Anda di halaman 1dari 13

Keterampilan Klinik

BEBAS ANEMIA PADA IBU HAMIL

Oleh:

Jordhi Valentino Putra Hutagaol


220141010061

Masa KKM: 27 Maret 2023 – 07 Mei 2023


Masa Stase Puskesmas: 03 April 2023 – 14 April 2023

Dosen Pembimbing:
dr. Iyone E. T. Siagian, M.Kes, Sp.KKLP

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Keterampilan Klinik Mengenai Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di


Puskesmas Wawonasa

Oleh:
Jordhi Valentino Putra Hutagaol
220141010061

Masa KKM: 27 Maret 2023 – 07 Mei 2023


Masa Stase Puskesmas: 03 April 2023 – 14 April 2023

Telah dilaksanakan pada tanggal 13 April di Puskesmas Bahu

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Bahu

dr. Hesky Lintang

Dosen Pembimbing

dr. Iyone E. T. Siagian, M.Kes, Sp.KKLP

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2

A. Definisi.......................................................................................................2

B. Epidemiologi..............................................................................................2

C. Etiologi.......................................................................................................3

D. Tanda dan Gejala.......................................................................................3

E. Patofisologi................................................................................................4

F. Diagnosis....................................................................................................5

G. Klasifikasi..................................................................................................6

H. Tatalaksana................................................................................................7

I. Pencegahan................................................................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan


makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak
stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya
kemampuan tubuh untuk bekerja secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering
mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai
macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa
wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.
Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh
semasa mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan
kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada biasanya.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65%
yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang
paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya
20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih
tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen.
Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung.
Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular.
Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya,
preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah
pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik.
Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa
hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi. Dua puluh persen (20%) sisanya
mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk
anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang


beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Sebagai akibat, ada
penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama
kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi
besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi
yang tidak jarang adekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I
dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. Anemia dalam kehamilan
yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif
mudah, bahkan murah.
B. Epidemiologi

Kejadian anemia atau kekurangan darah pada ibu hamil di


Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu sebanyak 48,9% (menurut
Kemenkes RI tahun 2019). Kondisi ini mengatakan bahwa anemia cukup
tinggi di Indonesia dan menunjukkan angka mendekati masalah kesehatan
masyarakat berat (severe public health problem) dengan batas prevalensi
anemia lebih dari 40%. Anemia bukan hanya berdampak pada ibu,
melainkan juga pada bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan
kemungkinan besar mempunyai cadangan zat besi yang sedikit atau
bahkan tidak mempunyai persediaan sama sekali, sehingga akan
mengakibatkan anemia pada bayi yang dilahirkan. Dampak anemia pada
ibu hamil dapat diamati dari besarnya angkat kesakitan dan kematian
maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian janin, serta
peningkatan resiko terjadinya berat badan lahir rendah.

2
C. Etiologi

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi


besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling
berinteraksi. Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.      Kurang gizi (malnutrisi)
2.      Kurang zat besi dalam diet
3.      Malabsorpsi
4.      Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-
lain

D. Tanda dan Gejala

Gejala dan tanda yang umum pada anemia adalah rasa


lemah,lesu,cepat lelah, telinga mendenging, mata berkunang kunang, kaki
terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia. Muka tampak pucat dapat dilihat
pada konjungtiva,mukosa mulut,telapak tangan dan jaringan di bawah
kuku. Sindrom anemia bersifat tidak spesifik karena juga bisa diakibatkan
oleh penyakit lain selain anemia dan tidak sensitif karena timbul setelah
penurunan hemoglobin yang berat (Hb< 7 gr/dl). Gejala anemia pada
kehamilan ibu hamil merasa cepat lelah, sering pusing, palpitasi, mata
berkunang kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia)
konsentrasi hilang,nafas pendek (pada anemia parah), keluhan mual
muntah lebih hebat pada hamil muda, perubahan jaringan epitel kuku,
gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan
pembesaran kelenjar limpa.Ini diakibatkan karena kurang masuknya unsur
zat besi dalam makanan,karena gangguan reabsopsi,gangguan pencernaan
atau karena banyaknya zat besi yang keluar dari badan seperti pada
perdarahan.
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh
a. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang yang
disebabkan karena kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit yang
terbagi menjadi anemia defisiensi besi, anemia defisiensi asam folat dan
anemia defisiensi vitamin B12. Diakibatkan juga gangguan penggunaan

3
(utilisasi) besi yaitu anemia akibat penyakit kronik dan anemia
sideroblastik. Disebabkan juga karena kerusakan sumsum tulang antara
lain anemia aplastik, anemia mieoplastik, anemia pada keganasan
hematologi, anemia diseritropoetik dan anemia pada sindrom
mielodisplastik. Kehilangan darah juga bisa menjadi penyebab anemia.
b. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya
(hemolisis)
c. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan
patogenesis yang komplek
E. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum


tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system
fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai
rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi
darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika
suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting,.

4
F. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi pada kehamilan


diperlukan metode pemeriksaan yang akurat dan kriteria diagnosis yang
tegas. Para peneliti telah menyetujui bahwa diagnosis anemia defisiensi
besi ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang
yaitu pemeriksaan darah dan sumsum tulang. Gejala klinis anemia
defisiensi besi dalam kehamilan tidak spesifik, kecuali dalam keadaan
anemia berat. Kelelahan adalah gejala yang paling umum. Pasien biasanya
Gejala klinis anemia defisiensi besi dalam kehamilan tidak spesifik,
kecuali dalam keadaan anemia berat. Kelelahan adalah gejala yang paling
umum. Pasien biasanya mengeluhkan pucat, lemah, sakit kepala, palpitasi,
sering pusing, sesak dan iritabilitas. Anemia defisiensi besi juga dapat
mengganggu pengaturan suhu tubuh, sehingga wanita hamil mudah
merasa kedinginan. Pada keadaan terjadinya penurunan simpanan zat besi
sebelum terjadi penurunan hemoglobin dapat menimbulkan gejala lemah,
iritabilitas dan susah berkosentrasi. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan untuk diagnosis anemia defisiensi besi adalah :
 Hemoglobin. Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan
suatu ukuran kwantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi. Untuk
mengidentifikasi anemia defisiensi besi pemeriksaan Hb dan hematokrit
biasanya diukur sekaligus. Pemeriksaan Hb sensitifitasnya 80-90% dan
spesifisitasnya 65-990/0.
 Pemeriksaan hapusan darah perifer.. Pemeriksaan hapusan darah perifer
dilakukan secara manual. Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali
dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel darah merah.
Pada defisiensi besi terjadi penurunan jumlah retikulosit.
 Pemeriksaan sumsum tulang. Masih dianggap sebagai standar emas untuk
penilaian cadangan besi, walaupun mempunyai beberapa keterbatasan.
Pemeriksaan histologis sumsum tulang untuk menilai jumlah hemosiderin
dalam sel reticulum. Tanda karakteristik dari kekurangan zat besi adalah
tidak ada besi retikuler. Pengujian sumsum tulang adalah suatu tindakan
infasive sehingga sedikit dipakai untuk mengevaluasi cadangan besi dalam

5
populasi umum. NHANES (National Health And Nutrition Examination
Survey) membuat diagnosis Defisiensi Zat Besi bila didapati 2 dari 3
pemeriksaan laboratorium tidak normal, meliputi :
1 . Eritrosit Protoporphirin
2. Jenuh transferin
3. Serum ferritin
G. Klasifikasi

Klasifikasi anemia pada kehamilan adalah:


 Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Diagnosa anemia
defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunangkunang
dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachili,
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Klasifikasi anemia menurut kadar haemoglobin pada ibu hamil menurut
WHO (2011): 1) Hb ≥ 11,0 g/dL : Tidak Anemia 2) Hb 10,0 – 10,9
g/dL : Anemia Ringan 3) Hb 7,0 – 9,9 g/dL : Anemia Sedang 4) Hb <
7,0 g/dL : Anemia Berat 12
 Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik dimana anemia
disebabkan karena defisiensi asam folat (Pterylgutamic Acid) dan
defisiensi vitamin B12 (Cyanocobalamin) walaupun jarang.
 Anemia Hipoplastik Anemia hipoplastik dan aplastic adalah disebabkan
oleh hipofungsi sel-sel tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk
diagnosis memerlukan pemeriksaan darah fungsi lengkap, pemeriksaan
fungsi eksternal, dan pemeriksaan retikulosit.
 Anemia Hemolitik Gejala anemia hemolitik anatara lain adalah kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, dampak organ vital. Anemia
hemolitik adalah anemia yang disebabkam karena penghancuran sel
darah merah berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya.

6
H. Tatalaksana

Tindakan umum :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang
diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
I. Pencegahan

Hal-hal yang perlu dilakukan dan dihindari untuk mencegah anemia,


Antara lain :
1.    Makan makanan yang bernutrisi dan bergizi tinggi, khususnya yang
kaya zat besi dan asam folat setiap hari. Adapun contoh makanan yang
mengandung zat besi misalnya daging (sapi atau unggas) rendah lemak
yang dimasak matang, makanan laut seperti ikan, cumi, kerang dan udang
yang dimasak matang, sayuran hijau, misalnya bayam dan kangkung,
kacang polong, produk susu yang telah dipasteurisasi, kentang, gandum.
Sementara untuk makanan yang mengandung tinggi folat contohnya
sayuran hijau (bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak hijau atau selada),

7
keluarga jeruk, alpukat, pepaya, pisang, kacang-kacangan (kacang polong,
kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau), bii bunga matahari, gandum
dan kuning telur.
2.    Mengkonsumsi vitamin C lebih banyak, vitamin c membantu tubuh
menyerap zat besi dari makanan secara lebih efisien.
3.    Minum suplemen, suplemen yang dianjurkan untuk dikonsumsi
adalah suplemen zat besi, vitamin B12 dan asam folat. Suplemen bisa
diminum di pagi hari atau malam hari sebelum tidur untuk mengurangi
mual setelahnya. Tablet tambah darah zat besi (Fe) merupakan tablet
mineral yang diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan sel darah
merah atau hemoglobin. Unsur Fe merupakan unsur paling penting untuk
pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah didapatkan dari
makanan. Jika manusia kekurangan zat besi pada menu makanan yang
dikonsumsinya sehari-hari, dapat menyebabkan gangguan anemia gizi
(kurang darah). Tablet zat besi (Fe) sangat dibutuhkan oleh wanita hamil,
sehingga ibu hamil diharuskan untuk mengonsumsi tablet Fe minimal
sebanyak 60 tablet selama kehamilannya.

8
BAB III

PENUTUP

Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak mencukupi


kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis tersebut berbeda pada setiap
orang, dimana dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku
merokok, dan tahap kehamilan. Berdasarkan WHO, anemia pada kehamilan
ditegakkan apabila kadar hemoglobin (Hb) <11 g/dL. Sedangkan center of disease
control and prevention mendefinisikan anemia sebagai kondisi dengan kadar Hb
<11 g/dL para trimester pertama dan ketiga, Hb <10,5 g/dL pada trimester kedua,
serta <10 g/dL pada pasca persalinan.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik.


Jakarta: EGC.
2. Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
3. Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan
Ginekologi.Jakarta:EGC.
4. Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Meternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
5. Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan
Keperawatan.Jakarta:EGC.
6. Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
7. Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC
8. Rabbania Hiksas, Rima Irwanda, Noroyono Wibowo. Anemia Defisiensi
Besi. Persatuan Obstetri dan Gynekologi Indonesia. Jakarta; 2021:p.58-43
9. Departemen Kesehatan 1996a. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi di
Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat,
Depkes R.I
10. Husaini, MA, 1989. Study Nutritional Anemia an Assessment of
Information compilation for supporting and formulating national Policy
and Program. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Gizi.

11. Obgin, F.K. (2010) Anemia Dalam Kehamilan, Departemen Obgin


Fakultas Kedokteran Unhas. Available at: https://med.unhas.ac.id/obgin/?
p=102 (Accessed: April 18, 2023).
12. Mc Lean E, Cogswell M, Egli l, et al. 2009. Worldwide prevalence of
anemia, WHO
13. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 dan 2001 diakses dari
www. litbano.qo.id/suskesnas.
14. Bangal V, el al. Recurrent pregnancy /oss due to haemoglobinopathy
(thalasemia). Pravara Med Rev. 2009;4('l):25-27
15. NHS Choices UK (2018). Health A-Z. Iron deficiency anaemia.
16. Mayo Clinic (2017). Pregnancy week by week. Iron deficiency anemia
17. during pregnancy: Prevention tips.
18. Johnson, T. WebMD (2016). Anemia in Pregnancy.
19. American Pregnancy Association (2016). Anemia During Pregnancy.

10

Anda mungkin juga menyukai