Anda di halaman 1dari 13

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Alya Gea Yolanda

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043325488

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM 4205/ KRIMINOLOGI

Kode/Nama UPBJJ : 47/UPBJJ-UT-Pontianak

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Cemburu dan Dendam Bertahun-tahun, Pelaku yang Bunuh Tetangganya Mengaku Tak
Menyesal: Saya Puas

TRIBUNNEWS.COM - Kasus pembunuhan kembali terjadi. Seorang warga Wonosari Wetan II E,


Surabaya, bernama Mat Nadin (60), nekat membacok tetangganya, Ahmad Suhandi (51), hingga
tewas. Pembunuhan tersebut terjadi pada Jumat (16/10/2020) kemarin. Atas tindakan yang
dilakukannya, Nadin mengaku tak menyesal.

"Saya puas," kata Mat Nadin kepada SURYAMALANG.COM di Polres Pelabuhan Tanjung Perak,
Sabtu (17/10/2020). Mat Nadin dendam setelah memergoki istrinya bertemu dengan Suhandi
beberapa kali.Bahkan Nadin pernah mendapati sang istri di dalam rumah bersama korban saat dia
sedang bekerja. "Masak benar mereka berduaan di rumah saat suami tidak di rumah," kenang
Nadin.

https://www.tribunnews.com/regional/2020/10/17/cemburu-dan-dendam-bertahun-tahun-
pelaku-yangbunuh-tetangganya-mengaku-tak-menyesal-saya-puas.

Pertanyaan:

Berdasarkan kasus diatas coba anda analisis hubungkan penyebab terjadinya kejahatan
pembunuhan dengan menggunakan pendekatan antropologi criminal ?

Penjelasan saya :

Keterkaitan Kriminologi dengan Bidang Studi Lain

Banyak pihak seringkali menempatkan kriminolgi sebagai bagian dari ilmu hukum pidana. Besar
kemungkinan bahwa asumsi yang mendasari pendapat seperti itu adalah karena apa yang menjadi
perhatian dari ilmu hukum pidana adalah juga hal yang menjadi perhatian dari kriminologi, yaitu
yang melihat kejahatan sebagai tingkah laku yang diancam pidana.

Namun demikian, jika kita cermati lebih seksama, tampak bahwa dari sudut perkembangan objek
studi dan metode penelitian dari kedua ilmu tersebut adalah berbeda. Ilmu hukum pidana adalah
ilmu pengetahuan yang dogmatis dan bekerjanya pun berdasar pada metode deduktif. Sedangkan
kriminologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang berorientasi kepada ilmu pengetahuan sosial dan
menggunakan metode empiris-induktif.

Ilmu hukum pidana lebih memusatkan perhatiannya pada perbuatan/pelanggaran yang dapat
dipidana menurut norma-norma hukum yang berlaku.

Sedangkan kriminologi lebih memusatkan perhatiannya pada manusia yang melanggar hukum
pidana (sebab-sebab internal atas terjadinya pelanggaran), serta kepada lingkungan sosial dari
manusia atau pelanggar hukum pidana yang bersangkutan (sebab-sebab eksternal atas terjadinya
pelanggaran), serta hubungan antara sebab internal dan sebab eksternal dari suatu pelanggaran
pidana.
Penyelidikan kriminologi, dengan demikian, terutama dipusatkan untuk pengungkapan hubungan
timbal balik antara kriminalitas dengan kondisi mental, segi fisik (bangunan) masyarakat, sistem
politik dan ekonominya, serta faktor-faktor lain yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi pelaku kejahatan dalam melakukan perbuatan pelanggaran hukum pidana.

Telah disebutkan di atas bahwa kriminologi dalam kajiannya menggunakan metode empiris-
induktif. Artinya kriminologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berdasarkan hal-hal yang
nyata. Atas dasar itu maka kriminologi bertujuan untuk mengumpulkan bahan-bahan di seputar
gejala- gejala sosial yang ada, kemudian memberikan penjelasan-penjelasan yang masuk akal
daripadanya, serta memberikan penggolongan-penggolongan untuk mempermudah analisis
terhadap hal-hal yang dipertanyakannya.

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa kriminologi dan hukum pidana memiliki perbedaan seperti
pada metode yang dipergunakan, akan tetapi ruang lingkup keduanya sama yaitu (melihat)
interelasi pada kejahatan. Bila kejahatan kita lihat dari perspektif yang lebih luas, tentunya
kejahatan tidak hanya menjadi monopoli kedua bidang ilmu itu saja. Dengan demikian, dapatlah
dijelaskan bidang ilmu yang lain yang berhubungan sangat erat dengan kejahatan.

Keterkaitan Antara Kriminologi Dan Ilmu Hukum Pidana

Terlepas dari adanya perbedaan antara kriminologi dan ilmu hukum pidana, dewasa ini perbedaan
tersebut tidaklah begitu tajam lagi, karena keduanya terdapat hubungan saling ketergantungan.
Hubungan saling bergantung antara kriminologi dan ilmu hukum pidana disebabkan oleh
beberapa hal, yakni adanya arah perkembangan dari ilmu hukum pidana yang memfokuskan
perhatiannya pada masalah yang terkait dengan kepribadian pelaku kejahatan yang dihubungkan
dengan sifat dan berat ringannya pidana yang diberikan kepada pelaku kejahatan itu. Perubahan
arah perhatian dari ilmu hukum pidana ini tentunya juga menyentuh area perhatian kriminologi,
yakni mencari sebab-sebab dilakukannya kejahatan oleh pelaku kejahatan walaupun masih
terbatas pada hal-hal yang sifatnya internal.

Keputusan hakim tidak sekedar melempar koin.

Ada beberapa pakar yang melihat hubungan saling ketergantungan antara kriminologi dan ilmu
hukum pidana dari segi metodologinya. Ilmu hukum pidana yang pada waktu lalu lebih bersifat
dogmatis dan berorientasi pada perundang-undangan serta penafsiran atas undang-undang itu,
kini cenderung beralih pada pemberian tekanan bagi arti fungsional dan sosial dari kelakuan
seseorang serta menganggap hal-hal yang sifatnya kasuistik memainkan peranan yang besar
dalam upaya menjelaskan mengapa seseorang melakukan pelanggaran hukum pidana. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa ilmu hukum pidana, sampai batas-batas tertentu, juga
menggunakan metode induksi dan bersifat empiris.
Dalam upaya mencoba mencari keterkaitan dan hubungan antara kriminologi dan ilmu hukum
pidana maka akan lebih mudah jika kita menyadari betapa pentingya kriminologi untuk dipelajari
oleh aparatur penegak hukum pada khususnya dan aparatur negara pada umumnya.

Mengapa demikian? Dengan bekal pengetahuan kriminologi diharapkan mereka yang terlibat
dengan masalah kejahatan akan dapat memahami, bukan saja tentang masalah kejahatan dan
berbagai aspeknya tetapi juga tentang hal- hal yang terkait dengan pelaksanaan tugas dalam
rangka pencegahan dan penanggulangan kejahatan..

Keterkaitan Kriminologi dengan Antropologi

Telah di jelaskan di atas bahwa bahwa dalam hal mempelajari kejahatan dan penjahat maka fokus
perhatiannya tetap pada tingkah laku manusia diMdalam masyarakat. Kejahatan sebagai suatu
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang (penjahat) haruslah dicermati pula dalam konteks
budaya di mana orang yang bersangkutan berada.

Asumsi ini didasari keyakinan bahwa terdapat hubungan antara perilaku seseorang dan penilaian
masyarakat terhadap perilaku tersebut dengan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.

Untuk mengingat kembali konsep kebudayaan, Anda dapat melihat kembali pada Buku Materi
Pokok Pengantar Antropologi, yang membahas mengenai kebudayaan, unsur-unsur dalam
kebudayaan, dan kerangka pola tindakan masyarakat berkaitan dengan budaya suatu masyarakat.

Kebudayaan mempengaruhi perilaku seseorang, pemahaman terhadap kebudayaan suatu


kelompok masyarakat akan menghantarkan pada pemahaman tentang perilaku jahat seseorang.

Perhatian tentang bagaimana dan seberapa jauh pengaruh kebudayaan terhadap perilaku anggota
masyarakat, yang pada gilirannya menghantarkan pemahaman tentang perilaku jahat dalam
konteks kebudayaan, maka kriminologi memerlukan bantuan dari bidang ilmu antropologi.
Seringkali ditemui kenyataan bahwa dalam kehidupan sehari-hari seseorang telah melakukan
pembunuhan terhadap orang lain yang diyakininya telah mengusik harga diri atau kehormatan diri
serta keluarganya.

Setelah diproses secara hukum dan dinyatakan bersalah ia tidak terkesan menyesal atau merasa
bersalah.

Apa yang dapat kita tangkap dari contoh kasus secara singkat di atas? Tentunya yang pertama-
tama terpikir oleh kita adalah mengapa pelaku pembunuhan tersebut tidak terkesan menyesal
atas perbuatannya yang mengakibatkan melayangnya nyawa seseorang? Apa hubungannya antara
tindakan yang diambil, yakni membunuh, dengan harga diri pribadi dan atau harga diri
keluarganya yang diyakini telah dirusak/dilecehkan oleh korban?

Apakah dalam hal menebus harga diri yang dianggap telahMdirusak/dilecehkan oleh seseorang itu
maka harus dilakukan atau diselesaikan dengan pembunuhan? Masih banyak lagi pertanyaan-
pertanyaan yang dapat
dikembangkan dari kasus tersebut.

Dari kasus yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil konklusi atau kesimpulan sebagai
berikut.

Pertama, kita dapat membayangkan bahwa ada suatu nilai di dalam masyarakat yang
menempatkan kehormatan diri pada posisi yang tinggi. Oleh sebab itu setiap individu diharuskan
mempertahankan harga diri atau kehormatan dirinya itu secara mutlak.

Kedua, bukanlah tidak mungkin bahwa keberhasilan seorang anggota masyarakat dalam
mempertahankan harga dirinya juga merupakan refleksi bagaimana masyarakat tersebut
mempertahankan harga diri dan identitas mereka.

Ketiga, karena ada keharusan yang diyakini oleh setiap warga masyarakat bahwa mereka harus
mempertahankan harga dirinya, maka apabila seseorang merasa harga dirinya telah dirusak oleh
orang lain, hal itu merupakan suatu kehilangan yang besar bagi dirinya.

Keempat, karena perusakan harga diri adalah suatu kehilangan yang besar maka cara untuk
menebusnya, atau dengan kata lain memperolehnya kembali, harus dilakukan dengan suatu
tindakan yang setimpal. Dalam beberapa masyarakat, tindak penebusan tersebut baru dianggap
sah apabila korban perusakan harga diri tersebut membunuh pelaku perusakan harga diri itu.

Kelima, dengan beberapa tahap penjelasan tersebut, maka semakin jelas bahwa seorang pelaku
pembunuhan seperti pada kasus di atas tidak merasa menyesal telah melakukan suatu
pelanggaran hukum (nasional-KUHPidana) karena di saat yang bersamaan ia sebetulnya telah
memenuhi tuntutan dari nilai-nilai sosial masyarakat (lokal)nya.

Dikutip dari : SOSI4302/MODUL 1/HAL 1.32 -1.36

2. Cemburu dan Dendam Bertahun-tahun, Pelaku yang Bunuh Tetangganya Mengaku Tak
Menyesal: Saya Puas

TRIBUNNEWS.COM - Kasus pembunuhan kembali terjadi. Seorang warga Wonosari Wetan IIE,
Surabaya, bernama Mat Nadin (60), nekat membacok tetangganya, Ahmad Suhandi (51), hingga
tewas. Pembunuhan tersebut terjadi pada Jumat (16/10/2020) kemarin, Atas tindakan yang
dilakukannya, Nadin mengaku tak menyesal. "Saya puas," kata Mat Nadin kepada
SURYAMALANG.COM di Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Sabtu (17/10/2020). Mat Nadin dendam
setelah memergoki istrinya bertemu dengan Suhandi beberapa kali.Bahkan Nadin pernah
mendapati sang istri di dalam rumah bersama korban saat dia sedang bekerja."Masak benar
mereka berduaan di rumah saat suami tidak di rumah," kenang Nadin.
https://www.tribunnews.com/regional/2020/10/17/cemburu-dan-dendam-bertahun-tahun-
pelaku-yangbunuh-tetangganya-mengaku-tak-menyesal-saya-puas.

Pertanyaan:

Mengapa perbuatan menghilangkan nyawa seseorang dianggap sebagai suatu kejahatan ?


jelaskan argumentasi saudara dengan teori yang relevan dengan masalah tersebut ?

Penjelasan saya :

Tindak pidana pembunuhan dalam kitab undang-undang Hukum Pidana (KUHP) termasuk ke
dalam kejahatan terhadap nyawa. Kejahatan terhadap nyawa (misdrjn tegen het leven) adalah
berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain.

Pembunuhan sendiri berasal dari kata bunuh yang berarti mematikan, menghilangkan nyawa.
Membunuh artinya membuat agar mati. Pembunuhan artinya orang atau alat hal membunuh.
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai pembunuhan adalah perbuatan oleh siapa saja yang
dengan sengaja merampas nyawa orang lain.

Untuk memahami arti pembunuhan ini dapat dilihat pada paal 338 KUHP yang berbunyi :

“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang, karena pembunuhan biasa, dipidana
dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun.”

Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa:

1. Pembunuhan merupakan perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain;

2. Pembunuhan itu sengaja, artinya diniatkan untuk membunuh;

3. Pembunuhan itu dilakukan dengan segera sesudah timbul maksud untuk membunuh.

Kalsifikasi Tindak Pidana Pembuuhan Menurut KUHP Dalam kitab undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) diatur pada buku II title XIX (paal 338-350), tentang “kejahatan-kejahatan terhadap nyawa
orang”.

Pembunuhan adalah termasuk tindak pidana material (material delict), artinya untuk
kesempurnaan tindak pidana ini tidak cukup dengan dilakukannya perbuatan itu, akan tetapi
menjadi syarat juga adanya akibat dari perbuatan itu.

Pada dasarnya pembunuhan itu terbagi dalam dua bagian, yaitu dilihat dari kesalahan pelaku
(subjective element) dan sasaran (objective element).

Jika didasarkan pada kesalahan pelakunya, maka diperinci atas dua golongan, yakni:

1) Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa manusia yang dilakukan dengan sengaja (dolense
misdrijven).

Terdapat pada Bab XIX pasal 338-350 KUHP;


2) Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa manusia yang terjadi karena kealpaan (culpose
misdrijven). Terdapat pada pasal 359 KUHP.

Sedangkan jika didasarkan kepada sasaranya, dibedakan kepada tiga macam:

1) Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa manusia pada umumya;

2) Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa seseorang anak yang sedang atau belum lama
dilahirkan;

3) Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa seseorang anak yang masih dalam kandungan.

Dibawah ini akan dijelaskan kejahatan terhadap nyawa manusia yang dilakukan dengan sengaja
dan yang dilakukan dengan kealpaan.

Pembunuhan sengaja adalah perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain, kematian itu
dikehendaki oleh pelaku. Dalam KUHP pembunuhan yang dilakukan dengan senagaja,
dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yakni :

a) Pembunuhan biasa;

b) Pembunuhan terkwalifikasi;

c) Pembunuhan yang direncanakan;

d) Pembunahan anak;

e) Pembunuhan atas permintaan si korban;

f) Membunuh diri;

g) Menggugurkan kandungan (abortus)

Dibawah ini akan dijelaskan ketujuh macam pembunuhan tersebut.

a) Pembunuhan biasa

Pembuhuhan biasa ini terdapat dalam pasal 338 KUHP, yang berbunyi: “Barang siapa dengan
sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena pembunuhan dengan pidana paling
lama lima belas tahun”.

Istilah “orang lain” dalam pasal 338 itu, maksudnya adalah bukan dirinya sendiri, jadi terhadap
siapa pembunuhan itu dilakukan tidak menjadi soal, meskipun pembunuhan itu dilakukan
terhadap bapak, ibu atau anak sendiri.

Dalam pembunuhan biasa (doodslag), harus dipenuhi unsur :

1. Bahwa perbuatan itu harus disengaja dan kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga,
ditunjukan kepada maksud supaya orang itu mati.
2. Melenyapkan nyawa orang itu harus merupakan perbuatan yang “positif” atau sempurna
walaupun dengan perbuatan yang kecil sekalipun.

Perbuatan itu harus menyebabkan matinya orang, seketika itu juga atau beberapa saat setelah
dilakukannya perbuatan itu.

b) Pembunuhan terkwalifikasi

Maksud dari pembunhan ini adalah pembunhan yang diikuti, disertai, atau didahului dengan
perbuatan lain. Sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 339 yaitu:

“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahuli oleh suatu delik, yang dilakukan dengn maksud
untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri
maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan
penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam pidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”.

Apabila rumusan diatas dirinci, maka terdiri beberapa unsur sebagai berikut:

1. Semua unsur pembunuhan dalam pasal 338;

2. Yang diikuti, disertai, atau didahului oleh tindak pidan lain;

3. Pembunuhan yang dilakukan dengan maksud:

a. Untuk mempersiapkan tindak pidana

b. Untuk mempermudah pelaksanaan tindak piudana lain dan jika tertangkap tangan bertujuan
untuk menghidarkan diri sendiri ataupun orang lain yang ikut terlibat atau untuk memastikan
penguasaan benda yang didapatkanya dengan cara melawan hukum.

c) Pembunuhan yang direncanakan (moord)

Pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu dalam keadaan
tenang untuk melenyapkan nyawa orang atau lebih dikenal dengan pembunuhan berencana.
Pembunuhan ini diatur dalam pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman yang paling berat, yaitu
hukuman mati atau pidana penjara seumur hidup.

Unsur-unsur dari pembunuhan jenis ini adalah:

1. Adanya kesengajaan, yaitu kesengajan yang disertai perencanaan terlebih dahulu;

2. Yang bersalah dalam keadaan tenang memikirkan untuk melakukan pembunuhan itu dan
kemudian melakukan maksudnya dan tidak menjadi soal berapa lama waktunya;

3. Diantara saat timbulnya pikiran untuk membunuh dan saat melakukan pembunuhan itu, ada
waktu ketenangan pikiran.

d) Pembunuhan anak (kinderdoodslag)


Dalam pembunuhan jenis ini yang terkena pasal adalah seorang Ibu, baik kawin mauapun tidak,
yang dengan sengaja membunuh anaknya pada waktu dilahairkan atau beberapa lama setelah
dilahairkan. Pembunuhan ini dirumuskan dalam pasal 341 dan 342.

Untuk pembunuhan dalam 341 diancam dengan hukuman selama-lamanya tujuh tahun pnjara.
Pasal 342 memuat perbuatan yang eujudnya sama dengan yang dimuat dalam pasal 341 dengan
perbedaan bahwa dalam pasal 342 perbuatannya dilakukan untuk menjalankan kehendak yang
ditentukan sebelum anak dilahairkan.

Tindak pidana ini diancam dengan maksimum hukuman Sembilan tahun penjara.

e) Pembunuhan atas permintaan si korban

Pembunuhan ini dirumuskan dalam pasal 344: “Barang siapa yang merampas jiwa orang lain atas
permintaan yang sangat tegas dan sungguh-sungguh, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun.” Dari bunyi pasal diatas diketahui bahwa pembunuhan ini mempunyai unsure:
atas permintaan yang tegas dari si korban dan sungguh-sungguh nyata

f) Masalah bunuh diri

Pada dasarnya tidak ada permasalahan dalam bunuh diri karena tidak ada pelaku secara langsung
didalamnya. Hanya saja disini akan diancam hukuman bagi orang yang sengaja menghasut atau
menolong orang lain untuk bunuh diri, yaitu akan dikenakan pasal 354 KUHP yang akan diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Dengan syarat membunuh diri itu harus benar-
benar terjadi dilakukanya, artinya orangnya sampai mati karena bunuh diri tersebut.

g) Menggugurkan kandungan (abortus) Dilihat dari subjek hukumnya maka pembunuhan jenis ini
dapat dibedakan menjadi :

1. Pembunuhan yang dilakukan oleh perempuan hamil itu sendiri (pasal 346) dengan ancama
hukumanya adalah pidana penjara paling lama empat tahun;

2. Pembunuhan yang dilakukan oleh orang lain atas persetujuannya (pasal 347) atau tidak atas
persetujuannya (pasal 348);

3. Pembunuhan yang dilakukan oleh orang lain yang mempunyai kualitas tertentu seperti dokter,
bidan dan juru obat atas persetujuan ataupun tidak.

Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan Menurut KUHP

Ancaman hukuman terhadap suatu kejahatan pembunuhan termaktub dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP). KUHP menetapkan jenis-jenis pidana atau hukuman yang
termaktub dalam pasal 10 KUHP yang terbagi dalam dua bagian, yaitu hukuman pokok dan
hukuman tambahan.

1. Hukuman pokok terdiri atas empat macam, yaitu:

a. Hukuman mati
Hukuman jenis ini yang terberat dari semua pidana yang diancamkan terhadap berbagai kejahatan
yang sangat berat,misalnya pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP)

b. Hukuman penjara

Hukuman ini membatasi kemerdekaan atau kebebasan seseorang. Hukuman penjara ditujukan
kepada penjahat yang melakukan perbuatan buruk dan nafsu jahat. Hukuman penjara minimun
satu hari dan maksimum seumur hidup.

Hukum penjara diancam pada berbagai kejahatan, diantaranya adalah pembunuhan biasa (pasal
338 KUHP), pembunuhan terkualifikasi (pasal 339 KUHP), pembunuhan anak (pasal 341 dan 342
KUHP), pembunuhan atas permintaan korban (pasal 344 KUHP), dan menggugurkan kandungan
(pasal 346, 347, 348, dan 349 KUHP).

c. Hukuman kurungan

Hukuman kurungan lebih ringan aripada hukuman penjara karena hukuman ini diancam terhadap
pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan sebab kelalaian. Pelaksanaan hukuman kurungan
paling sedikit satu hari dan paling lama satu tahun.

Kejahatan yang dapat diancam dengan hukuman kurungan diantaranya; pasal 490 KUHP tentang
izin memelihara binatang buruan, pasal 492 KUHP tentang mabuk di muka umum, dan lain-lain
yang berkaitan dengan pelanggaran keamanan umum.

d. Denda

Hukuman denda selain diancamkan pada pelaku pelanggaran juga diancamkan terhadap
kejahatan yang adakalanya sebagai alternatif atau komulatif jumlah yang dikenakan pada
hukuman denda ditentukan dengan nilai minimum 25 sen sedang jumlah maksimum tidak ada
ketentuan.

2. Hukuman tambahan terdiri dari tiga jenis;

a. Pencabutan hak-hak tertentu

Hal ini diatur pada pasal 35 KUHP, yaitu pencabutan hak si bersalah berdasarkan putusan hakim
dalam hal yang ditentukan undang-undang. Hak tersebut bisa saja jabatan atau kekuasaan, seperti
mencabut haknya sebagai pegawai negeri sipil atau PNS;

b. Perampasan barang tertentu Karena putusan suatu perkara mengenai diri terpidana, maka
barang yang dirampas itu adalah barang hasil kejahatan atau barang milik terpidana yang
digunakan untuk melaksanakan kejahatannya;

c. Pengumuman putusan hakim

Hukuman ini dimaksudkan untuk mengumumkan kepad khalayak ramai agar dengan demikian
masyarakat umum lebih berhati-hati terhadap si terhukum. Biasanya ditentukan oleh hakim
dalam surat kabar yang semuanya atas biaya si terhukum.
Di dalam KUHP, tindak pidana pembunuhan merupakan suatu bentuk kejahatan yang serius. Hal
ini dapat dilihat dari ancaman hukuman bentuk tindak pidana pembunuhan dibawah ini:

1. Pembunuhan sengaja, dalam bentuk umum atau pokok diatur dalam pasal 338 KHUP:

“Barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun”.

2. Pembunuhan berencana, diatur dalam pasal 340 KUHP:

“Barang siapa dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain diancam, karena
pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup
atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”;

3. Pembunuhan tidak dengan sengaja.

Diatur dalam pasal 359 KUHP:

“Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun”.

Dikutip dari :

https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/1249/3/2105126_Bab2.pdf

3. Cemburu dan Dendam Bertahun-tahun, Pelaku yang Bunuh Tetangganya Mengaku Tak
Menyesal: Saya Puas

TRIBUNNEWS.COM - Kasus pembunuhan kembali terjadi. Seorang warga Wonosari Wetan II E,


Surabaya, bernama Mat Nadin (60), nekat membacok tetangganya, Ahmad Suhandi (51), hingga
tewas. Pembunuhan tersebut terjadi pada Jumat (16/10/2020) kemarin, Atas tindakan
yangdilakukannya, Nadin mengaku tak menyesal.

"Saya puas," kata Mat Nadin kepada SURYAMALANG.COM di Polres Pelabuhan Tanjung Perak,
Sabtu (17/10/2020). Mat Nadin dendam setelah memergoki istrinya bertemu dengan Suhandi
beberapa kali.Bahkan Nadin pernah mendapati sang istri di dalam rumah bersama korban saat dia
sedang bekerja."Masak benar mereka berduaan di rumah saat suami tidak di rumah," kenang
Nadin.

https://www.tribunnews.com/regional/2020/10/17/cemburu-dan-dendam-bertahun-tahun-
pelaku-yangbunuh-tetangganya-mengaku-tak-menyesal-saya-puas.

Pertanyaan:

Coba anda tunjukkan faktor penyebab viktimisasi dari kasus diatas dan berikan argumentasi
saudara ?
Viktimilisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang merupakan kenyataan social hal ini
disebabkan karena Setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala
bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

Apapun model dan bentuk kekerasan yang dilakukan baik itu berupa ancaman kekerasan,
penyiksaan atau perlakuan yangmerendahkan derajat dan martabat kemanusiaan
adalahmerupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat
kemanusiaan.

Contoh kasus yang dapat kita lihat adalah :

- Korban akibat perbuatan manusia, korban akibat perbuatan manusia dapat menimbulkan
perbuatan kriminal misalnya: korban kejahatan perkosaan, korban kejahatan politik. Dan yang
bukan bersifat kriminal (perbuatan perdata) misalnya : korban dalam bidang Administratif,dan
lain sebagainya;

Obyek studi Viktimologi meliputi :

1. Semua macam, setiap macam perbuatan criminal yang mengakibatkan orang oprang menjadi
korban, yang sudah atau belum dirumuskan oleh Undang- undang contohnya : Korban kejahatan
konvensional, Korban non-konvensional dan Korban kejahatan akibat penyalahgunaan kekuasaan
(Ilegal abuses of power) terhadap hak asasi manusia alat penguasa termasuk penangkapan serta
penahanan yang melanggar hukum dan lain sebagainya.

2. Setiap orang atau pihak yang dapat menjadi korban baik orang perorangan maupun suatu
korporasi atau organisasi misalnya pencemaran nama baik, melakukan penyelewengan wewenang
jabatan.

3. Setiap orang atau pihak yang dapat menimbulkan korban artinya dimana disatu sisi orang
tersebut dapat merugikan orang lain sehingga orang tidak merasa aman akibat tindakanya.

4. Cara-cara viktimisasi atau penimbulan korban baik itu korban kejahatan perkosaan, politik dan
lain sebagainya

5. Bentuk-bentuk viktimisasi yang terdiri dari Primary victimization, adalah korban


individual/perorangan bukan kelompok; Secondary Victimization, korbannya adalah kelompok,
misalnya badan hukum; Tertiary Victimization, yang menjadi korban adalah masyarakat luas; Non
Victimozation, korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya konsumen yang tertipu dalam
menggunakan hasil produksi.

6. Akibat viktimisasi

7. Pengaruh viktimisasi

8. Reaksi atau respons terhadap viktimisasi

9. Penyelesaian viktimisasi
10. Pengaturan yang berkaitan dengan viktiminasi ( yang menjadi perhatian viktimologi )

Dikutip dari :

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/cc3b024b8992b90298499bc339d73903.pd
f

Anda mungkin juga menyukai