Anda di halaman 1dari 44

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

MELALUI KEGIATAN TEKNIK USAP ABUR PADA


KELOMPOK B DI TK ABA SUNTALANGU
TAHUN PELAJARAN 2023/2024

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

OLEH

SOPIANA ASTUTI WIDIAWATI


NIM 198620720723

PROGRAM STUDI S1 PGPAUD


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP HAMZAR LOMBOK UTARA
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Sopiana Astuti Widiawati : Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak


Melalui Kegiatan Teknik Usap Abur Pada
Kelompok B DI TK Aba Suntlangu Tahun
Pelajaran 2023/2024.

Pembimbing I

( MUJMAL, M.Pd )
NIDN.

Pembimbing II

( M. AKROM, M.Pd )
NIDN.08030894101

Mengetahui
Kaprodi PGPAUD

( __________________________)
NIDN…………….

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Sopiana Astuti Widiawati : Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak


Melalui Kegiatan Teknik Usap Abur Pada
Kelompok B DI TK Aba Suntlangu Tahun
Pelajaran 2023/2024.

ZIHAB, SE.,ME Penguji Utama ……………


NIDN. 0030126208

MUJMAL, M.Pd Penguji I ……………


NIDN.

M. AKRO, M.Pd Penguji II ……………


NIDN.

Mengetahui
Ketua STKIP Hamzar Lombok Utara

Muhajirin Ramzi., M.Pd.I


NIDN: 0831218511

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
segala rahmat, serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan proposal yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus
Anak Melalui Kegiatan Teknik Usap Abur Pada Kelompok B Di TK Aba
Suntlangu Tahun Pelajaran 2023/2024. dapat diselesaikan sesuai dengan yang
direncanakan.
Proposal ini di tulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
menyelesaikan studi di STKIP Hamzar Lombok Utara, Program Studi Pendidikan
Anak Usia Dini (PGPAUD). Kerja keras bukan satu-satunya jaminan
terselesaikanna proposal ini, namun ulur tangan dari berbagai pihak, baik secara
material maupun non material telah menjadi energi sendiri, sehingga proposal ini
dapat terwujud, walaupun belum sempurna. Oleh sebab itu, pada lembar-lembar
awal proposal ini, ijinkan penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ketua STKIP Hamzar Lombok Utara, yang telah memberikan bantuan secara
moril dan memfasilitasi berbagai kepentingan studi, selama penulis
menempuh perkuliahan di STKIP Hamzar Lombok Utara;
2. Ketua Program Studi PGPAUD bapak M. Arzani, M.PdI dan staf dosen
pengajar di program studi PGPAUD yang telah banyak membantu dan
memotivasi penulis selama perjalanan studi dan penyusunan skripsi ini;
3. Mujmal, M.Pd sebagai pembimbing I yang telah dengan sabar membimbing,
mengarahkan, dan memberikan motivasi yang demikian bermakna, sehingga
penulis mampu melewati berbagai kerikil dalam perjalanan studi dan
penyelesaian proposal ini;
4. Muhammad Akrom M.Pd sebagai pembimbing II yang dengan gaya dan pola
komunikasi yang khas, telah melecut semangat, motivasi, dan harapan penulis
selama penelitian dan penulisan naskah, sehingga proposal ini dapat terwujud
dengan baik sesuai harapan;

iv
5. Kedua orangtua ku yang tercinta, yang selalu mendo’akan ku disetiap
sujudnya, selalu memberikan dorongan dan motivasi, yang telah banyak
membantu secara material dan moral selama perjalanan studi yang penulis
lakoni di STKIP Hamzar Lombok Utara.
6. Rekan-rekan seangkatan di program studi PGPAUD yang dengan karakternya
masing-masing telah banyak berkontribusi membentuk kemandirian penulis
selama menjalani studi dan penyelesaian skripsi ini;
Semoga semua yang telah mereka taburkan dalam perjalanan studi
penulis, terhargakan dengan sepantasnya oleh Allah SWT., sehingga mereka
diberi jalan, rejeki, dan keharmonian dalam menjalani hidup langkah kehidupan.
Penulis menyadari, bahwa proposali ini belum dapat dikategosikan
sempurna, namun terlepas dari semua predikat tersebut, yang jelas, kehadirannya
dalam kontelasi masyarakat akademis akan ikut serta memberikan warna bagi
pembangunan dan Pendidikan walau hanya setitik. Mudah-mudahan proposal ini
bermanfaat bagi masyarakat akademis, terutama mereka yang menyatakan diri
bernaung di bawah kebesaran panji-panji Pendidikan.

Lombok Utara,…………. 2023


Penulis,

SOPIANA ASTUTI WIDIAWATI


NIM 198620720723

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI............................................................. iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
BAGIAN UTAMA........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah.................................................... 4
C. Penegasan Istilah........................................................................................ 4
D. Tujuan penelitian........................................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian...................................................................................... 5
F. Kajian Teori Dan Hiopotesis Tindakan...................................................... 6
1. Penelitian Yang Relevan...................................................................... 6
2. Landasan Teori..................................................................................... 7
3. Kerangka Berpikir................................................................................ 19
4. Hipotesis Tindakan............................................................................... 20
G. Metode Penelitian....................................................................................... 21
1. Jenis Penelitian..................................................................................... 21
2. Subjek Penelitian.................................................................................. 21
3. Sumber Data......................................................................................... 22
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data..................................................... 22
5. Validasi Data........................................................................................ 26
6. Analisis Data......................................................................................... 26
7. Indikator Kinerja................................................................................... 27
8. Prosedur Penelitian............................................................................... 28
H. Jadwal penelitian........................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 32

vi
BAGIAN UTAMA

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan hak setiap individu untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman belajar baik secara formal maupun non formal
secara berkesinambungan. Pendidikan layak bagi siapapun, karena pendidikan
tidak mengenal umur. Pondasi awal pendidikan dibentuk sejak usia dini, agar
tumbuh kembang anak dapat berkembang dengan baik untuk masa depan
yang lebih baik.
Pendidikan anak usia dini merupakan masa keemasan (golden age)
sebagai pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Menurut Solehudin (dalam Suyadi, 2014:24) tujuan dari pendidikan anak usia
dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara
optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang dianut.
Kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah belajar
sambil bermain. Menurut Mayesti (dalam Sujiono, 2009:134) bagi seorang
anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena
bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Menurut
Moeslichatoen (1999:32) melalui bermain anak belajar mengendalikan diri
sendiri, memahami kehidupan, dan memahami dunianya. Bermain merupakan
bentuk pembelajaran yang paling efektif digunakan pada saat kegiatan belajar
mengajar karena setiap anak memiliki kepribadian dengan gaya belajar yang
berbeda. Ketika sedang bermain, anak-anak melakukan gerak tubuh secara
aktif sehingga semua aspek perkembangan anak dapat meningkat, salah
satunya yaitu perkembangan fisik motorik.
Menurut Decraprio(2013:42) semua gerakan yang dilakukan oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti berjalan, berlari, memegang,
menarik, mengulur, dan menendang, termasuk keterampilan yang dihasilkan
dari pembelajaran motorik. Ada dua jenis pembelajaran motorik yaitu
pembelajaran motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan
gerakan tubuh yang melibatkan otot-otot besar dan memerlukan

1
keseimbangan antar anggota tubuh, contohnya berjalan, berlari, melompat,
dan berjinjit. Motorik halus merupakan keterampilan yang memerlukan
keseimbangan koordinasi antara mata dan tangan yang melibatkan otot-otot
kecil pada tubuh, contohnya melukis, menggunting, menganyam, dan bermain
plastisin.
Menurut Mulyasa (2012:24) usia dini merupakan masa kritis bagi
perkembangan motorik, dan masa yang paling tepat untuk mengajarkan
berbagai keterampilan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis,
berenang, dan bermain bola. Pembelajaran motorik terutama motorik halus,
membutuhkan bimbingan dan arahan untuk melatih keluwesan otot-otot jari
tangan yang dimiliki anak, karena setiap anak mempunyai gaya belajar dan
karakteristik yang berbeda-beda.
Seharusnya anak usia 5-6 tahun sudah mampu melakukan gerakan
pada hal- hal sederhana yang telah dikemukakan. Namun kenyataan
dimasyarakat masih sering ditemukan anak usia 5-6 tahun belum berkembang
motorik halus dalam keterampilan hidupnya seperti belum mampu melakukan
kegiatan memakai dan melepaskan sepatu, dan memasangkan kancing baju,
dan memegang alat makan. Dengan kondisi ini peneliti melihat belom
tercapainya perkembangan motorik halus anak dengan baik.
Berdasarkan hasil dilapangan, penelitian di TK Aba Suntalangu dari
kelompok B ada beberapa anak kemampuan motorik halusnya masih belum
maksimal saat menggerakkan jari-jari tangan dan kaku saat menulis karena
belum maksimal menggerakkan pergelangan tangannya. Ada beberapa anak
saat melakukan kegiatan yang diberikan terutama motorik halus masih kaku
saat kegiatan meronce, dan beberapa anak masih belum mampu
mengkoordinasikan keseimbangan antara mata dan tangan karena
perhatiannya teralihkan dengan yang lainnya, ada juga yang masih ragu dan
kurang percaya diri karena merasa tidak mampu melakukannya. Jika seperti
ini terus menerus kemampuan motorik halus anak tidak akan dapat
berkembang secara maksimal. Saat pembelajaran, media yang digunakan
biasanya menggunakan buku-buku yang sudah disediakan di sekolah. Pada

2
saat kegiatan pembelajaran biasanya anak diajak untuk mewarnai,menarik
garis,menganyam,mengecap,dan origami.
Pembelajaran disekolah sudah cukup baik, namun beberapa kemampuan
motorik halus anak masih kurang, ini membuktikan bahwa perlu adanya
media pembelajaran baru agar kemampuan motorik halus anak dapat
meningkat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti mencoba
menggunakan pembelajaran dan kegiatan yang belum pernah diterapkan
guru, yaitu dengan teknik usap abur. Teknik usap abur disesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan anak usia dini yang nantinya membuat anak
terkaitan dengan kegiatan ini, karena teknik usap abur adalah kegiatan yang
dapat meningkatkan motorik halus anak.
Usap abur merupakan kegiatan yang memerlukan tenaga berlebih
pada jari-jari tangan untuk menekan bentuk agar menjadi sebuah objek yang
maksimal dengan pencampuran warna yang menarik. Melalui kegiatan usap
abur anak dapat memperkuat jari-jari tangan dan melatih kesabaran dalam
mengaburkan warna, karena dalam kegiatan ini anak dapat melatih kreatifitas
yang dimiliki. Menurut Sudono (dalam Susrianti,2012:04) berpendapat bahwa
alat-alat yang digunakan sebagai penunjang keterampilan dasar motorik halus
sebaiknya bervariasi, salah satunya dengan menggunakan jari jemari.
Selanjutnya Sudono (dalam Susrianti,2012:04) usap abur bertujuan untuk :
a. Melatih koordinasi antara mata dengan tangan.
b. Mengenalkan teknik mencetak dengan menggunakan krayon.
c. Mengembangkan kosa kata baru.
d. Melatih anak untuk berani berekspresi.
e. Mengembangkan kreatifitas anak.
Hal yang baru bagi anak juga dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak dan menguatkan kemampuan jari-jari tangan anak, karena
dalam hal ini dibutuhkan kekuatan jari-jari tangan untuk menekan sebuah
bentuk. Kegiatan ini juga membutuhkan daya konsentrasi yang tinggi agar
hasil dapat lebih maksimal.

3
Apabila dalam kegiatan pembelajaran anak menemukan sesuatu yang
baru pasti akan sangat senang saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal
ini yang mendorong untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan
Teknik Usap Abur pada Kelompok B di Tk Aba Suntalangu T.A
2023/2024’’

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah


1. Batasan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang dan identifikasi masalah yang
telah diuraikan diatas, serta untuk menghindari salah penafsiran dalam
penelitian ini, maka dibuat batasan permasalahan, agar penelitian tidak
terlalu meluas, maka penelitian memfokuskan pada “Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Anak melalui kegiatan Teknik Usap Abur
pada Kelompok B di Tk Aba Suntalangu T.A 2023/2024.’’
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah
Teknik Usap Abur dapat meningkatkan kemampuan Motorik Anak Halus
Di Tk Aba Suntalangu tahun pelajaran 2023/2024?

C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesimpang siuran dalam menafsirkan tentang
istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis perlu memberi penjelasan
dari istilah-Istilah Tersebut. Adapun istilah yang perlu penulis jelaskan adalah:
1. Pengertian Kemampuan Motorik Halus
Kemampuan Motorik Halus yang di maksud oleh peneliti adalah
kemampuan otot-otot kecil yang menggunakan tangan dan khususnya
pada jari jemari tangan. Pada kemampuan motorik halus terdapat
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan anak seperti memotong,
menggunting, meronce, mewarnai menggunakan krayon, merobek kertas
dan memegang benda-benda kecil.

4
2. Teknik Usap Abur
Kegiatan Usap Abur yang di maksud oleh peneliti adalah salah
satu kegiatan menggambar yang menggunakan kekuatan jari-jari pada
pembentukan suatu pola dengan media kertas dan gunting, dan krayon
yang memberi suatu kreasi pada gambar yang dapat mengusap aburkan
warna pada pola menggunakan ibu jarinya sehingga terbentuk sebuah
gambar yang menarik.

D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu “untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan teknik usap abur
pada anak kelompok B di TK Aba Suntalangu Tahun Pelajaran 2023/2024.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian meningkatkan kemampuan motorik halus anak
melalui kegiatan teknik usap abur pada anak kelompok B di TK Aba
Suntalangu Tahun Pelajaran 2023/2024 dibagi menjadi dua yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya terkait tentang manfaat
teknik usap abur.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru: hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan
untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses kegiatan
pembelajaran dalam proses meningkatkan kemampuan motorik
halus melalui kegiatan teknik usap abur pada kelompok B.
b. Bagi Siswa: dengan dilakukannya penelitian ini dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus melalui kegiatan teknik usap abur pada
kelompok B.

5
c. Bagi Kepala Sekolah: untuk membantu pihak sekolah dalam
menambah sarana pembelajaran usap abur seperti crayon, lembar
kerja anak, dan media lain dalam mengembangkan motorik halus
anak.

F. Kajian Teori Dan Hiopotesis Tindakan


Beberapa penelitian yang dilakukan juga membahas tentang kegiatan-
kegiatan yang dapat meningkatkan motorik halus anak, hasilnya sebagai
berikut:
1. Penelitian Yang Relevan
a. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Komang Susanti
Martinasari, pada tahun 2016 dnegan judul “Penerapan Metode
Pemberian Tugas Melalui Kegiatan Usap Abur Untuk Meningkatkan
Keterampilan Motorik Halus Pada Anak”. Dapat disimpulkan bahwa
kegiatan usap abur dapat meningkatkan kemampuan motorik halus
anak. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan motorik halus
anak saat diterapkannya kegiatan usap abur melalui metode pemberian
tugas. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I mencapai 56,68%
menjadi 86,93% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi.
b. Penelitian Elmi Susrianti (2012) yang berjudul “Peningkatan Motorik
Halus Anak Melalui Kegiatan Usap Abur Di Taman Kanak – Kanak
Pertiwi I Muaro Kalaban” menunjukkan bahwa peningkatan motorik
anak dari siklus I mengalami peningkatan di siklus II, rata-rata yang
mendapat nilai sangat tinggi 32% naik menjadi 82% di siklus II.
Rata-rata anak yang mendapat nilai tinggi pada siklus I 30% turun
menjadi 15% persen pada siklus II. Rata-rata yang mendapat nilai
rendah pada siklus I 38% sementara pada siklus II tidak ada yang
mendapat nilai rendah. Berarti dengan melakukan kegiatan usap abur
di TK Pertiwi III Muarokalaban dapat mengembangkan motorik halus
anak karena sudahmencapai dan melebihi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) 75%.

6
c. Penelitian Ardhianti, dkk, (2015) yang berjudul “Penerapan Metode
Demonstrasi Berbantuan Media Bentuk Dan Krayon Melalui Kegiatan
Usap Abur Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Pada
Anak“ menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh
angka rata-rata peningkatan kemampuan motorik halus sebesar 73,3%
dengan kriteria sedang dan pada siklus II sebesar 81,3% berada pada
kriteria tinggi, hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka
rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 8%. Maka dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan
kolaseberbantuan media bentuk dan krayon dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus pada anak kelompok B semester 2 TK
Laksana Kumara 2 Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014.
Adapun persamaan dari ketiga penelitian di atas yaitu sama- sama
untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, walaupun
menggunakan kegiatan dan media pembelajaran yang berbeda-beda.
2. Landasan Teori
a. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Kemampuan anak untuk bergerak dan mengendalikan bagian
tubuhnya adalah fungsi utama dari bidang perkembangan motorik.
Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang
terkoordinasi. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak
yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau
kemampuan motorik anak. Kemampuan motorik anak dibagi menjadi
dua jenis, yaitu kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik
halus. Karena dalam penelitian ini memfokuskan pada kemampuan
motorik halus anak, maka dalam kajian teori juga akan lebih
difokuskan pada kemampuan motorik halus.
1) Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini
Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada
beberapa anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat, tetapi

7
ada pula yang mengalami keterlambatan. Pada masa kanak-kanak,
pertumbuhan tinggi badan dan berat badan relatif seimbang, tetapi
secara bertahap tubuh anak akan mengalami perubahan.
Menurut Spencer dkk, (dalam Santrock, 2007: 207)
mengatakan bahwa perkembangan motorik pada anak usia dini
dapat berkembang ketika anak termotivasi untuk melakukan suatu
gerakan, dimana gerakan tersebut merupakan koordinasi antara
beberapa unsur perkembangan motorik anak. Menurut Syaodin,
(2005:30) mengungkapkan bahwa pertumbuhan fisik yang dialami
anak akan mempengaruhi proses perkembangan motoriknya.
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot- otot
yang terkoordinasi. Sebagian besar waktu anak dihabiskan untuk
bergerak dalam melakukan aktivitasnya dan kegiatan bergerak
tersebut akan sangat menggunakan otot kasar yang disebut motorik
kasar (gross motor) yang digunakan untuk melakukan aktivitas
berlari, memanjat, dan sebagainya. Sementara gerak yang
menggunakan otot- otot halus yang disebut dengan motorik halus
(fine motor) cenderung digunakan untuk aktivitas menggambar,
meronce, menggunting, menempel, melipat dan sebagainya.
Sedangkan Zulkifli (dalam Samsudin,2008:11)
menjelaskan bahwa motorik merupakan segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan gerakan- gerakan tubuh. Perkembangan
motorik terdapat tiga unsur yang menentukannya yaitu otot, saraf,
dan otak. Ketiga unsur ini melaksanakan masing-masing perannya
secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan,
saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya untuk
mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya.
Menurut Yudha (2005:114) mengungkapkan bahwa Perkembangan
motorik memperlihatkan interaksi dari kematangan makhluk dan
lingkungannya. Pada manusia perkembangan motorik merupakan

8
perubahan kemampuan motorik dari bayi sampai dewasa yang
melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik.
Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi
satu sama lain.
Menurut Hurlock (1978: 162) fungsi kemampauan motorik
yaitu, kemampuan motorik berfungsi untuk membantu anak dalam
mengembangkan kemandirian, dan berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dalam penerimaan sosial anak.
Sedangkan menurut Samsudin (2008: 8) tujuan perkembangan
motorik anak usia dini yakni: Pertama, anak mampu menguasai
keterampilan yang tercipt adalah kemampuan anak untuk
memenuhi tugas-tugas motorik anak usia dini. Kedua, kemampuan
motorik anak usia dini dilihat dari kemampuan anak menunjukan
kemampuan motorik yang dihasilkan, apabila keberhasilan motorik
anak usia dini dalam melakukan tugasnya dengan baik maka
motorik anak usia dini sudah dikatakan efektif.
Menurut Santrock (2007: 217) pada usia 4 sampai 5 tahun,
anak sudah memiliki kemampuan motorik halus seperti gerakan
jari, lengan, dan tangan. Dari kemampuan gerakan tersebut
dikoordinasi oleh mata dan tangan. Kemampuan dalam
melenturkan jari tangan anak yakni untuk meraih dan
menggenggam suatu benda. Sedangkan menurut Yudha dkk,
(2005:118) mengatakan bahwa motorik halus yakni kemampuan
anak untuk melakukan beraktivitas atau gerakan-gerakan dengan
menggunakan otot-otot halus (otot kecil) gerakan ini lebih
menuntut koordinasi tangan dan mata dalam kemampuan
pengendalian yang baik. Dengan gerakan ini memungkinkan anak
untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam setiap
gerakannya seperti menulis, menggambar, menggenggam,
meremas, menyusun balok dan lain-lain.

9
Samsudin, (2008: 11) menjelaskan bahwa kualitas motorik
terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan
tugas motorik yang memberikan dengan singkat keberhasilan
tertentu. Jika dalam melaksanakan motorik tinggi, berarti motorik
yang dilakukan efektif dan efisien.
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa motorik halus merupakan segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan gerakan tubuh. Dalam perkembangan
motorik halus yang menentukan yakni otot, syaraf dan otak. Selain
mengandalkan kekuatan otot, motorik juga mengandalkan
kekuatan otak untuk turut menentukan kemampuan dan
keterampilan anak,
2) Pentingnya Mengembangkan Motorik Halus Anak
Dengan adanya kemampuan mencocokkan informasi dan
persepsi ini, anak dapat memahami karakteristik lingkungan
sekitarnya menjadi lebih efektif. Paling tidak ada empat alasan
pentingnya mengembangkan kemampuan motorik halus anak
yaitu:
a. Alasan social
Anak-anak perlu mempelajari sejumlah keterampilan
yang bermanfaat bagi kegiatan mereka sehari-hari, seperti:
makan sendiri, memakai baju sendiri, kegiatan toileting dan
merawat diri sendiri (menyisir rambut, sikat gigi, dan
keramas). Pada anak normal, sejumlah keterampilan dapat
dicapai apabila mereka bersedia untuk meniru perilaku yang
dicontohkan oleh orang-orang disekitarnya. Anak yang sulit
menguasai keterampilan tersebut akan lebih sulit mengikuti
tata perilaku yang ada dibandingkan dengan anak-anak yang
telah menguasainya.

10
b. Alasan akademis
Sejumlah kegiatan yang ada di “sekolah” membutuhkan
performa keterampilan motorik halus, seperti menulis,
menggunting, dan memegang beragam peralatan yang
membutuhkan kehati-hatian seperti dalam kegiatan sains
permulaan. Anak dituntut untuk secara otomatis
mengendalikan koordinasi mata-tangannya. Jika tidak, kerja
otak anak akan lebih banyak digunakan untuk berkonsentrasi
pada gerakan daripada mempelajari konsep yang sedang
mereka pelajari.
c. Alasan psikologis/Emosional
Anak-anak yang memiliki koordinasi motorik halus
yang baik akan lebih mudah beradap tasi dengan pengalaman
sehari- hari yang melibatkan aktivitas fisik. Sebaliknya, anak-
anak yang memiliki koordinasi yang buruk akan cenderung
lebih mudah frustasi, merasa gagal, dan merasa ditolak.
Kondisi ini akan memberikan dampak negatif terhadap konsep
diri dan berusaha menghindari perilaku yang tidak dapat
mereka lakukan. Hal ini juga akan berdampak tidak hanya pada
area motorik saja tetapi dapat mempengaruhi area lainnya.
Oleh karena itu, pengmbangan motorik halus sejak dini perlu
dilakukan, tentu saja dengan strategi pengembangan yang
menyenangkan dan sesuai dengan level pengembangan anak.
Pengembangan keterampilan motorik halus anak sejak dini
akan membantu anak dalam kehidupannya, saat ini dan masa
yang akan datang.
3) Tahap Perkembangan Motorik halus
Berikut ini adalah tahap-tahap kemampuan motorik halus
anak usia dini menurut Fitts dan Postnet (dalam Sumantri, 2005:
101) proses belajar motorik anak usia dini dalam 3 tahap yaitu:

11
a. Tahap Verbal Kognitif
Merupakan tahap awal dalam belajar bergerak, karena
perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah
gerakkan yang dipelajari sedangkan penguasaan geraknya
masih belum baik karena masih mencoba gerakkan tersebut.
b. Tahap Asosiatif
Tahap ini disebut juga tahap menengah, perkembangan
anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari
gerakan yang sedang dipelajari.
c. Tahap Otomasi
Tahap ini disebut juga tahap akhir, ditandai dengan
tingkat penguasaan gerakkan dimana anak mampu melakukan
gerakkan keterampilan secara otomatis.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
tahap perkembangan motorik halus anak usia dini dibagi menjadi
tiga tahap, dari setiap tahap melakukan tugas perkembangan
kemampuan motorik halus sesuai dengan usia anak.
4) Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus
Setiap manusia memiliki perkembangan dan pertumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan sesuatu yang
berkaitan erat. Pertumbuhan merupakan proses perkembangan fisik
sebagai hasil proses pematangan fungsi- fungsi fisik. Dalam
perkembangan motorik halus anak dapat dilihat dari tahapan-
tahapan usianya. Sebagaimana yang terdapat didalam peraturan
menteri pendidikan nasional republik Indonesia no. 58 tahun 2009
tentang standart tingkat pecapaian perkembangan anak, sebagai
berikut:

12
Tabel 2.1
Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus
Usia Kemampuan Motorik Halus
5-6 1. Menggambar dan menulis.
Tahun 2. Menggunting.
3. Menempel gambar dengan tepat
4. Menyimpulkan tali sepatu
5. Menyikat gigi tanpa bantuan.

5) Karakteristik Pekembangan Motorik Halus


Karakteristik motorik halus setiap anak tentu berbeda
sesuai dengan tahapan usianya. Suyanto mengatakan bahwa
karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan
pada gerakan- gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis,
menggambar, menggunting dan melipat. Santrock berpendapat
bahwa bahwa memegang mainan, menggunakan sendok,
mengancingkan baju, atau meraih sesuatu yang memerlukan
ketangkasan jari menunjukkan keterampilan motorik halus.
Sedangkan menurut Ningsih, karakteristik kemampuan motorik
halus anak usia 5-6 tahun yang baik yaitu koordinasi mata dan
tangan, kelenturan pergelangan tangan, serta keterampilan jari
tangan dapat berkembang dengan baik.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli, maka
karakteristik motorik halus ialah gerakan-gerakan yang berkaitan
dengan ketangkasan jari tangan untuk melakukan suatu kegiatan
yang melibatkan otot-otot kecil saja. Anak membutuhkan arahan
dan bimbingan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan motorik halus dan hal tersebut membutuhkan
proses yang cukup agar kegiatan yang dilakukan dapat optimal.

13
6) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik
Halus Pada Anak Usia dini
Menurut Samsudin dan Rusli Lutan, ada beberapa
faktor yang sangat mempengaruhi motorik halus yaitu:
a. Sifat dasar genetik
Bentuk tubuh dan cederdasan mempunyai pengaruh yang
menonjol terhadap perkembangan motorik
b. Cacat fisik
Cacat fisik, seperti kebutaan akan memperlambat
perkembangan motorik anak
c. Urutan kelahiran
Dalam keluarga yang sama, perkembangan motorik anak yang
pertama cenderung lebih baik dibanding anak yang lahir
kemudian.
d. Stimulasi
Stimulasi atau rangsangan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perkembangan motorik halus dapat berupa
aktivitas bermain, dimana anak diberi mainan yang melibatkan
bagian- bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, tetapi diperlukan koordinasi yang cepat. Anak yang
mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat
berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau yang
tidak mendapat stimulasi.
e. Lingkungan
Dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan, semakin aktif janin
semakin cepat perkembangan motorik anak.
f. Kecerdasan.
Anak dengan kecerdasan yang tinggi menunjukkan
perkembangan yang lebih cepat dibandingkan anak yang
tingkat kecerdasannya rendah.

14
7) Prinsip Perkembangan Motorik halus Anak usia Dini
Menurut Hurlock (1978: 151) prinsip perkembangan
motorik yaitu, perkembangan motorik yang didasarkan oleh
kemampuan sistem otot dan sistem syaraf seperti gerak refleks
yang terjadi pada bayi, upaya anak dalam mengembangkan
ketrampialn motorik tidak terjadi sebelum anak matang,
perkembangan motorik anak dapat mengikuti perkembangan yang
dapat diprediksikan seperti memprediksi perkembangan anak
ketika anak sudah dapat merangkak dan lain-lain,kemungkinan
perkembangan motorik anak yang menentukan kebiasaan atau
perilaku anak dalam mengembangkan kemampuan motoriknya
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip
perkembangan motorik halus anak usia dini sangat beranekaragam,
perkembangan motorik anak dapt diketahui pada tingkah laku
atau perilaku anak.
8) Tujuan Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak sangat penting dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Bahkan dengan mengembangkan
motorik halus anak, maka anak diharapkan mampu menggerakkan
seluruh badannya dengan terancang, terpola dan terarah dengan
baik serta menguasai gerakan secara maksimal. Adapun tujuan dari
perkembangan motoik halus anak yaitu dalam kehidupan dewasa
nanti anak sudah mempunyai keterampilan bakat, dan potensi yang
bisa dikembangkan untuk meraih kesuksesan seperti di bidang
seni, dunia kerja yang lebih mengandalkan kinerja dari
keterampilan koordinasi mata dan tangan.
Tujuan pengembangan motorik untuk anak usia dini adalah:
a. Untuk mengembangkan motorik anak;
b. Untuk melatih gerakan-gerakan kasar dan halus;
c. Untuk meningkatkan kemampuan mengontrol, mengelola
gerakan tubuh dan koordinasi;

15
d. Untuk meningkatkan cara hidup sehat
Sedangkan menurut Saputra, tujuan pengembangan motorik
halus adalah:
a. Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerak jari tangan;
b. Mampu mengkoordinasi kecepatan tangan dengan mata;
c. Mampu mengendalikan emosi.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan motorik halus anak yakni suatu gerakan pada kedua
tangan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak
dalam berolah tangan yang bertujuan untuk mengasah kemampuan
agar menjadi bekal dikemudian hari.
b. Teknik Usap Abur
1. Pengertian Teknik Usap Abur
Usap abur adalah satu cara menggambar yang
mengutamakan kekuatan jari-jari untuk membuat sebuah objek.
Usap abur adalah permainan yang mengembangkan keterampilan
motorik halus anak dalam berolah tangan dan melatih kesabaran
dalam membuat usap abur. Usap abur juga dapat diartikan
sebagai pembinaan keterampilan menggambar yang ditujukan
untuk tetap mengembangkan rasa keindahan melalui sentuhan
warna dan keartistikan bentuk. Teknik ini jarang sekali digunakan
pada saat pembelajaran karena banyaknya kegiatan-kegiatan lain
yang dapat meningkatkan motorik halus. Menurut Susrianti usap
abur merupakan suatu media yang digunakan oleh anak-anak
dalam kegiatan belajar dengan prinsip pencampuran warna,
mengoleskan warna pada pola yang disediakan serta dalam
aktivitas kreatifitas nya lebih mengutamakan kepekaan, estetika,
dan keterampilan motorik halus sehingga dapat mengekspresikan
sesuatu yang artistic untuk mengembangkan motorik halusnya.
Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli dapat disimpulkan
bahwa teknik usap abur adlaah teknik yang ditekankan pada jari-

16
jari tangan untuk meratakan warna dari suatu bentuk sederhana
menjadi sebuah objek yang sesuai dengan tema pembelajaran.
Melalui teknik usap abur, anak dapat melatih kesabaran dan
mengembangkan kemampuan motorik halusnya.
2. Macam-macam Teknik Usap Abu
Teknik usap abur dibedakan menjadi tiga bagian, usap
abur ke luar, usap abur ke dalam, dan usap abur keluar dan
kedalam.
a. Usap Abur ke Luar
Usap abur keluar merupakan teknik yang mengusap
aburkan warna-warna krayon maupun pasta keluar dari bentuk
sederhana yang ditentukan. Sehingga bentuk sederhana
dikelilingi oleh warna-warna yang sudah di usap
b. Usap Abur ke Dalam
Usap abur ke dalam ialah menarik warna-warna krayon
maupun pasta ke dalam, supaya dapat menghasilkanhasil yang
maksimal.
c. Usap Abur Keluar dan Kedalam
Yaitu mengusap aburkan warna keluar bentuk
sederhana dan kedalam bentuk sederhana sehingga bentuk itu
dikelilingi warna-warna keluar dan kedalam.
3. Tujuan Teknik Usap Abur
Menurut Sudono, teknik usap abur betujuan untuk:
a. Melatih koordinasi antara mata dengan tangan,
b. Mengenalkan teknik mencetak dengan menggunakan krayon
c. Mengembangkan kosa kata baru
d. Melatih anak untuk berekspresi
e. Mengembangkan kreatifitas anak
4. Langkah-Langkah Usap Abur
Menurut Asrofudin (2010) langkah-langkah usap abur
sebagai berikut:

17
a. siapkan bahan dan peralatan usap abur yang dibutuhkan dan
digemarioleh anak.
b. oleskan crayon pada permukaan pola (bentuk sederhana sesuai
dengan tema pembelajaran) sehingga merata diseluruh bagian
permukaannya.
c. kemudian usapkan jari jempol diseluruh permukaan dan angkat
pola sehingga dapat melihat hasil usap abur yang sudah
dikerjakan.
d. ulangi proses yang sama agar hasil karya terlihat lebih menarik
jika bentuk, ukuran serta warna yang digunakan bervariasi.
Pada dasarnya proses di awali dengan membuat pola
(bentuk sederhana sesuai dengantema pembelajaran),kemudian
memberi stimulus untuk membangkitkan minat rasa ingin tahu
anak, selanjutnya proses merasakan atau menghayati dapat dicapai
dengan memberikan kertas atau pola, sehingga dapat membantu
anak lebih fokus dan membangkitkan daya imajinasi untuk terus
berkarya yang melibatkan kemampuan anak menguasai beragam
media usap abur.
Menurut Mutiagimin (2009) langkah-langkah usap abur
ialah sebagai berikut:
a. buat bentuk sederhana sesuai tema dengan menggunakan
kertas kartonyang agak tebal;
b. oleskan warna crayon yang tebal pada tepi bentuk
sederhana;
c. letakkan bentuk sederhana pada kertas putih polos atau kertas
lainnya juga bisa;
d. tekan bentuk sederhana dengan jari-jari tangan kiri sedangkan
jari-jari tangan kanan mengusap aburkan warna keluar atau ke
dalam dari bentuk sederhana.

18
5. Kelebihan dan kekurangan Usap Abur
Usap menurut bahasa yang berarti menghapus, menyeka
dan menyapu. Sedangkan abur berarti boros/membuang-buang.
Menurut Pamadhi dan Sukardi mewarnai gambar sederhana (usap
abur) merupakan pembinaan keterampilan menggambar ditujukan
untuk tetap mengembangkan rasa keindahan melalui sentuhan
warna dan keartistikan bentuk (Martinasari, Putra, & Darsana,
2016).
Kelebihan dalam kegiatan usap abur ini yaitu cara yang
digunakan cukup mudah, unik dan dapat menjadi variasi aktivitas
menggambar yang bisa dilakukan oleh anak-anak. tentu saja agar
anak-anak tidak merasa bosan saat menggambar dan mewarnai.
Sedangkan kekurangan dalam kegiatan usap abur ini yaitu
adanya media warna (krayon/cat air) yang terbuang sia-sia di
kertas berbentuk pola.
3. Kerangka Berpikir
Anak usia dini adalah anak yang membutuhkan upaya pendidikan
untuk mencapai optimalisasi berbagai aspek-aspek perkembangan
bahasa,sosial emosional, fisik motorik. Salah satu dari aspek tersebut yang
dapat dikemabangkan adalah fisik motorik yaitu motorik halus. Anak
usia dini sangat menyukai kegiatan yang menarik dan unik maka dari
itu untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak harus memilih
sebuah kegiatan yang disukai anak-anak. Salah satu kegiatan yang
menarik bagi anak adalah mewarnai pola dengan cara yang berbeda yaitu
dengan teknik usap abur. Usap abur dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak. Selain itu teknik usap abur ini juga dapat
meningkatkan kreativitas anak. Krayon dan kertas pola merupakan media
yang dapat digunakan dalam kegiatan ini, karena media ini tidak
berbahaya bagi anak.

19
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa teknik
usap abur dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok
B.

Kurangterasahnyakemampuanmotorikhalus anak
Kondisi awal

Tindakan Pemberian stimulus melalui kegiatan teknik usap abur

Proses

Kondisi akhir Kemampuanmotorikhalusanakdalam melakukan kegitan teknik usap abur mening

Bagan II.1 Kerangka Berpikir


4. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Berdasarkan kajian diatas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah Terdapat peningkatan “Melalui teknik usap abur dapat

20
meningkatkan kemampuan motorik halus anak di Tk Aba Suntalangu

Tahun pelajaran 2023/2024.’’

21
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Mulyasa (2009:11) Penelitian Tindakan Kelas merupakan
suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik
dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja
dikumpulkan. Menurut Masyud (2014:172) Penelitian Tindakan Kelas
secara umum dapat diartikan sebagai suatu penelitian tindakan (action
research) yang diaplikasikan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan didalam
kelas pada saat proses belajar mengajar guna untuk mengamati
perkembangan anak.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di TK Aba Suntalangu
pada Kelompok B bertujuan guna mampu memperbaiki pembelajaran
khususnya pada pembelajaran motorik halus. Harapannya tindakan yang
dilakukan melalui kegiatan teknik Usap abur dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak pada Kelompok B.
a. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2023/2024. Adapun penelitian ini akan berlangsung dari
bulan Agustus sampai bulan September 2023/2024.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di TK AbA Suntalangu pada
anak kelompok B.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang-orang yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian
ini yang ditetapkan sebagai subyek penelitian adalah siswa kelompok B di

22
Aba dengan jumlah siswa 15 orang di antaranya 6 anak laki-laki dan 7
anak perempuan.
3. Sumber Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta
ataupun angka. Data merupakan unit informasi yang direkam media yang
dapat dibedakan dengan data lain, dapat dianalisis dan relevan dengan
problem tertentu. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu:
a) Sumber Data Primer
Sumber Data Primer, yaitu Sumber pertama dimana sebuah
data dihasilkan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
peserta didik kelompok B di TK Aba Suntalangu.
b) Sumber Data Skunder
Sumber data skunder yaitu sumber data kedua sesudah sumber
data primer. Jenis data skunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 1) Aktivitas, 2) Tempat/lokasi, 3) Dokumentasi/arsip. Sumber
data primer dan sekunder diharapkan dapat berperan membantu
mengungkapkan data yang diharapkan.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung kepada obyek yang
diteliti. Observasi merupakan metode atau cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan mengamati individu atau kelompok secara langsung. Menurut
Arikunto dalam Ahmad Tanzeh mendefinisikan bahwa observasi
adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indera.
Keuntungan observasi diantaranya: a) dapat menjaring data
secara intensif, b) analisis dan pengujian kembali, c) diperoleh

23
gambaran data yang menyeluruh dan lebih akurat, d) dapat dilakukan
sesudah wawancara, e) data observasi diperoleh secara langsung
dengan mengamati kegiatan siswa dalam situasi tetentu sehingga lebih
obyektif dan sesuai dengan keadaan fakta yang diperlukan. Selain
mempunyai keutungan, teknik observasi ini juga mempunyai
kelemahan yaitu: dalam kondisi tertentu, observasi memerlukan biaya
yang sangat besar, sulit dijangkau serta bergantung pada tempat dan
lokasi.
Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian mengenai
Meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan teknik usap
abur kelompok B di TK Aba Suntalangu.
Suharsimi Arikunto (2008) mengemukakan bahwa instrumen
penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pelaksanaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik1. Instrumen penelitian dapat dilihat pada table


berikut:
Tabel III.1 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Kemampuan Motorik Halus
Anak
Kemampuan
yang dinilai Indikator Instrume Keteranga
Mampu menekan pola sederhana n Lembar n
dengan jari-jari tangan observasi Terlampir
Teknik Usap Mampu mengoleskan warna crayon Lembar Terlampir
Abur pada pola sederhana observasi
Mampu mengusap abur dengan LKA Terlampir
jari-jari tangan
Mampu meratakan warna crayon
pada lembar kerja

24
Tabel III.2 Rubrik Penilaian Mampu menekan pola sederhana dengan
jari-jari tangan
Aspek yang Tingkat Pencapaian Penilaian
dinilai Perkembangan Anak 1 2 3 4
BB MB BSH BSB
Anak tidak mau melakukan kegiatan
Mampu
Anak masih belum mampu menekan pola
menekan
sederhana sehingga bentuk tidak terlihat
pola
dengan jelas
sederhana
dengan jari- Anak mampu menekan bentuk sederhana

jari tangan tapi masih tergeser dan bentuk masih terlihat


dengan jelas pada lembar unjuk kerja
Anak mampu menekan bentuk sederhana
tapi masih tergeser dan bentuk masih terlihat
dengan jelas pada lembar unjuk kerja
Anak mampu menekan bentuk sederhana
dan tidak tergeser sehingga bentuk dapat
terbentuk dengan jelas pada lembar unjuk
Kerja
Tabel III.3 Rubrik Penilaian Mampu mengoleskan warna crayonpada
pola sederhana
Aspek yang Tingkat Pencapaian Penilaian
Dinilai Perkembangan Anak 1 2 3 4
BB MB BSH BSB
Mampu Anak tidak mau melakukan kegiatan
mengoleska
Anak mampu mengoleskan warna crayon
n warna
agak tebal
crayonpada
Anak mampu mengoleskan warna crayon
pola
dengan tebal dengan bantuan guru
Anak mampu mengoleskan warna crayon
tdengan tebal tanpa bantuan guru

25
Anak mampu mengoleskan warna crayon
dengan tebal sekali tanpa bantuan guru

Tabel III.4 Rubrik Penilaian Mampu mengusap abur denganjari-jari


tangan
Aspek yang Tingkat Pencapaian Penilaian
Dinilai Perkembangan Anak 1 2 3 4
BB MB BSH BSB
Mampu Anak tidak mau melakukan kegiatan
mengusap
Anak belum mampu mengusap abur
abur dengan
jari-jari Anak mampu mengusap abur tapi tidak
rapi
tangan Anak mampu mengusap abur dengan rapi

Anak mampu mengusap abur dengan


sangat rapi

Tabel III.5 Rubrik Penilaian Mampu meratakan warna crayon pada


lembar kerja

Aspek yang Tingkat Pencapaian Penilaian


dinilai Perkembangan Anak 1 2 3 4
BB MB BSH BSB
Anak tidak mau melakukan kegiatan

Mampu Anak belum mampu meratakan warna


meratakan crayon dengan rapi
warna crayon Anak belum mampu meratakan warna
pada lembar crayon dan warna masih samar-samar
Kerja Anak mampu meratakan warna crayon tapi
belum rapi
Anak mampu meratakan warna crayon
dengan rapi sehingga pola terlihat

26
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan melihat atau
mencatat suatu laporan yang sudah tersedia. Dokumentasi adalah
ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian yang
meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan
kegiatan,foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan dengan
penelitian.Dokumen sebagai metode pengumpulan data adalah setiap
persyaratan tertulis disusun oleh seseorang atau lembaga untuk
keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.
Untuk lebih memperkuat hasil penelitian ini, peneliti
menggunakan dokumentasi berupa foto-foto pada saat siswa
melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan teknik usap
abur untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan teknik usap pada anak kelompok B di TK Aba Suntalangu.
5. Validasi Data
Dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi
(countenvalidity) adalah validitas instrumen yang berkaitan dengan
kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang akan di ukur.
Disini peneliti telah menentukan indikator dan sub indikator berdasarkan
variabel yang akan di teliti dengan menggunakan skala likert penelitian
dan memberikan bobot atau disamakan dengan nilai kuantitatif 4
(Berkembang Sangat Baik), 3 (Berkembang Sesuai Harapan), 2 (Mulai
Berkembang), 1 (Belum Berkembang).
6. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengelompokkan data sehingga
mudah dibaca. Dalam hal ini, data yang telah didapatkan dari berbagai
sumber seperti wawancara, observasi, dan alat pengumpul data lainnya
harus dianalisis dan diatur secara sistematis. Hal tersebut berguna bagi
penentuan langkah selanjutnya dalam penelitian.
Untuk mengetahui efektivitas metode ini dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisis data. Data dalam penelitian ini

27
dilakukan analisis menggunakan cara deskriptif kuantitatif. Hasil dari
analisis dari Siklus I akan direfleksikan dalam Siklus II agar mendapatkan
hasil yang lebih baik. Skor nilai didapatkan dengan rumus sebagai berikut
(Suharsimi Arikunto, 2010):

Skor total jawaban benar


Nilai = X 100
Skor maksimal

Tabel III.5 Kategori Penilaian


Pencapaian Kriteria
1 Belum Berkembang (BB)
2 Mulai Berkembang (MB)
3 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
4 Berkembang Sangat Baik (BSB)

7. Indikator Kinerja
Indkator kinerja yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah
meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan teknik usap
abur anak kelompok B di TK Aba Suntalangu. Indikator keberhasilan
dalam penelitian ini apabila minimal 80% dari jumlah anak didik
criteria ketuntasan yang telah ditentukan oleh peneliti. Anak yang telah
memperoleh angka 4 berarti telah memenuhi kriteria tuntas sempurna,
sedangkan anak yang mampu mencapai kriteria dengan nilai 3 dan 4
berarti anak telah memenuhi kriteria tuntas, kemudian bagi anak yang
memperoleh nilai 1 dan 2 berarti anak tersebut belum mencapai kriteria
tuntas dan aspek indikator yang di harapkan belum dapat dicapai
oleh anak. Angka keberhasilan 80% itu didapati dari anak yang
memperoleh nilai 4 dan 3.

28
8. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas merupakan suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan,
artinya penelitian akan dilakukan minimal sebanyak dua kali, karena
apabila hanya dilakukan satu kali hasilnya kuras optimal dan belum
tuntas. Diantara siklus-siklus tersebut terdapat infomasi sebagai balikan
(feedback) terhadap apa yang telah dilakukan. Siklus pelaksanaan
tindakan dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
Gambar III.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Model PTK oleh Kurt Lewis

Penelitian ini direncanakan selama dua siklus yaitu siklus I dan


siklus II. Pelaksanaan tindakan kelas ini meliputi perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi. Siklus I pada penelitian ini menggunakan
teknik usap abur dimana hal ini anak yang akan dikelompokkan secara
langsung. Berdasarkan tindakan pada siklus I dilakukan perbaikan pada
tindakan tersebut. Perbaikannya guru juga yang menginstruksikan
bagaimana cara melakukan teknik usap abur yang akan dilakukan oleh
anak pada siklus I yang sekaligus akan digunakan pada siklus II.

29
1. Siklus I
a. Planning (perencanaan)
1) Perencanaan Tahap perencanaan dilakukan untuk menyiapkan
segala yang dibutuhkan dalam melakukan tindakan sebagai
solusi dari masalah yang telah ditentukan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tema yang akan diajarkan sesuai dengan
kurikulum.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) sesuai dengan tema pembelajaran.
c. Mengenalkan media pembelajaran untuk kegiatan usap
abur
d. Membuat instrument penilaian kemampuan motorik halus
anak
e. Menyusun hasil karya anak,
f. Membuat lembar observasi tentang meningkatkan
kemampuan motorik halus anak melalui teknik usap abur.
b. Acting (pelaksanaan)
Tindakan perencanaan disusun, maka dilanjutkan ke
tahap selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Dalam
pelaksanaan tindakan peneliti yang menjadi guru, sedangkan
guru ikut dilibatkan sebagai observer yang tugasnya
memberikan kritik dan masukan yang berguna dalam proses
selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan pembelajaran yang telah disusun
dengan menonjolkan kegiatan yang ingin diterapkan yaitu
teknik usap abur. Pelaksanaan setiap siklus berlangsung
sebanyak dua kali pertemuan.

30
c. Observing (pengamatan)
Tahapan pengamatan ini, peneliti mengamati tentang
segala kegiatan pembelajaran. Peneliti melakukan pengamatan
sebagai berikut:
1) Melihat langsung kegiatan guru dengan maksud agar
mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam menerapkan
kegiatan teknik usap abur
2) Mengamati langsung kondisi kegiatan pembelajaran siswa
dengan maksud mengetahui aktif atau tidaknya siswa saat
berlangsungnya pembelajaran di terapkan teknik usap abur
3) Mengamati dan melihat hal-hal yang muncul saat kegiatan
berjalan dalam proses pembelajaran.
d. Reflecting (refleksi)
Tahapan refleksi ini, peneliti mengevaluasi semua
kegiatan yang sedang berlangsung sesuai dengan yang di teliti.
Hasilnya kemudian akan dianalisis agar mengerti tingkat
keberhasilan dan mencari hambatan selama pembelajaran
Teknik usap abur.Jika akhirnya hasil peroleh tidak berhasil
maka peneliti mencoba siklus selanjutnya.

H. Jadwal penelitian
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu menyusun jadwal
penelitian, agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang ada.

Bulan
No kegiatan
Agustus September Oktober

1 Pengkajian awal 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2 Menyusun Proposal

3 Pengajuan izin
penelitian

31
4 Menyusun instrumen
penelitian
5 Penelitian lapangan

6 Pengkajian hasil
penelitian
7 Analisis Data

8 Penyusunan laporan

32
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tanezah, Metodologi Penelitian Praktis, ( yogyakarta:Teras,2011) hal.84.

K. Eileen Allen dan Lynn R. Marotz, Profil Perkembangan Anak


(Prakelahiran Hingga Usia 12 Tahun) (Jakarta: PT Indeks, 2010), 24

Iib Robi’atul Adawiyah. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak


melaluiz Teknik Usap Abur Anak Usia 4-5 Tahun di RA. Hasan Asy’Ary
Kab. Langkat T.A 2020/2021

Novia Valiantin. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B


Melalui Kegiatan Melukis Dengan Teknik Usap Abur Di TK Plus Al-
Hujjah Jember Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Jember: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.

Morisson, (2013), Metode Penelitian Survei, Jakarta: Kencana, h. 144.

Martinasari, (2016), Penerapan Metode Pemberian Tugas Melalui Kegiatan


Usap Abur Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Pada Anak,
Jurnal Vol. 4 Nomor 2, Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha

Rusli Lutan, (2013), Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode,
Jakarta: Depdiknas, h. 56. Badru Zaman, Dkk, 2009. Media dan Sumber
Belajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Susriani, (2012), Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Usap


Abur di Taman Kanak-kanak Pertiwi III Muaro Kalaban. Skripsi, Padang:
Universitas Negeri Padang

Sujiono, Bambang. 2014. Metode Pengembangan Fisik. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka..

Sudiono, (2007), Alat permainan dan sumber belajar TK, Jakarta: Dirjen
PPTA Depdikbud,h,47.

Strategi Pembelajaran dengan tehnik usap abur untuk mengidentifikasi


kemampuan mototik halus anak usia dini. Skripsi S2, Universitas
Semarang.

Sugiyono, Statistika untu penelitian.(Bandung: CV Alfabeeta, 2007)

Mulyasa, (2009), Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Rosdakarya.


Samsu Sumadoyo, Penelitian Tindakan Kelas,( Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013)

33
LAMPIRAN-LAMPIRAN

34
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU DALAM KEGIATAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI
KEGIATAN TEKNIK USAP ABUR PADA ANAK KELOMPOK B
DI TK ABA SUNTALANGU
Hari/Tanggal :
Tema/Sub Tema :
Semester/Minggu :
Petunjuk: Berilah tanda chek (√) pada kolom sesuai dengan hasil pengamatan!
No Aspek yang Diamati Jawaban
Ya Tidak Catatan
1. Menyiapkan kelas

2. Menyiapkan media pembelajaran


3. Berdo’a sebelum melakukan pembelajaran

4. Menjelaskan tentang pembelajaran tema hari ini.

5. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan


menggunakan media usap abur.
6 Guru menjelaskan teknik-teknik usap abur

7. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada


anak..
8. Guru membagikan lembar kerja siswa

9. Guru mengajak anak berdiskusi hasil aktivitas


kegiatan teknik usap abur
10. Guru mengajak anak untuk menarik kesimpulan
dari kegiatan yang sudah dilakukan.
Skor
Nili

Suntalangu, 2023
Observer

Sopiana Astuti WidiaWati


NIM 198620720723

35
LEMBAR KERJA ANAK

MAMPU MENGUSAP ABUR DENGAN JARI-JARI TANGAN

Hari/Tanggal :
Tema/Sub Tema :
Semester/Minggu :

36
LEMBAR KERJA ANAK

MAMPU MERATAKAN WARNA CRAYON PADA LEMBAR KERJA

Hari/Tanggal :
Tema/Sub Tema :
Semester/Minggu :

37
38

Anda mungkin juga menyukai