Oleh :
IRA DEFANI BARUS (Sr.Ira Defani Barus FCJM)
032014032
1
2
SKRIPSI
Oleh:
IRA DEFANI BARUS (Sr.Ira Defani Barus FCJM)
032014032
KATA PENGANTAR
Kuasa atas rahmat dan kasih karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini. Adapun judul Skripsi ini adalah “Pengaruh Terapi Spiritual Emotional
Pematangsiantar Tahun 2019”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengcuapkan terimakasih
kepada:
1. Mestiana Br. Karo, S.Kep., Ns., M.Kep., DNSc selaku Ketua STIKes
3. Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN, selaku Ketua Program Studi Ners
7. Staf dosen dan tenaga kependidikan STIKes Santa Elisabeth Medan yang
9. Para suster FSE komplek pasar VIII teristimewa Komunitas St. Agustinus
menempuh pendidikan.
10. Orang tua dan segenap keluarga yang selalu memberikan dukungan
11. Seluruh teman-teman mahasiswa/I program studi Ners angkatan VIII &
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna baik dari segi isi dan penulisan. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat
Peneliti
ABSTRACT
Masalah mental yang sering terjadi pada lanjut usia adalah stres. Salah satu
stressor adalah lingkungan atau tempat tinggal. Stres merupakan suatu reaksi dari
tubuh (respon) terhadap lingkungan apabila stres yang dialami terus berlanjut dan
tidak ditangani dapat mengakibatkan resiko yang membahayakan bagi lanjut usia
bahkan dapat mengakhiri kehidupannya. Oleh karena itu perlu adanya suatu
penanganan yang serius. Spiritual emotional freedom technique (SEFT) menjadi
salah satu terapi komplementer untuk mengatasi tingkat stres pada lanjut usia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh SEFT terhadap tingkat stres
pada lanjut usia di Pematangsiantar tahun 2019. Metode penelitian menggunakan
quasi experimental Non equivalent kontrol group design responden kelompok
intervensi (n=13) dan kelompok kontrol (n=13). Tehnik pengambilan sampel
menggunakan Purposive sampling dengan kriteria inklusi lansia dengan stres
ringan-berat di pematangsiantar. Instrument yang digunakan SOP dan kuesioner
Deppression, anxiety stres scale (DASS) berisi 14 pertanyaan. Sebelum diberikan
terapi SEFT rerata nilai tingkat stres kelompok intervensi 20,15, kelompok kontrol
19,00 setelah diberikan terapi SEFT rerata nilai kelompok intervensi 1,08, p=
0,000 kelompok kontrol 18,15 p=0,486 Analisis data menggunakan T-test
Independent diperoleh p value = 0,037 hal ini menunjukkan tredapat perbedaan
tingkat stres sebelum dan sesudah dilakukan terapi SEFT. Dapat disimpulkan
bahwa terapi SEFT berpengaruh menurunkan tingkat stres pada lanjut usia. Oleh
karena itu terapi SEFT dapat dijadikan salah satu intervensi nonfarmakologi
menurunkan tingkat stres pada lansia.
ABSTRACT
Mental problems that often occurs in the elderly are stressful. One of the stressors
is the environment or place of residence. Stress is a reaction from the body
(response) to the environment. If stress is experienced continues and is not
handled can cause danger risks on the elderly and even end their lives. Spiritual
emotional freedom technique (SEFT) is one of the complementary therapies to
overcome stress levels in the elderly. The purpose of this study was to determine
the effect of SEFT on stress levels in the elderly at Pematangsiantar 2019. The
research method used a quasi experiment non equivalent control group design of
the intervention group (n = 13) and the control group (n = 13). The sampling
technique uses purposive sampling with the inclusion criteria for elderly with mild
stress in Pematangsiantar. Instrument used by SOP and deppression questionnaire,
anxiety stress scale (DASS) contains 14 questions. Before being given SEFT
therapy the mean stress level of the intervention group was 20.15 control group
19.00 after being given SEFT therapy, the value of the intervention group was
1.08, p = 0,000 control group 18.15 p = 0.486 Analysis of the data using the
Independent T-test was obtained p value = 0.037 this shows there are differences
in stress levels before and after SEFT therapy. It can be concluded that SEFT
therapy has an effect on reducing stress levels in the elderly. Therefore SEFT
therapy can be used as one of the nonpharmacological interventions to reduce
stress levels in the elderly.
Bibliography :( 2009-2018)
1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................6
1.3. Tujuan................................................................................................6
1.3.1 Tujuan umum..........................................................................6
1.3.2 Tujuan khusus...........................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................7
1.4.1 Manfaat teoritis.........................................................................7
1.4.2 Manfaat praktis.........................................................................7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 57
1
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jadwal Kegiatan..........................................................................60
2. Keterangan Layak Etik...............................................................61
3. Usulan pengajuan judul..............................................................62
4. Pengajuan judul Skripsi..............................................................63
5. Surat ijin Pengambilan Data Awal.............................................64
6. Surat Ijin Penelitian....................................................................66
7. Surat balasan Ijin penelitian........................................................68
8. Informed Consent.......................................................................70
9. Lembar persetujuan menjadi responden.....................................71
10. Lembar Persetujuan SOP............................................................72
11. SOP.............................................................................................73
12. Modul..........................................................................................77
13. Kuesioner....................................................................................83
14. Out Put SPSS..............................................................................90
15. Lembar Konsultasi......................................................................92
16. Lembar Dokumentasi..................................................................93
1
DAFTAR TABEL
Tabel 5.3 Tingkat stres lanjut usia setelah dilakukan terapi SEFT di
Pematangsiantar tahun 2019 ...........................................................
Tabel 5.4 Pengaruh terapi SEFT terhadap tingkat stres lanjut usia di
Pematangsiantar ..............................................................................
1
DAFTAR BAGAN
DAFTAR SINGKATAN
BAB 1
PENDAHULUAN
membawa dampak positif, apabila penduduk lanjut usia berada dalam keadaan
Organization(WHO), lanjut usia adalah seseorang yang usianya sudah tua yang
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan. Usia lansia yakni usia
pertengahan 45-59 tahun, usia lanjut 60-74 tahun, usia lanjut tua 75-84 tahun,
2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lanjut usia. Diperkirakan jumlah lanjut
usia tahun 2020 meningkat menjadi 27,08 juta, tahun 2025 menjadi 33,69 juta,
inimenunjukkan bahwa selama 5 tahun terakhir ini proporsi lansia meningkat dari
5,90% pada tahun 2010. Diperkirakan tahun 2020 terjadi peningkatan 8,29% dari
Peningkatan jumlah lanjut usia ini terjadi banyak hal atau banyaknya
pada lansia datang tanpa disadari, lanjut usia merupakan suatu kejadian yang
pasti terjadi secara biologis dan psikologis. Penurunan fungsi biologis seperti
menyendiri. Penurunan fungsi dalam berbagai aspek pada lanjut usia dapat
lingkungan yang dapat memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari
sistem pertahanan yang membuat kita tetap hidup atau pertahanan tubuh dimana
muncul apabila ada tuntutan yang luar biasa sehingga mengancam keselamatan
2011).
keseluruhan populasi lanjut usia dengan stres ringan, stres sedang, stres
berat bervariasi dalam tingkat keparahan (Sapkota & Pandey, 2013). Didunia
suatu perhatian khusus dari keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan yang
bagi perawat melakukan pendekatan dan pendampingan bukan hanya aspek fisik
anxiety stress scale yang diberikan kepada 30 orang lanjut usia yang tinggal
serta doa untuk mengatasi emosi negatif dengan menyelaraskan kembali system
dapat dilakukan denagan 3 metode yaitu the set up bertujuan untuk memastikan
agar aliran energy tubuh terarahkan dengan tepat, The tune in untuk masalah
fisik kita melakukan dengan cara merasakan rasa sakit yang kita alami lalu
belas titik pada tubuh yang dapat membantu pasien untuk mengurangi
salah satu pilihan intervensi dalam mengatasi depresi karena terapi SEFT relative
lebih singkat serta SEFT mudah dipraktekkan mandiri oleh klien, selain itu
terapi SEFT merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat dipraktekkan
mandiri oleh perawat terutama perawat komunitas, dan perawat jiwa (Etika,
2016).
depresi pada pasien penderita sindrom koroner akut. Tingkat stres sebelum
dilakukan intervensi terapi SEFT 21,68% dan sesudah dilakukan terapi SEFT
tingkat stres menurun menjadi 17,58%. Terapi SEFT yang dilakukan untuk
menurunkan tingkat stres pada pasien kanker serviks dirumah sakit Hasan
rerata skor stres pada kelompok perlakuan sebesar 50,79% dan setelah intervensi
Pematangsiantar.
1.3 Tujuan
pematangsiantar.
Pematangsiantar.
Pematangsiantar.
Penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi sumber refrensi yang dapat
religius Pematangsiantar.
1. Bagi Peneliti
di Pematangsiantar.
2.1.1. Defenisi
a. The Set Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energy tubuh kita
negatif).
b. The Tune Inadalahsuatu cara merasakan rasa sakit yang kita alami lalu
tertentuditubuh kita.
8
9
1
1. The Set-Up
(keyakinan dan pikiran negatif). Dalam bahasa religius, the set up words
adalah “doa kepasrahan” kita pada Tuhan.Bahwa apapun masalah dan rasa
sakit yang kita alami saat ini, kita iklas menerimanya dan kita pasrahkan
Kalimat untuk masalah emosi “Ya Allah meskipun saya merasa sakit
saya pusing karena darah tinggi, saya ikhlas menerima rasa pusing saya
jika ditekan terasa agak sakit atau mengetuk dengan ujung dua jari di
2. The Tune In
Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan sakit
yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ketempat rasa sakit,
dibarengi dengan hati dan mulut kita mengataka, “Ya Allah Saya ikhlas,
1
reaksi negativ (marah, sedih, takut, dsb) hati dan mulut kita mengatakan,
fisik(Zainuddin).
3. The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-
titik tertentu dari tubuh kita sambil terus tune-in. Titik- titik ini adalah
titik-titik kunci dari “The Major Energy”, yang jika kita ketuk beberapa
kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit
yang kita rasakan. Karena aliran energy tubuh berjalan dengan normal dan
a. Cr = Crown
b. EB = Eye Brow
Tepat dibawahhidung
f. Ch = Chin
g. CB = Collar Bone
pertama
h. UA = Underthe Arm
antara tulangdadadanbagianbawahpayudara
i. BN = BellowNipple
j. IH = Inside of Hand
k. OH = Outside of Hand
l. Th = Thumb
m. IF = Index Finger
menghaap ibujari
n. MF = Middle finger
ibu jari)
o. RF = Ring Finger
Jari manis disamping luar bagian bawah kuku (bagian yang menghadap
ibu jari)
p. BF = Baby Finger
q. KC = Karate Chop
r. GS = Gamut Spot
terakhir adalah mengulang lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17
f. Tarik napas dan embuskan secara perlahan dengan fokus, sadar, dan penuh
dan tenang.
rasakan dan sadarilah bahwa anda dibawa ketempat yang, tenang penuh
suka citadan damai. Sebutkan nama Yesus ulangilah beberapa kali hingga
menurunkanstres(Bakkara,dkk, 2013).
Healing Aid)
2.2 Stres
yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak
(Nasir, 2011).
(Priyoto, 2014).
Ada dua jenis stress, yaitu “baik“ dan “buruk”. Stres melibatkan
maupun dirinya sendiri mendapatkan sesuatu yang baik dan berharga. Dengan
1
baik terjadi jikasetiap stimulus mempunyai arti sebagai hal yang memberikan
pelajaran bagi kita, betapa suatu hal yang dirasakan seseorangmemberikan arti
sebuah pelajaran, dan bukan sebuah tekanan. Tahu diri sendiri, tahu
menempatkan diri, dan tahu membawa diri akan menempatkan kita pada
Oleh karena itu perlu standar yang ideal diri sesuai dengan kemampuan
terutama bila masalah sulit diselesaikan. Apabila tetap tidak bisa diselesaikan
menempatkan pikiran dan perasaan kita pada tempat dan suasana yang serba
dari sisi yang sempitdan merugikan saja. Belum pernah dieksplorasi betapa
sebuah kejadian ini membawa makna yang luas sebagai suatu pelajaran yang
berharga dan bermakna untuk kepentingan diri sendiri dan orang lain.
sebagaisesuatu yang merugikan dirinya sendiri dalam hal kenikmatan saja dan
biasanya terjadi pada saatitu juga, dimana sebuah suatu penentuan sikap untuk
sebuah tuntutan tidak sesuai dengan kenyataan, atau apa yang diharapkan
b. Bertindak secaraagresif
f. Otot-otot tegang
1
h. Komplikasi
n. Sakit maag
Stresor adalah keadaan atau situasi objek atau individu yang dapat menimbulkan
1. Stresor fisik
Bentuk dari stresor fisik adalah suhu (panas dan dingin), suara bising, polusi
2. Stresor sosial
cepat,kejahatan.
2
3. Stresor psikologis
a. Frustasi
a. Stres ringan
seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan.
Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stresor
b. Stressedang
yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa tegang, perasaan tegang, gangguan
c. Stres berat
Gejala-gejala stres pada diri seseorang sering kali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana
berikut:
1. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya
berlebihan pula
menipis.
2. Stres tahap II
energy tidaklagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk
4. Strestahap IV
sulit
g. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya.
5. Stress tahap V
2
Bila keadaan berlanjut maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V
dan sederhana
6. Stres tahap VI
panic (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami
stres tahap VI berulang kali dibawa ke unit Gawat Darurat bahkan ICCU,
meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ
b. Susah bernafas
1. Dampak fisiologik
2
fisik seperti mudah masuk angin, mudah pening-pening kejang otot (kram),
mengalami kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, serta
a. Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam suatu system tertentu, otot
d. Gangguan lainnya, seperti pening (migrant), tegang otot, rasa bosan, dst.
2. Dampak psikologik.
3. Dampak Perilaku
a. Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi
c. Stres yang berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti
2.3.1 Defenisi
menerus yang dialami manusia pada semua tingkat umur dan waktu. Sedangkan
usia lanjut adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut. Semua
makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan proses
(Suardiman, 2011).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa,dan tua. Memasuki usia tua
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin buruk, gerakan lambat, danfigur tubuh yang tidak
berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia
1. Teori biologis
a. Teori genetic
proses penuaan.
2) Teorimutasi somatic.
Menurut teori ini penuaan terjadi karena adanya mutasi somatic akibat
reognition)
5) Teori fisiologis
oksidasi stres, dan teori dipakai aus (wear and tear theory). Disini
lingkungan internal)
2. Teori sosiologis
Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain
pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang suksesadalah mereka yang
2) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan
3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut Usia
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut
usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya teori ini
variable (baik variable yang diteliti maupun yang tidak diteliti) yang akan
(Nursalam, 2014).
Pretest Posttest
kelompok Intervensi kelompok
intervensi intervensi
Set Up
Tune In
Mengukur Mengukur
Tapping
tingkat stres tingkat stres
Stres pada
lanjut usia 1. Ringan 1. Ringan
2. Sedang 2. Sedang
3. Berat 3. Berat
Pretest kelompok
Posttest
kontrol
kelompok
kontrol
Keterangan : = Variabel yang diteliti
30
BAB
METODE PENELITIAN
jawaban atas pertanyaan yang sedang dipelajari dan untuk menangani berbagai
peneliti memutuskan mana yang spesifik yang akan diadopsi dan apa yang
hasil (Creswell, 2009). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Grup A O1 X1X2X3X4X5 O2
Grup B O1 O2
Keterangan:
X1-X5 : Intervensi
31
3
4.2.1 Populasi
penelitian ini adalah lanjut usia yang tinggal dikomunitas religius Kongregasi
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat dijadikan sebagai subjek
(Polit,2013). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 26 orang, yang terdiri dari 13
untuk memilih sampel (Polit, 2012). Adapun kriteria inklusi yang telah
Technique.
tindakan progesif yang dilakukan peneliti untuk menerima kesan sensorik yang
data agar penelitian dapat berjalan dengan baik (Polit, 2012).Instrument yang
digunakan oleh peneliti pada variabel independen adalah SOP SEFT yang telah
disusun dalam buku Zainuddin dan Haryoto (2012). Pada variabel dependen
terdapat data demografi terdiri dari nama, umur responden dan menggunakan
lembar kuesioner Depression, Anxiety and Stress Scale (DASS) terdiri dari
14 pertanyaan menurut Lovibond & Lovibond (1995) yang dikutip oleh Crawford
3
dan Henry dalam jurnal berjudul ”The Depression Anxiety Stress Scale Normative
data and Latent structure in a large non linical-sample” yang telah terjemahkan
tingkat stres terdiri dari 14 pertanyaan yaitu nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22,
27, 29, 32, 33, 35, 39, dengan jawaban 0= tidak pernah, 1= kadang-kadang, 2=
lumayan sering, 3= sering Ssekali. Komponen dalam instrumen ini ada 4 yaitu:
pengaruh terapi SEFT terhadap stres lanjut usia dikomunitas religius belum
pernah dilakukan, pendataan awal yang dilakukan bahwa lanjut usia yang tinggal
setiap studi dan bergantung pada teknik desain dan pengukuran peneliti (Grove,
2014). Jenis pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah jenis
3
kepada responden untuk mendapatkan hasil tingkat stres pada lanjut usia sebelum
melihat perubahan setelah diberikan terapi SEFT. Data yang diolah lima kali
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer yang diperoleh
1. Pre Test
baku.
3
2. Intervensi
3. Post Test
yang sesuai untuk konstruksi yang diukur. Validitas juga criteria penting untuk
adalah apakah ada bukti yang mendukung kesimpulan bahwa metode pengukuran
(Polit,2010).
2008). Instrumen pada variable dependen tidak diuji validitas karena diadopsi
dari kuesioner DASS yang sudah baku dimana dikatakan valid jika r hitung >
r table (0,361) r hitung pada instrument ini = 0,367. Untuk uji reliabilitas
Pengajuan judul
Etik penelitian
Pengolahan data
Analisa data
Hasil
pengaruh terapi SEFT terhadap stres pada lanjut usia. Proses pengolahan data
adalah:
3
1. Editing
2. Coding
Mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
software computer
kelamin, agama, suku dan variabel independen SEFT dan variabel dependen
tingkat stres dengan kategori Normal 0-14, Ringan 15-18, Sedang 19-25, Berat
Emotional Freedom Technique Terhadap Stres Pada Lanjut Usia. Jika hasil
diperoleh p< 0,05 terdapat hubungan antara variabel yang diuji dan jika p>0,05
berarti tidak terdapat hubungan antara variabel yang diuji (Dahlan, 2009).
4
Elisabeth Medan dan ijin dari pihak komunitas lanjut usia kongregasi KSFL dan
responden dan menjaga kerahasiaan penelitian dengan baik. Penelitian ini tidak
pelaksanaan penelitian ini telah diuji oleh tim Etik Penelitian Stikes Santa
dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Peneliti akan selalu
responden pada alat ukur (Anonymity). Peneliti menggunakan nama initial dalam
Pada Bab ini, akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi
spiritual emotional freedom technique terhadap stres pada lanjut usia, sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi dan akan dijelaskan bagaimana pengaruh terapi
spiritual emotional freedom technique terhadap stres pada lanjut usia. Adapun
jumlah responden dalam penelitian ini adalah 26 orang yang dibagi menjadi dua
kelompok, 13 orang kelompok kontrol yaitu para suster lanjut usia kongregasi
KSFL dan 13 orang kelompok intervensi yaitu para suster lanjut usia kongregasi
FCJM.
tanggal 29 Maret 2019 di biara lanjut usia kongregasi FCJM yang belokasi di Jl.
Viyata Yudha No 74 Kel. Setia Negara Pematangsiantar dan di biara lanjut usia
kongregasi KSFL yang berlokasi di Jl. Kain Sutera No 8 Kel bane, Kec Siantar
Utara, Kota Pematangsiantar. Biara lanjut usia kongregasi FCJM didikan pada
tahun 2004 dan biara lanjut usia kongregasi KSFL didirkan pada tahun 2011.
Tujuan kedua biara ini didirikan agar para suster yang lanjut usia tinggal dalam
komunitas yang sama. Sebelum biara lanjut usia didirikan, para suster tersebut
ada juga yang beristirahat di komunitas karya karena kesehatan yang tidak
memungkinkan untuk bekerja.Hal demikian yang kadang menjadi beban bagi para
41
4
suster sekomunitas karena tidak dapat memperhatikan suster lansia selama 24 jam.
para suster yang lanjut usia dengan tenagan kesehatan , perawat, fisioterapi, serta
alat-alat yang mereka butuhkan untuk olahraga ringan seperti platimum bike,
statistic bycicle, medicine ball dll, untuk membantu menunjang kesehatan para
lanjut usia. Pada komunitas lanjut usia kongregasi KSFL peneliti tidak melihat
ruang fisioterapi beserta alat-alatnya hanya sampai kepada ruang perawatan suster
yang sakit saja, berhubung pada waktu penelitian itu kongregasi KSFL sedang
sibuk persiapan untuk kapitel kongregasi, komunitas lanjut usia sebagai tempat
berikut.
control 2 orang (15,4%), usia 65-71 tahun 2 orang (23,1%) control 4 orang
(30,8%), usia 72-78 tahun 2 orang (15,4%) control 4 orang (30,8%), usia 79-85
Tabel 5.2 Tingkat Stres Lanjut Usia Sebelum dilakukan Terapi SEFTdi
Pematangsiantar tahun 2019
Tingkat Kelompok kontrol Kelompok intervensi
stres
f % f %
Normal 4 30,8 2 15,4
Ringan 2 15,4 4 30,8
Sedang 4 30,8 5 38,5
Berat 3 23,1 2 15,4
Total 13 100 13 100
sebanyak 5 orang (38.5%), ringan 1 orang (7.7%), sedang 4 orang (30.8%), berat
3 orang (23.1%).
Tabel 5.3 Tingkat Stres Lanjut Usia Setelah dilakukan Terapi SEFT
diPematangsiantar tahun 2019
F % f %
Normal 5 38,5 5 38,5
Ringan 1 7,7 6 46,2
Sedang 4 30,8 2 15,4
Berat 2 23,1
Total 13 100 13 100
kontrol normal 5 orang (38,5%) ringan orang (7,7%), sedang 4 orang (30,8%),
berat 2 orang (23,1%). Tingkat stres yang dialami responden posttest kelompok
4
intervensi yaitu normal sebanyak 5 orang (38,5%), ringan 6 orang (46,2 %),
alat bantu program ststistik komputer .Dari hasil uji normalitas didapatkan nilai
Shapiro Wilk >0.05 kelompok intervensi 0.535 dan kelompok kontrol 0.586
Tabel 5.4 Pengaruh Terapi SEFT terhadap tingkat Stres Lanjut Usia
diPematangsiantar tahun 2019
Std
Kategori Mean Min-Max Sig(2-tailed)
deviation
Pretest intervensi 20,15 4,828 12-28 0,000
Posttest intervensi 1,08 3,121 10-21
Pretest kontrol 19,00 7,303 8-30 0,486
Posttest kontrol 18,15 7,894 6-30
stres pada lanjut usia. Pada kelompok intervensi didapatkan nilai rerata sebelum
diberikan terapi SEFT nilai mean 20,15 dengan standar deviasi 4,828 setelah
dilakukan intervensi menjadi nilai mean 1,08 standar deviasi 3,121 hasil uji
statistik kelompok intervensi p- value 0,000 dimana p < 0,05 menunjukkan ada
Pada kelompok kontrol didapatkan rerata nilai tingkat stres pada lanjut
usia pretest mean 19,00 dengan nilai standar deviasi 7,303 nilai posttest mean
18,15 standar deviasi 7,894. Uji ststistik pada kelompok kontrol didapatkan nilai
p-value 0,486 dimana p > 0,05 yang berarti tidak ada pengaruh SEFT pada
<0,05 dapat disimpulkan adanya pengaruh terapi SEFT terhadap tingkat stres
5.3. Pembahasan
5.3.1. Tingkat stres lanjut usia di pematangsiantar pre intervensi terapi SEFT
yang dialami berbeda-beda. Stres ringan sebanyak 4 orang (30,8%), tingkat stres
sedang 5 orang (38,5%), tingkat stres berat 2 orang (15,4%), yang tidak
memenuhi permintaan situasi yang baru hal ini mempengaruhi faktor fisik,
psikologis dan sosial yang dapat merugikan atau memperburuk kualitas hidup dan
(Stevany, 2018) .
Stres juga dapat terjadi akibat lokasi tempat tinggal dan spiritual. Lanjut
usia yang tinggal dipanti werdha merasa tidak mempunyai keluarga, merasa tidak
dibutuhkan lagi, terisolasi dan merasa kehilangan orang-orang yang dicintai panti
pada lansia sehingga dapat menimbulkan beragai masalah kesehatan jiwa seperti
gangguan proses pikir, demensia, depresi, harga diri rendah, gangguan fisik dan
Setiap orang yang berada ditempat tinggal yang baru dapat mengalami
stres termasuk lanjut usia religius karena merasa sulit untuk menerima tempat
tinggal yang khusus untuk lansia dan perubahan dalam dirinya. Mereka merasa
sehari-harinya tidak berwarna dan tidak menarik jika hanya tinggal bersama
sesama lansia untuk mengatasi hal tersebut pimpinan tarekat menempatkan para
4
saudari yang muda, tengah umur mendampingi mereka, dan memberikan suasana
yang baru bagi mereka. Dengan demikian pendampingan yang diberikan dapat
mampu bersyukur, menerima apa adanya dengan kata lain cenderung memikirkan
hal-hal yang positif, lebih bahagia dan memiliki semangat rohani yang kuat dalam
selain merupakan tuntutan atau jalan bagi pertumbuhan spiritual, juga sekaligus
merupakan tanda, buah, atau manifestasi dari pertumbuhan spiritual yang sudah
Lebih dahulu ia menjadi orang biasa lalu pelan-pelan bertumbuh dan berkembang
sesuai dengan jamannya. Berawal dari masa aspiran , postulant, Novis , yuniorat,
kaul kekal, persta 25, 40, 50,60 tahun hidup membira. Selama proses
mengikuti ataupun melakukan terapi ini (Konstitusi Konggregasi FCJM No. 148.
155.170.183).
membiara sejak awal masuk biara sampai lansia tetap diperhatikan sesuai dengan
bejasa daripada suster lansia yang lain karena suatu jabatan dikarya yang pernah
misalnya tidak mengikuti doa bersama, permintaannya dipenuhi dan tidak wajib
meskipun sebenarnya mereka masih mampu. Sikap mereka pada masa tua ini
mungkin saja dipengaruhi oleh situasi, pada jaman dulu pendidikan dan
pendampingan yang mereka terima hanya dari para suster misionaris dan mereka
banyak bekerja untuk memulai karya baru Ketidak siapan menerima perubahan
bukanlah hal yang baru., diantaranya terapi musik untuk perawatan holistik
4
(Hidayati, 2012).
5.3.2 Tingkat stres lanjut usia pematangsiantar post intervensi terapi SEFT
stres ringan 6 orang (46,2%), tingkat stres sedang 2 orang (15,4%), tidak
mengalami stres 5 orang (38,5%). Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa
teknik yang menggunakan energy psikologis dan kekuatan spiritual serta untuk
untuk memastikan agar aliran energy tubuh terarahkan dengan tepat, The
tune in untuk masalah fisik kita melakukan dengan cara merasakan rasa
sakit yang kita alami lalu mengarahkan pikiran ketempat rasa sakit itu,
Ucapkan doa “Ya Yesus saya iklas, saya pasrah menerima sakit saya, saya
peristiwa yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin kita hilangkan
(sedih, marah, takut, dsb) Kita mengucapkan “ya Yesus saya iklas, saya pasrahkan
kepadamu kesembuhan saya. metode tapping pada delapan belas titik pada
tubuh Cr = Crown Pada titik bagian atas kepala, EB = Eye Brow Pada titik
permulaan alis mata, SE= Side of the Diatas tulang disamping mata, UE = Under
the eye 2 cm dibawah kelopak mata, UN= Under the Nose Tepat dibawah hidung.
Ch = Chin Diantara dagu dan bagian bawah bibir,CB = Collar Bone Diujung
tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama,UA =
Under the arm Dibawah ketiak sejajar dengan puting susu (pria) atau
Nipple 2,5 cm dibawah putting susu (pria) atau diperbatasan antara tulang
dada dan bagian bawah payudara. IH = Inside of Han Dibagian dalam tangan
tangan yang berbatasan dengan telapak tangan Th= Thumb Ibu jari disamping
luar bagian bawah kuku, IF= Index Finger Jari telunjuk disamping luar bagian
bawah kuku (dibagian yang menghadap ibu jari), RF=Ring Finger Jari manis
disamping luar bagian bawah kuku (bagian yang menghadap ibu jari),
5
yang menghadap ibu jari) KC= Karate Disamping telapak tangan, bagian yang
kita gunakan untuk mematahkan balok saat karate GS = Gamut Spot Dibagian
keluarnya hormone endorphin dalam tubuh sehingga dapat merasakan rileks dan
ringan, sedang, berat bahkan ada yang tidak mengalami stres tergantung kepada
relasi dengan Tuhan dan sesama. Jika relasi yang harmonis terjalin dengan Tuhan
akan tampak dalam relasi dengan sesama. setelah dilakukan terapi SEFT tingkat
stres mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena lanjut usia menyadari akan
pentingnya hidup doa dalam kehidupan sehari-hari. Melalui doa hubungan dengan
sesama dapat menjadi lebih baik, mampu untuk memaafkan dan menerima
perbedaan dengan teman sekomunitas baik yang sudah lansia maupun yang masih
muda.
Dari hasil penelitian hari pertama yang dilakukan pada kelompok kontrol
ringan 2 orang (15,4%), sedang 4 orang (30,8%), berat 3 orang (23,1%). Setelah
5
kelompok kontrol diperoleh adanya perbedaan pre dan post meskipun tidak
dilakukan intervensi, hal tersebut dapat dipengarui oleh rentang waktu pembagian
menunjukkan nilai p = 0,002 ( p value < 0,05 ) maka dapat disimpulkan ada
pengaruh terapi SEFT terhadap tingkat stres pada lanjut usia di pematangsiantar
tahun 2019.
yang diterima sebagai satu hal yang menantang, mengancam, atau merusak
merespon beradaptasi.
banyak hal.Karena itu manusia mencari sesuatu yang dapat membuat batin merasa
seseorang dengan Tuhan yang Maha Esa, yang sifatnya pribadi, beberapa asumsi
menyebutkan bahwa orang tertarik kepada agamanya setelah usia lanjut dan
menjadi lebih religius (Ningrum, 2016). Responden dalam penelitian ini adalah
kaum religius yang sudah terbiasa membina hubungan dengan Tuhan dan sesama
melalui kegiatan-kegiatan spiritual bahkan hal itu sudah menjadi bagian dalam
terlepas dari masalah biologis dan psikologis yang dapat menyebabkan stres
Terapi SEFT adalah salah satu alternative mengatasi stres, terapi ini mudah
SEFT sangat efektif menurnkan depresi pada lanjut usia (Etika, 2016).
SEFT 21,68% dan sesudah dilakukan terapi SEFT tingkat stres menurun
menurunkan tingkat stres pada pasien kanker serviks mendapatkan hasil yang
5
signifikan sebelum dilakukan terapi rerata skor stres pada kelompok perlakuan
sebesar 50,79% dan setelah intervensi 31,29%. Pasien kanker yang menjalani
hati, dapat dilakukan oleh semua golongan efek penyembuhan dapat langsung
Pada penelitian ini lanjut usia religius dapat merasakan efek terapi SEFT setelah
stres. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengalami kesulitan karena sebelum
mengatakan bahwa mereka sudah terbiasa berdoa tapi mereka tetap bersedia
karena ini merupakan teknik yang baru bagi mereka dan permintaan dari
aktif dan mengikuti arahan dari sipeneliti sehingga dapat berjalan dengan baik.
tenang, damai dan senang teknik baru dalam berdoa mereka dapatkan melalui
penelitian ini. Terapi SEFT dapat digunakan oleh semua golongan untuk
6.1. Simpulan
orang (23.1%).
0,000 ada pengaruh yang signifikan hasil uji independent t-test didapatkan
55
56
6.2. Saran
1. Institusi pendidikan
tinggkat stres terhadap lanjut usia, sebagai bahan refrensi dan intervensi
pendidikan.
Go, B. (2016). Ajarilah Kami Berdoa Aneka Cara Doa Batin: Jakarta
Gulfizar. (2012). Depresion in the Elderly : Clinical Features and Risk Factors.
Aging and Diease, 3 (6), 465.
57
5
Reny, A.S (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA,
NI, dan NOC Jilid 1.Jakarta: Trans Info Medika.
Riza. (2017). Gambaran Kualitas Hidup Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Binjai. (Skripsi).USU. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Waktu penelitian
No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Izin pengambilan data awal
3 Pengambilan data awal
4 Penyusunan proposal penelitian
5 Pengumpulan Proposal
6 Seminar proposal
7 Revisi Proposal
8 Pengumpulan Proposal
9 Izin uji Validitas
10 Prosedur izin penelitian
11 Pelaksanaan Penelitian
12 Analisa data
13 Hasil
14 Seminar hasil
15 Revisi skripsi
16 Pengumpulan skripsi
60
70
7
7
7
7
7
7
7
7
7
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian)
Menyatakan bahwa:
Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian “pengaruh terapi
Spiritual Emotional Freedom Tehnique terhadap stres pala lanjut usia kounitas
religius peatangsiantar, Memahami prosedur penelitian, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian yang akan dilakukan.
Dengan pertimbangan tersebut, saya memutuskan tanpa paksaan dari pihak
manapun juga, bahwa saya bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam
penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan seperlunya.
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ira Defani Barus (Sr. Ira Defani Barus FCJM)
NIM : 032014032
Alamat : Jl. Bunga Terompet No.118 Pasar VII Padang Bulan, Medan
Selayang.
Hormat Saya
71
Standar Operasional Prosedur Terapi SEFT (Spiritual Eemotional Freedom
penyembuhan.
No Waktu Aktivitas
1 Hari Mengkaji data demografi klien
Pertama Mengukur tingkat stres dengan
kuesioner
SET UP
Saudari-saudari yang terkasih ambillah posisi duduk
tenang memadai usahakan anda dapat bernafas
dengan longgar. Punggung tegak lurus atau
bersandar sesuaikan dengan situasi tubuh anda saat
ini. Kedua tangan ditumpangkan diatas pangkuan
dengan telapak tangan terbuka dan mata terpejam.
Sadari sentuhan baju pada bahu anda
Sadari sentuhan kaki anda pada sandal ataupun
lantai
Sadari dan rasakan hembusan angin yang yang
mengenai kulit anda
Kita percaya akan kehadiran Tuhan. Terimalah
nafas baru dari Tuhan. Tariklah nafas pelan-pelan
melalui hidung sadarilah jiwa anda bersatu dengan
Kristus. Rasakan kasih Tuhan yang mengalir
kedalam hati, jiwa dan tubuh anda tahan sebentar,
hembuskan nafas pelan-pelan .
73
7
1. Defenisi
teknik yang menggunakan energy psikologis dan kekuatan spiritual serta untuk
a. The Set Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energy tubuh kita
b. The Tune-In adalah suatu cara merasakan rasa sakit yang kita alami lalu
c. The Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-
The Set-Up
Kalimat untuk masalah emosi “ Ya ….. meskipun saya merasa sakit hati,
hati saya. Kalimat untuk masalah fisik “Ya Allah meskipun kepala saya
77
7
pusing karena darah tinggi, saya ikhlas menerima rasa pusing saya ini,
tepatnya dibagian “sore spot” (titik nyeri=daerah sekitar dada atas yang
jika ditekan terasa agak sakit atau mengetuk dengan ujung dua jari di
The Tune In
Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan sakit
yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ketempat rasa sakit, dibarengi
dengan hati dan mulut kita mengataka, “Ya Allah Saya ikhlas, saya pasrah” atau
“YaAllah saya ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan pada-Mu ke
“kesembuhan saya”.
sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negativ
yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negativ (marah, sedih, takut, dsb)
dengan Tune-in ini kita melakukan langkah ke 3 (tapping). Pada proses inilah
(Tune-in yang dibarengi tapping) kita meanetralisir emosi negatif atau rasa sakit
fisik (Zainuddin).
7
The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik
tertentu dari tubuh kita sambil terus tune-in. Titik- titik ini adalah titik-titik kunci
dari “The Major Energy”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada
ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran
saraf simpatis, dampak dari relaksasi tersebut pernapasan menjadi lebih lambat
iramanya, nadi lambat, tekanan darah turun, menurunkan konsumsi oksigen otot
jantung dan ketegangan otot. Respon relaksasi juga berpengaruh pada kondisi
5. Penatalaksanaan
a. Penyadaran
telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri dengan kedua ibu jari
bersentuhan.
b. Pelaksanaan SEFT
a) Cr = Crown
b) EB = Eye Brow
f) Ch = Chin
g) CB = Collar Bone
pertama
i) BN = Bellow Nipple
j) IH = Inside of Hand
k) OH = Outside of Hand
l) Th = Thumb
n) MF = Middle finger
o) RF = Ring Finger
p) BF = Baby Finger
q) KC = Karate Chop
r) GS = Gamut Spot
kelingking.
8
No Komponen Prosedur
1 Cr = Crown
Sentuh Pada titik bagian
atas kepala (tepat
ditengah)
2 EB = Eye Brow
Sentuh Pada titik
permulaan alis mata
6 Ch = Chin
Sentuh Diantara dagu dan
bagian bawah bibir
9 BN = Bellow Nipple
Sentuh 2,5 cm dibawah
putting susu (pria) atau
diperbatasan antara tulang
dada dan bagian bawah
payudara.
8
11 OH = Outside of Hand
Sentuh Dibagian luar
tangan yang berbatasan
dengan telapak tangan
(sejajar dengan
pergelangan tangan yang
telah disentuh
sebelumnya)
12 Th = Thumb
Sentuh bagian Ibu jari
disamping luar bagian
bawah kuku dengan jari
telunjuk
13 IF = Index Finger
Sentuh Jari telunjuk
disamping luar bagian
bawah kuku (dibagian
yang menghadap ibu jari)
dengan ibu jari
8
14 MF = Middle finger
Sentuh Jari tengah
samping luar bagian
bawah kuku (dibagian
yang menghadap ibu jari)
Dengan menggunakan
jaru telunjuk dan jari
tengah
15 RF = Ring Finger
Sentuh Jari manis
disamping luar bagian
bawah kuku (bagian yang
menghadap ibu jari)
dengan menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah
8
17 KC=Karate Chop
Sentuh Disamping
telapak tangan, bagian
yang kita gunakan untuk
mematahkan balok saat
karate atau tepi telapak
tangan
18 GS = Gamut Spot
Dibagian antara
perpanjangan tulang jari
manis dan tulang
jari kelingking
8
9
9
Kuesioner Tingkat Stres
Nama (Initial) : Umur : No :
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman
Saudari dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan jawaban yang
disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.
Selanjutnya, Saudari diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (X)
pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Saudari selama satu minggu
belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan
keadaan diri SaudarI yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas
dalam pikiran Saudari
No Pernyataan 0 1 2 3
1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal
sepele.
2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
3 Saya merasa sulit untuk bersantai.
4 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal
5 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa
cemas.
6 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika
mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas,
menunggu sesuatu).
7 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
8 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
10 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya
kesal.
11 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap
hal yang sedang saya lakukan.
12 Saya sedang merasa gelisah.
13 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi
saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.
14 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
Keterangan Skor
Normal : 0-14 Sedang : 19-25 Sangat berat : 52
Ringan : 15-18 Berat : 26-33
LAMPIRAN HASIL OUTPUT UJI NORMALITAS
Cases
Descriptives
Median 13.00
Variance 8.333
Minimum 9
Maximum 18
Range 9
Interquartile Range 6
Median 19.00
Variance 62.308
Minimum 6
93
Maximum 30
Range 24
Interquartile Range 15
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
N Valid 13 13 13 13
Missing 13 13 13 13
Maximum 28 21 30 30
N Correlation Sig.
Paired Differences
Group Statistics
kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
F Sig. t df
Lower Upper