PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
Pembimbing I
( MUJMAL, M.Pd )
NIDN.
Pembimbing II
( M. AKROM, M.Pd )
NIDN.08030894101
Mengetahui
Kaprodi PGPAUD
( __________________________)
NIDN…………….
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Mengetahui
Ketua STKIP Hamzar Lombok Utara
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
segala rahmat, serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan proposal yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus
Anak Melalui Kegiatan Teknik Usap Abur Pada Kelompok B Di TK Aba
Suntlangu Tahun Pelajaran 2023/2024. dapat diselesaikan sesuai dengan yang
direncanakan.
Proposal ini di tulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
menyelesaikan studi di STKIP Hamzar Lombok Utara, Program Studi Pendidikan
Anak Usia Dini (PGPAUD). Kerja keras bukan satu-satunya jaminan
terselesaikanna proposal ini, namun ulur tangan dari berbagai pihak, baik secara
material maupun non material telah menjadi energi sendiri, sehingga proposal ini
dapat terwujud, walaupun belum sempurna. Oleh sebab itu, pada lembar-lembar
awal proposal ini, ijinkan penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ketua STKIP Hamzar Lombok Utara, yang telah memberikan bantuan secara
moril dan memfasilitasi berbagai kepentingan studi, selama penulis
menempuh perkuliahan di STKIP Hamzar Lombok Utara;
2. Ketua Program Studi PGPAUD bapak M. Arzani, M.PdI dan staf dosen
pengajar di program studi PGPAUD yang telah banyak membantu dan
memotivasi penulis selama perjalanan studi dan penyusunan skripsi ini;
3. Mujmal, M.Pd sebagai pembimbing I yang telah dengan sabar membimbing,
mengarahkan, dan memberikan motivasi yang demikian bermakna, sehingga
penulis mampu melewati berbagai kerikil dalam perjalanan studi dan
penyelesaian proposal ini;
4. Muhammad Akrom M.Pd sebagai pembimbing II yang dengan gaya dan pola
komunikasi yang khas, telah melecut semangat, motivasi, dan harapan penulis
selama penelitian dan penulisan naskah, sehingga proposal ini dapat terwujud
dengan baik sesuai harapan;
iv
5. Kedua orangtua ku yang tercinta, yang selalu mendo’akan ku disetiap
sujudnya, selalu memberikan dorongan dan motivasi, yang telah banyak
membantu secara material dan moral selama perjalanan studi yang penulis
lakoni di STKIP Hamzar Lombok Utara.
6. Rekan-rekan seangkatan di program studi PGPAUD yang dengan karakternya
masing-masing telah banyak berkontribusi membentuk kemandirian penulis
selama menjalani studi dan penyelesaian skripsi ini;
Semoga semua yang telah mereka taburkan dalam perjalanan studi
penulis, terhargakan dengan sepantasnya oleh Allah SWT., sehingga mereka
diberi jalan, rejeki, dan keharmonian dalam menjalani hidup langkah kehidupan.
Penulis menyadari, bahwa proposali ini belum dapat dikategosikan
sempurna, namun terlepas dari semua predikat tersebut, yang jelas, kehadirannya
dalam kontelasi masyarakat akademis akan ikut serta memberikan warna bagi
pembangunan dan Pendidikan walau hanya setitik. Mudah-mudahan proposal ini
bermanfaat bagi masyarakat akademis, terutama mereka yang menyatakan diri
bernaung di bawah kebesaran panji-panji Pendidikan.
v
DAFTAR ISI
vi
BAGIAN UTAMA
1
keseimbangan antar anggota tubuh, contohnya berjalan, berlari, melompat,
dan berjinjit. Motorik halus merupakan keterampilan yang memerlukan
keseimbangan koordinasi antara mata dan tangan yang melibatkan otot-otot
kecil pada tubuh, contohnya melukis, menggunting, menganyam, dan bermain
plastisin.
Menurut Mulyasa (2012:24) usia dini merupakan masa kritis bagi
perkembangan motorik, dan masa yang paling tepat untuk mengajarkan
berbagai keterampilan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis,
berenang, dan bermain bola. Pembelajaran motorik terutama motorik halus,
membutuhkan bimbingan dan arahan untuk melatih keluwesan otot-otot jari
tangan yang dimiliki anak, karena setiap anak mempunyai gaya belajar dan
karakteristik yang berbeda-beda.
Seharusnya anak usia 5-6 tahun sudah mampu melakukan gerakan
pada hal- hal sederhana yang telah dikemukakan. Namun kenyataan
dimasyarakat masih sering ditemukan anak usia 5-6 tahun belum berkembang
motorik halus dalam keterampilan hidupnya seperti belum mampu melakukan
kegiatan memakai dan melepaskan sepatu, dan memasangkan kancing baju,
dan memegang alat makan. Dengan kondisi ini peneliti melihat belom
tercapainya perkembangan motorik halus anak dengan baik.
Berdasarkan hasil dilapangan, penelitian di TK Aba Suntalangu dari
kelompok B ada beberapa anak kemampuan motorik halusnya masih belum
maksimal saat menggerakkan jari-jari tangan dan kaku saat menulis karena
belum maksimal menggerakkan pergelangan tangannya. Ada beberapa anak
saat melakukan kegiatan yang diberikan terutama motorik halus masih kaku
saat kegiatan meronce, dan beberapa anak masih belum mampu
mengkoordinasikan keseimbangan antara mata dan tangan karena
perhatiannya teralihkan dengan yang lainnya, ada juga yang masih ragu dan
kurang percaya diri karena merasa tidak mampu melakukannya. Jika seperti
ini terus menerus kemampuan motorik halus anak tidak akan dapat
berkembang secara maksimal. Saat pembelajaran, media yang digunakan
biasanya menggunakan buku-buku yang sudah disediakan di sekolah. Pada
2
saat kegiatan pembelajaran biasanya anak diajak untuk mewarnai,menarik
garis,menganyam,mengecap,dan origami.
Pembelajaran disekolah sudah cukup baik, namun beberapa kemampuan
motorik halus anak masih kurang, ini membuktikan bahwa perlu adanya
media pembelajaran baru agar kemampuan motorik halus anak dapat
meningkat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti mencoba
menggunakan pembelajaran dan kegiatan yang belum pernah diterapkan
guru, yaitu dengan teknik usap abur. Teknik usap abur disesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan anak usia dini yang nantinya membuat anak
terkaitan dengan kegiatan ini, karena teknik usap abur adalah kegiatan yang
dapat meningkatkan motorik halus anak.
Usap abur merupakan kegiatan yang memerlukan tenaga berlebih
pada jari-jari tangan untuk menekan bentuk agar menjadi sebuah objek yang
maksimal dengan pencampuran warna yang menarik. Melalui kegiatan usap
abur anak dapat memperkuat jari-jari tangan dan melatih kesabaran dalam
mengaburkan warna, karena dalam kegiatan ini anak dapat melatih kreatifitas
yang dimiliki. Menurut Sudono (dalam Susrianti,2012:04) berpendapat bahwa
alat-alat yang digunakan sebagai penunjang keterampilan dasar motorik halus
sebaiknya bervariasi, salah satunya dengan menggunakan jari jemari.
Selanjutnya Sudono (dalam Susrianti,2012:04) usap abur bertujuan untuk :
a. Melatih koordinasi antara mata dengan tangan.
b. Mengenalkan teknik mencetak dengan menggunakan krayon.
c. Mengembangkan kosa kata baru.
d. Melatih anak untuk berani berekspresi.
e. Mengembangkan kreatifitas anak.
Hal yang baru bagi anak juga dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak dan menguatkan kemampuan jari-jari tangan anak, karena
dalam hal ini dibutuhkan kekuatan jari-jari tangan untuk menekan sebuah
bentuk. Kegiatan ini juga membutuhkan daya konsentrasi yang tinggi agar
hasil dapat lebih maksimal.
3
Apabila dalam kegiatan pembelajaran anak menemukan sesuatu yang
baru pasti akan sangat senang saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal
ini yang mendorong untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan
Teknik Usap Abur pada Kelompok B di Tk Aba Suntalangu T.A
2023/2024’’
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesimpang siuran dalam menafsirkan tentang
istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis perlu memberi penjelasan
dari istilah-Istilah Tersebut. Adapun istilah yang perlu penulis jelaskan adalah:
1. Pengertian Kemampuan Motorik Halus
Kemampuan Motorik Halus yang di maksud oleh peneliti adalah
kemampuan otot-otot kecil yang menggunakan tangan dan khususnya
pada jari jemari tangan. Pada kemampuan motorik halus terdapat
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan anak seperti memotong,
menggunting, meronce, mewarnai menggunakan krayon, merobek kertas
dan memegang benda-benda kecil.
4
2. Teknik Usap Abur
Kegiatan Usap Abur yang di maksud oleh peneliti adalah salah
satu kegiatan menggambar yang menggunakan kekuatan jari-jari pada
pembentukan suatu pola dengan media kertas dan gunting, dan krayon
yang memberi suatu kreasi pada gambar yang dapat mengusap aburkan
warna pada pola menggunakan ibu jarinya sehingga terbentuk sebuah
gambar yang menarik.
D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu “untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan teknik usap abur
pada anak kelompok B di TK Aba Suntalangu Tahun Pelajaran 2023/2024.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian meningkatkan kemampuan motorik halus anak
melalui kegiatan teknik usap abur pada anak kelompok B di TK Aba
Suntalangu Tahun Pelajaran 2023/2024 dibagi menjadi dua yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya terkait tentang manfaat
teknik usap abur.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru: hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan
untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses kegiatan
pembelajaran dalam proses meningkatkan kemampuan motorik
halus melalui kegiatan teknik usap abur pada kelompok B.
b. Bagi Siswa: dengan dilakukannya penelitian ini dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus melalui kegiatan teknik usap abur pada
kelompok B.
5
c. Bagi Kepala Sekolah: untuk membantu pihak sekolah dalam
menambah sarana pembelajaran usap abur seperti crayon, lembar
kerja anak, dan media lain dalam mengembangkan motorik halus
anak.
6
c. Penelitian Ardhianti, dkk, (2015) yang berjudul “Penerapan Metode
Demonstrasi Berbantuan Media Bentuk Dan Krayon Melalui Kegiatan
Usap Abur Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Pada
Anak“ menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh
angka rata-rata peningkatan kemampuan motorik halus sebesar 73,3%
dengan kriteria sedang dan pada siklus II sebesar 81,3% berada pada
kriteria tinggi, hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka
rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 8%. Maka dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan
kolaseberbantuan media bentuk dan krayon dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus pada anak kelompok B semester 2 TK
Laksana Kumara 2 Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014.
Adapun persamaan dari ketiga penelitian di atas yaitu sama- sama
untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, walaupun
menggunakan kegiatan dan media pembelajaran yang berbeda-beda.
2. Landasan Teori
a. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Kemampuan anak untuk bergerak dan mengendalikan bagian
tubuhnya adalah fungsi utama dari bidang perkembangan motorik.
Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang
terkoordinasi. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak
yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau
kemampuan motorik anak. Kemampuan motorik anak dibagi menjadi
dua jenis, yaitu kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik
halus. Karena dalam penelitian ini memfokuskan pada kemampuan
motorik halus anak, maka dalam kajian teori juga akan lebih
difokuskan pada kemampuan motorik halus.
1) Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini
Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada
beberapa anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat, tetapi
7
ada pula yang mengalami keterlambatan. Pada masa kanak-kanak,
pertumbuhan tinggi badan dan berat badan relatif seimbang, tetapi
secara bertahap tubuh anak akan mengalami perubahan.
Menurut Spencer dkk, (dalam Santrock, 2007: 207)
mengatakan bahwa perkembangan motorik pada anak usia dini
dapat berkembang ketika anak termotivasi untuk melakukan suatu
gerakan, dimana gerakan tersebut merupakan koordinasi antara
beberapa unsur perkembangan motorik anak. Menurut Syaodin,
(2005:30) mengungkapkan bahwa pertumbuhan fisik yang dialami
anak akan mempengaruhi proses perkembangan motoriknya.
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot- otot
yang terkoordinasi. Sebagian besar waktu anak dihabiskan untuk
bergerak dalam melakukan aktivitasnya dan kegiatan bergerak
tersebut akan sangat menggunakan otot kasar yang disebut motorik
kasar (gross motor) yang digunakan untuk melakukan aktivitas
berlari, memanjat, dan sebagainya. Sementara gerak yang
menggunakan otot- otot halus yang disebut dengan motorik halus
(fine motor) cenderung digunakan untuk aktivitas menggambar,
meronce, menggunting, menempel, melipat dan sebagainya.
Sedangkan Zulkifli (dalam Samsudin,2008:11)
menjelaskan bahwa motorik merupakan segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan gerakan- gerakan tubuh. Perkembangan
motorik terdapat tiga unsur yang menentukannya yaitu otot, saraf,
dan otak. Ketiga unsur ini melaksanakan masing-masing perannya
secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan,
saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya untuk
mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya.
Menurut Yudha (2005:114) mengungkapkan bahwa Perkembangan
motorik memperlihatkan interaksi dari kematangan makhluk dan
lingkungannya. Pada manusia perkembangan motorik merupakan
8
perubahan kemampuan motorik dari bayi sampai dewasa yang
melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik.
Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi
satu sama lain.
Menurut Hurlock (1978: 162) fungsi kemampauan motorik
yaitu, kemampuan motorik berfungsi untuk membantu anak dalam
mengembangkan kemandirian, dan berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dalam penerimaan sosial anak.
Sedangkan menurut Samsudin (2008: 8) tujuan perkembangan
motorik anak usia dini yakni: Pertama, anak mampu menguasai
keterampilan yang tercipt adalah kemampuan anak untuk
memenuhi tugas-tugas motorik anak usia dini. Kedua, kemampuan
motorik anak usia dini dilihat dari kemampuan anak menunjukan
kemampuan motorik yang dihasilkan, apabila keberhasilan motorik
anak usia dini dalam melakukan tugasnya dengan baik maka
motorik anak usia dini sudah dikatakan efektif.
Menurut Santrock (2007: 217) pada usia 4 sampai 5 tahun,
anak sudah memiliki kemampuan motorik halus seperti gerakan
jari, lengan, dan tangan. Dari kemampuan gerakan tersebut
dikoordinasi oleh mata dan tangan. Kemampuan dalam
melenturkan jari tangan anak yakni untuk meraih dan
menggenggam suatu benda. Sedangkan menurut Yudha dkk,
(2005:118) mengatakan bahwa motorik halus yakni kemampuan
anak untuk melakukan beraktivitas atau gerakan-gerakan dengan
menggunakan otot-otot halus (otot kecil) gerakan ini lebih
menuntut koordinasi tangan dan mata dalam kemampuan
pengendalian yang baik. Dengan gerakan ini memungkinkan anak
untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam setiap
gerakannya seperti menulis, menggambar, menggenggam,
meremas, menyusun balok dan lain-lain.
9
Samsudin, (2008: 11) menjelaskan bahwa kualitas motorik
terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan
tugas motorik yang memberikan dengan singkat keberhasilan
tertentu. Jika dalam melaksanakan motorik tinggi, berarti motorik
yang dilakukan efektif dan efisien.
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa motorik halus merupakan segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan gerakan tubuh. Dalam perkembangan
motorik halus yang menentukan yakni otot, syaraf dan otak. Selain
mengandalkan kekuatan otot, motorik juga mengandalkan
kekuatan otak untuk turut menentukan kemampuan dan
keterampilan anak,
2) Pentingnya Mengembangkan Motorik Halus Anak
Dengan adanya kemampuan mencocokkan informasi dan
persepsi ini, anak dapat memahami karakteristik lingkungan
sekitarnya menjadi lebih efektif. Paling tidak ada empat alasan
pentingnya mengembangkan kemampuan motorik halus anak
yaitu:
a. Alasan social
Anak-anak perlu mempelajari sejumlah keterampilan
yang bermanfaat bagi kegiatan mereka sehari-hari, seperti:
makan sendiri, memakai baju sendiri, kegiatan toileting dan
merawat diri sendiri (menyisir rambut, sikat gigi, dan
keramas). Pada anak normal, sejumlah keterampilan dapat
dicapai apabila mereka bersedia untuk meniru perilaku yang
dicontohkan oleh orang-orang disekitarnya. Anak yang sulit
menguasai keterampilan tersebut akan lebih sulit mengikuti
tata perilaku yang ada dibandingkan dengan anak-anak yang
telah menguasainya.
10
b. Alasan akademis
Sejumlah kegiatan yang ada di “sekolah” membutuhkan
performa keterampilan motorik halus, seperti menulis,
menggunting, dan memegang beragam peralatan yang
membutuhkan kehati-hatian seperti dalam kegiatan sains
permulaan. Anak dituntut untuk secara otomatis
mengendalikan koordinasi mata-tangannya. Jika tidak, kerja
otak anak akan lebih banyak digunakan untuk berkonsentrasi
pada gerakan daripada mempelajari konsep yang sedang
mereka pelajari.
c. Alasan psikologis/Emosional
Anak-anak yang memiliki koordinasi motorik halus
yang baik akan lebih mudah beradap tasi dengan pengalaman
sehari- hari yang melibatkan aktivitas fisik. Sebaliknya, anak-
anak yang memiliki koordinasi yang buruk akan cenderung
lebih mudah frustasi, merasa gagal, dan merasa ditolak.
Kondisi ini akan memberikan dampak negatif terhadap konsep
diri dan berusaha menghindari perilaku yang tidak dapat
mereka lakukan. Hal ini juga akan berdampak tidak hanya pada
area motorik saja tetapi dapat mempengaruhi area lainnya.
Oleh karena itu, pengmbangan motorik halus sejak dini perlu
dilakukan, tentu saja dengan strategi pengembangan yang
menyenangkan dan sesuai dengan level pengembangan anak.
Pengembangan keterampilan motorik halus anak sejak dini
akan membantu anak dalam kehidupannya, saat ini dan masa
yang akan datang.
3) Tahap Perkembangan Motorik halus
Berikut ini adalah tahap-tahap kemampuan motorik halus
anak usia dini menurut Fitts dan Postnet (dalam Sumantri, 2005:
101) proses belajar motorik anak usia dini dalam 3 tahap yaitu:
11
a. Tahap Verbal Kognitif
Merupakan tahap awal dalam belajar bergerak, karena
perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah
gerakkan yang dipelajari sedangkan penguasaan geraknya
masih belum baik karena masih mencoba gerakkan tersebut.
b. Tahap Asosiatif
Tahap ini disebut juga tahap menengah, perkembangan
anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari
gerakan yang sedang dipelajari.
c. Tahap Otomasi
Tahap ini disebut juga tahap akhir, ditandai dengan
tingkat penguasaan gerakkan dimana anak mampu melakukan
gerakkan keterampilan secara otomatis.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
tahap perkembangan motorik halus anak usia dini dibagi menjadi
tiga tahap, dari setiap tahap melakukan tugas perkembangan
kemampuan motorik halus sesuai dengan usia anak.
4) Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus
Setiap manusia memiliki perkembangan dan pertumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan sesuatu yang
berkaitan erat. Pertumbuhan merupakan proses perkembangan fisik
sebagai hasil proses pematangan fungsi- fungsi fisik. Dalam
perkembangan motorik halus anak dapat dilihat dari tahapan-
tahapan usianya. Sebagaimana yang terdapat didalam peraturan
menteri pendidikan nasional republik Indonesia no. 58 tahun 2009
tentang standart tingkat pecapaian perkembangan anak, sebagai
berikut:
12
Tabel 2.1
Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus
Usia Kemampuan Motorik Halus
5-6 1. Menggambar dan menulis.
Tahun 2. Menggunting.
3. Menempel gambar dengan tepat
4. Menyimpulkan tali sepatu
5. Menyikat gigi tanpa bantuan.
13
6) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik
Halus Pada Anak Usia dini
Menurut Samsudin dan Rusli Lutan, ada beberapa
faktor yang sangat mempengaruhi motorik halus yaitu:
a. Sifat dasar genetik
Bentuk tubuh dan cederdasan mempunyai pengaruh yang
menonjol terhadap perkembangan motorik
b. Cacat fisik
Cacat fisik, seperti kebutaan akan memperlambat
perkembangan motorik anak
c. Urutan kelahiran
Dalam keluarga yang sama, perkembangan motorik anak yang
pertama cenderung lebih baik dibanding anak yang lahir
kemudian.
d. Stimulasi
Stimulasi atau rangsangan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perkembangan motorik halus dapat berupa
aktivitas bermain, dimana anak diberi mainan yang melibatkan
bagian- bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, tetapi diperlukan koordinasi yang cepat. Anak yang
mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat
berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau yang
tidak mendapat stimulasi.
e. Lingkungan
Dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan, semakin aktif janin
semakin cepat perkembangan motorik anak.
f. Kecerdasan.
Anak dengan kecerdasan yang tinggi menunjukkan
perkembangan yang lebih cepat dibandingkan anak yang
tingkat kecerdasannya rendah.
14
7) Prinsip Perkembangan Motorik halus Anak usia Dini
Menurut Hurlock (1978: 151) prinsip perkembangan
motorik yaitu, perkembangan motorik yang didasarkan oleh
kemampuan sistem otot dan sistem syaraf seperti gerak refleks
yang terjadi pada bayi, upaya anak dalam mengembangkan
ketrampialn motorik tidak terjadi sebelum anak matang,
perkembangan motorik anak dapat mengikuti perkembangan yang
dapat diprediksikan seperti memprediksi perkembangan anak
ketika anak sudah dapat merangkak dan lain-lain,kemungkinan
perkembangan motorik anak yang menentukan kebiasaan atau
perilaku anak dalam mengembangkan kemampuan motoriknya
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip
perkembangan motorik halus anak usia dini sangat beranekaragam,
perkembangan motorik anak dapt diketahui pada tingkah laku
atau perilaku anak.
8) Tujuan Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak sangat penting dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Bahkan dengan mengembangkan
motorik halus anak, maka anak diharapkan mampu menggerakkan
seluruh badannya dengan terancang, terpola dan terarah dengan
baik serta menguasai gerakan secara maksimal. Adapun tujuan dari
perkembangan motoik halus anak yaitu dalam kehidupan dewasa
nanti anak sudah mempunyai keterampilan bakat, dan potensi yang
bisa dikembangkan untuk meraih kesuksesan seperti di bidang
seni, dunia kerja yang lebih mengandalkan kinerja dari
keterampilan koordinasi mata dan tangan.
Tujuan pengembangan motorik untuk anak usia dini adalah:
a. Untuk mengembangkan motorik anak;
b. Untuk melatih gerakan-gerakan kasar dan halus;
c. Untuk meningkatkan kemampuan mengontrol, mengelola
gerakan tubuh dan koordinasi;
15
d. Untuk meningkatkan cara hidup sehat
Sedangkan menurut Saputra, tujuan pengembangan motorik
halus adalah:
a. Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerak jari tangan;
b. Mampu mengkoordinasi kecepatan tangan dengan mata;
c. Mampu mengendalikan emosi.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan motorik halus anak yakni suatu gerakan pada kedua
tangan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak
dalam berolah tangan yang bertujuan untuk mengasah kemampuan
agar menjadi bekal dikemudian hari.
b. Teknik Usap Abur
1. Pengertian Teknik Usap Abur
Usap abur adalah satu cara menggambar yang
mengutamakan kekuatan jari-jari untuk membuat sebuah objek.
Usap abur adalah permainan yang mengembangkan keterampilan
motorik halus anak dalam berolah tangan dan melatih kesabaran
dalam membuat usap abur. Usap abur juga dapat diartikan
sebagai pembinaan keterampilan menggambar yang ditujukan
untuk tetap mengembangkan rasa keindahan melalui sentuhan
warna dan keartistikan bentuk. Teknik ini jarang sekali digunakan
pada saat pembelajaran karena banyaknya kegiatan-kegiatan lain
yang dapat meningkatkan motorik halus. Menurut Susrianti usap
abur merupakan suatu media yang digunakan oleh anak-anak
dalam kegiatan belajar dengan prinsip pencampuran warna,
mengoleskan warna pada pola yang disediakan serta dalam
aktivitas kreatifitas nya lebih mengutamakan kepekaan, estetika,
dan keterampilan motorik halus sehingga dapat mengekspresikan
sesuatu yang artistic untuk mengembangkan motorik halusnya.
Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli dapat disimpulkan
bahwa teknik usap abur adlaah teknik yang ditekankan pada jari-
16
jari tangan untuk meratakan warna dari suatu bentuk sederhana
menjadi sebuah objek yang sesuai dengan tema pembelajaran.
Melalui teknik usap abur, anak dapat melatih kesabaran dan
mengembangkan kemampuan motorik halusnya.
2. Macam-macam Teknik Usap Abu
Teknik usap abur dibedakan menjadi tiga bagian, usap
abur ke luar, usap abur ke dalam, dan usap abur keluar dan
kedalam.
a. Usap Abur ke Luar
Usap abur keluar merupakan teknik yang mengusap
aburkan warna-warna krayon maupun pasta keluar dari bentuk
sederhana yang ditentukan. Sehingga bentuk sederhana
dikelilingi oleh warna-warna yang sudah di usap
b. Usap Abur ke Dalam
Usap abur ke dalam ialah menarik warna-warna krayon
maupun pasta ke dalam, supaya dapat menghasilkanhasil yang
maksimal.
c. Usap Abur Keluar dan Kedalam
Yaitu mengusap aburkan warna keluar bentuk
sederhana dan kedalam bentuk sederhana sehingga bentuk itu
dikelilingi warna-warna keluar dan kedalam.
3. Tujuan Teknik Usap Abur
Menurut Sudono, teknik usap abur betujuan untuk:
a. Melatih koordinasi antara mata dengan tangan,
b. Mengenalkan teknik mencetak dengan menggunakan krayon
c. Mengembangkan kosa kata baru
d. Melatih anak untuk berekspresi
e. Mengembangkan kreatifitas anak
4. Langkah-Langkah Usap Abur
Menurut Asrofudin (2010) langkah-langkah usap abur
sebagai berikut:
17
a. siapkan bahan dan peralatan usap abur yang dibutuhkan dan
digemarioleh anak.
b. oleskan crayon pada permukaan pola (bentuk sederhana sesuai
dengan tema pembelajaran) sehingga merata diseluruh bagian
permukaannya.
c. kemudian usapkan jari jempol diseluruh permukaan dan angkat
pola sehingga dapat melihat hasil usap abur yang sudah
dikerjakan.
d. ulangi proses yang sama agar hasil karya terlihat lebih menarik
jika bentuk, ukuran serta warna yang digunakan bervariasi.
Pada dasarnya proses di awali dengan membuat pola
(bentuk sederhana sesuai dengantema pembelajaran),kemudian
memberi stimulus untuk membangkitkan minat rasa ingin tahu
anak, selanjutnya proses merasakan atau menghayati dapat dicapai
dengan memberikan kertas atau pola, sehingga dapat membantu
anak lebih fokus dan membangkitkan daya imajinasi untuk terus
berkarya yang melibatkan kemampuan anak menguasai beragam
media usap abur.
Menurut Mutiagimin (2009) langkah-langkah usap abur
ialah sebagai berikut:
a. buat bentuk sederhana sesuai tema dengan menggunakan
kertas kartonyang agak tebal;
b. oleskan warna crayon yang tebal pada tepi bentuk
sederhana;
c. letakkan bentuk sederhana pada kertas putih polos atau kertas
lainnya juga bisa;
d. tekan bentuk sederhana dengan jari-jari tangan kiri sedangkan
jari-jari tangan kanan mengusap aburkan warna keluar atau ke
dalam dari bentuk sederhana.
18
5. Kelebihan dan kekurangan Usap Abur
Usap menurut bahasa yang berarti menghapus, menyeka
dan menyapu. Sedangkan abur berarti boros/membuang-buang.
Menurut Pamadhi dan Sukardi mewarnai gambar sederhana (usap
abur) merupakan pembinaan keterampilan menggambar ditujukan
untuk tetap mengembangkan rasa keindahan melalui sentuhan
warna dan keartistikan bentuk (Martinasari, Putra, & Darsana,
2016).
Kelebihan dalam kegiatan usap abur ini yaitu cara yang
digunakan cukup mudah, unik dan dapat menjadi variasi aktivitas
menggambar yang bisa dilakukan oleh anak-anak. tentu saja agar
anak-anak tidak merasa bosan saat menggambar dan mewarnai.
Sedangkan kekurangan dalam kegiatan usap abur ini yaitu
adanya media warna (krayon/cat air) yang terbuang sia-sia di
kertas berbentuk pola.
3. Kerangka Berpikir
Anak usia dini adalah anak yang membutuhkan upaya pendidikan
untuk mencapai optimalisasi berbagai aspek-aspek perkembangan
bahasa,sosial emosional, fisik motorik. Salah satu dari aspek tersebut yang
dapat dikemabangkan adalah fisik motorik yaitu motorik halus. Anak
usia dini sangat menyukai kegiatan yang menarik dan unik maka dari
itu untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak harus memilih
sebuah kegiatan yang disukai anak-anak. Salah satu kegiatan yang
menarik bagi anak adalah mewarnai pola dengan cara yang berbeda yaitu
dengan teknik usap abur. Usap abur dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak. Selain itu teknik usap abur ini juga dapat
meningkatkan kreativitas anak. Krayon dan kertas pola merupakan media
yang dapat digunakan dalam kegiatan ini, karena media ini tidak
berbahaya bagi anak.
19
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa teknik
usap abur dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok
B.
Kurangterasahnyakemampuanmotorikhalus anak
Kondisi awal
Proses
20
meningkatkan kemampuan motorik halus anak di Tk Aba Suntalangu
21
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Mulyasa (2009:11) Penelitian Tindakan Kelas merupakan
suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik
dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja
dikumpulkan. Menurut Masyud (2014:172) Penelitian Tindakan Kelas
secara umum dapat diartikan sebagai suatu penelitian tindakan (action
research) yang diaplikasikan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan didalam
kelas pada saat proses belajar mengajar guna untuk mengamati
perkembangan anak.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di TK Aba Suntalangu
pada Kelompok B bertujuan guna mampu memperbaiki pembelajaran
khususnya pada pembelajaran motorik halus. Harapannya tindakan yang
dilakukan melalui kegiatan teknik Usap abur dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak pada Kelompok B.
a. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2023/2024. Adapun penelitian ini akan berlangsung dari
bulan Agustus sampai bulan September 2023/2024.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di TK AbA Suntalangu pada
anak kelompok B.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang-orang yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian
ini yang ditetapkan sebagai subyek penelitian adalah siswa kelompok B di
22
Aba dengan jumlah siswa 15 orang di antaranya 6 anak laki-laki dan 7
anak perempuan.
3. Sumber Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta
ataupun angka. Data merupakan unit informasi yang direkam media yang
dapat dibedakan dengan data lain, dapat dianalisis dan relevan dengan
problem tertentu. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu:
a) Sumber Data Primer
Sumber Data Primer, yaitu Sumber pertama dimana sebuah
data dihasilkan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
peserta didik kelompok B di TK Aba Suntalangu.
b) Sumber Data Skunder
Sumber data skunder yaitu sumber data kedua sesudah sumber
data primer. Jenis data skunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 1) Aktivitas, 2) Tempat/lokasi, 3) Dokumentasi/arsip. Sumber
data primer dan sekunder diharapkan dapat berperan membantu
mengungkapkan data yang diharapkan.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung kepada obyek yang
diteliti. Observasi merupakan metode atau cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan mengamati individu atau kelompok secara langsung. Menurut
Arikunto dalam Ahmad Tanzeh mendefinisikan bahwa observasi
adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indera.
Keuntungan observasi diantaranya: a) dapat menjaring data
secara intensif, b) analisis dan pengujian kembali, c) diperoleh
23
gambaran data yang menyeluruh dan lebih akurat, d) dapat dilakukan
sesudah wawancara, e) data observasi diperoleh secara langsung
dengan mengamati kegiatan siswa dalam situasi tetentu sehingga lebih
obyektif dan sesuai dengan keadaan fakta yang diperlukan. Selain
mempunyai keutungan, teknik observasi ini juga mempunyai
kelemahan yaitu: dalam kondisi tertentu, observasi memerlukan biaya
yang sangat besar, sulit dijangkau serta bergantung pada tempat dan
lokasi.
Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian mengenai
Meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan teknik usap
abur kelompok B di TK Aba Suntalangu.
Suharsimi Arikunto (2008) mengemukakan bahwa instrumen
penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pelaksanaannya lebih mudah dan
24
Tabel III.2 Rubrik Penilaian Mampu menekan pola sederhana dengan
jari-jari tangan
Aspek yang Tingkat Pencapaian Penilaian
dinilai Perkembangan Anak 1 2 3 4
BB MB BSH BSB
Anak tidak mau melakukan kegiatan
Mampu
Anak masih belum mampu menekan pola
menekan
sederhana sehingga bentuk tidak terlihat
pola
dengan jelas
sederhana
dengan jari- Anak mampu menekan bentuk sederhana
25
Anak mampu mengoleskan warna crayon
dengan tebal sekali tanpa bantuan guru
26
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan melihat atau
mencatat suatu laporan yang sudah tersedia. Dokumentasi adalah
ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian yang
meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan
kegiatan,foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan dengan
penelitian.Dokumen sebagai metode pengumpulan data adalah setiap
persyaratan tertulis disusun oleh seseorang atau lembaga untuk
keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.
Untuk lebih memperkuat hasil penelitian ini, peneliti
menggunakan dokumentasi berupa foto-foto pada saat siswa
melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan teknik usap
abur untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan teknik usap pada anak kelompok B di TK Aba Suntalangu.
5. Validasi Data
Dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi
(countenvalidity) adalah validitas instrumen yang berkaitan dengan
kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang akan di ukur.
Disini peneliti telah menentukan indikator dan sub indikator berdasarkan
variabel yang akan di teliti dengan menggunakan skala likert penelitian
dan memberikan bobot atau disamakan dengan nilai kuantitatif 4
(Berkembang Sangat Baik), 3 (Berkembang Sesuai Harapan), 2 (Mulai
Berkembang), 1 (Belum Berkembang).
6. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengelompokkan data sehingga
mudah dibaca. Dalam hal ini, data yang telah didapatkan dari berbagai
sumber seperti wawancara, observasi, dan alat pengumpul data lainnya
harus dianalisis dan diatur secara sistematis. Hal tersebut berguna bagi
penentuan langkah selanjutnya dalam penelitian.
Untuk mengetahui efektivitas metode ini dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisis data. Data dalam penelitian ini
27
dilakukan analisis menggunakan cara deskriptif kuantitatif. Hasil dari
analisis dari Siklus I akan direfleksikan dalam Siklus II agar mendapatkan
hasil yang lebih baik. Skor nilai didapatkan dengan rumus sebagai berikut
(Suharsimi Arikunto, 2010):
7. Indikator Kinerja
Indkator kinerja yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah
meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan teknik usap
abur anak kelompok B di TK Aba Suntalangu. Indikator keberhasilan
dalam penelitian ini apabila minimal 80% dari jumlah anak didik
criteria ketuntasan yang telah ditentukan oleh peneliti. Anak yang telah
memperoleh angka 4 berarti telah memenuhi kriteria tuntas sempurna,
sedangkan anak yang mampu mencapai kriteria dengan nilai 3 dan 4
berarti anak telah memenuhi kriteria tuntas, kemudian bagi anak yang
memperoleh nilai 1 dan 2 berarti anak tersebut belum mencapai kriteria
tuntas dan aspek indikator yang di harapkan belum dapat dicapai
oleh anak. Angka keberhasilan 80% itu didapati dari anak yang
memperoleh nilai 4 dan 3.
28
8. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas merupakan suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan,
artinya penelitian akan dilakukan minimal sebanyak dua kali, karena
apabila hanya dilakukan satu kali hasilnya kuras optimal dan belum
tuntas. Diantara siklus-siklus tersebut terdapat infomasi sebagai balikan
(feedback) terhadap apa yang telah dilakukan. Siklus pelaksanaan
tindakan dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
Gambar III.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
29
1. Siklus I
a. Planning (perencanaan)
1) Perencanaan Tahap perencanaan dilakukan untuk menyiapkan
segala yang dibutuhkan dalam melakukan tindakan sebagai
solusi dari masalah yang telah ditentukan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tema yang akan diajarkan sesuai dengan
kurikulum.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) sesuai dengan tema pembelajaran.
c. Mengenalkan media pembelajaran untuk kegiatan usap
abur
d. Membuat instrument penilaian kemampuan motorik halus
anak
e. Menyusun hasil karya anak,
f. Membuat lembar observasi tentang meningkatkan
kemampuan motorik halus anak melalui teknik usap abur.
b. Acting (pelaksanaan)
Tindakan perencanaan disusun, maka dilanjutkan ke
tahap selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Dalam
pelaksanaan tindakan peneliti yang menjadi guru, sedangkan
guru ikut dilibatkan sebagai observer yang tugasnya
memberikan kritik dan masukan yang berguna dalam proses
selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan pembelajaran yang telah disusun
dengan menonjolkan kegiatan yang ingin diterapkan yaitu
teknik usap abur. Pelaksanaan setiap siklus berlangsung
sebanyak dua kali pertemuan.
30
c. Observing (pengamatan)
Tahapan pengamatan ini, peneliti mengamati tentang
segala kegiatan pembelajaran. Peneliti melakukan pengamatan
sebagai berikut:
1) Melihat langsung kegiatan guru dengan maksud agar
mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam menerapkan
kegiatan teknik usap abur
2) Mengamati langsung kondisi kegiatan pembelajaran siswa
dengan maksud mengetahui aktif atau tidaknya siswa saat
berlangsungnya pembelajaran di terapkan teknik usap abur
3) Mengamati dan melihat hal-hal yang muncul saat kegiatan
berjalan dalam proses pembelajaran.
d. Reflecting (refleksi)
Tahapan refleksi ini, peneliti mengevaluasi semua
kegiatan yang sedang berlangsung sesuai dengan yang di teliti.
Hasilnya kemudian akan dianalisis agar mengerti tingkat
keberhasilan dan mencari hambatan selama pembelajaran
Teknik usap abur.Jika akhirnya hasil peroleh tidak berhasil
maka peneliti mencoba siklus selanjutnya.
H. Jadwal penelitian
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu menyusun jadwal
penelitian, agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang ada.
Bulan
No kegiatan
Agustus September Oktober
1 Pengkajian awal 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2 Menyusun Proposal
3 Pengajuan izin
penelitian
31
4 Menyusun instrumen
penelitian
5 Penelitian lapangan
6 Pengkajian hasil
penelitian
7 Analisis Data
8 Penyusunan laporan
32
DAFTAR PUSTAKA
Rusli Lutan, (2013), Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode,
Jakarta: Depdiknas, h. 56. Badru Zaman, Dkk, 2009. Media dan Sumber
Belajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sudiono, (2007), Alat permainan dan sumber belajar TK, Jakarta: Dirjen
PPTA Depdikbud,h,47.
33
LAMPIRAN-LAMPIRAN
34
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU DALAM KEGIATAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI
KEGIATAN TEKNIK USAP ABUR PADA ANAK KELOMPOK B
DI TK ABA SUNTALANGU
Hari/Tanggal :
Tema/Sub Tema :
Semester/Minggu :
Petunjuk: Berilah tanda chek (√) pada kolom sesuai dengan hasil pengamatan!
No Aspek yang Diamati Jawaban
Ya Tidak Catatan
1. Menyiapkan kelas
Suntalangu, 2023
Observer
35
LEMBAR KERJA ANAK
Hari/Tanggal :
Tema/Sub Tema :
Semester/Minggu :
36
LEMBAR KERJA ANAK
Hari/Tanggal :
Tema/Sub Tema :
Semester/Minggu :
37
38