Anda di halaman 1dari 6

Vol. 7 No.

1, Desember 2016 ISSN 2087 - 5576

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM INDUSTRI PARIWISATA


Studi Kasus: Perlindungan Hukum Pemanfaatan Local Genius dalam Produk
Pengusaha Lokal

Putri Kusuma Sanjiwani


Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
Surel : kusuma.sanjiwani@gmail.com

ABSTRACT

Local entrepreneurs are still relatively weak in protecting their rights in the Intellectual
Property Rights (IPR) to maintain the value and economic benefits of the work or product that they
produce. These weaknesses affect many parties/foreign entrepreneurs who are trying to register their
works as IPR foreign entrepreneurs. This study used empirical research by analyzing problems that
occur in the field. The purpose of this study is to find out the root problems that occur in the work of
local entrepreneurs that is claimed by the parties/foreign businessmen.
The results showed that a local genius with anonymous ownership is claimed to be state
ownership, while exploiting local genius as a result of new work, new findings and packaging into a
product of private or individual ownership. Type of awareness of local entrepreneurs in obtaining
intellectual property rights depends on the intended target market. The law in Indonesia is only able
to protect the intellectual property rights in our country, however if it is claimed in other countries,
Indonesia law could not intervene or protect it.

Keywords: local genius, intellectual property rights, enterpreneurs

I. PENDAHULUAN Hasil karya/produk yang dihasilkan


Pariwisata merupakan sebuah industri pengusaha lokal memiliki nilai ekonomi apabila
yang sudah cukup lama dilakoni atau didalami memiliki nilai kebaharuan. Nilai kebaharuan
oleh masyarakat Bali. Perputaran waktu telah tersebut akan memberikan sebuah kepemilikan
membuka mata dan membuat masyarakat tak benda yaitu hak. Hak tersebut berupa HAKI
berusaha untuk dapat sejajar dengan investor dikenal secara internasional dengan penyebutan
atau pengusaha luar/asing dalam menikmati Intellectual Property Right (IPR). Hak
keuntungan dalam industri pariwisata. Mereka Kekayaan Intelektual adalah hak untuk
tidak lagi menjadi seorang penontot dan tenaga menikmati secara ekonomis hasil dari suatu
kerja tetapi sudah mulai bangkit dengan kreativitas intelektual (Dirjen HAKI, 2013).
munculnya masyarakat lokal sebagai pelaku Hasil karya/produk yang dipasarkan di sektor
pariwisata yang bergerak di pangsa pasar Usaha pariwisata secara otomatis akan menyentuh
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan pasar global karena konsumen terbesar dari
pemasaran produk secara retail. Masyarakat pengusaha lokal di sektor pariwisata Bali adalah
semakin kreatif dan menunjukkan geliat tumbuh wisatawan khususnya wisatawan mancanegara.
pesatnya usaha ekonomi kreatif di sektor Masyarakat yang menjadi pelaku
pariwisata. Produk atau hasil karya mereka pariwisata sebagian besar tidak terlalu
sebagaian besar memanfaatkan local genius atau memahami pentingnya pendaftaran HAKI untuk
budaya tradisional yang sudah ada sejak dahulu hasil karya/produk yang mereka
dan diwariskan secara turun-temurun. Local hasilkan/ciptakan. Pihak luar seperti pengusaha
genius memberikan nilai keunggulan, nilai asing, membaca dengan baik permasalahan ini
keunikan, dan nilai estetika di dalam produk- dan mencoba melakukan klaim atas
produk lokal yang dipasarkan di dalam industri pemanfaatan atau penggunaan local genius Bali
pariwisata. Penggunaan seni anyaman dan patra seperti patra Bali sebagai milik mereka.
Bali merupakan local genius yang kerap Permasalahan ini menyebabkan pengusaha lokal
dimanfaatkan baik sebagai inspirasi atau yang sudah memiliki eksistensi dan menembus
dituangkan secara utuh ke dalam sebuah hasil pasar internasional menjadi dikebiri haknya.
karya/ produk.

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 13


ISSN 2087 - 5576 Vol. 7 No. 1, Desember 2016

II. METODE PENELITIAN Sebelum dipasarkan secara retail, perlu adanya


Penelitian ini menggunakan metode perlindungan nilai ekonomi dari hasil
penelitian hukum empiris dengan menganalisis karya/produk tersebut berupa pendaftaran Hak
isu atau permasalahan yang terjadi di ranah Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk menjamin
sosial atau di lapangan dengan teori hak asasi hasil karya/produk hasil karya masyarakat lokal
manusia, teori keadilan, teori reward dan mempunya kekuata hukum tetap dalam ide-ide
konsep hak kekayaan intelektual. Sumber bahan atau design yang mereka buat. Industri
hukum menggunakan sumber bahan hukum pariwisata di Indonesia kerap bersinggungan
primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan beberapa jenis HAKI yaitu hak cipta,
menggunakan teknik observasi, wawancara dan hak paten, hak merk dan desain industri.
dokumentasi. Teknik analisis bahan hukum
menggunakan teknik analisis dan teknik Tabel 1. Jenis-Jenis HAKI
evaluasi.
III. HASIL PEMBAHASAN Bentuk
No. Definisi
Industri pariwisata adalah industri yang HAKI
menghasilkan produk atau barang dan jasa 1 Hak Cipta Hak Cipta merupakan hak eksklusif
melibatkan berbagai bidang kegiatan ekonomi (Undang- pencipta yang timbul secara otomatis
Undang berdasarkan prinsip deklaratif setelah
yang produktif untuk mendukung usaha di No. 28 suatu ciptaan diwujudkan dalam
bidang pariwisata, baik langsung maupun tidak Tahun bentuk nyata tanpa mengurangi
langsung (Arjana, 2015). Usaha ekonomi kreatif 2014) pembatasan sesuai dengan ketentuan
merupakan kegiatan ekonomi produktif yang peraturan perundang-undangan
berkembang dengan pesat di sektor pariwisata. 2 Hak Paten Hak Paten adalah hak eksklusif yang
Pada masa kepemimpinan Bapak Susilo (Undang- diberikan oleh Negara kepada
Undang inventor atas hasil invensinya di
Bambang Yudhoyono, pemerintah pusat No. 14 bidang teknologi, yang untuk
melakukan tindakan penggabungan Kementrian Tahun selama waktu tertentu melaksanakan
Pariwisata dengan Kementrian Ekonomi Kreatif 2001) sendiri Invensinya tersebut atau
menjadi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi memberikan persetujuannya kepada
pihak lain untuk melaksanakannya
Kreatif karena pariwisata dipandang memiliki
3. Hak Merk Merek adalah tanda yang berupa
hubungan yang kuat dan tidak dapat dipisahkan (Undang- gambar, nama, kata, huruf-huruf,
dengan ekonomi kreatif. Kekuatan industri Undang angka-angka, susunan warna, atau
pariwisata mampu menggerakkan poros No. 15 kombinasi dari unsur-unsur tersebut
komoditi lokal dan nasional yang berbasis Tahun yang memiliki daya pembeda dan
2001) digunakan dalam kegiatan
masyarakat lokal dari hulu sampai hilir. Ide-ide perdagangan barang atau jasa.
kreatif masyarakat lokal terus berkembang dan 4. Desain Desain Industri adalah suatu kreasi
menjadikan usaha ekonomi kreatif sebagai Industri tentang bentuk, konfigurasi, atau
usaha pendukung dari 13 usaha pariwisata yang (Undang- komposisi garis atau warna, atau garis
telah ditetapkan dalam Undang-Undang Undang dan warna, atau gabungan
No. 31 daripadanya yang berbentuk tiga
Kepariwisataan. Tahun dimensi atau dua dimensi yang
Indonesia merupakan negara yang 2000) memberikan kesan estetis dan dapat
berkecimpung secara totalitas di industri diwujudkan dalam pola tiga dimensi
pariwisata. Bali merupakan provinsi yang sudah atau dua dimensi serta dapat dipakai
tidak asing lagi dengan pasar global karena untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas industri, atau
pariwisata secara tidak langsung telah membuat kerajinan tangan
hubungan antar lintas negara di dunia. Industri
pariwisata menganut asas persaingan usaha
Hak Kekayaan Intelektual dilindungi
yang sehat atau fair competition. Setiap hasil
oleh hukum Indonesia dan juga secara
karya/produk yang dihasilkan oleh pengusaha
internasional. Indonesia merupakan anggota dari
lokal berhak dipasarkan di sektor pariwisata,
Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO).
berdampingan dengan produk-produk bertaraf
Indonesia menandatangani dokumen konvensi
internasional. Begitu juga sebaliknya,
internasional TRIPs (Agreement on Trade
pengusaha asing yang ingin memasarkan produk
Related Aspects of Intellectual Property Rights)
mereka juga bebas mencari pelung bisnis di
dan merativikasi TRIPs kedalam peraturan
Indonesia dan bersaing secara sehat. Sasaran
perundang-undangan Indonesia. Organisasi
pasar pengusaha lokal adalah pasar pariwisata
WIPO dalam dokumen TRIPs hanya mengatur
dengan menjual produk mereka secara retail.

14 Jurnal Ilmiah Hospitality Management


Vol. 7 No. 1, Desember 2016 ISSN 2087 - 5576

HAKI secara general dan mewajibkan negara- Patra ilut, patra fleur, dan patra batu kali
negara anggota untuk merativikasi TRIPs agar menjadi salah satu patra favorit yang digunakan
HAKI disetiap negara dapat terlindungi dari oleh pengusaha lokal dalam hasil karya/produk
tindakan tidak bertanggungjawab yang dapat mereka.
merugikan pemilik ide/design sebuah karya.
Produk pengusaha lokal yang
dipasarkan di sektor pariwisata memanfaatkan
local genius sebagai pedoman (pakem) yang
menghasilkan sebuah produk dengan nilai
keunikan dan dibuat dengan hand made
sehingga memberikan nilai jual yang tinggi.
Local genius yang lahir dari kebudayaan
Indonesia baik berupa kebudayaan tangible
maupun intangible dianggap sebagai sebuah
pengetahuan bagi pengusaha lokal di Bali. Local
genius adalah pengetahuan tradisional yang
diciptakan untuk kepentingan masyarakat lokal Gambar 2. Patra Ilut
dan berorientasi pada masyarakat lokal.
Perwujudan local genius yang kerap Beberapa pengusaha lokal Bali yang
dimanfaatkan oleh pengusaha pariwisata adalah memanfaatkan local genius adalah:
motif-motif anyaman dan patra-patra Bali. Hasil
karya/produk yang dihasilkan dari pemanfaatan 1. Ni Luh Djelantik
local genius tersebut wajib untuk didaftarkan
untuk memperoleh HAKI. Sebuah hasil
karya/produk yang dihasilkan, disamping
merupakan sebuah kreasi baru tetap mengadopsi
kebudayaan asli Indonesia yang harus
dipertahankan. HAKI lebih berorientasi kepada
kepemilikan secara private (individu). Pemilik
HAKI akan menikmati nilai ekonomi dari setiap 2. Putu Aliki
hasil karya/produk yang mereka daftarkan ke
Dirjen Hak Kekayaan Intelektual.
Beberapa pengusaha yang berada di
tataran UMKM sebagai pengusaha yang
bergerak di usaha adi busana/fashion dan
kerajinan jewelry menggunakan motif anyaman
dan patra Bali sebagai nilai keunggulan produk
mereka. Teknik anyaman gedek atau lebih
dikenal dengan anyaman yang digunakan untuk
bilik bangunan tradisional di Bali menjadi
teknik anyaman favorit yang diimplementasikan
kepada usaha adi busana/fashion dan usaha
kerajinan seperti pembuatan tas, sepatu, dan
jewelry. 3. Komang Tri

Gambar 1. Anyaman Gedek

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 15


ISSN 2087 - 5576 Vol. 7 No. 1, Desember 2016

Nilai jual hasil karya/produk yang Pengusaha asing melakukan klaim


dihasilkan pengusaha lokal dengan dengan dua cara yaitu:
memanfaatkan local genius dan pembuatan 1. Pengusaha asing yang berkecimpung di
yang masih menggunakan tangan manusia atau industri pariwisata Bali menggunakan motif
handmade memberikan nilai jual yang tinggi anyaman atau patra Bali sebagai inspirasi
untuk produk tersebut. Ni Luh Djelantik mereka dan mengadopsinya kedalam hasil
merupakan salah satu pengusaha lokal yang karya/produk yang mereka ciptakan dan
kehilangan HAKI berupa Hak Paten dan Hak didaftarkan di Indonesia dan di luar negeri.
Merk dalam usaha sepatunya yang dirintis 2. Pengusaha asing yang berbisnis di luar Bali
pertama kali dengan brand NILOU. mematenkan hasil karya/produk yang
Keterlambatan Ni Luh dalam mendaftarkan diciptakan masyarakat lokal Bali di negara-
HAKI terhadap produk, brand NILOU dan negara lain di dunia yaitu di negara dimana
karya-karya yang telah dia hasilkan membuat hasil karya/produk tersebut dipasarkan
kerja kerasnya selama ini kandas akibat klaim sebagai milik pengusaha asing.
yang dilakukan Pengusaha Asing. Adapun juga Melihat dari perilaku masyarakat lokal
patra Bali yaitu patra Bunga (fleur) dan patra dan pengusaha di Bali, ada tiga tipe pemikiran
Bali Batu Kali di klaim dan dimiliki oleh Guy atas kesadaran terhadap HAKI yaitu:
Rainier Gabriel Bedarida, warga negara asing 1. Pengusaha lokal yang memasarkan produk
berkebangsaan Prancis yang bermukim di Bali. hanya sebagatas pasar regional di Indonesia,
Salah satu pengerajin jewelry di Celuk mereka sebagain besar minim akan
memanfaatkan salah satu patra tersebut dan pengetahuan HAKI dan tidak terlalu
diimplementasikan dalam sebuah produk, tanpa mempermasalahkan HAKI. Sedikit dari para
diketahui oleh masyarakat lokal, ternyata patra pengusaha lokal yang mendaftarkan hasil
tersebut sudah di klaim oleh pihak luar (orang karya/produk mereka ke Dirjen HAKI.
asing) sebagai HAKI mereka. Klaim yang Masyarakat lokal menganggap, semakin
terjadi untuk patra Bali mengakibatkan dampak banyak orang yang memanfaatkan local
bahwa masyarakat tidak dapat menggunakan genius mereka maka semakin besar manfaat
local genius mereka lagi sebagai kebudayaan keilmuan dari local genius tersebut.
tradisional asli mereka. Masyarakat lokal kurang menghargai
Pengusaha asing yang datang ke Bali produk lokal walaupun produk itu sudah
ada dua tipe: dikemasi sesuai standar internasional dan
1. Wisatawan yang pada awalnya memiliki masyarakat lokal lebih memilih untuk
tujuan datang untuk berwisata ke Bali secara mengikuti pola masyarakat metropolis di
spontan merubah haluan mereka untuk belahan barat.
melakukan kegiatan bisnis di Bali. Mereka 2. Pengusaha lokal yang memasarkan produk
melihat adanya peluang bisnis dari sisi mereka pada pasar Asia Tenggara – Asia
minimnya kesadaran masyarakat untuk Pasifik menyadari pentingnya HAKI untuk
melindungi nilai ekonomi dari sebuah hasil hasil karya/ produk yang telah mereka
karya/produk. hasilkan. Pengusaha lokal masih tergolong
2. Pengusaha yang datang ke Bali untuk tujuan setengah hati dalam hal ini, sebagian aktif
berbisnis yang sudah direncanakan, akhirnya dalam pendaftaran HAKI mereka dan
melihat adanya peluang baru untuk sebagian masih pasif dalam pendaftaran
melebarkan usaha dalam pemasaran produk HAKI mereka.
lokal. 3. Pengusaha lokal yang memasarkan produ
3. Wisatawan yang jatuh cinta dengan mereka pada pasar Eropa dan Amerika
keindahan Bali dan memutuskan untuk (USA) sangat menyadari pentingnya HAKI
menetap dan hidup di Bali. Mereka akan karena persaingan yang sangat ketat dan
mencoba melakukan kegiatan usaha untuk kejam. Pengusaha lokal sangat aktif dalam
dapat bertahan hidup di Bali, maka perlindungan HAKI atas hasil karya/ produk
muncullah peluang-peluang yang terbuka yang mereka hasilkan. Ada beberapa orang
lebar tanpa ada pengawasan yang ketat dari yang mungkin mengalami ketidak
pemerintah dan minimnya kesadaran beruntungan dalam pasar Eropa dan USA
masyarakat setempat akan pentingnya aset- seperti Ni Luh Djelantik dan Suarti
aset kebudayaan. (pengusaha jewelry). Kasus Ni Luh dan
Suarti (pengusaha jewelry) telah banyak

16 Jurnal Ilmiah Hospitality Management


Vol. 7 No. 1, Desember 2016 ISSN 2087 - 5576

membuka mata masyarakat lokal Indonesia negara di dunia memiliki kedaulatan mereka
untuk peka dan lebih berhati-hati. masing-masing. Tidak ada hukum internasional
Pariwisata tidak dapat lepas dari sebuah atau pengadilan yang mengatur pelanggaran
hukum yang mengatur stabilitas pariwisata, HAKI atau menjadi polisi HAKI. Sebuah
khususnya pariwisata Indonesia. Adanya konvensi hanya mengatur HAKI secara
hubungan yang sangat erat antara HAKI dengan general/umum bagi negara-negara anggota
pariwisata memberikan banyak isu yang harus sebuah organisasi internasional dan
segara diselesaikan oleh pemerintah Indonesia. menandatangani dokumen konvensi tersebut.
Hak Kekayaan Intelektual di kalangan Perlindungan hukum terhadap HAKI dapat
pengusaha lokal terhadap hasil karya/produk diberikat di negara lain kepada pengusaha lokal
yang memanfaatkan kearifan lokal hanya apabila pengusaha lokal mendaftarkan hasil
menjadi salah satu isu HAKI. Kebudayan yang karya/produk mereka di negara-negara yang
di klaim oleh negara tetangga juga memerlukan mendistribusikan, memasarkan dan
tanggapan yang sangat serius dari pemerintah menggunakan hasil karya/produk pengusaha
Indonesia. Tidak dapat dibayangkan apabila lokal.
Indonesia krisis akan kepemilikan kebudayaan Budaya asli Indonesia dan hasil
yang diakui secara Internasional, harapan akan karya/produk masyarakat lokal yang
industri pariwisata akan kandas perlahan-lahan memanfaatkan kebudayaan memiliki rumah
karena budaya merupakan aset tersebar yang berbeda dalam pendaftaran HAKI. Banyak
pariwisata Indonesia. dari masyarakat yang belum mengerti apa
Hukum Indonesia hanya mampu perbedaan dari mendaftarkan HAKI kebudayaan
melindungi HAKI dalam ranah regional dengan pendaftaran hasil karya/produk yang
Indonesia. Hukum Indonesia tidak berlaku di memanfaatkan local genius Indonesia. Berikut
negara lain, hukum Indonesia tidak dapat perbedaan perlindungan HAKI untuk kebudayan
melakukan intervensi terhadap hukum negara Indonesia dengan hasil karya/produk yang
lain dan Indonesia tidak dapat mencampuri memanfaatkan local genius Indonesia.
urusan dalam negeri negara lain karena setiap

Tabel 2. Perbedaan Hak Kekayaan Intelektual antara Kebudayaan dengan Hasil Karya/ Produk
Pengusaha Lokal

No Kebudayaan Asli Indonesia Produk Pengusaha Lokal


1. • Budaya Indonesia miliki bentuk • Produk-produk atau karya-karya yang dihasilkan
tangible dan intangible memiliki bentuk tangible dan intangible
• Budaya Indonesia merupakan • Pengusaha lokal memanfaatkan kearifan lokal atau
warisan budaya dan diwariskan budaya Indonesia untuk dikolaborasikan menjadi suatu
secara turun-temurun di masyarakat karya atau produk baru dengan nilai kebaharuan
adat Indonesia
2 Kepemilikan hak kekayaan intelektual Kepemilikan hak kekayaan intelektual dimiliki
dalam status anonim (tidak diketahui perseorangan dan diketahui siapa pemiliknya
siapa penciptanya)
3. Pengajuan klaim budaya Indonesia Pengajuan hak kekayaan intelektual dilakukan oleh si
dilakukan oleh negara pencipta atau si penemu
4. • Memperoleh pengakuan warisan • Memperoleh hak kekayaan intelektual terhadap sebuah
budaya Indonesia sebagai sebuah karya atau produk yang diciptakan atau ditemukan oleh
budaya asli milik Indonesia diajukan pengusaha lokal akan didaftarkan ke Direktorat Jenderal
ke organisasi internasional yaitu Hak Kekayaan Intelektual Republik Indonesia
United Educational, Scientific and • Klaim terhadap sebuah karya atau produk yang
Culture Organization (UNESCO) diciptakan atau ditemukan oleh pengusaha lokal hanya
• Klaim terhadap budaya ini akan berlaku pada setiap negara dimana pengusaha lokal
diakui oleh negara-negara anggota mendaftarkan dirinya sebagai pemegang hak kekayaan
UNESCO intelektual terhadap sebuah karya atau produk yang
diciptakan atau ditemukan

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 17


ISSN 2087 - 5576 Vol. 7 No. 1, Desember 2016

No Kebudayaan Asli Indonesia Produk Pengusaha Lokal


5. Masa waktu atau jangka waktu klaim Terdapat masa waktu atau jangka waktu klaim terhadap hak
terhadap budaya Indonesia di UNESCO kekayaan intelektual sesuai dengan hak yang diajukan
berlaku tidak terbatas

Pemerintah dan pengusaha lokal juga yang dikelompokkan dalam kelompok tangible
memiliki agenda tahunan tetap atau pembuatan dan intangible sebagai database budaya
event untuk memberikan penanaman brand Indonesia. Melakukan inventarisasi budaya
awareness dan publikasi terhadap hasil bertujuan untuk mempermudah
karya/produk pengusaha lokal dengan sasaran pengklasifikasian atau pengkategorian sesuai
konsumen yaitu wisatawan. Berikut event yang dengan standar yang dikeluarkan oleh World
dilakukan pada tahun 2016 Intelectual Property Organization (WIPO) dan
1. Pesta Kesenian Bali 2016 (11 Juni – 9 Juli mempermudah UNESCO dalam meloloskan
2016) klaim budaya asli Indonesia.
2. HIPMI Fashion Week 2016 (21 Juli – 31 DAFTAR PUSTAKA
Juli 2016) Afrillyana Purba. 2012. Pemberdayaan
3. Celuk Jewelry Festival 2016 (13-14 Perlindungan Hukum Pengetahuan
Agustus 2016) Tradisional dan Ekspresi Budaya
IV. SIMPULAN DAN SARAN Tradisional sebagai Sarana Pertumbuhan
Kebudayaan Indonesia merupakan Ekonomi Indonesia. Bandung: PT
intelektual yang dapat digunakan dan Alumni.
dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat di Bagus Arjana, I Gusti Bagus. 2015. Geografi
Indonesia, khususnya masyarakat adat secara Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Depok:
bebas, cuma-cuma/gratis. Masyarakat lokal PT Raja Grafindo.
dengan kreatifitas yang tinggi menghasilkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 31
karya-karya adi luhung yang dipasarkan pada Tahun 2000 tentang Desain Industri
industri pariwisata. Hasil karya/produk para (Lembaran Negara Republik Indonesia
pengusaha lokal yang sebagian besar masuk di Tahun 2000 Nomor 243)
dalam unit UMKM. Nilai ekonomi HAKI dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14
nilai jual hasil karya/produk pengusaha lokal Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran
menyebabkan ketertarikan pengusaha asing Negara Republik Indonesia Tahun 2001
untuk memnfaatkan produk tersebut dengan No. 4130)
melakukan tidakan curang melalui klaim atas Undang-Undang Republik Indonesia No.15
HAKI, baik dilakukan klaim di Indonesia Tahun 2001 tentang Merek (Lembaran
sendiri ataupun di negeri lain. Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Perlu adanya penanaman pemahaman No. 110)
bari masyarakat dan pengusaha lokal dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 28
pentingnya kepemilikan HAKI baik pengusaha Tahun 2014 tentang Hak Cipta
lokal yang memasarkan produknya di dalam (Tambahan Lembaran Negara Republik
negeri ataupun di luar negeri. Pengusaha lokal Indonesia No. 5599)
juga harus bersikap aktif mendaftarkan HAKI World Intelectual Property Organization. 2016.
mereka di negara-negara lainnya, dimana hasil Understanding Industrial Property.
karya/produk tersebut dipasarkan. Pemerintah Switzerland: WIPO Publicatin.
perlu melakukan kegiatan inventarisasi budaya

18 Jurnal Ilmiah Hospitality Management

Anda mungkin juga menyukai