Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH ADOK DELOM MASYARAKAT LAMPUNG

Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Dasar-dasar menulis

Dosen Pengampu : 1. Drs. Iqbal Hilal, M. Pd.

2. Marzius Insani, M. Pd.

3. Ade Siska, M. Pd.

Disusun Oleh :

Ahmad Arif Budiman (2213046100)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA LAMPUNG

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah


SWT, yang telah memberikan rahmat dan nikmat kesehatan serta hidayah-Nya.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnyadi akhirat nanti. Kami
sangat mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik berupa sehat fisik maupun pikiran, sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah yang mana merupakan tugas dari mata
kuliah dasar-dasar menulis dengan judul “Peran Adok Dalam Masyarakat
Lampung”.

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6

2.1 Pengertian Bujuluk Buadek/ Khophama delom bekekhja............................3

2.2 Upacara begawi cakak pepadun.......................................................................3

2.3 Tingkatan Adok Delom Masyarakat Lampung Pepadun/ Lampung


Saibatin.....................................................................................................................5

2.4 Peranan Yang Memiliki Adok Dalam Masyarakat Lampung......................6

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................7

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................7

3.2 Saran...................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................8

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penduduk Lampung terbahagi kepada dua suku kaum yaitu suku asli dan kaum
pendatang. Suku asli adalah suku Lampung yang telah mendiami kawasan
Lampung selama berabad-abad, sedangkan suku pendatang adalah suku yang
berasal dari luar Provinsi Lampung dan menetap serta menetap di Lampung.

Suku Lampung sendiri terbahagi kepada dua golongan yaitu Lampung Pepadun
dan Lampung Sai Batin. Masyarakat Lampung serupa dengan masyarakat suku
lain yang budayanya menjadi ciri jati diri masyarakat Lampung itu sendiri. Salah
satu falsafah hidup suku Lampung yang diwariskan secara turun temurun adalah
Piil Pesenggiri.

Dalam Piil Pesenggiri terdapat 5 elemen yang termuat didalam Piil Pesenggiri,
salah satunya bujuluk buadek. Bejuluk Adek secara etimologi berasal daripada
perkataan Juluk dan Adek. Bejuluk bermaksud mempunyai nama dan Adek
bermaksud mempunyai gelaran. Elemen ini bermaksud nama dan gelaran. Bejuluk
Adek juga akan menjadi identita utama yang dikaitkan dengan orang ini. Kerana
identitas terikat kepada orang itu, dan orang tersebut mesti berjuang untuk
mengekalkan nama itu dalam tingkah laku dan interaksi sosial mereka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah pengaruh adok dalam masyarakat lampung?

2. Apakah dalam pengambilan adok dilakukan upacara tradisi?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan terhadap
para pembaca yang dimana didalam masyarakat Lampung adok atau adek ialah
salah satu unsur Piil Pesenggiri yang erat kaitannya dengan masyarakat juga

iv
seberapa besar perannya didalam masyarakat Lampung. Dan juga dalam makalah
ini juga memberitahukan tentang upacara pengambilan adok oleh masyarakat
lampung Pepadun yakni Begawi Cakak Pepadun.

v
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bujuluk Buadek/ Khophama delom bekekhja


Bejuluk Beadek/ Khopkhama delom bekekhja secara etimologi berasal dari kata
Juluk dan Adek. Bejuluk artinya mempunyai nama dan Adek artinya mempunyai
gelar. Makna dalam unsur ini yaitu, keharusan berjuang meningkatkan
kesempurnaan hidup, bertata tertib dan tatakrama yang sebaik-baiknya.

Secara esensial Bejuluk Adek merupakan identitas dan jati diri masyarakat
Lampung, dan itu harus di pertanggung jawabkan secara lahir dan batin, material
dan spiritual. Bagi orang yang sudah memiliki Juluk dan Adek haruslah bermoral
tinggi dan menjadi teladan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.

2.2 Upacara begawi cakak pepadun


Didalam masyarakat Lampung Pepadun adok diperoleh melalui acara Begawi
Cakak Pepadun yang dimana dalam acara itu banyak tahapan yang harus dilalui
oleh seseorang yang ingin memiliki adek. Tahap Persiapan pada Begawi Cakak
Pepadun, yang dimana ada perubahan yakni pada tata cara mengundang
Punyimbang, yang semula harus jalan jongkok untuk menghormati Punyimbang
yang telah memiliki Adek Suttan. Saat ini mengundang Punyimbang tidak lagi
jalan jongkok sudah menggunakan kendaraan motor dikarenakan agar tidak
menyulitkan panitia yang mengundang.

Selain itu terjadi perubahan pada musyawarah adat dalam menetapkan waktu
Begawi yang semula proses pelaksanaan Begawi selama tujuh hari, saat ini
menjadi empat hari dikarenakan biaya yang dibutuhkan lebih banyak dan panitia
gawi memiliki pekerjaan yang lain. Tempat pelaksanaan gawi adanya perubahan
juga untuk pelaksanaan gawi yang semula harus membangun sesat (rumah adat) ,
namun begawi saat ini sudah tidak harus membangun sesat hanya menggunakan
tenda tarub yang dilapisi kain putih dikarenakan terlalu lama untuk membangun
sesat dan biaya yang dibutuhkan lebih banyak.

vi
Prasarana dan sarana Begawi yang semula tidak moderen dalam mempersiapkan
sarana dan prasarana sehingga meyulitkan panitia dalam mempersiapkan, namun
begawi saat ini sudah moderen seperti kereta dorong (rato) yang sudah
menggunakan mobil tidak lagi di dorong oleh banyak orang dikarenakan
menyulitkan orang lain.
Pelaksanaan Begawi Cakak Pepadun memiliki lima proses yang harus
dilaksanakan menurut ketentuan adat yang sebelumnya yaitu: Manjau, Ngedio,
Malam cangget, Turun mandei, dan Cakak Pepadun. Namun Begawi saat ini
adanya perubahan pelaksanaan Ngedio mulai ditinggalkan dikarenakan
menghabiskan waktu dan para pemuda yang kurangnya pengetahuaan akan
pentingnya pelaksanaan Ngedio bagi kehidupan mereka kelak.

Acara yang terakhir yaitu acara penutup penetapan gelar tertinggi Suttan. Begawi
Cakak Pepadun semula setelah ditetapkan gelar tertinggi dibacakan nasehat
(Pepaccur), namun Begawi saat ini Suttan sudah tidak dibacakan nasehat lagi
dikarenakan sudah dibacakan saat prosesi Turun Mandei mengambil Adek
Pengiran yang nasehat tersebut diamanatkan sampai menjadi Suttan dan tidak
menghabiskan waktu yang lama untuk membacakan nasehat tersebut. Selanjutnya
pembacaan doa agar gelar yang di dapatkan berkah. Dapat disimpulkan dari tahap
persiapan, kegiatan inti, dan penutup sudah adanya perubahan tidak terealisasi
sesuai ketentuan adat yang sudah baku dikarenakan adanya factor-foktor
kebudayaan yang mengalami perubahan. Perubahan pelaksanaan Begawi tidak
menghilangkan makna dan tujuan dari Begawi Cakak Pepadun itu tersebut

vii
2.3 Tingkatan Adok Delom Masyarakat Lampung Pepadun/ Lampung
Saibatin

Tingkatan kedudukan adat dalam adat Lampung Pepadun/ Saibatin dari yang
tertinggi sampai yang terendah, yaitu :
1. Stan/ Suttan

2. Tuan/ Khaja
3. Minak/ Batin
4. Ngedikou/ Khadin

5. Pengiran/ Minak

6. Rajou/ Kemas

7. Ratu/ Mas

Dalam tingkatan bejuluk beadek memiliki kedudukan masing-masing dari


tertinggi hingga yang terendah. Kandungan nilai-nilai yang terdapat di bejuluk
adek tentunya sangat relevan dengan ajaran agama Islam, yaitu yang terdapat
dalam surat Ar-Rad ayat 11 :
‫ ِه ۗ ْم َواِ َذٓا‬K‫ا بِا َ ْنفُ ِس‬KK‫وْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا َم‬KKَ‫ا بِق‬KK‫ر هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َم‬K ۢ ٌ ‫لَهٗ ُم َعقِّ ٰب‬
ِ K‫ت ِّم ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ٖه يَحْ فَظُوْ نَهٗ ِم ْن اَ ْم‬
‫هّٰللا‬
ٍ ‫اَ َرا َد ُ بِقَوْ ٍم س ُۤوْ ًءا فَاَل َم َر َّد لَهٗ ۚ َو َما لَهُ ْم ِّم ْن ُدوْ نِ ٖه ِم ْن و‬
‫َّال‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu Kaum


sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-
Rad:11)

Kaitannya dengan bejuluk adek adalah kejelasan identitas dan jati diri seseorang
dalam berjuang meningkatkan taraf hidupnya. Seseorang yang telah memiliki
adek (gelar) atau identitas ia harus berjuang secara berkesinambungan untuk
mempertahankan dan meningkatkan hidupnya dalam segala aspek. Adapun nilai-
nilai tersebut antara lain adalah nilai ke-Tuhanan, nilai religiusitas, nilai moralitas,
dan nilai ntelektualitas kemudian nilai- nilai tersebut teraktualisasi secara konkret
dalam kehidupan ummat manusia.

viii
2.4 Peranan Yang Memiliki Adok Dalam Masyarakat Lampung
Bagi masyarakat Lampung Pepadun yang memiliki adok melalui upacara Begawi
Cakak Pepadun ia dihormati dan mendapat kepercayaan dari masyarakat, dan
yang lebih penting lagi dia akan mendapat ridha Allah SWT. apabila dengan adek
(gelar) tersebut dia mampu menjaga menjaga kehormatan dirinya dengan
beperilaku baik, dan menjadi contoh bagi masyarakat sekitarnya.

Sedangkan dalam masyarakat Lampung Saibatin menurut kimmas pedoman khaya


(kemas) didelom adat Lampung Saibatin adok diperoleh melalui turun temurun
oleh keluarga ataupun kerabat dari tetua adat didaerah tersebut. Menurut
narasumber peran adok sangatlah penting bagi masyarakat adat Saibatin
dikarenakan yang memiliki adok yakni dalom/batin pada masyarakat pekon
Kutadalom, kecamatan Gisting, kabupaten Tanggamus, provinsi Lampung
dijadikan tetua adat dan memimpin masyarakat disana ataupun menjadi patokan
dalam segala kegiatan dan juga orang yang paling dihormati dimasyarakat pekon
tersebut. Jadi jikalau ada kegiatan adat misalnya pernikahan yang akan
menggunakan arak-arakan maju (pengantin) terlebih dahulu meminta izin dan
mengikuti arahan dari batin/dalom.

ix
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
Pemberian nama atau gelar adalah salah satu wujud yang dimana gelar juluk adok
yang diberikan kepada individu sesuai dengan apa yang diharapkan, maka dari itu
dalam pemberian gelar harus baik-baik. Juluk adok juga memiliki makna bertata
krama sebaik mungkin sesuai dengan gelar yang telah disandang. Juluk adok
adalah nilai keteladanan dan moralitas. Bagi orang yang sudah memiliki juluk dan
adok haruslah bermoral tinggi dan menjadi teladan bagi masyarakat yang ada
disekitarnya.

3.2 Saran
Untuk menjaga kelestarian budaya adat lampung, khususnya Lampung Pepadun
yang telah di warisi nenek moyang, maka masyarakat Lampung baik Pepadun
ataupun Saibatin harus tetap melestarikan budaya tersebut agar tetap terjaga
keasliannya dan agar tidak punah serta tetap harus memiliki kesadaran untuk tetap
menjunjung tinggi adat istiadat Lampung, namun dengan cara tidak memaksakan
kehendak.

x
DAFTAR PUSTAKA
Ghassani, M., Maskun, & M., S. (2019). Begawi Cakak Pepadun Sebagai Proses
Memperoleh Adek pada Buay Nunyai di Desa Mulang Maya. PESAGI
(Jurnal Pendidikan Dan Penelitian Sejarah), 7(3).
Juwita, D. T., Cahyono, A., & Jazuli, M. (2017). Nilai-nilai Piil Pesenggiri pada
Tari Melinting di Desa Wana Lampung Timur. Journal of Arts Education,
6(1), 82–90. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis
Robiansyah. (2019). Nilai - nilai spiritual dan moral yang terkandung dalam pi’il
pesenggiri masyarakat Lampung. Skripsi.

xi

Anda mungkin juga menyukai