Anda di halaman 1dari 6

Nama : Alya Dyah Cahyaning Maharani

NPM / Kelas : 110110210225/Kelas A


Mata Kuliah : Hukum Pidana
Dosen : Erika Magdalena Chandra, S.H., M.H.
Tugas : Tugas Individu Kasus Kausalitas
Hari, tanggal : Selasa, 18 April 2023

KASUS- KASUS KAUSALITAS DALAM HUKUM PIDANA


KASUS I
A bermaksud mengambil tas milik B, ia merampas tas tersebut sambil mengendarai sepeda motor. B
berusaha mempertahankan tas miliknya tersebut sehingga ia terseret motor yang dikemudikan oleh A.
Akibatnya B mengalami luka-luka berat.

1. Tindak pidana apa yang terjadi?


2. Apa (saja) penyebab dari luka berat yang dialami oleh B?
3. Siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana?

1. Tindak pidana yang terjadi adalah pencurian dengan kekerasan sebagaimana diatur dalam Pasal
365 KUHP.
2. Luka berat yang dialami oleh B disebabkan oleh kekerasan yang dilakukan oleh A ketika
merampas tas milik B dan mengendarai sepeda motor. Saat B berusaha mempertahankan tasnya,
ia terseret motor yang dikemudikan oleh A, sehingga mengalami luka-luka berat.
3. Pertanggungjawaban pidana dalam kasus ini dapat dikenakan pada A, karena ia melakukan
tindakan melawan hukum yang menyebabkan B mengalami luka-luka berat. A dapat dikenakan
sanksi pidana sesuai dengan Pasal 365 KUHP, yang mengatur tentang pencurian dengan
kekerasan.

KASUS II
A memukul B hingga B terluka parah dan tidak sadarkan diri, B dibawa ke RS, dalam perjalanan menuju
RS, ambulans yang mengangkut B tertabrak mobil yang dikemudikan oleh C. B mati dalam tabrakan
tersebut.
1. Tindak pidana apa yang terjadi?
2. Apa (saja) penyebab dari matinya B?
3. Siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana?
1. Tindak pidana yang terjadi adalah penganiayaan berat sebagaimana diatur dalam Pasal 170 ayat
(2) KUHP.
2. Penyebab kematian B adalah akibat dari tabrakan mobil yang dikemudikan oleh C saat B sedang
dalam perjalanan menuju rumah sakit setelah mengalami penganiayaan oleh A. Tabrakan tersebut
mengakibatkan kematian B.
3. Dalam kasus ini, A dapat dimintai pertanggungjawaban pidana atas tindakan penganiayaan berat
yang dilakukannya terhadap B, sebagaimana diatur dalam Pasal 170 ayat (2) KUHP. C juga dapat
dimintai pertanggungjawaban pidana atas tabrakan mobil yang mengakibatkan kematian B, sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku terkait kecelakaan lalu lintas.

KASUS III
A yang dendam kepada B memasukkan racun ke dalam gelas minuman B lalu pergi. B yang kehausan
karena udara panas hendak menghabiskan minuman dari gelasnya tersebut. Tiba- tiba C masuk ke
ruangan dan menghentikan B untuk meminum minuman tersebut dengan memberitahu pada B bahwa
minuman B sudah diberi racun yang mematikan oleh A. B kaget dan terkena serangan jantung hingga
mati saat itu juga akibat serangan jantung.
1. Tindak pidana apa yang terjadi?
2. Apa (saja) penyebab matinya B?
3. Siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana?

1. Tindak pidana yang terjadi adalah percobaan pembunuhan sebagaimana diatur dalam Pasal 340
jo. Pasal 53 KUHP.
2. Penyebab kematian B adalah akibat serangan jantung yang dialaminya setelah mendapat
informasi bahwa minumannya telah diberi racun oleh A. Informasi tersebut menyebabkan B kaget
dan mengalami serangan jantung yang mengakibatkan kematian.
3. Pertanggungjawaban pidana dapat dikenakan pada A, karena ia telah melakukan percobaan
pembunuhan terhadap B dengan cara memasukkan racun ke dalam gelas minumannya. A dapat
dikenakan sanksi pidana sesuai dengan Pasal 340 jo. Pasal 53 KUHP. Namun, dalam hal ini,
karena B meninggal akibat serangan jantung yang terjadi setelah menerima informasi tersebut
dari C, maka A hanya dapat dimintai pertanggungjawaban pidana atas percobaan pembunuhan
yang dilakukannya, bukan atas kematian B yang disebabkan oleh faktor lain yaitu serangan
jantung.
KASUS IV
B seorang pengusaha UMKM memiliki utang pada perusahaan pinjaman online sebesar Rp. 200 juta dan
sudah selama 3 bulan bersembunyi dari kejaran debt collector yakni D dan E. Akhirnya tempat
persembunyian B berhasi diketahui oleh D dan E. Mereka mulai mengancam B dengan kekerasan bahkan
mengancam akan mengeluarkan secara paksa keluarga B dari rumah B, menyita rumah, dan akan
mencelakai keluarga B apabila B tidak segera melunasi utangnya. B yang sangat ketakutan kemudian
berusaha meminta tolong pada teman-temannya agar memberi pinjaman uang. Z salah satu teman B
menyarankan B untuk menemui A seorang dukun yang dikenal bisa menggandakan uang. Berdasarkan
informasi dari Z, B segera mengontak A melalui handphone, menyampaikan maksudnya dan mereka
sepakat untuk pada waktu yang dijanjikan bertemu di sebuah tempat di Banjarnegara. A meminta B untuk
membawa semua uang yang dimilikinya untuk digandakan. Sebelum bertemu dengan A, B sempat
menelepon istrinya dan mengatakan

akan bertemu dengan A, dan berpesan agar istirnya menghubungi polisi apabila dalam waktu 6 jam tidak
ada kabar darinya.
Setelah 6 jam, ternyata B tidak bisa dihubungi, HP B mati. Berdasarkan laporan keluarga B, polisi
melakukan pencarian di lokasi yang diinformasikan, dan berhasil menemukan mayat B yang mati karena
diracun oleh A.
1. Tindak pidana apa yang terjadi?
2. Apa (saja) penyebab dari matinya B?
3. Siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana?

1. Tindak pidana yang terjadi adalah pembunuhan.


2. Penyebab kematian B adalah karena diracun oleh A.
3. Yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana adalah A yang melakukan pembunuhan
terhadap B. D dan E juga dapat dimintai pertanggungjawaban jika terbukti melakukan ancaman
dan kekerasan pada B yang mengakibatkan B menjadi sangat ketakutan dan akhirnya mencari
jalan keluar yang salah yaitu bertemu dengan A.

KASUS V
A dan B adalah sepasang kekasih. Pada suatu malam, A mengajak B untuk pergi keluar berkumpul
dengan teman-teman A di rumah C. Ternyata di rumah C sedang ada pesta ulang tahun dengan banyak
minuman keras serta psikotropika jenis nitrazepam (pil koplo). B kemudian diberi minuman yang telah
dicampur pil koplo oleh A dan C sampai mabuk. Dalam keadaan mabuk, B di bawa keluar oleh A dan C
dan diturunkan di depan rumah Pak Lurah. B yang dalam keadaan tidak sadar kemudian memasuki
halaman rumah Pak Lurah dan langsung mengambil motor yang terparkir di halaman rumah tersebut dan
membawanya kabur.
1. Tindak pidana apa yang terjadi?
2. Apa (saja) penyebab tindak pidana yang terjadi?
3. Siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana?

1. Tindak pidana yang terjadi adalah pencurian kendaraan bermotor.


2. Penyebab tindak pidana tersebut adalah karena B dalam keadaan mabuk dan tidak sadar sehingga
tidak memiliki kesadaran atau kendali atas tindakannya.
3. A dan C dapat dimintai pertanggungjawaban pidana karena telah memberikan minuman yang
telah dicampur dengan pil koplo kepada B yang menyebabkan B mabuk dan tidak memiliki
kendali atas tindakannya. Selain itu, B juga dapat dimintai pertanggungjawaban pidana atas
tindakan pencurian kendaraan bermotor yang dilakukannya.

KASUS VI
A menusuk B hingga luka parah. B dibawa ke rumah sakit. Karena banyak kehilangan darah dokter
menyatakan B harus mendapatkan transfusi darah. B yang mengetahui darimana asal darah yang hendak
ditransfusikan pada dirinya, menolak transfusi darah karena alasan perbedaan agama dirinya dengan
donor. Dokter batal memberikan transfusi darah. B mati karena kehabisan darah.
1. Tindak pidana apa yang terjadi?
2. Apa (saja) penyebab dari matinya B?
3. Siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana?

1. Tindak pidana yang terjadi adalah pembunuhan.


2. Penyebab matinya B adalah kehabisan darah karena menolak transfusi darah yang seharusnya
diberikan untuk menyelamatkan nyawanya.
3. Ada beberapa pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana:
a. Pelaku pembunuhan, yaitu A, karena telah menusuk B hingga luka parah dan
menyebabkan kematian.
b. Dokter yang tidak melakukan tindakan medis yang diperlukan untuk menyelamatkan
nyawa B, karena menuruti kehendak pasien tanpa melakukan upaya tambahan untuk
memenuhi kebutuhan medis pasien.
c. Sistem kesehatan yang tidak mampu memberikan solusi untuk kasus seperti ini, seperti
dalam hal ini adalah tidak tersedianya darah yang sesuai dengan agama pasien, sehingga
menimbulkan risiko kesehatan yang tidak dapat dihindari.

KASUS VII
A menembak polisi, dan polisi menembak balik A, namun ketika polisi menembak balik, A menarik B
(pacarnya) dan menggunakan B sebagai tameng (human shield), B mati terkena tembakan polisi.
1. Tindak pidana apa yang terjadi?
2. Apa (saja) penyebab dari matinya B?
3. Siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana?

1. Tindak pidana yang terjadi adalah penembakan polisi yang mengakibatkan kematian B karena
dijadikan sebagai tameng (human shield) oleh A.
2. Penyebab matinya B adalah karena tertembak saat dijadikan sebagai tameng oleh A dalam upaya
menghindari penangkapan oleh polisi.
3. A dapat dimintai pertanggungjawaban pidana karena tindakannya yang mengakibatkan kematian
B. Polisi yang menembak A dapat pula dimintai pertanggungjawaban pidana jika dalam proses
penangkapan terbukti tidak sesuai dengan prosedur atau menggunakan kekerasan yang tidak
proporsional dan tidak sesuai dengan hukum.

KASUS VIII
A pemilik villa. A mempekerjakan B untuk memperbaiki villa tsb. Suatu hari C dan D (cucu dari B)
berusia 6 dan 7 tahun, ikut B ke tempat kerjanya. Saat B sedang sibuk bekerja, C dan D bermain ke kolam
renang milik A. Karena tidak bisa berenang, C dan D mati tenggelam.
.
1. Tindak pidana apa yang terjadi?
2. Apa (saja) penyebab dari matinya C dan D?
3. Siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana?

1. Dalam kasus ini, terjadi tindak pidana kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian dua anak
di bawah umur.
2. Penyebab dari matinya C dan D adalah tenggelam di kolam renang yang tidak dijaga dengan baik.
3. Pertanggungjawaban pidana dalam kasus ini dapat dituntut kepada beberapa pihak, yaitu:
a. A selaku pemilik villa yang tidak menyediakan pengamanan yang memadai di kolam
renang miliknya sehingga terjadi kecelakaan yang menyebabkan kematian anak-anak.
b. B selaku pekerja yang membawa anak-anak ke tempat kerja tanpa pengawasan yang
memadai dan memperbolehkan anak-anak bermain di kolam renang yang tidak dijaga
dengan baik.
c. C dan D selaku orang tua dari anak-anak yang tidak memberikan pengawasan yang
memadai terhadap anak-anak mereka sehingga memperbolehkan mereka berada di tempat
yang berbahaya dan tidak aman.

KASUS IX
B adalah anak di bawah umur. B berteman dengan C anggota dari sebuah geng motor. B ingin bergabung
dengan geng motor tersebut. Untuk menjadi anggota B harus melakukan test keberanian yaitu mencuri di
toko kelontong. Pada hari yang telah ditentukan B pergi ke toko kelontong yang dimaksud dan langsung
menodongkan pisau ke penjaga toko untuk memberikan sejumlah uang dan rokok. Penjaga toko tersebut
menolak dan berteriak minta tolong. B kaget dan memukul penjaga toko sehingga penjaga toko jatuh dan
kepalanya membentur ujung meja sehingga mengakibatkan luka berat, dan koma.
1. Tindak pidana apa yang terjadi?
2. Apa (saja) penyebab dari dari tindak pidana yang terjadi?
3. Siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana?

1. Tindak pidana yang terjadi adalah pemukulan yang mengakibatkan luka berat dan koma pada
penjaga toko.
2. Penyebab dari tindak pidana tersebut adalah keinginan B untuk bergabung dengan geng motor
serta uji keberanian yang harus dilakukan untuk bergabung, yaitu mencuri di toko kelontong.
Ketika penjaga toko menolak permintaan B, B kaget dan melakukan pemukulan yang
mengakibatkan luka berat dan koma pada penjaga toko.
3. B dapat dimintai pertanggungjawaban pidana sebagai pelaku tindak pidana pemukulan yang
mengakibatkan luka berat dan koma pada penjaga toko. Sebagai anak di bawah umur, B dapat
dikenakan sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku bagi anak. Selain itu, C selaku anggota geng
motor yang memberikan tes keberanian juga dapat dimintai pertanggungjawaban pidana sebagai
penghasut atau penyebab terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh B.

Anda mungkin juga menyukai