Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

NATSR

Tentang

Khutbah Ali bin Abi Thalib

Disusun Oleh :

Muhammad Irfan : 2011010009

Siti Hartati Ningsih : 2011010011

Natasya Marviori : 2011010020

Dosen Pengampu :

Husnul Hamdi, MA.

Dr. Syofyan Hadi, SS., M.Ag., MA.Hum.

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1444 H / 2022 M
A. PENDAHULUAN

Salah satu karya sastra Arab adalah Natsr atau dikenal dalam Bahasa Indonesia
dengan istilah “prosa”. Prosa adalah ungkapan yang tidak memiliki wazan serta juga
tidak memiliki qafiyah (Wargadinata dan Fitrisani, 2018:161). Natsr atau prosa tersebut
memiliki beberapa macam yaitu khutbah, wasiat, hikmah, nasehat, peribahasa dan
macam-macam yang lain. Pembahasan pada kesempatan kali ini adalah tentang salah
satu jenis prosa yaitu khutbah Ali bin Abi Thalib.
B. PEMBAHASAN

1. Biografi Ali bin Abi Thalib

Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab.
Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad,
sekitar tahun 23 H atau 599 M (Syalabi, 1997). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali
dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Rasulullah SAW masih diperselisihkan
hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun,
ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman
Rasulullah SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk
mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani diantara
kalangan Quraisy Mekkah. Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama
Haydar, Rasulullah terkesan tidak suka, karena itu mulai memanggil dengan Ali yang
berarti Tinggi (derajat di sisi Allah).

Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Rasulullah karena
beliau tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi
kesempatan bagi Rasulullah bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan
menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib
yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali
sudah bersama dengan Muhammad. Ketika Rasulullah menerima wahyu, riwayat-
riwayat lama seperti Ibnu Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang
mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri Nabi
sendiri. Pada saat itu Ali berusia sekitar 10 tahun.

Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari
Rasulullah SAW karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan
Rasulullah dan mengawinkannya dengan putri Beliau yang bernama Fatimah. Hal
inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran
tertentu masalah ruhani atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang
diajarkan Rasulullah khusus kepada Ali tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-
sahabat yang lain.
Bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah
maupun kemasyarakatan semua yang diterima Rasulullah harus disampaikan dan
diajarkan kepada umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada
orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-masing. Didikan langsung dari
Rasulullah SAW kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir
(exterior)atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi
seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak, fasih dalam berbicara, dan salah
satu orang yang paling banyak meriwayatkan hadits Rasulullah SAW. Selain itu Ali
adalah orang yang sangat berani dan perkasa dan selalu hadir pada setiap peperangan
karena itu dia selalu berada di barisan paling depan pada setiap peperangan yang
dipimpin Rasulullah.

2. Khutbah Ali bin Abi Thalib

Khutbah ini merupakan khutbah Ali untuk mengajak sahabat-sahabatnya


menolak atau menurunkan Mu’awiyah dari jabatannya atau kedudukannya. Ini terjadi
setelah pembunuhan Usman bin Affan. Teks Khutbahnya adalah sebagai berikut:

‫عباد هللا ! ما لكم اذا أمرتكم ان تنفروا سبيل هللا ااثقلتم اىل األرض ! أرضيتم ابحلياة الدنيا من اآلخرة بدال‬

،‫ كأنكم من املوت ىف سكرة‬،‫؟ و ابلذل و اهلوان من العز خلفا ؟ او كلما نديتكم اىل اجلهاد دارت اعينكم‬

.‫ و كأن ابصاركم كمه فأنتم ال تبصرون‬،‫و كأن قلوبكم مألوسة فأنتم ال تعقلون‬

‫ ان‬،‫ و ال ينام عنكم ىف غفلة سا هون‬،‫ و تنتقض اطرافكم فال متتعضون‬،‫هلل انتم ! تكادون وال تكيدون‬

.‫ و املغلوب مقهور و مسلوب‬،‫اخا احلرب اليقظان ذو العقل و ابت لذل من وادع و غلب املتخاذلون‬

‫ وتوفري‬،‫ فأما حقكم علي فالنصيحة لكم ما صحبتكم‬،‫ و إن لكم علي حقا‬،‫ فإن ل عليكم حقا‬،‫اما بعد‬

‫ و النصح‬،‫ و أما حقي عليكم فالوفاء ابلبيعة‬،‫ و تعليمكم كيال جتهلوا و أتديبكم كيما تعلموا‬،‫فيئكم عليكم‬
‫ فإن يرد هللا بكم خريا تنزعوا عما‬.‫ و الطاعة حني امركم‬،‫ و اإلجابة حني أدعوكم‬،‫ل ىف املغيب و املشهد‬

.‫ و تدركون ما أتملون‬،‫ و ترجعوا اىل ما احب تنالوا ما تطلبون‬،‫اكثره‬

a. Ulasan dan Kajian kebahasaan dari khutbah Ali bin Abi Thalib

Pada paragraf pertama Ali menyampaikan khutbahnya dengan memakaikan


gaya bahasa istifham, ta’ajjub yang tujuannya supaya khutbah yang disampaikan benar-
benar teresapi dan menggugah pendengarnya. Dalam paragraph pertama Ali juga
memakaikan gaya bahasa kinayah.

Pada paragraf kedua Ali menyampaikan khutbahnya dengan Bahasa atau


intonasi yang lembut berbeda dengan paragraf pertama. Gaya bahasa Ali yaitu terhindar
dari gaya bahasa yang keras atau berbicara dengan nada yang lebih rendah.

Pada paragraf ketiga Ali menyampaikan khutbahnya dengan nada yang rendah
juga, dia mnenyampaikan khutbahnya ketika dirinya sudah merasa sangat tenang.
Dalam paragraf ketiga ini tidak terdapat kajian kebahasaan atau unsur balaghah.

b. Komentar Umum

Khutbah Ali ini merupakan salah satu contoh khutbah pada masa keislaman.
Khutbah yang disampaikan Ali bersifat efektif. Dalam khutbahnya terdapat gaya
bahasa istifham, ta’ajjub dan sebagainya. Kita juga melihat bagaimana permainan
emosi Ali dalam menyampaikan khutbahnya. Ini merupakan karakteristik gaya bahasa
untuk mempengaruhi lawan bicara dan menggerakkan hati mereka. Gaya bahasa Ali
dalam berkhutbah terkadang seperti bahasa Al-Quran.
C. PENUTUP

Salah satu jenis prosa yaitu khutbah atau pidato. Contohnya seperti khutbah Ali
yang disampaikannya untuk mengajak sahabat-sahabatnya menolak atau menurunkan
Mu’awiyah dari jabatannya atau kedudukannya. Ini terjadi setelah pembunuhan Usman
bin Affan. Dalam penyampaian khutbahnya Ali memakaikan gaya bhasa istifham,
ta’ajjub sertta kinayah.
DAFTAR PUSTAKA

Syalabi, Ahmad. (2007). Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna

Wargadinata, W., & Fitriani, L. (2018). Sastra Arab Masa Jahiliyah dan Islam. Malang:

UIN_Malang Press

Anda mungkin juga menyukai