Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AWAL PERKEMBANGAN OLAHRAGA DI INDONESIA


SEJARAH DAN FILSAFAT OLAHRAGA

Oleh Kelompok 1 :

Anggota :

ULFI BERLIANA HANIFA (208019)

SYAFA’ATIN FITRI AMALIA (208037)

M.FAHMI AMRULLOH (208044)

JAINUL ANSHORI (208028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHARAGA


STKIP PGRI JOMBANG
2023
Latar belakang
Ketika bangsa Belanda untuk pertama kalinya menanamkan kekuasaanya di
Indonesia, sejak itulah perkembangan bangsa indonesia hampir dalam semua aspek
kehidupan dipengaruhi oleh bangsa Belanda. Demikian juga pekembangan dalam aspek –
aspek keolahragaan, cabang – cabang olahraga yang berkembang adalah cabang olahraga
yang dilakukan di Belanda, termasuk ketika waktu bangsa Jepang menduduki Indonesia.
Perkembangan lebih lanjut, karena negeri Belanda sendiri berada di Eropa dan berada di
bawah pengaruh Prancis maka secara tidak langsung mempengaruhi juga kondisi di
Indonesia, termasuk mempengaruhi perkembangan olahraga di Indonesia, sehingga kita
mengenal ada sistem olahraga Jerman, sistem olahraga Swedia, sistem olahraga Austria dan
juga Jepang. Dengan berkuasa Belanda di Indonesia, maka kemudian terlihat masuknya
keolahragaan di lingkungan militer. Meskipun olahraga iyu sejak Zaman Mesir kuno dan
Yunani kuno sudah mulai menonjol, namum perkembangan di Eropa baru tampak sekitar
abad pertengahan, yang kemudian juga menyebar dan berkembang di negeri Belanda,
kemudian pula masuk ke Indonesia. Keolahragaan di Indonesia yang di bawah oleh belanda
itu sudah barang tentu sesuai dengan keadaan keolahragaan di negeri Belanda itu sendiri.
Namun, berkat kesadaran bangsa Indonesia, meskipun dengan beberapa tekanan dan paksaan
dari pihak penjajah, kebudayaan asli bangsa Indonesia masih dapat dipertahankan.
 Rumusan Masalah
1. Apakah sistem olahraga Jerman ?
2. Apakah sistem olahraga Swedia ?
3. Apakah sistem olahraga Austria ?
 Tujuan Masalah
1. Mengetahui sistem olahraga Jerman
2. Mengetahui sistem olahraga Swedia
3. Mengetahui sistem olahraga Austria
 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang awal perkembngan olahraga di Indonesia
2. Menambah wawasan dalam dunia olahraga
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM OLAHRAGA JERMAN
Perkembangan olahraga secara formal pada masa penjajahan diawali ketika pada
permulaan abab ke – 19, masuk dan perkembangan olahraga sistem Jerman yang di ciptakan
oleh Johan Friedrich Gusht Musth (1759 – 1853) di negeri Belanda, dan dalam perkembngan
berikutnya masuk pula olahraga sistem Jerman yang dikembangkan oleh Jahn, Spiess dan
Maul ke negeri Belanda.
Sebagai peletak dasar sistem Jerman, Gusht Musth membagikan latihan – latihan olahraga
secara general. Menurutnya ada tiga kaidah penting yang harus di perhatikan yaitu :
a. Senam harus menyempurnkan darah, memperkuat otot – otot dan syaraf – syaraf.
b. Senam harus mempunyai faktor / elemen kesukaran
c. Senam harus menambahkan keberanian dan ketangkasan batin.
Sedangkan bentuk – bentuk latihan gerak dasar Gusht Musth terdiri dari :
a.Melompat
b.Berlari
c.Melemapar
d.Gulat
e.Memanjat
f.Keseimbangan
g.Bermainan tali
h.Berenang
i.Latihan panca indra.
SISTEM OLAHRAGA BELANDA
Ketika sistem Jerman ini masuk ke Belanda, dan Belanda saat itu sedang berkuasa di
Indonesia, maka berbagai pengaruh ini mula – mula digunakan oleh Belanda hanya di
kalangan militer, namun pada giliran masuk pula di sekolah – sekolah dan masyarkat
Indonesia. Beberapa pokok penting olahraga sistem jerman ini antara lain adalah :
(1) Olahraga sistem Jerman ini adalah sistem olahraga yang dikembangkan oleh Jahn,
Spiess dan Maul yang ide dasarnya merunjuk pada sistem yang dikembangkan oleh Gusht
Musth,
(2) Titik tolak kerja sistem Jerman adalah kemungkinan bergerak.
Latihan – latihan olahraga yang diberikan kepada anak – anak kurang mengindahkan,
mengindahkan manfaat gerakan itu terhadap pelakunnya. Karena itu, faktor pedagogis dan
psikologis tidak diperhatikan sama sekali. Hal ini dikarenakan latihan – latihan olahraga
sistem ini diciptakan untuk kalangan militer, tidak peruntuhkan oleh anak – anak.
(3) Sifat gerakan pokok yang dapat dilihat dari sistem Jerman ini :
a. Latihan – latihan serta aba – aba bersifat militer,
b. Pelaksanaanya mengehendaki keseragaman dan persamaan waktu,
c. Latihan – latihan di tunjuklah kepada memperkuat otot,
d. Kebanyakan dari latihan – latihan statis,
e. Dalam pelaksanaan latihan diperluka alat – alat khusus atau spesifik seperti : still ring,
pararel bars, rechstok atau gatungan dan sebagainya.
(4) Tanda – tanda penting dalam sistem Jerman meliputi :
a. Titik pangkal adalah latihan itu sendiri yang ditunjukan kepada mempelajari gerak – gerak
yang disebut latihan itu,
b. Kepada yang akan melakukannya latihan – latihan, diberikan gambaran dan penjelasanya
sehingga memudahkan dalam melakukannya,
c. Dalam memberikan latihan sudah ada aba – aba pemberitahuan dan aba – aba
pelaksanaanya,
d. Semua gerakan harus memenuhi syarat – syarat bentuk, arah dan aturan yang tertentu,
e. Sikap anggota badan selalu lurus dan arah antara kedua anggota badan selalu harus
berjarak 45 derajat atau kelipatannya.
(5) Susunan pelajaran sistem Jerman terdiri atas :
a. Latihan ditempat
b. Latihan bergerak maju
c. Latihan dengan perkakas di tambah dengan latihan lompat dan permainan.
SISTEM OLAHRAGA SWEDIA
Ketika VOC bangkrut pada Tahun 1799 M, pemerintahan Belanda mengambil alih
semua semua kekayaan dan kekuasaannya. Selanjutnya antara Tahun 1811 – 1816 M, selama
peperangan Napoleon pemerintahan Belanda jatuh ketangan Prancis dan kondisi ini
menyebabkan Indonesia jatuh pula ketangan Inggris.
Bersama dengan itu, masuknya ke Indonesia sistem olahraga Swedia yang di kembangkan
oleh Per Hendrik Ling yang mula – mula dibawah oleh pewira kesehatan angkatan laut
Belanda, Dr. H.P. Minkema. Sistem ini masuk pula ke sekolah – sekolah dan pada Tahun
1919 – 1920 M mulai diadakan kursus – kursus untuk guru – guru dan sekolah – sekolah
dilengkapi perlengkapan latihan sistem Swedia tersebut.
Perbedaan pokok sistem Swedia dengan sistem Jerman terletak pada titik tolak kerjanya. Jika
titik tolak sistem Jerman adalah kemungkinan gerak, maka Swedia didasarkan pada “Guna”
gerak.
Ada empat macam latihan senam menurut sistem Swedia, yaitu sebagai berikut :
(1) Senam Militer
Tujuannya latihannya diarahkan untuk membentuk keselarasan antara senjata dan
pemakainya.
Bentuk latihannya yang digunakan terdiri dari anggar, senapan, bersangkur, dan tombak serta
alat - alat lainnya.
(2) Senam Medis
Tujuannya untuk meningkatkan kesehatan, penyembuhan, dan mengatasi gangguan –
gangguan tubuh.Bentuk latihannya terdiri atas massage dan latihan zaman kuno,
(3) Senam Pedagogis
Latihan senam yang dilakukan sendiri dengan tujuan membentuk keselarasan tubuh,
(4) Senam Esetis
Dengan tujuan untuk melatih dan gerakan sebagai perwujudan pikiran, perasaan menuju
keselarsan jiwa dan raga.
Kelemahan pokok sistem Swedia teh adalah kurang memperhatikan aspek – aspek psikologis,
karena itu kurang diminati oleh anak – anak. Namun, begitu hal ini semboyan pengembngan
sistem Swedia yang mengatakan bahwa “kami tidak akan memberikan apa yang disukai anak
– anak, yang kami berikan adalah yang berguna bagi mereka”.
Pada permulaan Tahun 1925 senam Swedia telah diberikan 1.000 sekolah, diantaranya
sekolah Bumi putera kelas dua, H.I.S dan E.L.S, semua Kweekscholl dan sekolah normal,
sekolah – sekolah untuk pegawai pemerintahan dan juga 15 Buah kelas H.B.S Bandung.
Untuk lebih memperjelas sistem Swedia ini, berikut dideskripsikan pokok – pokok penting
sistem Swedia, yaitu sebagai berikut :
(1) Sistem Swedia diciptakan dan di pelopori oleh Per Hendrik Ling,
(2) Dasar dari sistem ini adalah tulang – tulang, otot – otot serta kerja alat – alat tubuh
(anatomi dan fisiologi),
(3) P.H Ling menyusun sistemnya karena melihat bahwa rakyat Swedia pada waktu itu
menderita kerusakan badan, dan dimasudkan untuk memperbaiki kesehatan dan sikap badan
rakyat Swedia,
(4) Sistem Swedia masih belum memeperhatikan aspek pedagogis dan psikologis.
(5) Sistem Swedia membedakan empat macam senam, yaitu :
(a) Senam militer yang menekankan pada kekuatan, kelincahan bergerak dan
kemampuan untuk menahan ketegangan,
(b) Senam medis yang berhungan dengan kemungkinan bagi mereka yang lemah,
melalui latihan,
(c) Senam pedagogis yang ditunjukan untuk mengembangkan potensi - potensi
bawaan dari tubuh,
(d) Senam estetis yang melaksanakan sikap dan gerak sebagai pernyataan atau
ungkapan dari perasaan, emosi, dan pikiran,
(6) Sistem Swedia terdapat alat – alat perkakas yang spesifik antara lain bangku Swedia,
jenjang, peti lompat, balok keseimbangan, tambang atau tali untuk latihan bergantungan,
kuda – kuda gelang – gelang dan pelana,
(7) Susunan pelajaran, menurut sistem ini terdiri atas :
(a) Latihan pendahuluan
(b) Latihan inti
(c) Latihan penutup,
(8) Sifat – sifat dan tanda – tanda yang terdapat sistem Swedia antara lain :
(a) Semua latihan dipertanggung jawabkan secara anatomis dan fisiologis,
(b) Pada waktu melakukan latihan utamakan sikap yang baik dan juga cara
melakukannya,
(c) Setiap pembelajaran mempunyai pembagian latihan yang tetap dan tertentu,
(d) Alat – alat yang digunakan, dimaksudkan untuk memberikan faedah dari
gerakan,
(e) Latihannya tidak memeberikan kegembiran karena tidak hidup.
SISTEM OLAHRAGA AUSTRIA
Bersamaan dengan perkembangan di negeri Belanda, setelah perang dunia ke-1 (1914
– 1918), masuknya sistem Austria. Sistem Austria di ciptakan yang oleh Gaulhofer dan
Streicher, didorong oleh keadaan anak – anak akibat perang memerlukan perubahan
pendidikan. Sistem Austria berpangkal pada anak – anak “Vom Kindes Aus” dengan
memperhatikan aspek pedagogik dalam menyajikan latihan. Latihan di susun secara
sistematik dengan kategori berjenjang : normalisasi, pembentukan, prestasi dan seni gerak.
Setiap latihan harus mempunyai bentuk dan isi. Bentuk ditentukan oleh keadaan tubuh dan
kemampuan sedangkan isi memberikan arti dari latihan yang diberikan.
Ada enam prinsip pokok sistem Austria yaitu sebagai berikut :
(1) Sistem ini diciptkan dan dipelori oleh Dr. Karl Gaulhofer dan Dr. Margarete Streicher,
(2) Sistem ini di dasari oleh pandangan bahwa pendidikan itu itdak ada dinding pemisahnya,
sehingga hanya ada satu pendidikan, yaitu yang meliputi manusia sebagai suatu pendidikan,
(3) Sistem ini tidak berpangkal pada bulan latihan, tetapi sebaiknya berpangkal pada anak –
anak yang akan diberi latihan.
(4) Faktor - faktor anatomi, fisiologis dan kesehatan juga,
(5) Jenis senam yang dilakukan oleh mereka diberikan keterangan “alamiah”, di tentukan
oleh tiga komponen yaitu :
(a) Bentuk, yang dipengaruhi oleh bentuk badan dan keadaan perototan,
(b) Perbuatan, yang berisi kemampuan berbuat atau berprestasi
(c) Isi, yang ditentukan oleh kecerdasan dan keadaan batin,
(6) Susunan jam pelajaran dibagi sebgai berikut :
(a) Latihan pendahuluan, sebagai pengantar dan pemanasan
(b) Latihan inti, yang terdiri atas latihan – latihan togok, keseimbangan, kekuatan,
ketangkasan, jalan dan lari, serta melempar dan melompat,
(c) Latihan penenangan, yang merupakan latihan penutup.
Di bandingkan dengan kedua sistem sebelumnya, sistem Austria memiliki banyak kelebihan,
terutama karena sistem ini mem-perhatikan aspek – aspek pedagogis, fisiologis dan
psikologis anak. Karena itu pula sistem ini sampai saat sekarang masih banyak digunakan di
sekolah – sekolah Indonesia. Ketika Jepang menyerah pada sekutu pada pertengahan bulan
Agustus 1945, para pemuda Indonesia telah siap fisik dan mentalnya menghadapi tantangan
baik dari Jepang, Inggris, maupun Belanda dalam mempertahakan kemerdekaan yang
diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
BAB III
KESIMPULAN

Sejarah mengajarkan setiap orang dapat untuk memahami masa lalu dan menguhubungkan
dengan masa kini dan masa depan. Melalui pemahaman tentang masa lalu, seseorang bisa
memahami konteks kekinian dan meramalkan peristiwa yang mungkin terjadi dimasa yang
akan datang.
Perkembangan olahraga di Indonesia dalam perspektif sejarah merupakan bagian intergal dari
kebudayaan manusia, dan karena Indonesia saat itu di jajah oleh bangsa Belanda, maka
olahraga bangsa Indonesia juga dipengaruhi oleh bangsa Belanda sekaligus Eropa sebab pada
saat yang bersamaan bangsa Belanda sendiri menerima banyak pengaruh dari Negara –
Negara Eropa seperti Jerman, Swedia, dan Austria.
Berbeda dengan perkembangan olaharaga pada saat zaman penjajahan Belanda,
perkembangan olahraga pada zaman Jepang dilaksankan melalui paksaan, namun begitu
makna terpenting dari perkembangan olahraga pada zaman Jepang adalah mempunyai andil
ahli besar dalam memperkuat dan memperkokoh persatuab dan kesatuan Negara Republik
Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Ateng, 1986, Asas dan landasan penjas, DIKTI, Jakarta.
Nugroho Noto Susanto dan Yusman Basri, 1981, Sejarah Nasional di luar sekolah secara
terpandu, Jakarta.
Rusli Lutas, Sumardiyanto, 2002, filsafat olahraga. Depdiknas, Dirjen Dikdasmen.

Anda mungkin juga menyukai