Anda di halaman 1dari 105

PENGGUNAAN METODE MUROJA’AH DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUANMENGHAFAL Al-QUR’AN JUZ 30 MATA PELAJARAN


TAHFIDZ SISWA KELAS IIIC DI SDIT IQRA 2 KOTA BENGKULU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Disusun Oleh :
PUJI SETIA NINGSIH
NIM. 1811240237

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukurbagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan

penulisan proposal skripsi yang berjudul “Penggunaan metode muraja’ah dalam

meningkatkan kemampuan manghafal Al-Qur’an juz 30 mata pelajaran Tahfidz

siswa kelas IIC DI SDIT IQRA’2 KOTA BENGKULU”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam, kepada keluarganya,

sahabatnya,hingga kepada umatnya hingga akhir zaman.

skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan dalam bidang Guru Madrasah Ibtidaiyah di UIN Fatmawati

Sukarno Bengkulu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. KH.Zulkarnain, M.Pd Selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Fatmawati Sukarno Bengkulu yang telah memfalitasi dalam menimba ilmu

pengetahuan dikampus ini

2. Bapak Dr. Mus Mulyadi, M.Pd, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris UIN

Fatmawati Sukarno Bengkulu, yang selalu mendorong keberhasilan peneliti

3. Ibu Azizah Aryati, M.Ag, Ketua Jurusan Tarbiyah UIN Fatmawati Sukarno

Bengkulu, yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang sangat

bermanfaat bagi peneliti

4. Bapak Abdul Aziz Mustamin, M.Pd.I, Koordinator Program Studi Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Tadris, UIN Fatmawati

ii
Sukarno Bengkulu, yang selalu memberikan motivasi, petunjuk dan bimbingan

demi keberhasilan peneliti

5. Bapak Dr. Nur hidayat. M.Ag selaku pembimbing I yang telah memberikan

waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak Dr. Kurniawan, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan

waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik

7. Kedua orang tua penulis Achmadi dan Kamtini, yang selalu memberikan kasih

sayang, doa, dan nasehat, serta atas kesabarannya yang luar biasa dalam setiap

langkah hidup penulis, yang merupakan anugerah terbesar dalam hidup.

8. Teman-Teman Seperjuangan kelas G angkatan 2018 yang selalu berjuang

bersama-sama untuk menggapai cita-cita

9. Almamaterku Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Kota Bengkulu

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah Subhanallah Wa Ta’ala

membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini

membawa manfaat bagi berbagai pihak.

Bengkulu, 2023
Peneliti

Puji Setia Ningsih


NIM.1811240037

iii
ABSTRAK

Puji Setia Ningsih NIM 1811240237, Judul Skripsi “Penggunaan metode


muraja’ah dalam meningkatkan kemampuan manghafal Al-Qur’an juz 30 di SDIT
IQRA’ 2 Kota Bengkulu”. Skripsi : Program Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Tadris UIN Bengkulu.
Pembimbing :
1. Dr.Nur hidayat, M.Ag.
2. Dr. Kurniawan, M.Pd

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Bagaimana penggunaan


metode muroja’ah di SDIT IQRA’2 kota Bengkulu? (2) apa saja kendala dalam
penggunaan metode muroja’ah di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu? (3) Bagaimana
hasil dari penggunaan metode muroja’ah di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu?Jenis
Penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan
deskriptif. Sumber data diperoleh dari manusia, tempat, dan kertas yang diperoleh
dari lapangan, teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan
kesimpulan. Teknik keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi teknik,
triangulasi sumber, dan triangulasi waktu. Hasil penelitian menunjukan bahwa
“Penggunaan metode muraja’ah dalam meningkatkan kemampuan manghafal Al-
Qur’an juz 30 di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu”. Ada 4 pelaksanaan muroja’ah
hafalan al-qur’an juz 30, yaitu : 1) Muroja’ah hafalan bersama-sama dan disimak
oleh Ustadz/Ustadzah, 2) Muroja’ah hafalan Al-Qur’an Juz 30 bersama teman. 3)
Muroja’ah hafalan yang lama dan baru kepada Ustadz/Ustadzah. 4) Ujian hafalan
Al-Qur’an juz 30. Kendala-kendala “Penggunaan metode muroja’ah dalam
meningkatkan kemampuan manghafal Al-Qur’an juz 30 di SDIT IQRA’2 Kota
Bengkulu”.yaitu : a) peserta tidak fokus, b) malas c) kondisi lingkungan kurang
efektif. “Penggunaan metode muraja’ah dalam meningkatkan kemampuan
manghafal Al-Qur’an juz 30 di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu”.Hasil penelitian
Peserta didik telah mampu mencapai target hafalan yang telah diprogramkan
disekolah. Hafalan peserta didik setelah penggunaan metode muroja’ah menjadi
lebih lancar, fashih dan tartil. Dengan metode muroja’ah peserta didik mampu
mempercepat hafalannya dibandingkan dengan tidak muroja’ah, selain itu hafalan
peserta didik menjadi lebih kuat baik hafalan lama atau hafalan baru.

Kata kunci : Metode muroja’ah, Menghafal Al-Qur’an juz 30

iv
ABSTRACT

Puji Setia Ningsih NIM 1811240237, Judul Skripsi : The use of the muraja'ah
method in improving the ability to memorize the Al-Qur'an juz 30 at SDIT IQRA'
2 Bengkulu City".Thesis: Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education Program,
Faculty of Tarbiyah and Tadris UIN Bengkulu.
Advisor
1. Dr.Nur hidayat, M.Ag.
2. Dr. Kurniawan, M.Pd

The purpose of this study was to find out (1) How is the use of the
muroja'ah method at SDIT IQRA'2 Bengkulu city? (2) what are the obstacles in
using the muroja'ah method at SDIT IQRA'2 Bengkulu City? (3) What are the
results of using the muroja'ah method at SDIT IQRA'2 Bengkulu City? The type of
research used is qualitative using a descriptive approach. Sources of data
obtained from humans, places, and paper obtained from the field, data collection
techniques by interviews, observation and documentation. Data analysis
techniques using data reduction, data presentation, and conclusions. The data
validation technique used by researchers is technical triangulation, source
triangulation, and time triangulation. The results showed that "The use of the
muraja'ah method in improving the ability to memorize the Al-Qur'an juz 30 at
SDIT IQRA'2 Bengkulu City". There are 4 implementations of muroja'ah
memorizing the Koran juz 30, namely: 1) Muroja'ah memorizing together and
being listened to by Ustadz/Ustadzah, 2) Muroja'ah memorizing Al-Qur'an Juz 30
with friends. 3) Muroja'ah memorizing the old and new to Ustadz/Ustadzah. 4) Al-
Qur'an juz 30 memorization test. Constraints "Using the muraja'ah method in
improving the ability to memorize the Al-Qur'an juz 30 at SDIT IQRA'2 Bengkulu
City". namely: a) participants are not focused, b) lazy c) environmental conditions
are less effective. "The use of the muraja'ah method in improving the ability to
memorize the Al-Qur'an juz 30 at SDIT IQRA'2 Bengkulu City". Research result
Students have been able to achieve the target memorization that has been
programmed at school. Students' memorization after using the muroja'ah method
becomes more fluent, fluent and tartil. With the muroja'ah method students are
able to speed up their memorization compared to not muroja'ah, besides that the
students' memorization becomes stronger both old memorization and new
memorization.

Keywords: Muroja'ah method, Hadal Al-Qur'an juz 30

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
MOTTO................................................................................................................ iv
ABSTRAK............................................................................................................ v
ABTRACT............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .........................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori................................................................................... 8
1. Metode Muroja’ah......................................................................... 8
a. Pengertian Metode Muroja’ah................................................... 8
b. Metode Muroja’ah .................................................................... 11
c. Strategi Muroja’ah Hafalan....................................................... 14
2. Menghafal Al-Qur’an ................................................................... 17
a. Pengertian menghafal Al-Qur’an ............................................. 17
b. Metode Menghafal Al-Qur’an .................................................. 20
c. Faktor pendukung untuk menghafal juz 30 .............................. 22
3. Tinjauan Tentang Hafalan Juz 30.................................................. 25
a. Definisi Menghafal Al-Qur’an.................................................. 25
b. Keutamaan dan Keistimewaan Menghafal Juz 30.................... 28
c. Tata Cara Menghafal Juz 30..................................................... 30
d. Penerapan dan Langkah-langkah Menghafal Juz 30................. 31
4. Peserta Didik.................................................................................. 34
.......................................................................................................
a. Pengertian Peserta Didik .......................................................... 34
b. Hakikat Peserta Didik.............................................................. 39

vi
c. Karakteristik peserta didik ....................................................... 42
B. Kajian Pustraka .................................................................................. 44
C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................................ 47
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 48
C. Dasar Penelitian.................................................................................. 48
D. Sumber Data ...................................................................................... 49
E. Fokus Penelitian................................................................................. 49
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 49
G. Uji Keabsahan Data............................................................................ 50
H. Teknik Analisis Data.......................................................................... 52
I. Produser Penelitian............................................................................. 53
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Deskripsi dan Analisis Data............................................................... 54
1. Sejarah berdirinya SD IT IQRA’2 Kota Bengkulu........................ 54
2. Letak Geografis ............................................................................. 56
3. Visi dan Misi SDIT IQRA’ 2 Kota Bengkulu............................... 57
4. Jumlah Guru dan karyawan........................................................... 59
5. Struktur Organisasi........................................................................ 52
6. Keadaan Peserta Didik................................................................... 63
7. Sarana dan Prasarana..................................................................... 65
B. Deskripsi Data Penelitian .................................................................. 65
1. Penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan kemampuan
menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SD
IT IQRA’2 Kota Bengkulu............................................................ 66
2. Kendala-kendala dalam penggunaan metode muroja’ah dalam
meningkatkan kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran
Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu........... 71
3. Hasil dari penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan
kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas

vii
IIIC di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu........................................... 74
C. Analisis Data Penelitian ..................................................................... 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 80
B. Saran .................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................


Tabel 4.1 jumlah Guru da Karyawan ................................................................... 59
Tabel 4.2 Jumlah Peserta didik Berdasarkan Jenis Kelamin................................. 63
Tabel 4.3 Daftar Nama Peserta didik kelas III C................................................... 63

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Beanlakang

Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir diturunkan Allah swt.

Dengan perantara malaikat jibril a.s kepada Nabi Muhammad saw.

Sebagai kunci dengan kesimpulan dari semua kitab-kitab suci yang pernah

diturunkan Allah swt. Kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang diutus Allah

sebelum Nabi Muhammad saw.

Al-Qur’an dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan

kosakatanya, tapi juga kandungan yang tersurat, tersirat, bahkan sampai

kepada kesan yang di timbulkannya. Demikian terpadu Al-Qur’an

keindahan bahasa, ketelitian, dan keseimbangannya, dengan kedalam

makna, kekayaan, dan kebenarannya, serta kemudahan pemahaman dan

kehebatan kesan yang ditimbulkannya. Al-Qur’an adalah kitab yang

teratur tata cara membacanya, mana yang teratur cara membacanya, mana

yang dipendekkan, diperpanjangkan, dipertebal atau diperhlus ucapannya,

dimana tempat yang terlarang atau yang boleh atau harus berhenti. .1

sesungguhnya membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan

mengamalkannya disertai pemahaman dan perenungan mengandung

pahala-pahala yang besar, harta simpanan yang berharga, dan keutamaan-

keutamaan yang banyak.2

1
Momon Sudarman, Profesi Guru, Dipuji, Kritis, dan Dicaci. (Jakarta: RajaGrafindo
Persada. 2013), h. 45-46.
2
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an. (Depok: Gema Insani, 2008), h.2

1
2

Dorongan atau motivasi untuk menghafal Al-Qur’an sendiri

dijelaskan dalam QS.Al-Qamar ayat 22.

٢٢ ‫َو َلَقۡد َيَّس ۡر َنا ٱۡل ُقۡر َء اَن ِللِّذ ۡك ِر َفَهۡل ِم ن ُّم َّد ِكٖر‬

Artinya :Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan


adakah orang yang mengambil pelajaran ?.3

Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu keutamaan yang besar, dan

posisi

Itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan seorang yang bercita-cita

tulus, serta berharap pada kenikmatan duniawi dan ukhrawi agar manusia nanti

menjadi warga allah dan dihormati dengan penghormatan yang sempurna .4

Sekolah merupakan bagian yang integral dari lembaga-lembaga

pendidikan diindonesia, nilai-nilai agama yang diajarkan bagi kemajuan

pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana tujuan sekolah tersebut

yaitu untuk membentuk kepribadian muslim, kepribadian yang beriman

dan bertakwa kepada Allah Swt, berakhlak mulia, bermanfaat bagi

masyarakat dengan jalan mengabdi pada masyarakat

Berdasarkan Observasi awal di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu

bahwa Ustad dan Ustadzah sangat penting dalam program menghafal Al-

Qur’an juz 30 karena menghafal al-qur’an salah satu ciri khas dari SDIT

IQRA’2 Kota Bengkulu. target lulus dari SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu

adalah harus bisa menghafal juz 29 dan 30 .5

3
Kadar Yusuf, Studi Al-qur’an, (Jakarta: Amzah, 2014), h.39
4
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat
Press, 2003), h.8.
5
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Depok: Gema Insani, 2008), h.23
3

Tidak hanya diberikan ilmu pengetahuan tapi juga akan menerima

akhlak yang baik. Peserta didik akan di didik berdasarkan ilmu agama

islam untuk membentuk kebiasaan dan akhlak yang baik. Banyak sekali

jenis kegiatan positif yang ada disekolah, tak hanya belajar dikelas tetapi

juga ada kehiatan diluar kelas.

Demikian pula dengan pelaksanaan menghafal Al-Qur’an juz 30,

memerlukan metode atau tektik agar dapat memudahkan usaha untuk

menghafal Al-Qur’an juz 30 tersebut, peserta didik dalam meningkatkan

kelancaran dan menjaga hafalannya yaitu metode muroja’ah. Sedangkan

banyak cara yang bisa digunakan peserta didik seperti : mengulang sendiri,

mengulang dalam shalat, mengulang dengan rekan atau ustadz/ustadzah.

Metode muroja’ahadalah metode mengulang hafalan, baik hafalan

baru maupun hafalan lama yang disetorkan kepada orang lain. Peserta

dapat mendengarkan muroja’ah hafalannya kepada ustadz/ustadzah. 6

Tentunya perlu perhatian khusus dalam menjaga kelancaran

menghafal Al-Qur’an juz 30. Berdasarkan hasil dari observasi dilapangan

bahwa muroja’ahmemiliki peran yang sangat penting dalam program

menghafal Al-Qur’an juz 30, karena menghafal Al-Qur’an merupakan

salah satu ciri khas dari SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu. Muroja’ah

merupakan salah satu kunci dalam kelancaran hafalan peserta didik. 7

6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: PT. Diponegoro, 2010),
h.529
7
Ahmad Al-Mayad dan Adilasy-Syady, Nasihat AGUNG untuk Muslim Pecinta Al-
Qur’an, (Jakarta: Darul Haq, 2021), h.29
4

Kendala dalam penggunaan muroja’ah adalam peserta didik belum

bisa mengatur waktu dengan baik ketika dirumah karena ada beberapa

faktor peserta didik menghabiskan waktu dengan sia-sia seperti banyak

bermain, malas dan jarang muroja’ah hafalan mereka, pada dasarnya

menjaga hafalan Al-Qur’an lebih sulit menghafal Al-Qur’an.

Peran Orang tua sangat penting untuk mendidik anak ketika dirumah

untuk menjaga hafalan, tetapi masih ada beberapa orang tua yang acuh dan

kurang perhatian terhadap anak dikarenakan kesibukan atau pekerjaannya,

orang tua memiliki kedudukan dalam keluarga yang menjadi sarana untuk

meningkatkan dan menjaga kualitas hafalan Al-Qur’an peserta didik.8

Faktor lingkungan sosial dari peserta didik juga berpengaruh seperti

lingkungan bermain dan teman-teman sebayanya. Dengan kondisi peserta

didik yang demikian maka perlu perhatian khusus untuk menjaga

kelancaran hafalan Al-Qur’an dengan metode muroja’ah, karena

berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan harus pandai-pandai membagi

waktu antara belajar dan muroja’ah hafalan Al-Qur’an juz 30.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti sangat tertarik mencoba

untuk mengangkat dalam skripsi yang berjudul ‘penggunaan metode

muroja’ah dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz 30 mata

pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu’

8
Moh. Haitami Salim, Studi Ilmu Pendidikan Islam…”, h.150
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah tersebut :

1. Bagaimana penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan kemampuan

menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT IQRA’2

Kota Bengkulu?

2. Apa saja kendala penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT

IQRA’2 Kota Bengkulu?

3. Bagaimana hasil dari penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT

IQRA’2 Kota Bengkulu?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT

IQRA’2 Kota Bengkulu

2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam penggunaan metode muroja’ah

dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz

siswa kelas IIIC di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu

3. Untuk mengetahui hasil dari penggunaan metode muroja’ah dalam

meningkatkan kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa

kelas IIIC di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu


6

4. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, maaf yang dapat diperoleh

yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini harapkan bermanfaat dalam memperluaskan

pengetahuan dibidang pendidikan. Wawasan pengetahuan ini juga dapat

menjadi wacana pengetahuan bagi mahasiswa dilingkungan pendidikan,

khususnya di Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu. Hasil

penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan peneliti-peneliti selajutnya

yang mempunyai obyek penelitian yang sama.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini bisa menjadi acuan untuk mengambil

kebijakanyangdapat meningkatkan kualitas hafalan peserta didik terutama

dilingkungan sekolah yang di pimpin.

b) Bagi Ustadz/Ustadzah

Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai

masukanuntukmenemukan pendekatan pengajaran yang lebih baik bagi

calon hafidzah sehingga hafalan Al-Qur’an akan semakin efektif.9

c) Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk

lebih semangat dalam menghafal Al-Qur’an sehingga menjadi lebih baik.

9
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara1991), h.67.
7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Metode muroja’ah
a. Pengertian Metode Muroja’ah

metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly berasal dari kata meta

berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui

untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI metode berarti

cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

guna kegiatan mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut WJS.

Poerwadarmita dalam kamus bahasa indonesia, metode adalah cara yang

telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mecapai suatu tujuan.10

Metode pembelajaran mengacu pada suatu cara yang akan digunakan

oleh guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam pembelajaran

metode dipakai sebagai cara untuk menyampaikan materi dan mengelola

kegiatan pembelajaran.11

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah

cara-cara atau upaya guru yang telah disusun secara sistematis antara

pendidik dan peserta didik untuk saling beriinteraksi dalam suatukegiatan

10
Momon Sudarman, Profesi Guru, Dipuji, Dikritisi, dan Dicaci, (Jakarta: RagaGrafindo
Persada. 2013), h.45-46
11
Farid Agus Agus Susilo, “Peningkatan Efektivitas Pada Proses Pembelajaran”, Jurnal
Mathedunesa Vol.2 No.1 (2013), h.3.

7
8

sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan menjadikan

pembelajaran dapat tercapai.

Kata muroja’ah(‫ة‬jj‫ )مراجع‬meupakan mashdar dari kata kerja raja‟a(

‫)راجغ‬- yuraji‟u (‫ )يراجغ‬. Ia berasal dari akar kata yang tersusun dari huruf

ra‟ (‫)ر‬, jim (‫)ج‬, dan ain (‫ )ع‬yang berarti kembali atau pulang. Selanjunya

kata muroja’ahsendiri diartikan dengan meninjau ulang, memeriksa

kembali, dan mengecek. Mengulang hafalan Al-Qur’an disebut

muroja’ahkarena ia tidak dapat dilakukan kecuali setelah kembali dulu ke

belakang, lalu maju lagi.

Selanjutnya kata muroja’ah sendiri diartikan dengan meninjau ulang,

memeriksa kembali, dan mengecek. Mengulang hafalan Al-Qur’an disebut

muroja’ah karena ia tidak dapat dilakukan kecuali setelah kembali dulu ke

belakang, lalu maju lagi.12

Muroja’ah merupakan metode utama dalam memelihara hafalan Al-

Qur’an supaya tetap terjaga dan bertambah lancar. Memelihara hafalan Al-

Qur’an memang bisa juga dilakukan dengan mendengarkan bacaan orang

lain atau kaset dan sebagai lainnya. Bisa juga dengan melihat dan

memperhatikan mushaf tanpa melafazhkan dengan lisan. 13

Kegiatan muroja’ah merupakan salah satu metode untuk tetap

memelihara hafalannya supaya tetap terjaga, sebagaimana firman Allah

SWT.

12
Darmadi, Penggunaan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa,
(Yogyakarta: Deepublish, 2017), h.175
13
Nining Maryaningsih, Bukan Kelas Biasa, (Surakarta: Kekata Publisher, 2018), h.10
9

Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 9.

٩ ‫ِإَّنا َنۡح ُن َنَّز ۡل َنا ٱلِّذ ۡك َر َو ِإَّنا َل ۥُه َلَٰح ِفُظوَن‬


Artinya:Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan
sesungguhnyakami benar-benar memeliharanya. 14

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah yang menurunkan Al-Qur’an dan

Allah pula yang akan menjaganya hingga akhir zaman. Jika Allah menjaga

Al-Qur’an maka Allah akan menjaga ahlul Qur’an(para penghafal Al-

Qur’an).

Jadi, saat peserta didik muroja’ah hafalannya kepada ustadz/ustadzah,

hal ini tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa hafal dan dapat

mengetahui letak kesalahan ayat yang dihafalkan. Dengan begitu, jika ada

kesalahan saat muroja’ah dapat diketahui oleh ustadz/ustadzah dan dapat

diperbaiki saat itu juga agar segera diperbaiki dan menjadi benar.

Oleh karena itu, metode muroja’ah merupakan salah satu metode yang

tepat dan merupakan salah satu solusi yang dipilih untuk mencapai tujuan

selalu mengingat hafalan, melestarikan, dan menjaga kelanacaran Al-Qur’an

agar tetap terjaga dan tidak smapai lupa yang mengakibatkan kita berdosa

karena mengabaikan al-Qur’an, tanpa adanya muroja’ah maka rusaklah

hafalan kita.

Muroja’ah memiliki banyak faedah didalam dunia pengajaran. Maka

dari itu pula kekuatan hafalan yang ada padanya bertambah dan kelancaran

dalam membaca Al-Qur’an juga bertambah .

b. Metode Muroja’ah
14
Departemen Agama Ri Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: PT. Diponegoro,2 10), h.262
10

Pada hakikatnya manusia tidak dpat dipisahkan dari sifat lupa, karena

lupa merupakan sifat yang sudah melekat dalam diri manusia. Dengan

pertimbangan inilah maka dalam menjaga hafalan al-Qur’an supaya tidak

hilang, mengulang hafalan secara teratur adalah cara terbaik untuk

mengatasi hal itu. Ada dua macam metode pengulangan menurut cece

Abdulwaly, yaitu:

Pertama, mengulang dalam hati. Cara ini dilakukan dengan membaca

Al-Qur’an dalam hati tanpa mengucapkannya lewat mulut. Metode

merupakan kebiasaan para ulama dimasa lampau untuk menguatkan dan

mengingat hafalan mereka. Dengan metode ini pula, seorang penghafal akan

terbantu mengingat hafalan-hafalan yang telah ia capai sebelumnya.

Kedua, mengulang dengan mengucapkan. Metode ini sangat membantu

peserta didik dalam memperuat hafalnnya. Dengan metode ini secara secara

tidak langsung ia telah melatih mulut dan pendengarannya dalam

menghafalkan serta mendengarkan bacaan sendiri. Ia pun nantinya akan

bertambah semangat dan terus berupaya melakukan pembenaran-

pembenaran ketika terjadi salah pengucapannya. 15

Adapun dalam proses muroja’ahsangat disarankan menggunakan tempo

baca yang sedang atau lambat agar menghasilkan hafalan berkualitas/ada 3

tempo muroja’ah:

a) Muroja’ah cepat.

b) Muroja’ah sedang.

15
Cece Abdulwaly, Rumuzut Tikrar Kunci Nikmatnya Hafalan Al-Qur’an, (Yogyakarta: Diandra,
2016), h. 61-62
11

c) Muroja’ah lambat.

Orang yang terbiasa muraja’ah lambat akan mudah untuk muraja’ah

dengan tempo cepat bila diperlukan. Namun, bagi yang sering muraja’ah

cepat akan sangat kesulitan untuk muraja’ah lambat dengan visualisasi

hafalan yang baik. Maka dari itu, peserta didik harus membiasakan

mengulang hafalan dengan tempo yang lambat atau sedang agar hafalan

kokoh dan baugs dalam visualisasi ayat per ayat. Selain itu, peserta didik

juga dapat muraja’ah dengan mendengarkan audio murattal secara sedang

atau lambat. 16

Selanjutnya, menurut cece abdulwaly dilihat dari segi strateginya metode

muraja’ah terbagi menjadi dua bagian :

Pertama, muroja’ah dengan melihat mushaf (bian-nazhar). Cara ini tidak

memerlukan konsentrasi yang menguras kerja otak. Oleh karena itu,

kompensasinya adalah harus siap membaca sebanyak-banyaknya.

Keuntungan muroja’ah seperti ini dapat membuat otak kita merekam leta-

letak setiap ayat yang kita baca, ayat ini di sebelah kanan halaman, ayat

Yang itu terletak disebelah kiri halaman, atau lain semisalnya, juga

bermanfaat untuk membentuk keluwesan lidah dalam membaca, sehingga

terbentuk suatu kemampuan spontanitas pengucapan.

Kedua muraja’ah tanpa melihat mushaf (bi al-ghaib) cara ini cukup

menguras kerja otak, sehingga cepat lelah. Oleh karena itu, wajar hanya

dapat dilakukan dengan cepat lelah. Oleh karena itu, wajar hanya dapat

16
Herman Ayam El-Hafizh, Siapa Bilang Menghafal Al-Qur’an itu Sulit, (Yogyakarta: Pro-U
Media, 2015), h.170
12

dilakukan sepekan sekali atau tiap hari dengan jumlah juzyang sedikit.

Dapat dilakukan dengan membaca sendiri didalam dan diluar shalat, atau

bersama dengan teman. Keuntungan muraja’ah bi al-ghaib ini bagi peserta

didik yaitu guna melatih kebiasaan pandangan kita, jika terus meneruskita

melihat mushaf, maka untuk apa kita susah payah menghafal Al-Qur’an.17

Mengulang ayat-ayat yang sudah dihafal ini memang membutuhkan

ketekunan dan kerja keras, terkadang harus menghafal lagi ayat-ayatnya

karena lupa, walaupun mungkin tidak sesulit menghafal materi baru. Di

samping itu, fungsi dari mengulang-ulang hafalan yang sudh disetorkan

kepada guru adalah menguatkan hafalan itu sendiri dalam hati penghafal,

karena semakin sering dan banyak penghafal mengulang hafalan, maka

semakin kuat hafalan-hafalan para penghafal.18

Mengulang-ulang hafalan sebaiknya dilakukan setelah mengoreksi

hafalan dan setelah membacanya didepan orang lain sehingga tidak ada

kesalahan yang tidak diketahui yang akhirnya menyulitan diri. Karena

kesalahan yang terjadi sejak awal pertama kali menghafal akan sulit untuk

dirubah pada tahap selanjutnya karena sudah melekat dan menjadi bawaan,

maka sejak awal pula hal ini harus dihindari yaitu dengan teliti ketika

menghafal ataupun pada saat mengoreksi hafalan. Mengulang-ulang hafalan

bisa dilakukan sendiri atau bisa juga dengan orang lain atau teman dengan

bergantian dan ini adalah yang paling baik.

17
Cece Abdulwaly, Rumuzt Rikrar Kunci Nikmatnya Menjaga Hafalan Al-Qur’an,
(Yogyakarta: Diandra, 2016), h. 64
18
Ahmad Baduwailan, Menjadi Hafiz Tips dan Motivasi Menghafal Al-Qur’an, (Solo:
Aqwam Media Profetika, 1019), h.52
13

Mengulang hafalan mempunyai fungsi sebagai proses pembiasaan bagi

indera yang lain yaitu lisan atau bibir dan telinga, dan apabila lisan atau

bibir sudah biasa membaca sebutan lafaz yang tidak bisa diingat atau lupa

maka bisa menggunakan sistem langsung yaitu dengan mengikuti gerak

bibir dan lisan sebagaimana kebiasaan tanpa mengingat-ingat hafalan.

Fungsi yang paling besar dalam muraja’ah hafalan adalah untuk

menguatkan hafalan itu sendiri dalam hati, karena semakin sering

mengulang hafalan maka semakin kuat hafalan tersebut. 19

c. Strategi Muroja’ah Hafalan

Hambatan terbesar dalam menghafal adalah cepat lupa dengan hafalan,

musababnya, akal manusia itu memiliki daya ingat jangka pendek dan

jangka panjang, ketika proses menghafal, materi hafalan berada didalam

memori jangka pendek, namun dengan adanya pengulangan yang terus-

menerus materi hafalan aan berpindah kedalm memori jangka panjang.

Karenanya, kita harus menjadwalkan kegiatan muraja’ah dismaping

perencanaan kegiatan menambah hafalan20

Muraja’ah atau mengulang-ulang hafalan baik hafalan baru ataupun lama

adalah hal yang snagat penting dalam menghafal Al-Qur’an. Menghafal dan

muraja’ah harus seimbang, tidak mungkin bisa menghafal tanpa melakukan

muraja’ah. Adapun dalam mengukang-ulang hafalan baru.

19
Yusuf Syamsudan Nani M.Sugandhi, PerkembanganPeseratDidik, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014), h.62.
20
Abdul Aziz, “Komunikasi Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam”, Jurnal
Mediakita: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol.1 No.2 (2017), h.157.
14

Pertama, mengulang hafalan baru, mengulang hafalan baru disini

maksudnya adalah mengulang hafalan yang belum lama dihafal dan masih

belum kuat. Perlu perhatian lebih pada hafalan baru ini, diantara yang bisa

kita lakukan adalah :

1) Mengulang setelah sholat

2) Mengulang sekali atau beberpa kali setelah bangun tidur

3) Membacanya ketika melaksanakan sholat malam

Kedua, mengulang hafalan lama. Mengulang hafalan yang lama ini

bersifat fleksibel karena dengan berjalan kemana saja atau melakukan

pekerjaan apa saja kita kita masih bisa melakukannya. Kenikmatan

mengulang hafalan ini akan terasa lebih apabila hafalnnya benar-benar

lancar.21

Berikut adalah beberapa metode mengulang hafalan Al-Qur’an yang

sangat berguna bagi para penghafal Al-Qur’an :

1) Mengulang sendiri

Metode mengulang sendiri paling banyak dilakukan karena

masing-masing penghafal Al-Qur’an bisa memilih yang paling sesuai

untuk dirinya tanpa harus menyesuaikan diri dengan orang lain

2) Mengulang dalam sholat

21
Askhabul Kirom, “Peran Guru dan Peserta Didik Proses Pembelajaran Berbasis
Multikultural”, Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol.3. No. 1 (2017), h. 75.
15

Metode ini sangat dianjurkan, karena selain bisa mengulang

hafalan, juga mendapatkan pahala ibadah sholat. Kebanyakan para ulama

menjadikan shalat witir, shalat tahajud untuk mengulang hafalan Al-

Qur’an mereka

3) Mengulang dengan alat bantu

Metode ini bisa dilakukan dimana saja dirumah maupun diluar

rumah. Dengan cara mengikuti bacaan CD Al-Qur’an kaset atau MP3

yang didalamnya terekam bacaan Al-Qur’an .

4) Mengulang dengan sesama penghafal

Sebelum mengulang dengan metode ini, seorang penghafal harus

memilih teman yang juga penghafal Al-Qur’an. Lalu membuat

kesepakatan waktu, surat, dan metode pengulangan yang telah

disepakati.cara ini sangat membantu, sebab terkadang kalau mengulang

sendiri terdapat kesalahan yang tidak disadari.22

Umumnya, menambah hafalan lebih mudah dari pada menjaganya

karena orang yang menghafal begitu terdorong semangatnya untuk bisa,

sedangkan menjaga atau mengulang hafalan terkadang selalu dihantui

oeh rasa malas. Solusinya seorang penghafal harus membuat jadwal

khusus secara harian untuk mengulang hafalannya. Hal ini memerlukan

kesabaran dan ketelatenan.

2. Menghafal Al-Qur’an

22
Askhabul Kirom, “Peran Guru dan Peserta Didik Proses Pembelajaran Berbasis
Multikultural…”, h.76.
16

a. Pengertian menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an atau tahfidz al-Quran terdiri dari dua kata yaitu

tahfidz dan al-Quran. Kata tahfidz merupakan bentuk masdar ghoiru mim

dari kata ‫ تحفيظايحفظحفظ‬yang mempunyai arti menghafalkan. Tahfidz atau

menghafal Al-Quran merupakan suatu perbuatan yang sangat mulia dan

terpuji. Orang yang menghafal Al-Quran merupakan salah satu hamba yang

ahlullah di muka bumi.23

Dalam bahasa Arab, menghafal menggunakan terminology al-hifzh

yang artinya menjaga, memelihara, atau menghafalkan. Menghafal itu

sendiri berarti sebuah usaha meresapkan sesuatu ke dalam ingatan. Karena

itu, menghafal Al-Qur’an bisa diartikan sebagai proses memasukan ayat-

ayat Al-Qur’an ke dalam ingatan kemudian melafazhkan kembali tanpa

melihat tulisan, disertai usaha untuk meresapkannya ke dalam pikiran agar

dapat selalu diingat kapampun dan di mana pun.24

Kata Al-Qur’an berasal dari kata qara‟a yang artinya membaca, para

ulama berbeda pendapat mengenai pengertian atau definisi Al-Qur’an. Hal

ini terkait sekali dengan masing-masing fungsi dari Al-Qur’an itu sendiri.

Menurut Asy-Syafi’i, lafazh Al-Qur’an itu bukan musytaq atau bukan

pecahan dari akar kata mana pun dan bukan pula ber-hamzah, yaitu tanpa

tambahan huruf hamzah di tengahnya. Menurutnya lafazh tersebut sudah

lazim digunakan dalam pengertian kalamullah yang diturubkan kepada Nabi

23
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahan, (Bandung: PT. Diponegoro, 2010),
h.389
24
Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani, “Implementasi Kegiatan Menghafal Al-Qur’an
Siswa di LPTQ Kabupaten SIAK”, Jurnal Islamic Education Management Vol.4 No.1 (2019),
h.58-59
17

Muhammad saw. Sebab kalau akar katanya berasal dari kata qara‟a yang

berarti membaca, maka setiap sesuatu yang dibaca dinamakan Al-Qur’an.

Menurut Manna’ al-Qaththan, lafazh Al-Qur’an berasal dari qara‟a

yang artinya mengumpulkan atau menghitung, maka qira‟ah berarti

menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya

kedalam suatu ucapan yang tersusun dengan rapi. Sehingga menurutnya,

AlQur’an adalah bentuk mashdar dari kata qara‟a yang mengandung arti apa

yang dibaca.25

Kemudian pengertian Al-Qur’an menurut istilah adalah kitab yang

diturunkan kepada Rasullulah saw., ditulis dalam mushhaf, mulai dari awal

Al-Fatihah sampai pada surah An-Nas, diriwayatkan secara mutawatir tanpa

keraguan dan membacanya memperoleh pahala.

Dari definisi ini, dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-Qur’an adalah

proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Qur’an

yang diturunkan kepada Rasullulah saw. di luar kepala agar tidak

terjadiperubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik

secara keseluruhan maupun sebagiannya.

Menghafal Al-Qur’an merupakan aktivitas yang dipenuhi dengan

upaya-upaya yang mengharuskan penghafalnya untuk senantiasa konsisten.

Upaya faktual yang dilakukan oleh para peserta didik untuk memperkuat

hafalan Al-Qur’an dapat dikategorikan sesuai indikator sebagai berikut:

25
Cece Abdulwaly, Rumzut Tikrar Kunci Nikmat Menjaga Al-Qur’an, (Yogyakarta:
Diandra, 2016), h.25-26.
18

(a) konsentrasi, (b) pola makan, (c) kehidupan sosial, dan (d) ibadah. Ragam

upaya tersebut dapat melatih peserta didik untuk menjadi disiplin, sehingga

aktivitas menghafal Al-Qur’an dapat dilakukan secara terjadwal dan

berkesinambungan.

Kewajiban umat Islam adalah menaruh perhatian terhadap Al-Qur’an

dengan membacanya, menghafalnya, maupun menafsirkannya. Allah swt.

telah menjanjikan bagi para pelestari kitab-Nya yaitu berupa pahala ,

dinaikkan derajatnya, dan diberi kemenangan di dunia dan di akhirat.

AlQur’an adalah sebuah kitab yang teratur tata cara membacanya, mana

yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal, atau diperhalus ucapannya, di

mana tempat yang terlarang atau yang boleh atau harus memulai dan

berhenti, bahkan diatur oleh lagu dan iramanya sampai pada etika

membacanya.26

Firman Allah swt,

‫ِإَّنٱَّلِذ يَن َيۡت ُلوَن ِكَٰت َب ٱِهَّلل َو َأَق اُم وْا ٱلَّص َلٰو َة َو َأنَفُق وْا ِمَّم ا َر َز ۡق َٰن ُهۡم ِس ّٗر ا َو َع اَل ِنَي ٗة‬
‫ر‬ٞ‫ ِلُيَو ِّفَيُهۡم ُأُج وَر ُهۡم َو َيِز يَد ُهم ِّم ن َفۡض ۚٓۦِلِه ِإَّن ۥُه َغ ُف و‬٢٩ ‫َيۡر ُجوَن ِتَٰج َر ٗة َّلن َتُبوَر‬
٣٠ ‫ر‬ٞ‫َش ُك و‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang
Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-
terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala
mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
(Q.S Faathir:29-30).

b. Metode menghafal Al-qur’an

26
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an…”, h. 2
19

Setiap penghafal Al-Qur’an, tentunya menginginkan waktu yang cepat

dan singkat, serta hafalannya menancap kuat dimemori otak dalam proses

menghafalkan Al-Qur’an. Hal tersebut dapat terlaksana apabila sang

penghafal menggunakan metode yang tepat, serta mempunyai ketekunan,

rajin, dan istiqamah dalam menjalani prosesnya, walaupuncepatnya

menghafal seseoramg tidak terlepas dari otak atau IQ yang dimiliki.27

Dalam menghafal Al-Qur’an orang mempunyai metode dan cara yang

berbeda-beda. Namun, metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari

pembacaan yang berulang-ulang sampai dapat mengucapkannya

tanpamelihat mushaf sedikitpun. Berikut ini metode-metode dalam

menghafal AlQur’an.

a. Bin-Nazhar

Bin-Nazhar yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur’an

yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur’an secara berulang-

ulang. proses bin-nazhar ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin

atau empat puluh satu kali seperti yang biasa dilakukan oleh para ulama

terdahulu. hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh

tentang lafazh maupun urutan ayat-ayatnya.

b. Tahfizh

Tahfizh yaitu melafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an

yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar tersebut.Misalnya

menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek

27
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur‟an, (Jogjakarta: Diva Press,
2014), h.65.
20

sampai tidak ada kesalahan. Setelah menghafal satu baris atau beberapa

kalimat tersebut sudah dapat dihafal dengan baik, lalu ditambah dengan

merangkaikan baris atau kalimat berikutnya sehingga sempurna.

c. Talaqqi

Talaqqi yaitu menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang

baru dihafal kepada seorang ustadz/ustadzah. Proses talaqqi ini dilakukan

untuk mengetahui hasil hafalan seorang calon hafizh dan mendapatkan

bimbingan seperlunya.28

d. Takrir

Takrir yaitu mengulang hafalan atau men-sima‟kan hafalan yang

pernah dihafalkan/sudah pernah di-sima‟kan kepada ustadz/ustadzah.

Takrir dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga

dengan baik. Selain dengan ustadz/ustadzah, takrir juga dilakukan

sendiri-sendiri dengan maksud melancarkan hafalan yang telah dihafal,

sehingga tidak mudah lupa.

e. Tasmi

Tasmi yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik baik

kepada perseorangan maupun kepada jamaah. Dengan tasmi‟ ini seorang

penghafal akan diketahui kekurangan pada dirinya, karena bisa saja ia

lengah dalam megucapkan huruf atau harakat. Dengan tasmi‟ ini

seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam hafalan.

c. Faktor Pendukung untuk Menghafal Al-Qur’an

28
Rofiul Wahyudi dan Ridhoul Wahidi, Metode Cepat Hafal Al-Qur’an Saat Sibuk
Kuliah, (Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2017), h.75-78.
21

Turun naiknya mutu hafalan Al-Qur’an ini bisa terjadi baik karena

kelalaian maupun tidak sengaja seperti akibat sakit atau banyaknya pikiran

sehingga membuat otak lelah untuk mengulang kembali memori yang

tersimpan.

Menurut Cece Abdulwaly, secara garis besar kualitas hafalan AlQur’an

dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan eksternal

penghafalnya.29

1. Faktor Internal

Faktor internal berarti faktor yang berasal dari dalam diri individu

penghafal Al-Qur’an, yaitu meliputi:

a. Dorongan Individu

Perjalanan menghafal Al-Qur’an merupakan perjalanan yang

dipenuhi berbagai macam kesulitan dan beban yang berat. sehingga

yang diperlukan dari orang yang ingin menghafalkannya adalah sebuah

semangat, keuletan, kesungguhan, dan tidak mengenal keterputusan,

serta harus niatnya ikhlas karena Allah swt.

Seorang penghafal Al-Qur’an apabila sudah mempunyai niat yang

ikhlas, berarti ia sudah ada hasrat dan kemauan yang telah tertanam

dalam hatinya, sehingga jika ada kesulitan dalam menghafalkan ayat-

ayat Allah, maka ia akan menghadapinya dengan pantang menyerah

sekaligus menjalaninya dengan rasa sabar dan tawakkal.

b. Kecerdasan atau Kekuatan Ingatan

29
Cece Abdulwaly, Ramrullilkarar Kunci Nikmatnya Menjaga Hafalan Al-Qur’an,
(Yogyakarta: Diandra, 2016), h. 85-87
22

Menghafal Al-Qur’an memerlukan kecerdasan dan ingatan yang

kuat, kecerdasan dan ingatan yang kuat biasanya bergantung pada

faktor-faktor genetik yang diwariskan dari orangtua, namun ia juga

dapat diupayakan melalui perbaikan kecerdasan dan ingatan. Di

samping itu, kecerdasan ini juga dapat dipengaruhi oleh

kondisilingkungan sekitar, pola kehisupan, kondisi keluarga, dan lain

sebagainya. 30

b. Target Hafalan

di sini sebenarnya bukan menjadi aturan yang mesti dipaksakan,

namun hanya sebuah kerangka yang dibuat sesuai dengan kemampuan

dan lokasi waktu yang tersedia bagi para penghafal Al-Qur’an, paling

tidak dengan membuat target, seorang penghafal Al-Qur’an dapat

merancang dan mengejar target yang dia buat, sehingga menghafal Al-

Qur’an akan lebih semangat dan giat.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar

individu penghafal Al-Qur’an, yang meliputi:

a. Metode yang digunakan

Penggunaan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian

keberhasilan dalam proses belajar menngajar, dalam hal ini menghafal

Al-Qur’an. Prinsip pengajaran Al-Qur’an pada dasarnya bisa dilakukan

30
Muhammad Habibillah Muhammad Asy-Syinqithi, Kiat Mudah Menghafal Quran,
(Solo: Gazzamedia, 2011), h.120.
23

dengan bermacam-macam metode. Penggunaan metode dapat

membangkitkan motivasi belajar peserta didik(penghafal Al-Qur’an). 31

b. Manajemen Waktu

Waktu-waktu yang dianggap sesuai dan baik untuk menghafal Al-

Qur’an diantaranya sebagai berikut:

1). Waktu sebelum terbit fajar

2). Setelah fajar sehingga terbit matahari

3). Setelah bangun dari tidur siang

4). Setelah shalat

5). Waktu diantara maghrib dan isya’

Di sini dapat dilihat bahwa waktu yang dianggap baik adalah

waktu-waktu ketika posisi pikiran tenang dan tidak lelah. Namun tidak

berarti waktu selain yang tersebut di atas tidak baik untuk menghafal

Al-Qur’an.

c. Manajemen Tempat

Pemilihan tempat yang tepat untuk menghafal Al-Qur’an sangat

mempengaruhi dan menunjang dalam keberhasilan menghafal AlQur’an.

Tempat yang ideal dan mendukung para penghafal AlQur’an untuk

berkonsentrasi adalah tempat-tempat yang nyaman.

31
Cece Abdulwaly, Ramrullilkarar Kunci Nikmatnya Menjaga Hafalan Al-Qur’an…”,
h.100.
24

3. Tinjauan Tentang Hafalan Juz 30

a. Definisi Menghafal Al-Qur’an

Menghafal berasal dari kata khafidho-yukhafidhu-khifdho-khufad

yang berarti memelihara, menjaga, menghafalkan.Menghafal berasal dari

kata “hafal” yang artinya telah masuk dalam ingatan atau dapat

mengucapkan sesuatu di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan

lain.Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan materi di dalam ingatan,

sehingga nantinya dapat diproduksi (diingat) kembali secara harfiah, sesuai

dengan materi yang asli. 32

Menghafal merupakan proses mental untuk menyimpan kesan-kesan

yang nantinya waktu di perlukan dapat diingat kembali.Menghafal juga

dikatan suatu proses mengingat, dimana seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang

sudah dihafal harus diingat kembali secara sempurna tanpa melihat mushaf

Al-Qur’an.33

Apabila dilihat dari aspek psikologi, menghafal sama dengan proses

mengingat (memori). Ingatan pada manusia berfungsi memroses informasi

yang diterima setiap saat.Kerja memori melewati tiga tahap, yaitu

perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman adalah pencatatan

informasi melalui reseptor indra dan sirkuit saraf internal. Proses selanjunya

adalah penyimpanan, yaitu menentukan berapa lama informasi itu berada

bersama kita, dalam bentuk apa dan di mana.

32
Robert S. Feldman, Understanding Psychology, (New York: McGraw-Hill, 2010), h.258.
33
A.W. Munawwir Muhammad Fairuz, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2007), h.302.
25

Penyimpanan bisa bersifat aktif atau pasif, penyimpanan aktif apabila

kita menambahkan informasi tambahan, dan mungkin pasif terjadi tanpa

penambahan.Pada tahapan selanjutnya adalah pemanggilan, dalam bahasa

sehari-hari mengingat lagi yakni menggunakan informasi yang

disimpanhafalannya dihadapan gurunya.

Dalam sistematika kerja memori dalam menghafal atau mengolah

informasi adalah teori pengolahan informasi.Secara singkat teori

pengolahan informasi menyatakan bahwa informasi pada awalnya dicatat

oleh system sensori seorang dan memasuki memori sensori yang sesaat

Dalam kegiatan menhafal Al-Qur’an, informasi yang baru saja diterima

melalui membaca ataupun dengan menggunakan teknik-teknik dalam proses

menghafal Al-Qur’an juga melewati tiga tahap yaitu perekaman,

penyimpanan, dan pemanggilan. 34

Perekaman terlihat saat santri mencoba untuk menghafal ayat-ayat

Al-Qur’an yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga pada akhirnya

masuk dalam tahap penyimpanan pada otak memori dalam jangka pendek

dan jangka panjang.Kemudian ketika fase pemanggilan memori yang telah

tersimpat yaitu disaat santri mentasmi’kan untuk menyimpan informasi

tersebut.

Informasi kemudian diteruskan ke memori jangka pendek yang

menyimpannya selama 15 hingga 25 detik.Terakhir, informasi tersebut

dapat berpindah ke memori jangka panjang yang sifatnya relatif

34
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.473.
26

permanen.Apakah informasi tersebut bergerak dari memori jangka pendek

ke memori jangka panjang tergantung pada macam dan jumlah dari latihan

terhadap materi yang dibawa.35

Tiga system memori ini mengajukan eksistensi dari tiga penyimpanan

memori yang berbeda. Memori sensori merujuk pada penyimpanan

informasi awal dan bersifat sangat sebentar, sehingga hanya bertahan sangat

singkat. Kemudian memori jangka pendek (Sort Term Memory) menahan

informasi selama 5 hingga 25 detik.Penyimpanan selanjutnya, memori

jangka panjang informasi disimpan dalam memori jangka panjang (Long

Term Memory) dalam bentuk yang relatif permanen.

Bila suatu informasi berhasil dipertahankan di Sort Term Memory, ia

akan masuk ke Long Term Memory, inilah yang kita kenal sebagai ingatan.

Long Term Memory meliputi periode penyimpanan informasi sejak 1 menit

sampai seumur hidup. Kita dapat memasukkan informasi dari Sort Term

Memory ke Long Term Memory dengan Chunking(membagi menjadi

beberapa chunk). Chunking (pengemasan) adalah strategi penataan memori

yang baik, yakni dengan mengelompokkan informasi menjadi unit-unit yang

dapat diingat menjadi satu unit tunggal.36

b. Keutamaan dan Keistimewaan Menghafal Juz 30

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Rasulullah

SAW, melalui malaikat Jibril As. Kitab suci ini sampaikan kepada Nabi

secara berangsung-angsur.Al-Qur’an merupakan kemulyaan yang paling


35
Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h.214.
36
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013),
h.66-67
27

tinggi yang memberikan petunjuk kepada seluruh umat manusia agar berada

di jalan yang lurus dan keluar dari kegelapan menuju cahaya terang, dan

tidak ada keburukan sedikit pun di dalamnya.Oleh karena itu sebaik-baik

manusia adalah mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.37

Selain mempelajari Al-Qur’an mengamalkannya, sebagi umat

manusia juga disarankan untuk menghafalkannya. Karena bagi orang yang

menghafal Al-Qur’an akan mendapatkan tempat terbaik disisi Allah SWT.

Untuk itu di beberapa lembaga pendidikan islam sudah menerapkan

program hafalan Juz 30. Hal tersebut dilakukan untuk bekal masa depan

peserta didik setelah lulus dari madrasah tersebut.

Hafalan merupakan sebuah nikmat dari Allah SWT yang diberikan

kepada hamba-Nya.Kemampuan seseorang dalam menghafal memiliki

derajat yang berbeda-beda.Hafalan merupakan salah satu karunia yang

Allah berikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, karena

sesungguhnya Dia memiliki karunia yang besar.38

Oleh karena itu, ada beberapa manfaat dan keutamaan menghafal Al-

Qur’an, sebagai berikut :

1) Al-Qur’an adalah pemberian syafaat pada hari kiamat bagi umat manusia

yang membaca, memahami, dan mengamalkannya.

2) Para penghafal Al-Qur’an telah di janjikan derajat yang tinggi di sisi

Allah SWT.

3) Para pembaca Al-Qur’an bersama malaikat yang selalu melindunginya.


37
John W. Santrock, Educational Psychology, (Jakarta: Kencana, 2010), h.319
38
Hamdan Hamud Al-Hajiri, Agar Anak Mudah Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Darus
Sunnah, 2014), h.23
28

4) Para penghafal Al-Qur’an akan mendapat fasilitas khusus dari Allah.

5) Para penghafal Al-Qur’an akan mendapat pahala yang banyak karena

sering membaca dan mengkaji Al-Qur’an.

6) Para penghafal Al-Qur’an diperioritaskan untuk menjadi imam dalam

sholat.

7) Penghafal Al-Qur’an adalah orang pilihan Allah.

8) Para penghafal Al-Qur’an adalah orang-orang yang mulia dari umat

Rasulullah.

9) Para penghafal Al-Qur’an dijanjikan sebuah kebaikan, kebarakahan, dan

kenikmatan dari Al-Qur’an.

10) Para penghafal Al-Qur’an juga akan diberikan keistimewaan mengenai

masalah perdagangan (masalah duniawi).

11) Menghafalkan Al-Qur’an mempunyai manfaat akademis.39

Dalam menghafal Al-Qur’an, dibutuhkan ketulusan dan ikhlasan

dalam hati agar dapat menjalaninya dengan senang hati, ridha, dan dapat

mengatasi segala halangan yang merintangi dalam perjalannya. Menurut

ahmad Salim berpendapat, mengenai beberapa alasan seseorang ingin

menghafal Al-Qur’an, antara lain:

a) Mencontoh Nabi SAW.

b) Mencontoh ulama salaf.

c) Menghafal Al-Qur’an telah dipermuda bagi seluruh umat manusia, dan

tidak dikaitkannya dengan kecerdasan ataupun usia.

39
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Menghafal Al-Qur'an, (Yogyakarta: Diva. Press,
2014), h.145-156.
29

d) Menghafal Al-Qur’an merpakan ketentuan syariat yang tidak mengenal

keterputusan. Karena setiap huruf bernilai sepuluh kebaikan.

c. Tata Cara Menghafal Juz 30

Sebelum memulai menghafal Al-Qur’an, tentunya ada cara dan teknik

tertentu untuk mempermudah proses menghafalnya. Karena menghafal Al-

Qur’an merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah. Maka dari itu ada

beberapa tata cara yang harus dipenuhi dalam menghafalnya, antara lain:

1) Keinginan yang tulus dan niat yang kuat untuk menghafal Al- Qur’an.

2) Pelajari aturan-aturan membaca Al-Qur’an di bawah bimbingan guru yang

mempelajari dan mengetahui dengan baik aturan-aturan tersebut.

3) Bertekad dan memiliki keyakinan untuk menghafal Al-Qur’an setiap hari,

yaitu dengan menjadikan hafalan sebagai wirid harian.

4) Mengulang hafalan yang telah dilakukan sebelum melanjutkan hafalan

selanjutnya disertai dengan kesinambungan.

5) Niat dalam menghafal dan mendalami selayaknya diniatkan demi mencari

keridhaan Allah, bukan untuk tujuan dunia.

6) Mengerjakan apa yang ada dalam Al-Qur’an, baik urusan-rusan kecil

maupun yang besar dalam kehidupan kita.

7) Ketikan Allah, memberikan petunjuk kepada kita untuk menghafal Al-

Qur’an, maka kita wajib mengajarkannya kepada orang lain.,

8) Bagi setiap orang yang mencari hakikat, cahaya, dan kehidupan bahagia

didunia dan akhirat, serta mencari keridhaan Allah.


30

9) Setiap permulaan sesuatu biasannya agak sulit dan menjemukan, namun

dengan keimanan, kesabaran dan ketabahan, niscaya akan melengkapi..40

d. Penerapan dan Langkah-langkah Menghafal Juz 30

Setelah mengetahui tata cara menghafal Al-Qur’an, ada beberapa

langkah dalam menghafal Al-Qur’an, antara lain:

Ada 3 langkah-langkah (Three P) yang harus difungsikan

olehikhwan/akhwat kapan dan dimana saja berada sebagai sarana

pendukungkeberhasilan dalam menghafal al-Qur‟an. 3P (Three P) tersebut

adalah:

1) Persiapan (Isti’dad)

Kewajiban utama penghafal al-Qur‟an adalah ia harus menghafalkan

setiap harinya minimal satu halaman dengan tepat dan benar dengan

memilihwaktu yang tepat untuk menghafal seperti:

a) Sebelum tidur malam lakukan persiapan terlebih dahulu dengan

membacadan menghafal satu halaman secara grambyangan (jangan

langsungdihafal secara mendalam).

b) Setelah bangun tidur hafalkan satu halaman tersebut dengan hafalan

yangmendalam dengan tenang lagi konsentrasi.

c) Ulangi terus hafalan tersebut (satu halaman) sampai benar-benar

hafal

2) Pengesahan (Tashih/setor)

40
Ahamd bin Salim Badwilan, Cara Mudah & Cepat Hafal Al-Qur‟an, (Solo: Kiswah
Media, 2014), h.80-81
31

Setelah dilakukan persiapan secara matang dengan selalu

mengingatingat satu halaman tersebut, berikutnya tashihkan (setorkan)

hafalan antumkepada ustadz/ustadzah. Setiap kesalahan yang telah

ditunjukkan oleh ustadz,hendaknya penghafal melakukan hal-hal

berikut:41

a) Memberi tanda kesalahan dengan mencatatnya (dibawah atau

diatashuruf yang lupa).

b) Mengulang kesalahan sampai dianggap benar oleh ustadz.

c) Bersabar untuk tidak menambah materi dan hafalan baru

kecualimateridan hafalan lama benar-benar sudah dikuasai dan

disahkan.

3) Pengulangan (Muraja’ah/Penjagaan)

Setelah setor jangan meninggalkan tempat (majelis) untuk

pulangsebelum hafalan yang telah disetorkan diulang beberapa kali

terlebih dahulu(sesuai dengan anjuran ustad/ustadzah) sampai ustazd

benar-benar

Mengijinkannya

Adapun langkah-langkah sebelum melakukan menghafal Al-Qur’an

terlebih dahulu melakukan langkah tersebut :

1. Ambillah air wudhu dan sempurnakan wudhu, shalatlah dua rakaat

kemudian berdoalah kepada Allah agar berkenan untuk

mempermudahkan hafalan.

41
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Dzilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.24.
32

2. Menentukan batas hadalan setiap hari dan menyimakkannya kepada

orang yang telah menguasai (hafizh).

3. Bacalah makna-makna kalimat dari apa yang telah di hafal.

4. Jangan melampaui target harian sampai bagus menghafalnya.

5. Seorang penghafal tidak boleh berpindah pada target yang baru, kecuali

setelah menyelesaikan target yang lama.

6. Memperhatikan ayat-ayat serupa.

7. Menghafal menggunakan satu mushaf saja.

8. Tulislah apa yang telah hafal dan kenalilah mana yang keliru, tulislah

dalam kertas sendiri.

9. Ulangi hafalan anda ketika berjalan ke masjid, ke sekolah, atau menuju

tempat kerja. Begitu pula ketika pulang.

10. Shalatlah dua rekaan dan bacalah apa yang sedang dihafal.

11. Pada hari berikutnya, bacalah apa yang telah dihafal tanpa melihat

mushaf satu kali dan dengan melihat mushaf satu kali, sebelum memulai

menghafal atau atau surat yang baru.

12. Bangun untuk shalat malam dan bacalah hafalan beberapa kali.

13. Jadikanlah satu hari dalam sepekan untuk mengoreksi hafalan dalam

satu bulan.

14. Bacalah dari awal ke waktu tentang keutamaan seorang Qori’,

pengemban, dan Shahubul Qur’an.42

4. Peserta Didik

a. Pengertian Peserta Didik


42
Ahamd bin Salim Badwilan, Cara Mudah & Cepat Hafal Al-Qur‟an…”, h. 80-81
33

Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan

Tilmidz, jamaknya adalah Talamid, yang artinya “murid’’, maksudnya

adalah ‘’orang-orang yang mengingini pendidikan’’. Dalam bahasa arab

dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab, yang artinya

‘’mencari’, maksudnya adalah orang-orang yang mencari ilmu.43

Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem

pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan

tujuan penelitian nasional. Sebagai suatu komponen penidikan, peserta didik

dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain pendekatan sosial,

pendekatan psikologis dan pendekatan edukatif.44

Menegaskan bahwa peserta didik itu objek, sekaligus subjek

pendidikan. Peserta didikyang dimaksud dalam ayat tersebut ada adalah

malaikat dan Adam as. Kedua peserta didik initerlibat dalam interaksi

pembelajaran melalui pendekatan inquiry dan discovery. Malaikat,

yangtidak memiliki kapasitas dan kapabilitas sebagai pemberdaya bumi

tidak memiliki pengetahuanyang berkembang sehingga pengetahuannya

bersifat statis. Namun, Allah memberikan hakkepada malaikat untuk

dievaluasi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dan

ternyata tidak dapat menunjukkan kreativitas dan inovasinya sebagai calon

pemberdaya bumiyaitu khalifah.Berbeda dengan Adam as, yang memang

memiliki kapasitas dan kapabilitas sebagaipemberdaya bumi memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang dinamis, berkembang, kreatif,dan


43
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h.3
44
M.Indra Saputra, “Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam’’, Jurnal
Pendidikan Islam Vol. 6 No.1 (2015), h.92
34

inovatif. Hal ini dapat dilihat dari evaluasi yang dilakukan oleh Allahkepada

NabiAdam as,dengan hasil sangat memuaskan karena Allah telah mendesain

sebagaimana dapat diketahui dari kata kunci ayat tersebut ‘allama.

Allah telah memberikan daya indra, akal dan kalbu kepada Nabi Adam

as, sehingga beliau aktif memproses pengetahuan dan mengungguli

malaikat.Penjelasan tersebut menginspirasi bagi para pendidik hendaknya

memperlakukan pesertadidik tidak hanya sebagai objek, melainkan subjek

pendidikan. Pendidik tidak dapat memperlakukan peserta didik sebagai

wadah yang setiap saat menerima apa saja yangdisampaikannya

sebagaimana yang berlaku dalam teori behavioristik.45

Lebih dari itu, para peserta didik hendaknya diberikan kesempatan

untuk mengemukakanpengalaman dan kompetensinya sebagaimana yang

berlaku dalam teori kontruktivistik. Allah telah menunjukkan kepada

manusia sebagaimana dalam kasus malaikat dan Nabi Adam as. Agarpara

peserta didik bersikap demokratis dalam melaksanakan pembelajaran. Ini

berarti, pendidiktidak hanya menyuguhkan pengetahuannya yang

dikonsumsinya saja, melainkan memberikan

ruang dan medium untuk memperoleh pengetahuan itu. Allah tidak hanya

menurunkan ilmu(pengetahuan) kepada manusia dalam bentuk wahyu dan

ilham, tetapi memberikan media untukmemperolehnya sehingga manusia

dapat mencari ilmu (pengetahuannya) sendiri. Pada pendidikdalam konteks

45
Fakhrurrazi, “Peserta Didik dalam Wawasan Al-Qur’an”, At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Prodi
Pendidikan Agama Islam Vol.12 No.1 (2020), h.40-49.
35

ini harus memberikan peluang berkreasi dan berinovasi bagi para peserta

didikmereka.

‫ة‬ٞ ‫۞َو َم ا َك اَن ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُن وَن ِلَينِف ُروْا َك ٓاَّف ۚٗة َفَل ۡو اَل َنَف َر ِم ن ُك ِّل ِفۡر َق ٖة ِّم ۡن ُهۡم َطٓاِئَف‬

١٢٢ ‫ِّلَيَتَفَّقُهوْا ِفي ٱلِّديِن َو ِلُينِذ ُروْا َقۡو َم ُهۡم ِإَذ ا َر َج ُع ٓو ْا ِإَلۡي ِهۡم َلَع َّلُهۡم َيۡح َذ ُروَن‬

Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya46

Ayat ini menggaris bawahi pentingnya memperdalam ilmu dan

menyebarluaskaninformasi yang benar. Ia tidak kurang penting dari upaya

mempertahankan wilayah. Bahkan,pertahanan wilayah berkaitan erat

dengan kemampuan informasi serta kehandalan ilmupengetahuan atau

sumber daya manusia. Sementara ulama menggarisbawahi persamaan

redaksianjuran/perintah menyangkut kedua hal tersebut. ketika berbicara

tentang perangTatkala kaum mukmin dicela oleh Allah bila tidak ikut ke

medan perang, kemudian Nabisaw. mengirimkan sariyyahnya, akhirnya

mereka berangkat ke medan perang semua, tanpa adaseorang pun yang

tinggal, maka turunlah firman-Nya berikut ini, yaitu:(Tidak sepatutnya bagi

orang-orang mukmin pergi) ke medan perang (semuanyamengapa tidak)

(pergi dari tiap-tiap golongan) suatu kabilah (di antara mereka

beberapaorang) beberapa golonagn saja, kemudian sisanya tetap tinggal di

tempat (memperdalampengetahuan meraka) yakni tetap tinggal di tempat

46
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, (Beirut: Dar al-Kutub, 1996), h.80.
36

(mengenai agama dan untuk memberiperingatan kepada kaumnya apabila

mereka telah kembali kepadanya) dari medan perang, yaitudengan

mengajarkan kepada mereka hukum-hukum agama yang telah diperlajarinya

(supayamereka itu dapat menjaga dirinya) dari siksaan Allah, yaitu

dengan ,melaksanakan perintah-Nyadan menjauhi larangan-Ny

Peserta didik merupakan sumberdaya utama dan terpenting dalam

proses pendidikan formal. Tidak ada peserta didik, tidak ada guru. Peserta

didik bisa belajar tanpa guru. Sebaiknya guru tidak bisa mengajar tanpa

peserta didik. Karenanya, kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan

dalam proses pendidikan forman atau pendidikan yang dilembagakan dan

menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.47

Dalam perspektif filsafat pendidikan islami, semua makhluk pada

dasarnya adalah peserta didik. Sebab, dalam islam, sebagai murabbi,

mu’alim, atau muaddib, Allah pada hakikatnya adalah pendidikan bagi

seluruh makhluk ciptaan-nya. Dialah yang menciptakan dan memelihara

seluruh makhluk. Pemeliharaan Allah sekaligus kependidikan-nya baik

dalam arti tarbiyah, ta’lim, maupun ta’dib, karenanya, dalam prespektif

filsafat pendidikan islam

Pengertian peserta didik menurut ketentuan Undang-Undang RI No.20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat

yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran

yang bersedia pada jalur, jenjang, dan pendidikan tertentu. Peserta didik

adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan
47
Fakhrurrazi, “Peserta Didik dalam Wawasan Al-Qur’an…”, h.49
37

cita-cita dan harapan masa depan. Dari pengertian beberapa ahli, bisa

dikatakan bahwa peserta didik adalah orang/individu yang mendapatkan

pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan agar

tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam

menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya.48

Dalam konteks pembelajaran dilakukan, secara historis filsafat

pendidikan dibagi menjadi dua, guru sebagai pusat pembelajaran (teacher

centered philosophies) dan siswa sebagai pusat pembelajaran (student

centered philosophies). Teacher-centered philosophies dikatakan cenderung

lebih otoriter dan konserfatif, dan menekankan pengembangan nilai-nilai

dan pengetahuan yang telah hadir sejak dulu sampai sekarang. Aliran pokok

dri filsafat yang berpusat kepada guru, yaitu esensialisme dan perenialisme.

Student-centered philosophies lebih berfokus kepada pembelajaran,

kontemporer dan relevan, serta menyiapkan siswa untuk perubahan dimasa

depan.49

Dalam pendidikan islam peserta didik merupakan individu yang sedang

tumbuh berkembang. Baik secara fisik, psikis, sosial dan secara rohaninya

dalam menjalankan kehidupan didunia maupun akhirat. Sehingga peserta

didik merupakan individu yang belum dewasa dan membutuhkan bantuan

orang lain untuk membuatnya tumbuh dewasa. Peserta didik yang dimaksud

ialah manusia yang berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan.

48
Zaki Zamani dan Muhamad Syukron Maksum, Metode Cepat Menghafal Al Qur’an :
Belajar Pada Maestro Al Qur’an Nusantara, (Jakarta: Agromedia Pustaka, 2014), h.20.
49
Musaddap Harahap, “Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Jurnal
Al-Thariqah Vol. 1. No 2 (2016), h.149
38

b. Hakikat peserta didik

Peserta didik dalam pendidikan islam harus memperoleh perlauan yang

selaras dengan hakikat yang disandangnya sebagai makhluk Allah swt. Dengan

demikian, sistem pendidikan peserta didik tidak hanya sebatas obyek

pendidikan, melainkan pula sekaligus sebagi subyek pendidikan. Dalam

perspektif filsafah pndidikan islami, semua makhluk pada dasarnya adalah

peserta didik.50

Hal diatas tergambar dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30-31


‫َٰٓل‬
‫ل ِفي ٱَأۡلۡر ِض َخ ِليَفۖٗة َق اُلٓو ْا َأَتۡج َع ُل ِفيَه ا َم ن ُيۡف ِس ُد‬ٞ ‫َو ِإۡذ َقاَل َر ُّبَك ِلۡل َم ِئَك ِة ِإِّني َج اِع‬
‫ِفيَها َو َيۡس ِفُك ٱلِّد َم ٓاَء َو َنۡح ُن ُنَس ِّبُح ِبَح ۡم ِد َك َو ُنَقِّد ُس َلَۖك َق اَل ِإِّنٓي َأۡع َلُم َم ا اَل َتۡع َلُم وَن‬
‫َٰٓل‬
‫ َو َع َّلَم َء اَد َم ٱَأۡلۡس َم ٓاَء ُك َّلَه ا ُثَّم َع َر َض ُهۡم َع َلى ٱۡل َم ِئَك ِة َفَق اَل َأۢن ُٔ‍ِبوِني ِبَأۡس َم ٓاِء‬٣٠
٣١ ‫َٰٓهُؤٓاَل ِء ِإن ُك نُتۡم َٰص ِدِقيَن‬
Artinya : sesungguhnya aku hendak menjadikan seseorang khalifah dimuka
bumi, mereka berkata :’’mengapa engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji engkau dan mensucikan engkau? ‘’Tuhan
berfirman:’’sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui’’. Dan dia mengajarkan kepada adam nama-nama (benda-
benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
malaikat lalu berfirman:’’ sebutkanlah kepadaku nama benda-benda
itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar.

Menurut Sudarwan Danim, ada hal-hal yang esensial mengenai hakikat

peserta didik.51

1. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi potensi dasar

kognitif atau intelektual, efektif dan psikomotorik.

2. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi priodesasi

perkembangan dan pertumbuhan, meski memiliki pola yang relatif sama.


50
Sudarwan Danim, Pekembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2021), h.2-3
51
Mukhlisoh Zawawie, P-M3 al-Qur’an Pedoman Membaca, Mendengar, dan Menghafal
Al-Qur’an, (Solo: Tinta Medina, 2011), h. 24.
39

3. Peserta didik memiliki imajinasi, persepsi, dan dunianya sendiri, bukan

sekedar minuature orang dewasa.

4. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi kebutuhan

manusia yang harus dipenuhi, baik jasmani maupun rohani, meski dalam

hal-hal tertentu banyak kesamaan.

5. Peseta didik merupakan manusia bertanggung jawab bagi proses belajar

pribadi dan menjadi pembelajar sejati, sesuai dengan wawasan pendidikan

sepanjang hayat.

6. Peserta didik memiliki daya adaptabilitas didalam kelompok sekaligus

mengembangkan dimensi individualitasnya sebagai insan yang unik.

7. Peserta didik sejajinya berperilaku baik dan lingkunganlah yang paling

dominan untuk membuatnya lebih baik lagi atau menjadi lebih buruk

8. Peserta didik merupakan insan yang visioner dan proaktif dalam

menghadapi lingkungannya.

9. Peserta didik sejatinya berperilaku baik dan lingkunganlah yang paling

dominan untuk membuatnya lebih baik lagi atau menjadi lebih buruk.

10. Peserta didik merupakan makhluk tuhan yang meski memiliki aneka

keunggulan, namun tidak akan mungin bisa berbuat atau dipaksa melakukan

sesuatu melebihi kapasitas.

Kajian mengenai hakikat peseta didik dapat dilihat dari aneka tiltika filosofi

dan teoritis, pandangan psikomotorik melihat peserta didik sebagai insan

digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif.


40

Pandangan humanistik melihat peserta didik sebagi insan yang baik dan

memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan-tujuan yang positif.52

Pandangan netralistik melihat peserta didik sebagai insan yang tidak dapat

dikatakan ini atau itu. Karena esensianya manusia merupakan suatu keadaan dan

keberadaan yang berpotensi, namun dihadapkan pada kesemestaan alam,

sehingga manusia itu terbatas. 53

Pendidikan keluarga adalah juga pendidikan masyarakat, karena di samping

keluarga itu sendiri sebagai kesatuan kecil yang diberikan oleh orang tua kepada

anak-anaknya sesuai dan dipersiapkan untuk anak-anak itu di masyarakat kelak.

Pendidikan keluarga yang tidak mau mengikuti derap langkah kemajuan

masyarakat.

Alasan tentang pentingnya peranan keluarga bagi perkembangan peserta

didik adalah :

1) Keluarga merupaan kelompok pertama sosial yang menjadi

pusatidentifikasi peserta didik.

2) Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenalkan nilai-nilai

kehidupan kepada anak

3) Orang tua dan anggota keluarga lainnya merupakan ‘’Significiant

people’’bagi perkembangan kepribadian anak.

4) Keluarga sebagai institusi yang menfasilitasi kebutuhan sadar

insani(manusiawi), baik yang bersifat fisik-bilogis, maupun sosiopsikologis.

5) Peserta didik banyak menghabiskan waktunya dilingkungan keluarga.


52
Sudarwan Danim, Pekembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2021), h. 4
53
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2003), h
177
41

Orang tua mempunyai peranan sangat penting bagi tumbuh-kembangnya

peserta didik sehingga menjadi seorang pribadi yang sehat, cerdas, terampil,

mandiri, dan berakhlak mulia. Seiring dengan fase perkembangan peserta didik,

maka peran orang tua juga mengalami perubahan.54

c. Karakteristik Peserta Didik

Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik

adalah:

1. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri,

Sehinggametode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan dengan orang

dewasa. Orangdewasa tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik,

dengan mematuhi segalaaturan dan keinginannya, sehingga peserta didik

kehilangan dunianya.

2. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan

kebutuhan itusemaksimal mungkin. Kebutuhan individu, menurut Abraham

Maslow, terdapat limahierarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua

kategori, yaitu: (1) kebutuhan-kebutuhan tahap dasar (basic needs) yang

meliputi kebutuhan fisik, rasa aman danterjamin, cinta dan ikut memiliki

(sosial), dan harga diri; dan (2) metakebutuhan-metakebutuhan (meta

needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasidiri, seperti

keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lainsebagainya.

Sekalipun demikian, masih ada kebutuhan lan yang tidak terjangkau kelima

hierarki kebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan transendensi kepada Tuhan.

54
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2014), h. 23-24
42

Individu yang melakukan ibadah sesungguhnya tidak dapat dijelaskan

dengan kelima hierarki kebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya

hanyalah keikhlasan dan ridha dari Allah Swt.55

3. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain,

baikperbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun

eksogen(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, inteligensi, sosial, bakat,

minat, danlingkungan yang mempengaruhinya. Peserta didik dipandang

sebagai kesatuan systemmanusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta

didik sebagaimakhluk monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun

terdiri dari dari banyaksegi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa

dan karsa).

4. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan

yangdimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik

memilikiaktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta),

sehingga dalampendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif

yang bisanya hanyamenerima, mendengarkan saja.

5. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam

mempunyaipola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalam

pendidikan adalahbagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan

dengan pola dan tempo, sertairama perkembangan peseta didik. Kadar

kemampuan peserta didik sangat ditentukanoleh usia dan priode

perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan tingkatpengetahuan,

intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik.


55
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XXVIII, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1985), h.90.
43

B. KAJIAN PUSTAKA

Ada beberapa penelitian yang terkaitan dengan penelitian ini. Penelitian

yang membahas tentang upaya guru dalam meningkatkan kemampuan menghapal

juz 30 melalui kegiatan pembiasaan siswa di SDIT IQRA’2kota bengkulu untuk

menghasilkan hasil yang baik dikutip dari skripsi:

1. Rike Ramadani “Peran guru kelas Dalam pembentukan kedisplinan siswa”.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peran guru kelas dalam pembentukan

kedisplinan siswa dikategorikan rendah. Hasil penelitiannya sama-sama

membahas peran guru kelas, dan terdapat perbedaan skripsi Rike Ramadani

yaitu mengacu keperan guru kelas dalam membentuk kedisplinan siswa.

2. Muhammad Nurul Farih ‘’Upaya guru dalam meningkatkan kemampuan

menghafal juz 30 melalui kegiatan pembiasaan siswa di SDIT IQRA’2 Kota

Bengkulu’’. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa upaya dalm

meningkatkan menghafal sudah terlaksana namun belum keseluruhan

diterapkan dengan baik. Dalam penerapan kegiatan pembiasaan menghafal

masih kurang.

3. Wares ‘’hambatan Upaya guru dalam meningkatkan kemampuan menghafal

juz 30 melalui kegiatan pembiasaan siswa di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu

pada sistem pembelajaran dalam jaringan (Daring) di Masa Pandemi Covid-

19’’ kurangnya bahan ajar pada proses pembelajaran dalam jaringan, kegiatan

pembiasaan menghafal masih kurang.

C. Kerangka Berpikir
44

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah

yang penting.

Tabel 2.1 Kerangka Berpikir

Penggunaan metode Dalam meningkatkan


muroja’ah kemampuan

Menghafal Juz 30
Siswa SDIT IQRA 2 Kota
Proses menghafal Al-Qur’an dengan penggunaan metode Muroja’ah akan
Bengkulu
menghasilkan kelancaran dalam menghafalkan Al-Qur’an sebanyak target yang

telah ditentukan dari sekolah, hal ini karena metode muroja’ah merupakan

merode yang berorientasi pada peserta didik, metode yang menciptakan proses

menghafal Al-Qur’an Peserta didik secara aktif, menjaga hafalan peserta

didik.56

56
Muhammad Sayyid Muhammad Az-Za Balawi, Pendidikan Remaja antara Islam dan
Ilmu Jiwa, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), h. 347
45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif bertujuan untuk menguraikan suatu fenomena

tertentu dan menceritakan sebuah peristiwa baik itu dari individu maupaun

kelompok. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi yang

mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna yang dimaksud

adalah data yang sebenarnya, merupakan data yang sudah pasti yang menjadi

suatu nilai di balik data yang terlihat. Penelitian ini bersifat Field Research

atau penelitian lapangan, yaitu suatu proses yang menghasilkan data

deskriptif baik lisan maupun tulisan yang diperoleh langsung dari lapangan

atau wilayah penelitian

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskripif yaitu

penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahanmasalah yang ada

sekarang berdasarkan data-data. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang

digunakan pada penelitian ini dimaksud untuk memperoleh informasi.57

Sugyono berpendapat bahwa, penelitian kualitatif adalah sebuah

metode penelitian yang naturalistic karena penelitiannya dilakukan

berdasarkan kondisi objek yang alamiah,dimana peneliti adalah sebagai

57
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), h.214

45
46

intrument kunci dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi.58

B. Tempat Penelitian

Tempat penelitian di lakukan di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu yang

beralamat di Jlan. Merawan 19 RT 25 RW.07. Penelitian dilaksanakan pada

tanggal 16 Januari- 16 Februari 2023

C. Dasar Penelitian

Sukma dinata berpendapat bahwa, dasar penelitian kualitatif adalah

kontruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak interaktif

dan suatu pertukuran pengalaman sosial yang di interpretasikan oleh setiap

individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat di

detemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya

dengan situasi sosial mereka.59

McMillan dan schumacher berpendapa bahwa, penelitian kualitatif

merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya

sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan

dalam peristilahannya.60

58
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h.75.
59
J.H McMillan dan Sechmumacher S, Research in Education, (New Jersey: Pearson
Education, 2010), h.224.
60
John W Creswell, Qualitative inquiry and Recearch Design, Choosing Among Five
Traditions, (California: Sage Publication, 2001), h.128.
47

Creswell berpendapat bahwa, penelitian kualitatif suatu proses penelitian

dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu

fenomena sosial dan masalah manusia. Peneliti.61

D. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan suatu data yang langsung memberikan data primer

diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan Kepala Sekolah, Wali

Kelas IIIC, dan Siswa Kelas IIIC SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara yang

dilakukan terhadap kepala sekolah, Ustadz/Ustadzah, serta sumber lain dari

buku-buku referensi yang sifatnya selalu berkaitan dengan masalah-masalah

pada obyek penelitian.

E. Fokus Penelitian

Mengingat luasnya cakupan dalam pembahasan, maka peneliti membatasi

yang diteliti. Peneliti memfokuskan upaya guru dalam meghafal juz 30 pada

Kepala Sekolah, guru kelas dan siswa kelas IIIC. Guru kelas sebagai pembimbing

maksudnya adalah guru mengajar..

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan melakukan

pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Metode ini peneliti

61
Sugiyono, Metode Penelitian Kulialitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), 80.
48

gunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari lapangan agar

hasil yangg diperoleh lebih akurat dan objektif .62

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanggung jawab sambil bertatap muka dengan

pihak yang bersangkutan wawancara dilakukan pada sumber data primer, data-

data yang diharapkan dari wawancara tersebut adalah data yang

mengungkapkan penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT

IQRA’2 Kota Bengkulu. dilakukan kepada Kepala Sekolah, Wali Kelas IIIC .

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip buku, novel, agenda, dan sebagainya 63.

G. Uji Keabsahan Data

Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan

pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan

data yang sekaligus menguji kreadibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data

dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Dalam setiap pelaksanaa penelitian, data yang terkumpul tentunya tidak

semuanya valid dan kredibel. Untuk itu dalam menguji tingkat kredibilitas dan

62
Sugiyono, Metode Penelitian Kulialitatif, dan R&D…”, h.145
63
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…”, h. 330
49

keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu dengan cara

mengecek data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

1. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik, yaitu pengumpulan data yang berbeda-beda meliputi

observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama.

2. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber yaitu membandingkan atau mengecek ulang derajat

kepecayaan suatu informasi yang diperoleh oleh sumber yang berbeda-beda.

Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawacara

membandingkan dengan apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan

secara pribadi dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang

ada.

3. Triangulasi waktu

Triagulasi waktu digunaka untuk validitas data yang berkaitan dengan

perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia

mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan data yang

valid melalui observasi, peneliti perlu mengadakan tidak hanya satu kali

pengamatan saja.64

Dan dengan triangulasi teknik data yang diperoleh melalui wawancara

dilakukan uji keabsahan degan hasil pengamatan penelitian data tersebut

dokumen nantinya akan dibandingkan dengan data hasil analisis dokumen.

64
Sugiyono, Metode Penelitian Kulialitatif, dan R&D…”, h.83
50

Artinya penelii menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan

dokumentasi.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah menyusun data agar ditafsirkan dan diketahui

kebenaran data tersebut, maka dapat diartikan bahwa analisis data merupakan

bagian terpenting, karena dengan analisisdata tersebut dapat diberikan arti dan

makna yang berguna dalammemecahkan,masalah penelitian.

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakkan model Miles

dan Huberman65

1. Data Reduction (Redaksi Data)

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang memerlukan

kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam mereduksi

data setiap penelitian akan dipandu oleh tujuan penelitian. Dalam mereduksi

data berarti merangkum, memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting

2. Data Display (Penyajian Data)

Data display dapat diartikan sebagai ptoses penyajian data, dalam analisis

kualitatif biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungaan antar

kategori dan sejenisnya. Dalam penyajian kualitatif biasanya menggunakan

teks yang bersifat naratif, dapat juga berupa grafik, matrik dan jaringan kerja

(Network). Dalam penelitian ini penulis menggunakan data display yang

bersifat naratif.

3. Conclusion/Verifikasi (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

65
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…”, h. 330
51

Dapat diartikan sebagai proses penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari

uraian diatas yang kemudiandirumuskan menjadi suatu rangkaian utuh,

sehingga dengan cara ini dapat menghasilkan suatu ilmiah sehingga dapat

memecahkan persoalan yang ada di skripsi ini

I. Prosedur Penelitian

Sugiyano berpendapat bahwa, terdapat tiga tahap utama dalam penelitiaan

kualitatif, yaitu:

1. Tahap deskriptif atau tahap orintasi. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan

apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas

tentang informasi yang diperolehnya.

2. Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah diperoleh

pada tahap pertama untuk memfokuskan masalah tertentu.

3. Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan

menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang

fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang dikontrusi berdasarkan data yang

diperoleh menjadi suatu pengetahuan, hipotesis bahkan teori baru.66

66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2007), h.214.
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

A. Deskripsi dan Analisis Data

1. Sejarah berdirinya SD IT IQRA’2 Kota Bengkulu

SD IT IQRA’2 Kota Bengkulu dan SD IT IQRA’1Kota Bengkulu

yang dahulunya bernama SDIT IQRA’digagas oleh para pendiri yayasan Al

Fida (yaitu M.Syahfan Badri, Dani Hamdani, Hamdani Nasution,

M.Syamlan dan Dede Kusyana ) di Kota Bengkulu pada tahun 1999.

Pendirian sekolah ini digerakkan oleh keprihatinan terhadap anak-anak

mereka yang akan memasuki usia Sekolah Dasar yang kesulitan untuk

menemukan sekolah berkualitas, baik dari sisi pembinaan wawasann

keilmuan maupun pembinaan mental, moral dan agamanya. Pada saat itu

telah ada TKIT Auladunayang juga di bawah nauangan Yayasan Al Fida .

Berangkat dari kondisi tersebut beberapa orang tersebut bersepakat

untuk mengembangkan sebuah Sekolah Dasar Islam Terpadu, yang akhirnya

di beri nama SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu. Belajar dari beberapa sekolah

yang menggunakan konsep sekolah Islam Terpadu yang telah lebih

terdahulu tumbuh disumatera (Adzkia-Padang), jawa (Nurul Fikir-Depok)

dan sekitarnya, lengkap dengan kurang dan lebihnya, beberapa orang

tersebut kemudian memulai langkahnya dengan tahapan berikut :

a. Mensosialisasikan gagasan pendirian SDIT, terutama kepada lingkungan

terdekat
53

b. Menjadikan Yayasan Al-Fida (YAF) yang akan menaungi lembaga SDIT

IQRA’. (Dewan M.Syahfan Badri, Dani Hamdani, Hamdani Nasution,

M.Syamlan dan Dede Kusyana) melalui akte notaris no. 11 tanggal 13

september 1991 dihadapan notaris Irwan, SH.

c. Menentukan lokasidimana temoat sekolah tersebut didirikan.

d. Melaksanakan persiapan teknis penyelenggaraan sekolah, diantaranya

adalah menginventarisasi calon siswa dan membuka pendaftaran calon

siswa, menyeleksi calon guru dn lain-lainnya. Penyelenggaraan kegiatan

belajar mengajar (KBM) untuk pertama kalinya pada bulan juli 1999

dengan 31 orang siswa dan dua orang guru, yaitu Tusman Hayadi,

S.Pd (merangkap Kepala Sekolah) Sri Astuti, A.Ma( merangkap wali

kelas), dan pada bulan september ditambah dengan Nadiah. A.Ma,

Musyanto S.Ag.adapun profil sekolah sebagai berikut :

a. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SDIT IQRA 2 KOTA BENGKULU

Nomor Pokok Sekolah Nasional : 10702568

Jenjang Pendidikan : SD

Status Sekolah : Swasta

Alamat Sekolah : Jl. Merawan 19 RT.25 RW.07

RT/RW : 25 / 7 Dosun

Desa Kelurahan : Sawah Lebar

Kecamatan : Kec. Ratu Agung

Kabupaten : Kota Bengkulu

Provinsi : Prov. Bengkulu


54

Kode Pos : 38228

Lokasi Geografis : Lintang -3 Bujur 102

b. Izin dan Pendirian

SK Pendirian Sekolah : 421.2/2111/IV.DIKNAS

Tanggal SK Pendirian : 2007-07-16

Akreditasi :A

Status Kepemilikan : Swasta

SK Izin Operasional : 421.2/2111/IV.Diknas

Tgl SK Izin Operasional : 2007-09-04

Kebutuhan Khusus Dilayani : Tidak ada

Luas Tanah Milik (m2) :1

Luas Tanah Bukan Milik (m2) : 450000

2. Letak Geografis

SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu berdomisili di jl. Merawan 19,

RT.25, RW.07, Sawah Lebar, Ratu Agung, Kota Bengkulu mempunyai

batasan-batasan, sebagai berikut :

a. Sebelah Timur berbatasan dengan perumahan.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jl. Merawan.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan perumahan

d. Sebelah Utara berbatasan dengan perumahan

Dengan lokasi yang demikian ini, menjadikan SDIT IQRA’2 Kota

Bengkulu berada dalam posisi yang strategis karena mudah dicapai dari

berbagai wilayah dalam Kota Bengkulu. SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu


55

setiap tahunnya menerima banyak peminat yang ingin menyekolahkan

anaknya ke sekolah ini. Dengan fasilitas dan sarana prasarana yang

dibilang cukup lengkap dan memadai, ruang kelas yang banyakserta

lingkungan yang asri, bersih dan kondusif, SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu

menjadi pilihan utama bagi orang tua yang ingin menyekolahkan

anaknya.

3. Visi dan Misi SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu

Adapun visi dan misi SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu adalah sebagai

berikut:

a. Visi

Visi merupakan gambaran masa depan terhadap suatu lembaga,

menentukan visi berarti menentukan tujuan dan cita-cita yang ingin

dicapai oleh suatu sekolah, Adapun Visi SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu

adalah Terwujudnya Generasi Islami, Berprestasi, Mandiri dan

Berwawasan Lingkungan, Indicator :

1) Terinternalisasikan peserta didik yang mampu

mengimplementasikan nilai-nilai imtaq;

2) Terciptanya kultur sekolah yang memiliki kepedulian terhadap nilai-

nilai kehidupan bermasyarakat yang islami.

3) Terakomodirnya peserta didikyang berprestasibaik didalam bidang

akademik maupun non akademik;

4) Terlahirnya generasi islam yang cerdas dan berakhlak mulia;


56

5) Terwujudnya pengelolaan sekolah sesuai dengan konsep manajemen

berbasis sekolah

6) Terselenggaranya sistem penilaian hasil belajar secara efektif,

objektif dan sistematis

7) Optimalnya sumber dana dan daya dukung pendanaan sekolah

8) Unggul dalam prestasi akademik

9) Unggul dalam prestasi non akademik

10) Unggul dalam etika, budi pekerti dan disimplin menuju kualitas

iman dan taqwa;

b. Misi

Misi merupakan langkah-langkah dan strategi yang dilakukan

untuk mencapai Visi. Sebagai lembaga pendidikan SDIT IQRA’2 Kota

Bengkulu memiliki Misi yang tertulis dan disesuaikan dengan kondisi

sekolah. Adapun Misi SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu Sebagai Berikut :

1) Membimbing pembentukan aqidah yang lurus, ibadah yang benar

dan akhlak yang mulia.

2) Menyelenggarakan pendidikan siswa yang berprestasi, mndiri dan

berwawasan lingkungan.

c. Quality Assurance

1. Berwudhu dengan baik dan benar

2. Terbiasa sholat 5 waktu dengan benar

3. Hafal 2 Juz Al-Qur’an (Juz 29-30)

4. Tumbuh dan berkembangnya akhlak islami


57

5. Hafal 40 Hadist

6. Hafal dzikir dan doa setelah sholat

7. Menjadi pribadi yang mandiri

8. Mampu berbahasa arab dan inggris dasar

9. Menguasai kemampuan dasar matematis

10. Memiliki kemampuan literasi dan numerasi

11. Memiliki kecerdasaan sosial yang baik

4. Jumlah Guru dan Karyawan

Tabel 4.1

N NAMA L/P JABATAN

1. Gurniman Sutarno, M.Pd.Gr L Kepala Sekolah

2. Kustiningsih, S.Pd.SD P Waka Kurikulum

3. Reno Hendriyani, S.Pd.I L Waka Kesiswaan

4. Suryanta PA, S.Pd L Waka Humas

5. Saepudin, S.Pd.I L Waka Sarpras

6. Sinar Nilawati, M.Pd .Si P Guru Mata Pelajaran

7 Mery Meilina Herawati, M.TPd P Wali Kelas I A

8 Ratna Julita, S.Pd.Gr P Wali Pendamping I A

9 Diwanti Bioti, S.Pd.Gr P Wali Kelas I B

10 Wilda Lita, S.Pd P Wali Pendamping I B

11 Asmaini, S.Pd P Wali Kelas I C

12 Widia Anriani, S.Pd P Wali Pendamping I C

13 Retnoning Tiyas, A.Ma P Wali Kelas I D


58

14 Ruliani, S.Pd.I P Wali Pendamping I D

15 Desi Astuti, S.Pd P Wali kelas II A

16 Lynda Ayu Lestari, S.Pd P Wali Pendamping II A

17 Eva Yulianti, S.Pd P Wali Kelas II B

18 Messy Afriyani, S.Pd P Wali Pendamping II B

19 Autiani Hujri, S.Pd P Wali Kelas II C

20 Dodi Umartin, S.Pd.I L Wali Pendamping II C

21 Mustariani, S.Pd.I P Wali Kelas II D

22 Indriyani, S.Pd P Wali Pendamping II D

23 Panoma Kristoper, S.Pd L Wali Kelas III A

24 Alda Juni Hesti, S.Pd P Wali Pendamping III A

25 Wijie Agnesia YR, S.Pd.I.Gr L Wali Kelas III B

26 Defi Afriyanti, S.Pd P Wali Pendamping III B

27 Nirda Usteti, S.Pd.I.Gr P Wali Kelas III C

28 Marlina, S.Pd P Wali Pendamping III C

29 Rosdiana, S.Pd P Wali Kelas III D

30 Ranieva Okmata Syra. S.Hum L Wali Pendamping III D

31 Suryani, S.Pd P Wali Kelas IV A

32 Muhammad Sholihin, S.Pd.I P Wali Pendamping IV A

33 Endah Mardiana, S.Pd.I P Wali Kelas IV B

34 Ade Novi Rahmatika, S.IQ.S.Pd L Wali Pendamping IV B

35 Rini Winingsih, S.Pd.Gr P Wali Kelas IV C

36 Irsan Hardiansyah, S.Pd L Wali Pendamping IV C


59

37 Liza Hidayanti, S.Pd P Wali Kelas IV D

38 Reti Putri, S.Pd P Wali Pendamping IV D

39 Achmad Sukran Dinata, M.Pd L Wali Kelas V A

40 Mahardika Permanik, S.Pd.I L Wali Pendamping V A

41 Efriyanti, S.Pd.I P Wali Kelas V B

42 Yusi Yudia Fitri, S.Si P Wali Pendamping V B

43 Nurlusia Dewi, S.Sos P Wali Kelas V C

44 Adi Susanto, S.Pd.I L Wali Pendamping V C

45 Lina Kusmadita, S.Pd P Wali Kelas V D

46 Sanra Febri Diani, S.Pd P Wali Pendamping V D

47 Nurhafidzah, S.Pd.Gr P Wali Kelas VI A

48 Suparman, S.Pd L Wali Pendamping VI A

49 Nopiyanti, S.Si P Wali Kelas VI B

50 Sandi Agus Diono, S.Pd L Wali Pendamping VI B

51 Mega Ambarita, S.Pd P Wali Kelas VI C

52 Rita Hayati, S.Pd P Wali Pendamping VI C

53 Mega Herawati, S.Pd P Wali Kelas VI D

54 Agustian Donizar, S.Pd L Wali Pendamping VI D

55 Rima Maylestari, S.Pd P Wali Kelas VI E

56 Ripuldi, S.H.I.Gr L Wali Pendamping VI E

57 Apni Marcholis, S.Kom L Guru TIK, Co. Lab, Komputer

58 Ardiansyah, S.Pd.Gr L Guru PJOK

59 Vunnice Isgayadilla, S.Pd P Guru Bahasa Inggris


60

60 Rofikoh Widiyati, S.Pd P Guru Mata Pelajaran

61 Wawan Karnawan L Staf Umum

62 Yogi Trianto L Tata Usaha, Operator Sekolah

63 Zazili Mustopa, S.Si L Bendahara BOS

64 Pipi Erwansyah, S.Pd L Penjaga Sekolah

65 Alwi Setiyo. R.S.Pd L Staf Umum

66 Melisa Ria Nadia, S.Kep.Ners P Petugas UKS

67 Solihati, A.Md P Bendahara Sekolah

68 Kusnadi, S.Pd L Satpam

69 Abdul Malik, S.Sos.I L Bendahara LKMS

70 Satwi Darwis L Satpam

71 Naura Asyifah, S.I.Kom P Petugas Perpustakaan

72 Eki Syaputra, S.Pd L Honor Sekolah

Sumber Data : Dokumentasi SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu Th.2023

5. Struktur Organisasi

Setiap lembaga pendidikan atau sekolah mempunyai waktu

organisasi yang disusun secara sistematis. Hal ini berfungsi untuk

mengarahkan kegiatan-kegiatan kinerja sesuai dengan bidang masing-

masing. Sehingga dalam proses tidak terjadi kesimpangsiuran didalam

melaksanakan program sekolah yang telah ada. SDIT IQRA’2 Kota

Bengkulu sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mendidik

siswa/siswi untuk menuntut ilmu pengetahuan umum dan agama, sudah

tentu struktur organisasi jelas dan sistematis.


61

6. Keadaan Peserta didik

Tabel 4.2

Jumlah Peserta didik Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Rombel : 25

Laki-Laki Perempuan Total

387 307 694

Sumber Data : Dokumentasi SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu Th.2023

Daftar Peserta Didik Kelas III C

Tabel 4.3

No Nama Jenis Kelamin

1 Abshoruha Khosyi’ah L

2 Abyan Satria Wijaya L

3 Achmad Rafli Prananjaya L

4 Adeeva Ghassani Abqariah P

5 Ahmad Surya Ramadhan L

6 Aisyah Aqilah Saafia P

7 Alesha Zhafira Azzahra P

8 Alifiyah Khairatun Hisan P

9 Aufa Fikri Nakhla P

10 Aveline Letitia Gavrila P

11 Ayyatul Husnah Putri Achmady P

12 Fatih Rizqy Mubaroq L

13 Fikra Rafiq Septiady L


62

14 Hafsa Annisa Shafira P

15 Hania Nurul Adha P

16 Kaysah Azyani Akbar L

17 Muhammad Chiko Rizqullah L

18 Muhammad Farhan Taufiq L

19 Muhammad Faris Al-Furqon L

20 Muhammad Hisyam Al-Rassyid L

21 Muhammad Rizky Adriansyah L

22 Muhammad Syaddad Al-Fatih L

23 Nasywa Sabrina Chandra P

24 Nayla Princess Asmadi P

25 Raessa Ghasani Getty P

26 Raisa Latifah Qonita P

27 Robiah Al-Adawiyah Denira P

28 Shinta Shifa Desmalia P

29 Sultan Bara Hidayat Unais L

30 Vicenzo Aldric Rafael L

31 Unas L

32 Zahida Qolbi Nadhifa P

Sumber Data : Dokumentasi SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu Th.2023


7. Sarana dan prasarana
63

Sarana dan prasarana di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu sudah

terbilang cukup lengkap dan bisa dimanfaatkan dengan baik. Sarana dan

prasarana tersebut antara lain :

a. Ruang ibadah (Masjid)

b. Ruang kelas

c. Ruang BK

d. Ruang perpustakaan

e. Ruang UKS

f. Ruang Koperasi

g. Lapangan Olahraga

h. Kamar Mandi

i. Ruang Tata Usaha

B. Deskripsi Data Penelitian

Pada bagian ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang berupa

informasi mengenai ‘penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di

SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu ’Dalam penelitian ini keseluruhan informan

yang dipilih adalah Kepala Sekolah, Wali kelas IIIC, dan Peserta didik .

Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah,

ustadz/ustadzah,dan peserta didik di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu.


64

1. Penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan kemampuan

menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT

IQRA’2 Kota Bengkulu

Penggunaan metode muroja’ah dalam menghafal Al-Qur’an

disesuaikan dengan kebutuhan dari peserta didik, muroja’ah merupakan

suatu metode yang digunakan untuk menjaga hafalan Al-Qur’an. Hal ini

sebagaimana diungkapkan oleh Ustadz Gurniman Sutarno, M.Pd. Gr :

‘’Berhubung metode muroja’ah yang digunakan oleh


ustadz/ustadzahdisesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, karena
kecerdasan seorang anak berbeda-beda. Penerapan metode muroja’ah
diharapkan pesera didik dapat menjaga hafalan yang telah dihafal
sebelumnya. 67

Hal itu juga diungkapkan oleh ustadzah Nirda Usteti S.Pd.I.Gr :

‘’penggunaan metode muroja’ah ini biasanya siswa, memang setiap


hari rutin terutama sebelum pembelajaran dimulai karena dipagi hari
siswa melakukan sholat dhuha , zikir, doa, kemudian baru
muroja’ah’.68

Hal serupa diungkapkan oleh Ustadzah Sutini Hujri, S.Pd :

‘’dalam penggunaan metode muroja’ah sangat penting untuk peserta


didik, karena apa gunanya jika kita menghafal Al-Qur’an jika tidak
muroja’ah hafalan maka akibatnya adalah lupa dan hafalan bisa hilang
kalau tidak segera dimuroja’ah’’69

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan

metode muroja’ah sangat penting, wajib bagi peserta didik dalam menjaga

hafalan. Karena tujuan dari muroja’ah yaitu menjaga, memelihara hafalan

dengan baik dan benar dari makhraj dan tajwidnya. muroja’ah hafalan yang
67
Wawancara dengan Ustadz Gurniman Sutarno Kepala Sekolah SDIT IQRA’2 Kota
Bengkulu, 18 Januari 2023, pukul 10:05
68
Wawancara dengan Ustadzah Nirda Usteti Wali Kelas III CSDIT IQRA’2 Kota
Bengkulu, 19 Januari 2023, pukul 11:45
69
Wawancara dengan Ustadzah Sutini Hujri Wali Kelas III C SDIT IQRA’2 Kota
Bengkulu, 19 Januari 2023 pukul 12:05
65

dilakukan peserta didik ada yang cepat, lambat, sedang dalam menghafal

dan muroja’ah, karena pada dasarnya kemampuan peserta didik berbeda-

beda. Akan tetapi akan selalu dipantau oleh ustadz/ustadzahnya mengenai

perkembangan dari peserta didik itu agar lulus dari sekolah selesai hafalan

yang telah diterapkan disekolah tersebut.

Berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan bahwa penggunaan

metode muroja’ah dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz 30 mata

pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu sangat

penting karena dapat membantu peserta didik untuk memelihara, menjaga

hafalannya dengan baik dan sempurna .

Dari hasil penelitian peneliti menguraikan bahwa ada 4 pelaksanaan

dalam muroja’ah hafalan Al-Qur’an, yaitu :

a. Muroja’ah hafalan bersama-sama dan disimak oleh ustadz/ustadzah.

Penggunaan metode muroja’ahdi SDIT IQRA’2 Kota bengkulu

semua peserta didik diwajibkan muroja’ah oleh ustadz/ustadzah.

muroja’ah hafalan dilakukan secara bersama-sama dan disimak oleh

ustadz/ustadzah, kegiatan ini merupakan hal yang wajib dilakukan setiap

hari sesudah sholat dhuha dari jam 07:15-08:15 WIB dan pada jam-jam

kosong sebelum memulai pembelajaran baru.

Proses muroja’ah ketika peserta didik selesai melaksanakan sholat

dhuha, setelah itu zikir, doa baru mempersiapkan diri untuk

melaksanakan muroja’ah bersama-sama dan disimak oleh

ustadz/ustadzahsampai jam yang telah ditentukan. Program menghafal


66

Al-Qur’an merupakan suatu kebijakan yang ditetapkan di SDIT IQRA’2

Kota Bengkulu. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Asmaini,

S.Pd :

‘’peserta didik setiap hari harus muroja’ah, baikitu di sekolah


maupun dirumah, fungsinya yaitu untuk mengingat kembali hafalan
yang lama, karena setiap tahunnya ada proses wisuda tahfidz Al-
Qur’an, dan syarat mengikuti wisuda itu hafalannya harus lancar
karena nanti akan dites terlebih dahulu untuk mengetahui sebatas
mana kemampuan peserta didik dalam mengingat hafalan ’’

Tujuan dari program wisuda Tahfidz Al-Qur’an itu adalah untuk

memotivasi peserta didik agar giat muroja’ah hafalan, selain itu program

wisuda Tahfidz Al-Qur’an juga merupakan suatu bentuk apresiasi pada

peserta didik yang telah berhasil menghafal Al-Qur’an dengan baik dan

mencapai target yang telah ditentukan.70

Langkah–langkah yang digunakan ustadz/ustadzahdalam

menyimak muroja’ah hafalan peserta didik yaitu dengan cara memanggil

nama peserta didik satu persatu, dan jika belum siap boleh didahului

temannya yang sudah siap. Dalam muroja’ah hafalan ada kartu Tahfidz

yaitu untuk menilai dan melihat perkembangan muroja’ah peserta didik

dirumah secara disekolah penilaian perkembangan muroja’ahnya di

evaluasi secara bersama-sama oleh ustadz/ustadzah.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzahNirda usteti,

S.Pd.I.Gr:

‘’Jadi disini itu biasanya ada kartu Tahfidz yang digunakan untuk
memberikan sejenis bintang Tahfidz kemudian dikartu Tahfidz
hafalan Al’Qur’an juga kita buat ceklis kemudian kita foto peserta
70
wawancara dengan Ustadzah Asmaini Kelas III CSDIT IQRA’2 Kota Bengkulu, 19 Januari
2023, pukul 11:45
67

didik alhamdulila anak sudah hafal kita kirim kegrup whattsapp


kelas. ’’. 71

Dalam menghafal dam muroja’ah Al-Qur’an peran orang tua

sangat penting . Orang tua mempunyai kewajiban mendorong anaknya

agar mempunyai semangat tinggi dalam menghafal Al-Qur’an,

mengingat pada usia dini peserta didik dapat dilatih dalam menghafal Al-

Qur’an bisa lebih efektif dan cepat hafalan karena pada anak usia dini

hati dan pikirannya masih tetap jernih, lebih mudah untuk menghafal dan

belum terkontaminasi dengan hal-hal yang bersifat negative dan belum

banyak problematika hidup yang mereka hadapi. Jika hafalan dan

muroja’ah Al-Qur’an dilakukan sejak dini maka hafalan tersebut bisa

melekat didalam ingatan.

b. Muroja’ah hafalan Al-Qur’an dilakukan bersama teman.

Pelaksanaan muroja’ah dengan teman bertujuan untuk

mengetahui hafalan yang lama atau yang baru sudah lancar atau belum,

sebelum hafalan itu disetorkan kepada ustadz/ustadzah. Muroja’ah

bersama teman ini dilakukan berulang kali sampai benar-benar hafal

untuk disetorkan kepada ustadz/ustadzah. Sebagaimana Yang diucapkan

oleh Hania Nurul Adha peserta didik kelas III C :

‘’muroja’ah yang saya lakukan itu dengan cara mengulang-ulang


terus sampai saya benar-benar ingat, kemudian kalau dirumah
saya minta tolong sama ibu untuk menyimak kembali hafalan
sedangkan kalau disekolah saling simak dengan teman kelas,

71
wawancara dengan Ustadzah Nirda Usteti Wali Kelas III CSDIT IQRA’2 Kota Bengkulu,
19 Januari 2023, pukul 11:45
68

membantu saya untuk mengingat kembali hafalan supaya nanti


kalau setoran lancar’’72

Hal lain juga diucapkan oleh kaysah Azyani Akbar peserta didik kelas

IIIC:

‘’Saya kalau dirumah muroja’ahnya sama ayah zah, tapi kalau


disekolah itu biasanya saling simak sama teman, biar tahu mana
yang salah dan mana yang benar dan jadi lebih semangat’’.73

Berdasarkan ungkapan tersebut dapat disimpulkan bahwa

muroja’ah yang dilakukan peserta didik akan lebih bersemangat apabila

dilakukan bersama teman karena akan memudahkan peserta didik dalam

menghafal dan muroja’ah, dengan begitu akan mengetahui kesalahan-

kesalahannya dan segera diperbaiki.Muroja’ah hafalan yang lama dan

baru kepada ustadz/ustadzah.

Pelaksanaan muroja’ahini langsung disimakustadz/ustadzah

sesuai dengan target yang telah ditentukan setiap harinya, setiap hari

surat yang dimuroja’ah pada juz 30 itu berbeda-beda dengan tujuan agar

fokus pada surat tersebut. Muroja’ah hafalan baru dan lama dengan

tujuan hafalan tetap terjaga dan terpelihara sesuai dengan yang

diharapkan.

c. Ujian hafalan Al-Qur’an

Ujian hafalan Al-Qur’an dilakukan pada setiap satu semester

sekali. Ujian ini diikuti oleh peserta didik di SDIT IQRA’2 Kota

Bengkulu. Setiap ujian hafalan peserta didik muroja’ah sesuai dengan

72
Wawancara dengan Hania Nurul Adha Kelas III CSDIT IQRA’2 Kota Bengkulu, 23
Januari 2023, pukul 10.00
73
wawancara dengan Kaysah Azyani Akbar Kelas III CSDIT IQRA’2 Kota Bengkulu, 23
Januari 2023, pukul 10.00
69

hafalan yang diperoleh dan disimak oleh ustadz/ustadzah dibenarkan

tajwid dan makhrajnya.74

Tujuan dari ujian hafalan Al-Qur’an yaitu untuk mengetahui

sejauh mana kemampuan hafalan Al-Qur’an peserta didik dan untuk

memaksimalkan penggunaan dari metode muroja’ah agar melatih mental

peserta didik dalam menghafal dan muroja’ah didepan umum.

2. Kendala-kendala dalam penggunaan metode muroja’ah dalam

meningkatkan kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz

siswa kelas IIIC di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu

Pengguaan metode muroja’ah tentunya terdapat kendala atau faktor

penghambatnya, begitu juga dengan penerapan metode muroja’ah di SDIT

IQRA’2 Kota Bengkulu, diantaranya sebagai berikut :

a. Peserta didik tidak fokus

Pada saat muroja’ah peserta didik sering kali tidak fokus dengan

muroja’ah hafalan Al-Qur’annya, karena usia mereka yang masih anak-

anak dan fokusnya sering terganggu ketika melihat teman-temannya

yang sedang bermain disekolah, hal lain yang menyebabkan peserta

didik tidak fokus yaitu kurang bisa membagi waktu antara tugas dari

sekolah yang belum dikerjakan dengan muroja’ah.Hal ini diungkapkan

oleh Aisyah Aqila Saafia peserta didik kelas III C :

‘’ketika muroja’ah saya itu zah awalnya fokus, tapi ketika


disekolah melihat teman asyik bermain saya ikut terpengaruh, jadi
kurang fokus, apalagi kalau misalnya ada tugas dari sekolah.75

74
wawancara dengan Aisyah Aqila Saafia Peserta Didik Kelas III C SDIT IQRA’2 Kota
Bengkulu, 25 Januari 2023, pukul 10.00
70

Hal lain juga diungkapkan oleh Aveline Letitia Gavrilaa peserta didik

kelas III C :

‘’Kendala saya biasanya kalau ada teman bermain saya juga


pengen ikut bermain, jadi saya tidak fokus dengan muroja’ah ‘’.76

Hal lain diungkapkan oleh ustadzah Nirda asteti wali kelas III C :

‘’Ketika muroja’ah didalam kelas ada beberapa peserta didik


yang tidak fokus dek, na biasanya kalau ada yang seperti itu maka
tugas saya membuat peserta didik fokus kembali, bisa dengan
mengubah strategi muroja’ah, memberikan semangat,atau diajak
cerita sebentar, kemudian setelah anak-anak fokus muroja’ah siap
dimulai kembali’’
b. Malas

Malas merupakan kendala yang paling banyak temui oleh setiap

orang, begitu juga dengan peserta didik ketika muroja’ah Hafalan Al-

Qur’an. Rasa malas termasuk sifat yang sulit untuk dihilangkan dalam

diri seseorang. Pada muroja’ah peserta didik merasaka sifat malas

sehingga menghambat kelancaraan hafalan, seperti yang diungkapkan

oleh Nayla Princess Asmadi peserta didik kelas III C:

‘’ketika muroja’ah kadang saya merasa malas karena banyak


tugas sekolah dan sering sekali ketika muroja’ah ngantuk zah
dan apa lagi kalau teman saya mengajak saya bermain jadi saya
ikutan main zah‘’.77

Hal senada juga diucapkan oleh Zahida Qolbi nadhifa :

75
wawancara dengan Aisyah Aqila Saafia Peserta Didik Kelas III C SDIT IQRA’2 Kota
Bengkulu, 25 Januari 2023, pukul 10.00
76
Wawancara dengan Ustadzah nirda asteti wali kelas IIIC SDIT IQRA’2 Kota
Bengkulu, 26 Januari 2023, pukul 11.00
77
Wawancara dengan Nayla Princess Asmadi Peserta Didik Kelas III C SDIT IQRA’2
Kota Bengkulu, 30 Januari 2023, pukul 10.00
71

‘’saya kalau dirumah biasanya muroja’ah sendiri, karena ayah


bunda sibuk kerja dan kau lagi muroja’ah biasanya tidak fokus
itu karena ngantuk, lihat teman-teman bermain jadi saya
terpengaruh, tidak ada yang bantu saya untuk mengulang
kembali hafalan disekolah ’’.78

Kedala dalam penerapan metode muroja’ah bukan hanya dari

peserta didik saja, tetapi ada juga dari ustadz/ustadzah seperti dituntut

harus kreatif dalam membuat strategi agar peserta didik bisa fokus

dalam muroja’ah berlangsung ada beberapa peserta didik yang tidak

fokus, mengantuk, tidak bersemangat, dan ada yang tidak bersuara,

maka dari itu ustadz/ustadzah harus mengontrol langsung peserta didik

saat muroja’ah agar muroja’ah dapat berlangsung secara efektif .

Berdasarkan hasil observasi dilapangan peneliti menemukan

beberapa kendala-kendala dalam penerapan metode muroja’ah yaitu

ketika teman-teman yang lain sedang muroja’ah hafalan ada sebagian

peserta didik yang bermain-main, ribut dan membuat suasana ramai

sehigga mengganggu konsentrasi yang lain. Selain itu peserta didik juga

belum bisa mengatur waktu antara muroja’ah dan mengerjakan tugas

dari sekolah. Perlunya perhatian khusus dari orang tua dan

ustadz/ustadzah sangat penting, karena peserta didik akan merasakan

lebih semangat apabila ketika muroja’ah hafalan Al-Qur’an didampingi

dengan orang tua maupun ustadz/ustadzah, jika tidak mereka merasa

malas, gantuk dan kurang fokus.

78
Wawancara Zahida Qolbi Nadhifa Peserta Didik Kelas III C SDIT IQRA’2 Kota
Bengkulu, 31 januari 2023, pukul 10.00
72

3. Hasil dari penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC

di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu

Hasil dari penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di

SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu yaitu peserta didik telah mencapai target

hafalan dengan baik sesuai yag telah diprogramkan dari sekolah, peserta

didik mampu menghafal Al-Qur’an sesuai dengan makhraj dan tajwidnya.

Hafalan peserta didik setelah penggunaan metode muroja’ah menjadi lebih

lancar. Dengan metode muroja’ah peserta didik dapat mempercepat

hafalannya brbeda dengan tidak muroja’ah. Hasil dari muroja’ah yang rajin

hafalan peserta didik menjadi lebih baik , dan kuat hafalan lama maupun

hafalan baru.79

C. Analisis data Penelitian

Setelah data tersebut dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan

yang diperoleh peneliti melalui kegiatan observasi, wawancara, dan

dokumentasi, maka selanjutnya adalah peneliti akan menganalisis data yang

telah terkumpul melalui kegiatan tersebut.

Peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif dari data yang

diperoleh baik obersvasi, wawancara, dan dokumentasi dari pihak-pihak yang

telah mengetahui tentang data yang dibutuhkan oleh peneliti. Selanjutnya dari

hasil penelitian maka peneliti memperoleh informasi sebagai berikut:

79
Ra’uf, Abdul Aziz Abdur, Anda Pun Bisa Menjadi Hafidz al-Qur’an, (Jakarta
Timur: Markaz al-Qur‟an, 2009), h.56.
73

1. Penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan kemampuan

menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT

IQRA’2 Kota Bengkulu

a. Muroja’ah hafalan bersama-sama dan disimak oleh ustadz/ustadzah.

Setiap hari peserta didik muroja’ah hafalan bersama-sama dan

disimak oleh ustadz/ustadzah, tujuan dari muroja’ah ini untuk

mengingat dan memperkuat hafalan yang lama dan dapat memberikan

memotivasi pada peserta didik dalam menghafal Al-Qur’an, muroja’ah

dilakukan setiap hari sesuai dengan jadwal dan dapat dilakukan oleh

peserta didik di sela-sela waktu kosong, dengan tujuan untuk mencapai

target yang telah ditentukan dari sekolah, salah satunya yaitu juz 30.

Seluruh peserta didik mengikuti dengan baik, hanya saja kelancaran

dan kemampuannya berbeda-beda, mengingat bahwa kemampuan

peserta didik berbeda-beda, ada beberapa peserta didik yang

ingatannya kuat dan lancar dalam menghafal dan ada juga peserta

didik yang lambat dalam menghafal.

Penggunaan metode muroja’ah bukan hanya di sekolah saja

akan tetapi ketika di rumah peserta didik juga harus tetap muroja’ah

yang dipantau langsung oleh orang tua. Perhatian khusus dari orang

tua sangat dibutuhkan karena dapat memotivasi, membimbing, dan

memberi semangat pada peserta didik.

b. Muroja’ah hafalan Al-Qur’an dilakukan bersama teman.


74

Muroja’ah dengan teman untuk melancarkan hafalan Al-Qur’an

selalu dilakukan oleh peserta didik, kegiatan ini bertujuan untuk

mengetahui kelancaran dalam menghafal baik hafalan lama maupun

yang baru, selain itu untuk mengetahui makhraj dan tajwidnya sudah

benar atau belum. Sebelum hafalan disetorkan dan diperdengarkan

oleh ustadz/ustadzah.

Muroja’ah akan lebih bersemangat apabila dilakukan bersama

teman karena akan memudahkan dalam menghafal atau muroja’ah,

dengan begitu mereka bisa saling menyimak dan akan mengetahui

kesalahan-kesalahannya dan segera diperbaiki.

Menurut peneliti muroja’ah bersama teman sangat membantu

dalam kelancaran hafalan Al-Qur’an peserta didik, akan tetapi

muroja’ah disimakkan teman memang belum fashih makhraj dan

tajwidnya karena masih sama-sama belajar, berbeda dengan

disimakkan oleh ustadz/ustadzah makhraj dan tajwidnya memang

harus ditekankan dengan tujuan hafalan benar-benar lancar, fashih,

benar tajwid dan makharijul hurufnya.

c. Muroja’ah hafalan yang lama dan baru kepada ustadz/ustadzah.

Pelaksanaan muroja’ah hafalan yang lama dan baru yang

disimak oleh ustadz/ustadzah dilaksanakan setiap hari, yaitu setelah

selesai sholat duha bersama dengan teman-temanya. Hal ini dilakukan

agar hafalan peserta didik tetap terjaga dengan baik dan benar dari segi
75

tajwid dan makhrajnya karena ketika proses awal menghafal belum

benar dalam hal itu.

Menurut peneliti muroja’ah hafalan lama dan baru yang

disimakkan oleh ustadz/ustadzah merupakan salah satu upaya untuk

menjaga hafalan Al-Qur’an santri agar tetap lancar, baik dan benar.

Mengenai tajwid, makhraj, dan hafalannya memang setiap peserta

didik mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.

d. Ujian hafalan Al-Qur’an

Kegiatan muroja’ah dilakukan seperti ujian semester biasanya

yaitu setiap satu semester sekali, dimana peserta didik wajib

mengikuti. Pelaksanaan ujian mengulang hafalan peserta didik akan

disesuaikan dengan perolehan hafalannya. Adapun penilaiannya

terdiridari 3 yaitu tartil, fashohah, dan lancar. Tujuan dari ujian ini

adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam

menghafal Al-Qur’an.

Menurut peneliti, ujian dari mengulang hafalan Al-Qur’an ini

sangat tepat untuk peserta didik karena dengan adanya ujian maka

peserta didik akan berlomba-lomba dan bersemangat dalam

meningkatkan hafalan Al-Qur’an.


76

2. Kendala-kendala dalam penggunaan metode muroja’ah di SDIT IQRA’2

Kota Bengkulu

a. Peserta didik tidak fokus

Pada saat muroja’ah peserta didik sering kali tidak fokus dengan

muroja’ah hafalan Al-Qur’annya, karena usia mereka yang masih

anak-anak dan fokusnya sering terganggu ketika melihat teman-

temannya yang sedang bermain di sekolah, hal lain yang menyebabkan

peserta didik tidak fokus yaitu kurang bisa membagi waktu antara

tugas dari sekolah yang belum dikerjakan dengan muroja’ah.

b. Malas

Malas merupakan kendala yang paling banyak ditemui oleh

setiap orang, begitu juga dengan peserta didik ketika muroja’ah

hafalan AlQur’an. Rasa malas termasuk sifat yang sulit untuk

dihilangkan dalam diri seseorang. Pada saat muroja’ah peserta didik

merasakan sifat malas sehingga menghambat kelancaran hafalan.

c. Kondisi lingkungan yang kurang efektif

Kondisi lingkungan dari peserta didik juga sangat mempengaruhi

hafalan Al-Qur’an, terutama keluarga. Keluarga merupakan orang-

orang yang selalu berada di sekitar peserta didik sehingga

mempengaruhi keadaan emosional, jika ada masalah di rumahnya

maka ketika di sekolah emosionalnya sering terganggu sehingga

mempengaruhi minat dalam belajar terutama muroja‟ah hafalan ketika


77

di sekolah. Selain itu, faktor lingkungan sosial dari peserta didik juga

berpengaruh seperti lingkungan bermain dan teman-teman sebayanya.

3. Hasil dari penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di

SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu

penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan kemampuan

menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT

IQRA’2 Kota Bengkulu yaitu peserta didik telah mencapai target hafalan

dengan baik sesuai yang telah diprogramkan di sekolah, peserta didik

mampu menghafal Al-Qur’an sesuai dengan makhraj dan tajwidnya.

Hafalan peserta didik setelah penerapan metode muroja’ah menjadi lebih

lancar, fashih dan tartil.

Dengan metode muroja’ah peserta didik dapat mempercepat

hafalannya berbeda dengan tidak muroja’ah, hasil dari muroja’ah yang

rajin hafalan peserta didik menjadi lebih baik, dan kuat hafalan lama

maupun hafalan baru.

Penggunaan muroja’ah secara rutin akan memantapkan hafalan

peserta didik yang sudah dihafal baik hafalan lama maupun hafalan baru.

Setiap ingin mencapai tujuan harus melewati sebuah proses, didalam

proses tentunya terdapat sebuah rintangan yang akan dihadapi, tidak lain

halnya dengan orang yang ingin menghafal Al-Qur’an, tentunya akan

menghadapi proses yang panjang dan banyak cobaan.


78

jadi peran ustadz/ustadzah dan orang tua sangat penting yaitu untuk

memotivasi peserta didik dalam menghafal Al-Qur’an dan menjadikan

muroja’ah sebagai kegiatan rutin yang tidak boleh ditinggalkan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai

penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan kemampuan menghafal

juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT IQRA’2 Kota

Bengkulu dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Penggunaan metode muroja’ah dalam menghafal Al-Qur’an disesuaikan

dengan kebutuhan dari peserta didik, metode muroja’ahbertujuan untuk

menjaga Al-Qur’an dapat terpelihara dengan baik dan benar dengan syarat

peserta didik istiqamah dalam muroja’ah hafalan baru dan hafalan lama.

menjaga hafalan Al-Qur’an berdasarkan penelitian bahwa ada 4

pelaksanaan hafalan Al-Qur’an, yaitu :

a. Muroja’ah hafalan bersama-sama dan disimak oleh Ustadz/Ustadzah

b. Muroja’ah hafalan Al-Qur’an dilakukan bersama teman

c. Muroja’ah hafalan yang lama dan baru kepada Ustadz/ Ustadzah

d. Ujian hafalan Al-Qur’an

2) Kendala-kendala dalam penggunaan metode muroja’ah dalam

meningkatkan kemampuan menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa

kelas IIIC di SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu

a. Peserta didik tidak fokus

b. Malas

c. Kondisi lingkungan yang kurang efektif


80

3) Hasil penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan kemampuan

menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT

IQRA’2 Kota Bengkulu

penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan kemampuan

menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas IIIC di SDIT

IQRA’2 Kota Bengkulu yaitu peserta didik telah mampu mencapai target

hafalan yang telah diprogramkan disekolah, peserta didik mampu

menghafal Al-Qur’an dengan baik, benar sesuai makhraj dan tajwidnya.

Dengan metode muroja’ah peserta didik mampu mempercepat

hafalannya dibandingkan dengan tidak muroja’ah .

B. Saran

1. Kepada orang tua hendaknya dapat membina dan ikut serta dalam proses

menghafal dan muroja’ah Al-Qur’an di rumah. Karena perkembangan

padapeserta didik tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada lembaga

pendidikanatau ustadz/ustadzah saja, karena keluarga juga sangat berperan

besar dalammenentukan perkembangan peserta didik

2. Kepada Kepala Sekolah SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu agar

dapatmempertahankan aturan yang sudah ada agar peserta didik dibina

denganmudah.

3. Kepada ustadz/ustadzah agar dapat mengembangkan pembinaan dan

bimbingandalam program menghafal dan penerapan muroja’ah Al-Qur’an

di SDITIQRA’2 Kota Bengkulu.


81

4. Kepada peserta didik hendaknya agar dapat mengikuti program menghafal

dan penerapan muroja’ah dengan baik dan semangat untuk menghafal,

setoranserta ujian dalam muroja’ah hafalannya dan mengikuti segala

programkegiatan yang telah dibuat oleh SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu


DAFTAR PUSTAKA

Abdulwaly, Cece. 2016. Rumuzut Tikrar Kunci Nikmatnya Hafalan Al-Qur’an.


Yogyakarta: Diandra.

Abdur, Ra’uf, Abdul Aziz. 2009. Anda Pun Bisa Menjadi Hafidz Al-Qur’an.
Jakarta: Timur: Markaz al-Qur‟an.

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT.Rineka
Cipta.

Al-Hajiri, Hamdan Hamud. 2014. Agar Anak Mudah Menghafal Al-Qur’an.


Jakarta: Darus Sunnah.

Al-Mayad, Ahmad dan Adilasy-Syady. 2021. Nasihat Agung untuk Muslim


Pecinta Al-Qur’an. Jakarta: Darul Haq.

Arifin, M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Asy-Syinqithi, Muhammad Habibillah Muhammad. 2011. Kiat Mudah Menghafal


Quran. Solo: Gazzamedia.

Az-Za Balawi, Muhammad Sayyid Muhammad. 2007. Pendidikan Remaja antara


Islam dan Ilmu Jiwa. Jakarta: Gema Insani Press.

Aziz, Abdul. 2017. “Komunikasi Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan
Islam”, Jurnal Mediakita: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam
1(2):157.

Baduwilan, Ahmad bin Salim. 2014. Cara Mudah & Cepat Hafal Al-Qur‟an.
Solo: Kiswah Media.

Baduwailan, Ahmad. 2019. Menjadi Hafiz Tips dan Motivasi Menghafal Al-
Qur’an. Solo: Aqwam Media Profetika.

Creswell, John W. 2001. Qualitative inquiry and Recearch Design, Choosing


Among Five Traditions. California: Sage Publication.

Danim, Sudarwan. 2021. Pekembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.

Darmadi. 2017. Penggunaan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika


Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish.

Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahan. Bandung: PT.


Diponegoro.
El-Hafizh, Herman Ayam. 2015. Siapa Bilang Menghafal Al-Qur’an itu Sulit.
Yogyakarta: Pro-U Media.

Fairuz, A.W. Munawwir Muhammad. 2007. Kamus al-Munawwir Arab


Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif.

Fakhrurrazi. 2020. “Peserta Didik dalam Wawasan Al-Qur’an”, At-Ta’dib: Jurnal


Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam 12(1): 40-49.

Feldman, Robert S. 2010. Understanding Psychology. New York: McGraw-Hill.

Hamka. 1985. Tafsir Al-Azhar Juz XXVIII. Jakarta: Pustaka Panji Mas.

Harahap, Musaddap. 2020. “Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan


Islam”, Jurnal Al-Thariqah 1(2): 149

Katsir, Ibnu. 1996. Tafsir Ibnu Katsir. Beirut: Dar al-Kutub.

Kirom, Askhabul. 2017. “Peran Guru dan Peserta Didik Proses Pembelajaran
Berbasis Multikultural”, Jurnal Pendidikan Agama Islam 3(1): 75.

Majid, Abdul. 2004. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Maryaningsih, Nining. 2018. Bukan Kelas Biasa. Surakarta: Kekata Publisher.

McMillan, J.H dan Sechmumacher S. 2010. Research in Education. New Jersey:


Pearson Education.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nurdin, Syafruddin. 2003. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.


Jakarta: Ciputat Press.

Quthb, Sayyid. 2001. Tafsir Fi Dzilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.

Rakhmat, Jalaludin. 2013. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sa’dulloh. 2008. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an. Depok: Gema Insani.

Santrock, John W. 2010. Educational Psychology. Jakarta: Kencana.


Saputra, M.Indra. 2015. “Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan
Islam’’, Jurnal Pendidikan Islam 6(1): 92

Sudarman, Momon. 2013. Profesi Guru, Dipuji, Kritis, dan Dicaci. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kulialitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriono, Iwan Agus dan Atik Rusdiani. 2019. “Implementasi Kegiatan


Menghafal Al-Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten SIAK”, Jurnal Islamic
Education Management 4(1): 58-59

Susilo, Farid Agus Agus. 2013. “Peningkatan Efektivitas Pada Proses


Pembelajaran”, Jurnal Mathedunesa 2(1): 3.

Syamsudan, Yusuf dan Nani M.Sugandhi. 2014. Perkembangan Peserta Didik.


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Syaodih, Sukmadinata, Nana. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wahid, Wiwi Alawiyah. 2014. Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur‟an.


Jogjakarta: Diva Press.

Wahyudi, Rofiul dan Ridhoul Wahidi. 2017. Metode Cepat Hafal Al-Qur’an Saat
Sibuk Kuliah. Yogyakarta: Semesta Hikmah.

Yusuf, Kadar. 2014. Studi Al-qur’an. Jakarta: Amzah.

Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2003. Perkembangan Peserta . Jakarta:


PT. Rajagrafindo Persada.

Zamani, Zaki dan Muhamad Syukron Maksum, Metode Cepat Menghafal Al


Qur’an : Belajar Pada Maestro Al Qur’an Nusantara, (Jakarta: Agromedia
Pustaka, 2014), h.20.

Zawawie, Mukhlisoh. 2011. P-M3 al-Qur’an Pedoman Membaca, Mendengar,


dan Menghafal Al-Qur’an. Solo: Tinta Medina.
L
A
M
P
I
R
A
N
PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
Nama : Puji Setia Ningsih
Nim : 1811240237
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi : ‘’penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan
kemampuan
menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas
IIIC di SDIT
IQRA’2 Kota Bengkulu’’
Pertanyaan Wawancara :

1. Bagaimana penggunaan metode muroja’ah di SDIT IQRA 2 kota bengkulu ?

2. apa saja kendala dalam penggunaan metode muroja’ah di SD IT IQRA’2 Kota

Bengkulu?

3. Bagaimana hasil dari penggunaan metode muroja’ah di SD IT IQRA’2 Kota

Bengkulu?

4. Bagaimana tindakan guru memberikan apresiasi pada keberhasilan siswa ?

5. Apa kendala guru dalam meningkatkan hapalan al-qur’an ?

6. Bagaimana upaya guru dapat bekerja sama dengan siswa ?

7. Bagaimana guru memberikan penilaian dalam menghafal juz 30 ?

8. Apakah ada tindakan guru target siswa dalam menghafal juz 30?

9. Apa strategi guru agar mudah dalam mengahafal ?

10. Bagaimana cara guru dalam mengajarkan membaca al-qur’an yang baik dan

benar?
PEDOMAN WAWANCARA GURU
Nama : Puji Setia Ningsih
Nim : 1811240237
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi : ‘’penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan
kemampuan
menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas
IIIC di SDIT
IQRA’2 Kota Bengkulu’’
Pertanyaan Wawancara:
1. Bagaimana penggunaan metode muroja’ah di SDIT IQRA’2 kota bengkulu ?

2. apa saja kendala dalam penggunaan metode muroja’ah di SDIT IQRA’2 Kota

Bengkulu?

3. Bagaimana hasil dari penggunaan metode muroja’ah di SDIT IQRA’2 Kota

Bengkulu?

4. Apa saja langkah-langkah sebelum memulai membaca al qur’an ?

5. Bagaimana cara guru menjelaskan dalam tata cara menghafal juz 30 ?

6. Bagaimana cara guru membiasakan siswa agar menghafal dengan cepat?

7. Bagaimana cara guru dalam menerapkan akhlak yang baik ?

8. Bagaimana cara guru dalam menjelaskan membaca al-qur’an dengan baik?

9. Adakah kesulitan saat guru menjelaskan membaca al-qur’an ?

10. Adakah target yang guru berikan untuk menyelesaikan Tahfidz Qur’an ?
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Nama : Puji Setia Ningsih
Nim : 1811240237
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi : ‘’penggunaan metode muroja’ah dalam meningkatkan
kemampuan
menghafal juz 30 mata pelajaran Tahfidz siswa kelas
IIIC di SDIT
IQRA’2 Kota Bengkulu’’
Pertanyaan Wawancara :
1. Bagaimana penggunaan metode muroja’ah di SDIT IQRA’2 kota bengkulu ?

2. apa saja kendala dalam penggunaan metode muroja’ah di SDIT IQRA’2 Kota

Bengkulu?

3. Bagaimana hasil dari penggunaan metode muroja’ah di SDIT IQRA’2 Kota?

4. Apa strategi yang dipakai guru agar siswa mudah dalam mengahafal al-

qur’an ?

5. Apa metode yang digunakan guru dalam pembelajaran tahfidz qur’an ?

6. Bagaimana cara kerja guru dalam mendampingi siswa menghafal juz 30 ?

7. Bagaimana Suasana belajar yang diciptakan agar menarik perhatian dan tidak

bosan untuk menghafal ?

8. Adakah target yang harus diselesaikan siswa dengan kemandirian menghafal

juz 30?

9. Bagaimana kerja sama kepala sekolah terhadap siswa tahfidz Qur’an ?

10. Apa yang dilakukan kepala sekolah ketika siswa telah menjadi tahfidz

Qur’an?
DOKUMENTASI
STRUKTUR ORGANISASI

Anda mungkin juga menyukai