Seminar Anak
Seminar Anak
Gastroenteritis
Nama Kelompok :
1. Rinu Purwanto 7. Arwin Hudawan
2. Welly Saputra 8. Ella Agustin
3. Eka Nur Syafitri 9. Rani
4. Imelda Parawangsa 10. Fiska Adriani
5. Sintia Bela 11. Lorenza Anggela Laselmi
6. Shelly Safitri 12. Novita Sari
2022-2023
Daftar Isi
1
BAB I.....................................................................................................................................................2
Laporan Pendahuluan..........................................................................................................................2
1. Laporan Pendahuluan Gastroenteritis.........................................................................................2
a. Definisi...................................................................................................................................2
b. Anatomi Fisiologi...................................................................................................................3
c. Etiologi...................................................................................................................................7
d. Klasifikasi...............................................................................................................................8
e. Tanda dan Gejala....................................................................................................................9
f. Patofisiologi............................................................................................................................9
g. Patwhay................................................................................................................................11
h. Pemeriksaan penunjang........................................................................................................12
i. Penatalaksanaan....................................................................................................................12
j. Pengkajian Keperawatan.......................................................................................................14
k. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................................15
l. Rencana Keperawatan...........................................................................................................15
BAB II.................................................................................................................................................20
Laporan Kasus....................................................................................................................................20
II. LAPORAN KASUS.....................................................................................................................20
II. DATA PASIEN...........................................................................................................................20
ANALISA DATA.............................................................................................................................26
PRIORITAS MASALAH.................................................................................................................27
DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................................................27
RENCANA KEPERAWATAN........................................................................................................27
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..............................................................................................30
BAB III................................................................................................................................................36
KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................................36
3.1Saran............................................................................................................................................37
3.2 Bagi Penulis................................................................................................................................37
Daftar Pustaka....................................................................................................................................38
BAB I
2
Laporan Pendahuluan
a. Definisi
Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan buang air besar encer sebanyak >3 kali dalam waktu 24 jam. Gastroenteritis
yang terjadi dalam waktu kurang dari 14 hari disebut akut, dan jika lebih dari 30 hari maka
disebut kronis. Feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta dapat
berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrasi
(Regina putri,2019)
Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset mendadak dengan frekuensi lebih dari
3 kali dalam sehari disertai dengan muntah dan berlangsung kurang dari 14 hari (Sudoyo,
2018).
Speer (2017), gastroenteritis adalah suatu fase feses yang encer dalam jumlah besar,
yang juga terjadi pada banyak gangguan, termasuk infeksi bakteri dan virus, penyakit radang
usus, sindroma malabsorbsi, dan alergi makanan.
b. Anatomi Fisiologi
1) Mulut
3
- Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi,gigi,bibir, dan pipi.Di
sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam di tutupi oleh selaput
lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengakat
dan depresor anguli oris menekan ujung mulut.
- Pipi Di lapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila,otot yang terdapat
pada pipi adalah otot buksinator.
- Gigi
Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh
tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
- Palatum Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas
tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih kebelakang yang terdiri
dari 2 palatum.Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan
lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput
lendir.
- Lidah Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini
dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu : Radiks Lingua
=pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah dan Apek Lingua + 11ujung lidah.
Pada pangkal lidah yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsum
lingua) terdapat putting puting pengecapatau ujung saraf pengecap. Fenukun Lingua
merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah,
jika tidak digerakkan ke atas nampak selaput lendir
- Kelenjar Ludah Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus wartoni
dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar
submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang rahang atas bagian tengah,kelenjar
ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di bawah
lidah.Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di sebut
koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva). Di sekitar
rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang letaknya
dibawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular,
duktusnya duktus stensoni, duktus ini keluar dari glandula parotis menuju kerongga
mulut melalui pipi (muskulus buksinator). Kelenjar submaksilaris terletak di bawah
rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktus 10 watoni bermuara di rongga 12
4
mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah di dasari oleh saraf-saraf tak
sadar.
- Otot Lidah Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandibularis, oshitoid dan
prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk anyamanbergabung dengan
otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M genioglosus merupakan otot lidah yang
terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks
lingua.
- Faring (tekak) Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kumplan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
- Esofagus Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan
kolumna vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung ke depan,
menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam
lambung adalah kardia. 11
- Gaster ( Lambung ) Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian 13 atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma
di depan pankreas dan limpa,menempel di sebelah kiri fudus uteri.
- Intestinum minor ( usus halus ) Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan usus
halus terdiri dari :
- lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar (m.sirkuler)
- otot memanjang ( m. Longitudinal ) dan lapisan serosa (sebelah luar). Pergerakan usus
halus ada 2, yaitu
1. Kontraksi pencampur (segmentasi) Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus
halus yaitu.desakan kimus
2. Kontraksi Pendorong 12 Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang
peristaltik. Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya kimus
ke dalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan gastroenterik yang ditimbulkan
oleh peregangan lambung terutama di hancurkan melalui pleksus mientertus dari
lambung turun sepanjang dinding usus halus. Perbatasan usus halus dan kolon
terdapat katup ileosekalis yang berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus halus.
Derajat kontraksi sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks yang berasal dari
sekum. Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini di perantarai oleh pleksus
5
mienterikus. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula, dan
lemak. Iritasi yang sangat kuat pada mukosa usus,seperti terjadi pada beberapa infeksi
dapat menimbulkan apa yang dinamakan ”peristaltic rusrf” merupakan peristaltik
sangat kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam beberapa menit.
6
- Seikum Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti
cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
- Kolon asendens Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur
ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri, lengkungan ini
di sebut Fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.
- Appendiks ( usus buntu ) Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari
akhir seikum
- Kolon transversum Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke
kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica
dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
- Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membunjur dari atas ke bawah dari
fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri,bersambung dengan kolon sigmoid.
- Kolon sigmoid
a. Pergerakan
pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot polos dan longitudinal namun
bagian luar usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong.
b. Pergarakan pendorong
”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus besar yang mendorong feses ke arah anus.
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus,
terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan oskoksigis. Anus adalah bagian dari
saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar ( udara luar ). Terletak di
antara pelvis, dindingnya di perkuat oleh 3 sfingter :
7
1. Sfingter Ani Internus
2. Sfingter Levator Ani
3. Sfingter Ani Eksternus
c. Etiologi
Penyebab gastroenteritis Akut adalah:
1) Faktor infeksi
Infeksi bakteri, meliputi (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya).
Infeksi virus, meliputi Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,
dan lain-lain.
Infeksi parasit, meliputi cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis), dan jamur (Candida albicans).
2) Faktor Malabsorbsi
Faktor Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa).Intoleransi laktosa merupakan penyebab Gastroenteritis Akut yang
terpenting pada anak.
3) Faktor Makanan
Gastroenteritis Akut dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,
beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4) Faktor Psikologis
Gastroenteritis Akut juga dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan
cemas),Sedangkan Gastroenteritis Akut yang terjadi pada anak sering
disebabkan oleh :
8
- Perubahan yang spesifik menurut usia pada kerentanan terhadap mikroorganisme
patogen (imunitas masih lemah) sehingga bayi tidak memiliki antibodi pelindung
yang didapat. Selain itu bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini
terjadi akibat usus bayi masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh protein asing
- Pada masa bayi (usia 1-12 bulan), bayi berada pada fase oral, sehingga segala sesuatu
yang dipegangnya cenderung dimasukkan ke dalam mulut. Oleh karena itu orang tua
harus memperhatikan keamanan dan kebersihan makanan maupun permainan anaknya
- Penularan penyakit ditentukan oleh faktor pejamu (terutama umur anak) dan
lingkungan. Anak yang belum bisa buang air kecil maupun buang air besar di toilet
(khususnya pada bayi), belum mampu cebok atau cuci tangan dengan baik dan benar
beresiko tinggi menularkan atau tertular infeksi saluran cerna
- Setiap bayi menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur. Kondisi banyak
berbaring jika alas tidur kurang bersih dapat menjadi sumber infeksi untuk bayi,
termasuk infeksi Gastroenteritis.
d. Klasifikasi
1. Gastroenteritis Akut
Merupakan keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi,
yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus Gastrointestinal.
Gastroenteritis Akut biasanya sembuh sendiri 8 (lamanya sakit kurang dari 14
hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
2. Gastroenteritis Kronis
Merupakan suatu keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan air
dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Gastroenteritis
Kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindroma malabsorbsi, penyakit
inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa atau
Gastroenteritis non spesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari
penatalaksanaan Gastroenteritis Akut yang tidak memadai.
9
4. dehidrasi
5. tinja cair berlendir kadang bercampur darah
6. turgor kulit jelek
7. BB menurun
8. mata cekung, ubun – ubun kedalam (pada balita) . keadaan ini merupakan
gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit
f. Patofisiologi
Proses terjadinya Gastroenteritis sebagai berikut:
Faktor infeksi Proses ini diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam
usus dan merusak sel mukosa usus, yang dapat menurunkan daerah
permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan. Juga
dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transpor aktif
dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi
cairan dan akan meningkat.
Faktor malabsorbsi Gastroenteritis terjadi sebagai akibat kegagalan dalam
melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat
sehingga terjadi pergeseran air ke rongga usus yang meningkatkan isi
rongga usus.
Faktor makanan Terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik, Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
10
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan, yang
menyebabkan gastroenteritis.
Faktor psikologis Mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus
yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan dan terjadilah
gastroenteritis
g. Patwhay
Sekresi cairan
Perubahan
Meningkatnya isi kapasitas
rongga usus
Nyeri
Keaktifan sistem Akut
transpor
Gastroenteritis
Gangguan
Lemah Defisit nutrisi peningkatan
suhu tubuh
h. Pemeriksaan penunjang
Intoleran aktivitas
1. Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan makroskopis tinja perlu dilakukan pada semua penderita
dengan diare, meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan, tinja
yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh
enterotoksin virus atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran
gastrointeritis, selain itu juga melihat hasil leukosit dapat menentukan
penyebab dari diare.
Pemeriksaan mikroskopis untuk mencari adanya lekosit dapat memberi
informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses
peradangan mukosa, lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon
terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon.
12
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila
memungkinkan dengan menentukan pH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit intubasi duo denum untuk mengetahui jenis jasad renik
atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik
(Dyah, 2017)
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien gastroenteritis akut meliputi pemberian cairan,
dan pemberian obat-obatan menurut berdasarkan Lestari (2016) :
1. Pada anak mengalami diare tanpa dehidrasi (defisit cairan) tindakan:
Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya
ASI (Air Susu Ibu) diteruskan makan diberikan seperti biasanya.
Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke puskesmas terdekat.
2. Bila anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan atau sedang
tindakan:
Berikan oralit
ASI di teruskan
Pemberian makanan dilanjutkan
Berikan makanan yang lunak atau mudah dicerna
Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke puskesmas terdekat.
3. Pada anak yang mengalami dehidrasi berat tindakan:
Segera bawa ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
Oralit dan ASI tetap diberikan selama anak masih bisa minum
Takaran pemberian oralit:
a. Anak usia dibawah 1 tahun: 3 jam pertama 1,5 gelas
selanjutnya 0,5 gelas setiap kali mencret.
b. Anak dibawah usia 5 tahun: 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya
1 gelas setiap kali mencret.
c. Anak usia diatas 5 tahun: 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya
1,5 setiap kali mencret.
13
d. Anak usia diatas 12 tahun dan dewasa: 3 jam pertama 12 gelas,
selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret (1 gelas: 200 cc)
4. Dasar pengobatan
Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan.
Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCL dan NaHCO3 dan glukosa, untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar natrium 90
mEg/1, pada anak di bawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. formula lengkap disebut oralit
sedangkan larutan gula garam disebut formula yang tidak lengkap
karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
Cairan parentral
Beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan
pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setempat,
yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.
1. Dehidrasi ringan 1 jam pertama 25-50 ml/kg BB/ hari, kemudian
125 ml / kg BB/oral.
2. Dehidrasi sedang 1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/oral kemudian
125 ml/kg BB/hari.
3. Dehidrasi berat 1 jam pertama 20 ml/kg BB/ jam atau 5 tetes/kg
BB/menit (inperset 1 ml: 20 tetes), 16 jam berikutnya 105 ml/kg
BB oralit per oral.
j. Pengkajian Keperawatan
Menurut Putri et al (2019) Asuhan Keperawatan pada pasien Gastroenteritis
Akut yaitu :
1) Identitas Nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama, tanggal masuk rumah
sakit, nomor rekam medik, keluarga yang dapat di hubungi.
2) Keluhan utama Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan yaitu mual
muntah, dan nyeri perut.
14
3) Riwayat penyakit sekarang Anak gelisah, nafsu makan berkurang, diare,
tinja cair disertai lendir dan darah, warna tinja kehijauan bercampur
empedu, anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi
dan sifatnya makin lama makin asam, gejala mual muntah terjadi sebelum
atau sesudah diare, mengalami dehidrasi.
4) Riwayat kesehatan keluarga Adanya penderita Gastroenteritis Akut dalam
keluarga, pola hidup juga dari makanan yang tidak dijamin kebersihannya
yang disajikan kepada anak, riwayat aktifitas sehari-hari pada anak.
5) Riwayat nutrisi Pada anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa), pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin
minum banyak, sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum atau
tidak bisa minum.
6) Pemeriksaan fisik berdasarkan Qurohman (2020) antara lain:
a. Sistem pencernaan akan ditemukan keluhan pasien mencret lebih dari
3 kali/hari, bising usus lebih dari 25 kali/menit, perut kembung dan
juga nyeri tekan pada area abdomen.
b. Sistem kardiovaskular akan ditemukan nadi cepat dan lemah, pucat,
sianosis.
c. Sistem pernafasan jika sudah terdapat perubahan akut elektrolit maka
akan di temukan pernapasan cepat.
d. Sistem integument akan ditemukan turgor kulit yang menurun kurang
dari tiga detik.
e. Sistem endokrin gejala akan ditemukan pada sistem lain seperti
kardiovaskular, genitalia urinaria.
k. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia
2. Gastreonteritis berhubungan dengan proses penyakit
3. Nyeri berhubungan dengan pergerakan peristaltic
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
5. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan jumlah bab berlebih
15
l. Rencana Keperawatan
16
kontrol pengeluaran feses gastrointestinal, iritasi
meningkat, gastrointestinal, proses
keluhan defeksi lama dan infeksi, ansietas, efek
sulit menurun, obat-obatan, pemberian
mengejan saat defeksi botol susu)
menurun, distensi abdomen Identifikasi riwayat
menurun, pemberian makanan
nyeri abdomen menurun Identifikasi gejala
konsistensi membaik, invaginasi (misalnya
frekuensi defekasi tangisan keras,
membaik, peristaltik usus kepucatan pada bayi)
membaik. Monitor warna, volume,
frekuensi
Monitor tanda dan gejala
hipovolemia (misalnya
takikardia, nadi terasa
lemah, tekanan darah
turun, mukosa kulit
kering, CRT melambat,
berat badan menurun)
Monitor iritasi dan
ulserasi kulit di daerah
perianal
Monitor jumlah
pengeluaran diare
Monitor keamanan
penyiapan makanan
Teraupetik:
Berikan asupan cairan
oral (misalnya larutan
garam gula, oralit,
pedialyte, renalyte)
Pasang jalur intravena
17
Berikan cairan
intravena (misalnya
ringer asetat, ringer
laktat), jika perlu
Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit jika perlu
Edukasi:
Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara bertahap
Anjurkan menghindari
makanan pembentuk
gas, pedas dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas (misalnya
loperamide,
difenoksilat)
Kolaborasi pemberian
obat
antispasmodic/spasmoli
tik (misalnya ekstrak
belladonna,
mebeverine)
Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
(misalnya atapulgit,
smektit, kaolin-pektin)
3 Hipertermi Tujuan: Setelah dilakukan Observasi:
18
berhubungan intervensi keperawatan maka Identifikasi penyebab
dengan proses termogulasi membaik dengan hipertermia (misalnya
infeksi kriteria hasil: dehidrasi)
menggigil menurun, Monitor suhu tubuh
suhu tubuh membaik Monitor kadar elektrolit
Monitor luaran urine
Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Teraupetik:
Sediakan lingkungan
yang dingin
Longgarkan atau
lepaskan pakaian
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
Lakukan pendinginan
eksternal (misalnya
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi:
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
19
cairan dan elektrolit,
jika perlu
BAB II
Laporan Kasus
20
II. DATA PASIEN
A. DATA UMUM
1. GENOGRAM
Ket :
: laki laki perempuan pasien pernikahan keturunan
21
A Berat badan berlebih
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
IMT > 25 kg/m2 (pada dewasa) atau berat Tebal lipatan kulit trisep >25 mm
badan dan panjang badan lebih dari persentil ke
85-95 pada anak (2-18 tahun)
B Defisit nutrisi
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Berat badan menurun minimal 10% dibawah Ya Cepat kenyang setelah makan
rentang ideal
Kram / nyeri abdomen
Nafsu makan menurun Ya
Bising usus hiperaktif Ya
Otot pengunyah lemah Ya
Membran mukosa pucat Ya
Sariawan
Serum albumin turun
Rambut rontok berlebih
Diare Ya
C Diare
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam Ya Urgency
Feses lembek atau cair Ya Nyeri atau kram abdomen Ya
Frekuensi peristaltik meningkat Ya
Bising usus hiperaktif Ya
D Disfungsi motilitas gastrointestinal
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengungkapkan flatus tidak ada Merasa mual Ya
Nyeri / kram abdomen Ya Residu lambung meningkat atau menurun
Suara perstaltik abdomen (tidak ada, hipoaktif, Muntah Ya
hiperaktif)
Regurgitasi
Pengosongan lambung cepat
Distensi abdomen
Diare Ya
Feses kering dan sulit keluar
Feses keras
22
Mengeluh sering terjaga beraktivitas menurun
Mengeluh tidak puas tidur
Mengeluh pola tidur berubah
Mengeluh istirahat tidak cukup
C Intoleransi Aktivitas
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh lelah Ya Dispnea saat/setelah aktivitas
Frekuensi jantung meningkat > 20% dari Merasa tidak nyaman setelah
kondisi istirahat Beraktivitas
Merasa lemah Ya
Tekanan darah berubah >20%
dari kondisi istirahat
Gambaran EKG menunjukkan
aritmia saat/setelah aktivitas
Gambaran EKG menunjukkan
Iskemia
Sianosis
D Keletihan
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Merasa energi tidak pulih walaupun telah Merasa bersalah akibat tidak mampu
tidur melaksanakan tanggung
Jawab
Merasa kurang tenaga Libido menurun
Mengeluh lelah Kebutuhan istirahat meningkat
Tidak mampu mempertahankan
aktivitas rutin
Tampak lesu Ya
E Kesiapan Peningkatan Tidur
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengekspresikan keinginan untuk Tidak menggunakan obat tidur
meningkatkan tidur
Mengekspresikan perasaan cukup Menerapkan rutinitas tidur yang
istirahat setelah tidur meningkatkan kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan
F Risiko Intolerasi Aktivitas
Faktor Risiko
Gangguan sirkulasi
Ketidakbugaran status fisik Ya
Riwayat intoleransi aktivitas sebelumnya
Tidak berpengalaman dengan suatu aktivitas
Gangguan pernapasan
23
Mengeluh tidak nyaman Tidak mampu rileks
Mengeluh kedinginan/kepanasan
Merasa gatal
Mengeluh mual Ya
Mengeluh lelah
Gelisah Ya Menunjukan gejala distres
Tampak merintih/ menangis
Pola eliminasi berubah
Postur tubuh berubah
Iritabilitas
B Nausea
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh mual Ya Merasa asam dimulut
Sensasi panas/dingin
Merasa ingin muntah Ya Sering menelan
Saliva meningkat
Pucat Ya
Tidak berminat makan Ya Diaforesis
Takikardia
Pupil dilatasi
C Nyeri Akut
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh nyeri Ya Tekanan darah meningkat
Tampak meringis Pola napas berubah
Bersikap protektif (mis. Waspada, Nafsu makan berubah Ya
posisi menghindari nyeri)
Gelisah Proses berfikir terganggu
Frekuensi nadi meningkat Menarik diri
Sulit tidur Ya Berfokus pada diri sendiri
Diaforesis
D Nyeri Kronis
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh nyeri Merasa takut mengalami cedera
Berulang
Merasa depresi (tertekan) Bersikap protektif (mis. Posisi
menghindari nyeri)
Tampak meringis Waspada
Gelisah Pola tidur berubah
Tidak mampu menuntaskan aktivitas Anoreksia
Fokus menyempit
Berfokus pada diri sendiri
24
B Hipertermia
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Suhu tubuh di atas nilai normal Ya Kulit merah Ya
Kejang
Takikardi
Takipnea
Kulit terasa hangat Ya
C Hipotermia
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Kulit teraba dingin Akrosianosis
Menggigil Bradikardi
Suhu tubuh di bawah nilai normal Dasar kuku sianosik
Hipoglikemia
Hipoksia
Pengisian kapiler > 3 detik
Konsumsi oksigen meningkat
Ventilasi menurun
Piloereksi
Takikardi
Vasokonstriksi perifer
Kutis memorata ( pada neonatus)
D Perilaku Kekerasan
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengancam Mata melotot atau pandangan
Tajam
Mengumpat dengan kata-kata kasar Tangan mengepal
Pengobatan Sekarang
1. Rl gtt 20
2. Metronizole tablet 3x1
3. Pct 4 x ½ kp
4. Iv ceftriaxone 2 g x 1
5. Iv ondansetron 8 mg x 1
25
ANALISA DATA
No Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom) Penyebab (Etiologi) Faktor risiko Masalah
Minor (Problem)
1 Berat badan menurun Nyeri atau kram abdomen Gastrointeritis → mual Defisit nutrisi
minimal 10% dibawah Nafsu makan berkurang muntah → anoreksia →
rentang ideal Membrane mukosa pucat defisit volume nutrisi
Bising usus hiperaktif
3 Mengeluh nyeri Nafsu makan berubah Makan makanan pedas Gangguan rasa
→ketifakmampuan nyaman nyeri
menyerap toksin →
peningkatan peristaltik
usus → Penurunan
penyerapan makanan→
Gastroenteritis→ Nyeri
bagian abdomen
26
PRIORITAS MASALAH
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia dibuktikan dengan nafsu makan berkurang
2. Hipetermi berhubungan dengan Gastroenteritis dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal
3. Gangguan Rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan gastroenteritis dibuktikan dengan mengeluh nyeri
RENCANA KEPERAWATAN
27
protein
Berikan sumplemen makanan jika perlu
Edukasi :
Ajarkan diet rendah serat yang dianjurkan
Anjurkan diet yang diprogramkan porsi
sedikit tapi sering
Anjurkan posisi duduk pada saat makan
Kolaborasi :
28
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
Kolaborasi :
Pemberian obat analgetik pereda nyeri
29
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
30
dengan Gastroenteritis mengidentifikasi penyebab hipertermia demam
Hasil : dehidrasi dan proses jalan penyakit
Memonitor suhu tubuh O : Keadaan umum lemah
Hasil : 37.5’c Nadi : 102 x / menit
menyediakan lingkungan yang dingin Suhu : 37,0 ‘c
hasil : pengaturan suhu ruangan 20’c Spo2 98%
memberikan cairan oral RR : 22 x/menit
Hasil : meminta ibu px memberikan air putih
A : masalah teratasi Sebagian
kepada px
mengganti linen setiap hari atau lebih sering
P : Intervensi Diteruskan
jika mengalami hiperhidrosis (keringat
IVFD RL jth xv/menit
berlebih)
Pct tablet 4 x ½ kp
Hasil : spray terganti
Monitor ttv
Kolaborasi
Hasil : pct tablet
Gangguan nyeri akut 16.00 mengidentifikasi karakter Nyeri 21.00 S : ibu px mengatakan anaknya masih
berhubungan dengan hasil : Nyeri bagian abdomen,hilang merakan nyeri
timbul, 3 (1-10)
gastroenteritis O : Keadaan umum lemah
memonitor ttv
hasil : Nadi : 89 x / menit Nadi : 102 x / menit
Suhu : 37.5’C Suhu : 37,0 ‘c
Spo2 98% Spo2 98%
Pernapasan : 20 x / menit RR : 22 x/menit
Ajarkan tehnik non farmokologi dengan
tehnik relaksasi A : masalah teratasi Sebagian
Hasil : px bisa melakukan tehnik relaksasi
P : Intervensi Diteruskan
nafas dalam
31
Injek IV Ondansetron Injek IV Ondansetron 8 mg x1
Monitor ttv
NamaKlien : An. F No.MedReg : 223820 Ruang : Anggrek G14
32
Memonitor suhu tubuh O : Keadaan umum lemah
Hasil : 37.0’c Nadi : 98 x / menit
menyediakan lingkungan yang dingin Suhu : 36,6 ‘c
hasil : pengaturan suhu ruangan 20’c Spo2 98%
memberikan cairan oral RR : 20 x/menit
Hasil : meminta ibu px memberikan air putih A : masalah teratasi Sebagian
kepada px
mengganti linen setiap hari atau lebih sering P : Intervensi Diteruskan
jika mengalami hiperhidrosis (keringat IVFD RL jth xv/menit
berlebih) Pct tablet 4 x ½ kp
Hasil : spray terganti Monitor ttv
Kolaborasi
Hasil : pct tablet
Gangguan nyeri akut 16.00 mengidentifikasi karakter Nyeri 21.00 S : ibu px mengatakan anaknya masih
berhubungan dengan hasil : Nyeri bagian abdomen,hilang udah enakan
timbul, 3 (1-10)
gastroenteritis O : Keadaan umum lemah
memonitor ttv
hasil : Nadi : 98 x / menit Nadi : 98 x / menit
Suhu : 37.0’C Suhu : 36,6 ‘c
Spo2 98% Spo2 98%
Pernapasan : 22 x / menit RR : 20 x/menit
Ajarkan tehnik non farmokologi dengan A : masalah teratasi Sebagian
tehnik relaksasi
Hasil : px bisa melakukan tehnik relaksasi P : Intervensi Diteruskan
nafas dalam Injek IV Ondansetron 8 mg x1
Monitor ttv
Injek IV Ondansetron
33
NamaKlien : An. F No.MedReg : 223820 Ruang : Anggrek G14
34
hasil : pengaturan suhu ruangan 20’c Suhu : 36,5‘c
memberikan cairan oral Spo2 98%
Hasil : meminta ibu px memberikan air putih RR : 20 x/menit
kepada px
mengganti linen setiap hari atau lebih sering A : masalah teratasi
jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih) P : Intervensi Dihentikan
Hasil : spray terganti Pct tablet 4 x ½ kp
Monitor ttv
Kolaborasi Px rencana pulang
Hasil : pct tablet
Gangguan nyeri akut 22.00 mengidentifikasi karakter Nyeri 07.00 S : ibu px mengatakan anaknya udah
berhubungan dengan hasil : Nyeri bagian abdomen,hilang enakan
timbul, 3 (1-10)
gastroenteritis O : Keadaan umum sedang
memonitor ttv
hasil : Nadi : 102 x / menit 98 x / menit
Suhu : 36.5’C Suhu : 36,5‘c
Spo2 98% Spo2 98%
Pernapasan : 20 x / menit RR : 20 x/menit
Ajarkan tehnik non farmokologi dengan A : masalah teratasi
tehnik relaksasi
Hasil : px bisa melakukan tehnik relaksasi P : Intervensi Diteruskan
nafas dalam Monitor ttv
Injek IV Ondansetron Px rencana pulang
35
BAB III
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An. F Gastroentritis di ruang rawat inap RSU Bunda Palembang tahun 2022, dapat
diambil kesimpulan :
- Hasil pengkajian pada An. F didapatkan data mengalami Gastroentritis dengan gejala yaitu demam dengan suhu 37,5 dan mual muntah
- Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus An. F adalah Defisit Nutrisi berhubungan dengan mual muntah, Hipertermi berhubungan dengan
- Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama Defisit nutrisi adalah monitor bb, monitor tanda tanda vital, berikan makanan
tinggi kalori dan protein, ajarkan rendah serat yang dianjurkan, anjurkan posisi duduk saat makan, kolaborasi dengan pemberian
36
3.2 Saran
1. Bagi Penulis
Bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya pada klien dengan resiko infeksi pada Asuhan Keperawatan Anak
Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
agar mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal, dan perawat juga harus bekerjasama dengan tim kesehatan yang lain
(dokter, ahli gizi, psikiatri dan pekerja sosial) dalam melakukan perawatan atau penanganan pasien.
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat profesional
terampil, inovatif dan bermutu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
37
Daftar Pustaka
Hermawan AG. Sepsis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, KMS, Setiani S
(eds.)Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2018. p2889-
289
Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan 2018.
38