Anda di halaman 1dari 63

BPKKD REVIEW 2

2023

1. STATION 1: PENJAHITAN LUKA & WOUND


DRESSING
2. STATION 2: PEMBIDAIAN & INTUBASI
3. STATION 3: FUNDUSCOPI DAN TONOMETRI &
COLOK DUBUR
4. STATION 4: PEMERIKSAAN SEGMEN
ANTERIOR DAN VISUS & PF TIROID DAN ABI
5. STATION 5: PEMASANGAN NGT DEWASA DAN
NEONATUS & SIRKUMSISI
6. STATION 6: KATETERISASI & PF GINJAL
STATION 1:
PENJAHITAN LUKA & WOUND
DRESSING
Modul : Introduction to Research Methodology
Keterampilan : Desinfeksi Luka dan Penjahitan Luka

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan
langkah-langkah desinfeksi luka terbuka dan basic wound suturing.

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu menerapkan
langkah-langkah desinfeksi luka terbuka dan basic wound suturing sebagai
bagian dari penatalaksanaan pasien dengan keluhan kulit.

3. DESKRIPSI SILABUS
3.1 Kompetensi yang Diharapkan
1. Mengetahui dan menerapkan langkah-langkah tatalaksana luka
2. Mengetahui dan menerapkan langkah-langkah penjahitan luka
3. Menggunakan prinsip komunikasi efektif dalam
mengkomunikasikan tujuan dan langkah-langkah tindakan pada
pasien (informed consent)

3.2 Topik
1. Prinsip dan teknik tatalaksana luka (WT-GV)
2. Prinsip dan teknik anestesi luka
3. Prinsip dan teknik penjahitan luka superfisial

3.3 Metode
1. Presentasi
2. Demonstrasi
3. Tutorial
4. Praktek
5. Evaluasi

3.4 Fasililitas laboratorium


1. Sarung tangan steril
2. Manekin hecting
3. Minor set 1 buah
4. Disposable syringe (10 ml atau 20ml) 1 buah
5. Disposable syringe 5 ml 1 buah
6. Bengkok 1 buah
7. Kom kecil 2 buah
8. Kassa steril secukupnya
9. Benang Cutgut
10. Plester 1 buah
11. Larutan antiseptik secukupnya
12. Obat anestesi lokal (jumlah ampul sesuai kebutuhan)
13. Doek steril (sterile drape)
14. Instrument tray 1 buah
15. meja Mayo (bila ada)

3.5 Evaluasi
1. Nodal point evaluation
2. OSCE

Desinfeksi Luka Terbuka dan Basic Wound Suturing

Skala Penilaian
No PROSEDUR
0 1 2 3
1 Memberi salam, menyapa pasien dan memperkenalkan diri
Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
2 dilakukan dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
meminta izin pada pasien
Memeriksa dan menyiapkan kelengkapan alat-alat: sarung
tangan steril, needle holder 1 buah, pinset anatomis 1 buah,
pinset sirurgis 1buah, gunting jaringan 1 buah, gunting
3 benang 1 buah,skalpel 1 buah, klem desinfeksi 1 buah,
disposable syringe (10 ml atau 20ml) 1 buah, bengkok 1
buah, kom kecil 2 buah, kassa steril secukupnya, larutan
antiseptik secukupnya, obat anestesi lokal (jumlah
ampul sesuai kebutuhan), doek steril (sterile drape),
instrument tray 1 buah sertameja Mayo (bila ada)
4 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan steril
5 Melakukan dan menyebutkan cara desinfeksi tepi luka
Melakukan dan menyebutkan cara injeksi anestesi lokal
6
pada tepi luka
Melakukan irigasi pada luka dengan larutan Nacl 0,9%
7 (normal saline)
8 Memasang doek steril di sekitar luka
Melakukan debridement pada luka (sebelum luka
9 dijahit) dengan skalpel atau gunting jaringan
Setelah selesai dijahit, luka diolesi dengan larutan
10 antiseptic dan ditutup dengan kassa pembalut steril serta
difiksasi dengan plester
TOTAL NILAI 28
Skala Penilaian Sikap Skala Penilaian Keterampilan
0 : Jika tidak dilakukan 0 : Jika tidak dilakukan
1 : Dilakukan, tetapi tidak sesuai 1 : Dilakukan, tetapi tidak
urutan sesuai urutan
2 : Dilakukan dengan benar 2 : Dilakukan tapi tidak
3: - benar/sesuai
3 : Dilakukan dengan benar

Nilai KKD =
(skor yang didapat/skor total) x 100

Tutor/Penguji

Nilai batas lulus = 60

(…………………………………..)
Penjahitan Luka

Skala Penilaian
No PROSEDUR
0 1 2 3
1 Memberikan salam kepada pasien
Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
2
dilakukan dan komplikasi yang mungkin terjadi
Memeriksa dan menyiapkan kelengkapan alat-alat : sarung
tangan steril, needle holder 1 buah, pinset sirurgis 1 buah,
gunting benang 1 buah, scalpel 1 buah, klem disinfeksi 1
3 buah, disposible syringe (3, 5 atau 10 ml) 1 buah, bengkok 1
buah, kom kecil 2 buah, kassa steril secukupnya, larutan
antiseptik secukupnya, obat anestesi lokal (jumlah
ampul sesuai kebutuhan), doek steril (sterile drape),
instrument tray 1 buah, serta meja mayo (bila ada)
Memilih dan menyebutkan jenis benang dan jarum jahit
4
sesuai indikasi
5 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan steril
Memasang doek sterile di sekitar luka yang telah
6
didisinfeksi, dianestesi, dan di-debridement*
Memasang jarum jahit dan benang jahit pada needle
7 holder.
Needle holder dipegang dengan tangan dominan. Jarum
tidak dipegang dengan tangan.
Memegang salah satu sisi tepi luka dengan pinset, lalu
8 menusukkan jarum tegak lurus permukaan kulit. Jarak
tusukan jarum ke tepi luka pada setiap simpul jahitan
harus sama.
Jahitan pertama dimulai ditengah luka
Memegang sisi tepi luka lainnya dengan pinset, lalu
9 menusukkan jarum ke kulitnya. Jarum ditarik keluar
oleh needle holder. Benang dipegang dengan tangan tidak
dominan. Needle holder dipegang dengan tangan
dominan
Membuat simpul benang terputus sederhana dengan
bantuan needle holder (2 lingkaran berlawanan jarum jam
10 dan disimpul, diikuti dengan 1 lingkaran searah jarum jam
dan disimpul, lalu diakhiri dengan 1 lingkaran
berlawanan jarum jam dan disimpul).
Menggunting benang dengan gunting benang kira-kira 1cm
11
proksimal dari simpul
12 Membuat eversi tepi luka
13 menyelesaikan penjahitan luka, sehingga luka tertutup
Merawat luka dengan larutan antiseptik, serta menutup
14
luka dengan kassa steril dan plester

NILAI
40
TOTAL

Skala Penilaian Sikap Skala Penilaian Keterampilan


0 : Jika tidak dilakukan 0 : Jika tidak dilakukan
1 : Dilakukan, tetapi tidak sesuai urutan 1 : Dilakukan, tetapi tidak
2 : Dilakukan dengan benar sesuai urutan
3: - 2 : Dilakukan tapi tidak benar/sesuai
3 : Dilakukan dengan benar

Nilai KKD =
(skor yang didapat/skor total) x 100

Tutor/Penguji

Nilai batas lulus = 60

(…………………………………..)
Modul : Dermato-veneorology System
Keterampilan : Wound Dressing Perawatan Luka Akut Sederhana

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan station skills ini, peserta didik diharapkan mampu
menguasai dan melakukan penilaian, penegakan diagnosis berbagai macam luka,
cara preparasi luka, dan menentukan pemilihan dressing luka dengan baik dan
benar.

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu menerapkan langkah-
langkah
1. Mampu menjelaskan tentang penilaian luka, klasifikasi luka, dan
karakteristik luka
2. Mampu menjelaskan tentang preparasi bed luka dan menegakkan
diagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis
3. Mampu menjelaskan tentang macam-macam dressing luka
4. Mampu melakukan komunikasi dengan pasien dan keluarganya mengenai
kaitan luka dan penanganannya
5. Mampu melakukan penanganan preparasi bed luka yang optimal pada luka

3. DESKRIPSI SILABUS
1. Kompetensi yang Diharapkan
1. Mengetahui dan menerapkan langkah-langkah penilaian luka
2. Mengetahui dan menerapkan langkah-langkah preparasi bed luka
3. Mengetahui dan menerapkan langkah-langkah penggunaan wound
dressing atas indikasi
4. Menggunakan prinsip komunikasi efektif dalam mengkomunikasikan
tujuan dan langkah-langkah tindakan pada pasien (informed consent)

2. Topik
1. Prinsip dan teknik penilaian luka akut dan luka kronik
2. Prinsip dan teknik preparasi bed luka
3. Prinsip dan teknik wound dressing

3. Metode
1. Presentasi
2. Demonstrasi
3. Latihan dengan bimbingan
4. Latihan mandiri
5. Evaluasi
4. Fasilitas Laboratorium
1. Sarung tangan steril
2. Manekin luka
3. Minor set 1 buah
4. Disposable syringe (20ml) 1 buah
5. Kolf NaCL 0.9%
6. Kom kecil 2 buah
7. Kassa steril secukupnya
8. Doek steril
9. absorbent Dressing
10. Sabun antiseptic (sabun chlorhexidine )/savlon
11. Pisau no.10/20
12. Hidrocolloid Dressing
13. Transparent dressing
14. Foam dressing
15. Salep antibiotic /preparat silver
16. Alginate dressing
17. Micro Adhesive tapping

5. Evaluasi
1. Nodal point evaluation
2. OSCE

6. Referensi
1. Schultz et al. Wound bed preparation: a systematic approch to wound
management. Wound Rep Reg. 2003; 11: 1-28
2. Falabella AF. Debridement and wound bed preparation. Dermatologic
Therapy. 2006;317-325
3. Thorne CH, Chung KC, and Gosain AK, Gurtner GC, Mehrara BJ, Rubin JP,
Spear SL, eds. Wound Healing: Normal and Abnormal. Grabb and Smith’s
Plastic Surgery. 7th Edition. 6th Edition. Philladelphia: Lippincott Williams
and Wilkins; 2014: 13-19
4. Thorne CH, Chung KC, and Gosain AK, Gurtner GC, Mehrara BJ, Rubin JP,
Spear SL, eds. Wound Care. Grabb and Smith’s Plastic Surgery. 7th Edition.
6th Edition. Philladelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2014: 21-28
5. Mirastschijski U, Jokuszies A, Voght PM. Skin wound healing: repair biology,
wound, and scar treatment. In: Nelligan P C. Plastic surgery, 3rd ed.
London:Elsevier-Saunders; 2013:267-296
6. Simman R. Wound Closure and the Reconstructive Ladder in Plastic
Surgery . Journal of the American College of Certified Wound Specialists
(2009) 1, 6–11
7. Cohen IK, Diegelman RF, Limblad WJ, Wound Healing Biochemical and
Clinical Aspect. Philadelphia. WB Saunders Co.
7. Prosedur Perawatan Luka
Basic Wound Dressing Luka Akut Sederhana

Skala
No PROSEDUR Penilaian
0 1 2
1 Memberi salam, menyapa pasien dan memperkenalkan diri
Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
2 dilakukan dan pasca tindakan yang mungkin terjadi dan
meminta izin pada pasien
3 Mencuci tangan dan menggunakan APD
Memeriksa dan menyiapkan kelengkapan alat-alat seperti:
Sarung tangan steril, pinset anatomis 1 buah, pinset sirurgis
1buah, gunting jaringan 1 buah, klem desinfeksi 1 buah,
disposable syringe (10 ml atau 20ml) 1 buah, kom kecil 2 buah,
4
kassa steril secukupnya, larutan NaCl 0.9%, doek steril (sterile
drape), dressing absorbent, dressing hydrocolloid, dressing
antibacterial, transparent dressing
Menilai kondisi luka :
• Lokasi, ukuran dan kedalaman luka
5 • Tepi luka
• Bed luka (akut: kontaminasi debris, corpus alienum)
• Kulit sekitar luka

Menentukan tipe debridement berdasarkan penilaian


6
luka yaitu surgical/ autolytic/mechanical
7 Mencuci tangan dan memakai APD
Melakukan dan menyebutkan cara desinfeksi tepi luka
8
melingkar dari dalam keluar
9 Memasang doek steril di sekitar luka
10 Cuci dengan sabun antiseptic yang dilarutkan NaCl
0.9%/aquades steril perbandingan 1:10 pada daerah luka
11 Melakukan bilas luka dengan larutan Nacl 0,9% (normal saline)
atau aquades steril
Melakukan debridement pada luka sesuai dengan tehnik
12 debridement yang dipilih (pada luka akut: surgical
debridement : pembersihan luka dari jaringan non vital dan
benda asing + pisau no.10/20
13 Lakukan irigasi dengan NaCl 0.9% atau aquades steril dan
keringkan dengan kassa steril
Penutupan luka jika mungkin (jahit primer), jika tidak
14 memungkinkan perawatan luka dengan debridement
mechanical
Pada luka yang bersih tanpa eksudat, tanpa nekrotik, dan tidak
ada infeksi, gunakan dressing luka lembab dengan kassa non
15 adherent (tulle) + kassa lembab + kassa kering, dan
transparent dressing atau microadhesive tape
Follow up perawatan luka setiap 3-5 hari tergantung kondisi
16 luka bila dressing sudah basah dan kotor sebaiknya dibuka
lebih cepat. Setiap kali melakukan perawatan luka nilai
kondisi luka
TOTAL NILAI 28

Keterangan Skala Penilaian


0 : Jika tidak dilakukan
1 : Dilakukan, tetapi salah/tidak sesuai urutan/tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan benar

Nilai KKD =
(skor yang didapat/skor total) x 100

Tutor/Penguji

Nilai batas lulus = 60

(……………………………..)
STATION 2:
PEMBIDAIAN
&
INTUBASI
Modul : Muskuloskeletal
Keterampilan : Pembidaian dan Helmet Removal

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu
melakukan tata laksana non-farmakologi pada kasus trauma muskuloskeletal
dengan benar.

2. TUJUAN KHUSUS
Di akhir praktik keterampilan ini, siswa akan mampu memasang bidai, melakukan
helmet removal hingga melakukan evakuasi pasien pada kasus trauma
muskuloskeletal.

3. DESKRIPSI SILABUS
1) Kompetensi yang Diharapkan
a) Mahasiswa dapat menjelaskan teknik pembidaian, helmet removal, dan
evakuasi pasien.
b) Mahasiswa dapat menjelaskan kebutuhan peralatan untuk
pembidaian, helmet removal, dan evakuasi pasien.
c) Mahasiswa melakukan prosedur teknik pembidaian, helmet removal, dan
evakuasi pasien dengan baik.
d) Mahasiswa mampu melakukan tindakan pencegahan terhadap
komplikasi trauma muskuloskeletal.

2) Metode
a) Presentasi
b) Peragaan
c) Pelatihan
d) Latihan mandiri
e) Evaluasi

3) Fasilitas Laboratorium
a) Ruangan Keterampilan Klinik Dasar (KKD)
b) Pengajar
c) Panduan belajar mahasiswa
d) Panduan pengajar
e) Referensi

4) Lokasi
Gedung Clinical Simulation Unit (CSU) FK UIN Jakarta

5) Evaluasi
a) Teknik Penyampaian
b) Penilaian
c) OSCE

4. PERALATAN
1) Presentasi
Audiovisual : LCD/TV Proyektor
2) Penyampaian dan Pembinaan
a) Meja pemeriksaan
b) Kertas dan pulpen
3) Peralatan dan alat kesehatan
a) Alat Pelindung Diri: masker, sarung tangan, gaun dan kacamata
b) Papan bidai
c) Mitela
d) Kain kasa
e) Plester
f) Long spine board
g) Helm full face
h) Traction splints
i) Cervical collar

5. REFERENSI
1) American College of Surgeons. ATLS Student Course Manual: Advanced
Trauma Life Support, 10th ed. Chicago: American College of Surgeons, 2018.
2) Apley, A. Graham and Solomon Louis. Apley’s System of Orthopaedic and
Trauma. 10th edition, New York: Taylor & Francis Group, CRC Press, 2018.
DAFTAR PERIKSA

Skor Nilai
No. Prosedur
0 1
1 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
2 Amankan lokasi
Mulai dengan Basmalah dan Salam. Kemudian
perkenalkan diri jika pasien sadar penuh, lalu meminta ijin
3 untuk melakukan tindakan dan menjelaskan tentang
tujuan dan efek samping
tindakan.
Helmet Removal
Prosedur melepaskan helm dilakukan oleh dua
4
orang penolong.
Penolong pertama berdiri dari posisi depan pasien,
5 sementara penolong kedua berdiri dari posisi atas kepala
pasien.
Sebelum melakukan pertolongan, pastikan tali pengikat
6 helm sudah terlepas atau terpotong.
Penolong pertama menstabilkan dan membatasi gerakan
leher pada area Os. Mandibula dan Os. Occipitale dengan
kedua tangan.

Kemudian, penolong kedua melepaskan helm secara


perlahan dengan cara digeser ke arah belakang sambil
memastikan bahwa leher tidak over ekstensi dan menoleh
kanan kiri.

8
Setelah helm dilepas, penolong pertama kembali
menstabilkan dan membatasi gerakan leher pada area Os.
Mandibula dan Os. Occipitale dengan kedua tangan.

Kemudian, penolong kedua melakukan stabilisasi kepala


dan leher pasien dari ujung kepala pasien, lalu penolong
pertama memasang cervical collar.

10

Pembidaian
11 Menghentikan perdarahan eksternal.
Menutup luka terbuka. Jangan berusaha memasukkan
12 bagian tulang yang menonjol keluar.
Melepaskan sepatu, gelang, cincin dan jam tangan dari
13 ekstremitas yang cidera. Bila perlu, gunting pakaian yang
menutupi bagian ekstremitas yang cidera.
Memeriksa status neurovaskuler perifer (PSM) distal dari
14 ekstremitas yang cidera sebelum dilakukan pembidaian.

15 Melakukan traksi searah dengan biomekanik tubuh.

16 Membentangkan kain/tali pengikat bidai.


Memasang bidai di sisi posterior, lateral dan medial
17 ekstremitas yang cidera.
Bidai dipasang meliputi dua sendi/tulang, yaitu di bagian
18
proksimal dan distal bagian ekstremitas yang cidera.
Mengikat bidai dengan menggunakan pengikat kain di
19 bagian proksimal dan distal dari ekstremitas yang cidera.
Minimal menggunakan dua buah pengikat kain pada
masing-masing bagian. Ikatan dimulai dari bagian distal
dulu. Simpul ikatan jatuh di permukaan bidai. Ikatan
tidak boleh menyilang di bagian yang cidera.
Memasang bantalan pada tonjolan tulang dan jarak
20
kosong.
Memeriksa status neurovaskuler perifer (PSM) distal dari
bagian ekstremitas yang cidera
21 sesudah dilakukan pembidaian.
Imobilisasi dengan Traction Splints
Pemasangan traction splints dilakukan oleh dua orang
22
penolong.
23 Menghentikan perdarahan eksternal.
Menutup luka terbuka. Jangan berusaha memasukkan
24 bagian tulang yang menonjol keluar.
Melepaskan ikat pinggang, sepatu, bila perlu gunting
25 pakaian yang menutupi bagian tungkai yang cidera.
Menyiapkan traction splints, membuka strap tali pengikat
dan mengatur panjang traction splints dengan melihat
panjang tungkai yang sehat.

26

Memeriksa status neurovaskuler perifer (PSM) distal dari


27 ekstremitas yang cidera sebelum dipasangkan traction
splints.
28 Membuka strap tali pengikat traction splints.
Memasang traction splints pada sisi posterior tungkai
29
yang cidera.
30 Traction splints dipasang meliputi dua sendi/tulang, yaitu di
bagian proksimal dan distal bagian ekstremitas yang cidera.
Saat pemasangan alat, penolong pertama yang berada di
ujung tungkai pasien melakukan traksi manual searah
dengan biomekanik tubuh. Kemudian, penolong kedua
yang berada di samping pasien mengikat dan
mengencangkan strap pengikat pada bagian proksimal
(ischial strap) hingga bagian distal ekstremitas yang cidera
(ankle hitch).

31

Setelah semua strap pengikat terpasang, penolong pertama


mengencangkan strap pengait traksi pada distal tungkai
yang cidera dengan cara memutar ke arah dalam traction
knob pada bagian distal traction splints.

32

Pastikan kembali traction splints sudah terpasang dengan


33 benar, strap pengikat sudah terikat hingga strap pengait
sudah adekuat untuk traksi.
Memeriksa status neurovaskuler perifer (PSM) distal dari
34 bagian ekstremitas yang cidera
sesudah dipasangkan traction splints.
Amankan dan pindahkan pasien secara hati-hati
35 ke long spine board untuk imobilisasi dan evakuasi
lanjutan.
Keterangan Skala Penilaian:
0. : Jika tidak dilakukan
1. : Dilakukan, tetapi salah/tidak sempurna
2. : Dilakukan dengan benar/sempurna

Nilai KKD =
(Skor yang didapat/skor total) x 100
Tutor/Penguji

Nilai batas lulus = 60

(…………………………..)

Rujukan
1. American College of Surgeons. ATLS Student Course Manual: Advanced
Trauma Life Support, 10th ed. Chicago: American College of Surgeons,
2018.
2. Apley, A. Graham and Solomon Louis. Apley’s System of Orthopaedic and
Trauma. 10th edition, New York: Taylor & Francis Group, CRC Press,
Modul : Emergency
Keterampilan : Airway & Breathing Management

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan skills station ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan
manajemen jalan napas dan pernapasan secara adekuat.

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikan skills station ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan:
1. Manajemen jalan napas secara adekuat.
2. Manajemen pernapasan dengan memberikan oksigenisasi adekuat melalui
ventilasi manual memakai bag valve mask (ambu bag) serta face mask,
laryngeal mask dan endotrachealtube.

3. DESKRIPSI SILABUS
3.1 Kompetensi yang diharapkan
1. Mampu menguasai teknik-teknik membuka jalan napas.
2. Mampu menjaga patensi jalan napas dengan atau tanpa alat.
3. Mampu melakukan pembebasan jalan napas dengan suctioning.
4. Mampu memberikan oksigenisasi adekuat dengan sungkup muka, sungkup
laring (LMA) atau endotracheal tube (ETT).

3.2 Topik
1. Manajemen jalan napas.
2. Manajemen pernapasan.

3.3 Metode
1. Presentasi
2. Demonstrasi
3. Latihan dengan bimbingan
4. Latihan mandiri
5. Evaluasi

3.4 Fasilitas yang dibutuhkan


1. Ruang latihan KKD
2. Pelatih/tutor
3. Buku Panduan Belajar KKD
4. Alat yang dibutuhkan:
 Perlengkapan pelindung diri (PPD): sarung tangan, masker, apron
dan kaca mata.
 Face mask no. 3 atau 4, dicek tidak bocor.
 Laryngeal mask no. 3 atau4
 Endotracheal tube no. 7,5 atau8
 Oropharyngeal airway untuk dewasa
 Bantal
 Bag valve mask/ambu bag
 Selang oksigen
 Tabung oksigen dan regulator
 Lubrikan
 Plester
 Catheter suction untuk dewasa
 Portable suction
 Manikin

3.5 Evaluasi
1. Nodal point evaluation
2. OSCE
Daftar Periksa

DIKERJAKAN
No Prosedur
YA TIDAK
1 Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
jika pasien sadar, atau kepada keluarga pasien jika pasien
tidak sadar, serta meminta persetujuan tindakan tertulis
Memeriksa dan menyiapkan kelengkapan alat-alat
(STATICS)
Scope: stetoskop dan laringoskop (menyiapkan blade yang
sesuai, memastikan lampu menyala dengan baik, sinar
fokus dan berwarna putih).
Tube endotracheal: (memeriksa patensi balon,
memberikan sedikit lubrikan pada stylet dan
memasukkan stylet kedalam pipa endotrakea,
memberikan sedikit lubrikan pada balon sampai ujung
pipa endotrakea).
Airway oropharyngeal: (Guedel).
Tape (plester).
2 Introducer (stylet atau mandrin).
Connector (penyambung pipa) dan BVM.
Suction catheter, slang dan alat suction.
Spuit.
Bag–valve mask, selang oksigen serta oksigen
tabung.
Face mask no 3 atau no 4.
Laringeal mask (memberikan lubrikan bagian atas LMA,
serta memeriksa cuff dengan inflasi dengan udara no 3
sebanyak 30 cc, kalau no 4 sebanyak 45 cc bisa juga
dilihat instruksi di LMA tersebut. Bila cuff bocor, herniasi
atau bulging, maka tidak bisa digunakan).
Pengganjal kepala (bantal tipis atau kain).
Alat pelindung diri (masker,sarung tangan, googles).
3 Memakai alat pelindung diri (masker, apron, sarung
tangan dan kaca mata).
Operator berdiri dibagian kepala tempat tidur. Tempat
4 tidur berada pada posisi datar setinggi pusat
(umbilicus) operator.
5 Menempatkan bantal tipis atau kain dibawah oksipital
jika tidak dicurigai cedera cervical.
AIRWAY MANAGEMENT
6 1. Nilai jalan nafas clear atau tidak.
2. Teknik membuka jalan nafas chin lift maneuver
(tindakan mengangkat dagu), jaw thrust maneuver
(tindakan mendorong sudut rahang bawah), head tilt
maneuver (tindakan menekan dahi lalu didorong
hingga leher hiperekstensi). Maneuver ini bisa hanya
satu atau dua maneuver atau ketiga-tiganya saat
membuka jalan nafas.
3. Bila clear jaga patensi airway dengan
mempertahankan posisi hiperekstensi, dengan
meletakkan bantal di bawah scapula (tanpa alat), atau
menggunakan oropharyngeal airway (guedel).
4. Tentukan ukuran guedel dengan menarok satu
disudut bibir sisi yang lain dibawah telinga.
5. Buka mulut pasien dengan cara cross finger
technique, yaitu ibu jari tangan kanan ditempatkan
didepan gigi bawah mandibular dan jari telunjuk
didepan gigi atas maksila. Mulut dibuka perlahan
dengan menggerakan jari-jari tersebut lalu
masukkan guedel dengan ujungnya menghadap
chepalad lalu didorong masuk saat mendekati
dinding faring alat diputar 180 derajat lalu didorong
sampai pangkalnya pas di mulut.
6. Bila sumbatan nya berupa cairan maka dilakukan
suctioning.
7. Hidupkan alat suction pasang slang suction dan
kanulnya, cek daya isap suction dengan menutup
lobang kanul
8. Masukkan ujung kateter suction dengan tangan
kanan kedalam mulut/hidung sampai faring.
9. Tutup lobang kanul suction maka cairan akan
dihisap, tarik kanul suction perlahan dan arah
diputar.
10. Lama penghisapan 10-15 detik untuk mencegah
hipoksia, untuk suction berikutnya oksigenisasi
dulu 2-3 menit baru suction diulang, begitu terus
sampai jalan nafas clear.
11. Bila sumbatan berupa benda padat seperti lidah
maka dipasang guedel.
BREATHING MANAGEMENT
7
Dengan menggunakan face mask:

1. BVM sambungkan selangnya ke tabung oksigen, lalu


putar flow oksigen 6-10 L/menit.
2. Face mask dipasangkan ke BVM.
3. Meatus eksterna segaris dengan sternal notch bila
tidak ditarok bantal tipis/kain di kepala.
4. Face mask dipasang dengan memakai C-E position
technique, jari kelingking di ujung sudut rahang
bawah (jaw thrust), jari manis dan tengah di bawah
mandibula (chin lift), telunjuk dan ibu jari
memfiksasi agar face mask tidak bocor serta
menutup hidung dan mulut dengan benar.
5. Berikan oksigenisasi setiap 4 atau 5 detik dengan
memompa BVM sejumlah volume 6-8 cc/kgBB.
6. Oksigenisasi adekuat dilihat dari naik dada yang
adekuat saat BVM dipompa

Dengan menggunakan LMA:


1. Melakukan preoksigenasi/oksigenisasi adekuat
dengan oksigen 100% selama 2-3 menit dengan
sungkup muka dan BVM memakai teknik C—E
position technique.
2. Bila oksigenisasi adekuat, bisa dilakukan insersi
sungkup laring (LMA) dengan Archi Brain technique.
3. Cuff dikempeskan sebelum dipasang.
4. Oleskan lubrikan pada sisi belakang LMA, buka mulut
dengan cross finger technique.
5. LMA dipegang dengan telunjuk dan jari tengah pada
perbatasan antara cuff dan tube. Ujung LMA
dimasukkan pada sisi dalam atas, menyusuri palatum
dan dengan bantuan jari telunjuk. LMA dimasukkan
lebih dalam sampai rongga hipofaring,tahanan akan
terasa. Pipa LMA dipegang dengan tangan yang tidak
dominan untuk mempertahankan posisi dan jari
telunjuk kita keluarkan dari mulut penderita.
6. Cuff dikembangkan sesuai isi cuff yang tertulis di
LMA.
7. LMA difiksasi dengan plester dengan teknik
menyilang lalu konektor dihubungkan dengan BVM
flow 6-10 L/mnt.
Menggunakan intubasi endotrakea dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Memegang laringoskop pada tangan kiri.
2. Buka mulut dengan cara cross finger technique, yaitu
ibu jari tangan kanan ditempatkan di depan gigi
bawah mandibula dan jari telunjuk di depan gigi atas
maksila, mulut dibuka perlahan dengan
menggerakkan jari-jari tersebut dan laringoskop
dimasukkan ke dalam mulut.
3. Masukkan ujung bilah laringoskop ke dalam sisi
kanan mulut pasien, masukkan bilah sampai ke
pangkal lidah.
4. Singkirkan lidah ke arah kiri.
5. Dengan lembut masukkan bilah laringoskop pada
posisi yang tepat. Bilah lurus dibawah epiglotis, dan
bilah lengkung dimasukkan kedalam vallecula di atas
epiglotis.
6. Perlihatkan pita suara dan pembukaan glotis.
7. Secara lembut masukkan pipa endotrakea melalui
pita suara, dengan memegang pipa endotrakea
menggunakan tangan kanan.
8. Secara hati-hati angkat stylet dan laringoskop, sambil
tetap memegang pipaendotrakea.
9. Kembangkan balon.
10. Pastikan posisi pipa endotracheal
11. Pasang bag-valve-mask
12. Inspeksi dan auskultasi dada untuk mendengarkan
suara nafas yang simetris
13. Perhatikan pengembunan yang terjadi pada pipa
endotrakea saat ekshalasi nafas
14. Fiksasi posisi pipa endotrakea dengan plester pada
nomor yang tertera pada pipa setinggi bibir

Keterangan Skala Penilaian:

0 : Jika tidak dilakukan


1 : Dilakukan, tetapi salah/tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan benar/sempurna

Nilai KKD =
(Skor yang didapat/skor total) x 100
Tutor/Penguji

Nilai batas lulus = 60

(…………………………..)

Rujukan

1. American College of Surgeons. ATLS Student Course Manual: Advanced


Trauma Life Support, 9th ed. Chicago: American College of Surgeons,2012.
2. Roberts JR, Hedges JR. Clinical Procedures in Emergency Medicine, 5th ed.
Philadelphia: Saunders-Elsevier,2010.
STATION 3:
FUNDUSCOPI DAN TONOMETRI
&
COLOK DUBUR
Modul : Special Senses
Station Skills : Pemeriksaan Tonometer dan Oftalmoskopi direk (Funduskopi)

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan langkah-
langkah pemeriksaan tonometer dan oftalmoskopi direk (funduskopi)

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu menerapkan langkah-
langkah pemeriksaan, mengetahui indikasi, dan kontraindikasi tonometer dan
oftalmoskopi direk (funduskopi) sebagai bagian dari penatalaksanaan pasien dengan
keluhan penglihatan.

3. DESKRIPSI SILABUS
3.1 Kompetensi yang diharapkan
1. Mengetahui tujuan, indikasi, dan kontraindikasi oftalmoskopi direk
(funduskopi)
2. Mengetahui tujuan, indikasi, dan komplikasi tonometri schiotz
3. Dapat melakukan langkah-langkah pemeriksaan oftalmoskopi direk
(funduskopi)
4. Dapat melakukan langkah-langkah pemeriksaan tonometri schiotz
5. Menggunakan prinsip komunikasi efektif dalam mengkomunikasikan
tujuan, langkah-langkah pemeriksaan, dan hasilnya pada pasien

3.2 Topik
1. Tujuan, indikasi, dan kontraindikasi pemeriksaan oftalmoskopi direk
(funduskopi)
2. Tujuan, indikasi, dan komplikasi pemeriksaan tonometi Schiotz
3. Langkah-langkah pemeriksaan oftalmoskopi direk (funduskopi)
4. Langkah-langkah pemeriksaan tonometri schiotz

3.3 Metode
1. Presentasi
2. Demonstrasi
3. Latihan dengan bimbingan
4. Latihan mandiri
5. Evaluasi

3.4 Fasilitas yang dibutuhkan


1. Meja periksa, tempat tidur
2. Untuk oftalmoskopi: Oftalmoskop, Retinoscopy Trainer, midriatikum
tetes mata, Pilocarpine tetes mata
3. Untuk tonometri: Tonometer Schiotz, Propacaine HCl 0.5%, Antibiotik tetes
mata

3.5 Evaluasi
1. Nodal point evaluation
2. OSCE

Ceklist Pemeriksaan Oftalmoskopi Direk (Funduskopi)

Skala
No Prosedur Penilaian
0 1 2
1 Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin kepada
pasien.

Tetes kedua mata pasien dengan midriatikum tetes mata.


2
Tunggu hingga pupil melebar (+15 menit).
Informasi yang dijelaskan adalah indikasi yaitu pasien dengan
keluhan pada mata, efek pemberian midriatikum pada mata,
kontraindikasinya adalah infeksi, cedera pada permukaan bola
mata, kecurigaan bilik mata depan dangkal
3 Mempersilahkan pasien duduk di tempat yang telah disediakan
Menyuruh pasien melihat terfiksasi ke satu titik jauh di dinding
4
arah depan. Pasien diminta tidak menggerakkan bola matanya
selama pemeriksaan
5 Melakukan setting gigi power dan aperture oftalmoskop
Melakukan pemeriksaan mata kanan pasien dengan mata kanan
6
pemeriksa, oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan, jarak
pemeriksaan dimulai dari 30 cm untuk menilai refleks fundus

Meletakkan tangan kiri pemeriksa ke dahi atau


7
bahu pasien sebagai fiksasi
Perlahan-lahan mendekat dengan sumbu 15° temporal dari
8
sumbu penglihatan, dengan memutar tombol fokus hingga jelas
terlihat papil saraf optik, retina, pembuluh darah retina, dan
makula (pasien diminta melihat ke arah lampu)
Melakukan pemeriksaan mata kiri pasien dengan
9
prosedur yang sama
10 Melakukan pemeriksaan dengan lege artis
Mengucapkan Hamdallah, terima kasih dan doa untuk
11
kesembuhan
Melaporkan dan menuliskan/menggambarkan hasil
12
pemeriksaan ke rekam medik/status pasien dengan benar
Pelaporan Fundus Okuli Dextra/Sinistra (FOD/FOS) normal:
Papil bulat, batas tegas, cup/disc ratio 0,3, a/v (arteri/vena) 2/3,
refleks makula (+), retina: perdarahan (-), eksudat (-), sikatrik (-)

TOTAL NILAI 23

Keterangan Skala Penilaian:

0 : Jika tidak dilakukan


1 : Dilakukan, tetapi salah/tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan benar/sempurna
Tutor/Penguji

Nilai KKD =
(Skor yang didapat/skor total) x 100

Nilai batas lulus = 60 (…………………………..)


Ceklist Pemeriksaan Tonometri

Skala
No Prosedur Penilaian
0 1 2
1 Memperkenalkan diri,memberikan informasi tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin kepada
pasien. Informasi yang diberikan adalah indikasi yaitu pada kasus
dengan kecurigaan peningkatan atau penurunan tekanan bola
mata,dan komplikasi yaitu erosi kornea

2 Mencuci tangan
3 Mempersilakan pasien tidur terlentang tanpa bantal atau
setengah duduk (lepaskan ikat rambut/pengganjal kepala
lainnya agar posisi kepala mendatar) di tempat yang telah
disediakan
4 Simulasi meneteskan anastesi topikal pada kedua mata dengan
Pantocain (proparacaine HCl 0.5%)
5 Merakit dan menera tonometer dengan beban 5.5 gram dan
melakukan desinfeksi tip tonometer dengan swab alkohol dan
membiarkannya kering
6 Simulasi menyuruh pasien melihat ke satu titik jauh di atap atau
ke arah ibu jari tangan yang diacungkan ke atas

7 Meletakkan tonometer pada kornea mata

8 Membaca jarum penunjuk pada tonometer


9 Bila jarum pada skala terbaca <3 maka gunakanlah beban 7.5
gram dan ulangi prosedur 7 dan 8 , dan bila tetap <3, maka beban
ditambahkan lagi menjadi 10 gram, ulangi lagi prosedur 7 dan 8
10 Simulasi memberikan tetes mata antibiotik pada mata yang
diperiksa
11 Desinfeksi Ulang dengan swab alcohol dan melakukan prosedur
6-10 ke mata kiri
12 Mengucapkan Hamdallah, Terimakasih dan doa untuk
kesembuhan
13 Mencatat hasil pemeriksaan dalam satuan mmHg dengan merujuk
tabel konversi tonometer Schiotz
Laporan: TIO OD: ...../5.5 atau .../7,5 atau ..../10 = ...mmHg
OS: ...../5.5 atau .../7,5 atau ..../10 = ...mmHg
TOTAL NILAI 26
Keterangan Skala Penilaian:
0 : Jika tidak dilakukan
1 : Dilakukan, tetapi salah/tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan benar/sempurna
Tutor/Penguji
Nilai KKD =
(Skor yang didapat/skor total) x 100

Nilai batas lulus = 60


(…………………………..)
Modul : Gastrointestinal System
Keterampilan : Pemeriksaan colok dubur (digital rectal examination)

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan rectal touche secara benar dan legeartis.

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan rectal touche secara benar dan legeartis dan menginterpretasikan
hasilnya

3. DESKRIPSI SILABUS
3.1 Kompetensi yang Diharapkan
a. Komunikasi efektif
b. Keterampilan klinis
c. Empati

3.2 Topik
Anatomi saluran cerna bawah, terutama rektum dan anus

3.4 Metode
a. Presentasi
b. Demonstrasi
c. Latihan dengan bimbingan
d. Latihan mandiri
e. Evaluasi

3.5 Fasilitas Laboratorium


a. Ruang latihan KKD
b. Pelatih/tutor
c. Buku Panduan Belajar KKD
d. Alat yang dibutuhkan:
• Manekin RT
• Sarung tangan
• Gel/lubrikan
• Selimut
• Lampu/senter
• Kassa
3.6 Lokasi
Clinical Simulation Unit.

3.7 Evaluasi
a. Nodal point evaluation
b. OSCE

Ceklist Pemeriksaan colok dubur (digital rectal examination)

Skala
No PROSEDUR Penilaian
0 1 2
1 Persiapan bahan dan alat yang digunakan
- Tempat periksa
- Lampu/senter
- Sarung tangan
- Lubrikan
- Selimut/linen atau penuntup/celana khusus
- Kain kassa
2 Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin kepada
pasien
3 Mencuci tangan 6 langkah dan menggunakan sarung tangan
bersih
Meminta pasien membuka celana dan berbaring miring ke kiri
4 memunggungi pemeriksa dengan tungkai kiri fleksi maksimal
dan tungkai kanan sedikit (slight) fleksi (Simm’s position).
Tutupi dengan selimut/linen.
Nilai bagian Anus, Sphincter ani, Mucosa recti, Ampula Recti (ASMA):

5 Anus
Inspeksi: perhatikan ada/tidaknya kelainan seperti skin tags,
hemoroid, proctitis, abses perianal, fisura, dll.
Beri pelumas/gel pada telunjuk tangan kanan pemerika.
Oleskan pula sedikit pelumas ke pinggir anus.
6 Sphincter ani
Masukkan jari telunjuk kanan ke dalam anus, dan menilai
tonus m. sphincter ani (ada)/(tidak ada)
Apabila perlu (hanya dilakukan konsulen/dokter spesialis)
maka dapat lakukan pemeriksaan BCR (Bulbo-Cavernosus
Refflex pada pria, Bulbo-Clitoris Refflex pada wanita) dengan
cara meremas glans penis/klitoris.
Pada pasien yang terpasang kateter, cara pemeriksaan BCR
adalah dengan menarik kateter. Pada orang normal, BCR (+),
ditandai dengan timbulnya kontraksi anus.
7 Mukosa recti
• Ada benjolan/tidak, sirkuler/tidak, letak di jam berapa,
rapuh/tidak, jarak perkiraan dari anocutan- line
• Adakah massa intra/ekstralumen, bila ada deskripsikan
apakah jari dapat masuk penuh/sempit, lokasinya,
mobile/tidak benjolan diluar lumen atau tidak.
• Tentukan ada/tidaknya nyeri tekan, tentukan lokasinya di
jam berapa.
• Pada pasien laki-laki, putar jari pemeriksa ke arah penis:
pool atas prostat teraba/tidak,konsistensi: kenyal/keras,
lobus kiri dan kanan simetris/tidak (bila tidak simetris,
tentukan mana yang lebih besar), teraba ada nodul/tidak
(bila ada, sebutkan jumlahnya pada tiap lobus),
konsistensi nodul
8 Ampula recti
Penilaian kolaps ada /tidak
9 Keluarkan jari, dan nilai pada sarung tangan: ada feses/tidak;
bila ada, nilai warnanya; ada lendir/tidak, ada darah/tidak
10 Bersihkan anus dan sekitarnya dengan kassa
11 Pemeriksa melepas sarung tangan dan mencuci tangan
12 Pemeriksa menjelaskan bahwa pemeriksaan sudah selesai,
dan pasien diminta memakai kembali pakaiannya
13 Mengucapkan terima kasih
14 Melaporkan dan menuliskan hasil pemeriksaan ke rekam
medik/status pasien dengan benar
15 Melakukan prosedur dengan sistematis dan lege artis

TOTAL NILAI 44

Keterangan Skala Penilaian Sikap


0 : Jika tidak dilakukan
1 : Dilakukan, tetapi salah/tidak sesuai urutan/tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan benar

Nilai KKD =
(skor yang didapat/skor total) x 100

Tutor/Penguji

Nilai batas lulus = 60


(…………………..………..)
STATION 4:
PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR
DAN VISUS
&
PF TIROID DAN ABI
Modul : Special Senses
Keterampilan : Pemeriksaan Segmen Anterior dan Tajam Penglihatan
(Visus)

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan langkah-
langkah pemeriksaan segmen anterior dan tajam penglihatan

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu menerapkan langkah-
langkah pemeriksaan segmen anterior dan tajam penglihatan sebagai bagian dari
penatalaksanaan pasien dengan keluhan penglihatan.

3. DESKRIPSI SILABUS
3.1 Kompetensi yang Diharapkan
1. Mengetahui tujuan dan indikasi pemeriksaan segmen anterior dan tajam
penglihatan
2. Dapat melakukan langkah-langkah pemeriksaan segmen anterior
dan tajam penglihatan
3. Menggunakan prinsip komunikasi efektif dalam mengkomunikasikan tujuan,
langkah-langkah pemeriksaan, dan hasilnya pada pasien

3.2 Topik
1. Tujuan dan indikasi pemeriksaan segmen anterior dan tajam pemeriksaan
2. Langkah-langkah pemeriksaan segmen anterior dan tajam penglihatan

3.3 Metode
1. Presentasi.
2. Demonstrasi
3. Latihan dengan bimbingan
4. Latihan mandiri
5. Evaluasi

3.4 Fasilitas yang dibutuhkan


a. Ruang Keterampilan Klinik Dasar.
b. Pengajar/tutor
c. Panduan belajar mahasiswa BPKKD
d. Pasien yang terstandarisasi
e. Peralatan
• Hand sanitizer
• Tissue
• Penlight
• Loup kepala.
• Kartu Snellen
• Pinhole occluder

3.5 Evaluasi
a. Nodul point evaluation
b. OSCE.

Ceklist Pemeriksaan Segmen Anterior Mata

Skala
No PROSEDUR Penilaian
0 1 2
Mengucapkan Basmallah dan Salam kepada pasien,
1 memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin kepada
pasien
Mencuci tangan, menyiapkan penlight, memasang loup kepala
2
Tentukan posisi bola mata, minta pasien menatap penlight
yang diarahkan di depan pasien dengan jarak 30 cm.
Perhatikan jatuhnya pantulan sinar penlight pada pupil.
Apabila sinar terlihat tepat di kedua pupil: ortoforia
Bila sinar terletak di medial salah satu pupil: eksotrofia
Bila sinar terletak di lateral salah satu pupil: esotrofia
3 Periksa pergerakan bola mata dengan meminta pasien
melihat penlight mengikuti gerakan pemeriksa. Gerakkan
penlight ke superior, inferior, superior dekstra, dekstra,
inferior dekstra, superior sinistra, sinistra, dan inferior
sinistra. Perhatikan apakah ada hambatan pergerakan bola
mata
4 Inspeksi dan palpasi palpebra, adakah massa, kelainan
bentuk kelopak (turunkan lensa loup ke depan mata sampai
akhir
pemeriksaan). Eversi palpebra inferior sambil menilai ada
tidaknya kelainan dengan menyorotkan lampu senter
5 Eversi palpebra superior sambil menilai ada tidaknya
kelainan dengan menyorotkan lampu senter
6 Inspeksi konjungtiva bulbi, adakah injeksi konjungtiva, injeksi
silier, injeksi episklera, ataupun kelainan lainnya pada
konjungtiva
7 Inspeksi kornea, apakah jernih, adakah kekeruhan berupa
infiltrat, ulkus, sikatrik, erosi, ruptur, benda asing
Periksa kedalaman bilik mata depan dengan menggunakan
penlight dari sisi lateral (900), perhatikan apakan seluruh
8 bagian iris tersinari. Apabila tersinari seluruhnya: dalam,
bila tersinari hanya bagian lateral: dangkal. Perhatikan ada
tidaknya pus (hipopion) atau darah (hifema) di bilik mata
depan

9 Inspeksi bentuk pupil apakah bulat, isokor, adakah sinekia


anterior/posterior. Arahkan penlight ke pupil mata kanan,
periksa reflek cahaya langsung pada mata kanan dan reflek
cahaya tak langsung pada mata kiri. Lakukan sebaliknya.
10 Periksa kejernihan lensa dengan menggunakan penlight dari
arah 450 lateral. Perhatikan adakah bayangan iris yang
terbentuk di pupil (shadow test). Bila ada (shadow test (+))
menunjukkan adanya katarak imatur.
11 Mengulang prosedur pemeriksaan untuk mata kiri
12 Mengucapkan Hamdallah, terima kasih dan doa
kesembuhan
13 Melaporkan dan menuliskan hasil pemeriksaan ke rekam
medik/status pasien dengan benar
TOTAL NILAI 26

Pemeriksaan Fisik
Status Oftalmologis
OD PEMERIKSAAN OS
Visus

Tekanan Intra Okuler

Kedudukan bola mata

Pergerakan bola mata

Palpebra

Konjungtiva bulbi

Kornea

Bilik mata depan

Iris/pupil

Lensa

Vitreus

Retina

Ceklist Pemeriksaan Visus


Skala
Penilaian
No PROSEDUR
0 1 2
Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang
1 pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin kepada
pasien
2 Mencuci tangan 6 langkah
3 Mempersilakan pasien duduk di tempat yang telah
disediakan, dengan jarak 6 meter dari Snellen Chart dengan
pencahayaan cukup
Memeriksa mata kanan dengan cara (pilih salah satu)
a. menyuruh pasien menutup mata kiri dengan telapak tangan
b. memasang okluder pada trial frame di mata kiri
c. menghalangi penglihatan mata kiri dengan
kertas bila pasien memakai kaca mata
4 Meminta pasien menyebutkan obyek yang ditunjuk pada Kartu
Snellen/E Chart dari objek terbesar sampai terkecil yang masih
bisa dibaca.
Untuk E Chart pasien diminta menyebutkan arah huruf E
(pasien dapat dianggap membaca 1 baris bila > 50%
angka/huruf pada baris tersebut yang dapat dibaca)
Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan pinhole occluder
5 bila visus 6/12 atau kurang
6 Mengetahui prosedur bila pasien tidak bisa melihat objek
terbesar pada chart, maka pasien diminta mengitung jari (1,2
atau 5 jari) mulai dari jarak 1 meter, 2 meter hingga huruf
terbesar pada kartu Snellen (CF 1 m= 1/60).
Bila tidak dapat mengitung jari pemeriksaan dengan lambaian
tangan (HM= 1/300).
Bila tidak dapat dengan lambaian tangan, pemeriksaan
gelap terang dengan penlight (LP=1/~).
Atau visus nol (No Light Perception)
7 Mengulang prosedur pemeriksaan untuk mata kiri
8 Mengucapkan Hamdallah, terima kasih dan doa kesembuhan
Melaporkan dan menuliskan hasil pemeriksaan ke rekam
9
medik/status pasien dengan benar
Tajam penglihatan mata kanan/AVOD: 6/.... atau 20/... Tajam
10
penglihatan mata kiri/AVOS: 6/.... atau20/...

TOTAL NILAI 20

Keterangan Skala Penilaian Sikap


0 : Jika tidak dilakukan
1 : Dilakukan, namun salah/tidak sesuai urutan/tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan benar

Nilai KKD = Tutor/Penguji


(Skor yang didapat/skor total) x 100

Nilai batas lulus = 60


(…………………………………..)
Modul : Nutrition and Metabolism
Keterampilan : Pemeriksaan Tiroid (1)

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan tiroid.

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan fisik tiroid dan menginterpretasikannya

3. DESKRIPSI SILABUS
3.1 Kompetensi yang Diharapkan
1. Komunikasi efektif
2. Keterampilan klinis
3. Empati

3.2 Topik
Indikasi dan cara pemeriksaan tiroid

3.3 Metode
1. Presentasi
2. Demonstrasi
3. Latihan dengan bimbingan
4. Latihan mandiri
5. Evaluasi

3.4 Fasilitas Laboratorium


1. Ruang latihan KKD
2. Pelatih/tutor
3. Buku Panduan Belajar KKD
4. Alat yang dibutuhkan:
• Pita pengukur
• Stetoskop

3.5 Evaluasi
a. Nodal point evaluation
b. OSCE
Ceklist Pemeriksaan Tiroid

Skala
No PROSEDUR Penilaian
0 1 2
1 Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin kepada
pasien.
Meminta pasien duduk dan sedikit mengekstensikan
2
kepalanya.
3 Cuci tangan 7 langkah.
4 Melakukan inspeksi leher dari arah depan.
5 Pemeriksa berdiri di belakang pasien.
Melakukan palpasi pada regio tiroid dengan menggunakan
6
ujung jari kedua tangan.
7 Meminta pasien melakukan gerakan menelan.
8 Memeriksa seluruh kelenjar tiroid.
9 Menggunakan stetoskop untuk menilai adanya bruit.
10 Mengucapkan terima kasih.
11 Melakukan pemeriksaan dengan lege artis.
Melaporkan dan menuliskan hasil pemeriksaan ke rekam
12
medik/status pasien dengan benar.
TOTAL NILAI 17

Keterangan Skala Penilaian Sikap


0 : Jika tidak dilakukan
1 : Dilakukan, tetapi salah/tidak sesuai urutan/tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan benar

Nilai KKD =
(skor yang didapat/skor total) x 100 Tutor/Penguji

Nilai batas lulus = 60


(…………………………………..)
Modul : Nutrition and Metabolism
Keterampilan : Pemeriksaan Kaki Diabetik dan ABI (2)

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan kaki diabetik

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan kaki diabetik dan menginterpretasikannya

3. DESKRIPSI SILABUS
3.1. Kompetensi yang Diharapkan
1. Keterampilan Klinik Dasar
2. Ilmu dasar untuk praktek dokter
3. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik

3.2. Topik
Indikasi dan cara pemeriksaan kaki diabetic

3.3. Metode
1. Presentasi
2. Demonstrasi
3. Latihan dengan bimbingan
4. Latihan mandiri
5. Evaluasi

3.4. Fasilitas Laboratorium


1. Ruang latihan KKD
2. Pelatih/tutor
3. Buku Panduan Belajar KKD
4. Alat yang dibutuhkan:
o Tensimeter
o Monofilamen Semmes-Weinstein 10g
o Garpu tala 128 Hz
o Palu refleks
3.5 Evaluasi
a. Nodal point evaluation
b. OSCE
Ceklist Pemeriksaan Kaki Diabetik dan ABI

No PROSEDUR Skala Penilaian


0 1 2
Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang
1 pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin
kepada pasien.
2 Mencuci tangan 7 langkah.
3 Meminta pasien membuka alas kaki dan kaus kaki
Inspeksi kondisi kaki secara keseluruhan, baik kulit di
punggung dan telapak kaki, sela jari, dan kuku. Amati
4 ada/tidaknya lesi/kelainan dermatologis dan kuku: warna
kulit, kulit kering/tidak, kulit pecah-pecah, ulserasi,
callus/kapalan, ulserasi, lesi akibat infeksi jamur, paronikia,
dll
Inspeksi muskuloskeletal. Amati ada tidaknya
deformitas muskuloskeletal: claw toes, prominent
5
metatarsal heads, Charcot joint (Charcot arthropaty).
Amati ada/tidaknya muscle wasting.
Melakukan pemeriksaan persepsi tekanan dengan monofilamen Semmes-
Weinsteins 10 g
6 Demonstrasikan pemeriksaan yang akan dilakukan di kaki
dengan menyentuhkan benang monofilamen di punggung
tangan sampai benang monofilamen menekuk, tanyakan
sensasi yang dirasakan oleh pasien. Sampaikan bahwa bila
pasien merasakan sensasi pemeriksaan seperti ini saat nanti
dilakukan di kaki, pasien harus mengatakan “ya” atau
“terasa”.
7 Meminta pasien untuk menutup mata selama pemeriksaan
kaki
8 Sentuhkan benang monofilamen di beberapa titik di
telapak kaki (lihat gambar 2), sampai jarum monofilamen
menekuk, selama kira-kira 1 detik. Tanyakan pada pasien
apakah terasa atau tidak. Hindari menyentuhkan jarum
monofilamen di area callus.
9 Lakukan pada kedua kaki, kiri dan kanan
Melakukan pemeriksaan sensasi getaran dengan garpu tala
10 Getarkan garpu tala 128 Hz
11 Letakkan di ujung ibu jari kaki. Tanyakan apakah getaran
terasa oleh pasien. Garpu tala tetap pada posisi ini sampai
pasien sudah tidak merasakan getaran lagi. Dikatakan
abnormal bila pasien sudah tidak merasakan getaran,
sedangkan dokter/pemeriksa masih merasakan getaran
garpu tala.
12 Lakukan pada ibu jari kedua kaki, kiri dan kanan
Pemeriksaan Refleks Achilles
13 Pasien dalam posisi duduk di atas meja periksa dengan kaki
menggantung. Mintalah agar pasien rileks.
14 Pukulkan palu refleks ke daerah tendo achilles. Amati ada
tidaknya refleks Achilles
15 Lakukan pada kedua kaki, kiri dan kanan
Melakukan Pemeriksaan Ankle-Brachial Index (ABI)
16 Raba nadi pada daerah a. dorsalis pedis kanan.
17 Ukur tekanan darah sistolik ankle kanan dengan tensimeter.
18 Raba nadi pada daerah a. brachialis kanan.
19 Ukur tekanan darah sistolik lengan kanan dengan
tensimeter.
20 Raba nadi pada daerah a.dorsalis pedis kiri.
21 Ukur tekanan darah sistolik ankle kiri dengan tensimeter.
22 Raba nadi pada daerah a. brachialis kiri.
23 Ukur tekanan darah sistolik lengan kiri dengan tensimeter.
24 Tentukan tekanan darah sistolik yang tertinggi di antara
lengan kiri atau lengan kanan, untuk menghitung rasio
25 Hitung ABI kiri = TD ankle kiri/TD sistolik lengan yang
tertinggi
Hitung ABI kanan= TD ankle kanan/TD sistolik lengan yang
tertinggi
26 Mengucapkan terima kasih setelah selesai melakukan
pemeriksaan.
27 Melakukan pemeriksaan dengan lege artis.
28 Melaporkan, menuliskan hasil pemeriksaan ke rekam
medik/status pasien, dan menginterpretasikan hasil
pemeriksaan dengan benar.
TOTAL NILAI 50

Keterangan Skala Penilaian Sikap


0 : Jika tidak dilakukan
1 : Dilakukan, tetapi salah/tidak sesuai urutan/tidak sempurna
2 : Dilakukan denganbenar

Nilai KKD =
(skor yang didapat/skor total) x 100
Tutor/Penguji

Nilai batas lulus = 60


(…………………………………..)
Figure 1 - Foot deformities. These sites are frequent locations for diabetic foot ulceration. A: Claw
toe deformity. Note the buckling phenomenon that causes increased pressure on the dorsal hammer
digit deformity, as well as on the plantar metatarsal head. B: Bunion and overlapping toes. This
deformity can lead to pressure ulceration between the digits, on the dorsal or plantar surfaces of
displaced digits, and over the medial first metatarsophalangeal joint. C: A rocker- bottom deformity
secondary to Charcot arthropathy can cause excessive pressure at the plantar midfoot, increasing
risk for ulceration at that site.
Figure 2—Upper panel: For performance of the 10-g monofilament test, the device is placed
perpendicular to the skin, with pressure applied until the monofilament buckles. It should be held in place
for _1 s and then released. Lower panel: The monofilament test should be performed at the highlighted
sites while the patient’s eyes are closed.
STATION 5:
PEMASANGAN NGT DEWASA DAN
NEONATUS
&
SIRKUMSISI
Modul : Gastrointestinal System
Keterampilan : Pemasangan Pipa Nasogastrik Dewasa dan Neonatus

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan
pemasangan selang nasogastrik/nasogastric tube dengan benar dan professional

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mahasiswa menyelesaikan station skills ini, bila diberi pasien maka
mahasiswa :
a. Mampu mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemasangan selang
nasogastrik
b. Mampu melakukan prosedur pemasangan selang nasogastrik secara
professional
c. Mampu menggambarkan kesulitan-kesulitan dan efek samping prosedur
pemasangan selang nasogastrik dan penatalaksanaannya

3. DESKRIPSI SILABUS
3.1 Kompetensi yang Diharapkan
a. Komunikasi efektif
b. Keterampilan klinis
c. Empati

3.2 Topik
a. Anatomi saluran cerna atas
b. Indikasi dan kontraindikasi pemasangan NGT

3.3 Metode
a. Presentasi.
b. Demonstrasi
c. Latihan dengan bimbingan
d. Latihan mandiri
e. Evaluasi

3.4 Fasilitas Laboratorium


a. Ruang Keterampilan Klinik Dasar.
b. Pengajar / Tutor
c. Buku Panduan Belajar KKD
d. Alat yang dibutuhkan: manekin, sarung tangan, gel/lubrikan, NGT,
stetoskop, air minum, spuit, plester
3.5 Evaluasi
a. Nodal point evaluation
b. OSCE

Ceklist Pemasangan Nasogastric Tube

Skala Penilaian
No PROSEDUR
0 1 2
1 Memeriksa kelengkapan peralatan yang akan digunakan
Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang
2 pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin kepada
pasien
3 Meminta pasien duduk atau berbaring terlentang
Meletakkan handuk di dada pasien untuk antisipasi
4 kemungkinan muntah
Memeriksa lubang hidung untuk memilih yang akan
5 digunakan untuk insersi
6 Mencuci tangan 6 langkah
7 Menggunakan sarung tangan secara aseptik
Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dari glabella
sampai tulang mastoid, kemudian ujung dari mastoid diukur
dari glabella sampai 2-3 cm di bawah processus xyphoideus
8 dan beri tanda
Untuk anak pengukuran dari ujung hidung ke bawah telinga
sampai ke pertengahan antara processus xyphoideus dan
umbilikus
Celupkan ujung selang ke dalam air atau lubrikan yang larut
9 dalam air untuk melicinkan sepanjang 15 cm pertama
Masukkan selang melalui satu lubang hidung dengan hati-
hati. Mintalah bantuan pasien untuk menelan. Bila perlu,
10 berikan minum pada orang dewasa atau anak besar, atau
empeng bagi bayi agar menelan
Periksa apakah ujung selang nasogastrik telah sampai ke
lambung. Caranya disposible syringe berisi udara
dihubungkan dengan ujung selang nasogastrik. Letakan
11 stetoskop diatas lambung. Sambil mondorong udara dalam
syringe, dengarkan dengan suara hembusan udara melalui
stetoskop.
Bila ujung selang nasogastrik tidak berada di lambung, tarik
12 kembali selang secepatnya dan ulang prosedur insersi
13 Fiksasi selang dengn plester pada hidung dan wajah

14 Tutup ujung selang bila tidak segera digunakan, atau


sambungkan selang pada konektor bila akan digunakan.
15 Melakukan prosedur dengan sistematis dan lege artis
16 Mengucapkan terima kasih

TOTAL NILAI 32

Keterangan Skala Penilaian Sikap


0 : Jika tidak dilakukan
1 : Dilakukan, tetapi salah/tidak sesuai urutan/tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan benar

Nilai KKD =
(skor yang didapat/skor total) x 100

Tutor/Penguji

Nilai batas lulus = 60


(……………………………..)
Modul : Renal, Fluid and Electrolite System
Keterampilan : Sirkumsisi

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan sirkumsisi
dengan benar dan profesional.

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mahasiswa menyelesaikan station skills ini, bila diberi pasien maka
mahasiswa:
1. Mampu mengetahui indikasi sirkumsisi.
2. Mampu melakukan prosedur sirkumsisi secara profesional.
3. Mampu menggambarkan kesulitan-kesulitan dan efek samping prosedur
sirkumsisi dan penatalaksanaannya.

3. DESKRIPSI SILABUS
3.1 Kompetensi yang Diharapkan
1. Komunikasi efektif
2. Keterampilan klinis
3. Empati

3.2 Topik
1. Anatomi genitourinaria
2. Indikasi sirkumsisi

3.3 Metode
a. Presentasi
b. Demonstrasi
c. Latihan dengan bimbingan
d. Latihan mandiri
e. Evaluasi

3.4 Fasilitas Laboratorium


1. Ruang latihan KKD
2. Pelatih/tutor
3. Buku Panduan Belajar KKD
4. Video instruksional
5. Alat dan bahan yang dibutuhkan:
1) Set sirkumsisi:
a. Duk steril bolong
1. Needle holder
2. Jarum
3. Klem lurus
4. Klem mosquito
5. Gunting jaringan
6. Gunting benang
7. Spuit
8. Pinset anatomicum
9. Pinset sirurgicum
b. Cairan desinfektan (betadin)
c. Lidokain
d. Cat gut plain 2/0
e. Kasa steril
f. Plester
g. Nierbeken/ginjal/bengkok
h. Sarung tangan steril

3.5 Evaluasi
a. Nodal point evaluation
b. OSCE

Ceklist Sirkumsisi

Skala
No PROSEDUR Penilaian
0 1 2
1 Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin kepada
orang tua pasien atau pasien (informed consent)
Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang
2 diperlukan.
Menempatkan alat dan bahan pada tempat yang mudah
3 dijangkau.
Mempersiapkan pasien (menyapa dengan ramah dan
4
mempersilahkan pasien untuk berbaring).
5 Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit,
riwayat luka, perdarahan dan penyembuhan luka, kelainan
epispadia dan hipospadia)
Meminta pasien membuka celana/sarung dan menenangkan
6 pasien dengan sopan.
7 Melakukan cuci tangan.

8 Memakai handscoen steril.


9 Desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai
pubis secara sentrifugal.
10 Memasang duk steril dengan benar.
11 Melakukan anestesi blok n.pudendus dengan lidocain 2%
(tanpa adrenalin).
12 Melakukan anestesi infiltrasi sub kutan pada bagian
frenulum penis.
13 Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil.
14 Membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan penis
dari smegma menggunakan kasa betadin sampai corona
glandis terlihat.
15 Kembalikan preputium pada posisi semula.
16 Klem preputium pada jam 11, 1 dan jam 6.
17 Gunting preputium pada jam 12 dengan menyisakan bagian
mukosa sekitar 0.5 s.d 1 cm.
18 Lakukan jahit kendali mukosa – kulit pada jam 12.
19 Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan
menyisakan frenulum pada klem jam 6.
20 Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem
arteri/vena dan lakukan ligasi ).
21 Jahit angka 0 atau 8 pada frenulum.
22 Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan.
23 Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di
sekeliling luka jahitan.
24 Balut luka dengan kasa steril (optional).

25 Buka duk dan handscoen, cek alat dan rapikan kembali


semua peralatan.
26 Pemberian obat dan edukasi pasien.

TOTAL NILAI 52
Keterangan Skala Penilaian Sikap
0 : Jika tidak dilakukan
1 : Dilakukan, tetapi salah/tidak sesuai urutan/tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan benar

Nilai KKD =
(skor yang didapat/skor total) x 100 Tutor/Penguji

Nilai batas lulus = 60

(…………………………………..)
STATION 6:
KATETERISASI
&
PF SISTEM UROGENITAL
Modul : Renal, Fluid and Electrolite System
Keterampilan : Kateterisasi Urin

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan
pemasangan kateter dengan benar dan profesional

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mahasiswa menyelesaikan station skills ini, bila diberi pasien maka
mahasiswa :
1. Mampu mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemasangan kateter
2. Mampu melakukan prosedur pemasangan kateter secara professional
3. Mampu menggambarkan kesulitan-kesulitan dan efek samping prosedur
pemasangan kateter dan penatalaksanaannya.

3. DESKRIPSI SILABUS
3.1 Kompetensi yang Diharapkan
1. Komunikasi efektif
2. Ilmu dasar untuk praktek dokter
3. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik

3.2 Topik
1. Anatomi saluran kemih
2. Indikasi dan kontraindikasi pemasangan kateter

3.3 Metode
1. Presentasi
2. Demonstrasi
3. Latihan dengan bimbingan
4. Latihan mandiri
5. Evaluasi

3.4 Fasilitas Laboratorium


1. Ruang latihan KKD
2. Pelatih/tutor
3. Buku Panduan Belajar KKD
4. Alat yang dibutuhkan:
• Manekin
• Sarung tangan
• Gel/lubrikan
• Folley-catheter
• Urine-bag
• Spuit
3.5 Evaluasi
1. Nodal point evaluation
2. OSCE

Ceklist Pemasangan Kateter

Skala
No PROSEDUR Penilaian
0 1 2
1 Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin kepada
pasien.
2 Mempersiapkan alat-alat
3 Cuci tangan dan memakai sarung tangan steril
Berdiri di sisi kiri (bila right handed). Berdiri di
4
sisi kanan (bila left handed/kidal)
5 Aseptik dan antiseptik daerah penis dan sekitarnya
6 Pasang duk steril
7 Memegang penis dengan tangan kiri (bila right handed)
8 Memasukkan jelly dengan tangan kanan sambil memegang
penis agar jelly tidak luber dengan teknik steril atau
melumuri kateter dengan jelly dengan teknik steril
9 Memasukkan kateter dengan gentle dengan tangan kanan
10 Memastikan kateter masuk ke dalam kandung kemih
11 Mengisi balon kateter dengan cairan aquadest
Memastikan balon kateter sudah terfiksir dengan cara
12
menarik kateter sampai ada tahanan
13 Menghubungkan kateter ke urine- bag
Memfiksasi kateter yang sudah terpasang ke inguinal
14
pasien
15 Memfiksasi urine- bag dengan benar
16 Mengucapkan terima kasih
TOTAL NILAI 32

Keterangan Skala Penilaian Sikap


0 : Jika tidak dilakukan
1 : Dilakukan, tetapi salah/tidak sesuai urutan/tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan benar
Nilai KKD =
(skor yang didapat/skor total) x 100

Tutor/Penguji

Nilai batas lulus = 60


(…………………………………..)
Modul : Renal, Fluid and Electrolite System
Keterampilan : Pemeriksaan fisik ginjal

1. TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan fisik ginjal secara benar dan legeartis.

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikan station skills ini, mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan fisik pada pasien penyakit ginjal dengan benar dan legeartis sebagai
bagian dari pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

3. DESKRIPSI SILABUS
3.1 Kompetensi yang Diharapkan
1. Mampu melakukan pemeriksaan balotemen
2. Mampu melakukan pemeriksaan edema tungkai
3. Mampu melakukan pemeriksaan inspeksi tangan (palmar eritema, jari
tubuh)
4. Mampu melakukan pemeriksaan kaki (inspeksi dan palpasi otot) dan
perabaan arteri dorsalis pedis
5. Mampu melakukan pemeriksaan nyeri ketok CVA

3.2 Topik
1. Edema
2. Balotemen
3. Nyeri ketok CVA (costo vertebra angel)

3.3 Metode
1. Presentasi
2. Demonstrasi
3. Latihan dengan bimbingan
4. Latihan mandiri
5. Evaluasi

3.4 Fasilitas Laboratorium


1. Ruangan Keterampilan Klinik Dasar (KKD)
2. Tutor
3. Panduan belajar mahasiswa (BPKKD)
4. Video KKD
5. Alat mannequin
3.5 Evaluasi
1. Nodal point evaluation
2. OSCE

Ceklist Pemeriksaan Ginjal

Skala
No PROSEDUR Penilaian
0 1 2
1 Memberi salam dan menanyakan identitas pasien
Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang
2
akan dilakukan serta meminta ijin
Inspeksi Tangan
Inspeksi tangan kanan dan kiri daerah palmar dan ujung
3
jari
Inspeksi Ekstremitas Bawah
4 Inspeksi kaki kanan dan kiri (otot, kulit)
5 Palpasi di daerah pretibia (edema)
Palpasi arteri dorsalis pedis di dorsal pedis dan
6
membandingkan denyutan kanan dan kiri
Pemeriksaan Balotement
7 Meminta pasien tidur terlentang
8 Melakukan pemeriksaan secara bimanual
Tangan kiri diletakkan pada pinggang bagian belakang
9 dan tangan kanan pada dinding abdomen di ventralnya pada
kedua sisi
Tangan kanan digerakkan dan tangan kiri diam (tangan pada
pinggang bagian belakang) maka akan teraba benturannya
10 ditangan lain (disebut sebagai fenomena balotement positif.
Cara yang sama dilakukan untuk tangan kiri
Nyeri Ketok CVA
11 Meminta pasien duduk
12 Pemeriksaan dilakukan dari arah belakang pasien
Tangan kiri pemeriksa diletakkan di punggung pada sudut
13
kostovertebra kanan
14 Dengan tangan kanan dilakukan ketukan di atas tangan kiri
15 Menanyakan kepada pasien apakah terasa nyeri atau tidak
16 Melakukan tindakan yang sama (no.13, 14, 15) pada sudut
kostovertebra kiri
17 Mengucapkan terima kasih
18 Melakukan pemeriksaan dengan cara yang sistematik dan
legeartis
19 Melaporkan dan menuliskan hasil pemeriksaan ke rekam
medik/status pasien dengan benar
TOTAL NILAI 38

Keterangan Skala Penilaian


0 : Jika tidak dilakukan
1 : Dilakukan, tetapi salah/tidak sesuai urutan/tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan benar

Nilai KKD =
(skor yang didapat/skor total) x 100

Tutor/Penguji

Nilai batas lulus = 60


(…………………………………..)

Anda mungkin juga menyukai