Anda di halaman 1dari 12

Universitas Pamulang Akuntansi S-1

PERTEMUAN 11

SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK DAN PEMBETULAN FAKTUR


PAJAK

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari pertemuan Ke-11 mengenai Saat Pembuatan Faktur


Pajak dan Pembetulan Faktur Pajak, mahasiswa mampu memahami konsep kapan
waktu dibuatnya faktur pajak dan saat apa faktur pajak harus dibetulkan.

B. URAIAN MATERI

1. Saat Pembuatan Faktur Pajak

Pada pertemuan sebelumnya telah dibahas mengenai apa itu faktur pajak, cara
membuat hingga bentuk faktur pajak, pda pembahasan ini akan dibahas
mengenai kapan faktur pajak diterbitkan. Kapankah Pengusaha Kena Pajak
(PKP) harus membuat Faktur Pajak atas penyerahan BKP dan/atau JKP nya?
Berikut ketentuan kapankah PKP harus membuka Faktur Pajak yakni:
a. Saat penyerahan BKP dan/atau JKP

Sebelum mempelajari kapankah yang dianggap saat penyerahan untuk


BKP Bergerak, maka kembali dituliskan bahwa BKP Bergerak adalah BKP
yang termasuk dalam BKP Berwujud, definisi Barang Kena Pajak Bergerak
adalah barang yang dapat dipindah tempatkan, contohnya adalah kendaraan
bermotor, mesin produksi, peralatan kantor, furnitur dan sebagainya.
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP yang termasuk
barang bergerak, maka saat terutang PPN adalah saat BKP tersebut
diserahkan sebagai berikut:

1) Diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan
atas nama pembeli;
2) Diserahkan secara langsung sebagai pemberian cuma-cuma, pemakaian
sendiri, dan penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan antar cabang;
3) Diserahkan kepada pengusaha jasa pengiriman barang, misal: TIKI, JNE
dan lainnya.

Perpajakan 2 138
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

4) Diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan


faktur penjualan oleh PKP, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan diterapkan secara konsisten.
Ilustrasi Kasus 1 :
PT Motorku adalah PKP dealer sebuah merk kendaraan bermotor, pada
tanggal 16 Mei 2019 menyerahkan BKP secara langsung kepada Tuan Igna
dengan DP sebesar Rp5.000.000,- dibayarkan Tn Igna pada tanggal yang
sama. Atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak tersebut PT Motorku
menerbitkan Faktur Pajak pada tanggal 16 Mei 2019.

Ilustrasi Kasus 2 :
PT Melaju di Surabaya menjual BKP berupa kendaraan bermotor kepada PT
Perkasa di Jakarta dengan syarat pengiriman (term of delivery) franco gudang
pembeli (FOB destination). Barang dikeluarkan dari gudang PT Melaju dan
dikirim ke gudang PT Perkasa pada tanggal 14 Agustus 2019 melalui jasa
pengiriman. BKP diterima oleh PT Perkasa pada tanggal 15 Agustus 2019. PT
Melaju menerbitkan Invoice (Faktur Penjualan) pada tanggal 20 Agustus 2019.
Maka atas transaksi di atas PT Melaju wajib menerbitkan Faktur Pajak pada
tanggal 15 Agustus 2019 atau paling lama tanggal 20 Agustus 2019.

Ilustrasi Kasus 3 :
PT Megaria berkedudukan di Semarang menjual Barang Kena Pajak kepada
PT Angkasa Jaya di Bandung dengan term of delivery loco gudang penjual
(fob shipping point). Barang Kena Pajak dikeluarkan dari gudang PT Megaria
dan dikirim ke gudang PT Angkasa Jaya pada tanggal 11 Juni 2019 melalui
perusahaan pengiriman dilengkapi DO (delivery order) 11 Juni 2019. Barang
diterima oleh PT Angkasa Jaya tanggal 12 Juni 2019. Maka atas transaksi di
atas, PT Megaria wajib menerbitkan Faktur Pajak pada tanggal 11 Juni 2019.

Seperti sudah disinggung di atas, untuk pengiriman barang maka dikenal


beberapa syarat pengiriman barang yang terkait dengan perpindahan hak
kepemilikan atas barang tersebut :

1) Franco gudang pembeli yakni penjual akan menanggung ongkos kirim


sampai barang sampai di gudang pembeli, ini sama dengan persyaratan
FOB Destination Point.

Perpajakan 2 139
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

2) Loco gudang penjual yakni pembeli akan menanggung ongkos kirim mulai
dari gudang penjual, dan ini sama dengan persyaratan FOB Shipping
Point.

Jika di atas sudah dipaparkan saat penyerahan BKP Bergerak, maka di point
ini kita akan membahas kapankah saat penyerahan BKP tidak bergerak. BKP
Tidak Bergerak itu akan dianggap diserahkan pada saat penyerahan hak
untuk menggunakan atau menguasai Barang Kena Pajak tersebut, secara
hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli. Ini dapat diperjelas dengan
contoh sebagai berikut:

Ilustrasi Kasus 1 : PT Wisma bergerak dalam bidang jual beli property, pada
tanggal 1 Mei 2019 menandatangani perjanjian jual beli sebuah rumah.
Perjanjian penyerahan hak menguasai rumah ditandatangani tanggal 1
September 2019. Maka atas transaksi diatas PT Wisma harus membuat
Faktur Pajak pada tanggal 1 September 2019. Akan tetapi jika sebelum
tanggal 1 September 2019 ternyata rumahnya telah diserahkan atau sudah
ditempati, maka Faktur Pajak harus diterbitkan pada saat rumah tersebut
secara nyata diserahkan.

Ilustrasi Kasus 2 : Pak Warno membeli Rumah siap pakai dari PT Tridaya.
Pak Warno menerima rumah tersebut tanggal 12 Agustus 2019. Sementara
Perjanjian jual beli rumah baru ditandatangani tanggal 10 September 2019.
Maka atas transaksi di atas Faktur Pajak harus diterbitkan PT Tridaya pada
tanggal 12 Agustus 2019.

Dari contoh di atas kita mengetahui bahwa yang termasuk Barang Kena Pajak
Tidak Bergerak adalah rumah, apartemen, tanah, dan bangunan-bangunan
lainnya yang sifatnya permanen dan tidak bisa dipindah-pindahkan.

Saat Penyerahan Jasa Kena Pajak


Saat penyerahan Jasa Kena Pajak adalah sebagai berikut:
1) Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau saat
diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, yang mana
pilihan ini harus dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan diterapkan secara konsisten;
2) Kontrak atau perjanjian ditandatangani, jika saat sebagaimana pada poin
1 tidak diketahui.

Perpajakan 2 140
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

3) mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata,


baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau
pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak.
Untuk lebih memberikan pemahaman maka berikut diberikan contoh kapan
saat penyerahan Jasa Kena Pajak sehingga wajib untuk membuat Faktur
Pajak:

Ilustrasi Kasus 1 : PT Advice mengontrak CV Jasaku untuk memberikan jasa


konsultasi dan pelatihan selama 2 bulan dengan nilai kontrak sebesar Rp
50.000.000. PT Advice akan membayar jasa CV Jasaku tiap bulan. CV Jasaku
mulai memberikan jasa konsultasi sejak tanggal 1 Juni 2019. Pada tanggal 15
Juli 2019, CV Jasaku mengajukan tagihan jasa konsultasi bulan Juni sebesar
Rp 25.000.000, Uyang dibayar PT Advice pada tanggal 20 Juli 2019. Maka
atas transaksi di atas CV Jasaku wajib menerbitkan Faktur Pajak pada tanggal
15 Juli 2019 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp 25.000.000. Yang
berarti PPN adalah sebesar Rp25.000.000 x 10% = Rp 2.500.000. Jumlah
tagihan keseluruhan adalah Rp 27.500.000.

Ilustrasi Kasus 2 : PT Komukers merupakan perusahaan jasa telekomunikasi.


PT Komukers melakukan penagihan kepada para pelanggannya sebulan
sekali sesuai dengan periode pemakaiannya sebulan. Misal untuk pemakaian
dari tanggal 1 sampai 30 April 2019, PT Komukers akan membuat faktur
penjualan pada tanggal 3 Mei 2019. Maka untuk kasus PT Komukers, Faktur
Pajak harus diterbitkan pada tanggal akhir penyerahan jasa tiap bulan atau
paling lama tanggal 3 Mei 2019 saat penerbitan faktur penjualan.

Contoh matriks penyerahan dan saat pembuatan Faktur Pajak untuk jasa
telekomunikasi:

Periode Penerbitan Maksimal


Periode Pengakuan Saat diakui
Pemakaian/Penyerahan Faktur Penerbitan
No
Penghasilan Penghasilan
Jasa Kena Pajak Penjualan Faktur Pajak

1-30 April 2019 1-30 April 2019 April 2019 30 April 2019 30 April 2019
1a.

1-30 April 2019 1-30 April 2019 April 2019 3 Mei 2019 3 Mei 2019
1b.

1-30 April 2019 1-30 April 2019 April 2019 31 Mei 2019 31 Mei 2019
1c.

26 Maret-25 April 2019 26 Maret-25 April 2019 April 2019 4 Mei 2019 4 Mei 2019
2

Perpajakan 2 141
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

16 Maret – 15 April 20 Maret 20 Maret


3 16 Maret – 15 April 2019 Maret 2019
2019 2019 2019

16 Maret – 15 April
16 Maret – 15 April 2019 April 2019 20 April 2019 20 April 2019
4
2019

31 Maret 31 Maret
16 – 31 Maret 2019 Maret 2019
2019 2019
5 16 Maret – 15 April 2019
1-15 April 2019 April 2019 15 April 2019 15 April 2019

Saat penerimaan pembayaran jika terjadi lebih dulu daripada penyerahan


Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak :
Ilustrasi Kasus 1 : Pada tanggal 10 Januari 2020, Aminah menjual 10 lusin
kemeja batik dengan harga keseluruhan Rp10.000.000 dengan Tn. Dudung
secara kredit. Dengan syarat kredit 2/10, N/30. Dan Tn Dudung melunasinya
pada tanggal 19 Januari 2020. Aminah dan Tn Dudung keduanya adalah PKP.
Maka atas transaksi di atas Aminah wajib membuat Faktur Pajak pada tanggal
10 Januari 2020, dikarenakan pada tanggal tersebut sudah terjadi penyerahan
BKP.
Ilustrasi Kasus 2 : Pada tanggal 10 Januari 2020, Doni memesan 10 lusin
celana panjang dengan harga keseluruhan Rp15.000.000,- kepada Ny. Hartati.
Barang dikirim pada tanggal 20 Januari, Doni melunasinya pada tanggal 15
Januari 2020. Doni dan Ny Hartati keduanya adalah PKP. Maka atas transaksi
di atas Ny. Hartati wajib membuat Faktur Pajak pada tanggal 15 Januari 2020,
dikarenakan pada tanggal tersebut sudah terjadi pembayaran lebih dahulu
dibandingkan penyerahan BKP.
Meskipun merupakan keharusan bagi PKP untuk membuat Faktur Pajak, ada
juga transaksi yang dikecualikan dari keharusan membuat Faktur Pajak, yakni :

1) Transaksi pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP untuk tujuan produktif


yang tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
2) Transaksi yang sudah lewat 3 bulan tidak juga dibuatkan Faktur Pajak.
Jika tetap dibuat Faktur Pajak maka Faktur Pajak tersebut dianggap tidak
diterbitkan dan tidak dapat dikreditkan sebagai Pajak Masukan oleh PKP
pembeli.

Perpajakan 2 142
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

PKP ada yang diperbolehkan membuat membuat 1 Faktur Pajak meliputi


seluruh penyerahan selama satu bulan kalender yang dilakukan kepada
pembeli BKP atau penerima JKP yang sama. Faktur Pajak harus dibuat paling
lama pada akhir bulan penyerahan, ini sering disebut Faktur Pajak Gabungan.
Ilustrasi Kasus 1 : CV. Makmur Jaya (berstatus PKP) melakukan penjualan
mainan anak-anak type A kepada CV. Indah Pekerti pada tanggal 3, 5, 8, 11,
17, 25, 27 dan 30 Desember 2018. Pada tanggal 27 Desember 2018 terdapat
pembayaran atas penyerahan tanggal 3 Desember 2018 dan pembayaran
uang muka untuk penyerahan yang akan dilakukan pada bulan Januari 2019
oleh CV. Indah Pekerti. Dalam hal CV. Makmur Jaya menerbitkan faktur pajak
gabungan, faktur pajak gabungan dibuat pada tanggal 30 Desember 2018
yang meliputi seluruh penyerahan dan pembayaran uang muka yang
dilakukan pada bulan Desember 2018.
Pada bulan yang sama pula PT XYZ membeli lagi barang C dan D pada
tanggal 1,3,11,13 November 2015. Sehingga oleh divisi 2 PT. ABC dibikin
faktur pajak gabungan atas penyerahan tanggal 1,3,11,13 November 2015.

2. Pengajuan Sertifikat Elektronik

Pada setiap akhir masa pajak, untuk PPN adalah akhir bulan, maka
Pengusaha Kena Pajak akan mengkreditkan Pajak Masukan yang didapat dari
pembelian BKP/penerimaan JKP terhadap Pajak Keluaran yang didapat dari
peyerahan BKP dan/atau JKP. Jika Pajak Keluaran lebih besar dari Pajak
Masukkannya, maka selisihnya adalah Pajak Kurang Bayar yang harus
disetorkan ke negara. Sebaliknya jika Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak
Keluaran maka selisihnya adalah Pajak Lebih Bayar yang dapat
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya atau dimintakan kembali melalui
proses restitusi. Jika Pajak Masukan sama dengan Pajak Keluaran maka
statusnya Nihil. Jika memang suatu keharusan membuat Faktur Pajak, apa
konsekwensinya jika Pengusaha Kena Pajak membuat dan/atau menggunakan
Faktur Pajak berdasarkan transaksi yang salah secara sengaja? Hal ini diatur
melalui Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 39A maka
pengusaha tersebut bisa mendapatkan sanksi pidana penjara minimal 2 tahun
dan maksimal 6 tahun juga sanksi denda minimal 2 kali dan maksimal 6 kali dari
jumlah pajak terutang dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti

Perpajakan 2 143
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajaknya. Langkah pembuatan Faktur


Pajak dilakukan sebagai berikut :
1) Mengajukan Surat Permohonan Kode Aktivasi dan Password yang diisi
lengkap serta di tandatangani PKP secara langsung ke KPP setempat sambil
menunjukkan kartu identitas asli. Boleh ditandatangani selain PKP pemilik
dengan melampirkan Surat Kuasa.
2) PKP yang diperbolehkan adalah PKP yang telah melakukan registrasi ulang
atau telah diverifikasi oleh Menkeu.
3) Jika disetujui maka Kode Aktivasi akan dikirimkan melalui melalui pos dan
password melalui email.
4) PKP harus mengaktivasi wadah layanan pajak secara elektronik (akun PKP)
dengan membuat Surat Permintaan Aktivasi Akun dan disampaikan
langsung ke KPP ataupun melalui website yang ditentukan, yang terdaftar
sebelum 1 Juli 2014 sudah diaktivasi secara jabatan.
5) PKP mengajukan Surat Permintaan Nomor Seri Faktur ke KPP setempat
atau website yang ditentukan DJP untuk PKP yang sudah memiliki sertifikat
elektronik dan yang mengikuti petunjuk manual DJP.

PKP yang diperbolehkan mendapatkan Nomor Seri Faktur Pajak adalah PKP
yang telah memenuhi persyaratan:

1) Memiliki kode aktivasi dan password


2) Sudah mengaktivasi akun PKP
3) Melaporkan SPT Masa PPN untuk 3 masa terakhir
Sertifikat Elektronik dapat dimiliki dengan cara mengajukan surat
permintaan Sertifikat Elektronik melalui KPP setempat atau website yang
ditentukan. Sertifikat Elektronik berfungsi sebagai: otentifikasi DJP terhadap
permintaan Nomor Seri Faktur Pajak dan penggunaaan Faktur Pajak elektronik.
Untuk PKP yang melakukan pemusatan tempat terutang PPN, permohonan
Sertifikat Elektronik melalui website yang ditentukan tempat kegiatan usaha yang
tercantuk dalam SK pemusatan tempat terutang PPN, dan bagi cabang yang
punya NPWP Cabang jika diperoleh secara jabatan. Faktur Pajak harus dibuat
secara jelas, benar dan lengkap serta ditandatangai oleh pejabat yang ditunjuk
oleh PKP, jika tidak memenuhi ketentuan tersebut akan dianggap sebagai Faktur
Pajak Tidak lengkap. PKP wajib memeberitahukan secara tertulis nama-nama
yang berhak menandatangani FP berikut contoh TTD nya, paling lambat akhir
bulan berikutnya sejak penandatatanganan Faktur Pajak.

Perpajakan 2 144
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Faktur pajak tidak lengkap dapat terjadi karena:

1) Membuat Faktur Pajak dengan Nomor Seri Faktur Pajak ganda atau Nomor
Seri Faktur Pajak yang sama lebih dari 1 (satu) dalam tahun pajak, maka
seluruh Faktur Pajak dengan Nomor Seri Faktur Pajak tersebut termasuk
Faktur Pajak Tidak Lengkap.
2) Membuat Faktur Pajak dengan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang
tidak sesuai.
3) Faktur Pajak ditandatangani oleh yang tidak berhak melakukan
penandatanganan.

3. Pembetulan Faktur Pajak dan Faktur Pajak Pengganti

Berdasar pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012


tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur
Pemberitahuan dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak dan perubahannya,
adalah sebagai berikut:
a. Tata Cara Penggantian Faktur Pajak yang tidak lengkap, salah, rusak

Pembetulan Faktur Pajak yang salah hanya boleh melalui pembuatan


Faktur Pajak Pengganti. Faktur Pajak Pengganti dapat diminta oleh
Pengusaha Kena Pajak baik atau bisa juga oleh PKP penjual sendiri karena
adanya kesalahan dalam pengisian ataupun penulisan maupun kerusakan
Faktur Pajak. Faktur Pajak Pengganti harus dilampiri dengan Faktur Pajak
yang digantikan dan nomor seri Faktur Pajaknya harus sama, hanya
tanggalnya menggunakan tanggal saat pembuatan Faktur Pajak Pengganti.
Faktur Pajak Pengganti harus dicap yang berisi Kode dan Nomor Seri Faktur
Pajak serta tanggal Faktur Pajak yang diganti. Capnya dibuat sendiri oleh
Pengusaha Kena Pajak dengan contoh berikut, sedangkan Kode dan Nomor
Seri serta tanggal Faktur Pajak yang diganti dapat diisi dengan cara manual.

Faktur Pajak yang diganti : ……………………………….


Kode dan Nomor Seri : ……………………………….
Tanggal : ……………………………….

Perpajakan 2 145
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Berikut adalah dampak dari timbulnya faktur pajak pengganti :

1) “Penerbitan Faktur Pajak Pengganti mengakibatkan adanya kewajiban


untuk membetulkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
pada Masa Pajak terjadinya kesalahan pembuatan Faktur Pajak tersebut.

2) Faktur Pajak Pengganti dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa


Pajak Pertambahan Nilai pada Masa Pajak yang sama dengan Masa
Pajak dilaporkannya Faktur Pajak yang dilakukan penggantian dengan
mencantumkan nilai dan/atau keterangan yang sebenarnya atau
sesungguhnya setelah penggantian.

3) Pelaporan Faktur Pajak Pengganti pada Surat Pemberitahuan Masa


Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada butir 8 harus
mencantumkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang diganti pada
kolom yang telah ditentukan.”

b. Pembetulan Faktur Pajak

Cara pembetulan faktur pajak yang sudah dilaporkan dengan menggunakan


aplikasi e-faktur adalah sebagai berikut: Masuk ke aplikasi e-faktur, klik menu
“Faktur” pilih “Pajak Keluaran” dan kemudian “Administrasi Faktur”.
Selanjutnya akan muncul data pajak keluaran PKP. Klik faktur pajak yang
akan diganti atau dibetulkan. Cara pembetulan faktur pajak yang sudah
dilaporkan dengan menggunakan aplikasi e-faktur adalah sebagai berikut:
1) Masuk ke aplikasi e-faktur, klik menu “Faktur” pilih “Pajak Keluaran” dan
kemudian “Administrasi Faktur”. Selanjutnya akan muncul data pajak
keluaran PKP.

2) Klik faktur pajak yang akan diganti atau dibetulkan.

3) Klik tombol bertuliskan “Pengganti”.

4) Setelah itu klik tombol “Lanjutkan” dan kemudian masuk ke “Detail


Transaksi”.

5) Pada “Detail Transaksi” PKP bisa merubah data faktur dengan mengklik
tombol “Ubah Transaksi”. Jika sudah selesai merubah, klik “Simpan”.

6) Setelah klik “Simpan” PKP akan diarahkan kembali ke halaman “Detail


Transaksi”.

7) Di halaman “Detail Transaksi” klik tombol “Simpan”.

Perpajakan 2 146
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

8) Faktur pajak pengganti sebagai pembetulan faktur pajak yang sudah


dilaporkan harus diunggah ke server DJP.

c. Pembatalan Faktur Pajak

Pembatalan faktur pajak dilakukan dengan mengikuti Langkah-langkah


berikut ini :

1) Dalam hal terjadi pembatalan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak


dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang faktur Pajak-nya telah
diterbitkan, maka Faktur Pajak tersebut harus dibatalkan.

2) Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen yang


membuktikan bahwa telah terjadi pembatalan transaksi. Bukti dapat
berupa pembatalan kontrak atau dokumen lain yang menunjukkan telah
terjadi pembatalan transaksi.

3) Faktur Pajak yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh


Pengusaha Kena Pajak Penjual yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut.

4) Pengusaha Kena Pajak Penjual yang membatalkan Faktur Pajak harus


mengirimkan surat pemberitahuan dan copy dari Faktur Pajak yang
dibatalkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak
Penjual dikukuhkan dan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha
Kena Pajak Pembeli dikukuhkan.

5) Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Penjual belum melaporkan Faktur


Pajak yang dibatalkan di dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai, maka Pengusaha Kena Pajak penjual harus tetap
melaporkan Faktur Pajak tersebut dalam Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom
DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.

6) Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Penjual telah melaporkan Faktur Pajak
tersebut dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
sebagai Faktur Pajak Keluaran, maka Pengusaha Kena Pajak penjual
harus melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Masa Pajak yang bersangkutan, dengan cara
melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan
mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.

Perpajakan 2 147
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

7) Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Pembeli telah melaporkan Faktur


Pajak tersebut dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai sebagai Faktur Pajak Masukan, maka Pengusaha Kena Pajak
Pembeli harus melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Masa Pajak yang bersangkutan, dengan cara
melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan
mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.

C. LATIHAN SOAL

1. PT Lestariku menyerahkan BKP secara langsung kepada Tuan Budiman pada


tanggal 15 Mei 2015 senilai Rp154.000.000. Sudah termasuk PPN. Hitunglah
DPP dan PPN atas transaksi tersebut, dan kapan PT Lestariku harus
menerbitkan Faktur Pajak?
2. PT Sandanglah di Surabaya menjual BKP kepada PT Kainkah di Jakarta dengan
syarat pengiriman FOB destination senilai Rp150.000.000,00 dengan ongkos
angkut Rp 15.000.000. Barang dikeluarkan dari gudang PT PT Sandanglah dan
dikirim ke gudang PT Kainkah pada tanggal 14 Agustus 2015 dengan
menggunakan perusahaan ekspedisi. Barang diterima oleh PT Kainkah pada
tanggal 16 Agustus 2015. Hitunglah berapa jumlah tagihan dalam Faktur Pajak
yang harus dibuat PT Sandanglah, dan kapan Faktur Pajak harus dibuat?
Berikan alasannya.
a. Rumah siap pakai dijual seharga Rp250.000.000,00 dan diserahkan secara
nyata tanggal 1 Mei 2015. Perjanjian jual beli ditandatangani tanggal 10
Agustus 2015. Kapan faktur Pajak harus diterbitkan dan berapa PPN terutang?
b. PT Pelangi mengontrak CV Pasti Bisa untuk memberikan jasa konsultasi
manajemen dan pelatihan kepada staff marketing PT Pelangi selama 6 (enam)
bulan dengan nilai kontrak sebesar Rp90.000.000,00. Pembayaran jasa
konsultasi akan dilakukan setiap bulan. CV Pasti Bisa mulai memberikan jasa
konsultasi sejak tanggal 1 Mei 2014. Pada tanggal 10 Juni 2014, CV Pasti
Bisa mengajukan tagihan untuk pembayaran jasa konsultasi bulan Mei
sebesar Rp15.000.000,00. PT Pelangi melakukan pembayaran atas tagihan
tersebut pada tanggal 20 Juni 2014. Kapan Faktur Pajak harus dibuat, dan
berapa besar DPP serta PPN terutang atas transaksi tersebut?

Perpajakan 2 148
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

D. DAFTAR PUSTAKA

Untung Sukardji. (2010). Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia, Jakarta :


PT. Raja Grafindo Persada.

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai. Sekertariat Negara. Jakarta

Pemerintah Indonesia. 2021. Undang Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang


Harmonisasi Perpajakan. Sekertariat Negara. Jakarta

Heri Purwono. (2010). Dasar-dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:


Airlangga.

Perpajakan 2 149

Anda mungkin juga menyukai