Anda di halaman 1dari 63

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Kejuruan

a. Pengertian Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan dapat diklasifikasikan ke dalam jenis pendidikan

khusus (specialized education) karena kelompok pelajaran atau program yang

disedikana hanya dipilih oleh orang-orang yang memiliki minat khusus untuk

mempersiapkan dirinya bagi lapangan pekerjaan di masa mendatang. Agar

lapangan kerja khusus ini dapat sukses, maka pendidikan kejuruan yang

dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga terampil yang dibutuhkan

masyarakat.

Vocational education is defined initiatives result in formation of


people who can work indenpently in accordance with the standards
defined in their occupational profile and should provide students with
appropriate knowledge, skills, and work ethics to enable them to enter
the job market.
(Billet, 2011, Finlay, et al., 2012, & Deitmer et al., 2012).

Pengertian yang sama dikemukakan Hodgson & Spours (2008: 79)

menyatakan “vocational eduaction is any form of activity and experiences

leading to understandings or skills relevant to work.” Sependapat dengan

pengertian Billet et al., bahwa adanya kejuruan maka pendidikan tersebut

disiapkan kepada para lulusan untuk memiliki bekal tertentu sehingga lulusan

sudah mengantongi keterampilan dan siap bekerja. Melalui pendidikan

kejuruan itulah siswa dibentuk menjadi lulusan yang siap untuk berkompetisi,

15
sehingga dibutuhkan sebuah standar untuk mengatur hal tersebut. Hal

tersebut sejalan dengan pengertian

Vocational education is a vital part of the total program of education


and as a combination of programs designed to equip students with
work and life skills. (Logan, 2017, & Cantor, 2015).

Berbagai pengertian dari para ahli di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan

yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu

kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang

pekerjaan lain. Siswa diberikan pendidikan penuh dengan meningkatakan

potensi, keterampilan, kapasitas diri, dan kompetensi yang sesuai dan

diharapkan oleh dunia kerja. Pendidikan kejuruan memiliki multi-fungsi

yang jika dilaksanakan dengan baik akan memberikan kontribusi yang besar

terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Berkaitan dengan penelitian ini, teori dari pendidikan kejuruan

dibutuhkan untuk melihat sejauh mana pengertian dari pendidikan kejuruan

dan pelaksanaannya. Termasuk yang spesifik dengan bentuk atau program

dari SMK yang disiapkan untuk siswa dalam memasuki dunia kerja. Teori ini

sangat dibutuhkan sejalan dengan penelitian mengenai manajemen kerja sama

SMK dengan Dunia Kerja. Sehingga spesifikasi dari substansi penelitian

dapat dilihat dari pengertian pendidikan kejuruan yang ada.

b. Tujuan Pendidikan Kejuruan

Tujuan pendidikan kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik

16
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan

program kejuruannya agar dapat bekerja secara efektif dan efisien,

mengembangkan keahlian dan keterampilannya, menguasai bidang keahlian,

dan dasar-dasar ilmu pengetahuan serta teknologi, memiliki etos kerja yang

tinggi, berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki

kemampuan dalam mengembangkan diri (Permendiknas No. 22 Tahun 2006,

tentang Standar Isi).

Tujuan pendidikan menurut para ahli adalah:

the complete aims of a system of vocational continuation shools, part-


time and full-time trade or technical schools for youth who wish, or
are compelled, it is now generally conceded that all successful
vocational education involves two fundamental aspects: Practice and
the study of practice and related theory. (Cooley & Snedden, 2017 &
David, 2015).

Sependapat dengan pengertian Cooley et al. bahwa pencapaian tujuan

dari pendidikan kejuruan dapat dilakukan dengan adanya sebuah

pembelajaran yang melibatkan aspek teori dan praktik. Pendidikan kejuruan

sangat berbeda dengan pendidikan menengah atas. Tentunya teknik

pembelajaran yang diberikan pada siswa juga berbeda.

Berbagai pengertian pendidikan kejuruan yang sudah dipaparkan di

atas, maka tujuan pendidikan kejuruan menurut Wardiman Djojonegoro

adalah: (1) memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja; (2)

meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu; (3) mendorong

motivasi untuk belajar terus; (4) meningkatkan kemampuan siswa sebagai

anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan

lingkungan sosial, budaya, dan sekitar; (5) meningkatkan kemampuan siswa

17
untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan pengembangan ilmu,

teknologi dan kesenian; (6) menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan

kerja dan mengembangkan sikap profesional.

Tujuan pendidikan kejuruan berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan ini. Adanya tujuan dari sebuah pendidikan kejuruan menyadarkan

penelitian akan pentingnya sebuah manajemen yang terpadu untuk

pelaksanaan proram-proram dari kerja sama yang dijalin antara SMK dengan

Dunia Kerja. Adanya sebuah manajemen yang baik tentunya akan sangat

berkaitan dengan pencapaian dari tujuan pendidikan kejuruan.

c. Prinsip Pendidikan Kejuruan

Keberhasilan pendidikan kejuruan/SMK diukur dari tingkat

keterserapan tamatan di dunia kerja. Untuk mencapai hal tersebut berbagai

usaha dilakukan oleh SMK melalui peningkatan mutu pembelajaran.

Pendidikan kejuruan akan efisien jika siswa dapat dilatih untuk siap bekerja.

Akan lebih efektif apabila dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan

dilakukan dengan cara, alat, mesin yang sama seperti yang ditetapkan di

dunia kerja.

Prinsip-prinsip pendidikan teknologi dan kejuruan ada dua sumber,

pertama adalah Dr. Charles Allen Prosser (1871-1952) dalam bukunya

“Vocational Education in a Democracy”, dan Melvin L. Barlow dalam

artikelnya Foundation of Vocational Education dalam American Vocational

Journal (1967). Menurut Charles Allen Prosser (1871-1952), bahwa sekolah

harus membantu para siswanya untuk mendapatkan pekerjaan,

18
mempertahankan pekerjaan tersebut dan terus maju dalam karir. Dr. Charles

Allen Prosser yakin bahwa harus ada sekolah vokasional untuk publik sebagai

alternatif terhadap sekolah umum yang sudah ada. Sekolah vokasional yang

dimaksud adalah sekolah yang menyediakan pelajaran untuk berbagai jenis

pekerjaan yang ada di industri.

d. Jenis-Jenis Pembelajaran Kejuruan

1) Experiental Learning

Pembelajaran berbasis pengalaman (experiental learning) merupakan

salah satu model pembelajaran kombinasi antara pengalaman dan

mentransformasi pengalaman yang diperoleh. pembelajaran tersebut bisa

terjadi karena melibatkan pengalaman siswa dalam proses pendidikan.

Pentingnya keterlibatan siswa dalam proses interaksi belajar di kelas memang

memberikan kesan penting dalam sebuah konstruksi pengetahuan siswa

terkait teori dan atau pengalaman yang didapat dan diaplikasikan dalam

pendidikan yang sedang dilaksanakan. Dengan adanya pembelajaran berbasis

pengalaman ini akan memberian nuasanya nyata dan teori yang berjalan

bersama-sama sehingga pemahaman siswa akan mudah dicerna dibanding

hanya teori saja ataupun pengalaman saja.

Pembelajaran berbasis pengalaman ini merupakan pembelajaran yang

terus menerus melalui kombinasi antara praktik dan teori. Gourmaji et al.

menyatakan bahwa:

Experiential learning is a process of learning and acquiring skills and


expertise including internships, undergraduate research, field work
using experience in order to increase knowledge as a teaching
pedagogy. (Gourmaji et al., 2017 & May, 2017).

19
Pengertian senada dinyatakan oleh Vargaz-Hernandez, dan ditegaskan

oleh Glaser et al. bahwa:

Experiential learning means learning by doing, learning through


experience, learning through action, and learning through discovery
and exploration (Vargas-Hernandez, 2014). Also, experiential
learning activities allow students to apply theoretical knowledge as
well as practicce the newly learned skills within real-world situations
(Glaser-Segura, Mudge, Bratianu, & Orzea, 2014).

Dascalu et al. (2017: 198) menyatakan terdapat empat fase yang

berkaitan dengan siklus pembelajaran berbasis pengalaman menurut Kolb,

yaitu: (a) concrete experience; (b) reflective obervation; (c) abstract

conceptualization; (d) active experimentation. Tahap concrete experience,

secara umum setiap guru menyelesaikan aktivitas praktik dan siswa berperan

sebagai partisipan aktif.

Model tersebut menenkankan pada sebuah model pembelajaran yang

holistik dalam proses belajar mengajar. Peneliti meyakini bahwa pengalaman

memiliki peran yang utama dalam pembelajaran. Teori ini memberikan

pemahaman bahwa belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan

melalui transofrmasi pengalaman. Sehingga pengetahuan yang didapat oleh

siswa diruang belajar adalah hasil perpaduan antara memahami dan

mentransformasi pengalaman sehingga dapat meningkatkan keefektifan dari

hasil belajar.

2) Work Based Learning

WBL merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan materi ke

dalam dunia kerja. Pembelajaran ini sangat efektif untuk diberikan pada

20
siswa-siswa SMK untuk mendapatkan keterampilan yang lebih mendalam

dalam meningkatkan kompetensi. Basit et al. menyatakan bahwa WBL:

work based learning to include knowledge and qualifications that will


not only develop the aptitude and career of employees but will benefit
industry and generate income for the school a the same (Basit,
Eardley, Borup, Shah, & Slack (2019: 70).

Definisi Basit et al. menjelaskan bahwa work-based learning sebagai

semua bentuk pembelajaran melalui tempat kerja, apakah berwujud

pengalaman kerja (work experience) atau kerja dalam bimbingan (work

shadowing) dalam waktu tertentu. Definisi lain menyatakan bahwa WBL

adalah semua pembelajaran yang terjadi sebagai hasil aktivitas di tempat

kerja (Little, 2006).

Pembelajaran berbasis tempat kerja atau Work-Based Learning

(WBL) sebagai pendekatan pembelajaran memainkan peran dalam

meningkatkan pengembangan profesi dan pembelajaran. Peneliti setuju

dengan pernyatan ahli bahwa Work based learning merupakan sebuah

progam yang memiliki karakter bahwa pembelajaran dilaksanakan tidak

hanya di sekolah maupun juga melibatkan dunia kerja secara bersamaan.

Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para siswa

tidak hanya sekedar teori melainkan real dengan menerapkan materi

pembelajaran yang telah dipelajari di kelas.

3) Industrial Learning

Pendidikan berorientasi industri merupakan pendekatan untuk belajar

siswa SMK dari perspektif industri dimana mata pelajaran tradisional

diajarkan dalam konteks penerapan pengetahuan untuk desain produk,

21
pengembangan, dan operasi. Industrial learning is also sometimes called

work-integrated learning. Industrial Learning menunjukkan suatu program

yang bertujuan memberikan pelatihan praktis terbaik dalam kerangka waktu

tertentu. Pelatihan terbaik ini diberikan langsung oleh dunia kerja.

Industrial learning menawarkan para siswa dengan keterampilan dan

pengetahuan praktis yang hebat dan mendorong kepercayaan diri. Tujuan

utama industrial learning adalah untuk mengubah pengetahuan teoritis

menjadi pengalaman praktis. Khususnya pengalaman kerja pada kehidupan

nyata dengan magang untuk memilih opsi karir. Apabila di kelas siswa hanya

belajar teori, mereka tidak tahu mengenai pengertian praktis. Jadi dalam

industrial learning, siswa dilatih untuk fokus pada nilai-nilai praktis kerja.

4) Internship

Internship merupakan suatu program yang disiapkan oleh dunia kerja

untuk para lulusan SMK yang belum memiliki pengalaman kerja. intern

merupakan sebutan bagi para pekerja dengan status internship. Program yang

dilibatkannya para peserta internship diberbagai proyek dan pekerjaan yang

sedang vacant atau butuh tenaga kerja tambahan. Namun lingkup kerja

peserta internship dibatasi.

Dunia kerja mendapatkan keuntungan dengan mendapatkan tenaga

kerja lulusan SMK dan peserta internship mendapatkan pengalaman bekerja,

ilmu yang bermanfaat, pelatihan dalam pengembangan diri, dan tentunya

kesempatan untuk improve of skills. Program internship memang tergantung

dari dunia kerja. Tujuan diadakan internship bagi lulusan SMK dapat berupa

22
tawaran keterampilan untuk dunia kerja. Internship programs have been

around for over a century at some colleges, the importance of the academic

internship has increased significantly in the past few years (Coco, 2000)

Munger (2006) menyatakan “internship offer students a chance to get

work experience and gain a competitive advantage in the job market.”

Begitu pentingnya internship untuk meningkatkan pengalaman pada lulusan

SMK yang akan menjadi tenaga kerja baru. Henze (2006: 45) menyatakan

“internship offer students several important opportunities.” Karena dengan

internship, peneliti mayakini bahwa they help students to perceive

connections between their academic training and the world of work, they

require students to put into practice the lessons of their academic learning,

and they motivate students to perceive the world of work as a learning

domain in which they practice what they’ve learned in school.

2. Dunia Kerja

Dunia kerja tersusun dan terarah untuk mencapai suatu tingkat

keahlian profesional tertentu, sehingga akan menghasilkan lulusan terampil

sebagai tenaga kerja produktif dan tenaga kerja yang profesional. Dunia kerja

berperan aktif dalam pengembangan standar keahlian sebagai dasar dari

bahan belajar, mengajar, pengujian, dan sertifikasi keterampilan.

a. Lingkungan dan Budaya Kerja

Kecerdasan budaya menunjuk pada kemampuan seseorang untuk

beradaptasi secara efektif seorang individu dan kehebatan diri sendiri

sehingga dapat menjadikan banyak orang percaya bahwa mereka dapat

23
melakukan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka dengan efektif.

Manajemen lingkungan (environment management) memang dibutuhkan di

dalam suatu organisasi atau lembaga, karena dengan adanya itu merupakan

kegiatan yang dirancang untuk menciptakan lingkungan (baik internal

maupun eksternal) organisasi dalam rangka terbangunnya budaya kerja yang

kondusif bagi efektvitias kerja, kreatif, inspiratif, komunikatif, kooperatif,

kompak, dan memiliki komitmen akan tujuan dan tanggungjawab yang sama.

Torrington, Hall, & Taylor (2008: 61) menyatakan beberapa

pendekatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan perilaku siswa

dalam lingkungan dan budaya kerja yaitu sebagai berikut:

Motivation of employee; Job satisfaction; Organisational culture; The


way that people are managed; Attitude to minority groups and
equality of opportunity; Commitment to the organisation and reason
for this; Clarity of business objectives; Goal-focused and other
behaviour; Organizational issues and problems; What can be done to
improve; Organisational strengths to build on.

Pendapat Torrington et al. di atas memang diperlukan oleh setiap

orang yang bekerja di lingkungan dunia kerja. Peneliti sepakat dengan

pendapat tersebut. Employees memang membutuhkan sebuah motivasi kerja

dan kepuasan kerja yang dikelola dengan baik oleh organisasi. Sehingga

kejelasan dari organisasi dapat diterima oleh para tenaga kerja. Pekerjaan

yang diselesaikan fokus pada tujuan-tujuan organisasi. Pendapat yang samat

juga disampaikan oleh Mejia, et al. (2001: 13) bahwa

organizational culture referes to the basic assumptions and beliefs


shared by members of an organization and is what the employee
perceive and how this perception creates a pattern of beliefs, values,
and expectation.

24
Tabel 2. Perbedaan Budaya antara Hewlett-Packard dan Apollo

Cultural Hewlett-Packard Apollo


Element
Behavioral • Planning and • Crisis management
regularities coordination • Entrepreneurial
• Professional orientation orientation
• People-minded style • Rough and tumble style
Norms • Carefully laid-out work • Pushing your own
objectives agenda
Dominant • Quality/reputation • Time to market
values • Component company • Systems integrator
Philosophy • Flexible bureaucracy • Ad-hoc racy
• Functional/matrix • Funtional/integrated
structure structure
Rules of the • Problem solving • “Winning in everything”
game • Specialize • Be a generalist
• Long tenure • Job hoppers
Feeling ro • Strong engineering and • Strong R&D and
climate marketing influence engineering influence
• Polite/congenial • Political/confrontational
• Sing from the same • Mixed bag/misfits
hymnbook
Sumber: Adaptasi dari Mirvis, P., and Marks, M.L. (1992).

Lingkungan dunia kerja memang sangat berpengaruh terhadap budaya

dunia kerja. Rowley & Jackson (2012: 86) menyatakan kemampuan-

kemampuan dan kompetensi seseorang dalam mengenali lingkungan dan

budaya kerja mencakup kemampuan interpersonal, manajemen stres, dan

suasana hati. Beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan jika suatu

organisasi mengalami budaya kerja yang tidak baik dan mengakibatkan

terhambatnya kinerja sebuah organisasi, maka dengan mengacu beberapa

pengertian di atas penelitia memberikan sebuah antisipasi atau solusi sebagai

berikut: (1) mengenali asumsi, pikiran, keyakinan dasar dari timbulnya

budaya organisasi yang tidak baik. Selanjutnya menguji hal tersebut, jika

25
diperlukan; (2) mendefinisikan kembali nilai-nilai inti, baik yang terungkap

maupun yang tidak terungkap; (3) menganalisis situasi yang ada di dalam

organisasi; (4) menilai ketepatan gaya kepemimpinan; (5) pendekatan

khusus pada perubahan budaya, misalnya dengan reorganisasi, restrukturisasi,

komunikasi, pelatihan, penghargaan, dan rekrutmen.

b. Peran Dunia Kerja

Peran dunia kerja untuk pendidikan SMK adalah mendorong

kebijakan pemerintah dalam pengembangan SMK. Dunia kerja dapat

dimanfaatkan oleh sekolah sebagai tempat pembelajaran praktik bagi siswa

sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan kompetensi siswa. Adanya

dunia kerja, siswa dapat melakukan pengamatan cara kerja mesin dan produk

yang dihasilkan dengan secara tidak langsung belajar mengenai mutu,

efisiensi dan efektivitas jasa yang dilakukan. Siswa juga dapat belajar

mengenai manajemen dan organisasi dunia kerja sehingga para siswa

memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai dunia kerja.

Terdapat dua teori belajar di dunia kerja yaitu situated learning dan

work-based learning. Situated learning adalah teori belajar yang

mempelajari akuisisi pengetahuan dan keterampilan yang digunakan di dunia

kerja (Brown, 1998) yang memiliki prinsip bahwa lingkungan yang serupa

dengan dunia kerja yang sebenarnya sangat diperlukan oleh sekolah.

Lingkungan dunia kerja adalah lingkungan belajar yang memberikan

pengalaman siswa yang mendukung kerja di dunia kerja adalah dunia kerja

itu sendiri. Sedangkan work-based learning adalah bentuk pembelajaran

26
kontekstual dimana proses pembelajaran dipusatkan pada tempat kerja dan

meliputi program yang terencana dari pelatihan formal dan mentoring, dan

pencarian pengalaman kerja yang mendapatkan gaji (Raelin, 2002).

Peneliti dapat menyimpulkan dari teori di atas bahwa peran dunia

kerja dalam membantu SMK adalah (a) Memberikan masukan pada

pendidikan SMK sesuai kebutuhan dasar yang diinginkan dunia kerja; (b)

Mengatur pendidikan siswa saat proses pendidikan melalui bekerja di dunia

kerja; dan (c) Membantu SMK menyiapkan kualitas lulusan serta ikut

menentukan hari depan bangsa melalui pembelajaran praktik.

1) Fasilitator

Fasilitator dalam hal ini dunia kerja memang sangat dibutuhkan bagi

SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) untuk dapat bersama-sama bertemu dan

mendiskusikan sebuah rancangan guna dapat menyinkronkan antara

kebutuhan yang diharapkan oleh sekolah dengan kebutuhan yang diinginkan

oleh dunia kerja. Hal tersebut dapat membuat suatu perencanaan proses yang

partisipatif antara dua belah pihak serta dapat mengelola (manajemen)

diantaranya sehingga mampu mencapai tujuan berasama.

Pengertian fasilitator menurut ahli:

A facilitator is organization who helps a school understand their


common objectives and assists them to plan to achieve their student
without taking a particular position in the discussion.

Kolb menegaskan bahwa belajar hakekatnya merupakan proses

membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Suatu proses

belajar dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri individu terbentuk

27
pengetahuan, sikap, keterampilan atau kebiasaan baru yang secara kualitatif

lebih baik dari sebelumnya melalui sebuah proses yang disebut dengan proses

pembelajaran. Proses pembelajaran di dunia kerja ini yang memungkinkan

para siswa SMK melibatkan diri secara keseluruhan baik secara mental

maupun secara fisik.

Dunia kerja memang sangat dibutuhkan bagi sekolah karena dapat

menawarkan dan menyediakan materi ajar dalam mengantarkan SMK untuk

menemukan substansi materi pembelajaran untuk siswa. Kemampuan dunia

kerja sebagai fasilitator dapat melakukan komunikasi dan mempresentasikan

pemikirannya dalam sebuah proses pembelajaran yang sangat penting di

sekolah. Tanpa kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak yaitu

dunia kerja dan sekolah dengan baik, serta kemampuan melakukan diskusi

dan presentasi yang baik, proses transfer ide dan gagasan tidak akan terjadi

sehingga niscaya proses yang diharapkan dan diinginkan antara kedua belah

pihak dapat berhasil.

Fungsi dunia kerja sebagai fasilitator untuk SMK adalah sebagai:

a) Tempat Praktik Siswa

Era perkembangan teknologi ini masih banyak SMK yang

belum memiliki fasilitas peralatan dan praktik untuk siswa sesuai

dengan standar dan kompetensi yang telah ditentukan. Sehingga

dunia kerja sebagai fasilitator SMK untuk praktik sangat

dibutuhkan. Permasalahannya saat ini adalah jumlah dunia kerja

tidak sebanding dengan jumlah siswa SMK yang membutuhkan

28
tempat untuk praktik kerja lapangan. Di lain sisi, dunia kerja juga

memiliki kapasitas masing-masing yang berkenan mampu

menampung siswa SMK untuk praktik di dunia kerja.

b) Tempat Magang Siswa

Sistem magang untuk siswa ini adalah sistem pendidikan

terdahulu dalam sejarah pendidikan vokasi. Adanya sistem

magang di dunia kerja diyakini cukup efektif untuk mendidik dan

menyiapkan siswa SMK untuk memperdalam dan menguasai

keerampilan yang lebih rumit yang tidak dapat diperoleh di

sekolah. Dengan adanya sistem ini, siswa akan banyak belajar

dengan expertor dari dunia kerja sesuai dengan keterampilan dan

kompetensi yang dibutuhkan. Selain itu, siswa dapat memperoleh

pengetahuan dan sikap mengenai budaya kerja, sikap profesionl

yang diperlukan di dunia kerja, budaya mutu, dan pelayanan.

c) Tempat Belajar Manajemen dan Wawasan Dunia Kerja

Sekolah selalu memanfaatkan dunia kerja sebagai tempat

pembelajaran mengenai manajemen dan organisasi. Dengan

adanya dunia kerja, siswa SMK dapat melakukan pengamatan

cara kerja setiap peralatan baru, sistem baru, juga efisiensi dalam

pekerjaan kantor. Dengan belajar manajemen dan organisasi

dunia kerja, para siswa SMK dapat memiliki wawasan dan

pengetahuan tentang seluk beluk yang ada di dunia kerja.

29
2) Promotor

Peran utama yang diharapakan SMK pada khususnya adalah dunia

kerja sebagai promotor. Artinya, sebagai pelaksana kegiatan promosi yang

paling mendasar bagi lulusan SMK. Mulai dari memperkenalkan tugas,

fungsi, pokok di dunia kerja kepada para lulusan hingga mempertahankan

lulusan yang bekerja di dunia kerja serta memastikan adanya proses

peningkatan, pengembangan dan pada akhirnya dapat menghasilkan suatu

produk barang maupun jasa yang berkualitas tinggi.

Dunia kerja sebagai promotor ini yang nantinya akan memastikan dan

mengontrol keberadaan lulusan siswa-siswa SMK agar menjai aset yang

paling diminati dalam kacamata kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan

sikap yang baik.

3. Kerja Sama

a. Pengertian Kerja Sama

Kerja sama dalam organisasi dapat mewujudkan pembinaan hubungan

kerja, baik hubungan kerja antara para anggota organisasi atau antara

pimpinan organisasi dengan yang lain, sasaran pembinaan hubungan kerja

dalam organisasi adalah tercapainya kerja sama yang kompak dan harmonis

antara sesama anggota organisasi atau sumber daya manusia yang ada.

Pernyataan tersebut didukung oleh pengertian ahli bahwa kerja sama

merupakan:

Kerja sama merupakan suatu kumpulan orang dengan melakukan


tugas sesuai dengan proedur yang berdasarkan komitmen bersama
untuk mewujudkan sikap dan perilaku dalam mencapai tujuan

30
bersama (Sarwono, 2011, Lukita, 2012, Poernomo, 2015, Baron &
Byane, 2011, & Setiyanti, 2012).

Usaha dan kerja yang dilakukan secara bersama-sama tersebut

tentunya harus dapat direncanakan dan dirumuskan bersama melalui

kesepakatan yang ada. Seperti yang disampaikan Zulkifli (2012: 18) bahwa

“kerja sama adalah dirumuskan dalam bentuk perjanjian.” Adanya kerja

sama maka koordinasi, perintah, tindakan, harus dilakukan bersama-sama.

Koordinasi terarah akan dapat dengan mudah menghilangkan hambatan

mental, terbatasnya pengalaman, cara pandang yang sempit, dan kemampuan

yang tidak terarah. Semula tidak memiliki kemampuan untuk pemecahan

masalah karena pola pikir masih sendiri, dengan adanya kerja sama maka

pola pikir akan semakin terbuka.

The American Heritage Dictionary (2006: 59) menyatakan bahwa

kerja sama (partnership) adalah:

a relationship between individuals or groups that is characterized by


mutual cooperation and responsibility, as for the achievement of a
specified goals.

Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kerja

sama yaitu antara dua orang atau lebih maupun satu dua lembaga maupun

lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara sepakat,

terpadu, bersinergi, dan terarah pada satu orang dengan orang lain dan pada

satu lembaga dengan lembaga yang lain untuk memenuhi sebuah target dan

tujuan tertentu secara bersama-sama. Kerja sama dilakukan untuk saling

melengkapi dan saling berinteraksi dalam waktu yang bersamaan atau yang

31
sudah ditentukan untuk mencapai tujuan bersama yang lebih efektif dari

sekolah maupun dari dunia kerja.

b. Tujuan Kerja Sama

Dua hal yang dapat diambil dari kerja sama yaitu bertujuan untuk

memberikan kebermanfaatan pada kedua belah pihak yaitu SMK dan Dunia

Kerja. Artinya kerja sama yang dilakukan adalah sama-sama atau saling

menguntungkan dan yang kedua adalah saling membutuhkan antara satu

dengan yang lain. Cummings et al. menjelaskan bahwa tujuan kerja sama

adalah

The goals from cooperative for both parties are strengthened


positions and improved ability to react appropriately to the changing
environment, as a contribution towards achieving sustainabel
development throughout the world.

Geuens et al. (2017: 37) menyatakan tujuan dari kerja sama dapat

dicapai apabila memiliki beberapa faktor yang mendukung yaitu dapat dilihat

pada gambar 3.

Cooperative
Goals

Behavior Intention Quality


Gambar 3. Faktor-faktor yang Mendukung Kerja Sama

Faktor pendukung yang dimaksudkan oleh Geuens et al. di atas adalah

behavior, intention, dan quality. Tujuan dari kerja sama akan dapat tercapai

jika memiliki sikap atau tingkah laku yang baik saat melakukan kerja sama.

Ada sebuah harapan yang digantungkan diantara dua lembaga yaitu SMK dan

32
Dunia Kerja dalam melakukan program bersama. Dua hal tersebut tentunya

untuk mencapai kualitas, kerja sama yang dilakukan adalah yang memiliki

kualitas yang baik juga yang dapat memberikan kualitas baik pula. Wilke et

al. (2011: 13) menyatakan karakteristik hubungan kerja sama dan kompetitif

dapat dijelaskan pada tabel 3. Penjelasan yang lebih lengkap dari tujuan kerja

sama.

Tabel 3. Karakteristik Hubungan Kerja Sama dan Kompetitif

Cooperative Competitive
Characteristic
Relationship Relationship
Parties’ attitudes toward Trusting, friendly, and Suspicious, hostile,
one another helpful and/or exploitative
Communication Open, honest Lack of or misleading
communication communication
Similarities and Maximization of Maximization of
differences similarities; differences;
minimization of minimization of
differences similarities
Outcomes Partnership-oriented; Dominance-oriented;
win-win zero-sum

Tujuan dari kerja sama antara SMK dengan Dunia Kerja adalah untuk

menjalin hubungan yang sinkron baik dari segi keterampilan yang dibawa

dengan perkembangan teknologi maupun kebutuhan kompetensi yang harus

dimiliki dalam pasar global. Disamping itu, kerja sama dengan dunia kerja

juga akan membantu pihak sekolah dalam menyalurkan lulusannya sebab

pihak dunia kerja telah mengetahui sejauh mana kompetensi yang harus

dimiliki oleh para lulusan dari sekolah kejuruan yang telah menjalin kerja

sama dengan dunia kerja yang bersangkutan.

33
c. Prinsip-Prinsip Kerja Sama

Prinsip merupakan hal yang fundamental yang dapat dijadikan sebagai

sebuah pedoman untuk berfikir maupun melakukan sesuatu secara bersama-

sama. Prisip-prinsip kerja sama memang dibutuhkan dalam menjalin

hubungan antara dua belah pihak maupun lebih. Dengan adanya prinsip,

maka tujuan yang akan dicapai semakin dapat terealisasikan secara lebih

efisien dan efektif.

Keban (2009: 35) menyatakan secara umum prinsip kerja sama dalam

good governance, adalah: (a) transparansi; (b) akuntabilitas; (c) partisipatif;

(d) efisiensi dan efektivitas; (e) konsensus; dan (f) saling menguntungkan dan

memajukan. Sebenarnya prinsip utama dari kerja sama menurut peneliti tidak

hanya seperti yang Keban kemukakan. Adanya kesadaran dan kepedulian

dalam penyiapan SDM baik di SMK maupun di Dunia Kerja juga diperlukan

dalam prinsip kerja sama. Begitu juga dengan adanya kerja sama yang saling

menguntungkan dan saling memberikan manfaat merupakan prinsip utama

dari sebuah kerja sama. Tentunya dengan adanya itu semua, maka

tanggungjawab bersama dapat dilaksanakan secara bersama antara SMK

dengan dunia kerja.

Poole (2017: 161) menyatakan bahwa “the principle of cooperative

implies decisions in four major areas, relation, quality, quantity, and

manner.” Artinya bahwa prinsip dari kerja sama berdampak pada

pengambilan empat area yaitu hubungan, kualitas, kuantitas, dan cara.

Prinsip kerja sama yang dilakukan yaitu terdiri dari dua lembaga,

34
transparansi, bertanggungjawab, efektif dan efisien, dan mencapai tujuan.

Sehingga adanya kesepakatan yang harus dibuat seperti kesepakatan yang

diperlukan selama masa pertukaran kontrak kerja sama dan untuk saling

berkomitmen.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan berkaitan dengan manajemen

kerja sama SMK dengan Dunia kerja yaitu terkait dengan kontrol kedua belah

pihak kerjama, perencanaan setiap organisasi atas kerja sama yang dilakukan,

penentuan waktu pertemuan untuk melakukan kerja sama dan menyampaikan

visi, misi, tujuan dari masing-masing organisasi yang dibawa juga disatukan

dengan misi, visi, dan tujuan diadakannya organisasi, menyusun perencanaan,

pengawasan kerja sama antara kedua belah pihak, bagaimana sumber daya

manusianya melakukan langkah-langkah dalam penyelesaian pekerjaan kerja

sama, sehingga hasil akhirnya adalah implementasi dari kerja sama itu

sendiri.

d. Legalitas Kerja Sama

Legalitas dalam hal ini adalah suatu jaminan dasar yang dibentuk

antara lembaga pendidikan (SMK) dengan dunia kerja dengan memberikan

batas aktivitas apa yang dilarang secara tepat dan jelas. Dengan adanya

legitimasi kerja sama antara dua belah pihak SMK dengan dunia kerja maka

akan semakin kuat. Sementara berdasarkan dimensi keuntungan timbal balik,

tentu saja kedua belah pihak sama-sama diuntungkan dalam program-

program yang dilaksanakan bersama. Perlunya legalitas untuk program-

program yang diselenggarakan antara SMK dengan Dunia Kerja ini menjadi

35
sebuah tolok ukur untuk menjadi lebih bertanggungjawab atas wewenang dan

tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh masing-masing lembaga yaitu

SMK dengan Dunia Kerja.

e. Model-Model Kerja Sama

Berkembang pesatnya dunia pendidikan yang mempengaruhi kualitas

lulusan SMK di dunia kerja ini membutuhkan strategi yang tepat untuk dapat

mempertahankan SMK dan menjadikan setiap lulusan berkompeten dengan

baik. Dinamika pembangunan membuka peluang bagi setiap lembaga baik

lembaga pendidikan maupun dunia kerja untuk melakukan kerja sama. Pada

kenyataannya, tidak mudah untuk mempertahankan kerja sama antara

masing-masing lembaga. Karena budaya yang berbeda dan pengaturan

norma, perlu kesiapan dan saling pengertian antar dua lembaga.

Berbagai teori yang ada terkait model-model kerja sama SMK dengan

dunia kerja, terdapat beberapa model yang dapat dijalin supaya tidak

monoton pada model yang sering dilakukan.

1) Pemagangan Siswa di Dunia Kerja

Kombinasi pembelajaran teori di ruang kelas dan perpustakaan

(theoretical learning) dan pembelajaran praktek di lab (practical learning)

dirancang sedemikian rupa dalam rangka menghasilkan lulusan dengan

tingkat mutu tertentu yang siap memasuki dunia kerja. Keberhasilan

pendidikan kejuruan tidak hanya diukur dari segi mutunya saja melainkan

juga dari segi relevansinya. Hubungan mutu dan relevansi ibarat dua sisi dari

satu keping mata uang. Mutu lulusan pendidikan kejuruan dianggap relevan

36
oleh para pengguna lulusan, yang dalam hal ini adalah sektor dunia kerja

apabila apa yang mereka dapatkan sama dengan atau lebih besar dari yang

mereka harapkan.

Kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya, dimana dunia kerja menilai

bahwa lulusan pendidikan vokasi belum siap kerja, para lulusan over

qualified but under experience. Berdasarkan pengalamannya, banyak pre-

rekruit menghadapi dilema dimana banyak pelamar yang memiliki potensi

tinggi harus direlakan untuk tidak diseleksi lebih lanjut karena tidak memiliki

pengalaman kerja yang relevan sebagaimana seringkali diminta pada iklan-

iklan lowongan kerja.

Pengalaman kerja sama sekali berbeda dari eksperimen dan tidak

dapat digantikan oleh laboratorium. Bekerja di dunia kerja adalah cara

terbaik untuk mempelajari sikap professional, interpersonal skills. Juga

berbeda dengan pembelajaran di kelas yang lebih didasarkan pemerolehan se-

set keterampilan teknis, dan kegiatan-kegiatan pengajaran formal yang

membekali siswa dengan pengetahuan, skills dan konsep-konsep, dan

penekanan pada keterampilan-keterampilan kognitif.

2) Kerja Sama Pelatihan

Pelatihan dan pengembangan yang dilakukan bagi peningkatan

kualitas sumber daya manusia telah dilakukan dengan berbagai pendekatan

yang bersifat konvensional (pedagogis). Pelatihan adalah serangkaian

aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian,

pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu.

37
Pelatihan berkenaan dengan perolehan keahlian-keahlian atau pengetahuan

tertentu. Pada pola kerja sama model pelatihan ini dititikberatkan pada

optimalisasi seluruh sumberdaya yang ada di sekolah untuk dapat digunakan

pada proses pelatihan bagi tenaga pelaksana dunia kerja dan juga merupakan

sarana untuk menjadikan kerja sama antara SMK dengan dunia kerja agar

tetap berkesinambungan, dengan pola kerja sama pelatihan ini diharapkan

bahwa kedekatan dunia kerja dengan sekolah akan tetap terjaga dengan inten,

karena terjadi ikatan yang saling membutuhkan dan saling memberikan

manfaat.

Pola kerja sama ini harus dilakukan dengan inisiatif awal dari sekolah

dengan pola jemput bola, mendatangi dunia kerja untuk mencari kebutuhan

kompetensi yang bisa mendorong kemajuan dunia kerja dari sisi kemampuan

sumberdaya manusia minimal untuk tingkat pelaksana atau penyedia layanan

jasa, yang pada akhirnya dunia kerja akan tumbuh dan berkembang melalui

penambahan kompetensi, dan sekolah bisa menjamin pola pelatihan,

peralatan yang tersedia dan para pengajar memang memiliki kemampuan.

Untuk memberikan kepercayaan kepada dunia kerja terkait model ini dapat

dibuat secara detail dan terinci dalam Guide line pelatihan, dan akan

dilindungi dengan payung Mou yang lebih jelas. Proses pelaksanaan akan

ditangani secara professional oleh unit pelaksana teknis dan training dibawah

bidang kerja sama dan pelayanan dunia kerja disetiap Sekolah Kejuruan

(SMK).

38
3) Produk Inovatif

Model kerja sama dalam bidang produksi adalah suatu upaya dalam

implementasi kurikulum, dengan metode Production Base Education (PBE),

dengan harapan untuk lebih mempertajam kompetensi yang didapatkan dari

para siswa, hal ini bisa dilakukan apabila set-up peralatan dan sarana lab

memadai untuk melakukan kegiatan produksi disamping tuntutan kompetensi

para guru yang paling tidak setara dengan para instruktur di dunia kerja, baik

secara hard skill ataupun soft skill. Model inilah nanti yang dapat disebut

dengan Teaching factory, dan ini dapat berjalan dengan efektif apabila pihak

sekolah mampu meyakinkan dunia kerja disekitarnya untuk menjadi mitra

dalam kegiatan produksi dan sekaligus menjadi vendor dari dunia kerja

disekitarnya.

4) Model Pasar (Market Model)

Sistem pendidikan yang merupakan tanggung jawab dunia kerja dan

dijalankan sepenuhnya oleh dunia kerja. Pada model pasar, pemerintah tidak

terlibat dalam proses kualifikasi kejuruan. Model ini sering juga disebut

dengan Model Liberal dan langsung diarahkan pada produksi dan pasaran

kerja.

5) Model Sekolah (School Model)

Adalah pendidikan dimana pemerintah berperan merencanakan,

mengorganisasikan, dan memantau pelaksanaan pendidikan kejuruan. Model

ini sering juga disebut Model Birokratik.

39
6) Model Pendidikan Kooperaif (Cooperative Education)

Pendidikan kejuruan yang diselenggarakan bersama antara skeolah

dengan dunia kerja terbagi menjadi dalam dua macam yaitu:

• School and Enterprise, pendidikan kejuruan yang merupakan

tanggung jawab bersama antara sekolah dan dunia kerja;

• Training Center and Enterprise. Pusat pelatihan dan enterprise.

7) Informal Vocational Education

Sistim pendidikan yang lahir dengan sendirinya, atas inisiatif pribadi

atau kelompok untuk memenuhi keterampilan yang tidak dapat dipenuhi di

pendidikan formal.

8) Kerja Sama Program Penyaluran Lulusan

Model kerja sama Program Penyaluran lulusan adalah ujung tombak

dari seluruh program. Hal inilah yang akan menjadi tolak ukur dari

keberhasilan dalam proses akhir dari kegiatan pembelajaran. Harapannya

adalah bahwa semua output menjadi outcome, salah satu upaya yang

dilakukan adalah dengan kerja sama dunia kerja kemitraan dalam proses

rekrutmen lulusan. Peneliti berpendapat bahwa adanya program kerja sama

ini maka akan semakin mudah bagi SMK untuk memetakan lulusan. Begitu

juga memudahkan untuk Dunia Kerja dalam merekrut tenaga kerja tanpa

harus mengeluarkan banyak tenaga dan uang.

Hal ini harus dilakukan dengan inisiatif dari pihak sekolah

menyampaikan data dan kompetensi dari lulusan dan dapat memberikan

jaminan bahwa lulusan yang akan disalurkan memiliki kompetensi yang

40
memadai. Juga sesuai dengan standar kebutuhan dunia kerja, baik secara

Knowledge Skills dan Attitude. Proses pelaksanaan dapat ditangani secara

professional oleh unit pelaksana teknis PKL dan penyaluran, dibawah bidang

kerja sama dan pelayanan dunia kerja disetiap Sekolah Kejuruan (SMK).

9) School Partnership

Kerja sama sekolah (school partnership) merupakan sebuah program

yang dilakukan antara sekolah dengan lembaga lain. Tujuan kerja sama

tersebut pastinya untuk mendapatkan keuntungan satu dengan yang lain.

Mengingat peran dari pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan lulusan

siap kerja, sehingga perlu adanya peningkatan keterampilan melalui program

kerja sama.

Allison et al. menyatakan bahwa kerja sama sekolah adalah:

School partnership is development is in the context of the changing


role of education in the knowledge economy, in response to the
transition from an industrial to a knowledge based or learning
economy, a total educational experience, seeking improvement in the
areas of preservice, inservices, curriculum & instruction, evaluation
and society and requires educational institutions to develop new and
different approaches to facilitating the delivery of suistainable
learning community (Allison et al, 2006, & Green & Harris, 2017).

School partnership merupakan cara yang tepat untuk membawa

pendidikan kejuruan memenuhi kebutuhan sekolah bagi para siswa dan

lulusan dengan membuat suatu perencanaan yang jangkauannya luas. Bagi

siswa, school partnership dapat membantu mengembangkan keterampilan

inti mereka dan apresiasi untuk keragaman budaya kerja dan kompetensi yang

ada di lapangan. Bagi guru, school partnership adalah cara yang baik untuk

dapat mengembangkan sikap keprofesionalan guru dan mengambil banyak

41
wawasan serta pengetahuan sehingga dapat mengajarkan praktik dan

keterampilan kepada para siswa.

Clifford et al. memberikan pandangan mengenai school partnership

yaitu:

Work-school partnership are effective and have the potential for


mitigating persistent problems in education and formed to improve
work access for student, including required systemic changes such as
curriculum development, teacher professional development, and
instructional organization (Clifford et al., 2008, & Aleman et al.,
2017).

Pengertian yang sama dikemukakan oleh Klatt et al. (2017: 217-218)

bahwa “school partnership support the effective by building capability at the

local level and by enhancing student learning.” Kerja sama sekolah akan

lebih efektif dan memiliki potensi yang dapat mengurangi munculnya

persisten dalam pendidikan, selain itu kerja sama sekolah dibentuk untuk

dapat meningkatkan akses dunia kerja bagi siswa. Dengan dukungan kerja

sama sekolah yang efektif akan dapat memabngun kemampuan tingkat lokal

dengan meningkatkan hasil belajar siswa melalui layanan pendidikan di dunia

kerja.

Beberapa pengertian di atas dapat peneliti ambil kesimpulan bahwa

aktivitas partnership adalah proyek bersama antara sekolah dengan dunia

kerja yang membantu menemukan cara-cara untuk menanamkan kegiatan

bersama yang dapat dicapai secara bersama dan menguntungkan kedua belah

pihak. School Partnersip pastinya harus dipersiapkan sehingga dapat

menemukan teaching the core skills. Karena dengan adanya pengembangan

42
profesional melalu pembelajaran keterampilan ini akan membawa dampak

baik pada siswa dan sekolah.

f. Hambatan Kerja Sama

Hambatan adalah usaha yang ada dan berasal dari dalam diri sendiri

maupun yang terdapat pada lingkungan internal lembaga/organisasi yang

memiliki sifat atau memiliki tujuan untuk melemahkan dan menghalangi

secara tidak konsepsional. Suhardan (2009: 280) menyatakan kenyataan di

lapangan membuktikan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat

mengalami kendala yng cukup berarti di antaranya: (1) tujuan komunikasi

yang kurang jelas; (2) saluran komunikasi yang kurang transparan dan

profesional; (3) keterampilan komunikasi yang kurang mendukung; (4) tindak

lanjut yang kurang mendukung dan pengawasan kurang terstruktur dan

berkesinambungan.

Beberapa hal selain di atas, perbedaan ideologi dapat menghambat

kerja sama antara SMK dengan Dunia Kerja. Selain itu juga karena adanya

konflik antara dua lembaga yang tidak dapat diselesaikan secara bersama

melalui komunikasi efektif. Kebijakan yang dibuat antara salah satu pihak

lembaga yang menjalin kerja sama yang merugikan lembaga lain ini juga

menjadi hambatan dalam kerja sama. Dampak dari kebjakan yang diterapkan

dapat mempengaruhi hubungan antara dua lembaga atau lebih yang menjalin

sehingga menghambat kerja sama yang harmonis. Dilain sisi adalah

perbedaan kepentingan tiap-tiap lembaga.

43
4. Manajemen

a. Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan sebuah proses yang digunakan untuk

mengendalikan baik orang maupun suatu sistem dalam sebuah organisasi atau

lembaga baik nirlaba maupun laba. Proses yang dilakukan untuk

mengendalikan orang atau sesuatu tersebut dirincikan dalam fungsi-fungsi

manajemen mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Manajemen mencakup

kegiatan dalam mengatur langkah-langkah yang harus diupayakan dan saling

berkoordinasi untuk mencapai tujuan melalui penerapan dari resources yang

tersedia.

Bass et al., memberikan pengertian manajemen:

Management is the application of a approach to solving management


problem in order to help managers make better decisions and is the
primary force within organization which coordinates the activities of
the subsystems and relates them to the environment (Bass, 2008,
Taylor, 2012, & Johnson, 2009).

Sependapat dengan pengertian Bass et al., bahwa manajemen adalah

sebuah sistem yang dikendalikan oleh pimpinan untuk berinteraksi dengan

orang-orang yang ada di dalam organisasi dengan bersama-sama menyusun

perencanaan organisasi dan mengimplementasikan strategi yang sudah di buat

untuk mencapai tujuan.”

Hal tersebut perlu dilakukan upaya pengendalian untuk memastikan

unjuk kerja yang efektif dan unit untuk mencapai tujuan yang diinginkan

secara efisien.

Management is mean the mean their large-scale, future oriented plans


for interacting with the competitive environment to achieve

44
organization objective as follows formulation, execution, and
supervision a form of work that involves coordinating an
organization’s resources-land, labor, and capital-toward
accomplishing organizational objectives the efficient, effective, and
economic use of resources to achieve results with and through the
efforts of other people (Bass, 2008, Rue & Byars, 2000, Pearce &
Robinson, 2015, & Davies, 2007).

Beberapa teori pakar dan teori sintesa dari pengertian manajemen di

atas maka secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen

merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk mengatur, menentukan, dan

mengambil keputusan terkait dengan seluruh resource secara bersama-sama.

Manajemen yang baik akan memiliki langkah-langkah dalam setiap

pencapaian. Demikian pula manajemen pendidikan dan manajemen dunia

kerja yang notabene merupakan dua lembaga yang akan menjadi tujuan

pendidikan, pastinya memiliki pengaturan yang sangat baik sehingga dapat

berdampak pada kualitas lulusan SMK.

b. Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi merupakan rincian tugas yang sejenis atau erat hubungannya

satu sama lain untuk dilakukan oleh seseorang atau individu dalam suatu

kelompok/organisasi tertentu yang masing-masing berdasarkan sekelompok

aktivitas sejenis menurut sifat atau pelaksanaannya. Fungsi manajemen

merupakan elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam

proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh para pimpinan dalam

melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.

Kydd, Crawford, & Riches (2011: 10) menyatakan “fungsi

manajemen terdiri dari mencipta, merencanakan, mengorganisasi,

45
berkomunikasi, memotivasi, dan mengevaluasi.” Salah satu cara untuk

menciptakan pandangan yang lebih tinggi tentang potensi manusia di dalam

manajemen pendidikan yaitu dengan cara mengelola semaksimal dan

seoptimal mungkin melalui mencipta, merencanakan, mengorganisasi,

berkomunikasi, memotivasi, dan mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengan

pekerjaan organisasi tersebut.

Davies (2007: 6-7) menyatakan fungsi manajemen terdiri dari “(a)

planning; (b) organizing; (c) actuating and monitoring; (d) directing; (e)

controlling; (f) reviewing; (g) communicating.” Rambu-rambu dalam

mengadakan analisis terhadap proses manajemen adalah sejumlah pertanyaan

yang jawabannya dikaji dari kegiatan fungsi manajemen dalam setiap

lembaga pendidikan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti: pertama,

apakah yang dikerjakan? Jawabannya akan menunjuk pada tujuan umum dan

tujuan khusus yang akan dicapai. Kedua, bagaimakah pekerjaan yang akan

dibagi? Jawabannya menyangkut masalah pendayagunaan tenaga, pembagian

tugas, wewenang, tanggung jawab serta pemanfaatan semua sumber-sumber

yang ada di dalam lembaga pendidikan (organisasi). Hal ini merupakan dasar

dari pengorganisasian sebuah lembaga.

Krause (2017: 266) menyatakan

management functions of the education are: (1) planning; (2)


organizing; (3) actuating; (4) directing; (5) controlling physical
production, (6) labor, (7) procurement, (8) mar keting, (9) financial,
and (10) overall coordination and direction of the education.

Fungsi manajemen yang dikemukakan oleh ahli lain tidak jauh

berbeda seperti “merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, dan

46
mengontrol pelaksanaan, mengendalikan, memimpin, mengimplementasikan”

(Sutarto, 2015, Mulyono, 2008, dan Fuad, 2014).

Tabel 4. Grand Theory Fungsi Manajemen yang Digunakan

Fungsi Author
Manajemen Taylor Fayol Terry Davies Kydd Mohanty Krause
(Grand Theory) (1911) (1916) (1970) (2007) (2011) (2015) (2017)
Planning ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Organizing ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Actuating & x x ✓ ✓ x x ✓
Monitoring x x x ✓ ✓ x x
Coordinating x ✓ x x x ✓ x
Evaluating x x x x ✓ ✓ x

Commanding x ✓ x x x x x
Communicationg x x x ✓ ✓ x x
Controlling x ✓ ✓ ✓ x x ✓
Directing ✓ x x ✓ x ✓ ✓
Motivating x x x x ✓ x x
Reviewing x x x ✓ x x x

Fungsi manajemen lain yang menjadi grand teori dari penelitian ini

adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pemantauan,

pengkokordinasian, dan pengevaluasian. Kelima fungsi tersebut dijabarkan

dari beberapa ahli mulai dari ahli terdahulu hingga ahli terbarukan. Fungsi

manajemen secara detail bertujuan untuk (1) cenderung untuk penyimpanan

dari tindakan yang direncanakan; (2) menjamin konsistensi tindakan; (3)

mempromosikan kerja sama yang cerdas; (4) Memfasilitasi koordinasi

tindakan; (5) Memupuk prakarsa inisiatif cerdas; (6) Menyediakan

panduan untuk menentukan hubungan antara anggota organisasi secara adil,

memberikan dasar untuk menentukan kualtias dari tindakan setiap anggota,

dan untuk menyediakan panduan untuk berfikir dalam perencanaan masa

depan.

47
Fungsi manajemen yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pemantauan,

pengkoordinasian, dan pengevaluasian. Fungsi-fungsi ini berbeda dengan

fungsi-fungsi yang sudah dikemukakan oleh para ahli. Sehingga menjadi

keterbaharuan dari penelitian yang berkaitan dengan manajemen. Lebih jelas,

pada tabel berikut akan dikomparasikan fungsi-fungsi dari teori terdahulu dan

yang digunakan untuk penelitian.

Tabel merupakan grand theory fungsi-fungsi manajemen dalam

penelitian ini. Kombinasi fungsi yang telah dikemuakan oleh para ahli

sehingga membentuk sebuah kesatuan mulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pemantauan, pengkoordinasian, dan

pengevaluasian.

c. Keterampilan Manajemen Fundamental

Keterampilan manajemen fundamental seperti ini jarang melibatkan

seseorang yang ada di dalam organisasi untuk dilibatkan. Diantara penyebab

pengangguran yang paling membingungkan ialah langkanya keahlian.

Banyak lulusan SMK yang ingin bekerja dan lembaga pendidikan juga cukup

banyak yang ingin mempekerjakan lulusan. Tetapi posisi yang ada dan

lulusan yang tersedia, tidak sesuai-karena lulusan tidak memiliki

keahlian/keterampilan yang diinginkan oleh dunia kerja. Sejalan dengan

globalisasi yang terjadi, terlebih pada MEA ini, keterampilan yang

dibutuhkan oleh dunia kerja juga berubah mengikuti perkembangan yang

48
dibutuhkan di pasaran kerja. Ketidaksesuaian antara jabatan dengan lulusan

yang ada, tampaknya semakin meningkat.

Davies (2007: 9) menyatakan pengembangan manajemen

keterampilan adalah sebagai berikut:

(a) outstanding ability in this area; (b) significant strength; (c) about
average; (d) areas of weaness that need improvement; (d) poor,
considerable need for improvement. Senada, Hunsaker (2010: 1)
menyatakan “management skills identify those abilities or behaviors
that are crucial to success in a managerial position.”

Rue & Byars (2000: 9) menyatakan kategori keterampilan

manajemen fundamental yaitu “(1) conceptual skills; (2) human relation

skills; dan (3) Technical skills.” Human relations skills berkaitan dengan

melibatkan pemahaman orang lain dan mampu untuk bekerja dengan baik.

Ketiga adalah technical skills, involve being able to perform the mechanics

of a particular job. (keterampilan teknis, melibatkan kemampuan melakukan

mekanika pekerjaan tertentu).

Keterampilan manajemen fundamental yang diperlukan oleh setiap

orang dalam bekerja di dunia kerja merupakan dasar yang harus dimiliki

setiap individu. Berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh ahli di atas,

menurut peneliti bahwa keterampilan manajemen fundamental yang harus ada

dan paling utama adalah terkait dengan manajemen diri sendiri, seperti

manajemen waktu, tenaga, dan stres. Manajemen diri terkait dengan

decisions, motivating, solving problems, self awareness, dan managing

conflict. Dengan memahami keadaan diri sendiri maka menurut peneliti akan

49
tercipta manajemen fundamental secara kolektif untuk mencapai

produktivitas kerja.

Beberapa pengertian dari para ahli di atas terkait dengan manajemen

keterampilan fundamental maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen

keterampilan fundamental yang harus dimiliki oleh siswa perlu didukung

dengan manajemen pengembangan diri dikarenakan kedua hal antara

keterampilan dan pengembangan diri merupakan satu kesatuan yang utuh

sehingga dapat dijadikan sebagai pengembangan keterampilan yang dapat

menjadikan diri siswa lebih profesional di bidangnya masing-masing dalam

penyelesaian pekerjaan.

d. Manajemen Pengembangan Diri

Pengembangan diri dapat dirumuskan sebagai bentuk tingkah laku

melalui pengalaman setiap individu dalam organisasi. Hal ini dapat diadakan

sebuah persiapan untuk setiap orang supaya dapat bekerja (menyelesaikan

pekerjaan) dengan terampil dan lebih baik. Pengembangan yang dilakukan

tersebut dapat membangun kekuatan dan membantu kelemahan-kelemahan,

serta memberi kepastian bahwa organisasi telah menyediakan tenaga-tenaga

ahli yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Williams (2010: 5) menyatakan “pengembangan diri adalah sesuatu

yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain.” Sedangkan Stoddart

(2010: 259) menyatakan bahwa “manajemen pengembangan diri meliputi

“competence, commitment, capacity for change.” Kai & Lin (2017: 232)

menyatakan

50
in addition to the building of basic knowledge, students are expected
to acquire relevant strategic HRM functional capabilities used to
select, develop, and motivate workers as well as cultivate their own
analytical, communication, and decision making skills.

Dua hal pengertian yang berbeda, namun memiliki kesamaan tujuan

yaitu mengembangkan keterampilan siswa. Kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan siswa dapat dilakukan dengan mengedapankan

kesadaran diri, bersikap kooperatif, pengambilan keputusan serta bertanggung

jawab terhadap segala aktivitas yang dilakukan dalam lingkup sekolah dan

dunia kerja maupun masyarakat secara umum. Kesadaran diri yang rendah

untuk menggali potensi yang dimiliki siswa dipengaruhi oleh bagaimana

orang lain melihat para siswa sebagai individu yang mampu mengembangkan

keterampilan.

Beberapa pengertian terkait dengan manajemen pengembangan diri di

atas dapat diambil kesimpulannya bahwa pengembangan diri setiap individu

bersifat dinamis, dan selalu mengalami perubahan dari hari ke hari.

Pengembangan diri ini memang diperlukan untuk setiap kebutuhan pribadi.

Karena kepribadian manusia adalah suatu kebiasaan atau suatu tindakan yang

dilakukan sehari-hari dan perlu dikembangkan melalui pikiran, perasaan,

mata hati, dan emosi untuk berinteraksi dengan yang lain.

e. Strategi Manajemen

Penyesuaian strategi diantara banyak aktivitas bersifat fundamental

tidak hanya bagi keunggulan bersaing melainkan juga terhadap

keberlangsungan dari keunggulan tersebut. Pearce & Robinson (2015: 3)

menyatakan “management strategy is defined as the set of decisions and

51
actions in the formulation and implementation of plans designed to achieve a

organizations’s objectives.” Jackson, et al. (2003: 360) menyatakan strategi

dari manajemen fokus pada “(1) measuring knowledge at the individual level;

(2) competencies; (3) skills; (4) abilities; (5) understanding.”

Thompson & Strickland (2003: 3) menyatakan

basic concept a organization’s strategy consists of the combination of


competitive moves and organizational approaches that leaders employ
to please customers, compete successfully, and achieve organizational
objectives.

Beberapa pengertian terkait dengan strategi manajemen yang sudah

dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi yang

berharap terciptanya sinergi dalam menentukan visi, misi, dantujuan baik dari

lembaga pendidikan maupun dunia kerja maka perlu adanya perumusan

strategi dan implementasi stretagi terhadap penentuan straegi dan kebijakan,

juga pengembangan program, pengadaan segala sesuatu yang berkaitan mulai

dari barang, dana, sarana dan prasarana, dan pengembang strategi dalam

membangun program-program pendidikan serta penyesuaian program-

program dari dunia kerja untuk pendidikan yang sesuai dengan pasar kerja

yang dapat dilakukan bersama dan dengan efektif dan efisien.

Organisasi pasti memiliki cara tersendiri untuk mengimplementasikan

strategi manajemen tersebut karena sesuai dengan kondisi masing-masing

yang dihadapi oleh organisasi tersebut. Kesimpulan mengenai strategi

manajemen yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat dilihat melalui

gambar 4.

52
Strategi Keberlanjutan Sukses

Dampak Resources and processes

Bakat dan Struktur

Aligned actions
Efektivitas
Human capacity

Policies and practices


Efisiensi
Investments
Gambar 4. Strategi Manajemen

1) Manajemen Administrasi

Manajemen administrasi merupakan segenap proses penataan.

Manajemen administrasi dalam dunia kerja dibedakan atas administrasi

kegiatan non akademik dan akademik, dimana kedua manajemen tersebut

berkaitan dengan kondisi laboratorium yang diguanaka untuk siswa praktik

kerja dan bahan-bahan yang digunakan. Walton (2010: 25) menyatakan

“administrative management as one of their job functions to encompass most

of the office work and documentation that was typically required by all

instructors.” Mohanty (2015: 35) menyatakan “management administration

needs integration and coordination of requires a great efficiency of the

administrators based on human sympathy, understanding, knowledge and

skill.”

53
Secara implisit, administrasi merupakan keseluruhan proses kerja

sama antara dua orang atau lebih juga dua lembaga atau lebih yang

didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya. Peneliti sependapat dengan teori yang dikemukakan

oleh ahli di atas bahwa administrasi merupakan fungsi utama dari sebuah

pelaksanaan program. Tanpa ada administrasi, maka program tidak akan

berjalan secara efektif.

2) Manajemen Regulasi

Merencanakan, mengarahkan, atau mengkoordinasi kegiatan produksi

dalam dunia kerja yang menghasilkan barang dan jasa suatu organisasi untuk

memastikan kesesuaian dengan peraturan dan standar tata cara pelaksanaan.

Seorang pemimpin regulasi juga harus menyampaikan informasi regulasi

kepada bagian di setiap organisasi dan memastikan informasi tersebut

diterima dengan benar.

Organisasi modern dengan kebutuhannya untuk bertahan dan unggul

dari para kompetitornya, serta kemampuan menghadapi perubahan yang cepat

dari kondisi di luar organisasi memerlukan kemampuan bergerak lentur dan

lincah. Kemampuan lentur diperlukan karena organisasi harus mampu

menyesuaikan diri dengan perkembangan kebutuhan dan harapan

stakeholders yang semakin cepat, selain itu kelenturan diperlukan untuk

mengantisipasi perkembangan masyarakat yang sering kali memiliki ketidak

pastian yang tinggi. Kelincahan diperlukan untuk menggunakan berbagai

54
strategi dan proses dalam mencapai target atau sasaran yang telah

direncanakan.

Struktur organisasi yang sangat besar, atau organisasi yang memiliki

kantor cabang pada berbagai tempat yang berjauhan, akuntabilitas dan

responsibilitas ini menjadi suatu pekerjaan yang tidak sederhana. Organisasi

mengupayakan adanya akuntabilitas dan responsibilitas tersebut melalui

kegiatan berjenjang. Menggunakan struktur birokrasi organisasi yang bersifat

vertikal, sehingga masing-masing tingkat dapat melakukan pengawasan untuk

dapat tercapainya akuntabilitas dan responsibilitas tadi. Selain itu, organisasi

juga mengembangkan bagian-bagian pengawasan yang memiliki kekuatan

untuk memberikan hukuman terhadap pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan. Sehingga personal-personal di dalam organisasi memiliki kehati-

hatian dalam melaksanakan pekerjaannya dan menjaga agar sumber daya

yang ada dalam organisasi tidak disalah gunakan.

Regulasi bersifat measurable dan mengandalkan bukti fisik, banyak

hal yang kemudian menjadi tidak bisa di buktikan secara akurat, walaupun

beberapa dapat dibuktikan secara akurat dengan proses audit/pengukuran

lanjutan, namun demikian berbagai regulasi ini telah mengurangi kelenturan

dan kelincahan organisasi dalam mengambil prakarsa terhadap perubahan

yang akan dilakukannya.

f. Manajemen Kerja Sama Sekolah dengan Dunia Kerja

Peningkatan mutu pendidikan baik pada sekolah pemerintah maupun

swasta, masyarakat dituntut berperan aktif dan mengambil inisiatif.

55
Masyarakat bekerja sama dengan sekolah, nanti dapat menentukan berbagai

kebijakan yang berguna bagi kemajuan sekolah tersebut. Masyarakat juga

mampu menjadi lembaga yang dapat mengontrol kegiatan sekolah, sehingga

dapat dipacu dengan lebih baik lagi. Peran masyarakat ini juga dapat

sekaligus sebagai sarana menyosialisasikan berbagai proses pendidikan yang

relatif baru, dan wahan untuk mencerdaskan masyarakat. Di sini sekolah

sebagai agen perubahan, dan memasyarakatkan melalui kerja sama sekolah

dengan masyarakat (Sujanto, 2007: 121-122).

Sehubungan dengan manajemen pendidikan kerja sama antara SMK

dengan dunia kerja maka kewajiban yang diemban masing-masing pihak

dalam pendidikan sistem ganda adalah (1) Pihak Sekolah, (a) Membuat surat

perjanjian kerja; (b) Membuat surat pernjanjian dengan siswa yang akan

melaksanakan pendidikan sistem ganda; (c) Membuat peraturan/tata tertib

dalam melasaksanakan pendidikan sistem ganda; (d) Menyiapkan asuransi

kecelakaan bagi siswa; (e) Menyiapkan aspek pendidikan dan pelaksanaan

praktek kerja dunia kerja sesua dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

Pihak Dunia Kerja, (a) Ikut serta dalam mengembangkan kurikulum

untuk pelaksanaan sistem ganda.; (b) Menyiapkan/menugaskan tenaga yang

kompeten untuk membimbing siswa praktik kerja; (c) Mengatur waktu tata

cara melaksanakan dan pemantauan kegaiatan pendidikan di dunia kerja yang

tengah berlangsung; (d) Mencatat hasil pelaksanaan kegiatan pendidikan di

dunia kerja. Hubungan lembaga pendidikan (sekolah) dengan dunia kerja

56
merupakan bentuk hubungan yang hal ini cenderung sebagai kerja sama,

setara, timbal balik, dan saling terkait. Sekolah harus mengetahui dengan

jelas kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat serta dunia kerja dan

berkewajiban secara legal dan moral untuk memberi penerangan kepada

masyarakat tentang tujuan, program, kebutuhan, dan keadaan lembaga

sekolah.

Sekolah dan dunia kerja satu sama lain memiliki fungsi yang berbeda,

namun merupakan satu kesatuan yang utuh. Sekolah bagi dunia kerja

berfungsi sebagai: (a) Pembaru, pengubah pengetahuan, pola hidup,

kebiasaan, dan tata cara sikap pergaulan yang perlu disiapkan untuk

memasuki dunia kerja; (b) Penyeleksi kemampuan dan potensi serta pembina

dunia kerja sesuai potensi dan kompetensinya; (c) Peningkat taraf sosial dan

penghilang perbedaan kelas dalam masyarakat; (d) Penyedia lulusan yang

siap kerja; (e) Pengguna hasil pendidikan serta penyedia lapangan kerja bagi

lulusan.

1) Kebutuhan Sekolah dan Dunia Kerja

Miles mengelompokkan ciri-ciri ke dalam kategori kebutuhan yang

perlu dikembangkan pada setiap organisasi agar dapat menjadi organisasi

yang sehat. Kebutuhan tersebut dapat disusun dalam bentuk tabel disertai

klasifikasi ciri-cirinya masing-masing. Hubungannya antara sekolah dengan

dunia kerja: (a) Technical level, dalam organisasi pendidikan fungsi teknis

adalah proses belajar mengajar dan para gurulah yang bertanggungjawab

langsung dalam proses tersebut. siswa yang terpelajar adalah produk dari

57
sebuah organisasi dengan permasalahan bagaimana belajar dan mengajar

yang efektif; (b) Managerial level, fungsi manajerial level adalah proses

administrasi yang bertugas mengendalikan dan melayani sub sistem teknis

dengan cara memenuhi kebutuhan dasar para guru; (c) Institutional level,

berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dengan lingkungannya,

karena sangatlah penting untuk mendapatkan legitimasi dan dukungan dari

masyarakat.

Asumsi sekolah dan dunia kerja yang sehat adalah: (a) Mempunyai

hubungan kreatif dan interaktif dengan lingkungannya; (b) Sekolah dapat

mengklarifikasi dan menghormati nilai-nilai masing-masing individu

(termasuk nilai-nilai murid) dan berjuang melalui pemahaman dan

keselarasan antara nilai-nilai institusi dengan nilai-nilai individu. (c) Tidak

menyia-nyiakan struktur tugas akan tetapi selalu memanfaatkannya sebagai

sarana untuk memperoleh kesesuaian yang lebih baik antara cita-cita dan

kenyataan. (d) Memiliki strategi yang baik untuk mewujudkan tujuan

organisasi sekolah berdasarkan pada kondisi sekolah tersebut. Proses

penciptaan nilai organisasi di dunia kerja dapat dipahami melalui tampilan

pada tabel 5 diadaptasi dari W.K. Hoy & Cecil G. Miskel, hal. 18.

Tabel 5. Kebutuhan Sekolah dan Dunia Kerja


Kategori Kebutuhan Ciri-ciri kesehatan organisasi
Kebutuhan akan tugas (task needs) Fokus pada tujuan
Komunikasi yang baik
Pemerataan kekuasaan yang optimal
Kebutuhan akan pemeliharaan (Maintenance Pemanfaatan sumber daya
needs) Adanya kepaduan sikap/kebersamaan
Memiliki moral yang baik
Kebutuhan akan untuk tumbuh dan Adanya inovasi, Selalu adaptasi,
berkembang (growth and development needs) Otonomi, dapat memecahkan masalah

58
Sama halnya dengan dunia kerja, proses penciptaan nilai organisasi di

dunia pendidikan juga diperlukan untuk membentuk kesamaan visi dan misi

yang ada di dunia kerja. proses penciptaaan nilai untuk dunia pendidikan

dapat dipahami melalui tampilan pada tabel 7.

Tabel 6. Proses Penciptaan Nilai Organisasi di Dunia Kerja

Input Proses Output


• Bahan mentah • Transformasi • Barang/jasa
• Tenaga kerja input • Manfaat
• Modal • Penciptaan barang/jasa
• Mesin & sinergi • Profit yang
Peralatan • Penciptaan diharapkan
• Sistem nilai tambah
Manajemen

Lingkungan Barang dan Jasa


Eksternal
• Bahan mentah • Mesin, peralatan
• Tenaga kerja • Suku
• Modal • Pemakai
Diadospi dari sumber: Aan Komariah & Cepi, Op, Cit, hal. 2

Tabel 7. Proses Penciptaan Nilai Organisasi di Dunia Pendidikan

Input Proses Output


• Man • Transformasi • Memenuhi SKL
• Many input • Memiliki skill
• Material • Produktivitas • Diterima di DK
• Methods sekolah
• Machine • Efisien
• Sistem • Efektif
Manajemen • Inovatif
• Kualitas
kehidupan
sekolah

Lingkungan Eksternal/Outcome Pendidikan


• Kualitas lulusan yang memenuhi harapa dunia kerja
• Mampu bersaing dalam pasar tenaga kerja

59
2) Perencanaan Kerja Sama

Setiap organisasi pasti memiliki sebuah perencanaan untuk

mengantarkan pada tujuan keberhasilan. Perencanaan memuat kegiatan yang

terkoordinasi dalam kurun waktu tertentu. Dengan begitu, di dalam

perencanaan akan terdapat aktivitas dalam pembuatan langkah-langkah atau

strategi untuk mencapai tujuan sesuai yang dikehendaki bersama dalam

sebuah organisasi. Gough & Reece (2017: 116) menyatakan “planning that

involved organization learn set new expectations and norms for the practice.”

Sejalan dengan pikiran Gough & Reece, Bailey (2015: 96) menyatakan

bahwa “planning is an integral part of planning for organization growth.”

Perencanaan adalah salah satu dasar dalam sebuah organisasi. Pada intinya

rencana adalah semacam peta rute organisasi untuk membawa semua yang

ada di dalamnya menuju kemana.

Perumusan perencanaan merupakan suatu kondisi dimana program-

program kerja sama antara SMK dengan dunia kerja dapat dikontrol dan

diarahkan sesuai dengan keinginan bersama. Suatu perencanaan yang baik

tentunya harus dirumuskan, (1) faktual atau realistis. Artinya perencanaan

yang akan ditetapkan oleh organisasi harus seusai dengan fakta dan kondisi

tertentu yang akan dihadapi; (2) logis dan rasional, bahwa perencanan yang

akan dirumuskan dapat diterima oleh akal (logis) dan rasional sehingga dapat

dilaksanakan; (3) Fleksibel, perencanaan yang baik bersifat fleksibel dan

tidak kaku serta dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan; (4)

Komitmen, perencanaan dapat melahirkan komitmen bagi seluruh anggota

60
organisasi, (5) Komprehensif, perencanaan yang baik harus menyeluruh dan

mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung

terhadap organisasi.

Perencanaan mencakup banyak variasi, antara lain visi, tujuan,

strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program, dan anggaran. Sedangkan

berdasarkan tujuan organisasi, perencanaan dapat dikelompokkan ke dalam

tiga jenis, yaitu perencanaan strategis, taktis, operasional, dan situasional.

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan (1)

kegiatan yang harus didasarkan pada fakta, data, dan keterangan konkrit; (2)

pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi, dan kesanggupan

melihat masa depang secara bersama-sama; (3) menyangkut tindakan-

tindakan nyata yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.

3) Pengorganisasian Kerja Sama

Pengorganisasian merupakan langkah kedua setelah perencanaan

untuk menetapkan, menggolongkan, dan mengatur berbagai macam progam

yang ada di SMK dengan dunia kerja. Seperti kerja administrasi, ruangan

laboratorium, serta penetapan tugas dan tanggungjawab dari kedua belah

lembaga yang menjadi wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Tujuan

dalam menyusun pengorganisasian adalah menunjukkan adanya pembagian

kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi dari program kerja sama

antara SMK dengan dunia kerja dapa terintegrasi (koordinasi). Selain

daripada itu, menunjukkan spesialisasi pekerjaan, perintah, dan penyampaian

laporan.

61
Adanya pengorganisasian dalam manajemen kerja sama SMK dengan

dunia kerja dapat melahirkan sebuah struktur organisasi yang dapat dianggap

sebagai sebuah kerangka yang merupakan titik pusat sekitar apa setiap orang

dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengna baik. Dengan kata lain,

salah satu bagian terpenting dari tugas pengorganisasian adalah

mengharmoniskan suatu kelompok orang-orang yang ada di dua lembaga,

yaitu sekolah dengan dunia kerja., mempertemukan bermacam-macam

kepentingan, dan memanfaatkan kemampuan ke suatu arah tertentu.

Pengorganisasian bermanfaat untuk mencapai tujuan dimana individu-

individu tidak dapat mencapainya sendiri, sekelompok orang yang bekerja

sama secara kooperatif dan terkoordinasikan dapat mencapai hasil yang lebih

daripada dilakukan perorangan. Pondasi dasar pengorganisasian adalah

prinsip pembagian kerja (division of labor) yang memungkinkan sinergi

terjadi. Dengan adanya pembagian kerja, maka akan memudahkan untuk

melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bidang masing-masing supaya

tercapainya tujuan yang diharapkan.

Bentuk sebuah program kerja sama antara SMK dengan dunia kerja

tidak terlepas dari unsur-unsur yang melingkupi, seperti pengenalan dan

pengelompokkan kerja, penentuan dan pelimpahan tanggung jawab dan

wewenang, dan pengaturan hubungan kerja sama. Sedangkan prinsip dari

pengorganisasian itu sendiri bertujuan agar suatu organisai dapat berjalan

dengan baik atau dalam usaha menyususn suatu organisasi dapat terwujud

secara efektif dan efisien.

62
Prinsip pengorganisasian adalah adanya tujuan yang jelas, pembagian

kerja, delegasi kekuasaan, rentangan kekuasaan, tingkat-tingkat pengawasan,

kesatuan perintah dan tanggung jawab, koordinasi, keseimbangan antara

tugas, tanggungjawab, dan kekuasaan, prinsip komunikasi,

kontinuitas/kesinambungan, adanya pengamatan, pengawasan, pengecekan,

dan adanya perhatian atas satu kesatuan tujuan.

4) Pelaksanaan dan Pemantauan Kerja Sama

Pelaksanaan program kerja sama antara SMK dengan dunia kerja

adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan bersama dalam bentuk kegiatan

prtaktik kerja lapangan yang didukung oleh kebijaksanaan, prosedur,

standardisasi, anggaran, dan sumber daya yang lain membawa pada suatu

hasil untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama yang telah ditetapkan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 308) menyatakan bahwa

pelaksanaan berasal dari kata laksana yang artinya menjalankan atau

melakukan suatu kegiatan. Sedangkan Herman (2008: 9) menyatakan bahwa

pelaksanaan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dengan

harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Hasibuan (2006: 72)

menegaskan bahwa pelaksanaan adalah suatu jenis rencana yang jelas dan

konkrit karena di dalamnya sudah tercantum sasaran, kebijaksanaan,

prosedur, anggaran, dan waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.

Himat, (2010: 31) menyatakan setelah adanya pelaksanaan maka perlu

dilakukan secara bersama terkait dengan proses pengumpulan dan analisis

informasi berdasarkan indikator yang ditetapkan secara sistematis dan

63
berkelanjutan tentang kegiatan sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi

untuk penyempurnaan kegiatan selanjutnya. Pemantauan adalah pengawasan

yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran tentang apa yang ingin diketahui,

pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat

pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan ke arah tujuan atau

menjauh dari tujuan.

Pemantauan adalah langkah untuk mengkaji apakah kegiatan kerja

sama antara SMK dengan dunia kerja yang telah dilaksanakan itu sesuai

dengan rencana atau tidak, mengidentifikasi masalah yang timbul agar dapat

langsung diatasi, melakukan penilaian apakah pola kerja sama dan

manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan, mengetahui

kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh kemajuan.

5) Pengkoordinasian Kerja Sama

Karakteristik pertama dari organisasi adalah adanya koordinasi upaya

dari SDM yang terlibat dalam kegiatan. Penggabungan yang terkoordinasi

dengna baik akan menghasilkan sesuatu yang jauh lebih baik dibandingkan

upaya perseorangan. Yahya (2006: 95) menyatakan bahwa koordinasi

adalah proses pengintegrasian tujuan dan kegiatan pada satuan yang terpisah

pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

Koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara utama (1)

mengadakan pertemuan resmi antara unsur-unsur atau unit yang harus

dikoordinasikan; (2) Mengangkat seseorang untuk menjadi koordinator; (3)

Membuat buku pedoman yang berisi penjelasan tugas dari masing-masing

64
unit; (4) Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan

bawahannya dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi, dan pengarahan

(Manulang, 2008: 72-72).

Melakukan kegiatan koordinasi dengan berbagai cara seperti yang

disebutkan Manulang adalah perlu, sebab adanya kegiatan koordinasi dapat

menghindarkan terjadinya konflik mengurangi duplikasi tugas, meniadakan

pengangguran, melenyapkan kepentingan dari masing-masing lembaga baik

SMK maupun dunia kerja, dan meperkukuh kerja sama. Dengan setiap

koordinasi diharapkan akan tercipta suasana kerja sama, kesatuan tindakan,

dan kesatuan tujuan akhir.

Ada tiga macam saling ketergantungan diantara satuan-satuan

organisasi, dalam hal ini adalah SMK dengan dunia kerja, menurut Yahya

(2006: 95) adalah (1) saling ketergantungan yang menyatu; (2) saling

ketergantungan yang berurutan; dan (3) saling ketergantungan timbal balik.

Sedangkan ada empat tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang

mempersulit tugas-tugas kerja sama antara dua instasi adalah karena adanya

(1) perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu, waktu, antar lembaga,

dan formalitas struktur.

6) Pengevaluasian Kerja Sama

Pada setiap kegiatan, evaluasi adalah kegiatan dari sebuah rangkaian

pelaksanaan sebuah prgoram yang terencana dan dilakukan secara

berkesinambungan. Arikunto & Jabar, (2010: 56) menyatakan bahwa

“evaluasi dipandang sebagai sebuah proses menentukan hasil yang tleha

65
dicapai dalam beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung

tercapainya tujuan.”

Kegiatan evaluasi adalah proses yang sistematis, bukan sekedar

kegiatan di akhir atau penutup dari sebuah program. Umar (2005: 78)

menyatakan tahapan evlauasi meliputi: (1) Menentukan apa yang akan

dievaluasi; (2) Merancang (desain) kegiatan evaluasi; (3) Pengumpulan data;

Pengolahan dan analisis data; (5) Pelaporan hasil evaluasi; (6) Tindak lanjut

evaluasi.

Setiap proses evaluasi program tidak dapat dilepaskan dari tujuan-

tujuan program yang hendak dicapai. Tanpa menentukan atau merumuskan

tujuan-tujuan terlebih dahulu, tidak mungkin menilai sejauh mana pencapaian

hasil program yang sudah dilakukan. Adapun tujuan dari evaluasi adalah

sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas program yang telah

dilakukan. Informasi yang digunakan untuk evaluasi dapat dijadikan sebagai

pengambilan keputusan, penyusunan kebijakan, maupun program

selanjutnya. Informasi yang digunakan idealnya harus lengkap, akurat, valid,

reliabel, serta tepat waktu dalam penyampaiannya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum

dapat diartikan sebagai kegiatan atau suatu proses menyediakan data dan

informasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan atau penentuan

alternatif dalam pengambilan keputusan serta penyusunan program

selanjutnya sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Jadi, inti dari

66
evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dala pengambilan keputusan.

Teori-teori terkait dengan manajemen, pendidikan kejuruan, dunia

kerja, dan kerja sama yang telah dibahas di atas sangat mendukung penelitian

yang dilakukan. Peneliti menyadari bahwa tanpa adanya teori maka peneliti

tidak dapat mengembangkan masalah yang mungkin ditemui ditempat

penelitian jika tidak memiliki acuan kajian teori yang jelas dan mendukung.

Alasan teori tersebut ditulis adalah untuk dijadikan sebagai alat ukur atau

standar dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian kualitatif yang

sewaktu-waktu dapat berubah seiring penelitian di lapangan.

Kajian teori mengenai manajemen kerja sama yang sudah diutarakan

sangat mendukung terkait masalah manajemen kerja sama antara SMK

dengan Dunia Kerja. Hal tersebut merupakan bagian terpenting yang dapat

menjadi dasar untuk membuat sebuah kerangka pikir/alur pikir dalam

penelitian dan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pendalaman dan

pengkajian teori mengenai manajemen kerja sama SMK dan Dunia Kerja

tersebut akan mempengaruhi keshahihan dari hasil penelitian. Sehingga

penelitian yang dihasilkan valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian penelitian yang relevan ini memberikan wacana dan referensi

bagi peneliti dalam penelitian Model Manajemen Kerja sama SMK dengan

Dunia Kerja. Dalam mengkaji hal-hal penelitian yang relevan, peneliti juga

menentukan persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

67
yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian disertasi yang dilakukan oleh

Harbiyah (2015) dengan judul “Pengembangan Model Manajemen Kemitraan

Sekolah Menengah Kejuruan dengan Dunia Kerja dalam Praktik Kerja

Industri”. Hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa: (1)

kemitraan sekolah menengah kejuruan dengan dunia kerja saat ini sudah

dilakukan oleh semua sekolah menengah kejuruan di Kota Banda Aceh, tetapi

belum mempunyai model manajemen kemitraan yang jelas dan terpadu,

ditinjau dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi

dan masih ditemukan hambatan-hambatan. (2) dihasilkan model manajemen

kemitraan sekolah menengah kejuruan dengan dunia kerja, pada bidang

kurikulum, kesiswaan, hubungan masyarakat dan sarana prasarana dengan

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi, dikembangkan

secara jelas dan lengkap. (3) karakteristik model manajemen kemitraan

sekolah menengah kejuruan dengan dunia kerja ini dengan jelas

memperlihatkan bagaimana seharusnya keterlibatan bidang kurikulum,

kesiswaan, hubungan masyarakat, dan sarana prasarana, dalam kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. (4) model manajemen

kemitraan sekolah menengah kejuruan dengan dunia kerja yang

dikembangkan sangat praktis dan efektif untuk digunakan karena mempunyai

beberapa kelebihan dan produk ini dapat digunakan menjadi panduan model

manajemen kemitraan sekolah menengah kejuruan dengan dunia kerja.

Sukarnati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan

Model Manajemen Praktik Kerja Industri di Sekolah Menengah Kejuruan”.

68
Hasil penelitian disertasi yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa: (1)

Belum ada keterkaitan antara program di industri dengna program di sekolah,

guru-guru belum mengaitkan bahan ajar di kelas dengna aplikasinya di

industri; (2) Penyelenggara prakerin di SMK belum secara tepat memahami

makna konsep prakerin dan konsep penerapannya. Sedangkan hasil

pengembangan dari penelitian adalah model manajemen prakerin terpadu di

SMK yang dirancang dengan mengaitkan program pembelajaran di sekolah

dengan program pelatihan di industri. Pelaksanaan model manajemen

prakerin terpadu mengharuskan SMK bersama industri membicarakan bagian

dari kurikulum yang diajarkan di sekolah dan bagian untuk pelatihan di

industri. Guru-guru harus mempunyai pengalaman industri sehingga dapat

memberikan contoh bekerja untuk menghasilkan produk seperti yang

dikehendaki industri. Instruktor harus memiliki pengetahuan kependidikan

guna pembimbingan siswa dan evaluasinya.

Penelitian disertasi I Kadek Budi Sandika (2016) yang berjudul

“Pengembangan Model Kemitraan Pendidikan Kejuruan Dunia Usaha pada

Program Studi Keahlian Teknik Bangunan SMK di Bali.” Hasil penelitian

yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menemukan model kemitraan

pendidikan kejuruan dengan dunia usaha pada SMK Program studi keahlian

teknik bangunan di Bali dan menguji efektivitas dan efisiensi model

kemitraan pendidikan kejuruan dengan dunia usaha pada SMK program studi

keahlian teknik bangunan di Bali. Studi yang sudah dilakukan tersebut

melibatkan beberapa komponen, antara lain stakeholder kunci, prinsip yang

69
mendasari kemitraan organisasi/tujuan bersama, pengelolaan sumber daya

pendidikan (guru dan fasilitas), pengembangan kurikulum, pelaksanaan

pembelajaran/pelatihan dan praktik kerja, uji kompetensi lulusan, penyerapan

output pendidikan kejuruan, serta pemantauan, evaluasi dan umpan balik

program kemitraan. Hasil uji coba menunjukkan bahwa model yang

dikembangkan telah memenuhi kriteria efektif, praktis, dan efisien. Kriteria

efektif ditunjukkan dengan optimalnya pelaksanaan atau keterlibatan setiap

komponen kemitraan dalam model. Kriteria praktis ditunjukkan dengan

kemudahan dalam memahami, mengikuti, dan melaksanakan model secara

lancar, praktis dan aplikatif. Kriteria efisien meliputi efisien dalam

penggunaan waktu, tenaga, bahan/fasilitas, dan biaya.

Penelitian disertasi yang dilakukan oleh Julia (2014) dengan judul

“Manajemen Kemitraan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 14 Jakarta

dengan Dunia Usaha/Dunia Industri”. Hasil penelitian yang sudah dilakukan

dalam menjalin kemitraan, kemitraan memiliki beberapa faktor yang dapat

menghambat atau menunjang prosesnya. Hal-hal tersebut sangat

mempengaruhi terjalinnya kemitraan antara sekolah dengan dunia industri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan adalah partisipasi kedua pihak

dalam melakukan kemitraan. Keduanya memiliki kesempatan yang sama

untuk berpendapat dan memutuskan hal-hal yang langsung menyangkut

kepentingan sesuai dengan kesepakatan bersama hingga terjadi sinkronisasi.

Penelitian disertasi yang dilakukan oleh Daryono (2014) dengan judul

“Manajemen Kerja Sama antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan

70
Industri”. Hasilnya adalah (1) perencanaan diselesaikan melalui: rumusan

rencanan dengan menghadirkan utusan industri, penetapan rencanan dengan

rapat pleno dihadiri dewan guru, orang tua peserta didik dan komite sekolah,

dan evaluasi rencana oleh Evabang; (2) pengorganisasian, koordinasi dan

kerja sama antara sekolah menengah kejuruan dengan industri untuk

melaksanakan pembelajaran dalam bentuk teori dengan menyisipkan

pendidikan karakter, praktik di sekolah, dan praktik di industri; (3)

Pelaksanaan disesuaikan dengan penetapan rencana rapat pleno; dan (4)

Evaluasi, BAN-S/M dan IS.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa

peneliti di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan ini untuk

melengkapi dari hasil penelitian yang terdahulu. Sebagaimana hasil

penelitian dari Djandji (2013) bahwa fokus dari hasil penelitian tersebut

adalah bentuk-bentuk dari kerja sama yang dilakukan antara SMK dengan

DU/DI atau Dunia Kerja. Begitu juga hasil penelitian dari Julia (2014) dan

Daryono (2014) yang menghasilkan sebuah kerja sama dalam perspektif

faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dari program kerja sama

serta manajemen kerja sama yang dilihat dari dua komponnen atau fungsi

manajemen saja yaitu perencanaan dan pengorganisasian.

Hasil dari ketiga peneliti terdahulu sangat jauh dari penelitian yang

dilakukan dan justru penelitian yang dilakukan ini akan melengkapi hasil

penelitian terdahulu tersebut. Penelitian ini tidak hanya sekedar mengetahui

bentuk-bentuk dari kerja sama, faktor-faktor yang menghambat dan

71
mendukung kerja sama, melainkan penelitian ini akan mengupas lebih detail

terkait dengan fungsi dari manajemen secara komprehensif sehingga dapat

menghasilkan model manajemen kerja sama.

Model manajemen kerja sama memang sudah dikembangkan oleh

Harbiyah (2015), Sukarnati (2015), dan I Kadek Budi Sandika (2016) dalam

penelitian disertasinya. Dari hasil penelitian ketiga peneliti terdahulu itu

dapat dipahami bahwa model yang dikembangkan oleh Harbiyah masih

belum sistematis terkait dengan manajemen. Harbiyah lebih fokus pada

bidang-bidang yang ada di sekolah saja, seperti bidang kesiswaan, kurikulum,

sarana-prasaran, dan hubungan masyarakat. Manajemen yang perlu

diperhatikan untuk DU/DI atau Dunia Kerja belum terlihat dari hasil

penelitian Harbiyah (2015).

Sama halnya dengan Sukarnati (2015), hasil dari penelitian tersebut

hanya mengungkapkan rancangan manajemen yang dapat dikaitkan dengan

program pembelajaran di sekolah dengan program pelatihan di industri.

Pelaksanaan model manajemen prakerin terpadu mengharuskan SMK

bersama industri membicarakan bagian dari kurikulum yang diajarkan di

sekolah dan bagian untuk pelatihan di industri. Guru-guru harus mempunyai

pengalaman industri sehingga dapat memberikan contoh bekerja untuk

menghasilkan produk seperti yang dikehendaki industri. Instruktor harus

memiliki pengetahuan kependidikan guna pembimbingan siswa dan

evaluasinya. Hal ini juga sama seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh I

Kadek (2016).

72
Penelitian yang dilakukan ini adalah untuk melengkapi penelitian

terdahulu sehingga hasil penelitian spesifik namun komprehensif. Model

manajemen SMK dengan Dunia Kerja sangat penting dilakukan karena setiap

SMK memerlukan upaya-upaya sistematis, terpogram, dan terencana untuk

meningkatkan kualitas lulusan. Hasil penelitian yang relevan tersebut sangat

mendukung penelitian disertasi yang dilakukan ini terutama pada bentuk

pelaksanaan kerja sama, peran SMK dan juga peran Dunia Kerja,

pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini adalah pihak-

pihak yang berkaitan dalam mendukung kerja sama, seperti kepala sekolah,

guru, siswa, dan instruktur dunia kerja, pengelolaan kurikulum kerja sama,

dan tindakan dunia kerja terhadap lulusan SMK program keahlian

administrasi perkantoran.

C. Alur Pikir

Kualitas lulusan SMK merupakan faktor mendasar yang perlu

diperhatikan untuk dapat meningkatkan daya saing dan produktivitas setiap

angkatan kerja yang lulus dalam menghadapi persaingan yang ketat di era

globalisasi. Memperhatikan hal tersebut maka perlu adanya sebuah upaya

kebijakan guna menyiapkan output dari SMK sebagai tenaga kerja yang dapat

siap kerja dan tentunya perlu adanya implementasi kebijakan yang dapat

digunakan secara berkesinambungan.

Membangun relevansi lulusan SMK dengan kebutuhan sesuai dengan

Inpres nomor 9 tahun 2016 tentang revitalisasi sekolah menengah kejuruan

(SMK) dalam rangkan peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya

73
manusia Indonesia, merupakan andalan untuk menghasilkan lulusan sebagai

sumber daya manusia (SDM) yang produktif. Hal tersebut berkaitan dengan

tujuan diselenggarakannya pendidikan SMK yaitu untuk menyiapkan lulusan

agar dapat bekerja baik secara mandiri atau mengisi lapangan pekerjaan yang

ada di dunia kerja sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati.

Pemerintah membuat komponen kerja sama sebagai salah satu

revitalisasi. Adanya kerja sama tersebut maka perlu metode yang digunakan

SMK untuk menunjang pembelajaran. Pesatnya perkembangan teknologi

mengakibatkan SMK harus mampu menyiapkan sarana dan prasana yang

dapat digunakan untuk menunjang praktik siswa yang fasilitas tersebut tidak

ada di sekolah. Oleh karena itu perlu adanya usaha resource sharing antara

SMK dengan dunia kerja yang dapat dikelola menjadi manajemen kerja sama.

Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya

sebuah manajemen. Manajemen yang baik akan mampu mengelola program-

program dengan baik pula. Hasil yang diharapkan sesuai dengan apa yang

sudah direncanakan. Begitu juga dunia kerja sebagai lembaga pasangan

SMK. Perlu dilibatkan dalam pembuatan perencanaan, memberikan

informasi terkait dengan perannya dalam membantu kesuksesan tujuan SMK.

Gambar 5 adalah alur pikir dari penelitian manajemen kerja sama

SMK dengan Dunia Kerja yang terdiri dari input, proses, output, dan

outcome. Input dari sebuah manajemen kerja sama didasarkan pada

revitalisasi SMK yang diatur pada Inpres. Proses yang dilakukan merupakan

fungsi dari manajemen yaitu terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,

74
pelaksanaan dan pemantauan, pengkoordinasian, dan pengevaluasian.

Selanjutnya yaitu output, diharapkan dari masing-masing fungsi

menghasilkan output untuk manajemen bersama antara SMK dengan Dunia

Kerja yang meliputi adanya standar yang baku untuk dunia kerja dan SMK,

termasuk didalamnya adalah standar pelaksanaan, standar pendidikan dan

pelatihan, sistem pembimbingan, standar pengujian keterampilan, standar

penilaian kompetensi, dan sistem penelusuran kembali lulusan serta

pemasaran lulusan.

Peningkatan kualitas hasil dari manajemen kerja sama yang baik

tersebut diharapkan mampu memberikan output yang baik pula untuk dunia

kerja dan sekolah. Hal itu yang akan menjadi kontribusi utama adanya

manajemen kerja sama, seperti terserapnya lulusan di dunia kerja, pemasaran

lulusan, dan penelusuran kembali lulusan. Akhir dari itu semua adalah adanya

outcome yang mana lulusan mampu meningkatkan keterampilan,

memantapkan kompetensi, dan diterima di dunia kerja sesuai kebutuhan

dunia kerja.

75
Perencanaan

I Pengorganisasia
N n
P
R
E
S Pelaksanaan
SMK & Dunia Kerja O
-
R Pemantauan U
E T
V
I C
T Pengkoordinasian O
A M
L E
I
S
Pengevaluasian
A
S
I

Manajemen Kerja Sama

1. Standar Pelaksanaan
2. Standar Pendidikan dan
Pelatihan
3. Standar Penilaian

SMK: Dunia Kerja:


1. Lulusan Memperoleh tenaga
berkualitas kerja dari lulusan
profesional SMK sesuai
2. Pemasaran lulusan kebutuhan

Model Manajemen Kerja Sama yang Saling Menguntungkan

Gambar 5. Alur Kerangka Pikir

76
D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada kerangka pikir penelitian, maka pernyataan

penelitian ini adalah sebaga berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan kerja sama yang dilakukan oleh sekolah dan

dunia kerja?

2. Bagaimanakah pengorganisasian kerja sama yang dilakukan oleh sekolah

dan dunia kerja?

3. Bagaimanakah pelaksanaan dan pemantauan kerja sama yang dilakukan

oleh sekolah dan dunia kerja?

4. Bagaimanakah pengkoordinasian kerja sama yang dilakukan oleh

sekolah dan dunia kerja?

5. Bagaimanakah pengevaluasian kerja sama yang dilakukan oleh sekolah

dan dunia kerja?

6. Bagaimanakah proses manajemen tersebut membentuk sebuah model

manajemen kerja sama yang diharapkan oleh Dunia Kerja?

77

Anda mungkin juga menyukai