Anda di halaman 1dari 54

TATA CARA BARIS BERBARIS

DAN UPACARA SIPIL


Yunita Sari, S.E.
Ali Wardhana
Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena ni’mat dan karunia-Nya, Penyusun diberikan
kesanggupan dan kelancaran dalam menyelesaikan Modul Tata Cara Baris Berbaris dan Upacara
Sipil ini tepat pada waktunya.

Modul Tata Cara Baris Berbaris dan Upacara Sipil merupakan salah satu media
pembelajaran yang akan menunjang efektivitas pembelajaran serta membantu mahasiswa
perkuliahan Pendidikan Ilmu Kepegawaian Badan Kepegawaian Negara dalam memahami dan
mengaplikasi materi yang akan dipelajari mengenai Tata Cara Baris Berbaris dan Upacara Sipil.

Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna. Perbaikan maupun
perubahan modul sangat terbuka dan dimungkinkan karena perkembangan lingkungan strategis
birokrasi serta perubahan kebijakan yang terus-menerus terjadi. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Kepala Pusat Pengembangan Kepegawaian Aparatur Sipil Negara BKN, Tim
Pengelola dan Sekretariat Pendidikan Ilmu Kepegawaian BKN serta seluruh pihak yang telah
mendukung penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi media pembelajaran yang
memberikan manfaat bagi seluruh pihak.

Bogor, September 2021

Penulis

2
Daftar Isi
Kata Pengantar ..................................................................................................................................... 2
BAB I Baris Barbaris ........................................................................................................................... 4
1. Pengertian Baris Berbaris ...................................................................................................... 4
2. Tujuan Baris Berbaris ............................................................................................................. 4
3. Manfaat Peraturan Baris Berbaris ........................................................................................ 5
4. Fungsi berdiri dalam Barisan ................................................................................................. 5
Soal Latihan ........................................................................................................................................... 6
BAB II INSTRUKSI ................................................................................................................................ 8
A. Pengertian Aba-Aba/Instruksi:............................................................................................... 8
B. Gerakan di Tempat ................................................................................................................. 8
1) Sikap Sempurna ...................................................................................................................... 8
2) Istirahat ..................................................................................................................................... 9
3) Periksa Kerapihan ................................................................................................................. 11
4) Berkumpul............................................................................................................................... 11
Soal Latihan .......................................................................................................................................... 26
BAB III APEL........................................................................................................................................ 31
Pengertian Apel .................................................................................................................................... 31
a. Tata cara Apel ........................................................................................................................ 31
b. Manfaat Apel .......................................................................................................................... 32
Soal Latihan .......................................................................................................................................... 33
BAB IV Tata Upacara Sipil ............................................................................................................... 35
1. Manfaat Tata Upacara Sipil ................................................................................................. 35
2. Pengertian dan Pembagian Tata Upacara ........................................................................ 35
Soal Latihan .......................................................................................................................................... 38
BAB V Tata Upacara Bendera ......................................................................................................... 40
A. Pedoman Tata Upacara Bendera ....................................................................................... 40
B. Kelengkapan Upacara Bendera .......................................................................................... 40
Soal Latihan Bab 5 ............................................................................................................................... 53

3
BAB I Baris Barbaris

1. Pengertian Baris Berbaris


Pengertian Baris Berbaris merupakan Latihan fisik yang diperlukan untuk
menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina kerja
sama antar mahasiswa.
Baris berbaris adalah kegiatan fisik yang diperuntukkan untuk
menanamkan disiplin, patriotisme dan tanggung jawab serta membentuk sikap
lahir dan batin yang bertujuan agar terbentuk suatu perwatakan tertentu.
Kedisiplinan merupakan modal utama keberhasilan dalam melaksanakan
tugas jabatan dan tanpa adanya kedisiplinan maka pekerjaan yang dijalankan
tidak akan berjalan maksimal dan terbengkalai.
Materi baris-berbaris diberikan kepada mahasiswa Pendidikan Ilmu
Kepegawaian (selanjutnya disebut PIK) untuk mengikuti kegiatan apel dan
kegiatan upacara dengan melakukan gerakan di tempat dan berjalan dengan
tertib guna mendukung penegakan disiplin dalam pelaksanaan baris-berbaris.

2. Tujuan Baris Berbaris


Baris Berbaris memiliki beberapa tujuan untuk menumbuhkan sikap
jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, rasa disiplin dan tanggung
jawab serta dapat dipercaya.
Sikap jasmani yang tegap dan tangkas adalah mengarahkan pertumbuhan
tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok tersebut dengan sempurna. Rasa
persatuan adalah adanya rasa senasib sepenanggungan serta terbangunnya
iaktan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas. Disiplin adalah
mengutamakan kepentingan individu yang hakikatnya tidak lain daripada
keikhlasan menyisihkan pilihan hati sendiri. Rasa tanggung jawab adalah
keberanian untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya tetapi
menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan Tindakan yang
akan dapat merugikan kelompok.

4
Prakti baris berbaris sangat bermanfaat bagi para mahasiswa PIK yang
sebennarnya juga pegawai dari berbagai macam instansi dari Pusat dan
Daerah baik selama masa perkuliahan maupun setelah masa perkuliahan telah
selesai guna mendukung tugas pokok, pembinaan disiplin dan memupuk rasa
kebersamaan antar peserta yang dilatih melalui kegiatan PBB, dengan
melakukan gerakan-gerakan energik berdisiplin tinggi serta penciptan rasa
karsa dari Latihan PBB sebagai bekal dalam pelaksaanaan tugas

3. Manfaat Peraturan Baris Berbaris


Baris berbaris memiliki beberapa manfaat yang bisa didapat dari baris berbaris,
antara lain:
• Melatih daya konsentrasi
• Belajar tentang solidaritas tim
• Belajar mendengar dan patuh
• Belajar untuk diam dan mengatur emosi

4. Fungsi berdiri dalam Barisan


• Memudahkan pengawasan dan penertiban para anggota
• Memudahkan menghitung jumlah anggota

5
Soal Latihan
Essay:
1. Apa saja manfaat dan tujuan baris berbaris
2. Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup
suatu organisasi masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan
tertentu adalah
3. Mengapa di setiap institusi pemerintah atau sekolah sekolah formal di adakan
persatuan baris berbaris
4. Menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin
sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas
diatas kepentingan individu, dan secara tak langsung juga menanamkan rasa
tanggung jawab. Termasuk dalam
5. Peraturan baris berbaris yaitu

Pilihan Ganda:

1. suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup disiplin pada
suatu organisasi masyarakat yang diarahkan terhadap terbentuknya perwatakan tertentu adalah
a. Pengertian dari baris ber baris
b. Maksud Baris berbaris
c. Manfaat Baris berbaris
d. Teori baris berbaris
2. Gerakan dasar pada baris berbaris antara lain
a. Sikap sempurna atau siap
b. Hadap serong kanan
c. Hadap serong kiri
d. Semua benar
3. Suatu perintah komando yang diberikan oleh seseorang Pemimpin kepada yang dipimpin untuk
dilaksanakannya pada waktunya secara serentak atau berturut-turut dalam berbaris merupakan
a. Perintah komandan
b. Aba – aba
c. Teori baris berbaris
d. Gerakan dalam baris berbaris

6
4. Baris berbaris memiliki beberapa manfaat, kecuali
a. Menumbuhkan rasa disiplin
b. Menumbuhkan kebersamaan
c. Melemaskan otot
d. Melatih solidaritas
5. Menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas mengarahkan pertumbuhan tubuh
agar sehat secara jasmani serta dapat menjalankan berbagai tugas pokok dengan sempurna
adalah
a. Pengertian baris berbaris
b. Tujuan baris berbaris
c. Manfaat baris berbaris
d. Gerakan baris berbaris

7
BAB II INSTRUKSI

A. Pengertian Aba-Aba/Instruksi:
Aba-aba adalah perintah yang diberika oleh seorang Komandan, pemimpin
atau pejabat yang ditunjuk kepada pasukan/sekelompok orang untuk
dilaksanakan pada waktunya serentak atau berturut-turut dengan tepat dan
tertib. Dalam baris berbaris ada tiga macam aba-aba, yaitu:
a. Aba-aba petunjuk
Aba-aba petunjuk hanya dipergunakan hanya jika perlu, untuk menegaskan
maksud dari pada aba-aba peringatan/pelaksanaan.
b. Aba-aba peringatan
c. Aba-aba peringatan adalah inti yang harus jelas untuk dapat dilaksanakan
tanpa ragu-ragu.
d. Aba-aba pelaksanaan
Aba-aba ketegasan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan
aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut.

B. Gerakan di Tempat
Gerakan di tempat terbagi menjadi sebelas gerakan, antara lain:
1) Sikap Sempurna
Sikap sempurna adalah sikap siap posisi berdiri dan duduk, dalam
pelaksanaannya sikap sempurna tidak ada gerakan bagi anggota tubuh
dengan ketentuan yang telah diatur pada tiap-tiap bentuk posisi sikap
sempurna.
Sikap sempurna diawali dari sikap istirahat. Aba-aba dalam sikap
sempurna terdiri dari atas:
a. Pada posisi berdiri atas “SIAP = GERAK”.
b. Pada posisi duduk “DUDUK SIAP = GERAK”

Pertama Pelaksanaan sikap sempurna posisi berdiri diatur dengan


ketentuan sebagai berikut:

8
Sikap berdiri badan tegak, kedua tumit rapat dengan kedua telapak kaki
membentuk sudut 45 ̊, Lutut lurus dan paha dirapatkan, tumpuan berat
badan dibagi atas kedua kaki, perut ditarik dan dada dibusungkan,
pundak ditarik sedikit kebelakang dantidak dinaikkan, kedua tangan
lurus dan rapat disamping badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari
tangan menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha, punggung
ibu jari menghadap kedepan merapat pada jahitan celana, leher lurus,
dagu ditarik sedikit ke belakang, mulut ditutup, pandangan mata lurus
mendatar kedepan, bernapas sewajarnya.

Kedua, Sikap sempurna posisi duduk di kursi diatur dengan ketentuan


ketentuan sebagai berikut:

Sikap duduk dengan badan tegak, punggung tidak bersandar pada


sandaran kursi, kedua tumit dirapatkan dengan kedua telapak kaki
membentuk sudut 45 ,̊ berat badan bertumpu pada pinggul, lutut dan
paha dibuka selebar bahu, khusus Wanita TNI saat menggunakan rok
lutut dan paha dirapatkan, perut ditarik dan dada dibusungkan
sewajarnya, kedua tangan menggenggam lurus kedepandiletakkan di
atas lutut dengan punggung tangan menghadap keatas. h. Leher lurus,
dagu ditarik ke belakang sewajarnya, mulut ditutup, pandangan mata
lurus mendatar kedepan, bernapas sewajarnya.

Ketiga, Pelaksanaan sikap sempurna posisi duduk bersila diatur dengan


ketentuan sebagai berikut:

2) Istirahat
Sikap istirahat adalah sikap posisi berdiri dan duduk, dalam
pelaksanaannya sikap rileks bagi anggota tubuh dengan ketentuan
yang tekah diatur pada tiap-tiap bentuk posisi sikap istirahat.
Sikap istirahat diawali dari sikap sempurna. Aba-aba dalam sikap
istirahat antara lain:
a. Istirahat biasa “ISTIRAHAT DI TEMPAT = GERAK”

9
b. Istirahat perhatian “UNTUK PERHATIAN, ISTIRAHAT DI TEMPAT =
GERAK”
c. Istirahat Parade “PARADE, ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”
Pelaksanaan sikap istirahat posisi berdiri diatur dengan ketentuan
sebagai berikut:
Kaki kiri dipindahkan kesamping kiri, dengan jarak selebar bahu, kedua
belah tangan dibawa ke belakang, tangan kiri memegang pergelangan
tangan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk tepat dipergelangan
tangan kanan, punggung tangan kiri diletakkan dipinggang, tangan
kanan menggenggam, pandangan mata tetap lurus ke depan, khusus
istirahat parade posisi kedua kepalan tangan diletakkan di atas
pinggang bagian belakang.

Pelaksanaan sikap istirahat posisi duduk di kursi diatur dengan


ketentuan sebagai berikut:
Kedua kaki dibuka selebar bahu, wanita TNI/PNS Wanita yang
menggunakan celana panjang kedua tumit dan lutut tetap dibuka
selebar bahu. Wanita TNI/PNS Wanita yang menggunakan rok, tumit
dan lutut tetap rapat. Badan dikendorkan, lengan dibengkokan/ditekuk,
jari-jari tangan dibuka, punggung tangan menghadap keatas, tangan kiri
diletakkan di atas paha kiri dan tangan kanan di atas paha kanan,
pandangan mata lurus ke depan.

Pelaksanaan sikap istirahat posisi duduk di kursi diatur dengan


ketentuan sebagai berikut:
Kedua kaki dibuka selebar bahu, Wanita TNI/PNS Wanita yang
menggunakan celana panjang kedua tumit dan lutut tetap dibuka
selebar bahu. Wanita TNI/PNS Wanita yang menggunakan rok, tumit
dan lutut tetap rapat. Badan dikendorkan, Lengan dibengkokan/ditekuk,
jari-jari tangan dibuka, punggung tangan menghadap keatas, tangan kiri

10
diletakkan di atas paha kiri dan tangan kanan di atas paha kanan,
pandangan mata lurus ke depan.
3) Periksa Kerapihan
Periksa kerapian adalah suatu kegiatan dengan posisi berdiri yang
dilaksanakan dengan dua cara biasa dan parade dilakukan untuk
memperbaiki dan merapihkan pakaian dan perlengkapan yang melekat
pada tubuh dengan ketentuan yang telah diatur pada kedua cara yang
berbeda.
Tata cara periksa kerapian dilaksanakan dengan urutan berikut:
Saat aba-aba “MULAI” melaksanakan sikap sempurna, badan
dibungkukkan 90°, kaki lurus, kedua tangan tergantung lurus kebawah,
kelima jari dibuka, selanjutnya merapihkan bagian bawah secara
berurutan, dimulai dari kaki kiri dan kaki kanan (bagian tali sepatu),
dilanjutkan merapihkan saku celana bagian lutut sebelah kiri dan kanan
(bila menggunakan PDL), berikutnya menarik ujung baju bagian bawah
depan, menarik ujung baju bagian bawah belakang, merapihkan
lidah/tutup saku dada bagian kiri dan kanan, merapihkan kerah baju
bagian kiri dan kanan, membetulkan tutup kepala (topi/baret),
selanjutnya tangan kembali ke sikap sempurna, setelah ada aba-aba
pelaksanaan “SELESAI” kembali ke sikap istirahat.
4) Berkumpul
a. Berkumpul formasi bersaf
1) Dari istirahat bebas.
2) Aba-aba:”BERSAF KUMPUL = MULAI “.“SELESAI”.
3) Pelaksanaan:
• Komandan/pemimpin memanggil satu orang sebagai
penjuru.Contohnya: “KOPDA JEFRI SEBAGAI
PENJURU”.
• Kopda Jefri menghadap penuh ke arah pemanggil,
mengambil sikap sempurna dan mengulangi kata-kata
pemanggil. “SIAP KOPDA JEFRI SEBAGAI PENJURU”.

11
• Mengambil sikap berlari menuju pemanggil dan berhenti ±
6 langkah di depannya menghadap penuh.
• Komandan/Pimpinanmemberi aba-aba petunjuk dan
peringatan“PELETON I - BERSAF KUMPUL”, secara
serentak seluruh personel mengambil sikap sempurnadan
menghadap penuh.
• Setelah aba-aba pelaksanaan “MULAI” seluruh personel
mengambil sikap berlari kemudian berlari menuju
kepenjuru.
• Selanjutnya masing-masing personel menempatkan diri di
belakang dan samping kiri penjuru, membentuk formasi
bersaf.
• Penjuru mengucapkan “LURUSKAN”, personel yang
dibelakang penjuru melaksanakan
• Penjuru kanan mengucapkan “LURUS” maka saf depan
menurunkan lengan dan secara serentak kepala kembali
menghadap kedepan dalam keadaan sikap sempurna.
• Setelah ada aba-aba “SELESAI”, seluruh pasukan
mengambil sikap istirahat.
b. Berkumpul formasi berbanjar
1) Dari istirahat bebas.
2) Aba-aba:”BERBANJAR KUMPUL = MULAI “.“SELESAI”.
3) Pelaksanaan:
• Komandan/pemimpin memanggil satu orang sebagai
penjuru.Contohnya : “KOPDA DADANG SEBAGAI
PENJURU”.
• Kopda Dadang menghadap penuh ke arah pemanggil,
mengambil sikap sempurna dan mengulangi kata-kata
pemanggil. “SIAP KOPDA DADANG SEBAGAI
PENJURU”.

12
• Mengambil sikap berlari kemudianberlari
menujupemanggil dan berhenti ± 6 langkah di depannya
menghadap penuh.
• Komandan/Pimpinan memberi aba-aba petunjuk dan
peringatan “PELETON I BERBANJAR KUMPUL”, secara
serentak seluruh personel mengambil sikap sempurna
dan menghadap penuh
• Setelah aba-aba pelaksanaan “MULAI” seluruh personel
mengambil sikap berlari kemudian berlari menuju
kepenjuru.
• Selanjutnya masing-masing personel menempatkan diri di
samping kiri dan belakang penjuru, membentuk formasi
berbanjar.
• Penjuru mengucapkan “LURUSKAN”, personel yang
lainnya secara serentak untuk yang dikiri penjuru
melaksanakan lencang kanan dan memalingkan kepala
kekanan kemudian menurunkan tangan menghadap
kedepan sedangkan yang dibelakang penjuru
melaksanakan lencang depan untuk meluruskan.
• Setelah orang yang paling belakang/banjar kanan paling
belakang melihat barisannya sudah lurus, maka ia
memberikan isyarat dengan mengucapkan “LURUS”,
secara serentak personel yang dibelakang penjuru
menurunkan lengan kanan dan kembali kesikap
sempurna.
• Setelah ada aba-aba “SELESAI” seluruh pasukan
mengambil sikap istirahat
c. Apabila lebih dari 9 orang selalu berkumpul dalam bersyaf 3 atau
berbanjar 3, kalau kurang dari 9 orang menjadi bersaf/berbanjar
satu.Meluruskan ke depan hanya digunakan dalam berbentuk
berbanjar.Penunjukan penjuru tidak berdasarkan kepangkatan.

13
5) Lencang Kanan/Kiri
Ketentuan umum lencang Kanan/Kiri sebagai berikut:
a. Pasukan dalam posisi sikap sempurna.
b. Aba-aba sebagai berikut:
• Untuk lencang kanan/kiri “LENCANG KANAN/KIRI = GERAK “
c. Dilaksanakan dalam formasi bersaf dan berbanjar.

Tata cara lencang kanan dan atau lencang kiri diatur dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. Dilaksanakan pada saat pasukandalam formasi bersaf.


b. Pada aba-aba pelaksanaan saf paling depan mengangkat lurus
lengan kanan/kiri mengambil jarak satu lengan sampai tangan
menyentuh bahu orang yang berada disebelahnya. Jari tangan
mengenggam dan kepala dipalingkan ke kanan/kiri dengan tidak
terpaksa.
c. Penjuru saf tengah dan belakang, melaksanakan lencang depan 1
lengan ditambah 2 kepal, setelah lurus menurunkan tangan secara
bersama-sama kemudian ikut memalingkan muka ke samping
kanan/kiri dengan tidak mengangkat tangan.
d. Masing-masing saf meluruskan diri hingga dapat melihat dada
orang-orang yang berada disebelah kanan/kiri sampai kepada
penjuru kanan/kirinya.
e. Penjuru kanan/kiri tidak berubah tempat.
f. Setelah lurus aba-aba “TEGAK = GERAK”.
g. Kepala dipalingkan kembali ke depan bersamaan tangan kanan
kembali ke sikap sempurna.

6) Setengah lengan lencang kanan/kiri


Ketentuan umum setengah lencang Kanan/Kiri sebagai berikut:
a. Pasukan dalam posisi sikap sempurna.
b. Aba-aba sebagai berikut:

14
• Untuk setengah lengan lencang kanan/kiri “SETENGAH
LENGAN LENCANG KANAN/KIRI = GERAK “
c. Dilaksanakan dalam formasi bersaf dan berbanjar.

Tata cara setengah lengan lencang kanan dan atau setengah lengan
lencang kiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
• Secara umum pelaksanannya sama seperti lencang
kanan/kiri.
• Tangan kanan/kiri diletakkan dipinggang (bertolak pinggang)
dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri disebelah
13 kanan/kirinya, pergelangan tangan lurus, ibu jari disebelah
belakang dan empat jari lainnya rapat disebelah depan.
• Pada aba-aba “TEGAK = GERAK” semua serentak
menurunkan lengan memalingkan muka kembali ke depan
dan berdiri dalam sikap sempurna.
7) Lencang Depan
a. Pasukan dalam posisi sikap sempurna.
b. Aba-aba sebagai berikut:
• Untuk lencang depan “LENCANG DEPAN = GERAK”
c. Dilaksanakan dalam formasi bersaf dan berbanjar.

Tata cara lencang depan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

• Dilaksanakan pada saat pasukan dalam formasi berbanjar.


• Penjuru tetap sikap sempurna sedangkan banjar kanan nomor
dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat
tangan jari-jari tangan menggenggam, punggung tangan
menghadap ke atas jarak 1 lengan ditambah 2 kepal orang yang
di depannya.
• Banjar dua dan tiga saf terdepan mengambil antara satu
lengan/setengah lengan disamping kanan, setelah lurus

15
menurunkan tangan, serta menegakkan kepala kembali dengan
serentak.
• Pada aba-aba “TEGAK = GERAK” banjar kanan kecuali penjuru
secara serentak menurunkan lengan dan berdiri dalam sikap
sempurna.
8) Berhitung
Berhitung terbagi menjadi dua bagian yakni berhitung dalam bentuk
formasi bersaf dan juga berhitung dalam formasi berbanjar.
Berhitung dalam bentuk formasi bersaf
a. Dari sikap sempurna berdiri
b. Aba-aba: “HITUNG = MULAI”
c. Pelaksanaan:
• Setelah ada aba-aba peringatan: “HITUNG”, barisan yang
berada di saf paling depan memalingkan kepala secara
serentak kearah kanan 45 ,̊ kecuali personel yang bertindak
sebagai penjuru kanan pandang lurus kedepan.
• Aba-aba pelaksanaan: “MULAI” hitungan pertama diawali dari
penjuru kanan dengan kepala tidak dipalingkan.
• Untuk urutan kedua dan seterusnya bersamaan dnegan
menyebut dua dan seterusnya kepala dipalingkan kearah
semula (lurus kedepan)
• Untuk personel paling kiri belakang melaporkan dari tempat
jumlah kekurangan “KURANG …” atau “LENGKAP”

Berhitung dalam bentuk formasi berbanjar:

a. Dari sikap sempurna berdiri


b. Aba-aba: “HITUNG = MULAI”
c. Pelaksanaan:
• Personel paling depan banjar kanan mengawali hitungan
pertama dan berturut-turut ke belakang menyebutkan
nomornya masing-masing dengan kepala tegap.

16
• Personel paling kiri belakang melaporkan dari tempat jumlah
kekurangan “KURANG …” atau “LENGKAP”.
9) Perubahan Arah
a. Hadap kanan/kiri
Urutan kegiatan hadap kanan yakni:
• Aba-aba “HADAP KANAN = GERAK”
• Saat aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan melintang di
depan kaki kanan dengan lekukan kaki kiri berada di ujung
kaki kanan, berat badan berpindah ke kaki kanan pandangan
mata tetap lurus kedepan.
• Tumit kaki kanan dan badan diputar ke kanan 90 ̊ dengan
poros tumit kaki kanan.
• Kaki kiri dirapatkan Kembali ke kaki kanan seperti dalam
keadaan sikap sempurna.

Urutan kegiatan hadap kanan yakni:

• Aba-aba “HADAP KIRI = GERAK”


• Saat aba-aba pelaksanaan kaki kakanan diajukan melintang
di depan kaki kiri dengan lekukan kaki kanan berada di ujung
kaki kiri, berat badan berpindah ke kaki kiri, pandangan mata
tetap lurus kedepan.
• Tumit kaki kiri dan badan diputar ke kiri 90 ̊ dengan poros
tumit kaki kiri.
• Kaki kanan dirapatkan kembali ke kaki kiri seperti dalam
keadaan sikap sempurna.
b. Hadap serong kanan/kiri
• Aba-aba “HADAP SERONG KANAN = GERAK”
• Pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan digeser sejajar
dengan kaki kiri, berjarak ± 20 cm atau selebar bahu, posisi
badan dan pandangan mata tetap lurus kedepan.

17
• Kaki kanan dan badan diputar ke kanan 45 ̊ dengan poros
tumit kaki kanan.
• Tumit kaki kiri dirapatkan ke tumit kaki kanan dengan tidak
diangkat.
c. Balik kanan
Urutan kegiatan balik kanan diatur sebagai berikut:
• Aba-aba “BALIK KANAN = GERAK”
• Kaki kiri diajukan melintan di depan kaki kanan, lekukan kaki
kiri di ujung kaki kanan membentuk huruf “T” dengan jarak
satu kepalan tangan, tumpuan berat badan berada di kaki kiri,
posisi badan dan pandangan mata tetap lurus kedepan.
• Kaki kanan dan badan diputar ke kanan 180 ̊ dengan poros
tumit kaki kanan.
• Tumit kaki kiri dirapatkan ke tumit kaki kanan tidak diangkat
(kembali seperti dalam keadaan sikap sempurna).
10) Membuka/Menutup Barisan
a. Buka barisan
Ketentuan membuka barisan:
• Membuka barisan diawali dengan posisi sikap sempurna
dengan formasi berbanjar.
• Aba-aba pada kegiatan membuka barisan adalah “BUKA
BARISAN= JALAN”
• Pada aba-aba pelaksanaan banjar kanan dan kiri melangkah
satu Langkah ke samping kanan dan kiri, sedangkan banjar
tengah tetap di tempat.
b. Tutup barisan
• Menutup barisan diawali dari posisi sikap sempurna dengan
formasi berbanjar.
• Aba-aba adalah “TUTUP BARISAN = JALAN”

18
• Pada aba-aba pelaksanaan banjar kanan dan kiri melangkah
satu langkah ke samping kanan dan kiri, sedangkan banjar
tengah tetap di tempat.
c. Membubarkan barisan
• Aba-aba “BUBAR = JALAN”
• Pelaksanaan: pada aba-aba pelaksanaan tiap anggota
barisan wajib menyampaikan penghormatan kepada
pimpinan barisan, sesudah dibalas kembali dalam sikap
sempurna kemudian melakukan gerakan “BALIK KANAN”
dan setelah menghitung sampai dua hitungan dalam hati,
melaksanakan seperti Langkah pertama dalam gerakan
“MAJU = JALAN” selanjutnya bubar menuju ke tempat
masing-masing.
C. Gerakan Berjalan
Panjang, tempo dan macam Langkah yang terdapat pada gerakan berjalan:
a. Langkah biasa 65 cm / 103 tiap menit
b. Langkah tegap / defile 65 / 103 tiap menit
c. Langkah perlahan 40 cm / 30 tiap menit
d. Langkah ke samping 40 cm / 70 tiap menit
e. Langkah ke belakang 40 cm / 70 tiap menit
f. Langkah ke depan 60 cm / 70 tiap menit
g. Langkah waktu lari 80 cm /165 tiap menit
Gerakan berjalan ada empat Langkah berjalan, antara lain akan dijelaskan
pada poin berikut:
a. Maju jalan
Gerakan maju jalan diawali dari sikap sempurna.
Aba-aba: “MAJU = JALAN”
Pelaksanaan gerakan maju jalan:
• Kaki kiri dilangkahkan kedepan dengan lutut lurus telapak kaki
diangkat sejajar dengan tanah setinggi ± 20 cm.

19
• Tangan kanan dilenggangkan lurus ke depan membentuk 90° sejajar
dengan bahu, jari tangan kanan menggenggam dengan punggung
ibu jari menghadap ke atas.
• Tangan kiri dilenggangkan ke belakang dnegan sudut 30°, jari
tangan kiri menggenggam dengan punggung ibu jari menghadap ke
bawah
• Kaki kiri dihentakkan, selanjutnya kaki kanan dilangkahkan ke depan
setelah kaki kiri tepat pada posisinya, untuk ayunan tangan setelah
Langkah pertama kedepan 45°, ke belakang 30°.
• Demikian seterusnya secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan.
b. Langkah biasa
Dari sikap sempurna.
Aba-aba:“MAJU = JALAN”.
Pelaksanaan:
• Langkah pertama kaki kiri dihentakkan, kaki lurus, telapak kaki
diangkat ± 20 cm, bersamaan itu lengan kanan dilenggangkan lurus
ke depan membentuk sudut 90° sejajar dengan bahu, punggung ibu
jari menghadap ke atas, lengan kiri dilenggangkan ke belakang
dengan sudut 30°.
• Langkah selanjutnya dilakukan secara bergantian, kaki kanan
dilangkahkan ke depan, telapak kaki diangkat ± 20 cm, bersamaan
itu tangan kiri dilenggangkan lurus ke depan membentuk sudut 45°,
punggung ibu jari menghadap ke atas, tangan kanan dilenggangkan
ke belakang dengan sudut 30°
c. Langkah tegap
Dari sikap sempurna.
Aba-aba:“LANGKAH TEGAP MAJU = JALAN”.
Pelaksanaan.
• Langkah pertama kaki kiri dihentakkan, lutut lurus, telapak kaki rata
dan sejajar dengan tanah, diangkat ± 20 cm, bersamaan itu lengan

20
kanan dilenggangkan lurus ke depan membentuk sudut 90° sejajar
dengan bahu, punggung ibu jari menghadap ke atas, lengan kiri
dilenggangkan ke belakang dengan sudut 30°.
• Langkah selanjutnya dilakukan secara bergantian, kaki kanan
dihentakkan, lutut lurus, telapak kaki menghadap ke depan diangkat
± 20 cm, bersamaan itu lengan kiri dilenggangkan lurus ke depan
membentuk sudut 90° sejajar dengan bahu, punggung ibu jari
menghadap ke atas, lengan kiri dilenggangkan ke belakang dengan
sudut 30°.
d. Langkah ke samping
Dari sikap sempurna
Aba-aba: “……… LANGKAH KE KANAN/KIRA = JALAN”
Pelaksanaan. Pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan/kiri dilangkahkan ke
samping kanan/kiri. Selanjutnya kaki kiri/kanan dirapatkan pada kaki
kanan/kiri, sikap akan tetap seperti pada sikap semua.
e. Langkah ke Belakang
Dari sikap semua
Aba-aba: “…….. LANGKAH KEDEPAN = JALAN”
Pelaksanaan:
• Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri melangkah ke belakang
sepanjang 40 cm dan sesuai dengan ntempo yang telah ditentukan.
• Melangkah sesuai jumlah langkah yang diperintahkan.
• Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap badan seperti dalam
sikap sempurna.
f. Langkah ke depan
Dari sikap sempurna
Aba-aba: “…..LANGKAH KEDEPAN = JALAN”
Pelaksanaan:
• Pada aba-aba pelaksanaan dimulai kaki kiri melangkah ke depan
bergantian dengan kaki kanan melangkah sesuai jumlah langkah
yang diperintahkan.

21
• Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap badan seperti dalam
sikap sempurna.
g. Langkah berlari
1) Dari sikap sempurna
Gerakan Langkah berlari dari sikap sikap sempurna dimulai dari aba-
aba: “LARI MAJU = JALAN”
Pelaksanaan:
• Pada aba-aba peringatan kedua tangan dikepalkan dengan
lemas dan diletakkan dipinggang sebelah depan, punggung
tangan menghadap keluar.
• Kedua siku sedikit kebelakang, badan agak dicondongkan
kedepan.
• Pada aba-aba pelaksanaan, dimulai menghentakkan kaki kiri dan
selanjutnya lari dnegan cara kaki diangkat secara bergantian dan
sedikit melayang, selanjutnya kaki diletakkan dengan ujung
telapak kaki terlebih dahulu, lengan dilenggangkan secara tidak
kaku.
2) Dari Langkah biasa
Gerakan Langkah berlari dari Langkah biasa dimulai dari aba-aba “LARI
= JALAN”
Pelaksaan:
• Pada aba-aba peringatan kedua tangan dikepalkan dengan
lemas dan diletakkan dipinggang sebelah depan, punggung
tangan menghadap keluar.
• Kedua siku sedikit kebelakang, badan sedikit dicondongkan
kedepan
• Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kakan/kiri jatuh
ke tanah, kemudian ditambah 1 langkah, selanjutnya berlari.
3) Kembali ke Langkah biasa
Gerakan Langkah berlari ke Langkah biasa dimulai dengan aba-aba:
“LANGKAH BIASA = JALAN”.

22
Pelaksanaannya:
• Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke
tanan ditambah tiga Langkah.
• Kaki kiri dihentakkan, bersamaan dengan itu kedua lengan
dilenggangkan.
• Berjalan dengan langkah biasa.
4) Perubahan arah dari berhenti ke berjalan
Perubahan arah dari berhenti ke berjalan dimulai dengan aba-aba:
“MELINTANG KANAN/KIRI MAJU = JALAN”
Pelaksanaannya:
• Melintang Kanan, pada aba-aba pelaksanaan hadap kanan
kemudian melaksanakan haluan kiri.
• Melintang Kiri, pada aba-aba pelaksanaan hadap kiri kemudian
melaksanakan haluan kanan.
• Pasukan melaksanakan haluan kiri/kanan yaitu penjuru
kiri/kananberjalan ditempat dengan memutarkan arah secara
perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90°.
• Masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak
melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah
sebesar 90°, kemudian berjalan ditempat.
• Setelah penjuru kiri/kanandepan melihat safnya lurus maka teriak
“LURUS”.
• Kemudian komandan memberi aba-aba: “MAJU = JALAN”. Pada
waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah 1 langkah kemudian
seluruh pasukan maju jalan dengan gerakan langkah biasa.
(pasukan tidak berhenti dulu).
5) Perubahan arah dari berjalan ke berhenti
Perubahan arah dari berjalan ke berhenti dimulai dengan aba-aba:
“MELINTANG KANAN/KIRI=JALAN”
Pelaksanaannya:

23
• Melintang kanan jalan, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki
kanan/kiri ditambah 2/1 langkah,pelaksanaan hadap kiri
kemudian melaksanakan haluan kanan.
• Melintang Kiri, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan/kiri
ditambah 1/2 langkah, pelaksanaan hadap kanan kemudian
melaksanakan haluan kiri.
• Pasukan melaksanakan haluan kanan/kiri yaitu penjuru
kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara
perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90°.
• Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan
dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan
safnya hingga merubah arah sebesar 90°, kemudian berjalan
ditempat.
• Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka
teriak “LURUS”.
• Kemudian komandan memberi aba-aba: “HENTI = GERAK”.
Pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah 1 langkah
kemudian seluruh pasukan berhenti dan sikap sempurna.
6) Perubahan arah dari berjalan ke berjalan
Perubahan arah dari berjalan ke berjalan dimulai dengan aba-aba:
“MELINTANG KANAN/KIRI MAJU =JALAN”.
Perlaksanaannya:
• Melintang kanan jalan, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki
kanan/kiri ditambah 2/1 langkah,pelaksanaan hadap kanan
kemudian melaksanakan haluan kiri.
• Melintang Kiri, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri/kanan
ditambah 2/1 langkah, pelaksanaan hadap kiri. kemudian
melaksanakan haluan kanan.
• Pasukan melaksanakan haluan kanan/kiri yaitu penjuru
kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara
perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90 ̊.

24
• Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan
dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan
safnya hingga merubah arah sebesar 90 ̊, kemudian berjalan
ditempat.
• Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka
teriak “LURUS”.
• Kemudian komandan memberi aba-aba: “MAJU = JALAN”. Pada
waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah 1 langkah kemudian
seluruh pasukan berhenti dan sikap sempurna.

25
Soal Latihan
Essay:

1. Apa yg di maksud dengan aba aba?


2. Yang dimaksud peraturan baris berbaris?
3. Gerakan apa saja yg termasuk aba aba?
4. Sebutkan Gerakan apa saja dalam baris berbaris!
5. Sebutkan perubahan arah yang benar pada baris berbaris!

Pilihan Ganda:

1. Pelaksanaan sikap istirahat posisi berdiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. lencang depan kemudian tangan diturunkan sedangkan yang dikiri penjuru
secara serentak memalingkan kepala kekanan untuk meluruskan dengan
melencangkan lengan kanan untuk saf depan dan memalingkan kepala
seluruhnya 45° kecuali penjuru paling kanan.
b. saf paling depan mengangkat lurus lengan kanan/kiri mengambil jarak satu
lengan sampai tangan menyentuh bahu orang yang berada disebelahnya. Jari
tangan mengenggam dan kepala dipalingkan ke kanan/kiri dengan tidak
terpaksa
c. Kaki kiri dipindahkan ke samping kiri, dengan jarak selebar bahu, kedua
belah tangan dibawa ke belakang, tangan kiri memegang pergelangan
tangan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk tepat di pergelangan
tangan kanan, punggung tangan kiri diletakkan di pinggang, tangan
kanan menggenggam, pandangan mata tetap lurus ke depan, khusus
istirahat parade posisi kedua kepalan tangan diletakkan di atas pinggang
bagian belakang.
d. kedua tangan tergantung lurus kebawah, kelima jari dibuka, selanjutnya
merapihkan bagian bawah secara berurutan, dimulai dari kaki kiri dan kaki
kanan (bagian tali sepatu), dilanjutkan merapihkan saku celana bagian lutut
sebelah kiri dan kanan (bila menggunakan PDL), berikutnya menarik ujung
baju bagian bawah depan, menarik ujung baju bagian bawah belakang,

26
merapihkan lidah/tutup saku dada bagian kiri dan kanan, merapihkan kerah
baju bagian kiri dan kanan, membetulkan tutup kepala (topi/baret).
2. Berikut ini merupakan panjang, tempo dan macam Langkah yang terdapat pada
gerakan berjalan, kecuali
a. Langkah biasa 65 cm / 103 tiap menit
b. Langkah waktu lari 90 cm /205 tiap menit
c. Langkah ke samping 40 cm / 70 tiap menit
d. Langkah ke belakang 40 cm / 70 tiap menit
3. Pelaksanaan gerakan maju jalan yang benar adalah
a. Kaki kiri dilangkahkan kedepan dengan lutut lurus telapak kaki diangkat
sejajar dengan tanah setinggi ± 20 cm. Tangan kanan dilenggangkan
lurus ke depan membentuk 90° sejajar dengan bahu, jari tangan kanan
menggenggam dengan punggung ibu jari menghadap ke atas. Tangan kiri
dilenggangkan ke belakang dnegan sudut 30°, jari tangan kiri
menggenggam dengan punggung ibu jari menghadap ke bawah. Kaki kiri
dihentakkan, selanjutnya kaki kanan dilangkahkan ke depan setelah kaki
kiri tepat pada posisinya, untuk ayunan tangan setelah Langkah pertama
kedepan 45°, ke belakang 30°. Demikian seterusnya secara bergantian
antara kaki kiri dan kaki kanan.
b. Langkah pertama kaki kiri dihentakkan, kaki lurus, telapak kaki diangkat ± 20
cm, bersamaan itu lengan kanan dilenggangkan lurus ke depan membentuk
sudut 90 ̊sejajar dengan bahu, punggung ibu jari menghadap ke atas, lengan
kiri dilenggangkan ke belakang dengan sudut 30°. Langkah selanjutnya
dilakukan secara bergantian, kaki kanan dilangkahkan ke depan, telapak kaki
diangkat ± 20 cm, bersamaan itu tangan kiri dilenggangkan lurus ke depan
membentuk sudut 45°, punggung ibu jari menghadap ke atas, tangan kanan
dilenggangkan ke belakang dengan sudut 30°.
c. Langkah pertama kaki kiri dihentakkan, lutut lurus, telapak kaki rata dan sejajar
dengan tanah, diangkat ± 20 cm, bersamaan itu lengan kanan dilenggangkan
lurus ke depan membentuk sudut 90° sejajar dengan bahu, punggung ibu jari
menghadap ke atas, lengan kiri dilenggangkan ke belakang dengan sudut 30°.

27
Langkah selanjutnya dilakukan secara bergantian, kaki kanan dihentakkan,
lutut lurus, telapak kaki menghadap ke depan diangkat ± 20 cm, bersamaan itu
lengan kiri dilenggangkan lurus ke depan membentuk sudut 90° sejajar dengan
bahu, punggung ibu jari menghadap ke atas, lengan kiri dilenggangkan ke
belakang dengan sudut 30°.
d. Pada aba-aba peringatan kedua tangan dikepalkan dengan lemas dan
diletakkan dipinggang sebelah depan, punggung tangan menghadap keluar.
Kedua siku sedikit kebelakang, badan agak dicondongkan kedepan. Pada aba-
aba pelaksanaan, dimulai menghentakkan kaki kiri dan selanjutnya lari dnegan
cara kaki diangkat secara bergantian dan sedikit melayang, selanjutnya kaki
diletakkan dengan ujung telapak kaki terlebih dahulu, lengan dilenggangkan
secara tidak kaku.
4. Langkah berlari yang benar dari sikap sempurna setelah aba-aba “LARI MAJU
JALAN” adalah
a. Pada aba-aba peringatan kedua tangan dikepalkan dengan lemas dan
diletakkan dipinggang sebelah depan, punggung tangan menghadap
keluar. Kedua siku sedikit kebelakang, badan agak dicondongkan
kedepan. Pada aba-aba pelaksanaan, dimulai menghentakkan kaki kiri
dan selanjutnya lari dnegan cara kaki diangkat secara bergantian dan
sedikit melayang, selanjutnya kaki diletakkan dengan ujung telapak kaki
terlebih dahulu, lengan dilenggangkan secara tidak kaku.
b. Pada aba-aba peringatan kedua tangan dikepalkan dengan lemas dan
diletakkan dipinggang sebelah depan, punggung tangan menghadap keluar.
Kedua siku sedikit kebelakang, badan sedikit dicondongkan kedepan Aba-aba
pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kakan/kiri jatuh ke tanah, kemudian
ditambah 1 langkah, selanjutnya berlari
c. Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke tanan ditambah
tiga Langkah. Kaki kiri dihentakkan, bersamaan dengan itu kedua lengan
dilenggangkan. Berjalan dengan langkah biasa.
d. Melintang Kanan, pada aba-aba pelaksanaan hadap kanan kemudian
melaksanakan haluan kiri. Melintang Kiri, pada aba-aba pelaksanaan hadap

28
kiri kemudian melaksanakan haluan kanan. Pasukan melaksanakan haluan
kiri/kanan yaitu penjuru kiri/kananberjalan ditempat dengan memutarkan arah
secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90°. Masing saf mulai
maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya
hingga merubah arah sebesar 90°, kemudian berjalan ditempat.

5. Perubahan arah dari berjalan ke berhenti setelah adanya aba-aba “MELINTANG


KANAN/KIRI = JALAN” adalah
a. Pada aba-aba peringatan kedua tangan dikepalkan dengan lemas dan
diletakkan dipinggang sebelah depan, punggung tangan menghadap keluar.
Kedua siku sedikit kebelakang, badan agak dicondongkan kedepan. Pada aba-
aba pelaksanaan, dimulai menghentakkan kaki kiri dan selanjutnya lari dnegan
cara kaki diangkat secara bergantian dan sedikit melayang, selanjutnya kaki
diletakkan dengan ujung telapak kaki terlebih dahulu, lengan dilenggangkan
secara tidak kaku.
b. Melintang kanan jalan, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan/kiri
ditambah 2/1 langkah,pelaksanaan hadap kiri kemudian melaksanakan
haluan kanan. Melintang Kiri, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki
kanan/kiri ditambah 1/2 langkah, pelaksanaan hadap kanan kemudian
melaksanakan haluan kiri. Pasukan melaksanakan haluan kanan/kiri yaitu
penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara
perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90°. Bersamaan dengan itu
masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak
melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar
90°, kemudian berjalan ditempat. Setelah penjuru kanan/kiri depan
melihat safnya lurus maka teriak “LURUS”. Kemudian komandan
memberi aba-aba: “HENTI = GERAK”. Pada waktu kaki kiri/kanan jatuh
ditanah ditambah 1 langkah kemudian seluruh pasukan berhenti dan
sikap sempurna.
c. Melintang kanan jalan, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan/kiri
ditambah 2/1 langkah,pelaksanaan hadap kanan kemudian melaksanakan

29
haluan kiri. Melintang Kiri, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri/kanan
ditambah 2/1 langkah, pelaksanaan hadap kiri. kemudian melaksanakan
haluan kanan. Pasukan melaksanakan haluan kanan/kiri yaitu penjuru
kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara perlahan-lahan
hingga merubah arah sampai 90 ̊. Bersamaan dengan itu masing-masing saf
mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan
safnya hingga merubah arah sebesar 90 ̊, kemudian berjalan ditempat.
d. Pada aba-aba peringatan kedua tangan dikepalkan dengan lemas dan
diletakkan dipinggang sebelah depan, punggung tangan menghadap keluar.
Kedua siku sedikit kebelakang, badan sedikit dicondongkan kedepan. Aba-aba
pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kakan/kiri jatuh ke tanah, kemudian
ditambah 1 langkah, selanjutnya berlari.

30
BAB III APEL

Pengertian Apel
Apel adalah suatu kegiatan berkumpul untuk mengetahui kehadiran dan
kondisi personel dari suatu instansi perkantoran atau Lembaga pendidikan
yang dilaksanakan secara rutin. Apel yang biasa dilakukan adalah apel pagi
dan apel siang, apel pada umumnya dilaksanakan di lapangan dengan tertib
dan khidmad serta sungguh-sungguh.
a. Tata cara Apel
• Barisan dipimpin dan disiapkan oleh satu orang dari barisan itu
(biasanya yang tertua atau ditunjuk). Setelah diluruskan dan
dirapikan, selanjutnya berdiri disamping kanan barisan (menurut
ketentuan PBB).
• Setelah penerima apel berdiri ditengah berhadapan dengan barisan
apel dan penerima apel mengucapkan “Apel pagi/siang ... dimulai”,
maka pemimpin barisan langsung menyampaikan penghormatan
umum dengan aba-aba” kepada penerima apel (atau disebut
jabatannya dan diucapkan oleh pemimpin yang paling kanan),
hormat ... gerak”, dan selanjutnya pemimpin barisan bersama-sama
dengan seluruh peserta apel memberikan penghormatan.
• Setelah penghormatan dibalas oleh penerima apel, langsung
pemimpin barisan menyampaikan aba-aba (diucapkan oleh
pemimpin barisan) “ Tegak ...gerak”, dan seluruh peserta apel
serentak menghentikan penghormatan bersama-sama dengan
pemimpin barisan.
• Pemimpin barisan, maju menghadap 2 atau 3 langkah di hadapan
penerima apel selanjutnya langsung melapor situasi apel dengan
kata-kata “Lapor, apel pagi/siang disebutkan kelompok apa)
jumlah..., kurang ...,keterangan kurang ..., siap”
• Setelah diterima laporan oleh penerima apel, maka penerima apel
mengucapkan kata-kata, “Kembali ke tempat” dan diulangi oleh
31
pelapor “Kembali ke tempat atau kerjakan”, selanjutnya langsung
balik kanan, dan kembali menuju ke tempat semula (di samping
barisan).
• Selanjutnya apabila ada instruksi atau pengumuman yang akan
disampaikan oleh penerima apel maka penerima apel langsung
mengistirahatkan barisan dengan kata-kata “Istirahat ditempat ...
gerak”, lalu menyampaikan instruksi atau pengumuman, setelah
selesai kembali disiapkan dengan aba-aba “Siap ... gerak”.
• Terakhir penerima apel menyampaikan kata-kata “Apel pagi/siang
selesai, tanpa penghormatan barisan dapat dibubarkan, kerjakan”,
langsung diulangi oleh pemimpin barisan dengan kata “Kerjakan”,
dan langsung pemimpin barisan menyampaikan penghormatan
perorangan selanjutnya penerima apel otomatis balik kanan,
sesudah itu pemimpin barisan membubarkan barisannya.
• Bila pemimpin apel tidak mengatakan tanpa penghormatan, maka
disampaikan lagi penghormatan umum yang kegiatan dan aba-
abanya seperti dijelaskan pada point kedua tata cara apel.

b. Manfaat Apel
• Dapat selalu mengikuti perkembangan situasi dan kondisi serta
kesiapan personil yang dipimpinnya.
• Pada saat apel dapat digunakan untuk menyampaikan perhatian,
instruksi dan pengumuman-pengumuman.

• Menjalin rasa persaudaraan senasib


sepenanggungan, senasib seperjuangan dan
meningkatkan persatuan dan kesatuan di lingkungan
pekerjaan/pendidikan.
• Memupuk rasa kebersamaan dan kesetiakawanan.
• Meningkatkan pembinaan disiplin.

32
Soal Latihan
Essay

1. Tujuan dilaksanakan apel pagi adalah


2. Manfaat apel pagi
3. Esensi pelaksanaan Apel pagi
4. Pengertian apel pagi
5. Sebutkan tatacara pelaksanaan apel pagi

Pilihan Ganda

1. suatu kegiatan berkumpul untuk mengetahui kehadiran dan kondisi personel dari
suatu instansi perkantoran atau Lembaga pendidikan yang dilaksanakan secara
rutin.adalah pengertian dari
a. Upacara
b. Karnaval
c. Apel
d. Baris berbaris

2. Ketentuan baris berbaris


a. Barisan dipimpin dan disiapkan oleh satu orang dari barisan itu Setelah
diluruskan dan dirapikan, selanjutnya berdiri disamping kanan barisan
b. Barisan dipimpin dan disiapkan oleh satu orang dari barisan itu Setelah
diluruskan dan dirapikan, selanjutnya berdiri disamping kiri barisan
c. Barisan dipimpin dan disiapkan oleh satu orang dari barisan itu Setelah
diluruskan dan dirapikan, selanjutnya berdiri dibelakang barisan
d. Barisan dipimpin dan disiapkan oleh satu orang dari barisan itu Setelah
diluruskan dan dirapikan, selanjutnya berdiri didepan barisan

3. Pemimpin barisan, maju menghadap 2 atau 3 langkah di hadapan penerima apel


selanjutnya langsung melapor situasi apel dengan kata-kata “Lapor, apel

33
pagi/siang disebutkan kelompok apa) jumlah, kurang, keterangan kurang, siap,
adalah merupakan
a. Aba-aba upacara
b. Perintah baris berbaris
c. Tugas pemimpin barisan
d. Tatacara Apel

4. Salah satu manfaat Apel, kecuali


a. Dapat selalu mengikuti perkembangan situasi dan kondisi serta kesiapan
personil yang dipimpinnya.
b. Hanya untuk absen pagi sewaktu waktu saja
c. Menjalin rasa persaudaraan senasib sepenanggungan, senasib seperjuangan
dan meningkatkan persatuan dan kesatuan di lingkungan
pekerjaan/pendidikan.
d. Memupuk rasa kebersamaan dan kesetiakawanan

5. Apel pada umumnya dilaksanakan di


a. Kantor
b. Ruangan
c. Lapangan
d. Aula

34
BAB IV Tata Upacara Sipil

1. Manfaat Tata Upacara Sipil


Tata upacara Sipil berguna bagi mahasiswa PIK, terutama dapat dimanfaatkan
di tempat tugas masing-masing untuk memahami dan turut membantu dalam
merencanakan pengaturan masing masing peran penanggung jawab/perwira
upacara, Inspektur upacara, maupun sebagai komandan upacara, upacara
bukan upacara bendera dan kegiatan pelaporan kesiapan mulai belajar atau
selesai mengikuti pelajaran setiap hari kepada Widyaiswara di kelas.

2. Pengertian dan Pembagian Tata Upacara


Sesuai Pasal 1 ayat 5 UU No. 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dan
Pasal 1 ayat 7 Peraturan Pemerintah No. 62 Th 1990 tentang Ketentuan
Keprotokolan mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan,
maka pengertian Tata Upacara adalah aturan untuk melaksanakan upacara
dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi. Kata “tata” sendiri sesuai Kamus
Besar Bahasa Indonesia berarti aturan (biasanya dipakai dalam kata
majemuk); kaidah, aturan, dan susunan; cara menyusun. Sementara kata
upacara berasal dari kata sansekerta “upa” yang berarti rangkaian dan “cara”
yang berarti tindak atau gerak yang tertib dan disiplin serta khidmat (Racana
2008 dalam Nugroho dan Erawanto, 2013). Sehingga kata upacara merupakan
tindakan dan gerakan yang dirangkaikan secara tertib dan disiplin serta
khidmat. Berdasarkan arti dan asal kata tersebut, maka tata upacara dapat
diredefinisikan sebagai pedoman yang telah dibakukan dan wajib dipenuhi
serta dilaksanakan yang dalam penyelenggaraan upacara untuk mengatur
keseluruhan komponen rangkaian dan peserta secara tertib, teratur, disiplin,
dan khidmat. Misalnya upacara peringatan hari ulang tahun instansi,
Kemerdekaan Republik Indonesia, Upacara peringatan hari-hari besar
nasional, upacara serah terima jabatan yang disaksikan pegawai dan pejabat
di instansi masing-masing, upacara pembukaan dan penutupan pendidikan
dan berbagai upacara lainnya.

35
Sesuai pasal 16 dan pasal 26 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010
tentang Keprotokolan mengatur bahwa upacara dalam Acara Kenegaraan dan
Acara Resmi dapat berupa:
1) upacara bendera. Berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2010 Tentang Keprotokolan, bahwa pelaksanaan upacara bendera dalam
Acara Kenegaraan atau Acara Resmi meliputi pula tata urutan, tata
bendera, tata lagu kebangsaan, dan tata pakaian.
2) upacara bukan upacara bendera. Upacara bukan bendera dapat
dilaksanakan untuk Acara Kenegaraan atau Acara Resmi sebagai berikut:
Aspek-aspek tata upacara bukan upacara bendera dalam
penyelenggaraan Acara-acara Kenegaraan dan Acara Resmi,
berdasarkan Pasal 27 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 Tentang
Keprotokolan meliputi tata urutan upacara dan tata pakaian upacara.
Selanjutnya dalam Pasal 28 mengatur bahwa, urutan upacara
bukan upacara bendera terdiri dari menyanyikan dan/atau
mendengarkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, pembukaan, acara
pokok dan penutup.
Upacara bukan bendera dapat dilaksanakan untuk Acara Kenegaraan
atau Acara Resmi sebagai berikut:

a) Pelantikan pejabat negara dan/atau pejabat pemerintah;


b) Pembukaan konferensi atau sidang atau rapat;
c) Peresmian proyek dengan skala besar dan
mempengaruhi hajat hidup orang banyak;
d) Penandatanganan Surat Kerja Sama Internasional;
e) Penyambutan Tamu Negara.

Pelantikan Pejabat Negara setingkat Menteri Negara dikoordinasikan oleh


Kementerian Sekretariat Negara mengingat bertindak selaku Inspektur
Upacara adalah Presiden dan penunjukan Pejabat Negara adalah hak
prerogatif Kepala Negara. Selanjutnya pelantikan anggota lembaga negara
dan pejabat pemerintah dikoordinasikan oleh Sekretatriat Jenderal masing-

36
masing lembaga negara atau lembaga pemerintahan, mengingat bertindak
selaku inspektur upacara dan adalah menteri, pimpinan lembaga, atau
Kepala Daerah yang bersangkutan.

37
Soal Latihan
Essay

1. Mengapa diadakan upacara


2. Manfaat Upacara adalah
3. Sebutkan tatacara upacara sipil
4. Pengertian dan pembagian tata upacara adalah

Pilihan Ganda

1. upacara berasal dari kata sansekerta “upa” yang berarti rangkaian dan “cara” yang
berarti
a. Tindakan dan gerakan yang dirangkaikan secara tertib dan disiplin serta
khidmat.
b. Berkumpul di lapangan dengan bersamaan
c. Tindakan dan gerakan yang dirangkaikan secara tertib dan disiplin
d. Gerakan yang dirangkaikan secara tertib dan disiplin secara berkelompok

2. pengertian Tata Upacara adalah


a. Aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara – acara Resmi
b. Aturan untuk melaksanakan upacara dalam Acara Kenegaraan atau
Acara Resmi
c. Aturan untuk melaksanakan kegiatan hari tertentu dalam acara Kenegaraan
d. aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara keluarga atau acara Resmi

3. Ketentuan Keprotokolan mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata


Penghormatan diatur dalam
a. Peraturan Pemerintah No. 60 Th 1990
b. Peraturan Pemerintah No. 62 Th 1991
c. Peraturan Pemerintah No. 61 Th 1990
d. Peraturan Pemerintah No. 62 Th 1990

38
4. Upacara bukan bendera dapat dilaksanakan untuk Acara Kenegaraan atau Acara
Resmi sebagai berikut
a. Pelantikan pejabat negara dan/atau pejabat pemerintah
b. Pembukaan konferensi atau sidang atau rapat
c. Peresmian proyek dengan skala besar dan mempengaruhi hajat hidup orang
banyak
d. Semua benar

5. urutan upacara bukan upacara bendera terdiri dari


a. menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya,
pembukaan, acara pokok.
b. menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya, pembukaan, acara pokok dan penutup.
c. Pembukaan, menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya, acara pokok dan penutup.
d. Pembukaan, menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya, dan penutup

39
BAB V Tata Upacara Bendera

A. Pedoman Tata Upacara Bendera

Berdasarkan Pasal 16 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang


Keprotokolan, mengatur bahwa upacara bendera hanya dapat dilaksanakan
untuk Acara Kenegaraan atau Acara Resmi yang meliputi:
1) Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia;
2) Hari besar nasional;

3) Hari ulang tahun lahirnya lembaga negara;

4) Hari ulang tahun lahirnya instansi pemerintah; dan


Hari lahirnya provinsi dan kabupaten/kota. Berdasarkan Pasal 17 Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Keprotokolan, bahwa pelaksanaan
upacara bendera dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi meliputi pula
tata urutan, tata bendera, tata lagu kebangsaan, dan tata pakaian.

B. Kelengkapan Upacara Bendera

Sebagaimana berdasarkan Pasal 24 Ayat (2) Undang-Undang Nomor


9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan, terdapat kelengkapan upacara yang
meliputi inspektur upacara, komandan upacara, perwira upacara, peserta
upacara, pembawa dan/atau pembaca naskah, dan pembawa acara. Adapun
peran dari setiap kelengkapan upacara bendera sebagai berikut:
1) Inspektur Upacara;
Inspektur Upacara adalah pembesar upacara dengan tingkat preseance
tertinggi dan mendahului seluruh hadirin dalam upacara serta kepadanya
diberikan penghormatan oleh seluruh peserta upacara. Bertindak selaku
Inspektur Upacara dalam Upacara Bendera pada Acara Kenegaraan
adalah Presiden atau Wakil Presiden. Dalam Upacara Bendera,
Inspektur Upacara bertugas untuk:
a. Menerima laporan dari Perwira Upacara saat sebelum dimulainya
dan saat setelah upacara berakhir;

40
b. Menerima laporan dari Komandan Upacara;

c. Menerima penghormatan dari seluruh Peserta Upacara;


d. Memimpin mengheningkan cipta;

e. Membaca Naskah Pancasila;

f. Memberikan amanat;

2) Komandan Upacara
Komandan Upacara adalah pemimpin bagi seluruh peserta upacara
dalam melaksanakan upacara, sehingga hadirin upacara harus tunduk
dan patuh kepada perintah dan/atau aba-aba yang diberikannya
mengingat aba-aba yang diberikannya sebagian merupakan perintah
yang didelegasikan oleh Inspektur Upacara. Sebagai contoh saat
penghormatan kepada Bendera Kebangsaan dan kepada Inspektur
Upacara.
Komandan Upacara bertanggung jawab kepada Inspektur Upacara
mengenai jalannya upacara. Bertindak selaku Komandan Upacara
dalam Upacara Bendera pada Acara Kenegaraan adalah perwira
menengah yang ditunjuk secara berjenjang oleh Komandan Kesatuan,
Kepala Staf Angkatan dan Kepala Kepolisian RI dengan persetujuan
Perwira Upacara. Dalam Upacara Bendera, Komandan Upacara
bertugas untuk:
a) Menerima laporan dari komandan pasukan dari berbagai
kesatuan;
b) Menerima penghormatan dari pasukan berbagai kesatuan;
c) Melaporkan kesiapan Kelengkapan Upacara kepada Inspektur
Upacara;
d) Menerima pelimpahan wewenang dari Inspektur Upacara;
e) Memberikan perintah dan aba-aba penghormatan kepada
Bendera, Kebangasaan, Panji-panji Kesatuan dan Inspektur
Upacara;

41
f) Menyiapkan dan membubarkan Peserta Upacara.

3) Perwira Upacara
Perwira Upacara adalah Pembesar Upacara yang bertugas sejak dari
penyusunan rencana upacara dan mengendalikan jalannya upacara
secara keseluruhan. Perwira Upacara memberikan laporan kepada
Inspektur Upacara pada saat akan dimulainya dan saat selesainya
Upacara Bendera serta mendampingi Inspektur Upacara apabila
melakukan inspeksi pasukan dan menyematkan dan/atau menyerahkan
tanda jasa dan/atau piagam penghargaan. Perwira Upacara juga
bertanggung jawab sepenuhnya kepada Inspektur Upacara atas seluruh
aspek penyelenggaraan upacara. Bertindak selaku Perwira Upacara
dalam Upacara Bendera pada Acara Kenegaraan adalah Panglima TNI.
Dalam Upacara Bendera, Perwira Upacara bertugas untuk:
a) Melaporkan rencana keseluruhan Upacara Bendera kepada
Inspektur Upacara untuk memperoleh arahan, persetujuan dan
pengesahan;
b) Menetapkan aspek-aspek kelengkapan dan perlengkapan serta
susunan acara Upacara Bendera yang meliputi unsur personil
pelaksana, tempat berlangsungnya acara, waktu dan durasi acara,
tata cara pelaksanaan acara dan segala perlengkapan yang
diperlukan dalam Upacara Bendera;
c) Melaporkan kesiapan pelaksanaan Upacara Bendera pada saat
sebelum upacara dimulai dan melaporkan pelaksanaannya setelah
upacara berakhir;
d) Memeriksa dan mengendalikan seluruh aspek Upacara Bendera;
e) Mendampingi Inspektur Upacara mengingat Perwira Upacara
berdasarkan Tata Tempat dalam Upacara Bendera berkedudukan
atau memiliki preseance persis setelah Inspektur Upacara;
f) Mempertanggungjawabkan keseluruhan aspek penyelenggaraan
Upacara Bendera kepada Inspektur Upacara;

42
4) Pembawa dan/atau Pembaca Naskah Upacara: Pembawa dan/atau
Pembaca Naskah Upacara adalah Petugas Upacara yang bertugas secara
khusus membawa atau membacakan Naskah Pancasila, Naskah
Proklamasi Kemerdekaan, Naskah
Pembukaan Undang-undangbDasar 1945, Naskah Sumpah Pemuda,
Naskah Ikrar Kesatuan (sepertihalnya Panca Prasetya KORPRI, Sapta
Marga, Tri Brata, dan lain-lain) maupun Naskah Doa. Bertindak selaku
Pembaca Naskah Proklamasi dalam Upacara Bendera pada Acara
Kenegaraan khususnya dalam Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun
Proklamasi Kemerdekaan RI adalah Ketua Majelis Permusyawaratan
Rakyat dan selaku Penyusun sekaligus Pembaca Naskah Doa adalah
Menteri Agama. Perwira Upacara berwenang sepenuhnya untuk menunjuk
para Pembaca Naskah lain apabila diperlukan dalam penyelenggaraan
Upacara seperti halnya Naskah Pancasila dan Naskah
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 serta Naskah Ikrar Kesatuan;
5) Pembawa Acara Upacara adalah Petugas Upacara yang berperan dalam
menghantarkan susunan acara dalam upacara. Bertindak selaku Pembawa
Acara Upacara umumnya adalah petugas protokol dengan persetujuan
Perwira Upacara atau pejabat lainnya yang memperoleh pendelegasian
kuasa;
6) Peserta Upacara adalah hadirin dan undangan, termasuk di dalamnya
seluruh Petugas Upacara dalam Upacara Bendera pada Acara
Kenegaraan. Setiap Peserta Upacara wajib tunduk dan patuh terhadap
perintah dan aba-aba yang diberikan oleh Komandan Upacara. Peserta
Upacara secara mendasar dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
Peserta Upacara Berdiri dan Peserta Upacara Duduk. Adapun Peserta
Upacara dalam formasi berdiri dan duduk adalah sebagai berikut:
a. Peserta Upacara Berdiri
Peserta Upacara Berdiri adalah Peserta Upacara yang berjajar dalam
format berdiri. Dalam Upacara Bendera pada Acara Kenegaraan maka

43
Peserta Upacara Berdiri yang wajib ada adalah pasukan dari
Kesatuan Matra Darat, Laut dan Udara serta Kepolisian RI. Jumlah,
formasi atau bentuk barisan dan komposisi setiap kesatuan ditentukan
berdasarkan skala lapangan tempat upacara dilaksanakan dan
berdasarkan ketetapan yang menjadi kewenangan Perwira Upacara;
b. Peserta Upacara Duduk
Peserta Upacara Duduk adalah hadirin dan undangan dalam Upacara
Bendera pada Acara Kenegaraan. Hadirin upacara bendera antara
lain juga meliputi panitia dan petugas yang melekat tugas dan
fungsinya serta secara tidak langsung bertanggung jawab atas
persiapan dan pelaksanaan upacara bendera. Undangan upacara
bendera dalam acara kenegaraan adalah para Pimpinan Lembaga
Tertinggi dan Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Negara dan
Lembaga Pemerintahan Non Departemen, Pimpinan Perwakilan
Negara-negara Sahabat dan organisasi internasional, Tokoh
Masyarakat Tertentu dan undangan lainnya. Petugas protokol dalam
mengatur tata letak dan urutan tempat duduk diwajibkan menerapkan
aturan mengenai Tata Tempat dengan secermat-cermatnya.
7) Petugas Upacara adalah para petugas yang berperan secara sentral dalam
pelaksanaan upacara. Adapun Petugas Upacara dalam Upacara Bendera
adalah sebagai berikut:
a. Pasukan atau Petugas Pengibar Bendera: Pasukan atau Petugas
Pengibar Bendera adalah petugas yang ditunjuk dan telah menjalani
pendidikan dan pelatihan serta seleksi sebelumnya. Jumlah Pasukan
Pengibar Bendera sedikitnya tiga orang. Dalam Upacara Bendera
pada acara kenegaraan selayaknya ditugaskan lebih banyak
Petugas Pengibar Bendera dengan jumlah kelipatan tiga atau
berdasarkan penetapan yang dikeluarkan oleh Perwira Upacara;
b. Korps Musik
Korps Musik adalah kelompok atau kesatuan Petugas Upacara yang
berperan dalam memperdengarkan Lagu Kebangsaan atau lagu-lagu

44
lainnya secara live, mengingat dalam Upacara Bendera tidak
diperkenankan memperdengarkan Lagu Kebangsaan dengan
perangkat play back audio player. Lagu-lagu yang sedikitnya harus
dikuasai dengan sempurna oleh para Petugas Korps Musik pada
Acara Kenegaraan dengan Upacara Bendera adalah Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya, Lagu Mengheningkan Cipta karya T.
Prawit yang diperdengarkan saat mengheningkan cipta, Lagu Bagimu
Negeri dan Syukur yang diperdengarkan setelah Inspektur Upacara
menyampaikan amanat upacara, Lagu Kehormatan saat Inspektur
Upacara memasuki dan meninggalkan tempat upacara, Lagu
Kehormatan saat Komandan Upacara akan memberikan laporan
kepada Inspektur Upacara, Lagu Andhika Bhayangkari dan Lagu-lagu
lain yang ditetapkan oleh Perwira Upacara seperti halnya sebagai
pengiring saat Panji- panji Kebesaran Lembaga atau Kesatuan
memasuki dan meninggalkan tempat upacara;

c. Ajudan Inspektur Upacara


Ajudan Inspektur Upacara adalah petugas yang setiap saat siap
membantu Inspektur Upacara pada sisi kanan dan kiri. Pada dasarnya
Ajudan Inspektur Upacara menjadi satu kesatuan dengan Inspektur
Upacara, sehingga pada saat Komandan Upacara memberikan aba-
aba hormat kepada Inspektur Upacara maka Ajudan Inspektur Upacara
tidak memberikan hormat. Bertindak selaku Ajudan Upacara dalam
Acara Kenegaraan adalah Ajudan Dinas Presiden.

d. Kelompok Paduan Suara


Petugas yang tergabung dalam Kelompok Paduan Suara bertugas
untuk menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Lagu-lagu
Nasional yang diperdengarkan dalam Upacara Pengibaran Bendera
Sang Merah Putih. Umumnya berasal dari sekolah-sekolah di wilayah
DKI Jakarta. Mereka selama sedikitnya 1 (satu) bulan sebelumnya

45
telah berlatih menyanyikan lagu-lagu tersebut mengingat mereka akan
berperan sebagai motor bagi Peserta Upacara lainnya dalam
menyayikan lagu-lagu wajib pada Upacara Pengibaran Bendera Sang
Merah Putih.
e. Perlengkapan Upacara Bendera
Pada upacara bendera dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi,
berdasarkan Pasal 24 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010
Tentang Keprotokolan, terdapat beberapa perlengkapan upacara
seperti bendera, tiang bendera dengan tali, mimbar upacara, naskah
Proklamasi, naskah Pancasila, naskah Pembukaan UndangUndang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan teks doa. Pada
upacara yang diselenggarakan di berbagai institusi dan kesatuan
diperlukan pula naskah dan/atau dokumen ikrar, dan apabila skala
upacara cukup besar maka diperlukan dukungan peralatan audio visual
dan lain- lain. Adapun secara singkat rincian perlengkapan upacara
bendera adalah sebagai berikut:
• Bendera: Berdasarkan pasal 4 ayat (1) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara Serta Lagu Kebangsaan, bahwa
Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi
panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua berbanding tiga) dari
panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah
berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.
• Tiang bendera dengan tali: Berdasarkan pasal 13 ayat (1) dan
(2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara Serta Lagu
Kebangsaan, bahwa tiang bendera untuk pengibaran atau
pemasangan Bendera Negara diwajibkan memiliki ukuran besar
dan tinggi yang seimbang dengan ukuran bendera. Sebagai
ilustrasi, apabila ukuran bendera 200X300 centi meter (khusus
untuk Istana Kepresidenan) maka tinggi tiang bendera adalah

46
17 meter dari permukaan tanah. Apabila bendera berukuran
120X180 centi meter (untuk penggunaan di lapangan umum)
maka tinggi tiang bendera secara skalatis sedikitnya 10,2 meter.
Tiang dilengkapi dengan tali dan roller sehingga memungkinkan
untuk kegiatan pengibaran dan penurunan bendera dengan
mengikatkan bendera pada tali tiang bendera.
• Mimbar upacara merupakan perlengkapan bagi inspektur
upacara yang ditempatkan menghadap tiang bendera dan
komandan upacara, serta sedapat mungkin juga menghadap
seluruh peserta upacara. Bentuk mimbar upacara adalah
panggung yang memungkinkan bagi inspektur upacara untuk
memandang seluruh peserta upacara. Mimbar dapat dilengkapi
dengan meja atau podium, namun jenis dan dalam
penempatannya tidak menutupi pandangan kelengapan
upacara lain kepada inspektur upacara.
• Naskah dan/atau dokumen Dalam Upacara Bendera, naskah
dan/atau dokumen yang dipersiapkan adalah Naskah
Proklamasi Kemerdekaan dan Naskah Doa khususnya pada
Upacara Pengibaran Bendera saat Peringatan Hari Ulang
Tahun Kemerdekaan RI di Istana Merdeka setiap tanggal 17
Agustus. Naskah dan/atau Dokumen lainnya yaitu Pancasila,
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, Naskah Ikrar
Kesatuan (seperti halnya Panca Prasetya KORPRI, Sapta
Marga, Tri Brata, dan lain-lain) dipersiapkan untuk keperluan
Upacara Bendera pada Peringatan Hari-hari Besar Nasional
atau acara peringatan Hari-hari Besar Lembaga atau Kesatuan
dan Lembaga lainnya;
• Peralatan audio dan visual: Dalam rangka mendukung
kelancaran, ketertiban dan kekhidmatan jalannya upacara
bendera yang menempati lokasi dengan ukuran yang luas,
peralatan pendukung tata suara yang memungkinkan bagi

47
seluruh Peserta Upacara untuk dapat mendengar perintah dan
aba-aba dari Inspektur Upacara dan Komandan Upacara,
maupun mendengar lagu-lagu yang diperdengarkan oleh Korps
Musik sangat diperlukan. Demikian juga dengan ketersediaan
peralatan pendukung visual yang memungkinkan bagi
khususnya Peserta Upacara yang terhalang pandangannya
kepada Inspektur Upacara dan Komandan Upacara oleh tiang
ataupun pepohonan akan sangat mendukung terbangunnya
suasana yang menyatu secara keseluruhan dengan suasana
kebatinan yang berkembang pada tahap demi tahap jalannya
upacara bendera;
• Peralatan pendukung lainnya: Peralatan pendukung dalam
upacara bendera dipersiapkan dengan ketentuan wajib
memperhatikan keseluruhan susunan acara secara tepat, tidak
kurang dan tidak berlebihan. Yang dimaksud dengan tidak
kurang dalam arti bahwa seluruh peralatan yang diperlukan
tersedia, sementara tidak berlebihan berarti peralatan
pendukung upacara yang tidak secara langsung berkaitan
dengan susunan acara hendaknya ditiadakan agar tidak
menimbulkan ketertarikan yang berlebihan sehingga
mengganggu konsentrasi para Peserta Upacara. Sebagai
contoh, pada situasi tertentu mimbar kehormatan upacara dapat
diganti dengan meja untuk meletakkan bendera, atau pada
kesempatan berbeda bendera cukup diletakkan pada nampan
yang dibawa langsung oleh Pasukan Pengibar Bendera.
Pangung-panggung kehormatan yang sekiranya diperlukan
dapat dipersiapkan pada tempat dimana
• Inspektur Upacara dan Pembesar Upacara lainnya berada.
Sementara Tenda-tenda dan tempat-tempat duduk juga perlu
dipersiapkan untuk mengakomodir keperluan Para Peserta
Upacara dengan format duduk. Adanya berbagai rangkaian

48
bunga, hiasan tenda dan panggung berupa bendera, lampu-
lampu serta ornamen ragam hias tertentu dapat membangun
suasana yang megah dan agung sepanjang dipasang dengan
skala dan rancangan yang selaras dengan skala luas lapangan
atau lokasi upacara serta sesuai dengan tema upacara bendera.
Kemeriahan upacara bendera sulit dipungkiri akan tercipta pula
dengan kemeriahan tata dekorasi panggung dan tenda upacara,
namun hendaknya tidak melampaui keagungan Sang Merah
Putih.

f. Tata Busana Upacara Bendera


Dalam penyelenggaraan upacara bendera, pelaksanaan acara yang
telah memperoleh persetujuan dan pengesahan dari Inspektur
Upacara, tentu memuat pengaturan mengenai tata busana yang wajib
diindahkan oleh seluruh Peserta Upacara. Tentunya jenis pakaian yang
wajib dikenakan disesuaikan dengan jenis Acara Kenegaraan atau
Acara Resmi yang diselenggarakan.
Berdasarkan Pasal 23 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang
Keprotokolan, bahwa dalam upacara bendera pada Acara Kenegaraan
atau Acara Resmi, tata pakaian kelengkapan upacara disesuaikan
dengan jenis upacara. Dalam Acara Kenegaraan seluruh kelengkapan
upacara wajib mengenakan Pakaian Sipil Lengkap, Pakaian Dinas
Kebesaran atau Pakaian Nasional yang berlaku sesuai dengan jabatan
atau kedudukannya dalam masyarakat. Sementara dalam Acara
Resmi, dapat digunakan pakaian sipil harian atau seragam resmi lain
sesuai dengan ketentuan.
➢ Pakaian Sipil Lengkap (PSL): Berdasarkan Pasal 8 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2007 tentang Pakaian
Dinas Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Dalam
Negeri dan Pemerintah Daerah, bahwa yang dimaksud dengan
PSL adalah pakaian yang dipakai pada upacaraupacara

49
kenegaraan atau untuk bepergian dalam penugasan resmi ke
luar negeri. Adapun perincian PSL adalah sebagai berikut:
a. PSL pria: jas warna gelap, celana panjang dengan warna
yang sama dengan jas, kemeja dan dasi;
b. PSL wanita: jas warna gelap, rok dengan ukuran panjang
sedikitnya 15 cm di bawah lutut dengan warna yang
sama, kemeja dan dasi;
c. PSL wanita berjilbab dan hamil menyesuaikan.
➢ Pakaian Dinas Kebesaran: Bagi Peserta Upacara dari kalangan
militer, sebutan Pakaian Dinas Kebesaran masing-masing
kesatuan berbeda-beda. Beberapa contoh Pakaian Dinas
Kebesaran kalangan militer dalam upacara bendera dalam
rangka HUT Kemerdekaan RI, Upacara HUT TNI, Upacara
kebesaran militer dan Upacara kenegaraan adalah sebagai
berikut (SKP TNI, 2004):
a. Pasukan Pengamanan Presiden (PASPAMPRES):
Pakaian Seragam PASPAMPRES II A dipergunakan oleh
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Kesatuan
PASPAMPRES. Kelengkapannya meliputi topi beludru
warna merah hitam dengan tali kuning emas dan emblem
garuda pada sisi depan, ban lengan bergambar garuda
dan tulisan PASPAMPRES, epolet anyaman tali warna
kuning emas dengan tanda pangkat, kopelriem putih
polos berlubang dengan timang garuda
b. warna kuning emas, senjata organik dengan tali sandang
warna putih, sepatu kulit lars ¾ PDL putih dengan sol
berpaku jamur. Atribut yang dikenakan adalah badge dan
lokasi PASPAMPRES warna merah berbordir kuning,
papan nama ebonit, tanda pangkat upacara warna hitam,
tanda kehormatan medali gantung besar, tanda
kualifikasi dan tanda jabatan. Sementara untuk keperluan

50
Pengawalan tiang bendera digunakan Pakaian Seragam
Paspampres II C dan untuk Satuan Musik menggunakan
Pakaian Seragam Paspampres II D sama dengan uraian
di atas;
c. Kesatuan Matra Darat, Laut dan Udara: Pakaian Dinas
Upacara IA (PDU IA) dengan kelengkapan meliputi pet
upacara (Tamtama AL menggunakan dop), sepatu dan
kaus kaki (wanita tanpa kaus kaki), ikat pinggang (hitam
untuk TNI AD dan TNI AU, putih untuk TNI AL), dasi
(Bintara TNI AL tanpa dasi), pedang dan sarung tangan
warna putih (kecuali (KOWAL) dan wanita TNI dengan tas
PDU (warna hitam untuk KOWAD dan WARA, putih untuk
KOWAL). Atribut yang dikenakan adalah papan nama
ebonit, tanda pangkat upacara, tanda jabatan, tanda
kemahiran/kualifikasi dan tanda kehormatan (selempang,
kalung, patra dan medali gantung besar). Pemakaian
selempang dan kalung dibatasi masing-masing 1 (satu)
buah. Khusus bagi Ajudan (ADC) dilengkapi dengan
atribut tali bahu.
d. Pakaian Nasional: Berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 18 Tahun 1972 tentang Jenisjenis Pakaian Sipil,
bahwa Pakaian Nasional wajib dikenakan untuk
menghadiri acara kenegaraan dan acara resmi. Pakaian
Nasional untuk pria adalah jas warna gelap, celana
panjang dengan warna yang sama dengan jas, kemeja
dan dasi. Khusus untuk keperluan menghadiri Acara
Resmi dan/atau Acara Kenegaraan di luar negeri,
berdasarkan Pasal 1 Ayat (2) Keputusan Presiden Nomor
50 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Keputusan
Presiden Nomor 18 Tahun 1972 tentang Jenis-jenis
Pakaian Sipil, maka pria mengenakan Pakaian Sipil

51
Nasional (PSN) berupa jas beskap tertutup dan bersaku,
celana panjang dengan warna sama dengan jas, sarung
fantasi dan peci Nasional. Atribut yang dikenakan adalah
bintang tanda jasa dan/atau lencana penghargaan.
Pakaian Nasional untuk wanita perlu dibedakan dengan
busana adat. Busana adat penggunaannya terikat pada
tradisi dan adat-istiadat seperti halnya baju Bodo, Kurung
dan Teluk Belanga (PERSIT 2009). Pakaian Nasional
untuk wanita yang bertindak selaku pendamping adalah
kain dari berbagai daerah di Nusantara seperti batik,
sasirangan atau songket untuk bagian bawah. Untuk
bagian atas dikenakan kebaya yang sangat beragam
model dan ragamnya. Rambut apabila memungkinkan
disanggul, mengenakan alas kaki dengan model selop
atau sepatu dengan tumit terbuka (sling back) dan
mengenakan selendang dari berbagai macam bahan
serta tas tangan.

52
Soal Latihan Bab 5
Essay

1. Kelengkapan upacara meliputi


2. Tujuan di buat pedoman tata upacara
3. Tata busana yang dipakai oleh Pasukan Pengamanan Presiden dalam upacara
bendera dalam rangka HUT Kemerdekaan RI, Upacara HUT TNI, Upacara
kebesaran militer dan Upacara kenegaraan adalah
4. Sebutkan perincian dari Pakaian Sipil Lengkap (PSL) untuk acara kenegaraan

Pilihan Ganda

1. Berdasarkan Pasal 16 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang


Keprotokolan, mengatur bahwa upacara bendera hanya dapat dilaksanakan untuk
Acara Kenegaraan atau Acara Resmi yang meliputi

a. Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, hari


besar nasional, hari ulang tahun lahirnya lembaga negara, dan hari ulang
tahun lahirnya instansi pemerintah,
b. Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Hari ulang
tahun lahirnya lembaga negara, hari ulang tahun lahirnya instansi pemerintah
c. Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, hari besar
nasional, Hari ulang tahun lahirnya lembaga negara
d. Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, dan hari besar
nasional,

2. Bertindak selaku Inspektur Upacara dalam Upacara Bendera pada Acara


Kenegaraan adalah
a. Presiden atau Panglima TNI
b. Menteri Sekretaris Negara
c. Wakil Presiden atau Panglima TNI
d. Presiden atau Wakil Presiden

53
3. Inspektur Upacara, Komandan Upacara, Perwira Upacara, Pembawa dan/atau
Pembaca Naskah Upacara, Pembawa Acara Upacara, Peserta Upacara adalah
hadirin dan undangan, Petugas Upacara, adalah termasuk dalam
a. Kelengkapan Upacara bendera
b. Para petugas Upacara
c. Para pelaku Upacara
d. Tata cara Upacara

4. Pembesar upacara dengan tingkat preseance tertinggi dan mendahului seluruh


hadirin dalam upacara serta kepadanya diberikan penghormatan oleh seluruh
peserta upacara, adalah
a. Pemimpin Upacara
b. Inspektur Upacara
c. Petugas bendera
d. Peserta Upacara

5. Sebagaimana berdasarkan Pasal 24 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 9


Tahun 2010 tentang Keprotokolan, terdapat kelengkapan upacara yang meliputi
a. inspektur upacara,
b. komandan upacara,
c. perwira upacara, peserta upacara, pembawa dan/atau pembaca naskah, dan
pembawa acara
d. Semua benar

54

Anda mungkin juga menyukai