Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI

TUMPANG SARI CABAI RAWIT (Capsicum annuum), DAN


TANAMAN SAWI (Brassica chinensis)

Hilden Albert Grisellon Tarigan


05071282227069

PROGRAM STUDI AGRONOMI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
RINGKASAN

NAMA HILDEN ALBERT GRISELLON TARIGAN. Tumpang Sari Tanaman


Cabai Rawit (Capsicum annuum),dan Tanaman Sawi (Brassica chinensis),
(Dibimbing oleh AHMAD FAUZI, MUHAMMAD ASRI AZMI, dan PUTRI
SAELAL ARIMI.)

Agronomi adalah suatu ilmu yang mempelajari cara pengolahan tanaman


pertanian dan lingkungan guna memperoleh hasil pertanian yang maksimal. Mata
kuliah dasar dasar agronomi adalah mata kuliah yang berisi dasar dasar
pengusahaan tanaman dan pengaruh lingkungan terhadap tanaman. Praktikum
dasar dasar agronomi bertujuan sebagai sarana untuk melengkapi dan mendukung
pemahaman dari teori yang telah dipelajari.Praktikum lapangan Dasar-dasar
Agronomi merupakan serangkaian kegiatan di lapangan yang berisikan materi
identifikasi dan praktik kegiatan budidaya tanaman guna mempelajari ilmu ilmu
agronomi tersebut, sehingga diharapkan pemahaman dapat tercapai dari kegiatan
ini. Melalui praktikum ini mahasiswa akan memperoleh pengalaman melakukan
kegiatan pertanian, mulai dari pengenalan tanaman, prinsip-prinsip penggunaan
sarana produksi (benih, pupuk, pestisida), penanaman benih, pembibitan tanaman,
pemeliharaan tanaman yang meliputi penyulaman, penyiraman, pemupukan,
pengendalian hama penyakit dan pengendalian gulma serta pemanenan.
Praktikum dasar dasar agronomi dilaksanakan di kebun praktikum dan
riset (practical and research) di hari rabu di jam 3 sore Tanaman yang
dibudidayakan dalam praktikum dasar dasar agronomi kali ini adalah tanaman
sawi dan cabai, praktikum ini dilaksanakan setiap minggunya dengan kegiatan
yang berbeda setiap minggunya, kegiatan ini mengikuti tahap tahap dari budidaya
pertanian. Tahapan tahapan tersebut dilakukan secara berurut dimulai dari minggu
pertama yaitu penyemaian yang dilakukan selama 2 minggu,kemudian di minggu
selanjutnya dilakukan pengolahan lahan, minggu selanjutnya dilakukan
penanaman,kemudian penyulaman tanaman yang sudah mati,lalu dilakukan
pemupukan sampai nantinya di minggu terakhir dilakukannya pemanenan, semua
kegiatan praktikum ini dilakukan dengan berurut setiap minggunya.
Kesimpulannya praktikum ini bertujuan untuk memberi pengetahuan dan
pengalaman mahasiswa dalam kegiatan budidaya pertanian,mahasiswa jadi
mampu untuk melakukan kegiatan budidaya sesuai dengan pengertian agronomi,
yaitu mahasiswa mampu dan bisa melakukan kegiatan budidaya pertanian yang
baik dan benar agar memperoleh hasil pertanian yang maksimal

Kata kunci : Budidaya tanaman, kegiatan pertanian, tumpang sari


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI

TUMPANG SARI CABAI RAWIT (Capsicum annuum),


DAN TANAMAN SAWI (Brassica chinensis), DAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk


Lulus Praktikum Dasar-Dasar Agronomi

Nama: Hilden Albert Grisellon Tarigan


NIM: 05071282227069

PROGRAM STUDI AGRONOMI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI

TUMPANG SARI CABAI RAWIT (Capsicum annuum),


DAN TANAMAN SAWI (Brassica chinensis) , DAN

LAPORAN TETAP

Telah Diterima Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Lulus Praktikum Dasar-Dasar Agronomi

Oleh :

Hilden Albert Grisellon Tarigan


05071282227069

Mengetahui,
Koordinator Asisten

Ahmad Fauzi
05091281924020

Wali Kelas 1 Wali Kelas 2

Muhammad Asri Azmi Putri Saelal Arimi


05091282126058 05091282126045
PERNYATAAN INTEGRITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Hilden Albert Grisellon Tarigan
NIM : 05071282227069
Program Studi : Agroekoteknologi
Jurusan : Budidaya Pertanian

Menyatakan bahwa Laporan Tetap Praktikum Dasar-Dasar Agronomi ini


merupakan hasil pengamatan saya sendiri dan di bawah supervsi bimbingan,
kecuali yang disebutkan dengan jelas sumbernya. Apabila pada laporan ini
ditemukan unsur plagiasi ataupun tidak sesuai dengan apa yang telah diajarkan,
maka saya bersedia menerima sanksi dari Asisten Dosen.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
mendapat paksaan dari pihak manapun

Indralaya, Maret 2023

Hilden Albert G. Tarigan


RIWAYAT HIDUP

Puji dan syukur saya panjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena
atas dan rahmatnya saya masih diizinkan untuk menulis laporan tetap praktikum
Dasar-Dasar Agronomi ini. Saya Hilden Albert Grisellon Tarigan lahir pada
tanggal 17 april 2004 didesa barusjulu tepatnya di kabupaten karo, Sumatera utara
saya anak ke 3 dari 3 bersaudara. Saya berasal dari desa Barusjulu kecamatan
Barusjahe kabupaten Karo, Sumatera Utara, untuk saat ini untuk berkuliah di
Universitas Sriwijaya saya tinggal di Timbangan Kecamatan Indralaya Utara,
Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Penulis menginjakkan kaki di sekolah dasar pada tahun ajaran 2010/2011
di SD Swasta Advent Barusjulu dan melaksanakan studi selama 6 tahun, dan
kemudian memasuki sekolah menengah pertama pada tahun ajaran 2016/2017 di
SMP NEGERI 1 Berastagi dan kemudian melakukan studi selama 3 tahun.
Kemudian memasuki sekolah menengah atas pada tahun ajaran 2019/2020 di
SMA NEGERI 1 Berastagi dan melakukan studi selama 3 tahun, kemudian
penulis akhirnya melanjutnya Pendidikan ke jenjang S1 di Universitas Sriwijaya
program studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat


Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga
kami dapat
menyelesaikan
laporan akhir praktikum
dengan judul “Budidaya
Tanaman” ini dalam
bentuk
maupun isinya yang sangat
sederhana.
Harapan saya semoga
laporan ini membantu
menambah wawasan
pengetahuan dan
pengalaman bagi para
penulis maupun pembaca,
sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan ini
sehingga kedepannya dapat
lebih
baik.
Laporan ini masih
banyak kekurangan oleh
kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca
untuk memberikan
masukan-masukan yang
bersifat
membangun untuk
kesempurnaan laporan ini
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga
kami dapat
menyelesaikan
laporan akhir praktikum
dengan judul “Budidaya
Tanaman” ini dalam
bentuk
maupun isinya yang sangat
sederhana.
Harapan saya semoga
laporan ini membantu
menambah wawasan
pengetahuan dan
pengalaman bagi para
penulis maupun pembaca,
sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan ini
sehingga kedepannya dapat
lebih
baik.
Laporan ini masih
banyak kekurangan oleh
kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca
untuk memberikan
masukan-masukan yang
bersifat
membangun untuk
kesempurnaan laporan ini
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga
kami dapat
menyelesaikan
laporan akhir praktikum
dengan judul “Budidaya
Tanaman” ini dalam
bentuk
maupun isinya yang sangat
sederhana.
Harapan saya semoga
laporan ini membantu
menambah wawasan
pengetahuan dan
pengalaman bagi para
penulis maupun pembaca,
sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan ini
sehingga kedepannya dapat
lebih
baik.
Laporan ini masih
banyak kekurangan oleh
kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca
untuk memberikan
masukan-masukan yang
bersifat
membangun untuk
kesempurnaan laporan ini
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga
kami dapat
menyelesaikan
laporan akhir praktikum
dengan judul “Budidaya
Tanaman” ini dalam
bentuk
maupun isinya yang sangat
sederhana.
Harapan saya semoga
laporan ini membantu
menambah wawasan
pengetahuan dan
pengalaman bagi para
penulis maupun pembaca,
sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan ini
sehingga kedepannya dapat
lebih
baik.
Laporan ini masih
banyak kekurangan oleh
kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca
untuk memberikan
masukan-masukan yang
bersifat
membangun untuk
kesempurnaan laporan ini
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga
kami dapat
menyelesaikan
laporan akhir praktikum
dengan judul “Budidaya
Tanaman” ini dalam
bentuk
maupun isinya yang sangat
sederhana.
Harapan saya semoga
laporan ini membantu
menambah wawasan
pengetahuan dan
pengalaman bagi para
penulis maupun pembaca,
sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan ini
sehingga kedepannya dapat
lebih
baik.
Laporan ini masih
banyak kekurangan oleh
kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca
untuk memberikan
masukan-masukan yang
bersifat
membangun untuk
kesempurnaan laporan ini
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga
kami dapat
menyelesaikan
laporan akhir praktikum
dengan judul “Budidaya
Tanaman” ini dalam
bentuk
maupun isinya yang sangat
sederhana.
Harapan saya semoga
laporan ini membantu
menambah wawasan
pengetahuan dan
pengalaman bagi para
penulis maupun pembaca,
sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan ini
sehingga kedepannya dapat
lebih
baik.
Laporan ini masih
banyak kekurangan oleh
kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca
untuk memberikan
masukan-masukan yang
bersifat
membangun untuk
kesempurnaan laporan ini
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga
kami dapat
menyelesaikan
laporan akhir praktikum
dengan judul “Budidaya
Tanaman” ini dalam
bentuk
maupun isinya yang sangat
sederhana.
Harapan saya semoga
laporan ini membantu
menambah wawasan
pengetahuan dan
pengalaman bagi para
penulis maupun pembaca,
sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan ini
sehingga kedepannya dapat
lebih
baik.
Laporan ini masih
banyak kekurangan oleh
kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca
untuk memberikan
masukan-masukan yang
bersifat
membangun untuk
kesempurnaan laporan ini
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga
kami dapat
menyelesaikan
laporan akhir praktikum
dengan judul “Budidaya
Tanaman” ini dalam
bentuk
maupun isinya yang sangat
sederhana.
Harapan saya semoga
laporan ini membantu
menambah wawasan
pengetahuan dan
pengalaman bagi para
penulis maupun pembaca,
sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan ini
sehingga kedepannya dapat
lebih
baik.
Laporan ini masih
banyak kekurangan oleh
kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca
untuk memberikan
masukan-masukan yang
bersifat
membangun untuk
kesempurnaan laporan ini
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga
kami dapat
menyelesaikan
laporan akhir praktikum
dengan judul “Budidaya
Tanaman” ini dalam
bentuk
maupun isinya yang sangat
sederhana.
Harapan saya semoga
laporan ini membantu
menambah wawasan
pengetahuan dan
pengalaman bagi para
penulis maupun pembaca,
sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan ini
sehingga kedepannya dapat
lebih
baik.
Laporan ini masih
banyak kekurangan oleh
kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca
untuk memberikan
masukan-masukan yang
bersifat
membangun untuk
kesempurnaan laporan ini
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah. Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan akhir praktikum dasar dasar Agronomi ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Laporan ini merupakan pelengkap dan sebagai syarat lulus
pelaksanaan praktikum pada semester 2 ini. Harapan saya semoga laporan ini
membantu menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi para penulis
maupun pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Laporan ini masih banyak kekurangan
oleh kerena itu saya harapk agar diberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga Laporan Tetap Praktikum
ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak serta bernilai
ibadah di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.

Indralaya, Maret 2023

Hilden Albert G. Tarigan

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


Motto : Jangan terlalu ambil hati dengan ucapan seseorang, kadang manusia
punya mulut tapi belum tentu punya pikiran.

Persembahan :
Terselesaikannya laporan ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengungkapkan rasa terima kasih
dan penghargaan kepada
 Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan hidayahnya hingga
saat ini sampai laporan akhir ini dapat selesai.
 Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun
material
 Kakak Muhammad Asri azmi dan Putri Saelal Arimi selaku Wali kelas
yang telah sabar dan perhatian dalam memberikan pengarahan,
pembinaan, dan bantuan dalam praktikum di lapangan dan pembuatan
laporan ini
 Teman-teman Agroekoteknologi 2022 yang saling membantu selama
proses praktikum dari awal sampai akhir

DAFTAR NAMA ASISTEN


PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI
No. Nama Asisten Jabatan Tanda Tangan

1. Ahmad Fauzi Koordinator

2. Nadiyah Agustina Anggota

3. Pusdikasiwi Trisnauli Nainggolan Anggota

4. Amanda Wulandari Anggota

5. Bintang Zwari Ogandy Anggota

6. Dita Riauly Tampubolon Anggota

7. Feby Trilamedy Pangaribuan Anggota

8. Fietel Zainur Anggota

9. Franda S. Khumairi Anggota

10. Gaby Tarindah Anggota

11. Galuh Maharani Anggota

12. Lingga Tenti Anggota

13. Lisa Amalia Putri Anggota

14. Muhammad Asri Azmi Anggota

15. Nadiya Zahra Nafisa Laila Anggota

16. Nina Alfiana Anggota

17. Nurhildah Alfiatul Putri Anggota


18. Putri Saelal Arimi Anggota

19. Rahman Habil Aksa Anggota

20. Rhiyose Arridho Putra Anggota

21. Rizka Yuniarti Anggraini Anggota

22. Syafira Syawaliza Anggota

23. Theresia Hotnaria Marbun Anggota

24. Vanesa Ahista Nurhaliza Anggota

25. Verza Dharma Haqqi Anggota

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................ vii
MOTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................ viii
DAFTAR NAMA ASISTEN PRAKTIKUM DASAR-DASAR
AGRONOMI...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI...................................................................................................... dst
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... dst
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang...................................................................................
1.2. Tujuan.................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................
2.1. Blablablabla........................................................................................
dst..............................................................................................................
BAB 3. PELAKSANAAN PRAKTIKUM.........................................................
3.1. Blablalabla..........................................................................................
dst..............................................................................................................
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................
4.1. Blablablabla........................................................................................
dst
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

SESUAIKAN DENGAN ISI LAPORAN BESERTA


HALAMANNYA

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. (judul gambar)............................................................................... 5

Dst

DAFTAR GAMBAR YANG DICANTUMKAN ADALAH GAMBAR YANG


DILAMPIRKAN PADA TINJAUAN PUSTAKA MAUPUN HASIL, BUKAN
YANG ADA DILAMPIRAN
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris, ditandai dengan adanya dua musim yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Musim penghujan merupakan kelimpahan
air untuk semua makhluk hidup dapat dicurahkan disini. Matahari di musim
kemarau mempunyai intensitas penyinaran lebih lama pada siang hari dan dapat
bersinar sepanjang tahun sebagai penyalur energi penting untuk proses fotosintesa
yang akan menghasilkan glukosa dan oksigen yang berguna bagi kehidupan
manusia dan tanpa surya matahari mustahil kehidupan di bumi ini dapat
berlangsung. Dengan adanya dua musim tersebut merupakan keunggulan
komperatif untuk pengembangan pertanian, karena sepanjang tahun tanaman
pertanian dapat dikembangkan di Indonesia. Berbeda dengan negara yang beriklim
subtropika penanaman pertanian hanya dapat dilakukan dimusim panas dan musim
gugur yang waktunya relatif pendek (Sukino, 2014)
Cara-cara dalam penggunan lahan pertanian yang lebih produktif yaitu dengan
cara mengusahakan penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang
sama dengan mengacu pada polikultur. Polikultur adalah menanam lebih dari satu
jenis tanaman pada lahan yang sama dengan kombinasi jenis tanaman yang tepat.
Istilahistilah polikultur yang dimaksud seperti Tumpang gilir, yaitu menanam lebih
dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama selama satu tahun untuk
memperoleh lebih dari satu hasil panen. Tanaman Pendamping, yaitu menanam
lebih dari satu tanaman dalam satu bedeng sebagai pendamping jenis tanaman
lainnya. Tanaman Campuran, yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada
suatu lahan dalam waktu yang sama. Tumpang Sari, yaitu menanam lebih dari satu
jenis tanaman pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-
barisan teratur. Penanaman Lorong, yaitu menanam tanaman berumur pendek di
antara larikan tanaman yang dapat tumbuh cepat, tinggi, serta berumur panjang
atau tahunan. Pergiliran Tanaman, yaitu menanam jenis-jenis tanaman dari famili
yang berbeda secara bergantian atau bergilir (Pracaya & Juang, 2016: 23).
Tumpang sari adalah sistem tanam yang terdapat dua atau lebih jenis tanaman
yang berbeda ditanam secara bersamaan pada waktu yang sama atau berbeda
dangan jarak tanam teratur pada sebidang tanah yang sama. Tumpang sari juga
merupakan bentuk dari program intensifikasi dan diversifikasi pertanian yang
bertujuan untuk memperoleh hasil yang optimal, dan menjaga kesuburan tanah.
Tujuan penanaman dengan sistem tumpang sari diyakini lebih aman dari pada
sistem tanaman tunggal, keseimbangan biologis tanaman terjaga, hasil tanaman
beraneka ragam, dan risiko kegagalan panen berkurang (Sasmita, 2014).
Tujuan dari pola tanam tumpangsari adalah memanfaatkan factor produksi
yang dimiliki petani secara optimal (diantaranya keterbatasan: lahan, tenaga kerja,
modal kerja), pemakaian pupuk dan pestisida lebih efisien, mengurangi erosi,
konservasi lahan, stabilitas biologi tanah dan mendapatkan produksi total yang
lebih besar dibandingkan penananman secara monokultur. Praktik tumpangsari
sering dikaitkan dengan system pertanian berkelanjutan, dimana dengan system
tumpangsari maka keanekaragaman hayati tetap terjaga dengan menyediakan
habitat bagi berbagai macam serangga dan organisme tanah yang tidak akan hadir
pada system monokultur.
Jarak tanam perlu mendapat perhatian karena jarak tanam sangat
mempengaruhi lingkungan tumbuh dan hasil tanaman. Semakin rapat jarak tanam
semakin tinggi populasi tanaman per satuan luas lahan sehingga mengakibatkan
kompetisi antar tanaman semakin meningkat pula.
Penentuan jarak tanam, waktu dan dosis yang tepat merupakan hal yang perlu
diperhatikan untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal. Jarak tanam
dan pupuk harus diperhatikan dan diberikan dalam jumlah yang mencukupi
kebutuhan tanaman, dosis yang telalu tinggi menyebabkan pemupukan kurang
efektif, oleh karena itu pemupukan hendaknya dilakukan dengan cermat dan hati-
hati (Azmin, 2015).
Waktu tanam merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan
hara pada lahan kering dalam sistem budidaya tumpangsari. Perbedaan waktu
tanam antara dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah dapat mengurangi
persaingan dalam pemanfaatan hara, ruang tumbuh dan air. Penundaan waktu 5
tanam dari satu jenis tanaman yang ditumpangsarikan juga dimaksudkan agar saat
pertumbuhan maksimum terjadi pada waktu yang tidak bersamaan. Hal ini, akan
membantu usaha pencapaian potensi produksi dari kedua jenis tanaman yang
ditumpangsarikan (Arma et al, 2013).
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan tanaman dari benua
Amerika. Tanaman cabai ini cocok dikembangkan di daerah tropis terutama sekitar
khatulistiwa. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) salah satu tanaman
hortikultura yang bernilai ekonomis, tanaman ini sangat identik dengan rasa yang
pedas karena adanya kandungan senyawa capsaicin (Ali, 2015)
Dalam upaya pemanfaatan lahan kosong diantara tanaman dilakukan tindakan
menanam tanaman lain yang disebut pola tanam tumpangsari (Toni et al., 2022).
Pola tanam tumpangsari merupakan penanaman beberapa jenis tanaman pada satu
lahan dengan waktu penanaman yang sama atau berbeda. Pola tanam tumpangsari
memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan pola tanam monokultur
(Despita et al., 2020). Dengan pola tanam tumpangsari ini lahan kosong disela-sela
tanaman dapat dimanfaatkan, pemilihan tanaman chaya sebagai pendamping untuk
tanaman cabai diharapkan dapat berinteraksi secara positif.
Sawi (Brassica chinensis) adalah jenis tanaman sayur - sayuran termasuk
dalam keluarga Brassicaceae. Sawi merupakan tanaman sayuran yang sangat
dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini
disebabkan oleh karena kandungan gizi sawi yang terdiri dari vitamin dan mineral
sangat berguna untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit. Di
Indonesia, kebutuhan pasar sayuran terutama sawi dari tahun ke tahun meningkat.
(Hadisuwito, 2015)

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum dan penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai rawit, sawi, dan kangkung dengan
pola tumpang sari.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Cabai Rawit , dan Sawi


Cabe rawit merupakan sayur buah yang sangat digemari masyarakat di
Indonesia. Cabe banyak mengandung minyak atsiri yang memberi rasa pedas dan
panas. Rasa pedasnya disebabkan oleh kandungan capsaisin (C18H27NO3) yang
Sangat tinggi. Buah cabe banyak mengandung vitamin A dan C (Safira,
2013).
Cabe rawit merah (Capsicum frutescens L.)adalah sayuran semusim yang
termasuk famili terung-terungan (Solanaceae).Cabe rawit merah merupakan
komoditas yang dibudidayakan dalam berbagai skala usaha.Cabe rawit merah
juga mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan
manusia.Cabe rawit merah dapat dijadikan komoditas pilihan usahatani karena
cabe rawit merah memiliki banyak keunggulan, diantaranya memiliki nilai
ekonomis yang tinggi, multiguna dalam kehidupan sehari-hari, memiliki wilayah
pemasaran yang cukup baik, merupakan komoditas yang dapat dijual dalam
berbagai bentuk produk, misalnya cabe segar, cabe beku, dan bermacam
produk cabe olahan (Setiadi, 2016).

Gambar 2.1. Tanaman Cabai Rawit


Sawi adalah salah satu jenis sayuran daun yang digemari oleh masyarakat dan
konsumennya dari berbagai golongan, hampir semua masyarakat menyukai sawi
karena rasanya yang segar dan banyak mengandung vitamin A, B, dan sedikit
vitamin Cmenambahkan, sawi kaya akan vitamin A, B, C, E, dan K yang
dibutuhkan oleh tubuh. Disamping itu sawi juga memiliki komponen kimia
penghambat kanker. (Galuh Iritani (2013:22)).
Umumnya tanaman sawi dibudidayakan pada lahan terbuka. Tanaman sawi
untuk pertumbuhannya menginginkan tanah yang gembur, banyak mengandung
humus (subur), dan drainasenya baik. Sedangkan derajat keasaman yang
dikehendaki tanaman sawi adalah 6-7, pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sawi memerlukan suhu udara sebesar 20 0C – 28 0C, sawi pada minggu pertama
setelah tanam belum memperlihatkan keragaman. Keragaman mulai terlihat pada
minggu ke dua setelah tanam hingga minggu ke enam setelah tanam (Galuh Iritani
(2013 : 22)).
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Cabai Rawit

Cabai rawit masuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan


merupakan tanaman yang mudah ditanam didataran rendah ataupun didataran
tinggi. Organ penting dalam tanaman cabai meliputi bagian cabai rawit
merupakan tanaman tahunan yang tumbuh tegak. Tanaman cabai banyak
mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung atsiri kapsaisin,
yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan bila digunakan
untuk bumbu dapur (Setiadi, 2016)..

Tanaman cabai rawit dalam botani tumbuhan dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatopyta
Divisi : Magnoliopyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum frutescens L.

2.1.2. Morfologi Tanaman Cabai Rawit


Cabai rawit adalah tanaman yang memiliki akar tunggang. Perakaran cabai
mencapai kedalaman ± 50 cm. Batang tanaman cabai batang berkayu sehingga
kokoh. Setiap ketiak daun akan muncul tunas dan pada umumnya dibuang sampai
cabang Y. Selanjutnya cabang yang terbentuk akan dipelihara. Daun tanaman
cabai berbentuk lonjong dengan ujung meruncing. Daun memiliki tangkai daun
dan tulang daun berbentuk menyirip. Panen cabai secara bertahap sesuai tingkat
kemasakan buah dimulai umur ± 85 hari setelah tanam (Suryanto, 2019)
Buah cabai rawit terdiri dari bagian eksokarp (kulit buah), mesokarp (daging
buah), dan endokarp yang mengakumulasi pigmen klorofil dan karoten serta
plasenta yang mengandung kelenjar capsaicin dan tempat berkembangnya biji-biji
cabai rawit. Biji buah cabai rawit berbentuk bulat pipih, berwarna putih
kekuningan, tersusun bergerombol dengan menempel pada empulur plasenta
(Gambar 1d) (Rahmatullah,2018)
Capsicum annuum adalah tumbuhan berupa terna, biasanya berumur hanya
semusim, berbunga tunggal dan mahkota berwarna putih dan ada yang ungu,
bunga dan buah muncul di setiap percabangan, warna buah setelah masak
bervariasi dari merah, jingga, kuning atau keunguan, posisi buah menggantung.
Bunga muncul berpasangan di bagian ujung ranting dalam posisi tegak, mahkota
bunga berwarna kuning kehijauan atau hijau keputihan dengan bentuk seperti
bintang. Buah muncul berpasangan pada setiap ruas, rasa cenderung sangat pedas,
bentuk buah bervariasi mulai dari bulat memanjang atau setengah kerucut,
warna buah setelah masak biasanya merah dengan posisi buah tegak.
(Djarwaningsih, 2015)
Gambar 2.1.2. Morfologi tanaman cabai rawit.

2.1.3. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit


Lahan pada dasarnya adalah sekumpulan faktor fisik dan biofisik yang
menjadi satu kesatuan dan mendapatkan penilaian penting sebagai upaya
peningkatan kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas tanaman
hortikultura yang sesuai secara karakteristik komoditas dan lahan serta dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penilaian kesesuaian lahan yang menjadi
dasar pertimbangan adalah penilaian informasi sumberdaya baik potensi maupun
hambatan terkait penggunaan lahan yang berkelanjutan ke depannya. Arahan
pengembangan lahan yang dikatakan sesuai untuk komoditi tertentu terlihat dari
faktor biofisik maupun faktor sosial ekonomi haruslah bernilai sesuai. Metode
yang biasanya dipakai dalam pemilihan lahan dengan mempertimbangkan faktor
biofisik dan sosial ekonomi lahan yang menjadi dasar utama dalam penentuan
kesesuaian lahan yang paling baik. Dasar dari kesesuaian lahan yaitu melakukan
kecocokan (matching) pada suatu lahan ataupun kawasan berdasarkan
penggunaan tertentu (Ritung et al., 2013).
Syarat tumbuh tanaman cabai rawit yaitu
1. Iklim Tanaman cabai rawit tumbuh di tanah dataran rendah sampai menengah.
Untuk tumbuhan yang optimal tanaman cabai membutuhkan intensitas cahaya
matahari sekurang- kurangnya selama 10 -12 jam. Suhu yang paling ideal
untuk perkecambahan benih cabai adalah 25 - 30 0C, sedangkan untuk
pertumbuhannya 24 - 28 0C.
2. Sinar Matahari Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh,
bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.
3. Curah Hujan Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi
juga memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang
dikehendaki yaitu 800-2000 mm/tahun.
4. Suhu dan Kelembaban Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Adapun suhu yang cocok untuk pertumbuhannya
adalah siang hari 210C-280C, malam hari 130C-160C, untuk kelembaban
tanaman 80%.
5. Angin Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin yang berhebus
perlahan, angin berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkan oleh
tanaman cabai rawit.
6. Ketinggian Tempat Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah
dibawah 1400 m dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai
dataran tinggi (1400 m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat
tumbuh, tetapi tidak mampu berproduksi secara maksimal.

1 2
Gambar 2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit. (1); jarak cabai rawit
(2);Daun cabai rawit

2.1.4 Klasifikasi Tanaman Sawi


Sawi pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang
termasuk keluarga Brassicaceae. Tanaman pakcoy berasal dari China dan telah
dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat
serta Taiwan. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina, Malaysia,
Indonesia dan Thailand (Hesti dan Cahyono, 2013).
Klasifikasi tanaman sawi pakcoy (Brassica rapa L.) Menurut USDA (2018)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Family : Brassicaceae
Genus : Brassica L.
Species : Brassica chinensis
2.1.5. Morfologi Tanaman Sawi
Tanaman sawi memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang
bentuknya bulat panjang menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50
cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam
tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Batang tanaman sawi pendek
dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan, sawi berdaun lonjong, halus,
tidak berbulu dan tidak krop. Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan
berbiji secara alami baik didataran tinggi atau rendah, struktur bunganya didalam
tangkai bunga yang tumbuh memanjang dan bercabang (Heru dan Yovita, 2013).
Tanah yang sesuai untuk tanaman sawi adalah tanah yang berstuktur baik,
subur, banyak humus, gembur, remah, berdrainase baik, mudah mengikat air
dengan pH sekitar 6-7 (Haryanto dan Rahayu, 2017).
Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengelolaan tanah secara
sempurna, antara lain pengolahan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan
pupuk organik dalam dosis yang tinggi. Tanaman sawi membutuhkan air cukup
besar, diperkirakan kebutuhan airnya mendekati kondisi kapasitas lapang namun
jangan sampai tergenang. Defisiensi oksigen akan terjadi apabila tanah dalam
budidaya sawi dalam kondisi tergenang. Kebutuhan air tanaman berbeda-beda
tergantung jenis tanamannya tanaman sawi merupakan tanaman sayuran yang
biasa ditanam didataran tinggi. Namun karena semakin berkurangnya lahan
pertanian saat ini, sawi dapat ditanam pada dataran rendah tetapi membutuhkan
cukup air (harus selalu lembab) dalam pertumbuhannya. Ketersediaan air bagi
tanaman yang tidak mencukupi akan mempengaruhi morfologi dan fisiologi
tanaman sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman tidak sesuai dengan harapan.
(Simangunsong, et,al 2013).

Gambar 2.1.5. Morfologi Tanaman Kangkung (Akar,Batang, dan Daun)


2.1.6. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi
Daerah yang cocok untuk pertumbuhan sawi tanaman sawi adalah mulai dari
ketinggian 5 meter sampai 1,200 meter dpl. Namun biasanya tanaman ini di
budidayakan di daerah yang berketinggian 100-500 meter dpl. Sebagian besar
daerah-daerah Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto et al,
2015).
Tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik memerlukan energi yang
cukup. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlikan tanaman untuk
proses fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal yang diperlukan
tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350-400 cal/cm2
setiaphari. Sawi memerlukan cahaya matahari tinggi (Cahyono, 2013).
Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanamam sawi adalah
daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,60C dan siang harinya 21,10C serta
penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari. Meskipun demikian, beberapa
varietas sawi yang tahan terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan beproduksi
dengan baik di daerah yang suhunya diantara 270C-320C (Rukmana, 2017).
Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi yang
optimal berkisar antara 80%-90%. Tanaman sawi tergolong tanaman yang tahan
terhadap hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan
hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman
sawi adalah 1,000-1,500 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan sekitar
1,000-1,500 mm/tahun dapat dijumpai di dataran tinggi. Akan tetapi tanaman sawi
tidak tahan terhadap air yang menggenang (Cahyono, 2013).

Gambar 2.1.6. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi

2.2. Tumpang Sari


Tumpang sari merupakan sistem budidaya tanaman dimana lebih dari satu
tanaman ditanam dalam satu areal penanaman. Sistem ini digunakan untuk
memaksimalkan fungsi lahan dan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
lahan dan juga meningkatkan pendapatan petani (Warman dan Kristina, 2018).

Gambar 2.2. Tumpang sari


2.2.1. Kelebihan Tumpang Sari
Kelebihan penanaman dengan tumpang sari yaitu produktivitas lahan dapat
ditingkatkan, mengurangi usaha tani, Tumpang sari memiliki beberapa
keuntungan, yaitu meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, mengurangi
serangan OPT, menambah kesuburan tanah terutama unsur Nitrogen dan
mendapatkan hasil panen dari beragam komoditaserta menjamin kelangsungan
usaha tani, serta menjamin kelangsungan pendapatan petani(Warman dan
Kristina, 2018)
2.2.2. Kelemahan Tumpang Sari
Permasalahan utama dalam pola tanam tumpangsari adalah adanya kompetisi
antar tanaman dalam penyerapan air, unsur hara, cahaya matahari dan ruang
tumbuh. Pengaturan jarak tanam yang sesuai dapat mengurangi naungan dan
mengoptimalkan produksi pada sistem tumpangsari jagung manis dan kedelai.
Naungan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan penerimaan radiasi matahari
oleh tanaman, baik intensitas maupun kualitasnya, sehingga berpengaruh terhadap
berbagai aktivitas tanaman (Su 2014, Yang 2014).
Kelemahan metode tumpang sari yaitu, kehilangan kesuburan tanah, tanah
semakin rentan terhadap erosi karena pangaruh kandungan air hujan yang tinggi,
menimbulkan masalah penyakit serta hama, dan jarak tanam rapat akan
mengakibatkan tanaman saling bersaing dalam memperebutkan sumberdaya
seperti hara, air, maupun cahaya matahari sehingga hasil fotosintesis lebh banyak
digunakan untuk memenuhi kebutuhan daun yang ternaungi dibandingkan dengan
penyimpanan hasil fotosintesis, sebaliknya jarak tanam yang terlampau longgar 3
bisa menurunkan hasil tanaman karena jumlah populasi tanaman per satuan luas
lahan sangat sedikit (Ceunfin et al, 2017).
2.3. Pupuk
Pupuk merupakan sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat
pertumbuhan dan produksi tanaman. Setiap unsur hara memiliki peranan
masingmasing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila
ketersediaannya kurang. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan
efisien dan tepat sasaran adalah penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode
pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan serta pengawasan mutu pupuk
(Mansyur et al, 2021).
Dalam usaha tani, pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain
lahan, tenaga kerja dan modal. pemupukan memegang peranan penting dalam
upaya meningkatkan hasil pertanian.Punk tetap digunakan baik pada intensifikasi
maupun ekstensifikasi pertanian. Dalam intensifikasi pupuk sangat diperlukan
untuk meningkatkan produksi tanaman terkait dengan penggunaan bibit unggul
yang membutuhkan hara yang tinggi. (Mansyur et al, 2021).
Pada ekstensifikasi pertanian pupuk diperlukan untuk peningkatan
produktivitas tanah bukaan baru dan untuk mengembalikan produktivitas tanah
pada lahan konversi.Pupuk memiliki peranan penting dalam kesuburan tanah
karena pupuk yang diberikan ke dalam tanah mengandung satu atau lebih unsur
hara yang diperlukan untuk menggantikan unsur hara yang telah digunakan oleh
tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Usaha
pemberian pupuk dikenal dengan istilah memupuk yaitu menambah unsur hara
baik ke dalam tanah maupun lewat daun dengan tujuan untuk mendukung
pertumbuhan tanaman yang normal dan memperoleh produksi yang optimal.
(Mansyur et al, 2021).

Gambar 2.3. Pupuk


2.3.1. Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan alam dan memiliki
ciri kandungan haranya banyak tetapi dalam jumlah sedikit. Penggunaan pupuk
organik pada tanaman tidak hanya memberikan unsur unsur yang dibutuhkan
tanaman, tetapi juga dapat memperbaiki struktur tanah. Pupuk organik memiliki
dua jenis yaitu pupuk organik cair dan pupuk organik padat (Lepongbulan et al,
2017)
Bahan organik merupakan sumber makanan bagi fauna dan mikroorganisme
tanah sehingga aktivitasnya dapat meningkat. Aktivitas fauna dan
mikroorganisme tanah adalah menguraikan bahan organik menjadi senyawa yang
lebih sederhana. Proses dekomposisi dan mineralisasi bahan organik diduga dapat
meningkatkan kandungan unsur hara yang tersedia bagi tanaman seperti N dan P,
melepaskan kation-kation yang beat basa sehingga dapat meningkatkan pH tanah.
Bahan organik bermuatan negatif sehingga dapat meningkatkan kapasitas
pertukaran kation (KPK), sekitar 20-70% tanah bersumber pada koloid humus.
Bahan organik juga dapat membentuk agregat tanah dan struktur tanah menjadi
lebih remah. (Mansyur et al, 2021).
pupuk organik, yaitu pupuk alami yang berasal dari sisa makhluk hidup,
seperti kotoran hewan, sisa tumbuhan atau hasil panen, limbah organik rumah
tangga yang telah mengalami proses dekomposisi oleh adanya aktivitas
mikroorganisme yang mengubah bahan baku secara fisik, kimia maupun biologi
seperti warna, rupa, tekstur dan kadar air sehingga berbeda
dengan bahan awalnya.

Gambar 2.3.1 Pupuk organik


2.3.2. Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang berasal dari bahan kimia sintetis.
Pupuk ini dibuat dengan mengubah sumber daya alam melalui proses fisika
ataupun kimia. Kandungan hara dalam pupuk anorganik terdiri atas unsur hara
makro utama yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium (Widyaswari et al, 2017).
pupuk non organik disebut juga sebagai pupuk kimia atau pupuk buatan
pupuk ini berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah diubah
melalui proses produksi sehingga menjadi bentuk senyawa kimia yang dapat
diserap tanaman.
Gambar 2.3.2. Pupuk kimia/anorganik
2.4.Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) menimbulkan masalah dalam
budidaya tanaman sehingga perlu upaya penanganan yang tepat. Organisme
pengganggu tanaman terdiri atas hama, patogen, dan gulma. Seiring dengan
penerapan beberapa faktor agronomi yang tidak bijaksana seperti penggunaan
pestisida yang kurang tepat atau berlebihan, dapat mendorong timbulnya
permasalahan baru di bidang perlindungan tanaman sehingga menimbulkan
banyak kerugian misalnya kehilangan hasil panen. Pengendalian OPT pada
umumnya selalu fokus pada penggunaan pestisida agar tanaman dapat berproduksi
secara maksimal meskipun 4 tidak semua gangguan pada tanaman dapat diatasi
dengan menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida yang berlebihan akan
berdampak negatif terhadap produk yang dihasilkan, kesehatan manusia baik
petani maupun konsumen, dan lingkungan (Hamdani dan Susanto, 2020)

2.4.1. Organisme Pengganggu Tanaman Cabai Rawit


Tanaman cabe banyak diserang hama seperti thrips, kutu daun, lalat buah dan
lainnya , serta penyakit seperti antraknosa, layu bakteri, layu fusarium,. Adapun
berapa gejala sebagai berikut:
a. Kutu daun Aphis gossypii Kutu daun terdapat dimana-mana dan makan segala
macam tanaman. Kutu daun menyerang daun yang masih muda dan tunas
muda. Daun muda yang dihisap , pertumbuhan tidak normal, kerdil berkerut
dan keriting. . Kutu apis ini dapat menularkan penyakit virus , daun menjadi
kerinting
b. Thrips tabacci Thrips menyerang hampir semua tanaman misal cabe, tomat,
sayuran daun, kentang , tembakau dll. Thrips menghisap cairan pada
permukaan daun dan bekasnya berwarna putih seperti perak. Bila serangan
hebat akan terda[at banyak bercak dan warna daun menjadi putih. Daun yang
diserang hama ini akan menggulung, bentuknya tidak normal dan menjadi
keriting. Karena thrips menjadi vektor virus, maka seringkali kelihatan ada
mosaik pada daun yang diserang hingga pertumbuhan menjadi kerdil, daun
sempit mengecil dan keriting. Thrips pada umumnya bersembunyi dibalik daun
sambil menghisap cairan
c. Lalat buah Dacus dorsalis Buah cabe yang diserang lalat ini bentuknya menjadi
kurang menarik dan ada benjolan. Buah cabe akhirnya terkena cendawan
sehingga menjadi busuk . Buah cabe yang terserang sering dikira terserang
penyakit. Untuk membuktikannya sebaiknya buah dibelah dan bila terdapat
larva kecil putih berarti diserang lalat buah.
d. Antraknosa Penyebabnya adalah cendawan Colletotrichum capsicci yang
tersebar dimana ada pertanaman cabe. Penyakit ini bisa timbul di lapangan atau
pada buah yang sudah dipanen. Mula –mula pada buah yang sudah masak
terdapat bercak kecil cekung kebasahan yang berkembang sangat cepat dan
terdapat jaringan cendawan berwarna hitam. Buah berubah menjadi busuk
lunak, berwarna merah kemudian menjadi coklat muda seperti Jerami. (Ali, M.
2015).
2.4.2. Organisme Pengganggu Tanaman Sawi
Hama yang biasanya menyerang tanaman sawi hijau diantaranya adalah ulat
Tritip/ngegat punggung berlian (Plutella xylostella L.), ulat Krop Kubis
(Crocidolomia binotalis Zeller, Lepidoptera: Pyralidae) dan kumbang daun atau
kumbang anjing (Phyllotretasp, Coleoptera: Chrysomelidae) (Pracaya, 2019).
Beberapa jenis hama lainnya seperti ordo Coleoptera, Hemiptera (kepik-
kepikan), Lepidoptera (pengorok daun), Nematoda, dan Orthoptera (belalang)
yang merupakan hama sekunder.(Wahyudi, 2014)
BAB 3

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Pada pelaksanaan praktikum Dasar- Dasar Agronomi di Program Studi
Agroekoteknologi tahun 2023 dilaksanakan di Kebun Praktikum dan Riset
( Practical and research) Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, praktikum ini
dilaksanakan di hari rabu jam 15.00 setiap minggu.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu, 1) Cangkul, 2) Ember,
3) Kayu, 4) Mistar,5) Meteran, 6) Sepatu boots, 7) Sarung tangan, 8) Tengkuit,
9)Tutup botol, dan 10) parang
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu, 1) Air, 2) Benih cabai,
3) Benih caisim, 4) Benih kangkung, 5) Bambu, 6) Karung, 7) Pupuk kandang, 8)
Pupuk NPK Mutiara 16:16:16, 9) Tali rafia.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Penyemaian
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu, 1)Alat dan bahan
disiapkan, 2)Bibit cabe dan caisim direndam air, 3)tanah dan pasir dicampur,
4)Tray semai diisi dengan tanah dan pasir yang telah dicampur,5)Kotak-kotak tray
semai masing-masing diisi dengan benih cabe dan caisim yang sudah direndam,
dan 6) bibit cabe dan caisim ditutup kembali menggunakan tanah.

3.3.2. Pembukaan Lahan

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah 1) alat dan bahan
disiapkan terlebih dahulu sebelum digunakan, 2) lahan dibersihkan dari sampah
dan gulma ,3) lahan dipatok dengan kayu sebagai batas besar bedengan dan jarak
antar bedengan,bedengan tersebut sebesar 1,5mx2m dengan jarak antar bedengan
60cm, 4) tali ditarik sebagai penghubung antar patok agar batas terlihat lebih jelas,

3.3.3. Pengolahan Lahan


Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah 1)alat dan bahan
disiapkan terlebih dahulu sebelum digunakan, 2)lahan dibersihkan dari sampah
dan gulma yang mengganggu, 3) lahan digemburkan dengan cangkul.
3.3.4. Pembuatan Bedengan
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah 1)alat dan bahan
disiapkan terlebih dahulu sebelum digunakan Cara kerja yang dilakukan pada
praktikum kali ini yaitu,1) Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan, 2)
Gulma dibersihkan dari lahan, 3) Tanah yang sudah digemburkan, dicangkul
berbentuk persegi panjang, dan 4) Tanah dibentuk gundukan tinggi dibentuk
persegi panjang dengan luas 1,5mx2m.
3.3.5. Pemupukan Dasar
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu,1) Alat dan bahan
yang akan digunakan disiapkan, 2) Bedengan disiram terlebih dahulu, dan 3)
Pupuk kandang ditabur diatas permukaan tanah bedengan lalu diratakan.
3.3.6. Penanaman
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum penanaman yaitu 1)dilakukan
penyemaian terlebih dahulu,bibit disemai 2 minggu sebelum dilakukan
penanaman,2)dilakukan pindah tanam terhadap bibit yang sudah berumur 2
minggu,3)dilakukan pengukuran bedengan untuk menentukan jarak antar
tanaman,4)dilakukan pelobangan terhadap tanah yang sudah diukur sesuai denah
yang diberikan, 5)dilakukan penyiraman tanah, dilakukan sebelum penanaman
dan 6) dilakukan penanaman,bibit ditanam di bedeng di dalam lobang yang sudah
dibuat sebelumnya.

3.3.7. Penyiraman
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu,1) Alat dan bahan
yang akan digunakan disiapkan, 2) Air diambil menggunakan ember, dan 3)
Bedengan disiram menggunakan air yang sudah diambil.
3.3.8. Penyulaman dan Penjarangan
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah 1) alat dan bahan
disiapkan terlebih dahulu , 2) lahan dibersihkan dari sampah dan gulma yang
mengganggu, 3)tanah bedengan digemburkan secara merata, 4) bedengan disiram
dengan air secara merata, 5)tanaman cabe dan caisim yang sudah mati disulam
agar tanaman lengkap Kembali dan 6) tanaman yang tumbuhnya rapat dicabut
(dijarangkan).
3.3.9. Pemupukan tambahan
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum pemupukan yaitu 1)alat dan bahn
disiapkan terlebih dahulu, 2)tanah digarisi untuk menentukan jarak lubang pupuk
dan tanaman, 3)tanah dilubangi sesuai jarak yang telah diukur yaitu 2 ruas jari
dari tanaman, 4)pupuk dimasukkan kedalam lubang sebanyak 8 gram untuk cabe
dan 4 gram untuk caisim, 5)lubang yang sudah dipupuk kemudian ditutup sampai
pupuk tidak kelihatan, dan 6)bedengan yang sudah dipupuk, disiram agar tidak
kering.

3.3.10. Pembumbunan
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum pembumbunan yaitu 1)alat dan
bahn disiapkan terlebih dahulu, 2)tanah digemburkan di bagian sekitar tanaman,
3) tanah disebelah kiri kanan barisan tanaman ditarik dan disatukan hingga
menggunung disekitar tanaman, 4) bedengan yang sudah dibumbun, disiram agar
tidak kering.
3.3.11. Pengendalian Hama dan Penyakit
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu, 1) Tanaman diamati
apakah ada hama dan penyakit yang menyerang atau tidak, 2) Hama dan penyakit
diidentifikasi, 3) Pengendalian dilakukan seusai hama dan penyakit yang
menyerang, dan 4)Pengendalian dilakukan secara rutin agar hasil maksimal.
3.3.12. Panen
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu,1) Panen dilakukan
pagi atau sore hari, 2) Pilih tanaman yang sudah siap untuk dipanen, 3) Untuk
tanaman cabai, buah dipetik dengan batang buahnya, 4) Untuk tanaman caisim,
tanaman dipanen dengan cara akarnya dicabut, dan 5) Untuk tanaman kangkung,
tanaman dipanen dengan cara akarnya dicabut.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tumpang sari merupakan pengusahaan lebih dari satu jenis tanaman pada
lahan yang sama dalam barisan yang teratur sedemikian rupa sehingga menunjang
pertumbuhan tanaman. Tumpang sari juga merupakan bentuk dari program
intensifikasi dan diversifikasi pertanian yang bertujuan untuk memperoleh hasil
yang optimal, dan menjaga kesuburan tanah. (Surtinah et al., 2016.)

Tujuan dan sistem tanam tumpang sari adalah untuk mengoptimalkan


penggunaan hara, air, dan sinar matahari seefisien mungkin untuk mendapatkan
produksi maksimal. Tanaman yang di tumpang sari pada umunya jenis legum dan
non legum, seperti tumpang sari cabai dan sawi yang dapat meningkatkan
produkufitas lahan pertanian itu sendiri. Pada praktikum kali ini tanaman yang di
tumpangsarikan yaitu tanaman cabai dan sawi.

Pada penanaman pola tumpangsari ada faktor-faktor yang harus diperhatikan


dalam melakukannya yaitu, a) Jarak tanam karena peningkatan produksi sangat
berpengaruh dari kerapatan tanaman atau jarak tanam tanaman yang
ditumpangsarikan, b) Waktu tanam merupakan upaya untuk meningkatkan
efisiensi pemanfaatan hara pada lahan kering dalam sistem budidaya tumpangsari,
c) Pemilihan jenis tanaman yang akan dikombinasikan harus dipikirkan dengan
teliti, d) Kondisi umum pada daerah tempat penanaman tanaman pola tumpang
sari, e) Dan ketersediaan air pada daerah lahan atau tempat penanaman tanman
pola tumpang sari

pola tumpang sari untuk memperoleh hasil yang maksimal. Tanaman yang
ditumpangsarikan dalam praktikum ini adalah sawi dan cabai. Dalam proses
tumpang sari pada praktikum ini memerlukan proses yang cukup panjang.
langkah-langkah yang dilakukan delam metode tumpang sari yaitu: pembukaan
lahan, pembagian lahan serta pembuatan bedengan dan pemupukan, penanaman,
dan pemeliharaan yang terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemupukan,
pembumbunan, pengaplikasian pestisida nabati, dan pemanenan.

1.Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan cangkul. Dilakukan
penggemburan pada lahan. Ukuran bedengan per orang yaitu 2 m x 1,5 m.
Perlakuan yang dilakukan pada lahan tersebut yaitu dibuat 5 baris diatas
bedengan, baris pertama,ketiga dan kelima ditanami cabe, setiap barisnya
ditanami 4 cabe, baris kedua dan keempat ditanami sawi,. jarak tanam antar cabe
adalah 60 cm, dan jarak antar sawi adalah 30 cm.
2.Pemupukan Dasar
Pupuk kandang sebagai perlakuan alternatif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman pada saat pengolahan tanah
pupuk ditabur ke seluruh permukaan bedengan dan diaduk secara merata, sesuai
dengan kombinasi pelakuan.
3.Penanaman
Penanaman dilakukan pada sore hari dengan cara bibit terlebih dahulu
disiram. Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman, selain itu juga
mempengaruhi suhu dan kelembaban tanah. Sehingga benih yang tersebar akan
lebih efektif menyerap air dan mengurangi masa imbibisi biji untuk siap
menerima cahaya matahari pada keesokan harinya.
4.Pemeliharaan
Selanjutnya kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman,
yang dilakukan di luar jam praktikum, bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah
untuk membantu pertumbuhan tanaman. Penyulaman dan penjarangan, untuk
meningkatkan presentase jumlah tanaman pada suatu lahan sehingga penggunaan
lahan menjadi lebih optimal serta memperlebar jarak tanam atau mengurangi
jumlah pohon agar pertumbuhan dalam suatu area lebih merata sehingga mutu
tanaman yang dihasilkan meningkat. Pembumbunan, dilakukan bersamaan dengan
penyilangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman
tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar tanaman yang
bermunculan diatas permukaan tanah karena adanya areasi. Serta pemupukan
lanjutan untuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan kesuburan tanah.
memberikan nutrisi untuk tanaman, dan memperbaiki kualitas serta kuantitas
tanaman.

5.Pemanenan
Panen merupakan kegiatan akhir dari proses produksi dilapangan dan faktor
penentu proses selanjutnya.
Pola penanaman tumpang sari dapat memaksimalkan lahan dibandingkan
pola monokultur karena hasil panen pada lahan tidak luas bisa beberapa kali
dengan usia panen dan jenis tanaman berbeda, petani mendapat hasil jual yang
saling menguntungkan atau menggantikan dari tiap jenis tanaman berbeda dan,
risiko kerugian dapat ditekan karena terbagi pada setiap tanaman.
BERISIKAN TENTANG HASIL DAN PEMBAHASAN BERDASARKAN
CARA KERJA( Penyemaian , Pembukaan Lahan, dst) TERDAPAT PENDAPAT
PENULIS NAMUN HARUS DIDUKUNG OLEH PUSTAKA. PEMBAHASAN
MINMAL 2,5 HALAMAN
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ali M. 2015. Pengaruh dosis pemupukan NPK terhadap produksi dan


kandungan capsaicin pada buah tanaman cabe rawit (Capsicum frutescens
L.). Jurnal Agrosains: Karya Kreatif Dan Inovatif. 2 (2): 171–178.
Cahyono, B. 2013. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau. Yayasan
Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Ceunfin, S., Prajitno, D., Suryanto, P., dan Putra, E.T.S. 2017. Penilaian
kompetisi dan keuntungan hasil tumpang sari jagung kedelai di bawah
tegakan kayu putih. Jurnal Pertanian Konservasi Lahan Kering, 2(1):1-3
Despita R, Nizar A, Purnomo D, Fernanda Y. 2020. Produksi bawang merah
tumpangsari dengan cabai pada beberapa jarak tanam. Jurnal
Agriekstensia. 19 (2): 172–180.
Djarwaningsih, T. 2015. Capsicum spp (Cabai): asal, persebaran dan
nilai ekonomi. Biodiversitas 6:292-296.
Galuh Iritani. Vegetable Gardening: Menanam Sayuran di Pekarangan Rumah.
Indonesia Tera. Yogyakarta. 2013.
Hadisuwito. 2015. Pengaruh perlakuan kombinasi media tanam terhadap
pertumbuhan tanaman sawi (Brasicca juncea L.). Jurnal Silvikultur
Tropika. 3 (2) : 81-84
Hikmahwati, Auliah, R.M., Ramlah, dan Fitrianti. 2020. Identifikasi cendawan
penyebab penyakit moler pada tanaman bawang merah (Alium
AscolonicumL.) di Kabupaten Enrekang. Jurnal Ilmu Pertanian, 5(2):83-
86.
Lepongbulan, W., Tiwow, V.M.A., Diah, A.W.M. 2017. Analisis unsur hara
pupuk organik cair dari limbah ikan mujair (Oreochromis mosambicus)
Danau Lindu dengan variasi volume mikroorganisme lokal (MOL)
bonggolpisang. Jurnal Akademika Kimia, 6(2): 92-97
Pracaya & Juang, 2016. Bertanam 8 Sayuran Organik . Penebar Swadaya.
Jakarta.
Pracaya. 2019. Hama dan Penyakit Tanaman, Penebar Swadaya: Jakarta.
Ritung, S., Nugroho, K., Mulyani, A. dan Suryani, E. 2011. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Dalam Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Bogor
Safira, E.U. (2011).Jurus Sukses Bertanam 20 Sayuran di Pekarangan
Rumah.Klaten.53.
Sarif, P., A. Hadid, dan Haryanto. 2015. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Sawi (Brassica juncea L.) Akibat Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Urea.
Jurnal Agrotekbis, 3(5) : 585-591.
Setiadi 2016. Bertanam Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.
Su BY, Song XY, Song C, Cui L, Yong TW, Yang WY. 2014. Growth and
photosynthetic responses of soybean seedling to maize shading in relay
intercropping sysytem in Southwest China. Photosynthetica 52(3): 332-
340.
Toni A, Romdhon MM, Arianti NN. 2022. Analisis Usahatani kopi
monokultur dan pola tumpangsari dengan cabe rawit di Desa Sosokan
Taba Kecamatan Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang. Jurnal Agribis.
15 (1): 1875–1883
Wahyudi. 2014. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Agromedia Pustaka.
Jakarta
Warman, G.R., dan Kristina, R. 2018. Mengkaji sistem tanaman tumpang sari
tanaman semusim. Proceeding Biologi Education Conference. 15(1):791-
794.
Widyaswari, E., Herlina, N., dan Santosa, M. 2017. Pengaruh biourin sapi dan
pupuk anorganik pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.).
Jurnal Produksi Tanaman, 5(10):1700-1707
Yang F, Huang S, Gao R, Liu W, Yong T, wang X, Wu X, Yang W. 2014.
Growth of soybean seedling in relay strip intercropping systems in relation
to light quantity and red:far-red ratio. Field Crops research 255: 245-253.

MINMAL 20 PUSTAKA
Contoh penulisan pustaka dari jurnal :

Nama Penulis. (Tahun). Judul Jurnal. Nama Jurnal. Volume(Nomor): Halaman


berapa - halaman berapa

Hartawan, R., dan Hariadi, F. (2019). Nisbah Kesetaraan Lahan Polikultur Pinang
(Areca catechu L.) Dengan Kelapa Dalam (Cocos nucifera L.) Dan Pinang
Dengan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Jurnal Media
Pertanian, 4(1), 8-18.

Baroroh, A. P., Setyono, R., Setyaningsih. 2015. Analisis kandungan unsur hara
makro dalam kompos dari serasah daun bambu dan limbah padat pabrik
gula (blotong). Bioteknologi 12(2): 46-51.

Contoh penulisan pustaka dari internet :


Nama Penulis. (Tahun). Judul. Web. (Diakses tanggal)
Aprila, T., Advent, I. dan Pratama, F. 2022. Judul. Web. (Diakses tanggal 11
November 2022).
CATATAN KHUSUS

1. Sebaiknya kurangi kata “Adapun”


2. Nomor halaman dari kata pengantar hingga daftar gambar dibuat dengan
huruf romawi.
3. Nomor halaman dari bab 1 (pendahuluan) hingga daftar pustaka dibuat
dengan angka.
4. LAPORAN-LAPORAN YANG TELAH DI-ACC JUGA DILETAKKAN
PADA BAGIAN SETELAH DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai