SKRIPSI
Oleh :
NIM. 203190002
SKRIPSI
Diajukan
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Oleh :
AFIT DWI YUDIANTO
NIM. 203190002
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
PENGESAHAN
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala puji syukur bagi Allah SWT, serta atas doa dan dukungan
dari orang-orang terdekat akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik. Atas
dasar hal tersebut, dengan bahagia saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta saya (Bapak Boiman dan Alm. Ibu Sulasmi) yang
skripsi ini.
motivasinya.
5. Teruntuk diri sendiri yang telah tetap mampu untuk berdiri dalam segala
v
MOTO
vi
ABSTRAK
Yudianto, Afit Dwi. 2023. Efektifitas Strategi Time Token Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Penjumlahan Dan Pengurangan Kelas II di Mi
Ma‟arif Cekok Ponorogo. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Ponorogo. Pembimbing Dr. Retno Widyaningrum, M.Pd
Kata kunci: Strategi Time Token, Kemampuan Berhitung Penjumlahan Dan
Pengurangan, Peserta didik
Penelitian ini dilakukan karena terdapat beberapa peserta didik yang
kesulitan dalam berhitung berupa pemjumlahan dan pengurangan secara efektif.
Hal ini menyebabkan peserta didik memperoleh hasil belajar yang kurang
memuaskan. Kurangnya kemampuan berhitung peserta didik dikarenakan
pembelajaran yang kurang interaktif dan kurang menyenangkan sehingga peserta
didik cenderung pasif. Solusi yang ditawarkan yaitu memberikan metode strategi
time token dalam proses pembelajaran matematika. Teknik belajar Time Token ini
memastikan bahwa siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta dalam
kegiatan belajar. Selain itu penerapan strategi time token mengajak peserta didik
supaya aktif sehingga proses pembelajaran lebih bermakna.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan strategi time
token pada kelas II di MI Ma‟arif Cekok Babadan, mengetahui kemampuan
berhitung sebelum dan sesudah diberikan strategi time token peserta didik kelas II
MI Ma‟arif Cekok Babadan, dan mengetahui efektifitas strategi time token
terhadap kemampuan berhitung penjumlahan dan pengurangan pada peserta didik
kelas II MI Ma‟arif Cekok Babadan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
eksperimen. Desain penelitian dalam penelitian ini yaitu experimental group
design. Sedangkan teknik sampling yang digunakan peneliti adalah simple
random sampling. Sampel pada penelitian ini terdapat 2 kelas yaitu kelas II A
sebagai kelas eksperimen dan kelas II B sebagai kelas kontrol. Teknik
pengumpulan data menggunakan tes uraian dengan jumlah 10 butri soal. Analisis
data yang dilakukan yaitu analisis statistik deskriptif da statistik inferensial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keterlaksanaan sintaks pembelajaran
strategi time token kelas II MI Ma‟arif Cekok Babadan berada pada kriteria sangat
baik yang dibuktikan dengan persentase 92% oleh observer I dan 96% oleh
observer II. Kemampuan berhitung peserta didik sebelum diberikan strategi time
token memperoleh skor paling rendah 40 dan paling tinggi 80, sedangkan setelah
diberikan perlakuan berupa strategi time token memperoleh skor paling rendah 60
dan paling tinggi 100. Artinya terdapat perbedaan yang scukup signifikan sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan. Hasil uji statistik inferensial strategi time token
cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan dan
pengurangan pserta didik kelas II MI Ma‟arif Cekok Babadan Ponorogo.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis haturkan
shalawat serta salam pada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa zaman
islamiyah serta kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti. Penulis menyusun
skripsi ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi sarjana
kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa doa maupun
1. Dr. Hj. Evi Muafiah, M. Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo
2. Dr. H. Moh. Munir, Lc., M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
6. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu,
Pada skripsi ini penulis telah berusaha memberikan yang terbaik, namun
masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
viii
membangun sangat dibutuhkan untuk menjadikan skripsi ini lebih baik dan
ix
DAFTAR ISI
x
D. Variabel Penelitian .................................................................................. 28
E. Teknik dan Insutrumen Pengumpulan data............................................. 29
1. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................29
2. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................31
F. Validitas dan Reabilitas .......................................................................... 34
1. Uji Validitas ........................................................................................35
2. Uji Reliabilitas.....................................................................................37
G. Teknik Analisis Data............................................................................... 39
1. Analisis Data Pra Penelitian ................................................................39
2. Analisis Data Hasil Penelitian .............................................................40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 43
A. Statistik Deskripsi ................................................................................... 43
1. Keterlaksanaan Sintaks Strategi Time Token Di MI Ma‟arif
Cekok Babadan ...................................................................................43
2. Kemampuan Berhitung Peserta Didik Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ..........................................................................................46
B. Inferensial Statistik ................................................................................. 47
1. Perbedaan Kemampuan Berhitung Kelas Eksperimen Sebelum
dan Sesudah Diberikan Treatment ......................................................47
2. Efektivitas Penerapan Teknik Time Token Terhadap
Kemampuan Berhitung .......................................................................56
C. Pembahasan............................................................................................. 59
1. Keterlaksanaan strategi berhiung menggunakan teknik time
token pada siswa kelas II di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo .................59
2. Kemampuan berhitung penjumlahan dan pengurangan dengan
menggunakan strategi time token pada kelas II di MI Ma‟arif
Cekok Ponorogo ..................................................................................62
3. Efektivitas dalam meningkatkan kemampuan berhitung
menggunakan Strategi Time Token ....................................................63
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 66
A. Kesimpulan ............................................................................................. 66
B. Saran ....................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Hal ini merupakan penegasan betapa pentingnya pendidikan untuk
mengubah pola tradisional menjadi pola moderen yang lebih mampu
mensejahterakan masyarakat luas. Kondisi tersebut sekaligus
mengisyaratkan perlu adanya peningkatan kualitas pembelajaran pada
setiap jenis dan jenjang pendidikan.1
Dalam kajian yuridis formal, makna pendidikan,seperti tersurat
dalam UU tentang sistem pendidikan nasional BAB I ketentuan umum
pasal 1 ayat 1, diugkapkan sebagai berikut. Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keyakinan yang
membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Oleh sebab itu,
apabila pendidikan ingin dilaksanakan secara terencana dan teratur, maka
berbagai faktor yang terlibat dalam pendidikan harus dipahami terlebih
dahulu. Berbagai komponen dalam sistem pendidikan, baik secara mikro
perlu dikenali secara mendalam. Adanya pendidikan nilai semenjak usia
dini, diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-
akhir ini sering menjadi keprihatinan bersama.2
1
E. Samaha et al., “Implementasi Kesetaraan Gender Dalam Bidang Pendidikan,”
Annales d’Urologie 38, no. 1 (2004): 35–44.
2
Sutrisno, „Berbagai Pendekatan dalam Pendidikan Nilai dan Pendidikan
Kewarganegaraan‟, Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, 5 (2016), 16.
1
Pendidikan berperan penting di era globalisasi yang penuh tantangan
dan kompetisi, sehingga dapat menggali potensi-potensi yang dimiliki oleh
peserta didik untuk berkembang menjadi lebih baik. Pendidikan erat
kaitannya dengan proses pembelajaran di sekolah, suatu proses
pembelajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila siswa dapat mencapai
kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha meningkatkan ilmu
pengetahuan baik secara formal maupun informal. Pemerintah terus
mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia, diantaranya adalah melakukan pengembangan dalam
pembelajaran tidak terkecuali untuk pelajaran matematika, namun
sayangnya masih terlihat masalah klasik yang muncul dalam pembelajaran
matematika di Indonesia yaitu masih ada guru yang melakukan proses
pembelajaran matematika di sekolah dengan pendekatan konvensional,
yakni guru secara aktif mengajarkan matematika, kemudian memberi
contoh dan latihan. Siswa mendengarkan, mencatat serta mengerjakan
latihan yang diberikan guru, sehingga pembelajaran menjadi kurang
bermakna dan membuat siswa kurang aktif.3
Matematika merupakan ilmu universal yang memiliki peran penting
dalam berbagai disiplin ilmu. Matematika juga merupakan ilmu yang wajib
dipelajari di Indonesia, mulai dari tingkat SD, SMP/MTs, dan SMA/SMK,
seiring dengan perkembangan zaman, upaya peningkatan mutu harus
ditingkatkan secara menyeluruh, mencakup perkembangan dimensi
kehidupan pada masyarakat. Matematika sebagai ilmu dasar berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dengan
menggunakan pikiran untuk menyelesaikan masalah sehari-hari, dalam
pemecahan masalah siswa didorong dan diberi kesempatan untuk
berinisiatif dan berpikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah
dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya, untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah,
merencanakan penyelesaian, melaksanakan perencanaan dan memeriksa
3
Matematis Siswa And D I Smp, „Efektivitas Model Pembelajaran Time Token
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah‟, 3.2 (2003), 43–49.
2
kembali prosedur hasil penyelesaian, dengan kata lain kemampuan
pemecahan masalah merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki
siswa khususnya dalam pelajaran matematika4.
Dalam proses pembelajaran tentunya seorang guru juga memiliki
peran yang sangat penting dalam membimbing siswa dan memberikan
motivasi kepada siswa. Dengan kegiatan, aktivitas serta perilaku yang baik
akan menjadikan siswa lebih memahami hal-hal yang baik yang bisa
dijadikan toleransi kepada siswa.5
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, baik sebagai pengembangan matematika itu sendiri. Penguasaan
materi matematika oleh peserta didik menjadi suatu keharusan yang tidak
bisa ditawar lagi dalam penataan nalar dan pengambilan keputusan dalam
era persaingan yang semakin kompetitif pada saat ini. Matematika
bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi ilmu
yang bermanfaat untuk sebagian amat besar untuk ilmu-ilmu lain. Dengan
makna lain bahwa matematika mempunyai peranan yang sangat esensial
untuk ilmu lain, yang utama adalah sains dan teknologi.
Matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir
(bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi
matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan
dengan idea, proses, dan penularan.
Matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan
(pattern) dan tingkatan (order). Sekali lagi hal ini menunjukkan bahwa
guru matematika harus memfasilitasi siswanya untuk belajar berpikir
melalui keteraturan (pattern) yang ada.6
4
Elin Sapto Rini; Kurnia Hidayati, “Komparasi Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Antara Yang Menggunakan Dan Tidak Menggunakan Pembelajaran RME,” AL-
THIFL : Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 1, no. 1 (2021): 25–32,
https://doi.org/10.21154/thifl.v1i1.47.
5
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995.
6
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1993.
3
Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam
kehidupan kita. Banyak hal disekitar kita yang berhubungan dengan
matematika, seperti menukar uang, menelpon, mengukur jarak dan waktu
dan masih banyak lagi kegiatan sehari lainnya yang membutuhkan
matematika. Selain itu, ilmu matematika juga sangat berperan penting bagi
pendidik terutama pada siswa kelas II seperti berhitung (penjumlahan dan
pengurangan), perkalian, serta pembagian. Ini menunjukkan bahwa
matematika merupakan ilmu penunjang bagi ilmu lainnya, sehingga
matematika menjadi sangat berperan dalam kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Matematika juga disiplin ilmu yang merupakan bagian dari proses
pendidikan ilmu yang merupakan bagian dari proses pendidikan di sekolah
dan mempunyai peranan penting dalam segala jenis dimensi dengan
fungsinya untuk mengembangkan kemampuan berhitung dan menghitung
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut,
maka kita dapat melihat dengan jelas bahwa matematika memang sangat
dibutuhkan sebagai penunjang dalam kehidupan saat ini.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mengajarkan
materi bilangan yaitu model pembelajaran Time Token. Menurut Arends
dalam Shoimin (2014) time token adalah struktur yang dapat digunakan
untuk mengajarkan keterampilan sosial dan berpartisipasi agar
menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama
sekali.
Time Token yaitu struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan
keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan
atau siswa diam sama sekali.7
Keunggulan pembelajaran kooperatif teknik Time Token adalah
membantu membagikan peran serta secara lebih merata kepada siswa.
Biasanya dalam kelompok belajar sering ada anggota yang terlalu
mendominasi percakapan dan ada sejumlah kecil yang malu dan tidak
pernah berbicara sama sekali. Dalam situasi seperti ini, pemerataan
7
Ibid., hal 140
4
tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anak yang
pasif akan terlalu menggantungkan diri kepada temannya yang aktif.
Model Time Token ini menekankan siswa untuk melatih dan
mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi
pembicaraan atau diam sama sekali disaat proses pembelajaran
berlangsung. Sehingga model ini diharapkan akan membangkitkan dan
meningkatkan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam mengikuti
pebelajaran sehingga sendirinya dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa.
Langkah-langkah model pembelajaran Time Token adalah sebagai
berikut: Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru
mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal seperti konsep
yang akan diterapkan, guru memberi tugas kepada siswa, guru memberi
sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada setiap
siswa, guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum
berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon.
Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya, bagi siswa
yang telah kehabisan kupon tidak boleh bicara lagi, siswa yang masih
memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis, demikian
seterusnya hingga semua anak berbicara, guru memberi sejumlah nilai
sesuai waktu yang digunakan tiap siswa, setelah selesai semua guru
membuat kesimpulan bersama-sama siswa dan setelah itu menutup
pembelajaran.8
Dalam observasi saya di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo pada saat
magang 1 dan magang 2 banyak hal yang ingin saya teliti terutama pada
masalah berhitung dalam pelajaran matematika. Pada siswa kelas II di MI
Ma‟arif Cekok dalam berhitung sedikit melambat atau kurang cepat.
Sebenarnya dalam berhitung (penjumlahan dan pengurangan) sudah tepat
hanya saja kurang cepat dalam menjawab. Di sini harus ditingkatkan
kemampuan berhitung anak melalui Teknik Time Token. Teknik Time
8
Apriyani Br Sembiring, Darinda Sofia Tanjung, and Patri Janson Silaban, “Pengaruh
Model Pembelajaran Time Token Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Pada
Pembelajaran Tematik” 5, no. 5 (2021): 4076–84.
5
Token disini yang dimaksud adalah dalam menjawab itu ada batasan waktu
atau tanda waktunya sehingga siswa lebih bisa berfikir lebih lagi dan bisa
mengasah otak dengan cepat. Setiap guru matematika selalu berusaha
untuk memaksimalkan siswa agar dapat belajar matematika secara efektif
dan efesien, sehingga dapat mewujudkan dan mengembangkan potensi
yang dimiliki oleh siswa.9
Adapun solusi yang ditawarkan peneliti untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang membuat
pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah meningkat, dengan
menggunakan model pembelajaran, siswa dituntut agar aktif dan ikut serta
dalam mencari sesuatu hal yang baru sehingga siswa tidak merasa bosan
dalam proses pembelajaran, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa, peneliti menawarkan solusi dengan
10
menggunakan model pembelajaran Time Token .
Penggunaan model pembelajaran yang sesuai sangat menentukan
keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk
melakukan suatu penelitian dengan judul “Efektifitas Strategi Time Token
untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Penjumlahan dan
Pengurangan kelas II di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo”. Berdasarkan
permasalahan yang ditetapkan peneliti, maka penelitian ini mempunyai
tujuan sebagai berikut: (1) Mengetahui keterlaksanaan strategi berhitung
menggunakan teknik time token pada siswa kelas II di MI Ma‟arif Cekok
Ponorogo (2) Mengetahui kemampuan berhitung penjumlahan dan
pengurangan dengan menggunakan strategi time token pada siswa kelas II
di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo (3) Mengetahui keefektifitasan strategi
time token untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan dan
pengurangan pada kelas II di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo
9
Wawancara offline dengan Bu Anis Damayanti pada 22 November 2022
10
Naniek Kusumawati, “Pengaruh Model Pembelajaran Scramble Dengan Media
Question Card Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Kertosari II Kabupaten Madiun,”
Ibriez : Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains 4, no. 1 (2019): 87–100,
https://doi.org/10.21154/ibriez.v4i1.66.
6
B. Fokus Penelitian
Karena beberapa keterbatasan yang dimiliki maka peneliti
memfokuskan penelitiannya pada “Efektifitas Strategi Time Token untuk
Meningkatkan Kemampuan Berhitung Penjumlahan dan Pengurangan kelas
II di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas,
maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut
1. Bagaiamana keterlaksanaan strategi berhitung menggunakan teknik
Time Token pada siswa kelas II di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo?
2. Bagaimana kemampuan berhitung penjumlahan dan pengurangan
dengan menggunakan Strategi Time Token pada siswa kelas II di MI
Ma‟arif Cekok Ponorogo?
3. Apakah Strategi Time Token Efektif dalam meningkatkan kemampuan
berhitung penjumlahan dan pengurangan pada kelas II di MI Ma‟arif
Cekok Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian
ini sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan keterlaksanaan strategi berhitung menggunakan
teknik time token pada siswa kelas II di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo
2. Untuk mendeskripsikan kemampuan berhitung penjumlahan dan
pengurangan dengan menggunakan strategi time token pada siswa kelas
II di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo
3. Untuk mendeskripsikan keefektifitas strategi time token untuk
meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan dan pengurangan
pada kelas II di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat secara teoritis
7
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan keefektifitasan strategi
time token untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan
dan pengurangan pada kelas II
b. Menambah wacana mengenai keefektifitasan strategi time token
untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan dan
pengurangan pada kelas II
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kajian dan
penunjang pengembangan pengetahuan penelitian yang berkaitan
dengan topik tersebut
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat untuk membantu dalam
mengefektifitasan strategi time token untuk meningkatkan
kemampuan berhitung penjumlahan dan pengurangan pada kelas II
c. Bagi lembaga
Hasil penelitian ini diharapakan dapat membantu mewujudkan
pendidikan yang lebih baik dan berkualitas serta menemukan
kemasan pendidikan yang lebih baik.
d. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
memahami terkait keefektifitasan strategi time token untuk
meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan dan
pengurangan pada kelas II
F. Sistematika Pembahasan
BAB I. Judul Penelitian
Judul ini berisi tentang “Efektifitas Strategi Time Token untuk
Meningkatkan Kemampuan Berhitung Penjumlahan dan
Pengurangan kelas II di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo”
8
Bab ini berisi tentang Latar Belakang masalah yang memiliki
sebuah permasalahan yaitu efektifitasnya strategi time token untuk
meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan dan
pengurangan kelas II.
9
d. Teknis analisis Data. Dengan menggunakan data kuantitatif,
dengan analisis data dan Prapeneliti, analisis data hasil
penelitian asli.
G. Jadwal Penelitian
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Observasi Lapangan
4 Pelaksanaan
Analisis dan
5 Pengolahan Data
6 Penyusunan Proposal
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
11
Ari Irawan and Gita Kencanawaty, “Peranan Kemampuan Verbal Dan Kemampuan
Numerik Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematika,” AKSIOMA Journal of Mathematics
Education 5, no. 2 (2017): 110, https://doi.org/10.24127/ajpm.v5i2.669.
11
seperti dikatakan Soedjaji yaitu: memiliki objek yang abstrak, bertumpu
pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol-simbol yang
kosong arti, memperhatikan semesta pembicaraan, konsisten dalam
sistemnya12.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, baik sebagai pengembangan matematika itu sendiri.
Penguasaan materi matematika oleh peserta didik menjadi suatu
keharusan yang tidak bisa ditawar lagi dalam penataan nalar dan
pengambilan keputusan dalam era persaingan yang semakin kompetitif
pada saat ini. Matematika bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan
dirinya sendiri, tetapi ilmu yang bermanfaat untuk sebagian amat besar
untuk ilmu-ilmu lain. Dengan makna lain bahwa matematika mempunyai
peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, yang utama adalah sains
dan teknologi.13
Peran penting matematika diakui Cockroft yaitu : “ It would be
very difficult- perhaps impossible- to live a normal life in very many
parts of the world in the twentieth century without making use of
mathematics of some kind.” Dengan kata lain akan sangat sulit atau
tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup dibagian bumi pada abad
ke-20 ini tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika harus dilakukan
dengan membangun sistem pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif
yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.14
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memiliki
peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Matematika
memberikan kontribusi yang angat besar, mulai dari yang sederhana
sampai yang kompleks, mulai dari yang abstrak sampai yang konkrit
12
Bela Zaiyuri Rani Haryuti and Sofwan Hadi, “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning Terhadap Minat Dan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Pada Materi Bnagun Datar Kelas IV SDN Ngrukem,” AL-THIFL : Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 2, no. 2 (2023): 152–62,
https://doi.org/10.21154/thifl.v2i2.1240.
13
Ibid., 115
14
Muhammad Daud Siagian, Kemampuan Koneksi Matematika dalam Pembelajaran
Matematika, 2016, hal 1.
12
untuk pemecahan masalah dalam segala bidang. Matematika salah satu
mata pelajaran yang telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar
(SD) sampai ke jenjang yang lebih tinggi (Perguruan Tinggi).
Matematika sendiri pada dasarnya memiliki objek dasar yang
abstrak. Menurut soejadi dalam Muhsetyo bahwa : keabstrakan
matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi
dan prinsip. Matematika merupakan disiplin ilmu yang bersifat khas
dibandingkan dengan konsep-konsep abstrak yang tersusun secara
hirarkis dan penalarannya bersifat deduktif. Hal yang demikian tentu
akan membawa akibat pada terjadinya proses pembelajara matematika.
Menurut Dienes dikatakan bahwa setiap konsep atau prinsip matematika
dapat dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan
kepada peserta didik dalam bentuk-bentuk kongkret. Dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa betapa pentingnya memanipulasi obyek-obyek
dalam bentuk permainan yang dilaksanakan dalam pembelajaran. 15
Pembelajaran matematika adalahs proses pemberian pengalaman
belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana
sehongga peserta didik memperoleh pengetahuan tentang matematika
yang dipelajari, cerdas, terampil, mampu memahami dengan baik bahan
yang diajarkan. Ddalam pembelajaran matematika, keberhasilan suatu
pengajaran dipengaruhi oleah faktor yang terangkumdalam sistem
pengajaran. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu
pengajaran yaitu penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan siswa, sehingga tercapai tujuan
pengajaran secara optimal.
Keberhasilan pembelajaran ditunjukkan oleh dikuasainya materi
pembelajaran oleh siswa. Salah satu faktor keberhasilan dalam
pembelajaran adalah kemampuan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran yang berhasil dan kondusif
15
Nevi Septianti and Rara Afiani, “Pentingnya Memahami Karakteristik Siswa Sekolah
Dasar Di SDN Cikokol 2,” As-Sabiqun 2, no. 1 (2020): 7–17,
https://doi.org/10.36088/assabiqun.v2i1.611.
13
biasanya diukur dengan tingkat pemahaman materi pembelajaran melalui
nilai tes dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran.
Dengan menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami
konsep yang dipelajari, karena pembelajarannya melibatkan aktivitas
fisik dan mental dalam kegiatan melihat, meraba, dan memanipulasi alat
peraga yang sejalan dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang
memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik untuk mengeksplorasi
situasi di sekitar mereka dengan perasaan senang dan gembira.16
Untuk siswa pada jenjang tingkat dasar yaitu yang berumur antara
tujuh sampai dengan 12 tahun pada dasarnya perkembangan
intelektualnya termasuk dalam tahap operasional kongkret, sebab
berpikir logikanya didasarkan atas manipulasi fisik dari obyek-obyek.
Dengan kata lain, penggunaan media dalam pembelajaran matematika di
SD sangat diperlukan, karena sesuai dengan tahap berpikir anak. Dengan
menggunakan media/ alat peraga yang tepat, maka anak akan lebih
menghayati matematika secara nyata berdasarkan fakta yang jelas dan
dapat dilihatnya. Sehingga siswa lebih mudah memahami di SD tidak
terlepas dari hakikat matematika dan hakikat peserta didik tersebut.17
16
Endang Putri Susanti, Yantoro Yantoro, and Agung Rimba Kurniawan, “Strategi Guru
Dalam Pembelajaran Berhitung Pembagian Di Sekolah Dasar,” Al-Adzka: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 10, no. 1 (2020): 53,
https://doi.org/10.18592/aladzkapgmi.v10i1.3691.
17
Almira amir, Pembelajaran Matematika SD dengan Menggunakan Media Manipulatif, 2014,
hal 2-3.
18
Andri Setiawan, Pengaruh Strategi Berhitung (Different Strategies) Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Pada Materi Operasi Bilangan Bulat, 2010.
14
yang lain.
b. Pengertian Pengurangan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengurangan adalah
proses, cara, perbuatan mengurangi atau mengurangkan. Sedangkan
menurut kamus besar Poerwadarminta menyatakan bahwa
pengurangan adalah perbuatan mengurangkan atau mengurangi. 19 Dari
berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengurangan
merupakan suatu proses mengurangi atau mengurangkan.
Dalam melakukan pembelajaran pengurangan di sekolah dasar
terutama di kelas rendah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Penanaman konsep pengurangan untuk menanamkan konsep
pengurangan guru hendaknya memulai dengan pengajaran
penjumlahan dengan salah satu bilangannya belum diketahui.
2) Pengenalan fakta dasar, beberapa fakta dasar dalam pengurangan
perlu dikenalkan kepada siswa.
3) Penguasaan fakta dasar pengurangan dengan memberikan Latihan
yang cukup banyak tentang pengurangan.20
19
Desi Anwar. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2002), h.23
20
LRP Wadani, “No Titleئئئئئ,” بيمبریهبی داخلی, 2010, 21–26.
21
Rita Safitri, “Peran, Fungsi, Tujuan dan Manfaat Pembelajran Matematika”
https//rita16site.wordpress.com, diakses tanggal 5 Maret 2023
15
memahami atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui
persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam modelmodel
matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal uraian
matematika lainnya. Bila seseorang peserta didik dapat melakukan
perhitungan, tetapi tidak tahu alasannya, maka tentunya ada yang
salah dalam pembelajarannya atau ada sesuatu yang belum
dipahami. Dalam pembelajaran matematika, para peserta didik
dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman
tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari
sekumpulan objek (abstraksi).
c. Matematika sebagai ilmu atau pengetahuan dimana guru harus
mampu menunjukkan bahwa matematika selalu mencari
kebenaran dan bersedia meralat kebenaran yang telah diterima,
bila ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan
penemuan-penemuan sepanjang mengikuti pola pikir yang sah.
Berdasarkan fungsi dari pembelajaran matematika, dapat ditarik
sebuah kesimpulan dimana fungsi dari matematika tidak lain yaitu
untuk sebagai sebuah alat untuk mencari sebuah kebenaran secara
ilmiah dan dapat diterima oleh akal sehat. Selain itu sebagai pola fikir
untuk mengetahui gambar-gambar dan didagram yang saling
berhubungan antara yang satu dengan yang lain, selain itu juga
matematika untuk mencari sebuah pemahaman yang kongkrit serta
disertai dengan sebuah argumen dan data-data yang akurat.
4. Manfaat Berhitung Matematika
Berhitung matematika mempunyai banyak manfaat diantaranya:22
c. Anak lebih memahami alam semesta dan hukum-hukum yang
berlaku didalamnya
d. Anak dapat melakukan perencanaan dan evaluasi dengan baik
e. Anak dapat membuat rancangan dan konstruksi dengan benar
f. Anak dapat berlaku adil
g. Anak dapat menghitung operasi bilangan
22
Wadani, “No Titleئئئئئ.”
16
h. Anak dapat mengetahui angka-angka
artinya tanda. Time Token merupakan model belajar dengan ciri adanya
tanda waktu atau batasan waktu. Time Token yaitu struktur yang dapat
mendominasi percakapan dan ada sejumlah kecil yang malu dan tidak
tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anak yang
23
Ibid., hal 140
24
Ibid., hal 145
17
diberikan).
c. Seorang siswa memonitor interaksi dan meminta pembicara untuk
menyerahkan satu kartu apabila ia telah menghabiskan waktu yang
telah ditetapkan dikartu itu (siswa juga bisa menyerahkan kartu
apabila waktu yang ditetapkan belum habis tapi dia telah selesai
berbicara, siswa yang memonitor jalannya diskusi kelompok
juga ikut dalam berdiskusi). Pada saat diskusi kelas yang
memonitor interaksi adalah guru.
d. Apabila seorang siswa telah menghabiskan kartunya, siswa itu
tidak dapat berbicara lagi.
e. Jika semua kartu sudah habis sedangkan tugas belum selesai,
kelompok bisa mengambil kesepakatan untuk membagi kartu
lagidan mengulangi prosedurnya kembali.25
yang belum diketahui kepada siswa yang lebih pintar sehingga akan
25
Ibid., hal 150
18
berperan serta dalam kegiatan belajar.26
baik. Semua ini akan dapat memperbaiki proses pembelajaran, baik dari
26
Ibrahim,dkk., Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Unesa University Perss, ,2000),
hal.23
27
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: RinekaCipta,
2003), hal.28
19
itu tidak dapat berbicara lagi aktif
28
Ulin Nikmah, “Penerapan Teknik Time Token Dalam Pembelajaran Kooperatif Untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas Vii Mts Al-Muttaqin Pekanbaru,”
Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, 2013, 1–86.
20
Kedungrejo 02 Tunjungan Blora pada mata pelajaran matematika kelas IV
adalah 60. Hal ini menunjukkan siswa belum memahami mata pelajaran
matematika pada materi bilangan. Salah satu model pembelajaran yang
sesuai untuk mengajarkan materi bilangan yaitu model pembelajaran Time
Token.29 Pada jurnal ini yaitu membahas tentang keefektifan model
pembelajaran Time Token . tetapi pada thesis saya yaitu menariknya
membahas tentang keefektifan strategi Time Token dalam kemampuan
berhitung.
Jurnal oleh Saktia Oktaviani, Sri Hariyani, Yuniar Ika Putri Pranyata
tahun 2019 dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMKN 2
Singosari” Pembelajaran di sekolah terdiri atas beberapa ilmu pendidikan,
salah satunya adalah matematika. Matematika merupakan pelajaran yang
penting karena berguna bagi kehidupan sehari-hari. Matematika
mengajarkan siswa untuk berpikir sistematis, logis, dan abstrak.
Matematika akan menjadikan siswa berlatih menyelesaikan sesuatu sesuai
dengan urutan, tahapan, dan langkah-langkah suatu penyelesaian, selain itu
dengan belajar matematika maka siswa akan berlatih menyelesaikan
masalah sesuai dengan kemampuan penalarannya. Gejala-gejala yang
muncul di atas disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
pemilihan metode mengajar. Guru matematika mengajar dengan
menggunakan metode ceramah. Metode ceramah yaitu metode belajar yang
digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, sedangkan penerapan metode ceramah hanya terpusat pada
guru, sehingga siswa cenderung pasif dan sulit untuk mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya. Kondisi siswa yang kurang aktif juga
dapat menyebabkan interaksi siswa dan guru berkurang, Kemampuan
menganalisis dan menyelesaikan soal rendah, sehingga apabila ada tugas,
siswa cenderung mencontoh pekerjaan temannya. Selain itu, metode
ceramah yang dijalankan terus menerus dapat mengakibatkan siswa merasa
29
Ahlulieli Brilian Windi, Dwi Prasetiyawati D. H, and Ari Widyaningrum, “Keefektifan
Model Pembelajaran Time Token Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Iv Sdn
Kedungrejo 02 Tunjungan Blora,” JUrnal Sekolah (JS) 2, no. 4 (2018): 1689–99.
21
bosan dan tidak bersemangat, sehingga mengakibatkan hasil belajar berada
di bawah KKM. Meningkatkan hasil belajar siswa dan menjadikan siswa
aktif membangun pengetahuan perlu diterapkan strategi pembelajaran
inovatif agar siswa dapat berfikir mandiri.30
Jurnal oleh Noviana Dini Rahmawati dan Sutrisno tahun 2017 dengan
judul “Eksperimentasi Model Pembelajaran Take And Givedantime
Tokenberbantuan Multimedia Interaktifpada Mata Kuliah Matematika
SMP” Mata Kuliah Matematika SMP merupakan salah satu mata kuliah
yang wajib dikuasai oleh mahasiswa program studi pendidikan matematika
Universitas PGRI Semarang, hal ini didasarkan pada Kurikulum KKNI
(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) yang mewajibkan lulusan
mampu menguasai bidangnya secara profesional. Mata kuliah ini sebagai
bekal bagi mahasiswa ketika menjadi guru matematika kelak. Model
pembelajaran Take and Give merupakan model pembelajaran yang
didukung oleh penyajian data yang diawali dengan pemberian kartu kepada
mahasiswa. Di dalam kartu, berisi materi yang harus dikuasai atau dihafal
masing-masing mahasiswa. Kemudian mahasiswa mencari pasangannya
masingmasing untuk bertukar pengetahuan sesuai dengan apa yang
didapatkan di kartu. Sedangkan Model PembelajaranTime Token
merupakan model yang digunakan untuk melatih dan mengembangkan
keterampilan sosial agar mahasiswa tidak mendominasi pembicaraan atau
hanya diam saja, sehingga diharapkan model pembelajaran time token
dapat mengatasi permasalahan dengan kondisi mahasiswa yang kurang
aktif selama proses pembelajaran berlangsung (Joyce, dkk, 2000). Model-
model pembelajaran inovatif tersebut membutuhkan dukungan media
pembelajaran yang tepat.Salah satu media pembelajaran yang tepat dengan
karakteristik model koopearatif Tipe Take and Give dan Time Token
adalah multimedia interaktif, hal ini karena multimedia interaktif
merupakan komponen yang dapat digunakan mahasiswa dalam
30
Saktia Oktaviani, Sri Hariyani, and Yuniar Ika Putri Pranyata, “Penerapan Strategi
Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Smkn 2
Singosari,” RAINSTEK : Jurnal Terapan Sains & Teknologi 1, no. 2 (2019): 54–63,
https://doi.org/10.21067/jtst.v1i2.3450.
22
mendukung pencapaian kemampuan berpikir dan berkomunikasi yang
efektif, belajar mandiri, dan memecahkan masalahmasalah yang kompleks
dalam kehidupan nyata. Banyak manfaat yang diperoleh dari fleksibilitas
multimedia karena dapat memasukan video, audio, dan elemen-elemen
grafis.31
Judul oleh Yuni Agsa Yuna, Mujib, Indah Resti Ayuni Suri tahun
2018 dengan judul “Model Pembelajaran Scramble Dan Time Token
Arends (TTA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Peserta Didik” Pada tingkatan sekolah menengah atas
kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik merupakan
landasan penting untuk menyelesaikan permasalahan matematika.Hal ini
sejalan dengan salah satu tujuan pembelajaran matematika pada pendidikan
dasar dan menengah adalah peserta didik memahami konsep masalah
secara matematis.Pemahaman konsep adalah salah satu kecakapan
matematis yang harus dikuasai dalam pembelajaran matematika.guru harus
pandai memilih model pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk
diterapkan, dengan tujuan agar peserta didik dapat dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan peningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis
peserta didik yang diberi penerapan Model pembelajaran Scramble dan
Time Token Arends (TTA) dengan model pembelajaran konvensional.
penelitian ini dijalankan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimental design).32 Pada
thesis ini yaitu membahas tentang Time Token pada Model Pembelajaran
Scramble Dan Time Token Arends (TTA)sedangkan di thesis saya yaitu
akan membahas tentang Time Token pada kemampuan berhitung
matematika dalam pengjumlahan dan pengurangan.
31
Noviana Dini Rahmawati dan Sutrisno, „Eksperimentasimodel Pembelajaran Take And
Givedantime Tokenberbantuan Multimedia Interaktifpada Mata Kuliah Matematika Smp‟, 4
(2017).
32
Yuni Yuna Agsa, Mujib, and Indah R.A. Suri, “Model Pembelajaran Scramble Dan
Time Token Arends (TTA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Peserta Didik,” Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika Uin Raden
Intan Lampung,p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444, 2018, 476.
23
D. KERANGKA PIKIR
Dari teori Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar tentang efektifitas
strategi time token disekolah yaitu mendorong seluruh anak Indonesia agar
memiliki berhitung penjumlahan dan pengurangan di mata pelajaran
matematika dengan baik dan lancar
Berdasarkan kajian teori diatas maka kerangka berfikir dalam penelitian
ini adalah :
1. Jika efektifitas strategi time token di sekolah meningkat, maka
kemampuan berhitung penjumlahan dan pengurangan di MI Ma‟arif
Cekok Ponorogo juga meningkat.
2. Jika efektifitas strategi time token di sekolah tidak meningkat,
kemampuan berhitung penjumlahan dan pengurangan di MI Ma‟arif
Cekok Ponorogo juga tidak meningkat
E. HIPOTESIS
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir diatas, maka
selanjutnya dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara efektifitas strategi time token
terhadap kemampuan berhitung penjumlahan dan pengurangan kelas II di
MI Ma‟arif Cekok Ponorogo
H0 : Tidak Ada pengaruh yang signifikan antara efektifitas strategi time
token terhadap kemampuan berhitung penjumlahan dan pengurangan kelas
II di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo
24
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Jenis Pendekatan
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis
terhadap bagian-bagian dari dan fenomena beserta hubungan-
hubungannya. Penelitian ini banyak digunakan baik dari segi ilmu-ilmu
alam ataupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi
dan jurnalisme. Pendekatan ini digunakan sebagai suatu cara atau
tahapan untuk melakukan penelitian dengan berbagai aspek dari
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung:ALFABETA,
cv 2011), 7-8.
34
Ibid, 39.
25
pendidikan. Istilah yang sering digunakan dalam penelitian kuantitatif
sering digunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya
dengan penelitian kualitatif.35
Penelitian kuantitatif dalam melihat hubungan variable terhadap
obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kasual), sehingga
dalam penelitiannya dari variable independen dan dependen. Dari
variable tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variable
independen terhadap variable dependen.36
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Quasi-
Experimental Design. Dengan jenis penelitian ini, baik kelompok
eksperimental maupun kelompok kontrol akan dibandingkan, untuk
kelompok dipilih dan ditempatkan tanpa melalui randomisasi. 37 Jenis
penelitian ini sangat mirip dengan percobaan. Tetapi dengan berbagai
perbedaan.38 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
antara kelas yang menggunakan strategi berhitung Time Token dan
tidak menggunakan strategi berhitung Time Token.
26
mulai berada di lokasi penelitian pada bulan Januari akhir untuk
melakukan observasi awal. Setelah penelitian awal peneliti
melanjutkannya kembali untuk melakukan penelitian dan pengamatan
langsung lokasi penelitian.
2. Waktu Penelitian
Peneliti melaksanakan pada semester II tahun ajaran 2022/2023.
Penilitian dimulai tanggal 24 Mei 2023 dan berakhir pada 6 juni 2023.
2 Kelas B 9 9 18
Jumlah Siswa 36
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian
(sampel secara harfiah berarti contoh). Dalam penetapan atau
pengambilan sampel dari populasi mempunyai aturan, yaitu sampel itu
mewakili terhadap populasinya.40 Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung:ALFABETA,
cv 2011), 80.
40
Syahrum dan Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif ( Bandung: Citrapustaka Media,
2014), 113-114.
27
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(mewakili).41 Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas II MI
Ma‟arif Cekok Ponorogo Tahun Ajaran 2022/2023 dengan jumlah
siswa 36 yang terdapat dalam 2 Ruang Kelas. Alasan peneliti dalam
mengambil penelitian dari kelas II ini, yaitu dilihat dari kecepatan
kemampuan dalam berhitungnya masih kurang cepat dan memakan
banyak waktu. Dari siswa yang masih belum cepat dalam berhitung
mengakibatkan hasil belajarnya masih mengalami penurunan karena
keterbatasan waktu tersebut. Selain itu alasan kedua adalah jumlah
populasi kurang dari 100.
Pada penelitian ini, teknik sampling yang digunakan yaitu probality
sampling. Teknik probability sampling merupakan teknik sampling
yang memberikan peluang yang sama terhadap setiap unsur populasi
penelitian. dalam menentukan sampel, jenis yang diambil yaitu simple
random sampling. Metode yang diambil yaitu menambil sampel secara
acak tanpa memperhatikan strata populasi. Selanjutnya, sampel
dikelompokkan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas II A sebagai kelompok eksperimen yang diberikan treatment
(perilakuan) berupa pembelajar menggunakan model pembelajaran
Time Token, sementera Kelas II B sebagai kelompok kontrol yaitu
kelas yang tidak diberikan perlakuan (dengan cara konvensial).
Sebelum dilakukan penelitian kedua kelompok diberi pretest untuk
mengetahui keadan awalnya. Selanjutnya diakhir penelitian, kedua
kelas diberikan posttest untuk melihat bagaimana hasilnya. Soal pretest
dan posstest yang diberikan pada kelompok eksperimen sama dengan
yang diberikan pada kelompok kontrol.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang
apa yang harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep untuk
menguji kesempurnaan. Definisi opersional variabel ditemukan item-item
41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung:ALFABETA,
cv 2011), 81.
28
yang dituangkan dalam instrument penelitian.42 Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel, antara lain variabel independen (variabel bebas),
variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). dan
variabel dependen (terikat), Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
variabel ini biasanya sering dilambangkan dengan Y43.
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel pertama
dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu strategi time token
(X1), hal ini merupakan kegiatan untuk mempercepat atau meringkas waktu
dalam berhitung peserta didik supaya cepat dan tidak memakan waktu
banyak, sehingga dalam mengerjakan soal tidak banyak kendala dalam
berhitung dan bisa selesai tepat waktu.
Adapula variabel yang kedua adalah variabel dependen dengan
menggunakan kemampuan berhitung (Y1). Kemampuan berhitung adalah
kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melaksanakan dan melalui
kegiatan pembelajaran. Kemampuan berhitung ini masuk kedalam aspek
pembelajaran yaitu pada aspek psikomotorik (kemampuan). Kemampuan
disini diartikan anak mampu berhitung penjumlahan dan pengurangan pada
kelas II dan bisa cepat dengan strategi yang dipakai tersebut.
29
penelitian dan jumlah variabel tindakan maupun hasil. Dengan demikian
pengaruh tindakan akan dapat diketahui dengan membandingkan nilai
sebelum tindakan akan dapat diketahui dengan membandingkan nilai
sebelum tindakan (pretest) dengan nilai setelah tindakan (posttest).
Untuk memperoleh data yang diperlukan maka peneliti
menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut:
a Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu melakukan pengamatan
terhadap keterlaksanaan sintaks atau langkah-langkah pembelajaran
yang diberikan pada kelas eksperimen. Selain itu, pengamatan juga
dilakukan terhada aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran time token.
b Tes
Menurut Burhan Bungin, tes merupakan serangkaian atau
daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim
untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali
atau dikembalikan ke petugas atau ke peneliti. Dalam penelian ini
penulis menyebarkan angket kepada para siswa yang terpilih
menjadi sampel penulisan terkait dengan program literasi
sekolah, lingkungan sekolah dan minat baca siswa. Skala yang
digunakan adalah skala likert yaitu skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
tentang fenomena sosial.
Dengan skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan
melalui indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun instrumen yang dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan. Jawaban dalam setiap instrumen
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
30
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian digunakan untuk menyajikan suatu data dan
berfungsi untuk melakukan uji hipotesis terhadap permasalahan tertentu.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Model Pembelajaran Time
Token
Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi
keterlaksaan sintaks pembelajaran model time token berisi langkah-
langkah secara runtut aktivitas guru dalam proses pembelajaran dari
awal hingga akhir proses pembelajaran. Adapun sintaks pembelajaran
menggunakan model time token memiliki beberapa fase diantara yaitu
fase I (guru membuat sebuah permainan menggunakan kartu), fase II
(guru menyiapkan beberapa kartu berbicara), fase III (memberikan
waktu kepada peserta didik untuk berbicara), fase IV (guru memonitor
diskusi), fase V (guru meminta siswa untuk untuk berhenti). Adapun
instrumen lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 2. Lembar observasi keterlaksanaan sintaks
pembelajaran menggunakan model strategi time token
Skor
No Sintaks Sintaks Pembelajaran
1 2 3 4 5
31
pembelajaran hingga akhir proses pembelajaran menggunakan model
strategi time token. Aktivitas peserta didik pada model pembelajaran
menggunakan strategi time token yaitu fase I (peserta didik mengikuti
permainan yang dibuat guru), fase II (peserta didik membagiperan
merata sesuai dengan tugas dan kartu yang diberikan), fase III (peserta
didik harus menggunakan waktu dengan tepat), fase IV (siswa
bergantian dalam proses diskusi), fase V (pemerataan tanggungjawab
peserta didik). Adapun lembar observasi aktivitas peserta didik dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 3. Lembar observasi aktivitas peserta didik
menggunakan model pembelajaran time token
Skor
No Sintaks Aktivitas peserta didik
1 2 3 4 5
c. Lembar Tes
Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen tes digunakan
untuk mengukur kemampuan peserta didik pada kemampuan
berhitung (pemjumlahan dan pengurangan). Instrumen tes dibuat
sedemikianrupa untuk menyesuaikan dengan tujuan penelitian. lembar
tes yang digunakan yaitu tes uraian atau essay yang berjumlah 10 soal.
Instrumen tes beserta kisi-kisinya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 4. Lembar pretest dan posttest kemampuan berhitung
peserta didik
No KD Indikator Soal Ranah Soal
Kognitif
1 Pemjumlahan Siswa dapat C3 Ibu membeli beras di pasar
menjawab soal sebanyak 200 kg. Kakak
32
cerita membeli beras sebanyak
penjumlahan 125 kg. Adik juga membeli
dengan benar dan beras sebanyak 178 kg.
tepat waktu Berapa jumlah beras yang
dibeli Ibu, Kakak, dan
Adik?
2 Pemjumlahan Siswa dapat C3 Mita membeli permen 59
menjawab soal biji. Kemudian mita
cerita membeli permen lagi
penjumlahan sebanyak 120 biji. Berapa
dengan benar dan permen yang dibeli Mita?
tepat waktu
3 Pemjumlahan Siswa dapat C3 Lisa membeli cabe 9 ons.
menjawab soal Kemudian ibu menyuruh
cerita lisa membeli cabe lagi 8
penjumlahan ons. Berapa cabe yang
dengan benar dan dibeli Lisa?
tepat waktu
4 Pemjumlahan Siswa dapat C3 Tina memetik buah stoberi
menjawab soal 136 biji. Kemudian tina
cerita memetik buah stoberi lagi
penjumlahan lebih banyak dari yang tadi
dengan benar dan yaitu 140 biji. Berapa
tepat waktu jumlah buah stoberi yang
dipetik Tina?
5 Siswa dapat Ayah membeli 320 ekor
menjawab soal ayam di pasar. Sesampai di
cerita rumah ada 34 ayam yang
Pengurangan C3
pengurangan mati. Berapa sisa ayam
dengan benar dan yang ada?
tepat waktu
6 Siswa dapat Ibu membeli mangga 20
menjawab soal buah. Sesampai di rumah
cerita mangga itu dikasihkan
Pengurangan C3
pengurangan nenek 4 dan di kasihkan
dengan benar dan adik 3. Berapa sisa buah
tepat waktu mangga yang dibeli ibu?
7 Pengurangan Siswa dapat C3 Lita membawa telur 360
33
menjawab soal biji. Di perjalanan 37 biji
cerita telur pecah karena jalannya
pengurangan banyak yang rusak.
dengan benar dan Sesampai di rumah lia
tepat waktu memberikan telur yang
tidak pecah kepada ibu.
Berapa telur yang tidak
pecah?
8 Di hutan banyak
Siswa dapat
beranekaragam burung.
menjawab soal
Ada 39 burung yang
cerita
Pengurangan C3 bertengger di pohon. Lalu
pengurangan
13 burung itu terbang.
dengan benar dan
Berapa sisa burung yang
tepat waktu
masih bertengger di pohon?
9 Di pohon mangga ada 13
Siswa dapat burung yang bertengger.
menjawab soal Kemudian 5 burung terbang
Penjumlahan cerita dari pohon mangga, lalu 5
dan penjumlahan dan C3 burung Kembali berengger
Pengurangan pengurangan lagi ke pohon mangga
dengan benar dan Berapa burung yang
tepat waktu bersanggar di pohon
mangga?
10 Ibu membeli kue sebanyak
Siswa dapat 312 biji. Kue tersebut mau
menjawab soal diberikan kepada lita
Penjumlahan cerita sebanyak 240 biji.
dan penjumlahan dan C3 Kemudian ayah
Pengurangan pengurangan memberikan kue kepada ibu
dengan benar dan sebanyak 12 biji. Berapa
tepat waktu kue yang ada di ibu saat
ini?
34
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Terdapat
teknik analisis data dalam penelitian ini, yang menggunakan analisis data
statistik, yaitu:
1. Uji Validitas
Menurut Saifuddin Azwar, validitas isi adalah validitas yang
diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional
atau lewat professional judgement. Pertanyaan yang dicari jawabannya
pada validitas ini adalah “sejauh mana pernyataan dalam tes
keseluruhan kawasan ini (dengan catatan tidak keluar dari batasan
tujuan yang ukur) objek yang hendak diukur” atau “sejauh mana isi
tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur”.44Untuk
mendapatkan validitas isi instrumen dapat menggunakan formula dari
Aiken.
Adapun rumus untuk menghitung validitas adalah berikut:45
∑𝑠
V=
𝑛 (𝑐 − 1)
Keterangan:
S : r – lo
Lo : Angka penilaian validitas yang terendah
C : Angka penilaian validitas tertinggi
R : Angka yang diberikan oleh peneliti.
Data hasil uji validitas menggunakan rumus diatas kemudian
dikomparasikan dengan kriteria validitas sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 3. 5. Kategorisasi tingkat validitas
Rentang Skor (V) Tingkat Kevalidan
V ≤ 0,4 Validitas lemah
0,4 – 0,8 Validitas sedang
V ≥ 0,8 Validitas tinggi
44
Lailatus Sa‟adah, Metode Penelitian Ekonomi Dan Bisnis, (Jombang: LPPM
Universitas KH. A. WahabHasbullah, 2021), 79-80
45
Ani Rusilowati, Dkk, Pengembangan Instrumen Karakter Dalam Pembelajaran
IPA, (Magelang: Pustaka Rumah Cinta, 2021), 232.
35
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti melakukan
uji coba instrumen kepada beberapa validator ahli yaitu: Ibu Retno
Widyaningrum, M.Pd selaku dosen ahli, Deni Achmad, S.Pd selaku
guru mata pelajaran, dan Muhammad Muttaqin selaku guru mata
pelajaran.
Tabel 3. 6. Validasi ahli butir soal pretest dan posttest
No Indikator Skor Rata- Ket.
P
1 2 3 rata
a Aspek kejelasan
1 d Kejelasan struktur tes hasil belajar 5 5 5 5 Sangat
a valid
2 Kejelasan butir soal tes hasil belajar 5 5 5 5 Sangat
valid
p
3 Kejelasan petunjuk pengisian soal tes hasil 5 5 5 5 Sangat
r belajar valid
o Aspek ketepatan isi
4 s Ketepatan pertanyaan dengan jawaban 5 5 5 5 Sangat
36
b. Reter 2: Memberikan catatan bahwa setiap soal harus disesuaikan
dengan kemampuan rata-rata peserta didik ditingkat SD/MI.
c. Reter 3: Memberikan catatan bahwa setiap soal harus memenuhi
indikator kemampuan sesuai tujuan penelitian.
Berikutnya, peneliti menyajikan hasil uji validasi instrumen
menggunakan rumus Aiken V:
Tabel 3. 7. Hasil validitas instrumen butir soal
penilai
butir I II III S1 S2 S3 Σs n(c - 1) v ket
butir_01 5 5 5 4 4 4 12 12 1 tinggi
butir_02 5 5 5 4 4 4 12 12 1 tinggi
butir_03 5 5 5 4 4 4 12 12 1 tinggi
butir_04 4 5 4 3 4 3 10 12 0,83333333 sedang
butir_05 4 5 5 3 4 4 11 12 0,91666667 tinggi
butir_06 5 4 5 4 3 4 11 12 0,91666667 tinggi
butir_07 5 4 4 4 3 3 10 12 0,83333333 sedang
butir_08 5 5 5 4 4 4 12 12 1 tinggi
butir_09 4 5 5 3 4 4 11 12 0,91666667 tinggi
butir_10 4 5 5 3 4 4 11 12 0,91666667 tinggi
total 46 48 48 36 38 38 112 120 0,93333333 tinggi
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reability
mempunyai asal kata rely yang artinya percaya dan reliable yang
artinya dapat dipercaya. Keterpercayaan berhubungan dengan
ketepatan dan konsistensi.46 Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui
46
Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media Publishing,
2015),91.
37
sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat pengukur yang sama pula.47 Adapun cara
menghitungnya menggunakan rumus Alfa Cronbach yaitu dengan
menggunakan uji reliabilitas dengan bantuan SPSS sebagai berikut :48
𝑛 ∑
{ − }
𝑛−
Keterangan :
= varians total
47
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya 121.
48
Duwi Priyatno, Belajar Alat Analisis Data dan Cara Pengelolaannya dengan SPSS
(Yogyakarta: Gava Media, 2016), 109.
49
Ridwan Abdullah Sani, dan Muhammad Rahman, Monograf Komunikasi Efektif dan
Hasil Belajar (Bandung: CV Media Sains Indonesia, 2022), 47.
38
dengan uji reliabilitas. Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan
bantuan software SPSS 25 didapatkan hasil uji sebagai berikut:
39
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Realibilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Ini berarti semakin
reliabel suatu tes memiliki persyaratan maka semakin yakin kita
dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil
yang sama ketika dilakukan tes kembali.
2) Uji Homogenitas
Uji asumsi homogenitas digunakan untuk menguji
apakah sebaran data dari dua atau lebih berasal dari populasi
yang homogeny. Artinya, dengan membandingkan dua atau
lebih varian dianggap homogen, sehingga tidak perlu
dilakukan uji homogenitas ulang. Jika kelompok data
berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji homogenitas.
Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa
perbedaan yang ditemukan dalam uji statistic parametric
40
bukan karena perbedaan dalam kelompok, tetapi sebenarnya
karena perbedaan antar kelompok.50 Maka untuk
melakukannya, peneliti menggunakan uji Levene Test.
Adapun rumus uji homogenitas dengan menggunakan
Levene Test adalah sebagaiberikut:51
Hipotesis :
H0 : Varians homogen
Statistik uji:
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝐹𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
𝐹𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑢t
.
b. Uji Hipotesis
Uji Independent T test adalah uji parametric. Uji
dari perbedaan antara dua sampel. Tujuan uji beda t test untuk
41
berhubungan.53
Dengan rumus:
t 0 = M1 - M2
SEMI – SEM2
Keterangan:
M1 : Mean kelompok 1
M2 : Mean kelompok 2
53
Slamet Riyanto & Aglis Andhika Hatmawan, 93.
54
Retno Widyaningrum, Statistika, (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2021), 153
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskripsi
1. Keterlaksanaan Sintaks Strategi Time Token Di MI Ma’arif Cekok
Babadan
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa
lembar observasi keterlaksanaan yang dilakukan selama dua kali
pertemuan dengan model pembelajaran time token. Data hasil
observasi dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui keterlaksanaan
model pembelajaran time token. Pertemuan pertn teman sama, peneliti
dibantu oleh temen sejawat sebagai observer untuk melakukan
pengamatan keterlaksanaan pembelajaran sebagai observer untuk
melakukan pengamatan keterlaksanaan pembelajaran sebelum
menggunakan model time token dan siswa mengerjakan soal pretest.
Sementara pertemuan kedua, peneliti dibantu dengan temen sejawat
yang sama untuk melakukan pengamatan keterlaksanaan pembelajaran
setelah penerapan model time token dan siswa mengerjakan soal
posttest.
Adapun hasil pengematan keterlaksanaan proses pembelajaran
sebagai berikut:
Tabel 4. 1. Hasil observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran
menggunakan strategi time token
Pengamatan Pengamatan
keterlaksanaan keterlaksanaan
No Sintaks Observer 1 Observer 2
Ya Tidak Ya Tidak
Kegiatan Pendahuluan
Siswa dan guru bersama-sama √ √
1 menyampaikan salam pembuka
Siswa melaksanakan doa √ √
2 bersama
Siswa mempersiapkan diri √ √
3 untuk melakukan presensi
Siswa diberik motivasi dan √ √
4 mengaitkannya dengan
kehidupan sehari-hari
Siswa bersama-sama mengulas √ √
5 materi sebelumnya dan
melakukan tanya jawab secara
43
Pengamatan Pengamatan
keterlaksanaan keterlaksanaan
No Sintaks Observer 1 Observer 2
Ya Tidak Ya Tidak
singkat
Siswa memperhatikan guru √ √
6 yang menjelaskan tujuan
pembelajaran
Siswa memperhatikan guru √ √
7 yang memberikan pendahulaun
materi yang akan dibahas
Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan peta √ √
8 konsep sederhana yang
menjelaskan garis besar materi
yang akan dipelajari
Siswa mempelajari materi √ √
9 operasi bilangan bulat secara
singkat sesuai dengan
kompetensi dasar
Siswa diberi kesempatan tanya √ √
10 jawab bisa untuk mendalami
materi
Siswa diberi kesempatan untuk √ √
11 mendalami materi
Penutup
Siswa dan guru bersama-sama √ √
12 refleksi pembelajaran
Siswa melakukan post √ √
13 kuesioner
Siswa dan guru bersama-sama √ √
14 menyampaikan salam penutup
12 13
Perolehan nilai “ya”
14 14
Nilai total
85,71429 92,85714
Persentase
44
Tabel 4. 2. Kategorisasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran
Persentase Kategori
60 < x ≤ 80 Baik
40 < x ≤ 60 Cukup
20 < x ≤ 40 Kurang
Penilaian Penilaian
Observer 1 Observer 2
No Sintaks Sintaks Pembelajaran
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Fase I Guru membuat sebuah √ √
permainan menggunakan
kartu
2 Fase II Guru menyiapkan √ √
beberapa kartu berbicara
(kartu terdiri dari 2 warna
yaitu hijau dan biru)
3 Fase III Sebelum memulai √ √
tugasnya, setiap siswa
dalam kelompok
diberikan waktu berbicara
2 menit paling lama
4 Fase IV Guru memonitor diskusi √ √
dalam kelas dan meminta
pembicara untuk
menyerahkan satu kartu
apabila ia telah
menghabiskan waktunya
5 Fase V Apabila seorang siswa √ √
telah menghabiskan
kartunya, siswa itu tidak
45
dapat berbicara lagi
Perolehan nilai “Ya” 23 24
Total nilai 25 25
Persentase 92 96
1. 30
60
2. 40 60
3. 40 60
4. 50 60
5. 50 70
6. 50 70
7. 50 70
8. 60 70
9. 60 70
10. 60 80
11. 60 80
12. 60 80
13. 70 80
46
14. 70 90
15. 70 90
16. 70 90
17. 80 100
18. 80 100
Hasil
No. Hasil Prestest
Posttest
1. 60 80
2. 50 100
3. 60 90
4. 70 80
5. 70 60
6. 70 80
7. 60 70
8. 60 90
9. 60 90
10. 40 80
11. 80 100
12. 50 70
13. 40 90
14. 60 80
15. 70 90
16. 60 90
17. 50 100
18. 60 90
B. Inferensial Statistik
1. Perbedaan Kemampuan Berhitung Kelas Eksperimen Sebelum dan
Sesudah Diberikan Treatment
a. Uji Karakteristik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Sebelum
Diberikan Perlakuan
Berdasarkan perolehan nilai pretest (sebelum diberikan
perlakuan), penelitian dilakukan tahap identifikasi terhadap
perolehan nilai rata-rata, nilai maksimal, nilai minimal, dan standar
deviasi sebagai berikut:
47
tabel 4. 5. Identifikasi nilai Pretest
Statistik Deskriptif N Min Max Mean Std
Pretest Eksperimen 18 40 80 59,45 10,55
Pretest Kontrol 18 30 80 58,34 13,83
48
Total 18 100%
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statisti Statisti
Kelas c df Sig. c df Sig.
posttest
.231 18 .012 .906 18 .073
Eksperimen
*
pretest kontrol .159 18 .200 .950 18 .422
49
Berdasarkan hasil uji normalitas sesuai tabel 4.4, dapat
dketahui bahwanilai pretest kelas eksperimen memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,105, sedangkan pada kelas kontrol
didapatkan taraf signifikansi sebesar 0,422. Jika
diinterpretasikan taraf signifikansi tersebut lebih dari 0,05,
maka dapat diartikan bahwa nilai dari pretest kelas kontrol
dan kelas eksperimen berdistribusi normal.
b) Uji Homogenitas
tabel 4. 9. Hasil uji homogenitas Pretest kelas eksperimen
dan kelas kontrol
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Based on trimmed
1.698 1 34 .201
mean
50
test dari hasil nilai pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Berdasarakan asumsi tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas
kontrol dan kelas kontrol terhadap kemampuan berhitung
sebelum diberikan perlakuan.
Ha = terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol
dan kelas kontrol terhadap kemampuan berhitung sebelum
diberikan perlakuan.
Berdasarkan hipotesis diatas, maka dilakukan uji t
sebagai berikut:
Tabel 4. 10. Hasil uji-t Pretest
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of
Sig. Std. the
(2- Mean Error Difference
Sig taile Differen Differen Low Upp
F . T df d) ce ce er er
Hasil Equal
Belaj varianc -
1.83 .18 .27 9.44
ar es 34 .788 1.111 4.100 7.22
6 4 1 4
siswa assume 2
d
Equal
varianc -
.27 31.79 9.46
es not .788 1.111 4.100 7.24
1 3 5
assume 3
d
51
b. Uji Karakteristik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Setelah
Diberikan Perlakuan
Berdasarkan nilai posttest yang telah dilakukan, dihasilkan
beberapa perolehan nilai berupa nilai rata-rata, nilai maksimal,
nilai minimal, dan standar deviasi.
Tabel 4. 11. Identifikasi nilai posttest
Statistik Deskriptif N Min Max Mean Std
Posttest Eksperimen 18 60 100 85 10,98
Posttest Kontrol 18 60 100 83,34 10,28
52
Tabel 4. 12. Hasil posttest kelas eksperimen
No Nilai Frekuensi Presentase Keterangan
1 < 74 4 16% Rendah
2 74 – 96 12 67% Sedang
3 ≥96 2 17% Tinggi
Total 18 100%
53
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statisti Statisti
Kelas c df Sig. c df Sig.
posttest
.231 18 .012 .906 18 .073
Eksperimen
*
pretest kontrol .159 18 .200 .950 18 .422
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Based on trimmed
1.114 1 34 .299
mean
54
Berdasarkan hasil uji homogenitas pada diketahui
bahwa nilai signifikansi hasil posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebesar 0,307 > 0,05. Maka dapat dimaknai
bahwa data setelah dilakukan pengujian bersifat homogen.
5) Uji Hipotesis dan Interpretasi
a) Uji Independen sample t-test
Untuk mengetahui kemampuan berhitung peserta didik
setelah diberikan perlakuan khusus pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol, maka perlu dilkaukan uji independen
sample t test dari hasil posttest kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Adapun hipotesis yang diberikan yaitu:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol terhadap kemampuan
berhitung setelah diberikan treatment
Ha = terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol terhadap kemampuan
berhitung setelah diberikan treatment. Berikut ini disajikan
hasil uji idependent sample t-test:
Tabel 4. 16. Hasil uji independent sample t-tes posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Std. Confidenc
Mea Erro e Interval
Sig. n r of the
(2- Diffe Diffe Difference
taile renc renc Low Upp
F Sig. t df d) e e er er
Hasil Equal
2.
Belajar variance 1.07 8.33 4.06 16.5
.307 05 34 .048 .077
Matemat s 5 3 2 89
1
ika assumed
Equal
2. 32
variance 8.33 4.06 16.6
05 .8 .048 .067
s not 3 2 00
1 38
assumed
55
Dari tabel 4.14 tersebut diketahui bahwa hasil analisis
uji independen sample t-test pada posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol memiliki nilai sig. (2-tailed) adalah 0,048.
Adapun t-hitung adalah 1,683. Adapun pengambilan
keputusan dalam uji independen ttest ini, yakni: Jika nilai
sig. < 0,05 dan 𝑡hitung > 𝑡tabel maka Ha diterima dan
H0 ditolak. Jika nilai sig. > 0,05 dan 𝑡hitung < 𝑡tabel maka
Ha ditolak dan H0 diterima
T tabel didasarkan dari nilai sig. dan nilai Df yang
digunakan. Berdasarkan nilai sig. 0,05 maka nilai t tabelnya
adalah 1,684 dan nilai Df sejumlah 34. Dengan demikian,
nilai sig. 0,048 < 0,05 dan apabila diamati nilai t hitung
sebesar 1,683 < t tabel sebesar 1,684. Kesimpulannya Ha
ditolak dan H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan
kemampuan berhitung penjumlahan dan pada kelas
eksperimen (strategi time token) dan kelas kontrol
(konvensional) siswa kelas II MI Ma‟arif Cekok Ponorogo.
56
no Ngain Score Ngain Persen
1 0,43 42,86
2 0,33 33,33
3 0,33 33,33
4 0,2 20
5 0,4 40
6 0,4 40
7 0,4 40
8 0,25 25
9 0,25 25
10 0,5 50
11 0,5 50
12 0,5 50
13 0,33 33,33
14 0,67 66,67
15 0,67 66,67
16 0,67 66,67
17 1 100
18 1 100
rata-rata 0,490555556 49,04777778
57
kelas eksperimen
No Ngain Score Ngain Persen
16 0,75 75
17 1 100
18 0,75 75
rata-
rata 0,605556 60,55555556
58
Tabel 4. 20. Hasil uji PAN posttest kelas kontrol
Kategori Interval kelas Kontrol F %
Sangat baik >57,03 12 66,66667
Baik 43-57,03 2 11,11111
Cukup 30,81-43,92 3 16,66667
Kurang baik <30,81 1 5,555556
Jumlah 18 100
C. Pembahasan
1. Keterlaksanaan strategi berhiung menggunakan teknik time
token pada siswa kelas II di MI Ma’arif Cekok Ponorogo
Hasil penelitian pada kemampuan berhitung peserta didik MI
Ma‟arif Cekok Babadan menggunakan penerapan strategi time token
memiliki hasil yang positif. Artinya, keterlaksanaan sintaks
pembelajaran berjalan dengan baik. hal ini didukung dengan hasil
observasi yang dilakukan oleh 2 observer pada saat proses
pembelajaran dilaksanakan.
Pada keseluruhan penerapan model pembelajaran, terdapat 2 hasil
observasi dari dua 2 pengamat. Keseluruhan proses pembelajaran yang
dimaksud yaitu tahap pembelajaran dari awal hingga akhir. Hasil data
observasi oleh pengamat pertama menghasilkan persentase sebesar
85,71% dan berada dalam kategori sangat baik. Berdasarkan observasi
oleh pengamat 2, diperoleh persentase sebesar 92,8% dan berada
dalam kategori sangat baik. Artinya, secara keseluruhan tahap
pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas eksperimen berjalan
dengan sangat baik.
59
Pada tahap pendahuluan, hasil observasi oleh pengamat 1 dan
pengamat 2 memperoleh hasil yang posistif. Hal ini terlihat pada
persentase observasi keterlaksanaan sintaks pada tahap pendahuluan
oleh pengamat 1 memperoleh nilai sebesar 77,7%. Artinya,
keterlaksanaan tahap pendahuluan pada proses pembelajaran berada
dalam kategori baik. maka dapat disimpulakn bahwa tahap
pendahuluan berjaan dengan baik. hal ini sejalan dengan hasil
pengamatan oleh observer 2 dengan peolehan nilai sebesar 88,9%.
Artinya tahap pendahuluan pada proses pembelajaran berjalan dengan
sangat baik.
Pentingnya proses pembelajaran pada tahap pendahuluan yaitu
untuk mengetahui respon awal peserta didik terhadap proses
pembelajaran. Hal ini dapat membantu seorang guru untuk
memberikan treatment apa yang perlu dilakukan terhadap kondisi awal
peserta didik55. Dengan begitu, seorang guru akan lebih mudah untuk
mengetahui celah dalam membangun komunikasi yang efektif dengan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Keterlaksanaan sintaks pada tahap kegiatan inti berjalan dengan
sangat positif. Hal ini terlihat dari persentase hasil observasi terhadap
proses pembelajaran pada kegiatan inti. Pengamat 1 dan pengamat 2
sama-sama memperoleh nilai sebesar 100%. Artinya, kegiatan inti
pembelajaran berjalan dengan sangat baik atau sempurna. tahap inti
dalam proses pembelajaran merupakan tahap yang paling penting.
Tahap ini berisi sebuah proses pembelajaran yang memberikan
treatment dalam upaya meningkatkan kapasitas peserta didik sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai56.
Data diatas berbanding lurus dengan penerapan strategi time token
pada peserta didik kelas 2 MI Ma‟arif Cekok Babadan Ponorogo.
55
Sumarni Sumarni, “Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 Di Madrasah,” EDUKASI:
Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan 6, no. 53 (2017): 45–57,
https://doi.org/10.32729/edukasi.v15i3.453.
56
Erdyna Dwi Etika et al., “Studi Pustaka Penggunaan Metode Pembelajaran Jarak Jauh
Berbasis E-Learning Pada Mahasiswa PPKn Masa New Normal,” Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, Dan Pengembangan 3, no. 1 (2021): 32–39, https://e-
journal.unmas.ac.id/index.php/dharmajnana/article/view/5070%0Ahttps://e-journal.unmas.ac.id
60
Pelaksanaan strategi time token dilakukan ketika proses pembelajaran
berjalan pada tahap inti. Pelaksanaan sintaks yang terdapat dalam
strategi time token berjalan dengan maksimal. Narasi ini didukung
dengan hasil observasi oleh 2 pengamat. Observasi yang dilakukan
oleh pengamat 1 memperoleh persentase sebesar 92% dan berada
dalam kategori sangat baik. sedangkan observasi yang dilakukan oleh
pengamat 2 memperoleh nilai sebesar 96% dan berada dalam kategori
sangat baik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan sintaks
strategi time token pada proses pembelajaran di MI Ma‟arif Cekok
Babadan terlaksana dengan sangat baik.
Komparasi antara kegiatan inti pembelajaran secara umum dengan
strategi time token terlihat berjalan dengan baik sesuai dengan road
map yang telah ditentukan. Hal ini dibuktikan dengan persentase
keterlaksanaan sintaks kegiatan inti dan sintaks strategi time token
berada dalam kategori sangat baik. Proses pembelajaran pada tahap inti
dengan menggunakan strategi time token sangat berpengaruh terhadap
hasil yang ingin dicapai. Dalam hal ini, strategi time token digunakan
untuk meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik.
Berdasarkan hasil posttest yang telah dilakukan oleh peserta didik
dengan menggunakan strategi time token dengan peserta didik yang
tidak diberikan perlakuan strategi time token memperoleh hasil yang
berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa strategi time berhasil
meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik. Keberhasilan ini
tentunya berkaitan dengan tingkat keterlaksaan sintaks pembelajaran
pada strategi time token. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Saktia Oktaviani, Sri Hariyani, Yuniar Ika Putri
Pranyata tahun 2019 dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran
Time Token Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas X SMKN 2 Singosari. Pada penelitian menjelaskan bahwa rerata
hasil belajar MTK yang menggunakan strategi Time Token lebih tinggi
daripada rerata hasil belajar MTK yang tidak menggunakan strategi
Time Token.
61
Pada tahap terakhir yaitu kegiatan penutup. Hasil observasi yang
dilakukan oleh pengamat 1 dan pengamat 2 memperoleh persentase
yang sama yaitu 100%. Artinya, tahap penutup pada proses
pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan sangat baik. Hasil
tersebut dipengaruhi oleh aktivitas guru dan peserta didik oleh proses
pembelajaran yang menyenangkan pada tahap sebelumnya, yaitu tahap
inti. Proses tersebut menyebabkan peserta didik terbawa suasana secara
emosional dalam kondisi belajar yang interaktif dan menyenangkan
sehingga pada tahap penutup peserta didik masih berada dalam kondisi
yang aktif.
Keterlaksanaan sintaks yang maksimal pada tahap pendahuluan
akan memberikan kesan yang baik terhadap peserta didik pada proses
pembelajaran. Kondisi ini membentuk semangat peserta didik dalam
mempelajari materi pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik
akan terpacu untuk mengulas materi pembelajaran dengan proses
belajar mandiri.Dengan pola tersebut, peserta didik akan memperoleh
hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran sesuai tujuan yang
ingin dicapai57. Maka dapat disimpulkan bahwa tahap penutup dengan
keterlaksanaan yang maksimal mampu memacu peserta didik untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal.
57
Beni Junedi, Isnaini Mahuda, and Jaka Wijaya Kusuma, “Optimalisasi Keterampilan
Pembelajaran Abad 21 Dalam Proses Pembelajaran Pada Guru MTs Massaratul Mut‟allimin
Banten,” Transformasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 16, no. 1 (2020): 63–72,
https://doi.org/10.20414/transformasi.v16i1.1963.
62
perlakuan strategi timem token), peserta didik memperoleh nilai rata-
rata sebesar 59,45. Nilai tertinggi yang diperoleh oleh peserta didik
yaitu sebesar 80. Sedangkan nilai terendah yang diperoleh peserta
didik yaitu sebesar 40.
Pada pengambilan data akhir melalui posttest, peserta didik
mengalami kenaikan nilai rata-rata setelah diberikan perlakuan berupa
strategi time token. Nilai rata-rata peserta didik meningkat menjadi 85.
Hal ini menunjukan bahwa penerapan strategi time token memiliki
dampak positif terhadap kemampuan berhitung peserta didik. Nilai
tertinggi peserta didik juga mengalami peningkatan menjadi 100.
Sedangkan nilai terendah yaitu 60.
Berdasarkan uji statistik inferensial hasil analisis uji independen
sample t-test pada posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki nilai sig. (2-tailed) adalah 0,048. Adapun t-hitung adalah
1,683. Dengan demikian, nilai sig. 0,048 < 0,05 dan apabila diamati
nilai t hitung sebesar 1,683 < t tabel sebesar 1,684. Kesimpulannya Ha
ditolak dan H0 diterima. Artinya terdapat perbedaan kemampuan
berhitung penjumlahan dan pada kelas eksperimen (strategi time
token) dan kelas kontrol (konvensional) siswa kelas II MI Ma‟arif
Cekok Ponorogo.
Meskipun data uji statistik menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan pengaruh, namun hasil tes peserta didik mampu meningkat
dari rata-rata pretest menjadi lebih baik dalam nilai rata-rata posttest
dengan lembar tes yang telah dinyatakan valid dan reliabel.
Kemampuan berhitung peserta didik menggunakan strategi time token
juga memiliki nilai rata-rata postest lebih baik dibandingkan dengan
nilai rata-rata peserta didik pada kelas kontrol. Meskipun perbedaan
nilai tidak begitu jauh, namun strategi time token mampu memberikan
peningkatan kemampuan berhitung peserta didik lebih baik.
63
berada dalam kategori sangat baik sejumlah 12 orang, pada kategori
baik sejumlah 2 orang, pada kategori cukup sejumlah 3 orang, dan
pada kategori kurang baik sejumlah 1 orang.
Pada hasil posttest kelas eksperimen juga terdapat beberapa
kategori nilai peserta didik sesuai dengan Penilaian Acuan Norma
(PAN). Peserta didik yang memperoleh kategori sangat baik sejumlah
11 orang, pada kategori baik terdapat 2 orang, pada kategori cukup
terdapat 4 orang, dan pada kategori kurang baik terdapat 1 orang.
Perolehan hasil uji efektivitas menggunakan N-Gain score terdapat
hasil interpretasi yang berbeda antara kelas kontrol dengan kelas
eksperimen. Hasil uji N-Gain pada kelas kontrol menunjukkan
peningkatan sebesar 52,11%. Jika diinterpretasikan berdasarkan
Penilaian Acuan Norma (PAN), maka dapat diartikan bahwa kelas
kontrol memiliki tingkat kurang efektif. Maka dapat disimpulkan
bahwa metode yang diterapkan pada kelas kontrol kurang efektif untuk
meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik MI Ma‟arif Cekok
Babadan.
Hasil uji perolehan nilai pada kelas eksperimen nilai N-Gain
sebesar 0,60. Artinya, nilai tersebut berada dalam kategori efektivitas
sedang. Sedangkan pada nilai Ngain persen memperoleh nilai sebesar
60,55. Nilai ini dapat diartikan bahwa kelas eksperimen cukup efektif.
Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi time token cukup
efektif dalam meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik MI
Ma‟arif Cekok Babadan. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran
menggunakan strategi time token mengajarkan peserta didik untuk
terlatih secara disiplin, konsentrasi, dan bertanggungjawab.
Hasil ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Siska
Perawati yang menyatakan bahwa penerapan model time token dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal
ini dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata peserta didik sebelum
dan setelah diberikan prlakuan berupa strategi time token. Peningkatan
ini berkaitan dengan instrumen dalam strategi yang terdapat dalam
64
strategi time token mengajak peserta didik untuk berdialektika secara
argumentatif. Dengan demikian, peserta didik mampu meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian dengan judul “Efektifitas Strategi Time
Token Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Penjumlahan Dan
Pengurangan Kelas Ii Di Mi Ma‟arif Cekok Ponorogo”, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Keterlaksanaan sintaks pembelajaran strategi time token kelas II MI
Ma‟arif Cekok Babadan berada pada kriteria sangat baik yang dibuktikan
dengan persentase 92% oleh observer I dan 96% oleh observer II
2. Perolehan hasil posttest peserta didik kelas eksperimen yaitu 3 siswa atau
16% dari jumlah siswa, yang mendapat nilai 74 – 96 sebanyak 12 siswa
atau 67% dari jumlah siswa, dan yang mendapatkan nilai lebih dari 96
sebanyak 3 siswa atau 17% dari jumlah siswa. Sedangkan pada kelas
kontrol yaitu 4 siswa atau 22% dari jumlah siswa, yang mendapat nilai
63–90 sebanyak 12 siswa atau 67% dari jumlah siswa, dan yang
mendapatkan nilai lebih dari 90 sebanyak 2 siswa atau 11% dari jumlah
siswa.
3. Uji independen sample t-test pada posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki nilai sig. (2-tailed) adalah 0,048 < 0,05. Hasil tersebut
didukung oleh hasil uji perolehan nilai pada kelas eksperimen nilai N-
Gain sebesar 0,60 dan nilai Ngain persen memperoleh nilai sebesar 60,55.
Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi time token cukup
efektif dalam meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik MI
Ma‟arif Cekok Babadan.
B. Saran
1. Bagi guru
Dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran untuk menerapkan
strategi pembelajaran Time Token pada mata pelajaran. Matematika
sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran serta
dapat meningkatkan hasil belajar Matematika.
2. Bagi peneliti
Penerapan strategi pembelajaran Time Token dalam pembelajaran
66
Matematika dapat memberikan inovasi dan menambah wawasan
peneliti guna bekal dimasa yang akan datang.
67
DAFTAR PUSTAKA
Bela Zaiyuri Rani Haryuti, and Sofwan Hadi. “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Minat Dan Kemampuan Siswa
Dalam Pemecahan Masalah Matematika Pada Materi Bnagun Datar Kelas IV
SDN Ngrukem.” AL-THIFL : Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah 2, no. 2 (2023): 152–62. https://doi.org/10.21154/thifl.v2i2.1240.
Dwi Etika, Erdyna, Sevia Cindy Pratiwi, Dwike Megah Purnama Lenti, Dina
Rahma Al Maida, Ibnu Nurdiansyah, Gatot Muhsetyo, Abd. Qohar, et al.
“Studi Pustaka Penggunaan Metode Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis E-
Learning Pada Mahasiswa PPKn Masa New Normal.” Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, Dan Pengembangan 3, no. 1 (2021): 32–39. https://e-
journal.unmas.ac.id/index.php/dharmajnana/article/view/5070%0Ahttps://e-
journal.unmas.ac.id/index.php/dharmajnana/article/download/5070/3876%0
Ahttps://www.jptam.org/index.php/jptam/article/view/2110.
Oktaviani, Saktia, Sri Hariyani, and Yuniar Ika Putri Pranyata. “Penerapan
68
Strategi Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas X Smkn 2 Singosari.” RAINSTEK : Jurnal Terapan
Sains & Teknologi 1, no. 2 (2019): 54–63.
https://doi.org/10.21067/jtst.v1i2.3450.
Sembiring, Apriyani Br, Darinda Sofia Tanjung, and Patri Janson Silaban.
“Pengaruh Model Pembelajaran Time Token Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Sekolah Dasar Pada Pembelajaran Tematik” 5, no. 5 (2021): 4076–84.
Susanti, Endang Putri, Yantoro Yantoro, and Agung Rimba Kurniawan. “Strategi
Guru Dalam Pembelajaran Berhitung Pembagian Di Sekolah Dasar.” Al-
Adzka: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 10, no. 1
(2020): 53. https://doi.org/10.18592/aladzkapgmi.v10i1.3691.
Yuna Agsa, Yuni, Mujib, and Indah R.A. Suri. “Model Pembelajaran Scramble
Dan Time Token Arends (TTA) Untuk Meningkatkan Kemampuan
69
Pemahaman Konsep Matematis Peserta Didik.” Prosiding Seminar Nasional
Matematika Dan Pendidikan Matematika Uin Raden Intan Lampung,p-ISSN:
2579-941X e-ISSN: 2579-9444, 2018, 476.
70
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar pengajuan Judul
71
sangat penting dalam kehidupan kita.
Banyak hal disekitar kita yang berhubungan
dengan matematika, seperti menukar uang,
menelpon, mengukur jarak dan waktu dan
masih banyak lagi kegiatan sehari lainnya
yang membutuhkan matematika. Selain itu,
ilmu matematika juga sangat berperan
penting bagi pendidik terutama pada siswa
kelas II seperti berhitung (penjumlahan dan
pengurangan), perkalian, serta pembagian.
Ini menunjukkan bahwa matematika
merupakan ilmu penunjang bagi ilmu
lainnya, sehingga matematika menjadi
sangat berperan dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Matematika juga disiplin ilmu yang
merupakan bagian dari proses pendidikan
ilmu yang merupakan bagian dari proses
pendidikan di sekolah dan mempunyai
peranan penting dalam segala jenis dimensi
dengan fungsinya untuk mengembangkan
kemampuan berhitung dan menghitung yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
72
matematika. Pada siswa kelas II di MI
Ma‟arif Cekok dalam berhitung sedikit
melambat atau kurang cepat. Sebenarnya
dalam berhitung (penjumlahan dan
pengurangan) sudah tepat hanya saja kurang
cepat dalam menjawab. Di sini harus
ditingkatkan kemampuan berhitung anak
melalui Teknik Time Token. Teknik Time
Token disini yang dimaksud adalah dalam
menjawab itu ada batasan waktu atau tanda
waktunya sehingga siswa lebih bisa berfikir
lebih lagi dan bisa mengasah otak dengan
cepat.
73
4. Belum adanya strategi guru dalam
meningkatkan kemampuan Berhitung
Penjumlahan dan Pengurangan dengan
Menggunakan Teknik Time Token
pada Siswa Kelas II
3 MENENTUKAN FOKUS Karena beberapa keterbatasan yang dimiliki
PENELITIAN maka peneliti memfokuskan penelitiannya
pada “Efektifitas Strategi Time Token untuk
(Karena keterbatasan waktu,
Meningkatkan Kemampuan Berhitung
dana, tenaga, dan lainnya,
Penjumlahan dan Pengurangan kelas II di MI
peneliti harus menfokuskan
Ma‟arif Cekok Ponorogo”
penelitiannya pada satu fenomena
yang akan diteliti secara
mendalam
74
Time Token yaitu struktur yang dapat
digunakan untuk mengajarkan keterampilan
sosial, untuk menghindari siswa
mendominasi pembicaraan atau siswa diam
sama sekali Penerapan Teknik Time Token
dalam Pembelajaran Kooperatif dapat
58
Nikmah, “Penerapan Teknik Time Token Dalam Pembelajaran Kooperatif Untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas Vii Mts Al-Muttaqin Pekanbaru.”
75
Ketuntasan Minimal atau KKM. KKM di
SDN Kedungrejo 02 Tunjungan Blora pada
mata pelajaran matematika kelas IV adalah
60. Hal ini menunjukkan siswa belum
memahami mata pelajaran matematika pada
materi bilangan. Salah satu model
pembelajaran yang sesuai untuk mengajarkan
materi bilangan yaitu model pembelajaran
Time Token.59
59
Windi, H, and Widyaningrum, “Keefektifan Model Pembelajaran Time Token
Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Iv Sdn Kedungrejo 02 Tunjungan Blora.”
76
beberapa faktor, salah satunya adalah
pemilihan metode mengajar. Guru
matematika mengajar dengan menggunakan
metode ceramah. Metode ceramah yaitu
metode belajar yang digunakan untuk
menyampaikan pelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran, sedangkan penerapan
metode ceramah hanya terpusat pada guru,
sehingga siswa cenderung pasif dan sulit
untuk mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya. Kondisi siswa yang kurang
aktif juga dapat menyebabkan interaksi
siswa dan guru berkurang, Kemampuan
menganalisis dan menyelesaikan soal
rendah, sehingga apabila ada tugas, siswa
cenderung mencontoh pekerjaan temannya.
Selain itu, metode ceramah yang dijalankan
terus menerus dapat mengakibatkan siswa
merasa bosan dan tidak bersemangat,
sehingga mengakibatkan hasil belajar berada
di bawah KKM. Meningkatkan hasil belajar
siswa dan menjadikan siswa aktif
membangun pengetahuan perlu diterapkan
strategi pembelajaran inovatif agar siswa
dapat berfikir mandiri.60
60
Saktia Oktaviani, Sri Hariyani, and Yuniar Ika Putri Pranyata, „Penerapan Strategi
Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Smkn 2
Singosari‟, RAINSTEK : Jurnal Terapan Sains & Teknologi, 1.2 (2019), 54–63
77
Pembelajaran Take And
Givedantime Tokenberbantuan
Multimedia Interaktifpada Mata
Kuliah Matematika SMP”
Kesimpulannya :
78
mahasiswa yang kurang aktif selama proses
pembelajaran berlangsung (Joyce, dkk,
2000). Model-model pembelajaran inovatif
tersebut membutuhkan dukungan media
pembelajaran yang tepat.Salah satu media
pembelajaran yang tepat dengan
karakteristik model koopearatif Tipe Take
and Give dan Time Token adalah multimedia
interaktif, hal ini karena multimedia
interaktif merupakan komponen yang dapat
digunakan mahasiswa dalam mendukung
pencapaian kemampuan berpikir dan
berkomunikasi yang efektif, belajar mandiri,
dan memecahkan masalahmasalah yang
kompleks dalam kehidupan nyata. Banyak
manfaat yang diperoleh dari fleksibilitas
multimedia karena dapat memasukan video,
audio, dan elemen-elemen grafis.61
61
Noviana Dini Rahmawati dan Sutrisno, “EKSPERIMENTASIMODEL
PEMBELAJARAN TAKE AND GIVEDANTIME TOKENBERBANTUAN MULTIMEDIA
INTERAKTIFPADA MATA KULIAH MATEMATIKA SMP.”
79
peserta didik merupakan landasan penting
untuk menyelesaikan permasalahan
matematika.Hal ini sejalan dengan salah satu
tujuan pembelajaran matematika pada
pendidikan dasar dan menengah adalah
peserta didik memahami konsep masalah
secara matematis.Pemahaman konsep adalah
salah satu kecakapan matematis yang harus
dikuasai dalam pembelajaran
matematika.guru harus pandai memilih
model pembelajaran yang kreatif dan
inovatif untuk diterapkan, dengan tujuan
agar peserta didik dapat dilibatkan secara
aktif dalam proses pembelajaran.penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
peningkatkan kemampuan pemahaman
konsep matematis peserta didik yang diberi
penerapan Model pembelajaran Scramble
dan Time Token Arends (TTA) dengan
model pembelajaran konvensional.
penelitian ini dijalankan dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode eksperimen semu (quasi
eksperimental design).62
62
Yuna Agsa, Mujib, and Suri, “Model Pembelajaran Scramble Dan Time Token Arends
(TTA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Peserta Didik.”
80
atau telah terjadi seputar obyek banyak waktu
yang akan diteliti” Inilah fungsi
dari sebuah research, yaitu
mencari jawaban atas
kegelisahan seorang peneliti).
81
Token, Siswa kelas II
82
Berhitung Masyarakat belajar teknik Time
Penjumlahan (learning community) Token pada
dan Pemodelan siswa kelas II di
Pengurangan (modeling) MI Ma‟arif
kelas II di MI Refleksi (reflection) Cekok
Penilaian sebenarnya Ponorogo
Ma‟arif Cekok
(authenthic 5. Bagaiaman
Ponorogo
assessment) kemampuan
berhitung
penjumlahan
dan
pengurangan
Kemampua dengan
n menggunakan
Berhitung Keruntutan berpikir Strategi Time
Penjumlah Kemampuan Token pada
an dan berhitung cepat siswa kelas II di
Pengurang kemampuan MI Ma‟arif
an (Y1) memberikan Cekok
kesimpulan Ponorogo
6. Bagaimana
Efektifitas
Strategi Time
Token untuk
Meningkatka
n
Kemampuan
Berhitung
Penjumlahan
dan
Pengurangan
kelas II di MI
Ma‟arif
Cekok
Ponorogo
83
84
Lampiran 2 . Hasil Validasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
63
Lampiran 4. Instrumen Penelitian
64
65
66
67
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian
68
Lampiran 6. Surat Pernyataan Lulus Mata Kuliah
69
Lampiran 4. Dokumentasi
70
71
Riwayat Hidup
72