Anda di halaman 1dari 14

Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No.

ISSN 2807-1832

Trias Politica dan Implikasinya dalam


Struktur Kelembagaan Negara dalam UUD
1945 Pasca Amandemen
Belly Isnaeni
Fakultas Hukum, Universitas Pamulang
E-mail: belly_puu@yahoo.com

Abstrak
Salah satu hasil gerakan reformasi yang paling fundamental adalah perubahan Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Beberapa perubahan penting itu terjadi dalam hal
struktur lembaga negara dan digunakannya konsep pemisahan kekuasaan yang secara
teoritik dikonsepsikan oleh Montesquie. Penelitian ini dibuat dalam rangka mengkaji
secara lebih mendalam implementasi teori pemisahan kekuasaan dalam UUD 1945 serta
implikasinya terhadap struktur kelembagaan negara di Indonesia. Karena itu ada dua
permasalahan yang diteliti. Pertama, apakah konstitusi Indonesia benar-benar
mengimplementasikan konsep pemisahan kekuasaan mutlak (trias politica)? dan
kedua, apakah Indonesia memiliki lembaga tertinggi Negara? Metode penelitian
yang digunakan yakni penelitian yuridis normatif dengan menggunakan
pendekatan konseptual, selain itu, dikaji dengan studi kasus yang berkaitan
dengan materi yang dikaji.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sistem yang digunakan oleh Konstitusi
Indonesia adalah sistem distribusi kekuasaan atau pemisahan kekuasaan formil
dan bukan pemisahan kekuasaan secara mutlak sebagaimana yang dimaksud oleh
Montesqieu. Tetapi model kekuasaan yang digunakan adalah memang seperti apa
yang dikonsepsikan oleh Montesqieu yaitu kekuasaan eksekutif, legislative, dan
yudikatif.
Mahkamah konstitusi jika dilihat dari kewenangan dan praktek yang selama ini
terjadi condong menjadi lebaga tertinggi negara karena pengimbangan kuasa atas
dirinya terjadi sangat minimal (hampir tidak ada). Kontrol kekuasaan MK hanya
terjadi ketika perekrutan hakim. Selain dari pada itu Mahkamah Konstitusi
sangatlah superior. Beberapa indikatornya dapat dilihat dari adanya putusan
ultrapetita; beralihnya negative legislator menjadi positif legislator; sifat
putusannya yang langsung fynal and binding; dalam sidang pemakzulan presiden
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili perkara pidana presiden.

Kata kunci: konstitusi, mahkamah konstitusi, pemisahan kekuasaan

78
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

A. LATAR BELAKANG haknya. Semua RUU berasal dari


pemerintah. Sehingga dengan
Semenjak konstitusi republik amandemen UUD 1945 dilakukan
Indonesia mengalami amandemen, upaya: Pertama,
banyak perdebatan ketatanegaraan mengurangi/mengendalikan
yang muncul kepermukaan dengan kekuasaan presiden; kedua, hak
tanpa malu-malu lagi seperti zaman legislasi dikembalikan ke DPR,
orde baru. Perdebatan-perdebatan itu sedangkan presiden berhak
menggelinding begitu saja dan sulit mengajukan RUU kepada DPR.1
untuk dikendalikan. Situasi itu
menjadi salah satu tanda lahirnya era 2. Perubahan Kedua UUD 1945
baru demokrasi di Indonesia.
Perubahan kedua terhadap
Cita-cita reformasi Indonesia UUD1945 dilakukan pada substansi
yang pada mulanya hanya untuk yang meliputi: (1) pemerintah
memberantas KKN dan mengganti daerah; (2) wilayah Negara; (3)
pucuk kepemimpinan Indonesia warga negara dan penduduk; (4) hak
melesat kencang hingga asasi manusia; (5) pertahanan dan
menyimpulkan urgensi amandemen keamanan Negara; (6) bendera,
konstitusi. Tercatat sejak bergulirnya bahasa, lambang Negara, dan lagu
reformasi pada tahun 1998 telah kebangsaan; dan (7) lembaga DPR,
terjadi empat kali proses amandemen khususnya tentang keanggotaan,
konstitusi, yaitu: fungsi, hak, maupun tentang cara
pengisiannya
1. Perubahan Pertama UUD 1945
Pada amandemen kedua ini,
Perubahan terhadap UUD substansi mendasar yang menjadi
1945 terjadi setelah titik tumpu perubahan adalah
berkumandangnya tuntutan dimuatnya ketentuan tentang hak
reformasi, yang di antarannya asasi manusia (HAM) yang lebih
berkenaan dengan reformasi luas dan dalam bab tersendiri, yaitu
konstitusi (constitutional reform), Bab XA tentang Hak Asasi; Manusia
sebagaimana diketahui sebelum yang terdiri dari Pasal 28A hingga
terjadinya amandemen terhadap pasal 28J.2
UUD1945, kedudukan dan
kekuasaan Presiden RI sangat Substansi perubahan juga
dominan, lebih-lebih dalam praktik menyangkut keberadaan lembaga
penyelenggaraan negara. Parameter DPR, terutama berkaitan dengan cara
yang terlihat adalah dalam kurun pengisian keanggotaan DPR dipilih
waktu demokrasi terpimpin 1959 secara langsung oleh rakyat.
sampai 1967, MPR (S) yang menurut
UUD merupakan lembaga tertinggi 1
negara dikendalikan oleh presiden. Titik Triwulan Tutik, Konstruksi
Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Sedangkan dalam kurun waktu 1967 Amandemen UUD 1945, Cetakan Kedua,
sampai 1998, DPR yang menurut (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
UUD 1945 dapat mengajukan usul 2011) hlm. 2.
2
inisiatif RUU, tidak dapat melakukan Bandingkan dengan UUD 1945
pra-amandemen.

79
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

presidensial.4 Ciri-ciri sistem


3. Perubahan ketiga UUD 1945 pemerintahan presidensil terlihat
antara lain: (1) prosedur dan
Perubahan ketiga UUD 1945 mekanisme pemilihan presiden dan
diputuskan pada Rapat Paripurna wakil presiden yang dipilih dalam
MPR-RI ke-7, tanggal 9 November satu pasangan secara langsung oleh
2001 Sidang Tahunan MPR-RI. rakyat; dan (2) sistem
Menurut Sri Sumantri,3 perubahan pertanggungjawaban presiden dan
ketiga dilakukan menurut teori wakil presiden atas kinerjanya,
konstitusi, terhadap susunan sebagai lembaga eksekutif yang tidak
ketatanegaraan yang bersifat lagi kepada MPR. Karena MPR tidak
mendasar. Bahkan substansi lagi dimanifestasikan sebagai
penjelasan yang sifatnya normatif pelaksana kedaulatan rakyat.
dimasukkan dalam batang tubuh
UUD 1945. Selain itu, pada amandemen
ketiga ini juga dilakukan perubahan
Perubahan substansi yang cukup mendasar terhadap
amandemen ketiga meliputi antara kekuasaan kehakiman. Pasal 24 ayat
lain: (1) kedudukan dan kekuasaan (2) UUD 1945 menetapkan, bahwa:
MPR; (2) eksistensi Negara hukum “kekuasaan kehakiman dilakukan
di Indonesia; (3) jabatan Presiden oleh sebuah Mahkamah Agung dan
dan wakil Presiden termasuk badan-badan peradilan yang berada
mekanisme pemilihan; (4) dibawahnya dalam lingkungan
pembentukan lembaga baru dalam peradilan umum, lingkungan
sistem ketatanegaraan RI; (5) peradilan agama, lingkungan
pengaturan tambahan bagi lembaga peradilan militer, lingkungan
DPK; dan (6) Pemilu. peradilan tata usaha Negara, dan
Mahkamah Konstitusi.”
Melihat materi perubahan
ketiga terhadap UUD 1945, jelaslah Berdasarkan ketentuan pasal
bahwa perubahan ketiga ini tersebut, maka dapat ditarik
menyangkut substansi yang lebih kesimpulan: pertama, kekuasaan
mendasar. Dari perubahan ketiga ini kehakiman tidak lagi dilakukan oleh
secara nyata dapat kita lihat, bahwa sebuah MA dan badan peradilan di
sistem pemerintahan yang dianut bawahnya dalam keempat
benar-benar sistem pemerintahan lingkungan peradilan, tetapi
dilakukan pula sebuah MK. Kedua,
kedudukan MK setara dengan MA
3
dan badan peradilan dibawahnya.
Sri Sumantri, “Kekuasaan dan Ketiga, MA merupakan pengadilan
Sistem Pertanggungjawaban Presiden Pasca
Perubahan UUD 1945”, Makalah, Seminar
tertinggi dari badan peradilan
Sistem Pemerintahan Indonesia Pasca dibawahnya.
Amandemen UUD 1945 yang
diselenggarakan oleh Depkimham bekerja
sama dengan Fakultas Hukum Unair dan
4
Kanwil Depkimham Provinsi Jawa Timur di Bandingkan dengan sistem
Surabaya pada tanggal 9-10 Juni 2004, hlm. pemerintahan Indonesia sebelum
8. amandemen UUD 1945.

80
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

4. Perubahan Keempat UUD 1945 ototritas tunggal seluruh kekuasaan


dalam Negara Indonesia.
Perubahan keempat terhadap
UUD 1945 ini merupakan perubahan Penulis masih ragu dengan
terakhir yang menggunakan Pasal 37 pernyataan-pernyataan itu sebab
UUD 1945 pra-amandemen yang pada prakteknya masih saja kita
dilakukan oleh MPR. Ada Sembilan temui adanya berbagai kontradiksi-
item pasal substansial pada kontradiksi konsep. Misalkan
perubahan keempat UUD 1945, Mahkamah Konstitusi (MK) yang
antara lain: (1) keanggotaan MPR, memiliki sifat putusan fynal and
(2) pemilihan presiden dan wakil binding. Tidak ada lembaga negara
presiden tahap kedua, (3) lain yang mampu “mengatasi”
kemungkinan presiden dan wakil kekuatan kuasa MK. Saking
presiden berhalangan tetap, (4) besarnya kekuasaan MK sampai
tentang kewenangan presiden, (5) hal seluruh lembaga-lembaga Negara
keuangan Negara dan bank sentral, harus memohon kebijaksanaannya
(6) pendidikan dan kebudayaan, (7) jika mengalami konflik.
perekonomian nasional dan
kesejahteraan social, (8) aturan Berdasarkan latar belakang
tambahan dan aturan peralihan, dan tersebut maka tulisan ini hendak
(9) kedudukan dan penjelasan UUD menjawab beberapa pertanyaan
1945. sebagai berikut:

Berkaitan dengan kenggotaan a. Apakah konstitusi Indonesia


MPR dinyatakan bahwa MPR terdiri benar-benar
atas anggota DPR dan DPD yang mengimplementasikan konsep
dipilih melalui pemilihan umum. Hal pemisahan kekuasaan mutlak
ini berarti tidak ada satu pun anggota (trias politica)?
MPR yang keberadaannya diangkat b. Apakah Indonesia tidak memiliki
sebagaimana yang terjadi sebelum lembaga tertinggi Negara?
amandemen, dimana anggota MPR
yang berasal dari utusan daerah dan
ABRI melalui peroses pengangkatan B. PEMBAHASAN
bukan pemilihan. 1. PEMISAHAN KEKUASAAN
DAN PEMBAGIAN
Banyak orang menyimpulkan
KEKUASAAN
bahwa konstitusi pasca amandemen
menganut prinsip pemisahan Setiap kali kata “kekuasaan”
kekuasaan. Kekuasaan eksekutif, muncul, selalu kita
yudikatif dan legislatif masing- mengidentikannya dengan politik
masing memiliki kekuatan yang atau negara. Padahal kekuasaan
sama dan dengan demikian tercipta sesungguhnya ada pada semua aspek
mekanisme saling kontrol antar kehidupan masyarakat seperti kuasa
cabang-cabang kekuasaan tersebut. orang tua pada anaknya, kuasa guru
Pada ranah yang lebih konkrit maka atas murid-muridnya, kuasa ketua
tidak lagi kita temui adanya lembaga suatu perkumpulan atas anggota-
tertinggi Negara sebagai pemegang anggotanya dan lain sebagainya.

81
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

Secara umum, kekuasaan dapat kita sendiri.7 Negara sebagai organisasi


artikan sebagai kemampuan dalam masyarakat dibedakan dengan
kemampuan seseorang atau organisasi-organisasi lainnya karena
kelompok manusia untuk ia memiliki hak istimewa dalam
mempengaruhi perilaku orang lain mempergunakan kekuatan fisiknya,
sedemikian rupa sehingga contohnya:8
tingkahlaku itu sesuai dengan
keinginan dan tujuan dari orang yang 1. Negara bisa memaksakan warga
mempunyai kekuasaan.5 negaranya untuk tunduk pada
peraturan yang berlaku. Bila
Kekuasaan yang seperti itu perlu disertai sanksi hukuman
menurut Beeling memiliki sifat-sifat mati.
sebagai berikut:6 2. Negara bisa memerintahkan
rakyatnya untuk mengangkat
1. Sifat fundamental senjata untuk membela tanah
Selama manusia masih ada maka airnya sekalipun dirinya sedang
kekuasaan yang akan selalu berada di luar negeri.
menjadi sarana untuk 3. Negara berhak menentukan mata
melaksanakan kehendaknya. uang yang berlaku dan berhak
2. Sifat Abadi juga untuk memungut pajak.9
Kekuasaan tidak akan pernah
hilang. Kekuasaan akan tetap ada Melihat contoh dan beberapa
selama manusia itu ada. pemahaman tentang kekuasaan dapat
3. Sifat Multiform kita lihat bahwa dalam kekuasaan
Kekuasaan tidak hanya berada memiliki sifat-sifat paksaan dan
pada satu bidang kehidupan, tekanan. Hal itu ditegaskan oleh
tetapi dia ada dalam segala Harold Laswel dengan pendapatnya
bidang kehidupan manusia, bahwa kekuasaan tidak lain dan tidak
seperti kekuasaan majikan bukan adalah penggunaan paksaan
terhadap buruhnya, kekuasaan yang kuat.10 Karena beberapa hal di
orangtua terhadap anaknya, dan atas maka muncullah gagasan
lain sebagainya. tentang pembatasan kekuasaan. Cara
yang paling efektif adalah membatasi
Jika pemahaman kekuasaan kekuasaan dengan hukum atau
kita persempit hanya dalam konteks konstitusi. Cara pembatasan
negara, dia disebut dengan
kekuasaan politik. Kekuasaan politik 7
Miriam Budiardjo, dasar-dasar... Op.Cit.,
adalah kemampuan mempengaruhi Hlm. 37.
kebijakan umum (pemerintah), baik 8
Bintan R. Saragih MA. dkk., Ilmu ...
terbentuknya maupun akibat- Op.Cit., Hlm. 117.
9
akibatnya sesuai dengan tujuan- Von Yhering, Der Zwern und Recht,
tujuan pemegang kekuasaan itu Halaman 185, 1923, dikutip kembali dalam
Bintan R. Saragih MA. Dkk., Ilmu ...
Op.Cit., Hlm. 118.
5 10
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Miriam Budiardjo (Editor), Aneka
Politik, Gramedia, Jakarta, 1977, Hlm. 35. Pemikiran Tentang Kekuasaan dan Wibawa,
6
Bintan R. Saragih Dkk., Ilmu Negara, halaman 31, Sinar Harapan, Jakarta, 1986,
Edisi Revisi, cetakan ke-empat, Gaya Media dikutip kembali dalam Bintan R. Saragih
Pratama, Jakarta, 2000, Hlm. 116-117. MA. dkk., Ilmu ... Op.Cit., Hlm. 119.

82
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

kekuasaan dengan hukum itu yang sekaligus memiliki kekuasaan untuk


melahirkan konsep negara hukum melaksanakannya akan
mengecualikan dirinya dari ketaatan
Salah satu elemen penting mematuhi hukum yang mereka buat.
dalam negara hukum adalah adanya Untuk itulah maka Locke
pembagian kekuasaan atau menyimpulkan perlunya pemisahan
pemisahan kekuasaan negara. kekuasaan.12
Pemahaman tentang konsep
pemisahan kekuasaan sendiri John Locke berpendapat
ternyata mengalami perkembangan bahwa kekuasaan dapat dipisahkan
yang akhirnya membentuk ciri dalam tiga lembaga kekuasaan:
masing-masing di berbagai negara kekuasaan eksekutif, kekuasaan
sesuai dengan praktik politik, legislatif dan kekuasaan federatif.
kebiasaan, dan prinsip-prinsip hukum Kekuasaan eksekutif ialah kekuasaan
yang dianut sebuah negara. Marshal yang melaksanakan undang-undang.
mengatakan bahwa ”Ungkapan Kekuasaan legislatif merupakan
pemisahan kekuasaan merupakan lembaga yang memgang kekuasaan
salahsatu yang paling untuk membuat/ merumuskan
membingungkan dalam kosa kata undang-undang. Kekuasaan federatif
politik dan konstitusional. Ungkapan merupakan kekuasaan yang berkaitan
pemisahan kekuasaan tersebut telah dengan masalah hubungan luar
digunakan dengan berbagai implikasi negeri, kekuasaan memaklumkan
oleh para sejarawan dan ilmuwan perang, perdamaian, aliansi antar
politik.”11 negara, dan transaksi dengan Negara-
negara lain. Dari ketiga kekuasaan
Ajaran mengenai pemisahan tersebut, kekuasaan legislatif adalah
kekuasaan ini dapat kita telusuri akar kekuasaan tertinggi.13
kemunculannya dari pemikiran filsuf
Inggris, yaitu John Locke dan filsuf Pemikiran Locke kemudian
Perancis Baron de Montesquie. dikembangkan oleh Montesquieu
Awalnya Locke mengkritik yang akhirnya melahirkan konsep
kekuasaan absolut raja dan trias politica. Kekuasaan negara
mendukung pembatasan kekuasaan menurut Montesquieu dapat dibagi
politik seorang raja. Menurutnya, menjadi tiga cabang, yaitu kekuasaan
pemikiran Hobes yang mau eksekutif, kekuasaan legislatif dan
menyerahkan kekuasaan mutlak pada kekuasaan yudikatif.14 Kekuasaan
seorang raja adalah suatu eksekutif adalah kekuasaan yang
kecerobohan. Dasar pemikiran Locke memiliki fungsi menjalankan atau
adalah ‘kondisi alami manusia’ dan
‘kontrak sosial’ yang melahirkan 12
Ni’matul Huda, Lembaga Negara...
negara. Bagi Locke, mereka yang Op.Cit., Hlm. 66-67.
memiliki kekuasaan membuat hukum 13
Muhammad Alim, Trias Politica Dalam
Negara Madinah, Sekretariat Jendral dan
11
Geoffrey Marshal, Constitutional theory, Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta
Oxford University Press, London, 1971, Pusat, 2008, Hlm. 77-78
14
Hlm. 97, yang dikutip kembali dalam Munir Fuady, Teori negara Hukum
Ni’matul Huda, Lembaga negara dalam ... Modern (Rechstaat), PT Refika Aditama,
Op.Cit., Hlm. 65. Bandung, 2009, Hlm. 104.

83
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

mengeksekusi setiap amanat rakyat melakukannya. Dia percaya bahwa


yang diwujudkan dalam bentuk percampuran kekuasaan antara
peraturan perundang-undangan. yudikatif, eksekutif, dan legislatif
Kekuasaan ini dijalankan oleh akan melahirkan kekuasaan atau
sebuah lembaga negara bernama pemerintahan yang sewenang-
pemerintah dan dipimpin oleh kepala wenang.
pemerintah yang biasa disebut
presiden, raja, atau perdana menteri. Mengenai dua konsep
pemisahan kekuasaan di atas, Prof.
Kekuasaan legislatif adalah Ivor Jennings membedakan
kekuasaan yang menjalankan tugas pemisahan kekuasaan dalam dua
dan fungsinya sebagai lembaga pengertian. Pertama, pemisahan
negara pembentuk peraturan kekuasaan dalam arti formil, yaitu
perundang-undangan. Fungsi ini pemisahan kekuasaan yang tidak
biasanya dijalankan oleh sebuah dipertahankan secara prinsipil.
lembaga yang sering disebut Kedua, pemisahan dalam arti
parlemen atau di Indonesia disebut materiil, yaitu pemisahan kekuasaan
dengan Dewan Perwakilan Rakyat yang dipertahankan dengan prinsipil
(DPR). Sedang cabang kekuasaan dalam fungsi-fungsi kenegaraan yang
yudikatif adalah cabang kekuasaan secara jelas memperlihatkan
yang berfungsi menegakan pemisahan kekuasaan itu pada tiga
supremasi hukum. Kekuasaan ini bagian.16 Dalam kalimat yang lebih
dijalankan oleh lembaga-lembaga sederhana, Ismail Sunny mengatakan
peradilan yang ada dalam sebuah bahwa pemisahan kekuasaan dalam
negara. Di Indonesia kekuasaan arti materiil berarti pemisahan
yudikatif di jalankan oleh Mahkamah kekuasaan secara tegas sebagaimana
Agung dan Mahkamah Konstitusi. yang dikemukakan Montesquieu.
Sedangkan pemisahan kekuasaan
Menurut dalam arti formil berarti pembagian
Montesquieu,”Kekuasaan kekuasaan.17
perundang-undangan harus terletak
pada badan perwakilan rakyat, Konsep trias politica seperti
kekuasaan untuk menjalankan yang diajarkan oleh montesquieu
undang-undang ada pada raja, sudah tidak lagi relevan dalam
kekuasaan pengadilan pada para praktik ketatanegaraan kontemporer.
hakim yang sama sekali bebas dari Kenyataan dewasa ini
kekuasaan pelaksana.”15 Ketiga memperlihatkan bahwa tidak
kekuasaan itu menurutnya harus mungkin ketiga kekuasaan itu sama
terpisah (secara mutlak) antara satu
dengan yang lainnya baik mengenai 16
Sir W. Ivor Jennings, The Law and The
fungsi (Functie) maupun alat Constitutions, Cetakan Keempat, Univirsity
perlengkapan (Orgaan) yang of London Press, London, 1956 Hlm. 267,
dikutip kembali dalam Ni’matul Huda,
Lembaga Negara... Op.Cit., Hlm 70.
15 17
L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan
Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1968, Eksekutif, Aksara Baru, Jakarta, 1983, Hlm
Hlm. 248, dikutip kembali dalam Ni’matul 18, dikutip kembali dalam Ni’matul Huda,
Huda, Lembaga Negara ... Op.Cit., Hlm. 69. Lembaga Negara... Op.Cit., Hlm. 70.

84
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

sekali tidak bersentuhan. Sifat ketiga organ lembaga negara yang mewakili
kekuasaan itu sekarang bahkan masing-masing cabang kekuasaan
bersifat sederajat dan saling selalu berhubungan. Melihat sejarah
mengendalikan satu sama lainnya.18 ketatanegaraan Indonesia
kontemporer, kita pernah disuguhkan
Pemisahan kekuasan satu persoalan sengketa antara
merupakan salah satu asas normatif presiden dan DPR yang terjadi di era
fundamental yang dimiliki oleh pemerintahan Abdurahman Wakhid
sebuah negara yang demokratis.19 sebagai presiden.
Pemisahan kekuasaan dalam sebuah
negara dimaksudkan agar terjadi Sengketa tersebut terjadi
keseimbangan kekuasaan. Sehingga ketika presiden pada tanggal 23 Juli
dengan demikian akan 2001 mengeluarkan maklumat yang
meminimalisir potensi antara lain berisi tentang pembekuan
penyalahgunaan kekuasaan yang DPR/MPR dan pembubaran partai
besar akan dilakukan oleh penguasa. Golkar.21 Tindakan itu memancing
reaksi keras dari berbagai pihak.
Ketiga kekuasaan tersebut Akbar Tanjung yang saat itu menjadi
(eksekutif, judikatif, dan legislatif) ketua DPR sekaligus ketua umum
secara ideal bersinergi sehingga akan partai Golkar langsung meminta
menciptakan pemerintahan yang fatwa pada MA untuk menilai
demokratis dan equal. Persoalan baru keabsahan maklumat presiden
yang akan muncul adalah ketika kita tersebut. Pada waktu yang
memandang konsep trias politica bersamaan, Amien Rais yang
sebagai konsep pemisahan kekuasaan menjabat sebagai ketua MPR
secara mutlak. Hal ini dapat memutuskan untuk menggelar sidang
menimbulkan penafsiran yang istimewa MPR (SI MPR).22 Sejarah
berbahaya ketika masing-masing itu membuktikan adanya hubungan
cabang kekuasan merasa “mandiri” antar lembaga negara yang tidak bisa
dan dapat berubah menjadi sifat terelakan. Catatan pentingnya adalah
superior antar lembaga. Pada bahwa hubungan yang terjadi tidak
akhirnya akan menciptakan selamanya berjalan harmonis dan
absolutisme baru di tiap lembaga.20 sinergis.
Menilik sejarah Indonesia
yang demikian semakin meyakinkan
2. CHECK AND BALANCES
kita bahwa konsep tentang
Praktek nyata dalam pemisahan kekuasaan dalam
ketatanegaraan mengharuskan organ-
21
Moh. Mahfud MD, Setahun bersama Gus
18
Ni’matul Huda, Lembaga Negara... Dur; Kenangan Menjadi Menetri di Saat
Op.Cit., Hlm. 72. Sulit, LP3ES, Jakarta, 2003, Hlm. 211,
19
A. Mukti Arto, Konsep Ideal... Op.Cit, dikutip dalam Masnur Marzuki, Telaah
Hlm. 17. Kritis Kewenangan Mahkamah Konstitusi
20
dalam Sengketa Kewenangan Lembaga
http://fatahilla.blogspot.com/2011/10/konsep Negara, Jurnal Konstitusi Vol. III No. 1,
-pemisahan-kekuasaan-dan.html diakses Juni 2010, Mahkamah Konstitusi, Jakarta.
22
terakhir tanggal 9 Maret 2012. Log.Cit.

85
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

kenyataannya tidak bisa Keseimbangan yang dimunculkan


dilaksanakan secara mutlak. Masing- menurut Munir Fuady bersifat
masing dari cabang kekuasaan selalu dinamis dan sering kali paradoksal.
berhubungan dalam menjalankan Contohnya, kekuasaan seyogianya
fungsinya. Selama proses interaksi, lebih besar diberikan pada eksekutif
benturan antar cabang kekuasaan agar perjalanan sistem pemerintahan
karena kepentingan golongan dapat lancar, efektif, dan efisien.
memiliki potensi yang besar karena Tetapi jika preiden bukan orang yang
hampir semua proses penentuan bijaksana maka, seperti pendapat
kebijakan dalam semua cabang Plato, hal ini dapat menjurus pada
kekuasaan selalu bersentuhan antara pemerintahan yang otoriter. Di
satu kekuasaan dengan kekuasaan samping itu, legislatif sebagai
lainnya. representasi suara rakyat semestinya
bisa berguna sebagai pemutus awal
Pemisahan kekuasaan dalam sekaligus pemutus akhir dalam setiap
tiga tempat, eksekutif, legislatif, dan kebijakan-kebijakan negara. Tetapi
yudikatif memiliki tugas yang terus sering kali mereka tidak dapat
berkaitan. Tugas kekuasaan legislatif menyuarakan suara rakyat karena
membuat hukum, tugas kekuasaan kurangnya kualitas, pengetahuan dan
eksekutif menjalankan hukum, dan banyaknya distorsi dalam penafsiran
kekuasaan yudikatif bertugas suara rakyat, serta kecenderungan
menafsirkan hukum. Terkait erat berpihaknya legislatif terhadap pihak
dengan pemahaman ini adalah partai mayoritas (Legislative tirany).
tentang checks and balances, yang Selain itu, alasan karena dipilih oleh
mengatakan bahwa masing-masing rakyat banyak tidak serta-merta dapat
cabang pemerintahan membagi merubah seorang tiran menjadi
sebagian kekuasaannya pada cabang demokrat. 24
yang lain dalam rangka membatasi
tindakan-tindakannya. Artinya, Kewenangan tertinggi juga
kekuasaan dan fungsi dari masing- mungkin dimiliki oleh yudikatif
masing cabang kekuasaan adalah sebagai kekuasaan yang kurang
terpisah dan dijalankan oleh orang berbahaya dibandingkan dengan
yang berbeda, tidak ada agen tunggal kekuasaan eksekutif. Namun,
yang dapat menjalankan otoritas pemberian kekuasaan tertinggi dan
penuh karena masing-masing pemutus terakhir terhadap badan
bergantung satu sama lain. peradilan juga seringkali tidak efektif
Kekuasaan yang seperti inilah yang karena kurangnya justifikasi
mencegah absolutisme, atau kekuasaan (tidak dipilih rakyat), di
mencegah korupsi kekuasaan tanpa samping posisinya yang bukan
pengawasan.23 sebagai pihak yang mempunyai
pengetahuan dan informasi yang
Pembagian kekuasaan dalam cukup tentang berbagai realitas
konsep trias politika itu akhirnya
sangat membutuhkan keseimbangan.

23 24
Ni’matul Huda, Lembaga Negara dalam... Munir Fuady, Teori negara Hukum...
Op.Cit., Hlm. 65. Op.Cit.,, Hlm. 123.

86
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

persoalan dalam masyarakat. Karena orang oleh DPR, dan tiga orang
itu yang dibutuhkan adalah:25 oleh presiden.
5. Presiden dan/ atau wakil presiden
1. Distribusi kekuasaan dapat diberhentikan oleh MPR
(Distribution of power) (yang terdiri dari anggota Dewan
2. Keseimbangan kekuasaan Perwakilan Daerah (DPD) dan
(Balances) anggota DPR) atas usulan dari
3. Suatu pengontrolan yang satu DPR dan setelah mendapatkan
terhadap yang lain (Checks). pemeriksaan serta pertimbangan
Dalam hal ini agar tercipta suatu dari MK.
keseimbangan (Balances) tidak 6. Presiden bersama-sama dengan
hanya satu cabang kekuasaan DPR membuat UU (tambahan
yang dapat mengecek cabang penulis)
kekuasaan lainnya tetapi harus
saling melakukan pengecekan Kenyataan itu membuat
satu sama lain. mereka harus bersinergi untuk dapat
mewujudkan cita-cita negara.
Unsur check and balances di Sinergisitas itu mampu terwujud jika
Indonesia karena itu, jelas terlihat ada keseimbangan kuasa sehingga
dalam sifat relasional antar cabang tiap cabang kekuasaan memiliki
kekuasaan yang ada. Keikutsertaan kekuatan yang sama untuk bisa
lebih dari satu cabang kekuasaan “saling menasehati” atau dalam
dalam menentukan kebijakan itulah bahasa yang lebih tegas adalah saling
ruang bagi checks and balances mengawasi.
berada. Di Indonesia dapat kita
contohkan sebagai berikut:26
1. Presiden dapat memberikan 3. MAHKAMAH KONSTITUSI
amnesti dan abolisi dengan SEBAGAI LEMBAGA
memperhatikan pertimbangan TERTINGGI NEGARA
DPR. REPUBLIK INDONESIA(?)
2. Presiden memberikan grasi dan
rehabilitasi dengan Salah satu hasil dari
memperhatikan pertimbangan amandemen yang telah dilakukan
MA. terhadap konstitusi kita adalah
3. Calon hakim diusulkan oleh lahirnya Mahkamah Konstitusi. Bila
komisi yudisial kepada DPR kita runut sejarahnya, pemikiran
untuk mendapatkan mengenai perlunya dibentuk
persetujuannya, dan selanjutnya Mahkamah Konstitusi telah muncul
ditetapkan sebagai hakim agung sebelum Indonesia
oleh presiden. memproklamasikan dirinya sebagai
4. Anggota MK ditetapkan oleh negara merdeka. Tepatnya pada saat
presiden, yang diajukan masing- pembahasan rancangan UUD di
masing tiga orang oleh MA, tiga Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Prof. Muhammad Yamin,
25
Ibid, Hlm. 124. yang saat itu menjadi anggota
26
Ibid, Hlm. 114.

87
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

BPUPKI, telah melontarkan gagasan Sebagai lembaga negara yang


tentang pentingnya lembaga yang memiliki visi tegaknya konstitusi
melakukan pengujian terhadap dalam rangka mewujudkan cita
konstitusionalitas UU sekaligus negara hukum dan demokrasi demi
mengusulkan agar masuk dalam kehidupan kebangsaan dan
rumusan rancangan UUD yang kenegaraan yang bermartabat, pasal
tengah disusun. Namun ide ini 7B dan 24 C UUD 1945 memberikan
ditolak oleh Prof. Soepomo, dengan wewenang kepada MK berupa :29
alasan lembaga ini tidak sesuai 1. Pengujian UU terhadap UUD.
dengan sistem berpikir UUD yang 2. Mengadili sengketa antar
saat itu disusun atas dasar prinsip Lembaga negara yang
supremasi parlemen dengan kewenangannya diberikan oleh
menempatkan Majelis UUD.
Permusyawaratan Rakyat (MPR) 3. Memutus pembubaran
sebagai lembaga negara tertinggi. PARPOL.
Oleh karena itu keberadaan MK yang 4. Memeriksa dan memutus
akan mewujudkan checks and perselisihan hasil pemilu.
balances antar lembaga negara akan 5. Memeriksa dan memutus
bertentangan dengan Supremasi perselisihan hasil pemilu kepala
MPR.27 daerah.30
Gagasan tentang Mahkamah Selain itu, Mahkamah
Konstitusi baru benar-benar menjadi Konstitusi juga memiliki
nyata saat paradigma bangsa ini kewenangan, yaitu: memutus
berubah dengan “ditiadakannya” pendapat DPR bahwa Presiden
lembaga tertinggi negara, dari yang dan/atau Wakil Presiden telah
dulu supremasi MPR begeser ke melakukan pelanggaran hukum
supremasi konstitusi.28 Karena itu berupa pengkhianatan terhadap
pada amandemen UUD yang ketiga, negara, korupsi, penyuapan, tindak
Mahkamah Konstitusi turut di pidana berat lainnya, atau Presiden
masukkan ke dalamnya. Namun dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
demikian, Mahkamah Konstitusi memenuhi syarat sebagai Presiden
berdasarkan UU No. 24 Tahun 2003 dan/atau Wakil Presiden.
tentang Mahkamah Konstitusi baru Kewenangan Mahkamah Konstitusi
ditetapkan dan diundangkan pada 13 tersebut bisa juga dikatakan sebagai
Agustus 2003, sehingga pada tanggal pemakzulan.
tersebut ditetapkan sebagai hari Kekuasaan kehakiman di
lahirnya Mahkamah Konstitusi di Indonesia pasca amandemen UUD
Indonesia. 1945 dengan begitu memiliki tiga
lembaga negara, yaitu Mahkamah

27 29
Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Moh. Mahfud MD., Konstitusi dan Hukum
Hukum Yang Demokratis, Sekretariat Dalam Konstroversi Isu, Rajawali Press,
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Jakarta, 2009, hlm. 262.
30
Konstitusi, Jakarta, 2008, hlm. 467. Sejak Keluarnya UU No. 12 tahun 2008
28
Lihat Pasal 1 UUD 1945: ”Kedaulatan Tentang Perubahan Kedua atas Undang-
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
menurut Undang-Undang Dasar”. Pemerintahan Daerah.

88
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

Konstitusi, Mahkamah Agung dan Keberadaan Mahkamah


Komisi Yudisial.31 Masing-masing Konstitusi dalam sejarah
mempunyai peran dalam ketatanegaraan bangsa-bangsa di
menjalankan fungsi-fungsi dunia menurut Jimly Asshiddiqie
kekuasaan kehakiman. Namun, memiliki latar belakang yang
adanya peran judicial review yang berbeda-beda. Namun secara umum
dimiliki oleh Mahkamah Agung dan urgensi keberadaannya selalu
Mahkamah Konstitusi memberikan dibutuhkan dalam masa-masa transisi
catatan tersendiri bagi Mahfud MD., sebuah negara yang otoriter menuju
yaitu:32 bangsa yang demokratis. Keberadaan
1. Dalam konteks gagasan tentang Mahkamah Konstitusi dalam masa-
Mahkamah Konstitusi di masa yang seperti itu lebih untuk
Indonesia, idealnya MK berfungsi menyelesaikan konflik antar lembaga
untuk menjamin konsistensi negara karena dalam proses
peraturan perundang-undangan perubahan menuju negara yang
sehingga lembaga ini hanya demokratis tidak bisa dihindari
memeriksa konflik peraturan munculnya pertentangan antar
perundang-undangan mulai dari lembaga negara.33
yang paling tinggi sampai yang
paling rendah derajatnya. Oleh Begitu besarnya persoalan-
sebab itu, kewenangan uji materi persoalan yang harus diselesaikan
di bawah undang-undang terhadap oleh Mahkamah Konstitusi sehingga
peraturan perundang-undangan setiap keputusannya pasti
yang lebih tinggi lebih ideal jika menghasilkan perdebatan pro dan
diberikan kepada MK, dengan ide kontra. Biasanya perdebatan itu
ini maka konsistensi dan muncul oleh para pihak yang
sikronisasi semua peraturan bersengketa dan para ahli yang
perundang-undangan secara linear memiliki perbedaan perspektif dalam
ada di satu lembaga, yaitu melihat sebuah putusan. Selain dari
Mahkamah Konstitusi. alasan persoalan yang besar sehingga
2. Idealnya harus ada pemisahan membuat putusan Mahkamah
kewenangan antara MK dan MA. Konstitusi menarik tetapi terkadang
MA menangani semua konflik juga putusannya yang memang
peristiwa antar person dan/atau kontroversial.
antar rechtperson sehingga
Seperti putusan judicial
masalah hasil pemilu dan
review Mahkamah Konstitusi Nomor
pembubaran PARPOL dan
003/ PUU/ -IV/ 2006 yang mencabut
sebagianya menjadi kewenangan
pemberlakuan sifat melawan hukum
MA, dan MA dibebaskan dari
secara materiil dalam UU Nomor 31
kewenangan menguji materi
tahun 1999. Menurut keterangan para
perundang-undangan.
ahli dijelaskan bahwa putusan itu

33
Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan
31
Lihat BAB IX UUD 1945 Indonesia: Kajian Terhadap Dinamika
32
Moh. Mahfud MD. Konstitusi...Op.cit, Perubahan UUD 1945, FH UII Press,
hlm. 262 Yogyakarta, 2003, hlm. 223

89
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

adalah putusan ultra petita karena Montesqieu yaitu kekuasaan


putusan itu memutuskan sesuatu eksekutif, legislative, dan yudikatif.
yang tidak dimintakan oleh para
pemohon. Atau putusan Mahkamah Mahkamah konstitusi jika
Konstitusi yang membentuk aturan dilihat dari kewenangan dan praktek
baru seperti putusan tentang system yang selama ini terjadi condong
pemilu. Tiba-tiba Mahakamah menjadi lebaga tertinggi negara
Konstitusi memutuskan membuat karena pengimbangan kuasa atas
aturan KTP boleh menjadi alat bukti dirinya terjadi sangat minimal
memiliki hak suara dan suara (hampir tidak ada). Kontrol
terbanyak sebagai pemenang padahal kekuasaan MK hanya terjadi ketika
sebelumnya diurutkan oleh nomor perekrutan hakim. Selain dari pada
urut dalam daftar calon legislative. itu Mahkamah Konstitusi sangatlah
superior. Indikatornya adalah adanya
Terkait dengan wewenang putusan ultrapetita; beralihnya
Mahkamah Konstitusi yang harus negative legislator menjadi positif
mengadili presiden dalam hal legislator; sifat putusannya yang
presiden didakwa oleh DPR telah langsung fynal and binding; dalam
melakukan tindak pidana atau hal sidang pemakzulan presiden
yang membuatnya tidak lagi Mahkamah Konstitusi berwenang
memenuhi syarat menjadi presiden. mengadili perkara pidana presiden.
Dengan demikian maka Mahkamah
Konstitusi tidak lagi hanya sebagai
pengawal konstitusi tetapi juga
D. DAFTAR PUSTAKA
menjadi pengadilan pidana. Belum
lagi dengan “diperbolehkannya” MK
memutuskan dengan sifat ultrapetita BUKU:
yang akhirnya akan membuka pintu
bagi keluarnya keputusan “liar” A. Mukti Arto, Konsepsi Ideal
hakim MK. Mahkamah Agung,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001.
C. KESIMPULAN Bintan R. Saragih Dkk., Ilmu
Negara, Edisi Revisi, cetakan
Berdasarkan uraian diatas ke-empat, Jakarta, Gaya
maka dapat kita ketahui bahwa Media Pratama, 2000
system yang digunakan oleh Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara
Konstitusi Indonesia adalah system Hukum Yang Demokratis,
distribusi kekuasaan atau pemisahan Jakarta, Sekretariat Jenderal
kekuasaan formil dan bukan dan Kepaniteraan Mahkamah
pemisahan kekuasaan secara mutlak Konstitusi, 2008
sebagaimana yang dimaksud oleh Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu
Montesqieu. Tetapi model kekuasaan Politik, Jakarta, Gramedia,
yang digunakan adalah memang 1977
seperti apa yang dikonsepsikan oleh Muhammad Alim, Trias Politica
Dalam Negara Madinah,

90
Vol. VI No. 2 Juli Tahun 2021 No. ISSN 2807-1832

Jakarta Pusat Sekretariat JURNAL:


Jendral dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi, 2008 Jurnal Konstitusi Vol. III No. 1, Juni
Moh. Mahfud MD., Konstitusi dan 2010, Mahkamah Konstitusi,
Hukum Dalam Konstroversi Jakarta.
Isu, Jakarta, Rajawali Press, WEBSITE:
2009
http://fatahilla.blogspot.com/2011/10
Munir Fuady, Teori negara Hukum
/konsep-pemisahan-kekuasaan-
Modern (Rechstaat),
dan.html
Bandung, PT Refika
Aditama, 2009
Ni’matul Huda, Lembaga Negara
dalam Masa Transisi
Demokrasi, Yogyakarta: UII
Press, 2007.
------------------, Politik
Ketatanegaraan Indonesia:
Kajian Terhadap Dinamika
Perubahan UUD 1945,
Yogyakarta, FH UII Press,
2003
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi
Hukum Tata Negara
Indonesia Pasca Amandemen
UUD 1945, Cetakan Kedua,
Jakarta, Kencana Prenada
Media Group, 2011

MAKALAH:
Sri Sumantri, “Kekuasaan dan
Sistem Pertanggungjawaban
Presiden Pasca Perubahan
UUD 1945”, Makalah,
Seminar Sistem Pemerintahan
Indonesia Pasca Amandemen
UUD 1945 yang
diselenggarakan oleh
Depkimham bekerja sama
dengan Fakultas Hukum
Unair dan Kanwil
Depkimham Provinsi Jawa
Timur di Surabaya pada
tanggal 9-10 Juni 2004

91

Anda mungkin juga menyukai