ISSN 2807-1832
Abstrak
Salah satu hasil gerakan reformasi yang paling fundamental adalah perubahan Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Beberapa perubahan penting itu terjadi dalam hal
struktur lembaga negara dan digunakannya konsep pemisahan kekuasaan yang secara
teoritik dikonsepsikan oleh Montesquie. Penelitian ini dibuat dalam rangka mengkaji
secara lebih mendalam implementasi teori pemisahan kekuasaan dalam UUD 1945 serta
implikasinya terhadap struktur kelembagaan negara di Indonesia. Karena itu ada dua
permasalahan yang diteliti. Pertama, apakah konstitusi Indonesia benar-benar
mengimplementasikan konsep pemisahan kekuasaan mutlak (trias politica)? dan
kedua, apakah Indonesia memiliki lembaga tertinggi Negara? Metode penelitian
yang digunakan yakni penelitian yuridis normatif dengan menggunakan
pendekatan konseptual, selain itu, dikaji dengan studi kasus yang berkaitan
dengan materi yang dikaji.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sistem yang digunakan oleh Konstitusi
Indonesia adalah sistem distribusi kekuasaan atau pemisahan kekuasaan formil
dan bukan pemisahan kekuasaan secara mutlak sebagaimana yang dimaksud oleh
Montesqieu. Tetapi model kekuasaan yang digunakan adalah memang seperti apa
yang dikonsepsikan oleh Montesqieu yaitu kekuasaan eksekutif, legislative, dan
yudikatif.
Mahkamah konstitusi jika dilihat dari kewenangan dan praktek yang selama ini
terjadi condong menjadi lebaga tertinggi negara karena pengimbangan kuasa atas
dirinya terjadi sangat minimal (hampir tidak ada). Kontrol kekuasaan MK hanya
terjadi ketika perekrutan hakim. Selain dari pada itu Mahkamah Konstitusi
sangatlah superior. Beberapa indikatornya dapat dilihat dari adanya putusan
ultrapetita; beralihnya negative legislator menjadi positif legislator; sifat
putusannya yang langsung fynal and binding; dalam sidang pemakzulan presiden
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili perkara pidana presiden.
78
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
79
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
80
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
81
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
82
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
83
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
84
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
sekali tidak bersentuhan. Sifat ketiga organ lembaga negara yang mewakili
kekuasaan itu sekarang bahkan masing-masing cabang kekuasaan
bersifat sederajat dan saling selalu berhubungan. Melihat sejarah
mengendalikan satu sama lainnya.18 ketatanegaraan Indonesia
kontemporer, kita pernah disuguhkan
Pemisahan kekuasan satu persoalan sengketa antara
merupakan salah satu asas normatif presiden dan DPR yang terjadi di era
fundamental yang dimiliki oleh pemerintahan Abdurahman Wakhid
sebuah negara yang demokratis.19 sebagai presiden.
Pemisahan kekuasaan dalam sebuah
negara dimaksudkan agar terjadi Sengketa tersebut terjadi
keseimbangan kekuasaan. Sehingga ketika presiden pada tanggal 23 Juli
dengan demikian akan 2001 mengeluarkan maklumat yang
meminimalisir potensi antara lain berisi tentang pembekuan
penyalahgunaan kekuasaan yang DPR/MPR dan pembubaran partai
besar akan dilakukan oleh penguasa. Golkar.21 Tindakan itu memancing
reaksi keras dari berbagai pihak.
Ketiga kekuasaan tersebut Akbar Tanjung yang saat itu menjadi
(eksekutif, judikatif, dan legislatif) ketua DPR sekaligus ketua umum
secara ideal bersinergi sehingga akan partai Golkar langsung meminta
menciptakan pemerintahan yang fatwa pada MA untuk menilai
demokratis dan equal. Persoalan baru keabsahan maklumat presiden
yang akan muncul adalah ketika kita tersebut. Pada waktu yang
memandang konsep trias politica bersamaan, Amien Rais yang
sebagai konsep pemisahan kekuasaan menjabat sebagai ketua MPR
secara mutlak. Hal ini dapat memutuskan untuk menggelar sidang
menimbulkan penafsiran yang istimewa MPR (SI MPR).22 Sejarah
berbahaya ketika masing-masing itu membuktikan adanya hubungan
cabang kekuasan merasa “mandiri” antar lembaga negara yang tidak bisa
dan dapat berubah menjadi sifat terelakan. Catatan pentingnya adalah
superior antar lembaga. Pada bahwa hubungan yang terjadi tidak
akhirnya akan menciptakan selamanya berjalan harmonis dan
absolutisme baru di tiap lembaga.20 sinergis.
Menilik sejarah Indonesia
yang demikian semakin meyakinkan
2. CHECK AND BALANCES
kita bahwa konsep tentang
Praktek nyata dalam pemisahan kekuasaan dalam
ketatanegaraan mengharuskan organ-
21
Moh. Mahfud MD, Setahun bersama Gus
18
Ni’matul Huda, Lembaga Negara... Dur; Kenangan Menjadi Menetri di Saat
Op.Cit., Hlm. 72. Sulit, LP3ES, Jakarta, 2003, Hlm. 211,
19
A. Mukti Arto, Konsep Ideal... Op.Cit, dikutip dalam Masnur Marzuki, Telaah
Hlm. 17. Kritis Kewenangan Mahkamah Konstitusi
20
dalam Sengketa Kewenangan Lembaga
http://fatahilla.blogspot.com/2011/10/konsep Negara, Jurnal Konstitusi Vol. III No. 1,
-pemisahan-kekuasaan-dan.html diakses Juni 2010, Mahkamah Konstitusi, Jakarta.
22
terakhir tanggal 9 Maret 2012. Log.Cit.
85
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
23 24
Ni’matul Huda, Lembaga Negara dalam... Munir Fuady, Teori negara Hukum...
Op.Cit., Hlm. 65. Op.Cit.,, Hlm. 123.
86
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
persoalan dalam masyarakat. Karena orang oleh DPR, dan tiga orang
itu yang dibutuhkan adalah:25 oleh presiden.
5. Presiden dan/ atau wakil presiden
1. Distribusi kekuasaan dapat diberhentikan oleh MPR
(Distribution of power) (yang terdiri dari anggota Dewan
2. Keseimbangan kekuasaan Perwakilan Daerah (DPD) dan
(Balances) anggota DPR) atas usulan dari
3. Suatu pengontrolan yang satu DPR dan setelah mendapatkan
terhadap yang lain (Checks). pemeriksaan serta pertimbangan
Dalam hal ini agar tercipta suatu dari MK.
keseimbangan (Balances) tidak 6. Presiden bersama-sama dengan
hanya satu cabang kekuasaan DPR membuat UU (tambahan
yang dapat mengecek cabang penulis)
kekuasaan lainnya tetapi harus
saling melakukan pengecekan Kenyataan itu membuat
satu sama lain. mereka harus bersinergi untuk dapat
mewujudkan cita-cita negara.
Unsur check and balances di Sinergisitas itu mampu terwujud jika
Indonesia karena itu, jelas terlihat ada keseimbangan kuasa sehingga
dalam sifat relasional antar cabang tiap cabang kekuasaan memiliki
kekuasaan yang ada. Keikutsertaan kekuatan yang sama untuk bisa
lebih dari satu cabang kekuasaan “saling menasehati” atau dalam
dalam menentukan kebijakan itulah bahasa yang lebih tegas adalah saling
ruang bagi checks and balances mengawasi.
berada. Di Indonesia dapat kita
contohkan sebagai berikut:26
1. Presiden dapat memberikan 3. MAHKAMAH KONSTITUSI
amnesti dan abolisi dengan SEBAGAI LEMBAGA
memperhatikan pertimbangan TERTINGGI NEGARA
DPR. REPUBLIK INDONESIA(?)
2. Presiden memberikan grasi dan
rehabilitasi dengan Salah satu hasil dari
memperhatikan pertimbangan amandemen yang telah dilakukan
MA. terhadap konstitusi kita adalah
3. Calon hakim diusulkan oleh lahirnya Mahkamah Konstitusi. Bila
komisi yudisial kepada DPR kita runut sejarahnya, pemikiran
untuk mendapatkan mengenai perlunya dibentuk
persetujuannya, dan selanjutnya Mahkamah Konstitusi telah muncul
ditetapkan sebagai hakim agung sebelum Indonesia
oleh presiden. memproklamasikan dirinya sebagai
4. Anggota MK ditetapkan oleh negara merdeka. Tepatnya pada saat
presiden, yang diajukan masing- pembahasan rancangan UUD di
masing tiga orang oleh MA, tiga Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Prof. Muhammad Yamin,
25
Ibid, Hlm. 124. yang saat itu menjadi anggota
26
Ibid, Hlm. 114.
87
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
27 29
Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Moh. Mahfud MD., Konstitusi dan Hukum
Hukum Yang Demokratis, Sekretariat Dalam Konstroversi Isu, Rajawali Press,
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Jakarta, 2009, hlm. 262.
30
Konstitusi, Jakarta, 2008, hlm. 467. Sejak Keluarnya UU No. 12 tahun 2008
28
Lihat Pasal 1 UUD 1945: ”Kedaulatan Tentang Perubahan Kedua atas Undang-
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
menurut Undang-Undang Dasar”. Pemerintahan Daerah.
88
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
33
Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan
31
Lihat BAB IX UUD 1945 Indonesia: Kajian Terhadap Dinamika
32
Moh. Mahfud MD. Konstitusi...Op.cit, Perubahan UUD 1945, FH UII Press,
hlm. 262 Yogyakarta, 2003, hlm. 223
89
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
90
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832
MAKALAH:
Sri Sumantri, “Kekuasaan dan
Sistem Pertanggungjawaban
Presiden Pasca Perubahan
UUD 1945”, Makalah,
Seminar Sistem Pemerintahan
Indonesia Pasca Amandemen
UUD 1945 yang
diselenggarakan oleh
Depkimham bekerja sama
dengan Fakultas Hukum
Unair dan Kanwil
Depkimham Provinsi Jawa
Timur di Surabaya pada
tanggal 9-10 Juni 2004
91