pada dunia luar, maka kita
perlu mengembangkan ketrampilan dalam tiga bidang yang berkaitan
dengan kepercayaan diri lahir, yaitu:

12
13

a. Komunikasi
b. Penampilan diri
c. Pengendalian Perasaan
Menurut Santrock (2003: 338) mengemukakan bahwa indikator
perilaku negatif dari individu yang tidak percaya diri antara lain:
(1) Melakukan sentuhan yang tidak sesuai atau menghindari kontak fisik.
(2) Merendahkan diri sendiri secara verbal, depresiasi diri.
(3) Berbicara terlalu keras secara tiba-tiba, atau dengan nada suara yang
datar.
(4) Tidak mengekspresikan pandangan atau pendapat, terutama ketika
ditanya.
Menurut Hakim (2005: 8-9), orang yang mengalami gejala tidak
percaya diri mempunyai ciri-ciri yang tampak, antara lain :
(1) Mudah cemas dalam menghadapi persoalan
(2) Gugup dan terkadang bicara gagap.
(3) Tidak tahu bagaimana cara mengembangkan diri untuk memiliki
kelebihan tertentu.
(4) Sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari
dirinya.
(5) Mudah putus asa.
(6) Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah.
Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya dengan
menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang
menyebabkan rasa tidak percaya dirinya semakin buruk.
Menurut Mastuti (2008: 14-15), individu yang kurang percaya
diri, ada beberapa ciri atau karakteristiknya seperti :
(1) Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi
mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok.
(2) Menyimpan rasa takut terhadap penolakan.
(3) Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan
memandang rendah kemampuan diri sendiri.

13
14

(4) Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani
memasang target untuk berhasil.
(5) Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir.
(6) Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib,
sangat tergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta
bantuan orang lain).
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak yang selalu
ragu atau kurang percaya diri biasanya selalu memandang negatif tentang
dirinya sendiri. Selalu ada kekurangan di dalam dirinya dibandingkan
dengan orang lain. Anak yang ragu terhadap kemampuan diri sendiri /
tidak percaya diri biasanya kurang dapat berbicara atau menyampaikan
pesan kepada orang lain karena salah satu faktor penyebab tidak percaya
diri datang dari kemampuan berkomunikasi secara verbal, dengan
berbicara.
2. Layanan Bimbingan Kelompok
a) Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik secara bersama-sama
melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari
narasumber tertentu (terutama dari guru bimbingan konseling) dan
membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang
berguna menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari untuk
perkembangan dirinya baik sebagai pelajar, dan untuk
mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan serta tindakan
tertentu.
Menurut Romlah (2001:3) “bimbingan kelompok merupakan salah
satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat
mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan,
bakat, minat, serta nilai – nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam
situasi kelompok”. Bimbingan kelompok dapat ditujukan untuk
mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi
siswa. Menurut Sukardi (2002: 48) “Layanan bimbingan kelompok

14
15

dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama


memperoleh berbagai bahan dari nara sumber yang bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar,
anggota keluarga dan masyarakat”
Kegiatan bimbingan kelompok akan terlihat hidup jika di dalammya
dapat terbentuk dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan
media efektif bagi anggota kelompok dalam mengembangkan aspek
positif ketika mengadakan komunikasi antar pribadi dengan orang lain.
Dalam proses bimbingan kelompok untuk meningkatkan cara dan mutu
berinteraksi diperlukan adanya dinamika kelompok yang dapat
memperlancar kegiatan dalam suasana dalam kelompok.
Layanan Bimbingan Kelompok, siswa diajak bersama-sama
mengemukakan pendapat tentang topik-topik yang dibicarakan dan
mengembangkan bersama permasalahan yang dibicarakan pada
kelompok. Sehingga terjadi komunikasi antara individu di dalam
kelompoknya kemudian siswa dapat mengembangkan sikap dan
tindakan yang diinginkan dapat terungkap di kelompok. Anggota yang
secara langsung terlibat dan menjalani dinamika kelompok dalam
bimbingan kelompok juga akan dapat mencapai tujuan ganda, yaitu
mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri untuk memperoleh
kemampuan- kemampuan sosial seperti kemampuan beradaptasi, dan
segi lain diperoleh berbagai informasi, wawasan, pemahaman, nilai dan
sikap, serta berbagai alternative yang akan memperkaya pengalaman
yang dapat mereka pratikkan dalam kehidupan sehari- hari.
Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya,
semua peserta dalam bimbingan kelompok dapat saling berinteraksi,
bebas mengeluarkan pendapat, bebas dalam menanggapi, dan lain–lain
sebagainya; apa yang dibicarakan itu semua bermanfaat untuk diri
peserta yang bersangkutan dan untuk peserta lainnya. Dari beberapa
pengertian tentang bimbingan kelompok diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa bimbingan kelompok adalah salah satu layanan bimbingan

15
16

konseling yang dilakukan secara kelompok dengan membentuk


dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Bimbingan
kelompok dapat memberikan pencegahan terhadap timbulnya masalah
pada siswa dalam mengembangkan potensinya, sehingga dapat
membantu siswa untuk mencapai perkembangan yang optimal.
b) Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok
Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok mempunyai tujuan-tujuan
tertentu bagi perkembangan siswa. Tujuan layanan bimbingan kelompok
dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa
dalam berinteraksi dalam masyarakat. Siswa juga dilatih dalam layanan
bimbingan kelompok dengan pembahasan topik agar siswa dapat
mengemukakan pendapatnya, menghormati pendapat orang lain, dan
dalam pembahasan topik siswa dapat menambah wawasan yang
nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Winkel WS (2005: 519) “tujuan diadakannya bimbingan
kelompok secara khusus adalah untuk membina proses dalam kelompok,
seperti dalam kelompok”. Bimbingan kelompok juga mempunyai
manfaat yang dapat diambil baik bagi tenaga bimbingan profesional
sendiri maupun bagi para siswa. Sedangkan tujuan khusus bimbingan
kelompok adalah bimbingan kelompok bermaksud membahas topik –
topik tertentu yang mengandung permasalahan actual, dan menjadi
perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif,
pembahasan topik – topik itu mendorong pengembangan perasaan,
pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang diwujudkannya
tingkah laku yang lebih efektif.
Menurut Prayitno (2004 : 2-3) tujuan layanan bimbingan kelompok
meliputi :
(1) Tujuan Umum Tujuan umum bimbingan kelompok adalah
berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan
komunikasi peserta layanan.

16
17

(2) Tujuan Khusus Tujuan khusus bimbingan kelompok adalah


membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan
aktual (hangat) dan menjadi perhatian peserta.

Pelaksanaan bimbingan kelompok, siswa diberi umpan oleh konselor


agar dapat merespon dengan baik dalam menyampaikan pendapatnya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan layanan
bimbingan kelompok adalah pengembangan diri individu agar dapat
berlatih berbicara, menanggapi, memberi dan menerima pendapat orang
lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta aspek-aspek
positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan
potensi diri serta dapat meningkatkan kepercayaan diri yang dimiliki
dalam berinteraksi.
c) Fungsi Bimbingan Kelompok
Secara umum fungsi bimbingan kelompok adalah sebagai media
pemberian informasi yang ditujukan untuk mencegah timbulnya
masalah pada siswa dan untuk mengembangkan potensi siswa. Fungsi
layanan bimbingan kelompok dalam penelitian ini adalah agar siswa
dapat lebih memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan
kepercayaan diri, dapat menerapkan sikap percaya diri dalam kegiatan
bimbingan kelompok dan dapat menerapkan sikap percaya diri dalam
interaksi sosial dimanapun. Menurut Mugiharso, Heru, dkk (2006: 66)
Bimbingan Kelompok terdiri dari 3 fungsi, diantaranya:
(1) Fungsi Pemahaman
fungsi ini untuk memahami berbagai perkembangan
kehidupan siswa. Pemahaman yang dihasilkan pada bimbingan
kelompok ini berupa pemahaman tentang diri siswa beserta
permasalahannya baik oleh siswa maupun oleh konselor.
(2) Fungsi Pengembangan
fungsi dalam bimbingan kelompok ini bertujuan untuk
membantu siswa dalam memelihara dan mengembangkan
kepribadiannya secara menyeluruh, terarah dan berkelanjutan.

17
18

(3) Fungsi pencegahan


pencegahan dalam bimbingan kelompok disini yaitu usaha
untuk mencegah terhadap timbulnya masalah. Tujuannya agar siswa
dapat terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat
pemkembangannya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi
bimbingan kelompok yaitu memiliki fungsi pemahaman terhadap diri
siswa pada permasalahan yang dialami, pengembangan terhadap potensi
dan kemampuan yang dimiliki siswa, dan juga upaya pencegahan agar
permasalahan yang akan timbul dapat di cegah.
d) Asas-Asas Bimbingan Kelompok
Bahwa ada 4 asas yang perlu dilaksanakan dalam bimbingan
kelompok yaitu “asas kerahasiaan, asas keterbukaan, asas
kesukaralelaan, asas kenormatifan “ ( Prayitno, 2004: 33).
(1) Asas Kerahasiaan
Yaitu para anggota harus menyimpan dan merahasiakan
informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang
tidak layak diketahui orang lain. Semua yang hadir dalam kegiatan
bimbingan kelompok harus menyimpan dan merahasiakan apa saja
data dan informasi yang didengar dan dibicarakan dalam kelompok
terutama hal-hal yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang
lain. Para peserta juga berjanji tidak akan membicarakan hal-hal
yang bersifat rahasia di luar kelompok
(2) Asas keterbukaan
Yaitu para anggota bebas dan terbuka mengemukakan
pendapat atau gagasan, ide, saran tentang apa aja yang harus
dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.
(3) Asas kesukarelaan
Yaitu semua anggota bebas dan terbuka mengeluarkan
pendapat, ide, saran, dan apa saja yang sedang dirasakan dan
dipikirkan. Dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu dan

18
19

tanpa paksaan dari orang lain (baik anggota maupun pemimpin


kelompok).
(4) Asas kenormatifan
Yaitu semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh
bertentangan dengan norma-norma dan peraturan yang berlaku.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan pada dasarnya


ada empat asas yang perlu diterapkan dalam kegiatan layanan
bimbingan kelompok. Adapun keempat asas itu yaitu asas kerahasiaan,
asas keterbukaan, asas kesukarelaan, dan asas kenormatifan. Keempat
asas tersebut harus benar-benar dilaksanakan agar kegiatan layanan
bimbingan kelompok dapat terlaksana secara optimal.
e) Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok
Bimbingan Kelompok berlangsung melalui empat tahap sebagai
berikut (1) tahap pembentukan, (2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan,
(4) tahap pengakhiran (Prayitno, 2004: 44-60).
(1) Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pengenalan, tahap
pelibatan diri atau tahap memuaskan diri kedalam kehidupan suatu
kelompok dengan tujuan agar anggota kelompok memahami
maksud bimbingan kelompok. Pemahaman anggota kelompok
memungkinkan anggota kelompok aktif berperan dalam kegiatan
bimbingan kelompok yang selanjutnya dapat menumbuhkan minat
pada diri mereka untuk ikut aktif mengikuti kegiatan bimbingan
kelompok.
Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun
harapan-harapan masing-masing anggota. Pada tahap pembentukan
ini, pemimpin kelompok harus menjelaskan terlebih dahulu
mengenai cara-cara, pengertian, tujuan, dan asasasas dalam
bimbingan kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok
mengadakan permainan untuk mengangrabkan masing-masing

19
20

anggota sehingga menunjukkan sikap hangat, tulus, dan penuh


empati.
(2) Tahap Peralihan
Tahap ini adalah tahap transisi dari tahap pembentukan ke tahap
kegiatan atau pembangunan jembatan antara tahap pertama dan
tahap ketiga. Sebelum melangkah ke tahap kegiatan kelompok
yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan peranan para
anggota kelompok dalam “kelompok tugas”. Selain itu pemimpin
kelompok juga menjelaskan kegiatan apa yang harus ditempuh
pada tahap berikutnya, mengamati apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya, membahas suasana
yang terjadi dan meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.
(3) Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan
kelompok dengan suasana yang akan dicapai, yaitu terbahasnya
secara tuntas permasalahan yang dihadapi anggota kelompok dan
terciptanya suasana untuk mengembangkan diri, baik menyangkut
pengembangan ketrampilan etika pergaulan maupun menyangkut
tentang pendapat yang dikemukakan oleh anggota kelompok.
Tahap ini adalah kegiatan pencapaian tujuan, dimana pada tahap ini
pemimpin kelompok mengemukakan suatu topik yang sudah
ditentukan, tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok
tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau
topik yang dikemukakan pemimpin kelompok, anggota kelompok
membahas masalah atau topik dan kegiatan selingan agar suasana
menjadi rileks atau tidak tegang. Selanjutnya anggota membahas
topik tersebut secara mendalam dan tuntas.
(4) Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini terdapat dua kegiatan yaitu penilaian (evaluasi)
dan tindak lanjut (follow up). Tahap ini merupakan tahap penutup
dari serangkaian kegiatan bimbingan kelompok dengan tujuan telah
tuntasnya topik yang dibahas oleh kelompok tersebut. Dalam

20
21

kegiatan kelompok berpusat pada pembahasan dan penjelasan


tentang kemampuan anggota kelompok untuk menetapakan hal-hal
yang telah diperoleh melalui layanan bimbingan kelompok dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemimpin kelompok
berperan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap
hasil-hasil yang dicapai oleh kelompok tersebut.

Menurut Romlah (2001: 68) tahap-tahap dalam layanan bimbingan


kelompok adalah:
(1) Tahap Orientasi
Pada tahapan orientasi para anggota kelompok belajar untuk
mengetahui kelompok berfungsi merumuskan tujuan, merasa aman
dalam kelompok, mengklasifikasikan harapannya dan mencari
tempat dalam kelompok. Tujuannya untuk mengenal dan
mengetahui masing-masing identitas anggotanya dan
mengembangkan tujuan dalam pelaksanaan kelompok.
(2) Tahap Pembinaan
Norma dan Tujuan Kelompok Tahap pembinaan norma dan
tujuan kelompok merupakan tahapan yang penting dalam
mengembangkan kelompok karena akan memberi arah pada
perkembangan kelompok menjadi produktif, interaksi anggota
lebih lancar.
(3) Tahap Mengatasi
Pertentangan-Pertentangan Dalam Kelompok Tahap ini
merupakan tahap mulai timbulnya pertentangan-pertentangan
dalam kelompok yaitu pertentangan antara sesama anggota
kelompok karena adanya perbedaan pendapat dan adanya usaha
untuk “menentang” pemimpin kelompok setelah anggota
kelompok saling mengenal dan telah bekerja sama dan
berkomunikasi secara lebih terbuka dan langsung, maka
pertentanganpertentangan akan bertambah. Di sini dituntut agar

21
22

pemimpin kelompok mampu mengatasi pertentangan-pertentangan


tersebut.
(4) Tahap Produktivitas
Tahap kegiatan atau tahap produktifitas adalah tahapan dimana
kelompok telah tumbuh menjadi satu tim yang produktif yang telah
mempraktikkan ketrampilan-ketrampilan dan sikap yang
diperlukan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Ciri
tahapan ini antara lain bertumbuhnya keintiman hubungan antara
anggota kelompok. Pada tahapan ini diterapkan beberapa teknik-
teknik dalam bimbingan kelompok untuk mencapai suatu tujuan
tertentu, teknik yang digunakan antara lain teknik pemberian
informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah (problem
solving), permainan (role playing), permaianan simulasi
(simulation games), karya wisata (field trip) dan teknik penciptaan
suasana kekeluargaan (home room).
(5) Tahap Pengakhiran
Tahap mengakhiri kelompok atau terminasi adalah tahapan
dimana para anggota akan meninggalkan kelompok karena
kegiatan kelompok sudah berakhir, waktu dalam terminasi
kelompok berbeda-beda. Pada tahapan terminasi kegiatan yang
dilakukan antara lain rangkuman kegiatan, saling bertukar kesan,
pesan-pesan positif dari anggota kelompok.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan
untuk memberikan informasi yang berguna agar mampu menyusun
rencana, menyelesaikan masalah, membuat keputusan yang tepat, serta
untuk mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya dalam terbentuknya perilaku yang efektif dan positif.
Bimbingan kelompok ini terdiri dari empat tahapan yaitu tahap
pembentukan (tahap awal), peralihan (transisi), kegiatan (inti) dan
pengakhiran.

22
23

f) Evaluasi Kegiatan Bimbingan Kelompok


Penilaian terhadap kegiatan layanan bimbingan kelompok dan
hasilhasilnya tidak bertitik tolak dari kriteria “benar-salah”, namun
berorientasi pada perkembangan, yaitu mengenali kemajuan atau
perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta kegiatan. Lebih
jauh, penilaian terhadap layanan tersebut lebih bersifat penilaian “dalam
proses” yang dapat dilakukan melalui (Prayitno, 2004: 81-82).
(1) Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan
berlangsung.
(2) Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas.
(3) Mengungkapkan kegunaan layanan bagi mereka, dan perolehan
mereka sebagai hasil dari keikutsertaan mereka.
(4) Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan
kegiatan lanjutan.
(5) Mengungkapkan kelancaraan proses dan suasana penyelenggaraan
layanan.
Nidawati Wahyu Pinasti (2011: 34) Penilaian atau evaluasi
kegiatan layanan bimbingan kelompok diorientasikan kepada
perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang dirasakan oleh anggota
kelompok. Penilaian layanan bimbingan kelompok berdasarkan UCA
(Understanding, Comfort and Action) diberikan kepada anggota
kelompok yang telah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
Pemimpin kelompok menanyakan kepada anggota kelompok mengenai
pengalaman baru, pemahaman baru, yang diperoleh dari topik yang
telah dibahas. Setiap pertemuan, pada akhir kegiatan pemimpin
kelompok meminta anggota kelompok untuk mengungkapkan
perasaannya, pendapatnya, minat dan sikapnya tentang sesuatu yang
telah dilakukan selama kegiatan kelompok (menyangkut isi maupun
proses). Selain itu anggota kelompok juga diminta mengemukakan
pendapatnya tentang hal - hal yang paling berharga dan sesuatu yang
kurang disenangi selama kegiatan berlangsung.

23
24

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan Evaluasi kegiatan


bimbingan kelompok dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana
kemampuan atau daya seraf siswa dalam memahami materi kegiatan
bimbingan kelompok dalam meningkatkan kepercayaan diri.
3. Teknik Permainan Simulasi
a) Pengertian Teknik Permainan Simulasi
Teknik simulasi merupakan salah satu jenis permainan. Permainan
merupakan alat untuk mengembangkan pengenalan terhadap
lingkungan. Isrian Hardini dan Dewi Puspita Sari (2012:31)
mengemukakan bahwa “simulasi diartikan sebagai cara penyajian
pengalama belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami
suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu”. Menurut Adams
(Tatiek Romlah, 2001:18) menjelaskan bahwa “permainan simulasi
merupakan permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-
situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya”. Menurut
Wahab (2007:115) mengemukakan bahwa “bermain simulasi adalah
teknik pengajaran dimana siswa mengasumsikan peran khusus sebagai
pengambil keputusan, bertindak seolah mereka terlibat di dalam situasi
tertentu dan berkompetisi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu sesuai
dengan aturanaturan khusus yang telah ditetapkan”.
Adapun teknik permainan yang dapat dilakukan dalam bimbingan
kelompok adalah seperti teknik permainan simulasi. Menurut Romlah
(2006: 118) permainan simulasi dapat dikatakan merupakan gabungan
antara teknik bermain peran dengan teknik diskusi. Dalam permainan
simulasi para pemainnya berkelompok dan berkompetisi untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan mentaati peraturan-peraturan
yang ditetapkan bersama. Dalam permainan tersebut para pemain harus
berperan dan berperilaku jika mereka benar-benar terlibat dalam situasi
kehidupan yang sebenarnya. Jumlah pemain dalam permainan simulasi
terbatas dan lama permainannya juga terbatas. Selain itu permainan
simulasi membutuhkan tempat dan peralatan tertentu. Anita dkk (2013:
16), menjelaskan bahwa penggunaan teknik permainan dalam kegiatan

24
25

bimbingan dan konseling mempunyai banyak fungsi yaitu selain lebih


dapat memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan
yang ingin dicapai, juga dapat membangun suasana dalam kegiatan
bimbingan dan kelompok lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa
jenuh mengikutinya.
Berdasarkan dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa teknik
simulasi merupakan teknik atau metode pelatihan yang meragakan
sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang
sesungguhnya. Dalam simulasi, peserta akan lebih banyak berperan
sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan yang akan
dilakukan.
b) Prinsip-Prinsip Simulasi
Ramayulis (2012: 382) Agar Pemakaian simulasi dapat mencapai
tujuan yang diharapkan, maka dalam pelaksanaanya memperhatikan
prinsi-prinsip sebagai berikut: 1) simulasi itu dilakukan oleh kelompok
peserta didik dan setiap kelompok mendapat kesempatan untuk
melaksanakan simulasi yang sama maupun berbeda; 2) semua peserta
didik harus dilibatkan sesuai peranannya; 3) penentuan topik dapat
dibicarakan bersama; 4) petunjuk simulasi terlebih dahulu disiapkan
secara terperinci atau secara garis besarnya, tergantung pada bentuk dan
tujuan simulasi; 5) dalam kegiatan simulasi hendaknya mencakup semua
ranah pembelajaran; baik kognitif, afektif maupun psikomotorik; 6)
simulasi adalah latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan
dengan baik; 7) simulasi harus menggambarkan situasi yang lengkap dan
proses yang berurutan yang diperkiran terjadi dalam situasi yang
sesungguhnya, 8) hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa
ilmu, terjadinya proses sebab akibat, pemecahan masalah dan
sebagainya.
Prinsip-prinsip tersebut harus menjadi acuan dalam pelaksanaan
simulasi agar benar-benar dapat dilakukan sesuai konsep simulasi dalam
berbagai bentuknya. Prinsip ini berlaku dalam setiap mata pelajaran dan
standar kompetensi yang sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut yang

25
26

berhubungan dengan peristiwa nyata. Oleh sebab itu untuk memilih


materi atau topik mana yang akan digunakan dengan metode simulasi
sangat bergantung pada karakteristik dan prinsip-prinsip simulasi
dihubungkan dengan karakteristik mata pelajaran sebagaiman dijelaskan
di atas. Oleh sebab itu tidak semua mata pelajaran, kompetensi dasar,
indikator, dan topik pembelajaran berbagai mata pelajaran dapat
digunakan dengan simulasi. Disinilah pentingnya pemahaman dan
analisa guru Bk tentang karakteristik dan prinsip metode simulasi
dihubungkan dengan karakteristik mata pelajaran setiap kompetensi
dasarnya.
c) Tujuan Teknik Simulasi
Ramayulis, ibid, dan lihat juga Abu Ahmadi (2005: 84) Metode
simulasi bertujuan untuk: 1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat
profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari; 2) Memperoleh
pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip; 3) Melatih memecahkan
masalah; 4) Meningkatkan keaktifan belajar; 5) Memberikan motivasi
belajar kepada siswa; 6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama
dalam situasi kelompok; 7) Menumbuhkan daya kreatif siswa; dan 8)
Melatih Peserta didik untuk memahami dan menghargai pendapat serta
peranan orang lain.
Dengan demikian penggunaan metode simulasi dalam proses
pembelajaran sesuai dengan kecenderungan pembelajaran modern yang
menuju kepada pembelajaran peserta didik yang bersifat individu dan
kelompok kecil, heuristik (mencari sendiri perolehan) dan aktif. Sesuai
dengan hal ini simulasi menurut Derick, U dan Mc Aleese, R, bahwa
simulasi memiliki tiga sifat utama yang dapat meningkatkan keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Simulasi adalah
bentuk teknik mengajar yang berorientasi pada keaktifan pesrta didik
dalam pembelajaran di kelas, baik guru maupun peserta didik
mengambil peran didalamnya; 2) Simulasi pada umumnya bersifat
pemecahan masalah yang sangat berguna untuk melatih peserta didik
melakukan pendekatan interdisiplin di dalam pembelajaran. Di samping

26
27

itu dapat juga mempraktekkan keterampilan-keterampilan sosial yang


relevan dengan kehidupan masyarakat; 3) simulasi adalah model
pembelajaran yang bersifat dinamis dalam arti sangat sesuai untuk
menghadapi situasi-situasi yang berubah yang membutuhkan keluwesan
dalam berpikir dan memberikan jawaban terhadap keadaan yang cepat
berubah.
d) Langkah-Langkah Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Teknik
Permainan Simulasi
Menurut Sanjaya (2009: 160), model pembelajaran menggunakan
metode simulasi dilakukan melalui beberapa tahapan atau langkah-
langkah yaitu sebagai berikut:
(1) Persiapan Simulasi
a. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak
dicapai oleh simulasi.
b. Guru Bk memberikan gambaran masalah dalam situasi yang
akan disimulasikan.
c. Guru Bk menetapkan pemain yang akan terlibat dalam
simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh pemeran, serta
waktu yang disediakan.
d. Guru Bk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeran
simulasi.
(2) Pelaksanaan Simulasi
a. Simulasi dimainkan oleh kelompok pemeran.
b. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
c. Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang
mendapatkan kesulitan.
d. Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam
menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.

27
28

(3) Penutup Simulasi


a. Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun
materi cerita yang disimulasikan.
b. Guru Bk harus mendorong agar siswa dapat memberikan
kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
Sedangkan menurut Winataputra (2001: 66), langkah-langkah yang
dijalankan dalam pelaksanaan metode simulasi adalah sebagai berikut:

(1) Tahap Orientasi


a. Menyajikan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang
akan diintegrasikan dalam proses simulasi.
b. Menjelaskan prinsip simulasi dan permainan.
c. Memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses
simulasi.
(2) Tahap Latihan Bagi Siswa
a. Membuat skenario yang berisi aturan peranan, langkah,
pencatatan, bentuk keputusan yang harus dibuat, dan tujuan
yang akan dicapai.
b. Menugaskan para pemeran dalam simulasi.
c. Mencoba secara singkat suatu simulasi.
(3) Tahap Proses Simulasi
a. Melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan
tersebut.
b. Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan
terhadap performa si pemeran.
c. Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional.
d. Melanjutkan permainan/simulasi.
(4) Tahap Pemantapan (debriefing)
a. Memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi yang
timbul selama simulasi.
b. Memberikan ringkasan mengenai kesulitan–kesulitan dan
wawasan para peserta.
c. Menganalisis proses.

28
29

d. Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata.


e. Menghubungkan proses simulasi dengan isi pelajaran.
f. Menilai dan merancang kembali simulasi.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dielaskan bahwa secara garis
besar langkah-langkah bimbingan kelompok teknik permainan simulasi
dari 3 kegiatan utama yaitu persiapan, pelaksanaan dan penutup.

e) Kelebihan dan Kelemahan Permainan Simulasi


Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, begitu juga dengan metode simulasi.
Menurut Wina Sanjaya (2009: 160) terdapat beberapa kelebihan
dengan menggunakan metode simulasi diantarannya yaitu:
(1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam
menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia
kerja
(2) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena
melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan
peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan
(3) Simulasi dapat memupuk keberanian dan kepercaya diri siswa
(4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang
problematis dan simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam
proses pembelajaran.
Menurut Wina Sanjaya (2009: 160) kelemahan metode simulasi
diantaranya yaitu:
(1) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat
dan sesuai dengan kenyataan dilapangan.
(2) Pengolahan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai
alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan
(3) Faktor psikologis seperti masa lalu dan takut sering
mempengaruhi siswa simulasi.

29
30

Berdasarkan di atas dikatakan bahwa simulasi sekalipun banyak


keunggulan namun sebagai sebuah metode pembelajaran tetap memiliki
kelemahan. Berbagai kelebihan di atas perlu diketahui oleh seorang guru
Bk agar potensi yang ada dapat dimaksimalkan, namun kelemahan bisa
diatasi dengan berbagai cara agar pembelajaran sesuai kondisi dan
waktu yang telah disediakan.

B. Kajian Penelitian Terdahulu


Sarah Sabaraningsih (2013). Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok
Dengan Teknik Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri
Peserta Didik (Penelitian Dilakukan pada Kelas VIII SMP Negeri 1 Kismantoro
Tahun Pelajaran 2012/2013). Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2013.
Berdasarkan hasil penelitian Sutisna (2010) ”Peningkatan Kepercayaan Diri
Siswa Melalui Strategi Layanan Bimbingan Kelompok Studi Eksperimen di
SMAN 16 Bandung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan
diri siswa SMAN 16 Bandung kelas X tahun pelajaran 2009/2010 yang berada
pada kategori rendah dan sedang, dapat meningkat setelah mendapatkan
layanan bimbingan kelompok. Berdasarkan hasil uji dapat disimpulkan bahwa
layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri
siswa SMAN 16 Bandung kelas X tahun pelajaran 2009/2010.

C. Kerangka Berfikir
Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa
mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Seseorang dapat
melihat individu melalui gejala – gejala atau indikator yang timbul atau tampak
pada tingkah lakunya. Beberapa penelitian terdahulu mengenai kepercayaan diri
mendukung dan memperkuat penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti.
Dari penelitian terdahulu dapat diasumsikan bahwa kepercayaan diri dapat
ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi.
Karena Layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi
merupakan kegiatan pemberian informasi dalam suasana kelompok dimana

30
31

memberikan manfaat atas informasi yang dibahas dan dapat menunjang


perkembangan optimal masing-masing siswa. Melalui layanan bimbingan
kelompok dengan teknik permainan simulasi, siswa diajak mensimulasikan
mengenai kepercayaan diri yang pada nantinya diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan diri siswa.
Permainan simulasi merupakan situasi tiruan atau ada unsur yang bukan
sebenarnya. Dalam permainan simulasi, para pelaku perannya berlomba-lomba
untuk mencapai tujuan dengan menaati aturan permainan yang berlaku seperti
catur, miniature, sepak bola, dan sebagainya. Permainan stimulasi adalah salah
satu permainan edukatif yang digunakan dalam bimbingan kelompok.
Permainan simulasi juga seperti permainan yang lainnya mempunyai batasan
waktu dan aturan-aturan tertentu yang agak membatasi kebebasan pemain.
Permainan simulasi yaitu, permainan yang dimaksudkan untuk merefleksi
situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya. Tetapi situasi itu
hampir selalu dimodifikasi, apakah dibuat sederhana, atau diambil sebagaian,
atau dikeluarkan dari konteksnya. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa
situasi yang disimpulkan hendaknya tidak terlalu kompleks dan tidak terlalu
sederhana. Apabila terlalu kompleks para pemain menjadi kurang berani
memainkannya, permainan simulasi tetap dapat menyediakan suatu gambaran
kehidupan dan kenyataan yang berarti.
Upaya memberikan bantuan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa,
peneliti memberikannya melalui layanan bimbingan kelompok karena
bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan
pada individu dalam situasi kelompok; ditujukan untuk mencegah timbulnya
masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa. Proses pemberian
bantuan ini berupa penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah
pendidikan, pekerjaan, komunikasi, pemahaman pribadi, penyesuaian diri, dan
masalah hubungan antar pribadi. “Bimbingan kelompok merupakan salah satu
teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai
perkembangan secra optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta
nilai-nilai yang dianutnya dan di laksanakan dalam situasi kelompok.” (Romlah,
2001:3).

31
32

Metode simulasi bertujuan untuk: 1) Melatih keterampilan tertentu baik


bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari; 2) Memperoleh
pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip; 3) Melatih memecahkan
masalah; 4) Meningkatkan keaktifan belajar; 5) Memberikan motivasi belajar
kepada siswa; 6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi
kelompok; 7) Menumbuhkan daya kreatif siswa; dan 8) Melatih Peserta didik
untuk memahami dan menghargai pendapat serta peranan orang lain.
Dalam kegiatan bimbingan kelompok, siswa akan mendapatkan informasi
mengenai materi yang berkaitan dengan upaya peningkatan kepercayaan diri
siswa. Materi tersebut telah dipersiapkan oleh praktikan dengan harapan topik
pembicaraan dalam kegiatan bimbingan kelompok tidak melenceng jauh.
Selama kegiatan bimbingan kelompok berlangsung siswa tidak hanya menjadi
anggota yang pasif tetapi diharapkan juga untuk turut aktif dalam membahas
topik atau materi yang disampaikan. Penentuan topik ini juga nantinya
disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman siswa sehingga benar-benar
tepat sasaran yakni mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa. Dalam
kegiatan bimbingan kelompok terjadi komunikasi antara individu satu dengan
yang lainnya sehingga individu dapat mengungkapkan pendapat, sikap, serta
tindakan yang diinginkan. Selain itu para anggota bimbingan kelompok akan
berinteraksi yang dapat menimbulkan dinamika kelompok. Dinamika kelompok
dibutuhkan untuk menciptakan rasa percaya diri, solidaritas dan juga
keterbukaan terutama dalam membahas topik dalam kegiatan bimbingan
kelompok. Ketika dinamika kelompok dapat terbentuk sebagai jiwa yang
mampu menghidupkan suasana dalam kelompok, maka para anggota dapat
lebih meningkatkan pemahaman dirinya dan pemahaman akan topik yang
dibahas yakni yang berkaitan dengan peningkatan kepercayaan diri siswa.
Dalam layanan bimbingan kelompok dengan jumlah anggota kelompok yang
tidak terlalu banyak dapat memungkinkan pemimpin kelompok untuk
melakukan pendekatan secara personal untuk meningkatkan kepercayaan diri
siswa tersebut. Dalam kegiatan bimbingan kelompok inilah pemimpin
kelompok dapat membuat anggotanya lebih berani mengungkapkan
pendapatnya secara langsung dan percaya diri, saling menukar informasi

32
33

melalui pendapat dari teman – temannya, membahas masalah - masalah yang


dialami secara bersama.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simulasi sekalipun banyak
keunggulan namun sebagai sebuah metode pembelajaran tetap memiliki
kelemahan. Berbagai kelebihan di atas perlu diketahui oleh seorang guru Bk
agar potensi yang ada dapat dimaksimalkan, namun kelemahan bisa diatasi
dengan berbagai cara agar pembelajaran sesuai kondisi dan waktu yang telah
disediakan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka bentuk kegiatan bimbingan
kelompok teknik permainan siulasi dianggap efektif dalam meningkatkan
kepercayaan diri. Dalam kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan
simulasi ini peneliti membentuk dinamika siswa dengan memberikan topik
tugas dan topik bebas untuk memberikan informasi mengenai kepercayaan diri
sehingga dengan kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi ini
siswa dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.

D. Hipotesis Penelitian
1. Pengertian Hipotesis
Menurut sugiyono (2018: 114) Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta. Oleh
karena itu, setiap penelitian yang dilakukan memiliki suatu hipotesa atau
jawaban sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dari hipotesa
tersebut akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah
hipotesa tersebut diterima adanya atau ditolak.
2. Macam-Macam Hipotesis
Macam-macam hipotesa dalam penelitian menurut sugiyono (2018: 141),
sebagai berikut :
a) Hipotesisa Deskriptif
Pengertian hipotesa deskriptif adalah dugaan terhadap nilai satu variabel
dalam satu sampel walaupun di dalammya bisa terdapat beberapa
kategori. Hipotesa deskriptif ini merupakan salah satu dari macam-
macam hipotesa.

33
34

b) Hipotesisa Komparatif
Pengertian hipotesa komparatif adalah dugaan terhadap perbandingan
nilai dua sampel atau lebih. Hipotesa komparatif merupakan salah satu
dari macam-macam hipotesa. Dalam hal komparasi ini terdapat beberapa
macam, yaitu :
1) Komparasi berpasangan (related) dalam dua sampel dan lebih dari
dua sampel (k sampel)
2) Komparasi independent dalam dua sampel dan lebih dari dua sampel
(k sampel)
c) Hipotesisa Asosiatif
Pengertian hipotesa asosiatif adalah dugaan terhadap hubungan antara
dua variabel atau lebih. Hipotesa asosiatif merupakan salah satu dari
macaam-macam hipotesa.
3. Hipotesis yang diajukan
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka
hipotesa yang diajukan adalah hipotesa deskriptif, yaitu sebagai berikut :
Bimbingan kelompok teknik permaianan simulasi untuk meningkatkan
kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran
2022/2023

34
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini laksanakan pada bulan Oktober - November 2022.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran
2022/2023.
B. Metodologi Penelitian
Menurut Sugiyono (2017: 03) Pengertian metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono
(2017: 14) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis dara bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Selanjutnya penelitian menggunakan penelitian eksperimen menurut
Sugiyono (2019: 127) penelitian eksperimen digunakan apabila peneliti ingin
mengetahui pengaruh sebab dan akibat antara variabel independen dan
dependen. Berati dalam hal ini peneliti harus mampu mengontrol semua variabel
yang akan mempengaruhi kecuali varibel independen (treatment) yang telah
ditetapkan.
C. Metode Penentuan Subjek
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian nya
merupakan penelitian populasi (Suharsimi Arikunto 2006: 115).
Sedangkan menurut Sugiono (2015: 80), populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan.

35
36

Sedangkan menurut Hamid Darmadi (2011: 46), populasi adalah seluruh


subyek di dalam wilayah penelitian dijadikan subyek penelitian. Maka menurut
para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa pengertian populsi adalah
keseluruhan subyek (seluruh individu) yang diteliti oleh peneliti di dalam
wilayah penelitian.
Berdasakan pengertian di atas sekelompok individu yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2022/2023 yang berjumlah 15 siswa.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang detetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian di Tarik kesimpulannya Sugiyono
(2008: 60).
Variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya telah diberikan angka
(kuantitatif) atau juga dapat diartikan variabel adalah konsep yang mempunyai
bermacam-macam nilai, berupa kuantitatif maupun kualitatif yang dapat
berubah-ubah nilainya (Syofian Siregar 2014: 18).
1. Idintifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini di bedakan menjadi dua yaitu varibel
bebas atau independent variabel dan variabel terikat atau dependent
variabel. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a) Variabel Bebas
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang menjadi sebab
perubahannya yaitu timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang
merupakan variabel bebas adalah layanan bimbingan kelompok teknik
permainan simulasi dengan menggunakan symbol (X).
b) Variabel Terikat
Variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian variabel
terikatnya adalah kepercayaan diri dengan menggunakan simbol (Y).

36
37

2. Hubungan Antar Variabel


Nidawati Wahyu Pinasti (2011: 44) Varibel bebas dalam penelitian
ini yang fungsinya tidak tergantung dengan variabel lain, yaitu bimbingan
kelompok teknik permainan simulasi disimbolkan dengan X Variabel.
Variabel terikat dalam penelitian yang tergantung fungsinya dari variabel
lain adalah kepercayaan diri disimbolkan dengan Y.
Penelitian ini pemberian bimbingan kelompok teknik permainan
simulasi sebagai variabel bebas diberikan dengan tujuan meningkatkan
kepercayaan diri siswa. Dengan demikian layanan bimbingan kelompok
teknik permainan simulasi mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat
yaitu berpengaruh terhadap kepercayaan diri siswa. Maka dapat
digambarkan hubungan antar variabel X dan Y adalah sebagai berikut:

Variabel bebas (X) Variabel terikat (Y)

Gambar 1. Hubungan Antar Variabel

E. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mengunakan one group pre-test and post test design. Jadi tidak ada kelompok
control dan hanya menggunakan kelompok eksperimen. Metode one group pre-
test and post test design berarti sampel diberikan skala penilaian sebelum dan
sesudah mendapatkan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi. Maka
dari desain pre test and post test one group design adalah desain yang dilakukan
dua kali penelitian yaitu sebelum eksperimen (pre-test) dan sesudah eksperimen
(post test).
Penelitian ini subyek dikenakan dua kali pengukuran. Pengukuran
pertama dilakukan untuk mengukur kepercayaan diri sebelum diberikan
bimbingan kelompok teknik permainan simulasi (O1) yang disebut pre-test dan
pengukuran kedua untuk mengukur tingkat kepercayaan diri sesudah diberikan
bimbingan kelompok teknik permainan simulasi (O2) yang disebut post test.

37
38

“Perbedaan antara O1 dan O2 yakni O2-O1 diasumsikan merupakan efek dari


treatment atau eksperimen” Suharsimi, Arikunto (2006: 85).

Pre-test (O1) Perlakuan (X) Post test (O2)

Gambar 2. Desain Penelitian One Group Pre-Test and Post Test Design

O1 : Pengukuran (pre-test/skala penilaian awal), untuk mengukur kepercayaan


diri siswa sebelum dilakukan layanan bimbingan kelomnpok.
X : Pelaksanaan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi pada siswa
kelas VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023.
O2 : Pengukuran (post test/skala penilaian akhir), untuk mengukur
kepercayaan diri siswa setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok.

Untuk menjelaskan eksperimen dalam penelitian ini disajikan tahap-


tahap rancangan eksperimen yaitu:
1. Melakukan pre-test untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa
sebelum diberikan bimbingan kelompok. Hasil pre-test ini akan menjadi
bahan perbandingan dengan post-test yang akan dilakukan setelah pemberian
perlakuan yaitu layanan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi.
2. Memberikan perlakuan (treatment) yaitu berupa bimbingan kelompok teknik
permainan simulasi. Layanan ini diberikan menggunakan topik tugas yang
diberikan selama 7 kali pertemuan untuk meningkatkan kepercayaan diri
siswa. Materi ini diberikan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa
dalam setiap aspek kepercayaan diri seperti bangga atas sifat baik yang
dimiliki, siswa dapat memahami diri sendiri, memiliki motivasi yang kuat,
terbuka dengan orang lain, membina rasa persahabatan, dan upaya untuk
mengatasi rasa tidak percaya diri tersebut.

38
39

Table 1. Rancangan Materi Bimbingan Kelompok


Indikator
No. Pertememuan Materi Waktu
Kepercayaan Diri
1. Pertama Cinta Diri Bangga atas sifat-sifat baik yang 45 menit
dimiliki

2. Kedua Pemahaman Diri Memahami Diri Sendii 45 menit


3. Ketiga Tujuan yang jelas Memiliki motivasi yang kuat 45 menit
4. Keempat Berfikir Positif Terbuka dengan orang lain 45 menit
5. Kelima Penampilan Diri Menyadari dampak gaya hidup 45 menit
6. Keenam Komunikasi Menghormati dan mendengarkan 45 menit
pendapat orang lain
7. Ketujuh Pengendalian Upaya mengatasi rasa tidak percaya 45 menit
perasaan diri

39
40

Table 2. Langkah Langkah Bimbingan Kelompok

Tahap-Tahap
Konselor Sebagai Pemimpin
Bimbingan Siswa Sebagai Anggota Kelompok
Kelompok
Kelompok
Pembentukan 1. Mengungkapkan pengertian, 1. Memahami pengertian, tujuan, asas-asas, dan
tujuan, cara-cara dan asas-asas cara bimbingan kelompok.
kegiatan bimbingan kelompok. 2. Saling memperkenalkan diri agar saling
2. Mengatakan perkenalan dan percaya, bersedia menerima, dan membanu
menampilkan diri secara utuh antar anggota.
dan terbuka. 3. Mengikuti permainan
3. Bersedia membantu, hangat dan 4. Siap untuk mengikuti kegiatan bimbingan
tulus. kelompok.
4. Mengadakan perminan untuk
lebih mengakrabkan anggota
kelompok.
Peralihan 1. Menjelaskan kegiatan yang 1. Anggota terbebas dari perasaan atau sikap
akan diikuti pada tahap enggan, ragu, malu, atau saling tidak percaya.
selanjutnya. 2. Anggota mantap untuk ikut serta dalam
2. Menawarkan atau mengamati kegiatan kelompok
apakah para anggota kelompok
siap menjalani kegiatan
bimbingan kelompok.
3. Meningkatkan kemampuan
keikutsertaan anggota.
Kegiatan 1. Pemimpin kelompok 1. Anggota kelompok membahas masalah atau
menyampaikan topik masalah topik yang dikemukakan pemimpin kelompok
yang berhubungan dengan secara tuntas dan mendalam
kepercayaan diri. 2. Anggota kelompok secara aktif dan dinamis
2. Menbentuk dinamika kelompok, dalam pembahasan topik.
mengadakan diskusi serta tanya
jawab berkaitan dengan materi
Pengakhiran 1. Pemimpin kelompok 1. Anggota kelompok menyampaikan pesan dan
mengemukakan bahwa kegiatan kesan mengenai kegiatan bimbingan
segera diakhiri. kelompok.
2. Pemimpin kelompok 2. Merencanakan kegiatan lanjutan.
menyampaikan hasil kegiatan 3. Merasakan hubungan kelompok dengan rasa
bimbingan kelompok. kebersamaan, keterbukaan, dan saling
3. Membahas kegiatan lanjutan. percaya.
4. Mengemukakan kesan, pesan,
dan harapan kepada anggota
kelompok.

40
41

3. Melakukan Post Test yang diberikan sesudah layanan bimbingan kelompok


dilaksanakan, dengan tujuan untuk mengetahui hasil apakah kepercayaan diri
siswa dapat meningkat setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok.
4. Proses analisis data.

F. Instrumen Penelitian
1. Menurut Eko Putro (2013: 51) instrument penelitian merupakan alat bantu
yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara
melakukan pengukuran.
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang di gunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga
lebih mudah di olah Suharsimi Arikunto (2010: 203).
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 209) mengemukakan prosedur
yang hendak ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah:
a) Perencanaan dan penulisan item atau butir soal.
b) Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman
mengerjakan surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang
perlu.
c) Uji-coba, baik dalam skala kecil atau besar
d) Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban, peninjauan
sasaran-sasaran, dan sebagainya.
Beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
instrument penelitian adalah alat yang di gunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data peneliti.
2. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh seorang yang
melakukan suatu penelitian guna mengukur suatu fenomena yang telah
terjadi.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
angket yaitu daftar pernyataan yang disusun secara tertulis yang bertujuan
untuk memperoleh data berupa jawaban para responden.

41
42

Penelitian ini metode dan alat pengumpulan data dengan


menggunakan kuesioner atau angket. Bila dilihat dari segi cara atau metode
dan alat pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cara interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi
(pengamatan), dan gabungan ketiganya Sugiyono (2017:137). Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan
kuesioner atau angket.
Menurut Sugiyono (2017:142) angket atau kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner
atau angket tertutup, karena responden hanya tinggal memberikan tanda pada
salah satu jawaban yang dianggap benar. Dan pertanyaan tertutup adalah
pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan
responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan
yang telah tersedia.

G. Definisi Operasional Variabel


Kepercayaan diri di defiinisikan sebagai sesuatu keyakinan individu untuk
mampu berperilaku sesuai yang diharapkan. Kepercayaan diri merupakan salah
satu aspek kepribadian yang terbentuk melalui proses interaksinya dengan
lingkungan. Dalam interaksinya, individu yang mempunyai rasa kepercayaan
diri adalah individu yang mampu bekerja secara efektif, dapat melaksanakan
tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Kepercayaan diri yang tinggi pada
umumnya lebih mudah untuk terlibat secara pribadi dengan individu lain yang
akan lebih berhasil dalam menjalin hubungan secara interpersonal.
Kepercayaan diri bersumber dari dalam diri individu dan dari luar tingkah
laku individu. Oleh karena itu kepercayan diri mempunyai dua jenis percaya diri
batin dan lahir menurut Lidenfield (dalam Kamil, 2007:4-7).
(1) Kepercayaan diri batin Menurut Lidenfield (dalam Kamil, 2007:4-7) ada
empat ciri utama yang khas pada orang yang mempunyai percaya diri batin
yang sehat, yaitu:

42
43

a. Cinta diri
Anak yamg mencintai diri sendiri adalah anak yang percaya pada diri
mereka sendiri dan peduli tentang diri sendiri karena perilaku dan gaya
hidup mereka untuk memelihara diri. Manfaat dari anak yang memiliki
unsur percaya diri batin adalah anak dapat mempertahankan
kecenderungan untuk menghargai segala kebutuhannya baik
kebutuhan jasmani maupun rohani yang setara dengan kebutuhan orang
lain.
b. Pemahaman Diri
Anak yang memiliki kepercayaan diri batin akan sadar diri, mereka
tidak akan terus menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur
akan memikirkan perasaan, pikiran dan perilaku mereka, dan selalu
ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang diri mereka. Anak
yang memiliki pemahaman diri yang baik akan sangat menyadari
kekuatan diri mereka untuk mengembangkan kemampuan mereka
sepenuhnya.
c. Tujuan yang jelas
Anak yang percaya diri adalah anak yang selalu tahu tujuan hidupnya,
hal tersebut disebabkan karena mereka mempunyai pemikiran yang
jelas dan mereka tahu mengapa mereka melakukan suatu tindakan
tertentu dan mereka tahu hasil apa yang mereka harapkan.
d. Berfikir positif
Orang-orang yang percaya diri biasanya adalah orang-orang yang
menyenangkan, karena orang-orang tersebut dapat melihat kehidupan
dari sisi lain dengan kekuatan batin. Dengan berfikir positif maka anak
akan memandang orang lain dari sisi yang positifnya, anak akan
percaya bahwa semua masalah dapat diselesaikan dan tidak akan
memandang masa lalu tetapi masa depan, anak mau bekerja dan
menghabiskan waktu dan energi untuk belajar karena mereka percaya
bahwa diri mereka mampu untuk mencapai tujuan mereka.

43
44

(2) Kepercayaan diri lahir menurut Lidenfield, (dalam Kamil, 2007:7-11)


Untuk memberikan kesan percaya diri pada dunia luar, maka kita perlu
mengembangkan ketrampilan dalam empat bidang yang berkaitan dengan
kepercayaan diri lahir, yaitu:
a. Komunikasi
Komunikasi ialah kemampuan mendasar untuk dapat berinteraksi
dengan lingkungan baik disituasi apapun dan dimanapun. Dengan
memiliki dasar yang baik dalam bidang ketrampilan berkomunikasi
anak akan dapat mendengarkan orang lain dengan tepat, tenang dan
penuh perhatian, bisa berbicara dengan segala usia dan dari segala latar
belakang, mengerti kapan dan bagaimana berganti pokok pembicaraan
dari percakapan biasa ke yang lebih mendalam, menggunakan
komunikasi non-verbal secara efektif, membaca dan memanfaatkan
bahasa tubuh orang lain, berbicara dengan memakai nalar dan secara
fasih dan dapat berbicara didepan umum tanpa rasa takut.
b. Penampilan diri
Penampilan diri yang dimaksudkan adalah pakaian dan gaya hidup
yang digunakan oleh seseorang yang sesuai dengan kepribadiannya.
Ketrampilan penampilan diri akan mengajarkan pada seseorang betapa
pentingnya, tampil sebagai orang yang percaya diri.
c. Pengendalian Perasaan
Pengendalian perasaan ialah kemampuan seseorang untuk dapat
mengontrol atau mengendalikan emosi atau perasaan dalam situasi
apapun. Perasaan yang tidak dikelola dengan baik dapat membentuk
suatu kekuatan besar yang tak terduga. Dalam hidup sehari-hari
seseorang perlu mengendalikan perasaan agar hati tidak memerintah
pikiran. Dengan mengetahui cara mengendalikan diri, seseorang dapat
lebih percaya diri, berani menghadapi tantangan dan resiko karena bisa
mengatasi rasa takut, khawatir dan frustrasi, dapat menghadapi
kesedihan secara wajar, membiarkan diri bertindak secara spontan
karena yakin tidak akan lepas kendali, serta mencari pengalaman dan

44
45

hubungan yang memberi kesenangan, cinta, dan kebahagiaan, karena


individu tidak mudah terbenam dalam hawa nafsu amarahnya.
Berdasarkan definisi operasional di atas, selanjutnya dibuat kisi-kisi seperti:
Table 3. Kisi-Kisi Instrumen Skala Kepercayaan Diri
Item
Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah Item
(+) (-)
Kepercayaan 1. Cinta diri a. Berusaha sendiri untuk 1, 2, 3 4, 5, 6 6
Diri Batin memenuhi kebutuhannya
b. Bangga atas sikap-sikap
baik yang ada pada diri 7, 8, 9 10, 11, 12 6
sendiri
2. Pemahaman a. Menyadari kemampuan 13, 14, 1 5 16, 17, 18 6
diri diri sendiri
b. Menerima kekurangan
dan kelebihan diri. 19, 20, 21 22, 23, 24 6
3. Tujuan yang a. Memiliki tujuan dan 25, 26, 27 28, 29, 30 6
jelas pemikiran yang jelas
b. Memiliki motivasi yang 31, 32 33, 34 4
kuat
4. Berfikir a. Terbuka dengan orang 35, 36 37, 38 4
positif lain
Kepercayaan 1. Komunikasi a. Mendengarkan orang lain 39, 40, 41 42, 43, 44 6
Diri Lahiriah b. Berbicara secar fasih dan
tanpa rasa takut 45, 46, 47 48, 49, 50 6
2. Penampilan a. Menyadari dampak gaya 51, 52 53, 54 4
diri hidupnya
b. Penampilan diri yang
mendapat pengakuan 55, 56 57, 58 4
3. Pengendalian a. Kesediaan membuka diri 59, 60 61, 62 4
perasaan b. Saling memahami
perasaan satu sama lain 63, 64 65, 66 4
Jumlah 33 33 66

Data yang akan dianalisis dan diukur diperoleh langsung dari kelompok
responden yang menjawab item. Pada masing-masing item terdapat empat
kategori pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju

Table 4. Format Skala Kepercayaan Diri


No. Indikator Kepercayaan Diri SS S TS STS
1. Pernyataan tentang indikator kepercayaan diri

Jawaban soal positif diberi skor 4, 3, 2, 1, sedangkan jawaban soal negatif


diberi skor 1, 2, 3, 4 sesuai dengan arah pertanyaan yang dimaksud.

45
46

Table 5. Penskoran Item


No. Pernyataan Positif (+) No. Pernyataan Negatif (-)
Jawaban Nilai Jawaban Nilai
1. Sangat Setuju (SS) 4 1. Sangat Setuju ( SS ) 1
2. Setuju ( S ) 3 2. Setuju ( S ) 2
3. Tidak Setuju ( TS ) 2 3. Tidak Setuju ( TS ) 3
4. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4. Sangat Tidak Setuju (STS) 4

H. Uji Coba Instrumen


1. Uji Validitas Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 211) validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukan tingkatan-tingkatan kevalitan atau kesahihan suatu
instrument, suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah.
Setiap penelitian diharapkan dapat memperoleh hasil yang
benarbenar obyektif. Data yang baik adalah data yang sesuai dengan
kenyataan sehingga data disebut valid. “Suatu alat ukur dikatakan valid
apabila alat ukur tersebut mempunyai ketepatan atau kecermatan dalam
melakukan fungsi ukurnya dan memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut” Saifuddin Azwar (2005: 6).
Oleh karena itu alat ukur yang digunakan harus memiliki validitas dan
reliabilitas sebagai alat ukur. Validitas dan reliabilitas adalah ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen.
Untuk mencari item-item yang memenuhi syarat validitas, maka
peneliti menggunakan analisis butir yaitu mengkorelasikan skor per-item
dengan skor total, rumus yang digunakan adalah kolerasi product moment
yang dikemukakan oleh Karl Pearson sebagai berikut:

𝑁∑𝑋𝑌 − ∑𝑋∑𝑌
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)²} {𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)²}

46
47

Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi
∑X = Jumlah skor butir
∑Y = Jumlah skor total
∑y = Jumlah kuadrat butir
∑y2 = Jumlah kuadrat total
∑XY = Jumlah perkalian skor item dengan skor total
N = Jumlah responden
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya rxy tersebut, apabila hasil
dari r table lebih besar dari hasil perhitungannya, maka instrumen tersebut
tidak valid sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data
(Suharsimi, Arikunto, 2006: 170)
kemudian di koreksi dengan korelasi bagian total (Part whole)
dengan rumus sebagai berikut:

(𝑟𝑥𝑦 )(𝑆𝐷𝑦 )−(𝑆𝐷𝑥 )


rpq=
√(𝑆𝐷𝑦 )²+(𝑆𝐷𝑥 )²−2(𝑟𝑥𝑦 )(𝑆𝐷𝑥 )(𝑆𝐷𝑦 )

Keterangan :
rpq : koefisien korelasi setelah dikoreksi
rxy : koefisien korelasi sebelum dikoreksi
SD x : Standar Deviasi skor item
SDy : Standar Deviasi skor total item

Suatu data dikatakan valid apabila nilai rxy lebih besar (>) dari pada
nilai r tabel pada taraf signifikasi 5% pada uji validitas dalam penelitian ini
item angket kepercayaan diri dihitung melalui program IBM SPSS Statistics
25. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data penelitian. Suatu butir dikatakan sahih apabila didapatkan
nilai korelasi yang positif dan nilai p<0,05.

47
48

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program IBM


SPSS Statistics 25 maka dapat disimpulkan bahwa dalam angket
kepercayaan diri yang berjumlah 66 item terdapat 10 item yang gugur yaitu
no. 6, 8, 16, 23, 28, 38, 48, 51, 57, dan 65. Sehingga angket yang sahih
berjumlah 56 item digunakan untuk penelitian.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Kata reliabilitas dalam Bahasa Indonesia diambil dari Bahasa Inggris
yaitu reliability berasal dari kata reliabel yang artinya dapat dipercaya.
Instrumen tes dapat dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang tetap atau
ajeg (konsisten) apabila diteskan beberapa kali (Eko Putro, 2013: 157).
Menurut Suharsimi, Arikunto (2006: 178) “Reliabilitas menunjukkan
pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik”. Untuk mengukur reliabilitas instrumen dalam penelitian ini
menggunakan rumus Alpha yaitu :

𝑘 ∑ 𝜎²
r II = [ ] [1 − ]
𝑘−1 𝜎𝑡2

Keterangan:
rII = reliabitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ơ² = jumlah varian butir
ơ² = varian total

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 221) reliabilitas menunjuk pada


suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data.
Berdasarkan dasar pengambilan keputuasan reliabilitas variabel yang
dianggap reliabel jika nilai variabel tersebut lebih besar dari > 0,60 jika lebih
kecil maka variabel yang diteliti tidak bisa dikatakan reliabel karena <0,60.
Hasil dari pengujian reliabilitas pada variabel penelitian ini sebagai berikut:

48
49

Table 6. Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.974 56

Hasil dari uji reliabilitas pada variabel dapat dilihat bahwa cronbach’s
alpha pada variabel ini lebih tinggi dari pada nilai dasar yaitu 0,974 > 0,60 hasil
tersebut membuktikan bahwa semua pernyataan dalam kuesioner variabel
dinyatakan reliabel.

I. Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2015:244) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil angket dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.
Jadi analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara teratur dan
sistematis data yang telah diperoleh sehingga mudah dipahami.
Setelah diperolehnya seluruh data-data yang dibutuhkan, maka langkah
selanjutnya adalah pengolahan data. Adapun analisis data yang penulis gunakan
Eksperimen adalah pendekatan kuantitatif.
Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian eksperimen.
"adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal)
antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi
atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang lain bisa mengganggu"
(Suharsimi Arikunto, 2006: 268).
Sebelum proses analisis data terlebih dahulu dilakukan uji Asumsi atau uji
persyaratan analisis dengan menggunakan uji normalitas yang dimaksudkan
untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data yang diinginkan dalam
penelitian. Untuk menguji normalitas data dalam penelitian menggunakan rumus
Kai Kuadrat. Adapun rumus tersebut sebagai berikut

49
50

(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)
𝑥2 = ∑
𝑓ℎ

Keterangan:
X2 : Koefisien Chi Kuadrat
fo : Frekwensi observasi
fh : Frekwensi harapan
Dari perhitungan dengan rumus Kai kuadrat akan diperoleh nilai Kai
Kuadrat. Setelah harga Kai Kundrat diperoleh maka dikonsultasikan dengan
harga Kai Kuadrat pada tabel, sesuai dengan derajat kebebasan (db) pada taraf
signifikansi 5%.

Jika harga Kai Kuadrat hitung lebih kecil dari harga Kai Kuadrat tabel maka
data yang diperoleh berdistribusi normal. Sebaliknya jika Kai Kuadrat hitung
lebih besar dari harga Kai Kuadrat tabel maka data tersebut dalam distribusi tidak
normal.

Selanjutnya proses analisis data, yaitu dengan menggunakan Uji t hitung


Setelah diperolehnya seluruh data-data yang dibutuhkan, maka langkah
selanjutnya adalah pengolahan data. Adapun analisis data yang penulis gunakan
adalah pendekatan kuantitatif yang ditulis dengan rumus sebagai berikut:

𝑀𝑑
𝑡=
∑ 𝑥 2𝑑

𝑁(𝑁 − 1)

Keterangan :
Md = mean dari perbedaan pre test dengan post test (post test – pre test)
xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)
x2d = jumlah kuadrat deviasi
N = subjek pada sampel
d.b. = ditentukan dengan N-1

50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Deskripsi data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data
kepercayaan diri sejumlah 56 butir soal. Angket dikenakan pada 15 siswa
sehingga diperoleh hasil skor dan dihitung dengan rumus-rumus tertentu.
Untuk mengetahui kurangnya kepercayaan diri digunakan kriteria yaitu nilai
skor maksimal dengan nilai 224 sedangkan skor minimum dengan nilai 56.
Berdasarkan nilai maksimal dan nilai minimal yang ada dapat
ditentukan kriteria sebagai berikut :

Table 7. Kriteria Nilai

169 ≤ X ≤ 224 = Tinggi


113 ≤ X < 168 = Sedang
56 ≤ X < 112 = Rendah

Adapun kepercayaan diri pada siswa sebelum dan sesudah diberikan


layanan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi :
a. Kepercayaan diri sebelum diberikan bimbingan kelompok teknik
permainan simulasi
Data yang diperoleh dari angket kepercayaan diri sebelum diberikan
bimbingan kelompok teknik permainan simulasi :
Nilai Terendah = 100
Nilai Tertinggi = 163
Rarata = 142,80
Simpanan baku = 20,31

51
52

Table 8. Kategori skor kepercayaan diri siswa sebelum diberikan


bimbingan kelompok teknik permainan simulasi

Kategori Interval Frekuensi Persentase


Tinggi 169 ≤ x ≤ 224 0 0
Sedang 113 ≤ x < 168 13 86,67
Rendah 56 ≤ x < 112 2 13,33
Jumah 15 100

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor rata-rata kepercayaan diri


siswa sebelum diberikan bimbingan kelompok teknik permainan
simulasi adalah 142,80 yang berada dalam interval 113 ≤ x < 168
merupakan kategori sedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri siswa kelas VIII di SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2022/2023 sebelum diberikan bimbingan kelompok teknik
permainan simulasi termasuk kategori sedang.
b. Kepercayaan diri setelah diberikan bimbingan kelompok teknik
permainan simulasi.
Data yang diperoleh dari angket kepercayaan diri setelah diberikan
bimbingan kelompok teknik permainan simulasi :
Nilai Terendah = 150
Nilai Tertinggi = 186
Rerata = 172,87
Simpanan baku = 10.45

Table 9. Kategori skor kepercayaan diri siswa setelah diberikan


bimbingan kelompok teknik permainan simulasi

Kategori Interval Frekuensi Persentase


Tinggi 169 ≤ x ≤ 224 11 73,33
Sedang 113 ≤ x < 168 4 26,67
Rendah 56 ≤ x < 112 0 0
Jumah 15 100

52
53

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor rata-rata angket


kepercayaan diri setelah diberikan bimbingan kelompok teknik permainan
simulasi adalah 172,87 yang berada dalam interval 169 ≤ x ≤ 224
merupakan kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepercayaan
diri setelah diberikan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi pada
siswa kelas VIII di SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023
termasuk kategori tinggi.

2. Pengujian Prasyarat Analisis


Sebelum uji-t dilakukan, ada prasyarat yang harus dipenuhi yaitu data
harus berdistribusi normal. Untuk memenuhi persyaratan analisis tersebut
maka, dilakukan uji persyaratan analisis dengan uji normalitas sebaran.
Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics
25, sebelum menguji hipotesis terlebih dahulu melakukan uji nomralitas
sebagai analisis persyaratan.
Uji normalitas sebaran bertujuan untuk mengetahui sebaran data dari
tiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas
sebaran digunakan rumus kai kuadrat (X2), dengan kriteri nilai p > 0,05
berarti data berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan one group pretest post
test design diperoleh hasil sebaran skor kepercayaan diri sebelum diberikan
layanan dengan nilai = .899 dan setelah diberikan layanan memperoleh =
.925. Dari hasil perhitungan data uji normalitas tersebut dirangkum dalam
bentuk tabel sebagai berikut :

Table 10. Rangkuman Uji Normalitas

Test Shapiro-wilk
Statistic Df Sig. Keterangan
Pre test ,899 15 ,092 Normal
Post test ,925 15 ,229 Normal

Berdasarkan tabel diatas masing-masing variabel diperoleh nilai signifikan


> 0,05 maka sebaran data berdistribusi normal.

53
54

3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Bimbingan
kelompok teknik permainan simulasi dapat meningkatkan kepercayaan diri
siswa Kelas VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023.
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji-t paired samples dengan kriteria
nilai p < 0,05 maka hipotesis yang diajukan diterima dan signifikan.
Perhitungan uji-t paired samples dalam penelitian ini menggunakan bantuan
program IBM SPSS Statistics 25. Dari hasil perhitungan data pengujian
hipotesis tersebut dirangkum dalam tabel sebagai berikut :

Table 11. Rangkuman Uji T-Test

Tests N Statistika deskriptif Paired T-Test

M (std. D) T Df Sig. (2-tailed)


Pre-test 15 142,80 (18,22) 5.382 14 0,000*
Post-test 15 172,87 (10,44)

Berdasarkan hasil tabel diatas, diperoleh t = 5.382 dengan signifikansi


(2-tailed) p = 0,000. Karena p < 0,05 maka hipotesis yang diajukan diterima.
Dari dari perbandingan rata-rata skor kepercayaan diri siswa setelah
diberikan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi adalah 172,87,
lebih tinggi dibanding sebelum diberikan bimbingan dengan rata-rata
142,80. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “bimbingan kelompok
teknik permainan simulasi dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas
VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan hipotesis terbukti atau terdapat
perbedaan kepercayaan diri siswa sebelum diberikan bimbingan kelompok
teknik permainan simulasi dan setelah diberikan bimbingan kelompok teknik
permainan simulasi pada siswa SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran
2022/2023. Dari hasil uji t paired samples yang dilakukan diperoleh nilai t =
5.382 dengan nilai p = 0,000 < 0,05 berarti pemberian bimbingan kelompok
teknik permainan simulasi dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa.

54
55

Bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan berupa


bimbingan kepada sejumlah siswa melalui kegiatan kelompok dimana siswa
tersebut orang yang bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari seorang ahli
professional misalnya pembimbing atau konselor dengan kelompok tersebut
siswa diharapkan dapat mempertimbangkan dan mengambil keputusannya
supaya dalam kehidupan lebih baik, baik dalam kehidupan pribadi sebagai
pelajar, sebagai anggota keluarga maupun di kehidupan bermasyarakat.
Bimbingan kelompok adalah pengembangan diri individu agar dapat berlatih
berbicara, menanggapi, memberi dan menerima pendapat orang lain, membina
sikap dan perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada
gilirannya individu dapat mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan
kepercayaan diri yang dimiliki dalam berinteraksi.
Teknik permainan simulasi merupakan teknik atau metode pelatihan yang
meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang
sesungguhnya. Dalam simulasi, peserta akan lebih banyak berperan sebagai
dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan yang akan dilakukan. penggunaan
teknik permainan dalam kegiatan bimbingan dan konseling mempunyai banyak
fungsi yaitu selain lebih dapat memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok
terhadap tujuan yang ingin dicapai, juga dapat membangun suasana dalam
kegiatan bimbingan dan kelompok lebih bergairah dan tidak cepat membuat
siswa jenuh mengikutinya.
kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang untuk meyakini terhadap
segala aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan
sesuatu, memiliki penilaian positif terhadap dirinya ataupun situasi yang
dihadapinya, serta memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian individu yang
berfungsi mendorong individu dalam meraih kesuksesan melalui hasil interaksi
antara individu dengan lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan, bekerja secara efektif serta dapat melaksanakan tugas dengan baik
dan tanggung jawab.
Berdasarkan pada uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa pemberian layanan
bimbingan kelompok teknik permainan simulasi dapat meningkatkan

55
56

kepercayaan diri siswa sehingga hipotesis penelitian diajukan telah teruji


kebenarannya. Hal menunjukan bahwa kepercayaan diri siswa dapat
ditingkatkan melalui pemberian bimbingan kelompok teknik permainan
simulasi.
Pemberian bimbingan kelompok teknik permainan simulasi yang dapat
mendorong siswa dalam mencerna dan memahami tentang rasa percaya diri
sehingga akan meningkatkan kepercayan diri siswa. Dari perbandingan rata-rata
skor kedisiplinan belajar siswa setelah diberikan bimbingan kelompok teknik
permainan simulasi adalah 172,87 lebih tinggi dibanding sebelum diberikan
layanan dengan rata-rata 142,80 menunjukan bimbingan kelompok teknik
permainan simulasi dapat meningkatkan kepercayaaan diri siswa.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa bimbingan kelompok
teknik permainan simulasi dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas
VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sarah Sabaraningsih (2013) dalam skripsi yang
berjudul “Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik
Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik”.
Ada pengaruh yang signifikan dari layanan bimbingan kelompok teknik
permainan simulasi terhadap kepercayaan diri pada siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Kismantoro Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan penelitian ini
diperoleh hasil bahwa kepercayaan diri siswa dapat ditingkatkan melalui
bimbingan kelompok teknik permainan simulasi. Kesimpilan dari penelitian
adalah pelaksanaan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi dapat
meningkatkan kepercayaan diri siswa yang sebelumnya mempunyai
kepercayaan diri rendah.

56
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Hasil penelitian menunjukan bahwa bimbingan kelompok teknik permainan
simulasi terbukti efektif meningkatkan kepercayaan diri siswa SMP Bopkri 5
Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023. Dari hasil uji-t paired samples yang
dilakukan sebelum dan setelah diberikan bimbingan kelompok teknik permainan
simulasi hasilnya lebih besar, berarti pemberian bimbingan kelompok teknik
permainan simulasi berpengaruh terhadap peningkatan kepercayaan diri pada
siswa. Hal tersebut menunjukan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi
dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa.

B. Implikasi
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian, maka implikasi dalam
penelitian ini yaitu bahwa bimbingan kelompok teknik permainan simulasi dapat
meningkatkan kepercayaan diri siswa, hal ini menunjukan peran penting
keberadaan bimbingan konseling dalam hal peningkatan kepercayaan diri siswa,
diharapkan guru bimbingan konseling memberikan secara efektif bimbingan
kelompok teknik permainan simulasi sehingga dapat memberikan pemahaman
kepada siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa.

C. Saran
Dari hasil kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan. Berikut rincian
saran-saran bagi guru bimbingan konseling dan pihak sekolah:
1. Bagi guru bimbingan dan konseling
Guru bimbingan dan konseling di harapkan untuk meningkatkan
kepercayaan diri siswa dengan menggunakan bimbingan kelompok teknik
permainan simulasi secara efektif.
2. Bagi sekolah
Sekolah agar mendukung terlaksananya bimbingan kelompok teknik
permainan simulasi agar kepercayaan diri siswa dapat meningkat.

57
58

3. Bagi peneliti yang akan datang


Peneliti yang akan datang untuk menggunakan metode penelitian yang
berbeda dan jumlah subyek lebih besar untuk meningkatkan kepercayaan
diri siswa.

58
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Aziz Wahab. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung:


Alfabeta.

Agus Purwanto, Erwan dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif, Untuk Administrasi Publik, dan Masalah-masalah Sosial.
Yogyakarta: Gaya Media Yogyakarta.

Angelis. 2003. Cofidence Percaya Diri. Sumber sukses dan Kemandirian. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Arsita Sindy Munandar.

______. 2005. Confidence Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anita Dewi Astuti Dkk. 2013. Model Layanan BK Kelompok Teknik Permainan
(Games) Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal
Siswa, Jurnal Bimbingan Konseling Volume. 2 nomor 1

Ari Laili Rochmah. 2018. Pengaruh Penguatan Positif dan Konsep Diri Terhadap
Kepercayaan Diri Sisswa Kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Confidence Of
Fourt Grade Students Of State Elementary Schools In. Edisi 36 Tahun Ke 7.
Arum Setiowati. 2014. Peningkatan Rasa Percaya Diri Mahasiswa Melalui Teknik
Permainan (Studi pada Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
Kelompok). Universitas PGRI Yogyakarta, 1-18.

Cucu Sutisna. 2010. Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Strategi Layanan
Bimbingan Kelompok. Tesis. Bandung: UPI. [Online]
http://repository.upi.edu/. Diakses pada 8 Maret 2018.

Dewa Ketut Sukardi. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan


Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Drajat Edy Kurniawan. 2018. Bahan Ajar Mata Kuliah Bimbingan Dan Konseling
Kelompok. Prodi Bimbingan Konseling Universitas PGRI
Yogyakarta.Manual. Universitas PGRI Yogyakarta

Drajat Edy Kurniawan dan Taufik Agung Pranowo. 2018. Bimbingan


Kelompokdengan Teknik Sosiodrama Sebagai Upaya Mengatasi Perilaku
Bullying di Sekolah. Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan, 2(1).
Universitas PGRI Yogyakarta.

Enung Fatimah. 2006. Psikologi perkembangan: perkembangan peserta didik.


Bandung: Pustaka Setia.

Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial, Rafika Pustaka Pelajar, Bandung.

59
60

Hamid, Darmadi. 2011. Metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Heru Mugiarso, dkk. 2006. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press.

Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Tepadu.


Yogyakarta: FAMILIA.

Jhon W Santrock. 2003. Adolescensce (Perkembangan Remaja). Jakarta: Erlangga.

Kamil. 2007. Mendidik Anak Agar Percaya Diri. Jakarta: Arcan.

Lauster, Peter. 2006. Tes Kepribadian. Alih Bahasa D.H. Gulo. Cetakan
keenambelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Mastuti, I. 2008. 50 Kiat Percaya Diri. Jakarta: Hi-Fest Publishing.

Nidawati Wahyu Pinasti. 2011, Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Melalui


Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X SMK N 1 Jambu,
Universitas Negeri Semarang, skripsi. (jurusan), UNNES.

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok Dan Konseling Kelompok. Padang:


Universitas Negeri Padang.

Ramayulis. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka setia


______. 2012. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. cet. VII.
Jakarta: Kalam Mulia.

Sarah Sabaraningsih. 2013. Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik


Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik.
Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. (online),
tersedia: https://eprints.uns.uns.ac.id.

______. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sofyan, Siregar. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana.

Sri Marjanti. 2015. Upaya Meningkatkan Rasa Percaya Diri Melalui Konseling
Kelompok. Jurnal Konseling Gusjigang (Online). Vol. 1 No. 2. Dalam
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/gusjigang/article/view/412/444.diakses3M
aret 2017.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian, Bandung: CV Alfa Beta.

______. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

______. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

60
61

______. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

______. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

______. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta, CV.

______. 2018. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

______.2019. Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi,


R&D Dan Penelitian Pendidilkan). Bandung : Alfabeta

Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

______. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

______.2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: PT Bina


Aksara

Tatik Romlah. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan dan Konseling Kelompok.
Malang: Universitas Negeri Malang.

______. 2006. Teori & Praktek Bimbingan Kelompok, Malang: Universitas Negeri
Malang

Thursan Hakim. 2005. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.

Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Winataputra, Udin S. 2001. Model-model pembelajaran Inovatif. Universitas


Terbuka, Jakarta.

Winkel, WS dan Sri Hastuti. 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi


Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

61
LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian

ANGKET KEPERCAAYAN DIRI


IDENTITAS
Nama :
Kelas :

Petunjuk :
1. Isilah angket di bawah ini sesuai dengan sungguh-sungguh berdasarkan
penilaian diri anda.
2. Setiap jawaban adalah benar, sehingga anda tidak perlu ragu untuk
memberikan jawaban pada setiap pernyataan.
3. isilah setiap pernyataan dengan memberikan tanda cek () pada salah
satu kolom sesuaidengan ketentuan sebagai berikut :
a) SS : Sangat Setuju
b) S : Setuju
c) TS : Tidak Setuju
d) STS : Sangat Tidak Setuju

No PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya dapat menyelesaikan tugas dari Guru

2. Berani berpendapat dihadapan orang yang


belum saya
kenal.
3. Saya yakin dapat menyelesaikan permasalahan yang
sedang
dihadapi.
4. Saya takut menghadapi masalah dalam segala hal.

62
63

5. Kurang yakin dengan kemampuan diri saya.

6. Saya suka menolong teman yang sedang kesulitan.

7. Saya akan meminta maaf jika bersalah terhadap


teman.

8. Saya tidak mau berteman dengan orang yang pelit.

9. Saya tidak perduli dengan keluhan teman.

10. Menghindari teman yang tidak akrab dengan saya.

11 Akan berusaha mengembangkan kemampuan yang


saya miliki

12 Saya tidak mengulangi kesalahan yang sama

13 Saya senang menerima saran dari orang lain

14 Saya tidak suka ketika maju kedepan kelas

15 Saya takut mendapatkan nilai jelek

16 Bangga terhadap diri sendiri

17 Dapat menerima kekurangan fisik yang ada pada


diri saya

18 Saya senang bertukar pikiran dengan orang lain

19 Saya tulit bergaul dengan teman yang baru dikenal

20 Tidak suka jika orang lain tahu tentang keluarga


saya

21 Mempunyai target yang disesuaikan dengan


kemampuan saya

22 Percaya diri dengan kelebihan yang saya miliki

23 Saya merasa bangga jika mengerjakan ulangan

63
64

sendiri

24 Saya tidak tau tujuan masa depan yang jelas

25 Merasa diri saya bodoh

26 Saya berusaha mengerjakan tugas dengan baik

27 Saya yakin dapat meraih kesuksesan dalam hidup

28 Tidak yakin dengan cita-cita saya

29 Saya sangat mudah putus asa

30 Saya senang belajar bersama teman

31 Saya merasa senang dekat dengan teman-teman

32 Saya tidak semangat berada di sekolah

33 Saya mendengarkan ketika teman sedang curhat

34 Saya senang mendengarkan cerita pengalaman


teman-teman

35 Saya menghormati pendapat teman

36 Saya tidak senang bergabung dengan kelompok

37 Saya merasa berbicara dengan orang lain akan


menimbulkan masalah

38 Tidak berani menyampaikan pendapat saya

39 Saya dapat berbicara secara fasih

40 Saya senang berbicara dengan teman dari pada


berdiam diri

41 Saya dapat menciptakan suasana obrolan yang


sangat menyenangkan

64
65

42 Saya sulit menanggapi pembicaraan orang lain

43 Saya tidak senang bercerita kepada siapapun

44 Sya tidak suka mengikuti gaya orang lain

45 Saya senang mengikuti trend walaupun merasa tidak


nyaman

46 Senang memamerkan apa yang saya gunakan saat


ini

47 Teman-teman kelas menyukai penampilan saya

48 Teman-teman menghargai kemampuan bernyanyi


yang saya miliki

49 Teman-teman tidak menyukai gaya hidup saya

50 Saya senang berkenalan dengan orang lain

51 Saya mudah beradaptasi dengan lingkungan baru

52 Saya berteman dengan orang-orang tertentu saja

53 Saya merasa rendah diri ketika berada di lingkungan


baru

54 Saya selalu mengibur teman yang sedang bersedih

55 Saya membela teman yang direndahkan oleh teman


lain

56 Saya marah jika tersinggung

65
66

Lampiran 2. Uji Validasi


Correlations
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 jumlah
Pearson Correlation 1 .345 .601* .486 .509 -.494 .562*
P1 Sig. (2-tailed) .207 .018 .066 .053 .061 .029
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .345 1 .411 .449 .587* .093 .728**
P2 Sig. (2-tailed) .207 .128 .093 .022 .742 .002
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .601* .411 1 .460 .689** -.185 .795**
P3 Sig. (2-tailed) .018 .128 .084 .004 .510 .000
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .486 .449 .460 1 .569* -.110 .696**
P4 Sig. (2-tailed) .066 .093 .084 .027 .696 .004
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .509 .587* .689** .569* 1 -.233 .702**
P5 Sig. (2-tailed) .053 .022 .004 .027 .403 .004
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation -.494 .093 -.185 -.110 -.233 1 -.062
P6 Sig. (2-tailed) .061 .742 .510 .696 .403 .827
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .562* .728** .795** .696** .702** -.062 1
Jumlah Sig. (2-tailed) .029 .002 .000 .004 .004 .827
N 15 15 15 15 15 15 15
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Correlations
P7 P8 P9 P10 P11 P12 jumlah
Pearson Correlation 1 -.049 .620* .030 .564* .398 .620*
P7 Sig. (2-tailed) .862 .014 .914 .028 .141 .014
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation -.049 1 .000 -.310 -.139 -.123 -.206
P8 Sig. (2-tailed) .862 1.000 .261 .621 .662 .461
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .620* .000 1 .392 .734** .778** .700**
P9 Sig. (2-tailed) .014 1.000 .148 .002 .001 .004
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .030 -.310 .392 1 .288 .458 .607*
P10 Sig. (2-tailed) .914 .261 .148 .298 .086 .017
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .564* -.139 .734** .288 1 .446 .695**
P11 Sig. (2-tailed) .028 .621 .002 .298 .096 .004
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .398 -.123 .778** .458 .446 1 .652**
P12 Sig. (2-tailed) .141 .662 .001 .086 .096 .008
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .620* -.206 .700** .607* .695** .652** 1
Jumlah Sig. (2-tailed) .014 .461 .004 .017 .004 .008
N 15 15 15 15 15 15 15
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

66
67

Correlations
Correlations
P13 P14 P15 P16 P17 P18 jumlah
Pearson Correlation 1 .565* .144 -.226 .312 .276 .678**
P13 Sig. (2-tailed) .028 .609 .418 .257 .320 .005
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .565* 1 .403 .158 .565* .545* .762**
P14 Sig. (2-tailed) .028 .136 .573 .028 .036 .001
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .144 .403 1 -.019 .524* .371 .528*
P15 Sig. (2-tailed) .609 .136 .946 .045 .174 .043
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation -.226 .158 -.019 1 -.041 .250 -.021
P16 Sig. (2-tailed) .418 .573 .946 .884 .370 .940
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .312 .565* .524* -.041 1 .689** .589*
P17 Sig. (2-tailed) .257 .028 .045 .884 .005 .021
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .276 .545* .371 .250 .689** 1 .653**
P18 Sig. (2-tailed) .320 .036 .174 .370 .005 .008
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .678** .762** .528* -.021 .589* .653** 1
Jumlah Sig. (2-tailed) .005 .001 .043 .940 .021 .008
N 15 15 15 15 15 15 15
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Correlations
P19 P20 P21 P22 P23 P24 jumlah
Pearson Correlation 1 .736** .353 .209 .353 .549* .659**
P19 Sig. (2-tailed) .002 .196 .455 .196 .034 .008
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .736** 1 .290 .320 .258 .255 .619*
P20 Sig. (2-tailed) .002 .295 .245 .352 .359 .014
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .353 .290 1 .557* -.108 .549* .711**
P21 Sig. (2-tailed) .196 .295 .031 .703 .034 .003
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .209 .320 .557* 1 -.021 .512 .683**
P22 Sig. (2-tailed) .455 .245 .031 .942 .051 .005
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .353 .258 -.108 -.021 1 .113 .167
P23 Sig. (2-tailed) .196 .352 .703 .942 .689 .553
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .549* .255 .549* .512 .113 1 .656**
P24 Sig. (2-tailed) .034 .359 .034 .051 .689 .008
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .659** .619* .711** .683** .167 .656** 1
Jumlah Sig. (2-tailed) .008 .014 .003 .005 .553 .008
N 15 15 15 15 15 15 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

67
68

Correlations
Correlations
P25 P26 P27 P28 P29 P30 jumlah
Pearson Correlation 1 .797** .597* .398 .529* .451 .610*
P25 Sig. (2-tailed) .000 .019 .142 .043 .092 .016
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .797** 1 .555* .555* .574* .328 .547*
P26 Sig. (2-tailed) .000 .032 .032 .025 .233 .035
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .597* .555* 1 .301 .492 .601* .795**
P27 Sig. (2-tailed) .019 .032 .275 .063 .018 .000
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .398 .555* .301 1 .237 .036 .283
P28 Sig. (2-tailed) .142 .032 .275 .396 .897 .306
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .529* .574* .492 .237 1 .774** .619*
P29 Sig. (2-tailed) .043 .025 .063 .396 .001 .014
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .451 .328 .601* .036 .774** 1 .709**
P30 Sig. (2-tailed) .092 .233 .018 .897 .001 .003
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .610* .547* .795** .283 .619* .709** 1
Jumlah Sig. (2-tailed) .016 .035 .000 .306 .014 .003
N 15 15 15 15 15 15 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations
Correlations
P31 P32 P33 P34 P35 P36 jumlah
Pearson Correlation 1 .419 .298 .491 .331 .374 .693**
P31 Sig. (2-tailed) .120 .281 .063 .229 .170 .004
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .419 1 .367 .334 .730** .701** .670**
P32 Sig. (2-tailed) .120 .179 .223 .002 .004 .006
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .298 .367 1 .290 .353 .327 .641*
P33 Sig. (2-tailed) .281 .179 .295 .196 .234 .010
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .491 .334 .290 1 .582* .651** .659**
P34 Sig. (2-tailed) .063 .223 .295 .023 .009 .008
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .331 .730** .353 .582* 1 .610* .800**
P35 Sig. (2-tailed) .229 .002 .196 .023 .016 .000
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .374 .701** .327 .651** .610* 1 .653**
P36 Sig. (2-tailed) .170 .004 .234 .009 .016 .008
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .693** .670** .641* .659** .800** .653** 1
Jumlah Sig. (2-tailed) .004 .006 .010 .008 .000 .008
N 15 15 15 15 15 15 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

68
69

Correlations
Correlations
P37 P38 P39 P40 P41 P42 jumlah
Pearson Correlation 1 .122 .489 .458 .474 .658** .683**
P37 Sig. (2-tailed) .664 .065 .086 .074 .008 .005
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .122 1 .700** .577* .139 .293 .404
P38 Sig. (2-tailed) .664 .004 .024 .622 .290 .135
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .489 .700** 1 .577* .347 .644** .659**
P39 Sig. (2-tailed) .065 .004 .024 .206 .010 .008
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .458 .577* .577* 1 .681** .473 .711**
P40 Sig. (2-tailed) .086 .024 .024 .005 .075 .003
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .474 .139 .347 .681** 1 .308 .693**
P41 Sig. (2-tailed) .074 .622 .206 .005 .263 .004
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .658** .293 .644** .473 .308 1 .625*
P42 Sig. (2-tailed) .008 .290 .010 .075 .263 .013
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .683** .404 .659** .711** .693** .625* 1
Jumlah Sig. (2-tailed) .005 .135 .008 .003 .004 .013
N 15 15 15 15 15 15 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations
Correlations
P43 P44 P45 P46 P47 P48 jumlah
Pearson Correlation 1 .476 .508 .669** .539* .065 .727**
P43 Sig. (2-tailed) .073 .053 .006 .038 .817 .002
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .476 1 .479 .401 .270 .682** .594*
P44 Sig. (2-tailed) .073 .071 .138 .331 .005 .019
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .508 .479 1 .384 .185 -.044 .651**
P45 Sig. (2-tailed) .053 .071 .157 .509 .877 .009
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .669** .401 .384 1 .340 .026 .721**
P46 Sig. (2-tailed) .006 .138 .157 .214 .926 .002
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .539* .270 .185 .340 1 .121 .590*
P47 Sig. (2-tailed) .038 .331 .509 .214 .667 .021
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .065 .682** -.044 .026 .121 1 .232
P48 Sig. (2-tailed) .817 .005 .877 .926 .667 .406
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .727** .594* .651** .721** .590* .232 1
Jumlah Sig. (2-tailed) .002 .019 .009 .002 .021 .406
N 15 15 15 15 15 15 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

69
70

Correlations
Correlations
P49 P50 P51 P52 P53 P54 jumlah
Pearson Correlation 1 .452 .096 .368 .258 .393 .549*
P49 Sig. (2-tailed) .091 .734 .177 .352 .148 .034
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .452 1 .243 .106 .572* .221 .628*
P50 Sig. (2-tailed) .091 .382 .708 .026 .428 .012
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .096 .243 1 .226 .139 -.131 .091
P51 Sig. (2-tailed) .734 .382 .418 .621 .642 .748
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .368 .106 .226 1 .190 .227 .616*
P52 Sig. (2-tailed) .177 .708 .418 .498 .416 .014
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .258 .572* .139 .190 1 .506 .732**
P53 Sig. (2-tailed) .352 .026 .621 .498 .054 .002
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .393 .221 -.131 .227 .506 1 .584*
P54 Sig. (2-tailed) .148 .428 .642 .416 .054 .022
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .549* .628* .091 .616* .732** .584* 1
Jumlah Sig. (2-tailed) .034 .012 .748 .014 .002 .022
N 15 15 15 15 15 15 15
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Correlations
P55 P56 P57 P58 P59 P60 jumlah
Pearson Correlation 1 .715** .059 .484 .600* .211 .656**
P55 Sig. (2-tailed) .003 .836 .067 .018 .450 .008
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .715** 1 .298 .554* .671** .282 .626*
P56 Sig. (2-tailed) .003 .281 .032 .006 .308 .013
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .059 .298 1 .302 .207 .066 .262
P57 Sig. (2-tailed) .836 .281 .273 .460 .815 .346
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .484 .554* .302 1 .801** .164 .593*
P58 Sig. (2-tailed) .067 .032 .273 .000 .560 .020
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .600* .671** .207 .801** 1 .175 .637*
P59 Sig. (2-tailed) .018 .006 .460 .000 .533 .011
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .211 .282 .066 .164 .175 1 .674**
P60 Sig. (2-tailed) .450 .308 .815 .560 .533 .006
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .656** .626* .262 .593* .637* .674** 1
Jumlah Sig. (2-tailed) .008 .013 .346 .020 .011 .006
N 15 15 15 15 15 15 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

70
71

Correlations

Correlations
P61 P62 P63 P64 P65 P66 jumlah
Pearson Correlation 1 .396 .378 .417 .414 .584* .597*
P61 Sig. (2-tailed) .144 .165 .122 .125 .022 .019
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .396 1 .114 .163 .029 .574* .604*
P62 Sig. (2-tailed) .144 .686 .563 .919 .025 .017
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .378 .114 1 .638* .133 .377 .571*
P63 Sig. (2-tailed) .165 .686 .010 .636 .166 .026
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .417 .163 .638* 1 -.113 .273 .744**
P64 Sig. (2-tailed) .122 .563 .010 .690 .324 .001
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .414 .029 .133 -.113 1 .173 .070
P65 Sig. (2-tailed) .125 .919 .636 .690 .537 .805
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .584* .574* .377 .273 .173 1 .575*
P66 Sig. (2-tailed) .022 .025 .166 .324 .537 .025
N 15 15 15 15 15 15 15
Pearson Correlation .597* .604* .571* .744** .070 .575* 1
Jumlah Sig. (2-tailed) .019 .017 .026 .001 .805 .025
N 15 15 15 15 15 15 15
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

71
72

Lampiran 2. Uji Reliabiility

** Halaman : 1
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary

N %

Valid 15 100.0

Cases Excludeda 0 .0

Total 15 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.974 56

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted

P1 157.6667 789.381 .590 .974

P2 157.8667 779.410 .709 .974

P3 157.2000 783.886 .803 .974

P4 157.2000 772.886 .681 .974

P5 158.1333 771.267 .697 .974

P7 157.3333 786.238 .574 .974

P9 157.4000 784.257 .674 .974

P10 157.7333 772.638 .574 .974

P11 157.5333 779.981 .695 .974

P12 157.6000 788.971 .639 .974

( Bersambung ) ** Halaman : 2

72
73

( Sambungan )
P13 157.0000 786.000 .649 .974

P14 157.2667 782.638 .736 .974

P15 157.6000 779.686 .549 .974

P17 157.7333 784.781 .594 .974

P18 158.2000 767.743 .635 .974

P19 157.5333 783.838 .601 .974

P20 157.6000 780.829 .578 .974

P21 157.5333 779.695 .702 .974

P22 158.0000 775.857 .712 .974

P24 157.8000 775.886 .645 .974

P25 157.6000 783.400 .586 .974

P26 157.4000 781.971 .513 .974

P27 157.2667 773.352 .762 .973

P29 157.6000 776.971 .601 .974

P30 158.2000 771.457 .709 .974

P31 157.1333 783.267 .651 .974

P32 156.9333 790.067 .657 .974

P33 157.6667 783.952 .633 .974

P34 158.0000 775.857 .645 .974

P35 157.1333 781.981 .815 .974

P36 157.0667 783.210 .634 .974

P37 157.3333 779.238 .662 .974

P39 157.0667 791.210 .654 .974

P40 157.0000 788.571 .722 .974

P41 157.1333 781.124 .706 .974

P42 157.5333 779.981 .617 .974

P43 157.4667 783.981 .754 .974

P44 157.8000 779.457 .573 .974

P45 157.6667 778.095 .619 .974

P46 157.2667 779.067 .718 .974

P47 157.5333 786.981 .613 .974

( Bersambung ) ** Halaman 3

73
74

( Sambungan )

P49 157.8667 785.695 .492 .974

P50 157.8000 775.886 .593 .974

P52 157.6667 776.095 .605 .974

P53 157.6000 775.114 .699 .974

P54 157.4000 787.686 .579 .974

P55 157.8000 779.314 .636 .974

P56 157.7333 784.352 .605 .974

P58 157.4000 790.829 .608 .974

P59 157.2667 778.924 .640 .974

P60 157.7333 778.638 .660 .974

P61 157.8000 781.886 .579 .974

P62 157.8667 778.124 .596 .974

P63 157.1333 790.267 .563 .974

P64 157.3333 780.238 .729 .974

P66 157.8667 780.410 .550 .974

74
75

Lampiran 3. Tabel Data


Statistik Deskripti
Frequencies
Statistics

Pretest Posttest
N Valid 15 15
Missing 0 0
Mean 142.8000 172.8667
Median 150.0000 176.0000
Mode 150.00 183.00
Std. Deviation 18.22949 10.44623
Variance 332.314 109.124
Range 60.00 36.00
Minimum 103.00 150.00
Maximum 163.00 186.00
Sum 2142.00 2593.00

Frequency Table
Pretest

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 103 1 6.7 6.7 6.7
112 1 6.7 6.7 13.3
126 1 6.7 6.7 20.0
130 1 6.7 6.7 26.7
136 1 6.7 6.7 33.3
140 1 6.7 6.7 40.0
145 1 6.7 6.7 46.7
150 2 13.3 13.3 60.0
154 1 6.7 6.7 66.7
155 1 6.7 6.7 73.3
157 1 6.7 6.7 80.0
160 1 6.7 6.7 86.7
161 1 6.7 6.7 93.3
163 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

75
76

Posttest

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 150 1 6.7 6.7 6.7
158 1 6.7 6.7 13.3
160 1 6.7 6.7 20.0
166 1 6.7 6.7 26.7
170 1 6.7 6.7 33.3
171 1 6.7 6.7 40.0
173 1 6.7 6.7 46.7
176 1 6.7 6.7 53.3
177 1 6.7 6.7 60.0
179 1 6.7 6.7 66.7
180 1 6.7 6.7 73.3
181 1 6.7 6.7 80.0
183 2 13.3 13.3 93.3
186 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

76
77

Histogram

77
78

Lampiran 4. Uji Normalitas

Uji Normalitas
Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


N Percent N Percent N Percent
Pretest 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Posttest 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

78
79

Descriptives
Statistic Std. Error
Pretest Mean 142.8000 4.70683
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 132.7048
Upper Bound 152.8952
5% Trimmed Mean 143.8889
Median 150.0000
Variance 332.314
Std. Deviation 18.22949
Minimum 103.00
Maximum 163.00
Range 60.00
Interquartile Range 27.00
Skewness -.996 .580
Kurtosis .177 1.121
Posttest Mean 172.8667 2.69721
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 167.0817
Upper Bound 178.6516
5% Trimmed Mean 173.4074
Median 176.0000
Variance 109.124
Std. Deviation 10.44623
Minimum 150.00
Maximum 186.00
Range 36.00
Interquartile Range 15.00
Skewness -.878 .580
Kurtosis .029 1.121

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.


pretest .187 15 .167 .899 15 .092
posttest .151 15 .200* .925 15 .229
a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

79
80

Lampiran 5. Uji-t Test


Uji Hipotesis
T-Test
Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 posttest 172.8667 15 10.44623 2.69721

Pretest 142.8000 15 18.22949 4.70683

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 posttest & pretest 15 -.070 .803

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)

Pair 1 posttest –
30.06667 21.63815 5.58695 18.08386 42.04947 5.382 14 .000
pretest

80
81

Lampiran 6. Foto Dokumentasi

Foto pada saat memberikan materi di dalam kelas VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2022/2023

Foto pada saat Pretest didalam ruang kelas VIII SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2022/2023

81
82

Foto pada saat Posttest di SMP Bopkri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023

82
83

83
84

84
85

Foto pada saat pelaksanaan permainan simulasi

85
86

Foto pada saat pemberian materi

86
1

Anda mungkin juga menyukai