Salam Redaksi 3
Syakieb Sungkar
Digital Art 32
Anna Sungkar
Regulatory Capitalism 69
Syakieb Sungkar
Biodata 99
Gambar cover: l Syakieb Sungkar l Mengenang Andrea Mantegna l Oil on canvas l 100 x 140 cm2 l 2023
Pemimpin Redaksi
Syakieb A. Sungkar
Bendahara
Puji F. Susanti
Dewan Redaksi
Y. Adi Wiyanto, Abdul Rahman,
Artistik
Wahyu Raharjo, Andriyan Permono,
Ireng Halimun
Chris Ruhupatty, Fauzan, Naomi,
Stephanus, Tetty Sihombing.
Alamat Redaksi
Jln. Tebet Timur Dalam Raya No. 77,
Reviewer Jakarta Selatan
Moh. Rusnoto Susanto (Scopus:
57210896995, Sinta: 6000456).
Hendar Putranto (Scopus: 57210854287). No. ISSN : 2797-233X (Media Online)
Insanul Qisti Barriyah (Scopus: No. ISSN : 2774-6828 (Media Cetak)
57210884550, Sinta: 6028928). No. DOI : 10.54154
Abstrak dewa-dewi dan ilah lain yang tak benar. Jadi juga
distingsi antara agama yang benar - yang mengakui
Menurut Jan Assmann monoteisme adalah biang Allah - dan agama-agama yang tidak benar, antara
keladi eksklusivisme, intoleransi dan kekerasan orang beriman yang benar dan orang kafir, antara
antar agama-agama. Sebaliknya, dunia sihir J.K. ajaran benar dan ajaran sesat.
Rowling dalam ceritera-ceritera tentang Harry Pot
ter adalah dunia tanpa Allah. Dan karena itu dunia Sebelum ada monoteisme tak ada pengertian bah
tanpa harapan. Para kurban Voldemort mati untuk wa satu agama bisa lebih benar daripada yang lain
selamanya. Sedangkan Allah menjanjikan bahwa se karena agama-agama menjadi bagian dari kebu
gala-galanya akan menjadi baik. Yang tidak diper dayaan masing-masing. Dengan sendirinya dite
hatikan Assmann adalah unsur kunci: bahwa Allah rima, bahwa budaya yang berbeda, termasuk letak
Musa, Yesus dan Muhammad adalah Allah kasih. geografis berbeda, ada ibadatnya yang berbeda juga.
Dengan mengakui Allah yang Satu sebagai satu-sa
Keywords: Monoteisme, intoleransi, dunia sihir, tunya yang benar, monoteisme membawa agama ke
agama. luar dari budaya masing-masing dan mewujudkan
agama menjadi sistem tersendiri yang perlu diper
Pendahuluan maklumkan di seluruh dunia. Dengan demikian ag
ama menjadi misionaris, artinya berusaha menying
Para fans Harry Potter tahu siapa Voldemort. kirkan “agama-agama palsu”. Karena itu Assmann
Voldemort adalah kekuatan jahat yang mau mem menuduh bahwa monoteisme secara struktural
bunuh Harry Potter dalam ceritera-ceritera sihir J. tidak toleran. Karena antara yang benar dan yang
K. Rowling.1 Sedangkan monoteisme menurut sang salah tidak bisa ada toleransi. Monoteisme tidak
egiptolog Jan Assmann dituduh menjadi biang kela dapat menerima ilah-ilah, ajaran, iman, ibadat yang
di penyebaran kepicikan, intoleransi dan kekerasan lain karena dengan sendirinya mereka palsu dan
dalam umat manusia.2 Apa kaitan antara mono yang palsu harus disingkirkan. Intoleransi intrinsik
teisme Assmann dengan Voldemort J.K. Rowling? monoteisme itulah yang sejak zaman Musa men
cuat dalam tindakan kekerasan dan usaha pemus
Menurut Assmann monoteisme bermulai di gunung nahan terhadap pola keagamaan yang berbeda.
Sinai. Dari gunung Sinai, Musa membawa perjanji Assmann menunjuk pada jejak berdarah yang sejak
an Allah dengan bangsa Israel yang pasal pertama perebutan tanah Palestina oleh bangsa Israel meng
nya adalah perintah: “Jangan ada padamu Allah ikuti perkembangan monoteisme, baik dalam wu
lain di hadapan-Ku” (Kel. 20:3). Allah berjanji akan jud Kristianitas maupun dalam wujud Islami.
menjaga bangsa Israel sebagai bangsa terpilih asal
Israel setia kepada-Nya, dan itu berarti, asal Israel Dunia Sihir
hanya mengakui Jahwe sebagai Allah. Dengan de
mikian, begitu Assmann, monoteisme menciptakan Alam kebalikan dari monoteisme adalah dunia si
suatu distingsi yang sebelumnya tidak ada: dis hir, the enchanted world (Charles Taylor), yang di
tingsi antara Allah yang benar dan segala macam gambarkan begitu asyik dalam ceritera-ceritera J.K.
Rowling. Triknya Rowling adalah bahwa segala
1 Lihat misalnya: J. K. Rowling (2007). Harry Potter and macam sosok dari mitos-mitos Inggris kuno dibikin
the Deathly Hallows. London etc.: Bloomsbury. betul-betul hidup: para elf, goblin, centaur, ghoul,
gargoyle, kijang ajaib dan, tentu, manusia-manusia
2 Buku Jan Assmann pertama kali terbit 2003 dalam ba- yang berkekuatan magic, para wizzard (tukang sihir).
hasa Jerman (Die Mosaische Unterscheidung oder Der Preis des Orang-orang “biasa” yang buta terhadap kekua
Monotheismus, München: Hanser) dan menimbulkan de- tan-kekuatan luar biasa dunia sihir, yang mengi
bat besar yang berlangsung sampai sekarang; bhs. Inggris ra bahwa dunia ditentukan oleh hukum-hukum
lih.: The Price of Monotheism, Stanford: Stanford University materi, oleh uang, oleh mesin-mesin dan senjata
Press, 2010.
Penutup
21 Hamka, Tafsir al-Azhar,..., Jilid V, hal. 3571. 23 Hamka, Tafsir al-Azhar,..., Jilid I, hal. 494.
“Fecisti nos ad te, et inquietum est cor nostrum donec menjadi selain dari apa adanya kembali dilihat
requiescar in te” ulang. Sementara itu, teologi adalah usaha sistematis
(Engkau telah menciptakan kami bagi-Mu. untuk menyajikan, menafsirkan dan membenarkan
Dan hati kami tidaklah tenang sampai ia beristirahat secara konsisten dan berarti, keyakinan akan Tuhan.
dalam Dikau)
Ada tegangan antara metafisika dan teologi
Santo Agustinus dalam pemikiran Santo Agustinus. Tegangan
antara metafisika dan teologi yang dimaksud di
Abstrak sini terjadi ketika sang uskup agung dari Hipo
ini berbicara tentang Tuhan dan menguraikan
Tulisan ini mencoba melihat dan memperlihatkan konsep serta teori tentang Trinitas yang merupakan
bagaimana usaha Agustinus memperlakukan inti iman dalam kekristenan. Agustinus melihat
secara produktif filsafat Yunani untuk keperluan ulang kategori “substansi” (dalam hubungannya
teologi Kristen yang lebih operasional, terutama dengan “aksiden”) ketika berbicara tentang Allah
dalam pembahasannya tentang Allah Tritunggal. Tritunggal dan mengajarkan konsep dan teori besar
Agustinus, sebagaimana para pemikir kristiani abad tentang “relasi” dan “persona” ketika berbicara
pertengahan lainnya, berada pada kondisi zaman tentang Tuhan dalam pemikiran kekristenan.
yang memperlakukan filsafat sebagai hamba teologi
(anchila theologiae) pada satu sisi. Sedangkan pada Aurelius Agustinus (354-430) lahir di Thagaste,
sisi yang lain, ada keyakinan tidak tertulis bahwa Afrika Utara (saat itu menjadi bagian dari kerajaan
seorang teolog yang baik pastilah juga merupakan Romawi). Agustinus dididik secara kristiani oleh
seorang filsuf yang baik. Pada abad pertengahan sang ibu, Monica. Namun, dalam “Confessiones”
juga terkenal dua ungkapan yang sangat lazim (397-430), Agustinus mengakui masa mudanya
dalam lintasan pemikiran kekristenan: “credo ut sebagai masa sebelum pertobatan. Agustinus
intelligam” (saya beriman supaya saya mengerti) pernah hidup bersama seorang pelacur pada masa
dan “fides quarens intellectum” (iman yang berusaha mudanya. Mereka memiliki seorang anak yang
memahami dirinya). diberi nama Adeodatus. Agustinus belajar retorika
dan kemudian dikenal luas sebagai seorang retor.
Keywords: Agustinus, metafisika, teologi, credo ut Agustinus tertarik pada aliran Manikeisme, yang
intelligam, fides quarens intellectum, kota tuhan. mengajarkan bahwa realitas terdiri dari dua prinsip
dasar: yang baik (cahaya, Allah) dan yang jahat
Pendahuluan (kegelapan, materi). Pada usia 28 tahun, Agustinus
pindah ke Roma dan belajar Neoplatonisme di sana.
Bersama Santo Agustinus, sesuatu yang paradoksal Setelah mengalami sakit keras, Agustinus pindah ke
“terjadi” dalam filsafat, dan juga teologi. Paradoks Milan. Di Milan, Agustinus bertemu dengan uskup
itu terjadi bukan pertama-tama karena sepintas agung Ambrosius yang merupakan seorang ahli
lalu sulit dipahami atau tidak mempunyai pidato. Ambrosius adalah seorang yang dengan
hubungan sama sekali, tetapi karena sesuatu yang tekun mempelajari platonisme. Bersama uskup
sebelumnya dan pada masa itu menjadi hal yang Ambrosius, Agustinus memasuki fase pencerahan
begitu saja diterima, kemudian dipersoalkan. Hal pribadi. Pada 387, Agustinus dibaptis di Milan.
itu menyangkut hubungan filsafat, dalam hal ini Agustinus memilih menjadi imam pada 390/391.
metafisika, dengan teologi. Tiga tahun sesudahnya, Agustinus menjadi uskup
Hippo. Selain sebagai pengkotbah ulung, Agustinus
Metafisika di sini dipahami sebagai salah satu adalah penulis yang sangat produktif. Dia menulis
cabang filsafat yang memfokuskan diri pada studi 232 buku, tidak termasuk kotbah-kotbah dan surat-
tentang yang-ada sebagai yang ada atau yang suratnya. Dua karyanya yang paling masyur dan
dalam perkataan lain dijelaskan sebagai apa yang original adalah “De Trinitate” (399-419) dan “De
berdasarkan kodratnya harus ada dan tidak dapat Civitate Dei” (413-426/27). “De Trinitate” adalah
Jika dengan “aksiden” dimaksudkan apa yang Hipotesa tentang “tatanan yang terpisah”
inheren dalam sesuatu yang lain, yang dengan melalui pemahaman tentang tiga substansi Allah
landasan esensinya dalam sesuatu yang lain, maka Tritunggal sebagaimana yang diungkapkan
substansi dimaksudkan subjek aksiden-aksiden metafisika tampak semakin tidak berdaya.
yang memuat landasan atau esensinya sendiri. Agustinus terkesan mengabaikan kategori-kategori
Faktor ketakbergantungan pada yang lain dalam metafisik di mana teologi telah diartikulasikan
arti yang kuat dengan demikian jadi ditekankan sejak awal. Kecurigaan dogma pada kenyataannya
sebagai salah satu dari ciri khas substansi. adalah ketidakpercayaan terhadap metafisika dan
kategorinya (Kung). Karena, itu bukan tindakan
Sebagaimana dalam Aristoteles, substansi pertama dogmatis saja, tetapi juga filsafat.
(substantia prima), subjek predikasi individual,
dipandang sebagai arti pertama dalam istilah Prinsip keperluan “hellenisasi iman sebagai
itu. Arti kedua adalah substansi kedua (substantia lawan de-hellenisasi isi iman” (Grillmeier) tidak
secunda), yang analisisnya berpusat pada paham menunjukkan kepatuhan mutlak terhadap dogma
esensi atau hakikat atau keapaan dari substansi tanpa refleksi, tetapi mencoba sebaliknya untuk
pertama. Substansi pertama lalu ditandai eksistensi mengakui kebenaran metafisika di sana (substansi/
maupun esensi, dan substansi kedua hanya oleh aksiden). Secara kreatif, Agustinus berusaha
esensi. Dengan demikian substansi pertamalah mengartikulasikan kategori-kategori teologi
yang kemudian dipandang sebagai eksistensi yang (Tritunggal) hingga pada gilirannya menjadi milik
ditambahkan pada esensi.5 sah teologi. Ini berarti, kita tidak perlu terlalu cepat
untuk menuduh Agustinus menolak sepenuhnya
Sementara itu, harus dikatakan juga, hal yang metafisika dan filsafat, juga tentang proses
khusus dalam substansi bukanlah relasinya helenisasi dan penerjemahan bahasa teologi ke
yang khusus dengan aksiden-aksiden, tetapi dalam metafisika Yunani.
kemandiriannya, tidak bergantung pada yang
lain (subsistensi). Substansi mempunyai arti dan Ketegangan metafisika dan teologi pertama-tama
nilainya sendiri tanpa tergantung pada yang lain. lebih merupakan cara Agustinus untuk menjaga
Aksiden tergantung pada substansi. Substansi martabat teologi dan mengantisipasi kegagalan yang
dapat didefinisikan tanpa perlu mengacu pada bisa saja terjadi. Sikap Agustinus beralasan, karena
yang lain. Tetapi substansi sebagai fakta, menerima terlalu menyederhanakan persoalan-persoalan
eksistensinya dari yang lain melalui suatu sebab teologis yang kompleks adalah sikap yang tidak
(sebab efisien). bijak. Agustinus menekankan bahwa tidak perlu
terburu-buru menyelesaikan ketegangan antara
Dalam konteks teologi, lebih khusus lagi dalam metafisika dan teologi karena percaya terlalu cepat
pembahasan tentang Allah Tritunggal, Agustinus pada beberapa resolusi lain.
melihat bahwa kategori relasi (relatio) menjadi
yang pertama menggantikan posisi substansi. Ini bukan pilihan antara keberadaan metafisika,
Relasi (relatio) dipahami dalam tiga (3) pengertian. di satu sisi (tanpa itu, seperti yang dipahami
Pertama, kaitan yang dimiliki suatu benda, atau Agustinus, adalah suatu kemustahilan) dan
referensi yang dibuat oleh suatu ide, dengan benda- transkripsi sederhana ke dalam teologi di sisi
benda lain atau ide-ide lain. Kedua, kualitas yang lain (aporia ganda “tritheisme of substansi” dan
dapat menjadi predikat dari dua hal atau lebih yang “mutabilitas aksiden”).
Civitas Dei : ”Kebahagian yang Dikehendaki”18 Baik secara subjektif maupun secara objektif,
Allah adalah kebahagiaan manusia. Allah adalah
9 Augustine, City Of God, XV.4, hlm. 599-600. nilai tertinggi20. Hanya dalam Allah ada kesatuan
(unum), kebenaran (verum), dan kebaikan (bonum)
10 Augustine, City Of God, XV.5, hlm. 600-601. yang penuh. Allah, bagaimanapun, adalah prinsip
terakhir segala nilai moral. Allah menjadi pusat
11 Bdk. Augustine, City Of God, XIX 12, hlm.866-870.. pertama (Alfa) dan Tujuan akhir (Omega). Sebagai
citra Allah, manusia senantiasa sudah dan selalu
12 “The mistakes of human judgment, when the mengarah pada Allah. Manusia secara batiniah
truth is hidden” Ibid XIX 6, hlm.859-861. senantiasa sudah tertarik kepada Allah. Ada
kekaguman (thaumasein) maha dahsyat terhadap
13 “The disobedience of the first man would have figur Allah. Hal ini juga berarti manusia tertarik
involved all mankind in the second, everlasting, kepada yang baik.
death, had not God’s grace rescued many”. Au-
gustine, City Of God, XIV 1, hlm. 547 Tujuan hidup manusia adalah persatuan
dengan Allah sebagai penciptanya. Manusia
14 Augustine, City Of God XIV 14 , hlm.574. sebagai citra Allah Tritunggal tentu saja selalu
mendambakan persatuan dengan sumber citranya.
15 Augustine, City Of God I 3 , hlm. 8-9. Itulah kebahagiaan. Agustinus mendefinisikan
kebahagiaan sebagai Ketentraman. Manusia selalu
16 Augustine, City Of God I 7, hlm. 12-13. merindukan ketentraman. Begitu juga dengan
Agustinus, mengembangkan Plato, mengetahui Manusia sebagai citra Allah mempunyai dalam
bahwa pikiran manusia tidak dapat sampai kepada hatinya sebuah dorongan kepada kebaikan. Itulah
Allah. Manusia hanya dapat mencapai Allah yang kita sebut sebagai hati nurani yang tidak
dengan dorongan hati, yang disebut Kehendak. pernah salah. Dalam kedalaman hati nurani masing-
Kehendak itu adalah Cinta. Di dunia ini, manusia masing, manusia sebenarnya dipanggil untuk selalu
belum atau tidak dapat melihat Allah, tetapi terarah kepada kebaikan yang tertinggi, yaitu Allah
manusia sudah dapat mencintaiNya. Lebih jauh, sendiri.
dalam hemat Augustinus, segala dorongan hati
yang sering kemana-mana adalah sebenarnya Keutamaan dan Rahmat
merupakan gerakan ke arah Allah, tanpa manusia
sadari. Allah berada di lubuk hati manusia. Segala Dari kodratnya, manusia dilahirkan menjadi
kerinduan, kegelisahan, dan hasrat hati sebenarnya pribadi yang bebas. Kebebasan itu terlahir dari dan
hanya mengungkapkan fakta yang paling karena kemurahan Allah. Karena Allah, manusia
mendasar: bahwa hati manusia tertarik oleh Nilai menjadi pribadi yang bebas untuk menentukan
tertinggi, yaitu Allah. ”Engkau menciptakan kami hidupnya sendiri. Manusia mempunyai kehendak
bagi Engkau, ya Allah, dan hati kami resah sampai yang bebas. Manusia dapat memilih antara yang
beristirahat dalam diriMu” baik dan yang buruk. Yang menentukan kualitas
moral seseorang adalah kehendak atau cinta, bukan
Konsekuensinya bahwa seorang manusia tindakan lahiriah atau hasil lahiriah tindakannya.
sebenarnya tidak bisa mengelak dari kuasa Allah. Jadi, hatilah yang menentukan.
Hanya karena Allah Mahabaik maka kepada
manusia diberikan kebebasan, pengetahuan, dan Kehendak di sini mesti dilihat sebagai keterarahan
kehendak bebas untuk mengatur hidupnya dan batin yang lebih mendalam. Semakin hati dalam
menentukan pilihan-pilihannya. Jadi, kehendak cinta terarah kepada Allah, semakin mencerminkan
bebas manusia hanya mungkin karena diberi oleh keterarahan hati itu. Karena itu, Augustinus
Allah. Karena Allah adalah Kasih, maka kehendak berkata: ”Cintailah, dan lakukanlah apa saja yang
itu sendiri sebenarnya adalah cinta juga. Kasih kau kehendaki!”
yang harus bertindak. Kasih yang harus terekspresi
dalam tindakan. Walaupun selalu terarah kepada Allah, kehendak
manusia dari dalam dirinya diperlemah oleh daya
Untuk menerjemahkan cinta kepada Allah ke tarik nafsu-nafsu rendah (Concupiscentia).21 Untuk
dalam hidup sehari-hari, menurut Agustinus,
manusia harus memperhatikan tatanan cinta (ordo 21 “However, not even the saints and the faithful
amoris). Tolok ukur cinta adalah tatanan realitas di worshippers of the one true and supreme God
dunia dan alam baka. Sikap yang benar kalau sesuai enjoy exemption from deceptions of the demons
dengan nilai masing-masing unsur dalam tatanan and from their multifarious temptations” Augus-
cinta itu. Seluruh realitas mencerminkan kehendak tine, City Of God, XIX 10, hlm.864
Berhadapan dengan nafsu-nafsu rendahan yang Sementara itu, kategori “relasi” dan Allah
selalu menggangu, Agustinus menyatakan Tritunggal yang relasional serta Allah sebagai
bahwa kehendak sudah terlalu lemah untuk pribadi memungkinkan relasi interpersonal yang
dipertahankan. Kita hanya dapat diselamatkan baik dengan manusia sebagai umat-Nya. Semua
oleh rahmat atau belas kasihan Allah. Allah yang pembahasan tentang Tuhan secara filosofis bisa
berinisiatif dan manusia disapa dan diminta sangat kuat dalam tataran akal budi, tetapi tidak
jawabannya. Sementara itu, keutamaan dalam operasional untuk kebutuhan iman dan keselamatan.
paham Augustinus adalah kemantapan kehendak Akan tetapi, teologi hadir untuk memperkenalkan
dalam sikap-sikap baik. Jadi kebebasan kehendak Tuhan sebagai yang akbar dan akrab.
dari keterikatan pada concupiscentia. Orang yang
memiliki keutamaan-keutamaan moral tidak Saya mengutip kesimpulan yang baik dari Prof
lagi mengikuti nafsu-nafsu rendahnya. Jadi jelas, Magnis Suseno tentang hal ini: Allah yang diyakini
keutaamaan hanya bisa berkembang karena rahmat Agustinus bukan sebuah prinsip abstrak atau
Allah. semacam daya kosmik, melainkan Allah yang
personal dalam arti Allah yang menyapa manusia,
yang mengarahkan kehidupannya, yang turut
Penutup campur dalam sejarah manusia (melalui para nabi,
melalui wahyu yang semuanya peristiwa historis,
Esai Prof Falque berakhir dengan frasa yang bukan mitos).22
menarik: Pikiran diradikalisasi ketika berusaha
mengatakan sesuatu yang baru. Harga yang harus Kedua, Agustinus sekaligus filsuf dan teolog. Ia mencari
dibayar tentu saja berupa kecenderungan untuk sintesis antara rasionalitas Yunani dan iman Kristiani.
menolak segala sesuatu yang lain. Fenomenologi Meskipun iman Kristiani dan refleksi filosofis menyatu
dan filsafat abad pertengahan diperlukan untuk tak terpisahkan dalam Agustinus, apa yang ditulisnya
membantu kita memeriksa tradisi dan berdialog bukan hanya penting bagi teologi Kristiani, melainkan
dengan modernitas kita sini-kini. juga sumbangan besar kepada pemikiran murni
filosofis, melampaui umat seimannya.
Setelah upaya keluar dari metafisika serumit yang
dilakukan (Agustinus), Tuhan dalam Kekristenan Ketiga, pembahasan tentang tegangan antara
terungkap sekarang sebagai “fenomena” dalam metafisika dan teologi dalam penjelasan mengenai
makna ganda dari istilah itu: fenomenologis, Allah Tritunggal seperti yang sudah dibahas di sini
pada satu sisi, dan dalam arti sehari-hari di sisi adalah pintu masuk yang baik kepada gambaran
lain (Erigena). Allah dalam Kekristenan adalah Allah yang lebih bisa dipahami dan diimani.
“fenomena Tuhan” dalam arti bahwa, secara Agustinus sendiri melanjutkan proyek ini dalam
fenomenologis, ia “muncul (appariut)” dan “nyata pembahasannya tentang Kota Tuhan (De Civitate
(phaino)” menurut korespondens teofani pada Dei) yang mencoba menggambarkan teologi sejarah
Erigena (Periphyseon) dan definisi fenomenologi dengan kehendak dan cinta antara Allah dan
dalam Martin Heidegger (Sein und Zeit). manusia sebagai suatu syarat keselamatan.
Allah orang-orang Kristen juga merupakan Akhirnya, dengan keterbukaan dan kerendahan hati
“fenomena” dalam pengertian istilah saat ini. Kita sebagai syarat untuk belajar, kita juga bisa bersama
dibuat terpesona pada kerendahan hati dalam Agustinus berseru, “Fecisti nos ad te, et inquietum
misteri Allah yang berinkarnasi. Kerendahan hati est cor nostrum donec requiescar in te” (Engkau telah
itu jugalah yang mengajarkan kita untuk selalu menciptakan kami bagi-Mu. Dan hati kami tidaklah
terbuka pada misteri. tenang sampai ia beristirahat dalam Dikau).
Setelah membahas hingga pada titik ini, penulis
22 Magnis-Suseno, Franz (1996). 13 Tokoh Etika.
perlu membuat beberapa catatan penting. Pertama,
Yogyakarta: Kanisius, hlm.67.
Abstrak Pendahuluan
Kunci sukses dalam berkesenian di era mile Aku ingin membuat donat di kanvas.
nial adalah bagaimana kita dapat beradapta Bagaimana caranya? Ambil kanvas, cat mi
si dalam teknologi digital yang berbasiskan nyak, linseed oil, dan kuas tentunya. Ah itu
komputer dan internet. Dengan bantuan tek perbuatan kuno! Zaman sekarang kanvas ada
nologi, kita dapat menghasilkan karya-karya di layar laptopmu dan mouse menjadi kuas
kreatif yang melebihi kemampuan manual mu. Hidupkan program aplikasi Cinema 4D,
manusia. Tulisan ini memberikan gambaran maka akan muncul layar digital dengan garis
tentang sejarah perkembangan karya-karya kotak-kotak mengikuti perspektif tiga dimen
digital dan kiat sukses para senimannya da si. Di tengahnya ada kubus yang bisa digerak-
lam menancapkan tonggak pada milestone seni gerakan dengan men-drag sesuka hati.
rupa digital. Hal itu dapat menjadi bahan pe
lajaran bagi yang berkecimpung dalam seni Tinggal dipilih kubus itu mau kita apakan, di
rupa di masa kini. Pada bagian akhir, penu geser-geser (control G), diputar (control R) atau
lis mencoba memberikan formula bagaima diperbesar (control S). Sekarang cari pilihan
na sikap dalam mengantisipasi dunia digital yang cocok pada menu di tepi kanan, nah pi
yang sudah tiba di hadapan kita. lih yang oval dan buat versi tiga dimensinya,
akan ada struktur donat di hadapan kita. Mari
Keywords: Digital, Artificial Intelligence, atur lagi donat, beri warna dan macam-ma
Cloud, Neural Network, Cinema 4D, CGI, In cam variasi. Tinggal seberapa jauh berlatih,
dustri 4.0, Global Village. hal itu akan meningkatkan skill. Sebagaimana
layaknya berlatih melukis, dari sketsa seder
hana lama-lama mampu menciptakan bentuk
yang kompleks. Demikian pula dengan skill David McLeod, artis digital no. 1 di dunia
komputer pada aplikasi Cinema 4D, makin
sering menggunakan, akan makin pandai. Ala Kalau donat di level 4 terasa indah dan bisa
bisa karena biasa, demikian ujar orang tua. bergirang hati karena sudah mampu melaku
kannya, maka David McLeod telah men
Setidaknya ada 4 level keterampilan yang ciptakan bermacam obyek yang melampaui
bisa kita capai, tergantung seberapa jauh mi imajinasi.
nat dan ketersediaan waktu untuk belajar dan
berlatih. Semakin jauh menyelami aplikasi Hal itu telah membuat iri. Dari tangan Da
ini, akan semakin indah dan bervariasi obyek vid McLeod, artis asal Australia berusia 35
yang dicapai (Guru, 2019). tahun yang menetap di New York ini telah
diciptakan kreasi aneh nan cemerlang. Perha
n Gambar 9 – Karya Kate Cooper, Sejak 10 tahun yang lalu, orang Jerman mem
“Sabotage and Sickness”. perkenalkan kepada dunia mengenai strategi
komputerisasi dan sistem cerdas dalam pa
Karya Ryan Trecartin, menampilkan tayangan
meran industri di Hannover Fair. Intinya, se
video serba cepat. Karya ini dibuat pada awal
lain meningkatkan mekanisasi mesin melalui
2000-an, jauh sebelum munculnya Instagram
sistem siber dan cloud, kedepannya kita akan
dan Snapchat. Trecartin menciptakan video
diajak untuk sharing resources dan meman
faatkan khazanah yang tersedia di dunia untuk menciptakan sebuah visi. Data-data
maya. Dalam era industri 4.0, teknologi cang tersebut adalah berupa angka yang menjadi in
gih yang akan dipergunakan dalam pabrik, put sebuah algoritma yang diciptakan Anadol.
transportasi, pertanian dan kedokteran, akan Algoratima tersebut diproses oleh mesin Artifi
memanfaatkan informatika demi tercapainya cial Intelligence (AI) demi menciptakan bentuk
keandalan dan produktivitas. Hal yang sama dinamis yang ia inginkan. Dalam karya “Mel
akan terjadi dalam senirupa, kita akan ter ting Memory”, cloud data diambil dari peman
imbas dengan penggunaan komputer untuk dangan kota New York secara online, yaitu
melicinkan imajinasi dan mencapai kreasi gedung-gedung, taman, jembatan, yang men
yang tidak dapat dikerjakan oleh manusia. jadi lanskap kota dan menjadi memori kolektif
penduduk di sana. Sebagai contoh, ada ribuan
Objek kreatif yang tidak dapat dikerjakan oleh foto patung Liberty yang diambil dari berbagai
manusia namun bisa diciptakan dengan ban sudut yang berbeda, oleh AI gambar-gambar
tuan teknologi industri 4.0, telah dilakukan tersebut menjadi visual yang bergerak dan
oleh seniman newmedia Refik Anadol. Refik membuat siklus video yang menghasikan imaji
Anadol lahir di Istambul, Turki pada tahun menghablur, patung yang meleleh. Demiki
1985. Saat ini Anadol hidup di Los Angeles, an pula dengan gedung-gedung di New York
California sebagai pengajar di UCLA pada yang jumlahnya ribuan itu diambil gambarnya
Departemen Design Media Arts. Tahun lalu dari bermacam arah, interior maupun eksteri
ia memamerkan karya videonya “Quantum or, melalui banyak source seperti kamera lalu
Memories” pada forum Triennial 2020, di Na lintas, sekuriti, CCTV, kamera taman yang
tional Gallery of Victoria. terus memberikan data secara online ke me
sin Anadol. Output dari AI akan menciptakan
Karya-karya Anadol diciptakan dari bermiliar- realitas baru, suatu halusinasi. Gambar-gambar
miliar notkah. Tiap notkah merepresentasikan ciptaan mesin itu ditampilkan dalam video rak
sebuah data yang dijalin dalam neural network sasa berukuran 200 m2 yang masing-masing di
gelar di lantai yang kita injak, di dinding dan di pemikir madzhab Frakfurt hampir se abad
atap sebuah kubus pertunjukan di Manhattan yang lalu. Di zaman sekarang, dengan ada
dan di sebuah gedung Disney kota Los Ange nya komputer dan image disimpan di dalam
les. Dengan itu pengunjung memasuki sebuah file, maka file tersebut dapat di-print berulang-
dunia lain, sebuah pengalaman emosional ulang. Artinya karya dari digital art bukanlah
yang tidak pernah dialami sebelumnya. Sebuah karya yang unik tetapi dapat direproduksi
dunia yang kacau, karena kita sulit mengiden dengan mudah, sebuah karya dapat diperba
tifikasi mana yang nyata dan mana yang tidak nyak dengan sesukanya, tidak ada lagi istilah
(Wired, 2019). asli atau copy. Di dalam kebudayaan populer,
teknik cetak itu dapat berupa fotografi dan
Dari kasus Anadol, kita dapat belajar bahwa teknik sablon seperti yang dilakukan oleh Andy
penggunaan teknologi, dalam hal ini komputer, Warhol. Dengan mencetak dan memproduksi
artificial intelligence, dan cloud, merupakan kesem sebanyak-banyaknya, maka prinsip karya seni
patan bagi kita untuk dapat menghasilkan karya- adiluhung yang unik dan cuma satu-satunya,
karya kreatif yang beyond human. Posisi seni di menjadi tidak berlaku lagi.
gital dalam era industri 4.0 menjadi penting dan
lebih menarik dalam kehidupan manusia karena Theodor Adorno pernah mengatakan, walau
bantuan teknologi tersebut. Kita dituntut untuk pun masyarakat itu sudah terpelajar, namun
masuk dan ikut serta dalam menyumbangkan tetap saja dalam hatinya ia ingin melakukan
energi kreatif kita agar tercipta karya-karya khas fabrikasi atas seni, yang dengan kasar dapat
Indonesia yang berbasis teknologi dan dike merusak hakekat seni, demi memenuhi has
nal oleh dunia. Hal ini mengingatkan kita pada rat dan kepentingan mereka untuk memiliki.
nubuat Marshal McLuhan tentang Global Village, Hal ini menjadi sikap yang lazim, yaitu rela
bahwa kemajuan teknologi informasi dan ko mengor bankan substansi asalkan kesukaan
munikasi telah membuat dunia seolah mengecil mereka tercapai. Keinginan untuk memiliki
menjadi sebuah desa global, di mana kita saling adalah sesuatu yang sebenarnya merendah
berkomunikasi satu sama lain, yang tidak turut kan martabat mereka sendiri, yaitu keinginan
serta berpartisipasi dalam desa tersebut nantinya untuk bergengsi dan diakui. Mereka memi
akan tertinggal (McLuhan: 157-8). lih benda-benda yang menurut mereka bagus
dengan jumlah yang banyak dan nilainya se
Kelemahan Digital Art suai, layaknya kelakuan anak kecil. Mereka itu
katanya mengecam benda-benda kitsch (karya
Seni digital atau digital art tidak terlepas dari kerajinan murahan), tetapi kelakuannya mirip
kelemahan. Kelemahan pertama cukup filo anak-anak yang berebut makanan, suatu peri
sofis, karena pernah menjadi perdebatan para laku yang sangat klise. Rumah mereka yang
[2] Adorno, Theodor (1974), Minima Moralia, [10] Rosanio, Priscilla (2020), The History of
Reflection from Damage Life, terj. E.F.N. Digital Art, Rosapris332, Timetoast,
Jephcott. Verso, New York. https://www.timetoast.com/time
lines/1658387.
[3] Benjamin, Walter (1969), The Work of Art
in the Age of Mechanical Reproduction, [11] Sayed, Nadja (2 Februari 2018), Creati
dalam Illuminations, Arendt, Hannah, vity in the Digital Age: How Has the
ed., terj. Harry Zohn, Harcourt Brace Internet Affected the Art World?, The
Jovanovich. Inc., New York. Guardian.
[4] Guru, Blender (2019), Cinema 4D Beginner [12] TeamLAB Borderless, Mori Building
Tutorial – Part 1, https://youtu.be/ Digital Art Museum, https://youtu.
TPrnSACiTJ4. be/zsXaGmQlDPs
[5] Lijster, Thijs (2019), Benjamin and Adorno [13] Wired (2019), How This Guy Uses A.I. to
on Art and Art Criticism, Amsterdam Create Art, https://youtu.be/I-EIVlH
University Press, Amsterdam. vHRM.
[6] McLuhan, Marshall (1962), The Gutenberg [14] Witkin, Robert W. (2003), Adorno on Pop
Galaxy: The Making of Typographic Man, ular Culture, Routledge, London.
University of Toronto Press, Toronto.
[15] http://davidmcleod.com
[7] Much, David McLeod, https://www.
muchpresents.com/davidmcleod-still, [16] https://instagram.com > david_mcleod
Collab and Much Creative LLC.
Ada kalanya saya ragu kenapa kita harus menulis Seperti diketahui, hadiah sastra Rasa untuk pe
cerita. Kenapa kita harus membaca cerita dan me mula ini berawal dari saya menerima Penghar
nilainya. Ada begitu banyak cerita diterbitkan, sam gaan Ahmad Bakrie untuk Kesusastraan tahun
pai-sampai kita tak mungkin membaca semuanya. 2018 sejumlah 250 juta rupiah. Dana tersebut saya
Tak semuanya bagus juga. Sebagian sangat buruk. rencanakan sebagai hadiah baru tiap tahun untuk
Kadang, ada yang sangat bagus, tapi sifat eksperi penulis pemula sebesar sepuluh juta rupiah (semo
mentalnya membuat karya itu tak bisa diapresiasi ga bisa meningkat kelak). Baru mulai terlaksana
orang banyak. Untuk apa semua itu? Dan apa itu tahun 2022. Ketika itu masih pandemi dan kami
“bagus”? mengumumkan pemenang secara online. Penerbit
dan editor saya (Kepustakaan Populer Gramedia;
Momen ragu itu biasanya berlanjut dengan pere Christina M. Udiani, Ining Isaiyas, dll) dan Komu
nungan dan, akhirnya, keputusan bahwa usaha nitas Utan Kayu selalu menjadi pendukung utama
ini penting dilakukan. Menulis, membaca, menilai, banyak kegiatan saya. Dengan dana yang terbatas,
memberi penghargaan, merayakan: semua itu pada awalnya saya berniat meminta editor KPG
merawat pemikiran—bahkan sekalipun kita sering ikut menjadi juri pro bono. Tetapi, karena beberapa
merasa berada dalam ambiguitas dan terasing. pengarang yang ikut kompetisi ini ternyata diter
bitkan oleh KPG juga, maka sejak pertama rencana
Pada tahun 1980-an pernah terjadi polemik yang itu dibatalkan.
dikenang dengan nama Perdebatan Sastra Konteks
tual. Ketika itu, intelektual yang selalu kritis Arief Keterbatasan ini sekaligus saya gunakan untuk
Budiman mengecam keterasingan sastra Indonesia mengembangkan metode penilaian karya yang
dari publik yang, menurut ia, disebabkan oleh ori le
bih rinci. Metode ini bertumbuh dalam kelas
entasi yang borjuis dan internasionalistis (Barat)— menulis yang saya ampu sejak 2013 di Komuni
dengan kata lain, elit. Analisa Arief bisa dibantah tas Salihara, serta pembacaan dan penelusuran
dan saya kira tidak sesuai lagi dengan zaman ini. saya atas konsep “rasa” di Nusantara/Indonesia.
Tapi, keprihatinannya atas keterasingan sastra tetap Karena itu hadiah ini diberi judul Rasa. Saya tidak
relevan, meski tidak harus didramatisir. Setelah mengeklaim kebaruan. Saya hanya mengusahakan
perjalanan sastra Indonesia lebih panjang, kita tahu, sebuah sistem yang bertanggung jawab dan praktis,
selalu ada musim ketika sastra menjadi buah bibir di mana juri dapat sebisa mungkin menjadi pribadi
masyarakat, dan musim ketika sastra hanya menja sekaligus tanpa mengandalkan selera dan tidak di
di minat lingkaran kecil. jebak borang kriteria penilaian.
Ada sastra yang berkomunikasi dengan orang ba Kembali mengingat Arief Budiman. Bukan dalam
nyak, ada sastra yang bergelut dengan mediumnya perdebatan sastra kontekstual tahun 1980-an, me
sendiri, sehingga umumnya tidak komunikatif, lan lainkan dalam perdebatan kritik sastra (metode
tas hanya difahami kalangan spesialis. Keterasing analitik vs “ganzheit”) di tahun 1960-an. Arief
an adalah (salah satu) bagian tak terpisahkan dari membayangkan kritik sastra di mana kritikus mem
sastra (tapi juga bukan satu-satunya). Di mana posi baca seperti bercinta dengan karya. Itu juga yang
si suatu penghargaan kesusastraan? saya bayangkan, tapi dengan pengetahuan teknis
tentang anatomi dan kelenturan untuk bercinta.
Penghargaan kesusastraan terletak dalam tegang
an antara keterasingan dan kebersamaan. Antara Di sini, juri membaca, menyadari naluri dan selera
keinginan mendalami dan keinginan menyebarkan. pribadinya, sekaligus menganalisa kekuatan teks
Kritik sastranya—yang kadang terpaksa sangat lepas dari selera itu. Ada tiga kriteria dasar dalam
teknis—tak akan dibaca orang banyak. Meski begi menganalisa, yaitu: #1) prinsip pemersatu, #2)
tu, ia perlu terus berupaya berkomunikasi dengan mutu tegangan antara dorongan atau pilihan yang
publik luas. Karena itu, hadiah sastra Rasa ini juga bekerja dalam teks, #3) prinsip pembebasan.
hendak mengundang lebih banyak partner media
untuk membantu kami berkomunikasi dengan pu Biasanya, kita mulai bekerja dari butir #2. Yang pa
blik lebih luas. ling mudah adalah mulai dari bahasa. Bahasa yang
kaya pasti lebih bernilai daripada yang miskin.
(Misal: semakin banyak kosa kata dan metafora,
Pelan-pelan kita akan melihat adanya tegangan Maka, kita kembali pada kompetisi hadiah ‘Rasa’
antara pilihan-pilihan, juga antara kebutuhan- 2023. Peserta adalah penulis pemula dengan karya
kebutuhan, yang saling bertentangan. Sebuah teks yang diterbitkan antara November 2021 hingga
punya dorongan atau kebutuhan untuk mengung Oktober 2022. Di tahun yang agak “terasing” ini—
kapkan sesuatu yang spesial, tetapi harus menggu jumlah peserta hanya 14, dibanding 41-an karya
nakan bahasa yang general. Ia mau menerangkan tahun lalu—terjaring lima finalis berikut (urutan
yang abstrak, tetapi harus menggunakan kasus berdasarkan nama depan pengarang).
konkret. Ia mau berontak, melakukan pembaruan,
tapi toh berdiri di atas konvensi. Keindahan bisa Finalis Hadiah Sastra untuk Pemula ‘RASA’ 2023:
bertegangan dengan kebenaran. Teks yang bagus
adalah seperti tarian yang mengandung tegangan - Yang Menguar di Gang Mawar, Asri
dan penarinya tidak jatuh. (Tapi, apa itu “jatuh”? Pratiwi Wulandari (Buku Mojok)
Jatuh artinya kehilangan keseimbangan. Suatu teks
- Jalan Lahir, Dias Novita Wuri
yang menggunakan bahasa yang sangat melodius
(Kepustakaan Populer Gramedia)
bisa saja jatuh dalam kegenitan. Sekumpulan cer
pen yang selalu punya puntiran di akhir bisa saja - Persembunyian Terakhir Ilyas Hussein,
jatuh dalam kepatuhan akan formula.) Muhammad Nanda Fauzan (Buku Mojok)
Untuk menilai mutu keseimbangan itulah kita per - Melepaskan Belenggu, Rumadi (Jagat
lu mencari apa prinsip pemersatu yang bekerja di Litera)
balik permukaan teks itu (butir #1). Prinsip pe
mersatu itu bisa saja tema, suasana utama (mood), - Arum Manis, Teguh Affandi (Gramedia
tujuan, dll. Catatan: prinsip pemersatu ini belum Pustaka Utama)
tentu disadari pengarang dan tidak perlu dikonfir
masikan. Kritikus yang harus menunjukkan anali Yang Menguar di Gang Mawar, karya Asri Pra
sanya seperti ilmuwan menunjukkan ikatan antar tiwi Wulandari, sebuah kumpulan cerita yang
unsur kimia atau formasi geologi. dipersatukan oleh suatu lokasi: Gang Mawar.
Ini lebih merupakan lokasi psikologis, di mana
Lantas, bagaimana kita bisa menilai mana prinsip tak ada percakapan tentang kebahagiaan dan
pemersatu yang lebih baik dibanding yang lain? tak ada yang bisa dipercaya. Kekuatan kum
Misalnya, jika teks satu bekerja berdasarkan prin pulan cerita ini adalah konsistensinya dalam
sip horor, teks dua komedi, teks tiga bertujuan membangun semesta yang absurd, kelam, dan
dakwah, tidakkah kita sedang membandingkan kebas.
apel, brokoli, dan gembok? Di sini berlaku kriteria
#3, yaitu prinsip pembebasan. Kriteria ketiga ini Jalan Lahir, karya Dias Novita Wuri, adalah
berlaku setelah kriteria satu dan dua. Bagaimana novel yang bercerita tentang sejarah keluar
sebuah teks, melalui bentuk dan isi yang berikatan ga—nenek, ibu, dan anak perempuan—yang
kuat, menawarkan emansipasi. bisa saja dibaca 5 sebagai keping-keping sisi
lain sejarah Indonesia modern sebagai anak ha
Anda yang jeli akan mengajukan pertanyaan filo ram yang muram dan hampa cinta. Kekuatan
sofis: apa dasar dari asumsi pembebasan ini? Jika novel ini adalah bahasanya yang kaya dan pui
prinsip #1 dan #2 mencoba mencari kekuatan teks tis, serta intensitas imaji-imajinya.
pada elemen intrinsiknya—artinya, menilai teks
Selain itu, aku menemukan tidak sedikit perem Beginilah kriteria dasar aku menilai suatu
puan yang menulis kisah-kisah gelap-murung karya: #1) adanya prinsip pemersatu, #2)
ini. Sebutlah, teman-teman kita sendiri: Udiarti mutu atau kekuatan silang-sitegang antara
(Rumah Kedua Ibu, finalis hadiah sastra Rasa dorongan-dorongan dasar yang tampak beker
2022) dan Angelina Enny (Nocturnal Melan ja dalam karya itu. #3) prinsip pembebasan.
cholia, semi finalis Kusala Sastra Khatulisti Ketiganya, diturunkan dari struktur Rasa,
wa 2018). Bersamaan dengan itu, peristilahan pernah kuterangkan cukup panjang dalam
seperti noir-fiction, fiksi melankoli, “roman de pertanggungjawaban tahun lalu. Kali ini, kita
presi” nyaris berlaku sebagai branding genre mulai dari butir kedua.
dalam pemasaran atau diskusi buku.
Perihal kriteria #2: mutu atau kekuatan silang-
Ya, melankoli adalah salah satu trend dewasa sitegang antara dorongan-dorongan dasar
ini. Banyak penulis perempuan ada di sana. yang tampak bekerja dalam karya. Aku meli
Kamu pun ada di sana. Aku tidak bermaksud hat sebuah karya, seperti kehidupan, adalah ta
mengatakan bahwa kamu, ataupun para penu rik-menarik dan tolak-menolak antara dorong
lis murung itu, sedang mengikuti tren. Sebalik an-dorongan yang berlawanan sifat. Bagaikan
nya. Aku mau mengatakan bahwa jangan-ja tarian, suatu tarik-tolak yang bermutu adalah
ngan memang ada kebutuhan dan dorongan yang berintensitas tinggi dan penarinya tidak
yang otentik untuk mengungkapkan kemu jatuh. Jika disederhanakan, empat dorongan
rungan itu. Dan ada kesempatan juga. Tren atau rasa dasar adalah: untuk mengada, untuk
itu, sebagai gejala permukaan, terjadi dengan meniada, rasa kebenaran, rasa keindahan.
sendirinya.
Paling mudah dalam menilai karya adalah
Ada suatu gejala yang menarik: di antara para mulai dari bahasa. Seperti telah dibincang di
perempuan yang menulis kisah gelap dan atas, bahasa dalam sastra adalah bahasa yang
murung, banyak yang menggarap hubungan hidup. Ia bukan bahasa yang hanya digunakan
ibu dan anak. Di situ, rahim merupakan lokus untuk menyampaikan konsep-konsep jadi.
permasalahan. Seperti juga pada novelmu: Sastra adalah alam di mana bahasa hidup da
Jalan Lahir. Ini bagaikan antitesis dari nilai- lam memberi bentuk pada yang belum stabil.
nilai dominan masyarakat yang mengidealisasi Yang belum stabil itu adalah rasa-rasa atau
ibu dan kerahiman. Cerita-cerita kalian menyo dorongan-dorongan. Dan kita akan melihat
dorkan sisi lain—yang selama ini disembu rasa-rasa atau dorongan-dorongan yang sa
nyikan—oleh pengagungan itu. Sisi itu niscaya ling bertentangan. Misalnya: Dorongan untuk
gelap. Gejala ini sebenarnya sungguh pantas di tunduk pada gramatika kerap bertentangan
kaji lebih lanjut. Sayangnya, bukan tempatnya dengan dorongan untuk melawan tata bahasa.
di sini. Di sini, aku harus mempertanggung Rasa keindahan sering bertentangan dengan
jawabkan kenapa Jalan Lahir merupakan pe rasa kebenaran.
menang hadiah sastra ‘Rasa’ 2023.
Membaca kamu, kita pun segera tahu, karyamu
Ya. Jika kemurungan dan kegelapan adalah ge tak punya persoalan teknis dalam bahasa.
jala bersama—juga kemurungan dalam hal ke- (Teks yang punya masalah bahasa belum tentu
rahim-an—apa yang istimewa dari karyamu? jelek atau lemah. Kita masih bisa menganalisa
Inilah yang kuanggap istimewa: konsentra kenapa suatu teks menggunakan bahasa yang
simu pada aborsi dan kematian janin atau bayi. bermasalah. Jika alasannya kokoh, ada ke
Fokus itu digarap sangat kuat dan mencekam. mungkinan teks itu bagus, alias punya ikatan
Cerita kedua, “Rukmini”, bercerita tentang ibu Cerita keempat, “Ayaka”, berlatar Jepang di
dan nenek Nastiti, yang juga murung. Dikisah masa kini. Kita bertemu dengan tokoh yang
kan dalam bingkai sejenis wawancara antara muncul di cerita pertama. Bukan Nastiti, me
seorang penulis Belanda dengan ibunda Nas lainkan perempuan yang ditinggalkan oleh
titi, tentang masa pendudukan Jepang yang lelaki yang terobsesi Nastiti. Ia telah menikah
kejam. Di sini kita tahu bahwa Nastiti adalah dengan pria Indonesia yang bekerja di Jepang.
anak perselingkuhan ibunya dengan teman Cerita ini mengisahkan kehampaan seorang
kerja. Sedangkan nenek Nastiti menjadi jugun istri di negeri asing, yang menikah dengan
ianfu untuk seorang perwira Jepang yang se pria baik-baik yang tidak begitu mencintainya
benarnya lumayan ganteng dan tidak jahat, dan tak begitu ia cintai. Cerita ini juga sangat
tapi ia tetap ingin membunuh bayi yang dikan murung. Aku, lagi-lagi, tak mau membocorkan
dungnya dari perwira itu. Ada tiga pembuahan apa yang terjadi di akhir cerita.
dari persetubuhan yang melanggar nilai di sini.
Persetubuhan seorang tuan Belanda dengan Demikianlah kalau kita membaca untuk men
gundiknya, persetubuhan perwira Jepang de cari informasi. Cara baca yang tidak asyik.
ngan jugun ianfu peliharaannya, persetubuh Malah merusak kenikmatan novel. Anehnya,
an seorang pramugari dengan rekan kerjanya. kita membutuhkan juga cara membaca begi
Ada lagi yang anonim dan selintas: gadis yang tu—terutama untuk menganalisa. Cara baca
hamil di kamp jugun ianfu dan diaborsi oleh yang kedua adalah menangkap kesan. Tepat
dokter Jepang. Semuanya, langsung maupun nya, membiarkan diri dikuasai oleh kesan-ke
tak langsung, menghasilkan dukacita. Jika di san. Kesan itu hadir dalam keutuhan tiap
deskripsi dan adegan, serta dalam bahasa yang
“You know what so good about the truth? Everyone Kelihatannya akan terjadi sesuatu yang ku
knows what it is however long they’ve lived without it. rang baik dengan video ini.” (Amelia R. 2016)
No one forgot the truth … they just get better at lying.”
(Revolutionary Road, film, 2008) Selanjutnya, kita tahu, adalah serangkaian demon
strasi memprotes Ahok dengan tuduhan menista
Pendahuluan agama Islam. Beberapa bulan setelah Ahok dipenja
ra, 14 November 2017, Buni Yani pun dijatuhi vonis
Pada mulanya adalah potongan video. Orang In penjara selama 1,5 tahun (Lazuardi 2017, dan Ty
donesia belum lupa pada pemandangan ini: ribuan son 2021). Ia terbukti melanggar UU Informasi dan
orang berkumpul di lapangan Monumen Nasional, Transaksi Elektronik.
kebanyakan berpakaian putih, salat ber jamaah,
menyuarakan ayat-ayat suci, menyerukan nama Makalah ini bukan hendak mengupas “penista
Allah sebagai Mahabesar, lalu mengajukan tun an Agama” dan aksi protes yang terjadi beberapa
tutan politik. Aksi pada 2 Desember 2016 itu kelak tahun silam. Nukilan riwayat di atas untuk meng
berhasil. Gubernur Jakarta, kala itu, Basuki Tjahaja antar pada masalah utama, yakni penggunaan
Purnama, dipenjarakan selama dua tahun. Ia di media sosial (Facebook, YouTube, dan lain-lain) dan
anggap menista agama Islam. bagaimana kebrutalan digital atau susulannya di
dunia wadak dapat terjadi karena algoritma dig
ital. Makalah ditulis seusai menonton dokument
er The Social Dilemma yang disiarkan oleh layanan
Latar kisah biasa saja. Selama menjabat gubernur,
pengaliran media digital, Netflix, mulai 9 September
Basuki Tjahaja Purnama—disapa Ahok—mengung
2020.
gah rekaman kegiatan kerjanya ke kanal YouTube
milik Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ada lima bagian yang akan dihadirkan dalam tu
Ia ingin agar rapat, kunjungan, temu warga, dan lisan ini. Pertama, memberi rangkuman film dan
lain-lain yang ia lakukan sebagai kepala pemerin pesan utama yang ingin disodorkannya kepada
tahan provinsi dapat dipantau oleh penduduk Ja pemirsa; kedua, upaya menguraikan apa yang di
karta. Ada motif transparansi yang ingin ia ajukan. maksud oleh The Social Dilemma sebagai dilema
The Social Dilemma seperti mau mengacu pada gam Tidak bisa tidak, agar rencana di atas dapat berjalan
baran Kollock (1998) tentang dilema sosial, yakni dan mencapai hasil optimal perlu kerja sama total.
suatu situasi ketika rasionalitas individu mengarah Kenyataannya, generator tersebut ambruk karena
pada irasionalitas kolektif. Kollock mencontohkan kebanyakan orang ternyata menyalakan beberapa
tindakan terpuji yang dilakukan oleh petani dan lampu, menggunakan air panas, menyetel pema
Lange, Paul A.M. Van, Daniel Balliet, Craig D. Facebook. 2020. What ‘The Social Dilemma’ Gets
Parks, dan Mark Van Vugt. 2014. Social Wrong. Oktober. Diakses Desember 2022.
Dilemmas: The Psychology of Human Cooper https://about.fb.com/wp-content/up
ation. New York: Oxford University. loads/2020/10/What-The-Social-Dilem
ma-Gets-Wrong.pdf.
Lanier, Jaron. 2018. Ten Arguments for Deleting Your
Social Media Accounts Right Now. New Lazuardi, Iqbal Tawakal. 2017. Buni Yani Divonis
York: Henry Holt and Company. 1,5 Tahun Penjara. 14 November. Diak
ses Desember 2022. https://nasional.
Manning, Philip. 2007. Erving Goffman and Modern tempo.co/read/1033655/buni-yani-divo
Sociology. Cambridge: Polity Press. nis-15-tahun-penjara.
Orton-Johnson, Kate, and Nick Prior. 2013. Digital Loft, Scraps from the. 2020. The Social Dilemma
Sociology: Critical Perspectives. London: (2020) Transcript. Oktober. Diakses De
Palgrave MacMillan. sember 2022. https://scrapsfromtheloft.
com/movies/the-social-dilemma-mov
Zuboff, Shoshana. 2019. The Age of Surveillance Cap
ie-transcript/.
italism: The Fight for a Human Future at the
New Frontier of Power. New York: Public R, Mei Amelia. 2016. Polisi: Buni Yani Sengaja
Affairs. Posting Status di Video Ahok untuk Ajak
Diskusi. 24 November. Diakses Desem
Jurnal dan Pidato Ilmiah
ber 2022. https://news.detik.com/
berita/d-3353924/polisi-buni-yani-sen
Kollock, Peter. 1998. “Social Dilemmas: The Anat
gaja-posting-status-di-video-ahok-untuk-
omy of Cooperation.” Annual Review of
ajak-diskusi.
Sociology (University of Alabama) 24 (01):
183-214.
Sapien, Human First. 2021. “Let’s Solve the Social
Dilemma: A Sapien Whitepaper.” Sapien
Lim, Merlyna. 2021. “Ritme dan Algoritme
Network. Diakses Desember 2022. https://
Kebudayaan.” Pidato Kebudayaan Dewan
assets.website-files.com/617ff092007ba6
Kesenian Jakarta. Jakarta: Dewan Kesenian
b009790420/6181067a5355f15f55353ff2_
Jakarta, 10 November.
SPN_Whitepaper_RW2021_1.2.pdf.
n Gambar 1 – Syakieb Sungkar, “Moral Guard Police”, triptych, 100 X 240 cm2, oil on canvas, kayu, brookat, dan kolase, 2022.
Sudut pandang ini menjadikan lukisan sebuah dengan adat ketat, merupakan representasi tanda
pergulatan ketika dalam proses penciptaan, bahwa tradisi itu hidup. Pada lukisan ini tergambar
ia mempunyai diskursus yang menjembatani bahwa tradisi dan adat mempunyai teritori yang
bagaimana munculnya suatu kreasi: macan terbang kuat. Apakah Indonesia yang seperti itu yang
versi sang pelukis. Macan imajiner itu mempunyai diidamkan Pancasila? Atau setidaknya pemikiran
anatomi di luar macan pada umumnya. Dua kaki seperti itulah yang mengendap dalam sanubari
depan terlihat, sedangkan dua kaki belakang tidak kebanyakan orang Indonesia. Panel ini merupakan
diterapkan seutuhnya. Terlipat ke belakang tertutup idealita sebagian besar masyarakat, “karya
berbagai warna yang ditorehkan di antara bentuk, seni lebih ditekankan pada aspek pengalaman
sapuan warna dan posisi kaki saat binatang terbang, atau mengalami – ketika estetika berinteraksi
tertarik ke belakang, karena macan ini bersayap dan dengan seni dan realitas.”4 Pada bagian bawah
bergerak seakan terbang. Macan terbang hingga figur penari diletakkan 4 potongan kolase kayu
ekor yang tidak terlihat seutuhnya, dalam kenyataan yang merepresentasikan sebuah panggung.
kehidupan tidak mungkin ada. Tetapi melalui Perempuan seperti itulah yang sesungguhnya
bahasa “imajinasi” dapat diurai menjadi “bahasa mendapat ‘panggung’ dalam perjalanan kehidupan
pertama yang dialami setiap manusia”3, begitu masyarakat.
Afrizal Malna memberi uraiannya atas imajinasi.
Perspektif imajinasi dapat merangkai realitas yang
4 Sungkar, Syakieb (2022). Seni Sebagai Pembebasan,
3 Malna, Afrizal (2021). Kandang Ayam. Yogyakarta: Sebuah Telaah Tentang Estetika Adorno. Yogyakarta:
Diva Press. h. 31 Penerbit Circa. h. 178
5 Adorno, Theodor (1997 [1970]). Aesthetic Theory. 8 Wilson, Ross (2007). Theodor Adorno. New York:
terj. Robert Hullot-Kentor. USA: Continuum, Routledge. h. 50
University of Minnesota, h. 8.
9 h t t p s : / / w w w. t h e b u r n i n g p l a t f o r m .
6 Adorno (1997), Aesthetic Theory, 58 com/2021/03/06/all-112-genders-plus-the-71-
suffixes/ diakses tanggal 25 Desember 2022,
7 Aesthetic Theory, 225 pukul 07:41.
Tetapi dalam lukisan ini gambaran lakon ada dalam 3. Adorno, Theodor (1991). Notes to Literature, vol.
masing-masing panel yang memuat subyek dengan 1, terj. Shierry Weber Nicholson. New
jelas dan kentara. Gambaran panel 1 dari lukisan York: Columbia University Press.
ini, melukiskan elemen yang memperlihatkan
4. Mohamad Goenawan (2021). Estetika Hitam
kenyataan sosial yang berkembang saat ini.
Adorno, Seni, Emansipasi. Yogyakarta:
Bagaimana seorang pemimpin seperti Gus Dur
IRCIsoD.
dengan gaya kepemimpinannya yang santai,
penuh humor dan memberi solusi atas berbagai 5. Hegel, GWF (1977). Phenomenology of Spirit. terj.
penyelesaian konflik yang hingga kini masih AV Miller. Oxford: Oxford University
dirindukan masyarakat. Press.
Tetapi Gus Dur telah tiada, hanya nilai-nilai yang 6. Malna, Afrizal (2021). Kandang Ayam.
tertinggal yang dapat kita kenali untuk memberi Yogyakarta: Diva Press.
jawaban atas persoalan sosial hari ini. Tanda
dalam lukisan berbentuk tulisan dengan slogan 7. McGrath, Larry. (Un)Doing Critical Philosophy:
Gus Dur, Gitu Aja Kok Repot, sebenarnya dapat Reflection on Adorno’s Aesthetic Theory.
memberi jalan bagaimana pemahaman yang lokal Berkeley: University of California.
dapat menyaring budaya sehari-hari dengan nilai
baru yang muncul, sehingga dapat menemukan 8. Moleong, Lexy J (2000). Metodologi Penelitian
jawabannya. Walhasil lukisan ini merupakan Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
dialog visual yang merepresentasi zaman dari
imajinasi pelukis, walau dapat mengundang 9. Sungkar, Anna (2019). Street Art dalam Narasi
polemik. “Tulisan-tulisan Adorno tentang seni Sebuah Kota. Jurnal Seni Urban, Pasca
sedikit banyak mengandung sifat polemis, di Sarjana Institut Kesenian Jakarta. ISSN:
sana-sini bisa berlebihan dan keliru”.25 Demikian 2164-2767. Volume 2, No. 2, April –
Goenawan Mohamad menuliskan dalam bukunya. September 2019.
Bagaimanapun, Moral Guard Police, telah berusaha
untuk menyampaikan sesuatu, kondisi yang 10. Sungkar, Syakieb (2022). Seni Sebagai
terjadi saat ini. Walau kita juga menyadari bahwa Pembebasan, Sebuah Telaah Tentang
setiap diskursus dalam karya seni selalu berubah, Estetika Adorno. Yogyakarta: Penerbit
mempunyai sensitivitas dan beradaptasi dengan Circa.
kondisi yang ada.
11. Suryajaya, Martin (2016). Sejarah Estetika: Era
Klasik Sampai Kontemporer. Jakarta: Gang
Kabel dan Indie Book Center.
Keywords: Krisis sub-prime, proliferasi, neoliber mah sekaligus. Hal itu diperbolehkan, bank tidak
alisme, regulasi negara melakukan pengecekan atas kemampuan orang
itu membayar cicilan bulanan. Karena bank telah
Pendahuluan bekerja sama dengan agen property agar status
rumah yang baru dibangun dinyatakan sold-out.
Ekonomi Amerika yang begitu bebas pada akhirnya
memberikan kesempatan “orang keuangan” un Sepertinya bisnis property mengalami booming,
tuk memanipulasi pasar modal dan menipu rakyat padahal itu suatu pertumbuhan palsu, karena
kecil. Hal itu yang terjadi ketika tunggakan kredit pembeli rumah yang bonafide nyaris tidak ada.
rumah malah disulap sampai mengkilap, dan dija Ketika terjadi gagal bayar angsuran di mana-ma
dikan stok berharga di bursa saham. Sehingga me na, maka cicilan orang yang menunggak itu jus
nimbulkan krisis finansial pada tahun 2007. tru dijadikan aset untuk dimanipulasi menjadi
Sol Picciotto dalam “Mediating Contestations of Pri John Braithwaite dalam papernya, Meta gover
vate, Public and Property Rights in Corporate Capital nance of path dependencies: Regulation, welfare and
ism”3, mengatakan bahwa perubahan politik dan markets,4 mengatakan bahwa krisislah yang telah
membuat pasar menjadi bergantung pada regula
3 Picciotto, Sol (2013). Mediating Contestations of Private, 4 Braithwaite, John (2021). Meta governance of path depen-
Public and Property Rights in Corporate Capitalism. Spain: dencies: Regulation, welfare and markets. The Annals of
Onati International institute. ISSN: 2079-5971. So- the American Academy of Political and Social Science
cio-Legal Series, v. 3, no. 4. 671(1).
Regulator menggunakan teknologi yang secara Regulatory Capitalism dianggap berbahaya kare
langsung melakukan pemantauan dan menen na menciptakan kolusi antara swasta dengan Pe
tukan kemungkinan pelanggaran. Teknologi itu merintah yang menyetir sedemikian rupa agar
sekaligus dapat memutuskan alokasi sumber regulasi yang diciptakan dapat menguntungkan
daya untuk pemeriksaan. Dalam hal ini MIDAS segelintir orang atau para kroni. Hukum dan
(Sistem Analisis Data Informasi Pasar) dipakai peraturan dibuat agar berpihak kepada pemodal,
bukan kepada kesejahteraan masyarakat. Namun
demikian adanya penemuan dalam sistem dan
teknologi baru telah menimbulkan optimisme
sehingga kecurangan-kecurangan yang terjadi
dalam transaksi cepat bursa spekulatif dapat di
deteksi untuk kemudian dicegah dan ditindak
5 Schmidt, Rebecca dan Scott, Colin (2021). dalam “Regu- lanjuti secara hukum oleh Pemerintah.
latory discretion: structuring power in the era of regulatory capi-
talism. S.L.S. Society of Legal Scholar. Legal Studies, 41,
454–473, doi:10.1017/lst.2021.13. h. 472.
n Gambar 1 - Iskandar Fauzy, “Should I Bring a War in front of Your Door”, 180 x 300 cm2, 2022.
“Sejarah telah disebut sebagai permainan susun wawancara dengan Anni Oates dari Art World Fo
gambar maha besar dengan banyak bagiannya yang rum pada 9 Juni 2016.2 Kita lihat, misalnya, Should I
hilang. Namun, masalah utamanya bukanlah beru Bring a War in front of Your Door (180 x 300 sentime
pa kekosongan (...) Gambaran yang kita miliki telah ter). Di sini, Sukarno (1901-1970, Presiden pertama
dipilih dan ditentukan sebelumnya, lebih sedikit Republik Indonesia), John F Kennedy (1917-1963,
yang disebabkan oleh ketidaksengajaan daripada Presiden Amerika Serikat ke-35), Josef Stalin (1878-
akibat tindakan orang-orang yang secara sadar atau 1953, Perdana Menteri Uni Soviet), dan Franklin
tidak sadar dijiwai oleh pandangan tertentu dan Delano Roosevelt (1882-1945, Presiden Amerika
berpikir bahwa fakta-fakta yang mendukung pan
dangan tersebut layak dipertahankan.”1 2 Lihat Anni Oates, “A Good Artist Copies, But A
Great Artist Steals: In Discussion with Indonesian
Dengan itu, saya ingin membicarakan lukisan-lukis Artist Iskandar Fauzy,” dalam https://www.artan-
donly.com/a-good-artist-copies-but-a-great-artist-
1 Carr, E.H. (2014). Apa Itu Sejarah? terj. Gatot Triwi- steals-in-discussion-with-indonesian-artist-iskandar-
ra. Depok: Komunitas Bambu. hlm. 11-12. fauzy/. Diakses pada 16 September 2022.
Serikat ke-32), dengan seragam kebesaran masing- Jadi, harus dikatakan, peristiwa yang tergurat di
masing, berkumpul di sebuah ruangan berhiaskan kanvas itu bukan peristiwa ostensif atau peristiwa
lukisan entah apa dan berperapian kayu dengan yang benar-benar terjadi, yang dapat dibuktikan
miniatur kapal layar di atasnya. secara historiografis, melainkan peristiwa deskrip
tif atau peristiwa yang ada di kanvas itu belaka—
Para Pemimpin Dunia itu tampak terkejut mena yang hanya dimungkinkan oleh imajinasi dengan
tap Tony Montana “berwajah bekas luka”—dengan intensi kritis, moralistik, atau maknawi. Di sinilah
tangan kiri berbebat gendongan dan tangan kanan saya kira tempat yang pas untuk menggarisbawahi
menenteng pistol hitam siap menyalak—di hadap peran penting Iskandar Fauzy sebagai pencipta lu
an mereka; seperti terkesima dengan kemunculan kisan itu dan sepuluh lukisan lainnya di seteleng
tiba-tiba seorang begundal hina-dina di antara ini. Dengan imajinasi dan intensi tertentunya, pe
mereka yang mulia lagi ternama. rupa kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, 12
April 1972 ini menemu-rupakan sejarah, alih-alih
Tony Montana adalah gembong narkoba utama membuat fiksi sejarah, yang memampukan pemir
Miami asal Kuba dalam Scarface (1983), film gang sa menghikmati satu-dua kemungkinan lain dalam
ster ciamik yang kini telah menjadi klasik, besutan memahami sejarah.
sutradara kawakan Amerika Serikat Brian De Pal
ma (l. 1940). Tony Montana diperankan dengan Baiklah diketahui terlebih dahulu, istilah “me
memukau oleh aktor terkemuka Amerika Serikat nemu-rupakan sejarah”—pun “sejarah yang
kelahiran 1940—Al Pacino. Dengan begitu, kita pun ditemu-ciptakan” sebagai judul pameran tunggal
mafhum bahwa peristiwa di kanvas itu merupakan Iskandar Fauzy ini—diambil dan diubah dari isti
peristiwa khayali alias karang-karangan Iskandar lah “sejarah yang ditemu-ciptakan” Bernard Lewis
Fauzy. Penghayat sejarah tentu lebih mafhum lagi (1916-2018), sejarawan Yahudi Inggris-Amerika.
bahwa benar Sukarno pernah bertemu Kennedy, Dalam bukunya (saya membaca edisi bahasa In
betul Stalin pernah bersua Roosevelt. Tapi Stalin donesianya yang terbit pada 2009), History: Re
dan Roosevelt tak pernah berjumpa Sukarno dan membered, Recovered, Invented—Profesor Emeritus
Kennedy di suatu tempat pada masa tertentu. bidang Timur Tengah Princeton University, Ameri
ka Serikat, itu menulis sebagai berikut:
Allen Abel (misalnya, serial Indonesian Heroes, 2013), Mohamad, Semua untuk Hindia (kumpulan cerita
Agan Harahap (contohnya, Post Card for Jokowi-JK, pendek, 2014) Iksaka Banu, Kura-Kura Berjanggut
2014), Jeff Wall (misalnya, Dead Troops Talk: A Vi (novel, 2018) Azhari Aiyub, dan Kereta Lembu Semar
sion After an Ambush of a Red Army Patrol near Moqor, (novel, 2022) Zaky Yamani.
Afghanistan, Winter 1986, 1992), dan Sherrie Levine
(contohnya, After Walker Evans, 1981); atau film-film Sementara itu, secara tematik, lukisan-lukisan fik
perang Francis Ford Coppola (misalnya, Apocalypse si sejarah Iskandar Fauzy ini merupakan sebuah
Now, 1979), Teguh Karya (contohnya, November variasi “baru” dari—untuk menyebut yang cepat
1828, 1979), Oliver Stone (misalnya, Platoon, 1986), teringat—lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro
Steven Spielberg (contohnya, Saving Private Ryan, (1857) Raden Saleh, lukisan Penjaga Malam #2 (2004)
1998), dan Quentin Tarantino (misalnya, Inglourious Bambang Darto, karya-karya fiksi sejarah “kola
Basterd, 2009). borasi” Agung Kurniawan, Agus Suwage, Lian
Sahar dan Maryanto Beb, khususnya yang pernah
Kalau boleh melebarkannya ke khazanah sastra dipajang dalam pameran Masa Lalu Masa Lupa di
Indonesia, saya kira lukisan-lukisan fiksi sejarah Rumah Seni Cemeti pada 2006, lukisan Bung Ayo
Iskandar Fauzy, jebolan Desain Interior, Fakultas Bung, Mari ke Yogya (2020) Mahdi Abdullah, atau
Seni Rupa, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, ini instalasi Luka dan Bisa Kubawa Berlari (2022) Timo
berkerabat secara artistik dengan—untuk menye teus Anggawan Kusno. Dengan kekerabatan ar
but sejumlah karya sastra yang pernah saya baca— tistik dan variasi “baru” itu, lukisan-lukisan fiksi
Burung-Burung Manyar (novel, 1981) Y.B. Mangun sejarah Iskandar Fauzy ini menuntut—ambil alih
wijaya, Aku: Berdasarkan Perjalanan Hidup dan Karya kata-kata Susan Sontag—keterlibatan yang le bih
Penyair Chairil Anwar (skenario film, 1987) Sjuman reflektif pemirsa dengan pokok perupaan yang
Djaya, Arok-Dedes (roman, 1999) Pramoedya Anan memerlukan intensitas pemahaman sonder mema
ta Toer, Dari Batavia sampai Jakarta 1616-1999 (kum tikan perasaan. Oleh karena itu, saya kira Iskandar
pulan sajak, 2001) Zeffry J. Alkatiri, Tan Malaka dan Fauzy bijaksana ketika mengutarakan pernyataan
Dua Lakon Lain (naskah drama, 2009) Goenawan ini kepada Anni Oates:
n Gambar 3 - The Creation of Adam (1512) fresko gambar dinding, karya Michaelangelo (Repro: https://commons.wikimedia.org/wiki/ jpg)
n Gambar 4 - Constelation: Awakening at Dawn, 1941. Joan Miro Gouache, paper (46 x 38 cm2)
(Repro: www.joan-miro.net)
Drawing, literasi gambar Chryshnanda DL, dkk. (2021). Kidung Jiwa Nashar
Tonggak dan Martir Seni Rupa Abstrak
Sehubungan dengan kondisi drawing sebagai Indonesia. Kampung Semar: Rumah
sarana baca yang berhubungan dengan literasi Gagas Kreatif.
menggambar, sangat erat hubungannya sebagai
representasi ruang batin seniman dan penikmat Ika Ismurdiyahwati (2020). Buku Ajar Sejarah Seni
karyanya. Banyak seniman dengan skill yang luar Rupa Modern Dan Kontemporer. Sura
biasa, dapat dengan mudah menyampaikan ide baya: Adi Buana University Press.
gagasan menggambarnya dengan teknik drawing.
Oleh karena itu, dimulai dari Leonardo Da Vin Jakob Sumardjo (2015). Estetika Paradoks. Ban
ci dengan skill yang luar biasa, serta rasa keingin dung: Kelir
tahuan yang sebenarnya, tentang manusia sebagai
Mancini, Anne (2014). Australian Perspectives On
manusia, yang kemudian membandingkan dengan
An Issues – Based Approach. Long Man
binatang dalam studi anatominya, menjadi media
belajar selama berabad pada ilmu anatomi manu
Primadi Tabrani (2006). Kreativitas & Humanitas.
sia, bahkan pada bidang-bidang kedokteran, yang
Pengantar: Yasraf Amir Piliang. Bandung:
masih berlaku hingga saat ini. Pada perkembang
Jalasutra
annya di Indonesia sendiri, yang terjadi pada seni
man-seniman yang terkenal yang berasal dari tahun Sri Rochana Widyastutieningrum [et.al]. (2021).
40 - 70-an yang juga menggunakan drawing sebagai Rekayasa Budaya, Dalam Ilmu Penge
media rekam dan baca, dalam menggambarkan tahuan, Teknologi dan Seni Digital. ISI
suasana pada saat itu, yang sebenarnya masih terus Press.
berlanjut dari tahun ke tahun, hingga dari generasi
ke generasi. Hal ini disebabkan, karena drawing, Suwarno Wisetrotomo (ed). (2014). Paradoks
bisa dikatakan sebagai media menulis, membaca Mochtar Apin. Edwin’s Gallery, Jakarta.
dan bercerita, yang terus akan digunakan dalam
berkarya rupa hingga jaman kontemporer saat ini. Syakieb Sungkar (2023), Studi Karakteristik Lukis
Drawing secara teknis masih sama dengan teknik an Hendra Gunawan. Jurnal DEKON
sketsa dan ke teknik arsir, dan kemudian ke teknik STRUKSI. Vol. 09, No. 01, hlm. 20 – 31.
gores yang berkembang menjadi teknik drawing
painting dan teknik grafis.
Bagi Nietzsche, “aku” tidak memiliki eksistensi. Sebaliknya, menurut Nietzsche, “aku” hanyalah
“Aku” fiksi semata. Jika “aku” digunakan untuk fiksi. Jika “aku” digunakan untuk menandai sesu
menandai sesuatu, hal itu terjadi karena relasi sub atu, hal itu terjadi karena relasi subyek-predikat
yek-predikat dalam bahasa. Nietzsche berpandang dalam bahasa. Adapun “berpikir” merupakan
an bahwa Descartes “terjerembab dalam jebakan bentuk penyederhaan yang serampangan atas ak
kata-kata”. tivitas sub yek yang adalah“organisme khaotik”,
yaitu organisme yang melampaui kendali dan kog
Mari lebih teliti ketimbang Descartes yang terjerembab nisi sehingga memungkinkan manusia membentuk
dalam jebakan kata-kata. Benar bahwa Cogito hanyalah pengetahuan yang keliru dan sewenang-wenang.
satu kata, tetapi memiliki banyak makna. […] Dalam Dengan demikian, “aku berpikir” juga semacam
cogito yang terkenal itu terkandung: 1) Aku berpikir, 2) organisme khaotik yang bekerja berdasarkan prin
dan aku yakin bahwa aku yang berpikir, 3) tetapi dengan sip-prinsip yang tidak dapat dipahami oleh bahasa.
asumsi bahwa poin kedua belum jelas. Sebagai bentuk
penjelasan, dalam ‘sesuatu berpikir’ [‘es denkt’] masih Nietzsche menyebut “subyek yang terbelah” se
terkandung keyakinan bahwa ‘berpikir’ adalah suatu ak bagai subyek yang dividuum. Subyek yang dividuum
tivitas dengan subyek, setidaknya “sesuatu” [ein ‘es’], ini mampu membelah dirinya dalam ragam “suara”
harus diandaikan — makna ergo sum tidak lebih dari yang berbeda, misalnya suara yang satu memerin
itu! Namun, hal itu hanyalah keyakinan terhadap baha tah, sedangkan suara yang lain menolak. Inilah
sa, yang sudah mengandaikan “sesuatu” dan “aktivitas” yang menjadi basis dalam memahami fenome na
sesuatu itu; kita masih jauh dari kepastian. (Nachlaẞ seperti subyek moral. Nietzsche mengutarakan
1885, KSA 11, 40[23]). “subyek yang terbelah” itu dalam Human, All Too
Human §57:
Nietzsche menengarai bahwa Descartes menco
ba memahami pikirannya sendiri yang adalah Moralitas sebagai subyek yang terbelah dalam diri
“organisme khaotik” berdasarkan aturan dangkal manusia. – Seorang penulis yang baik, yang mencurah
yang pragmatis, yaitu bahasa. Maka, kata Nietzsche, kan segenap hati pada karyanya, mengharapkan ada
Sumber
“In front of these images, one asks oneself: is the poem a Latiff is by no means a commanding voice in his
picture or the picture a poem?’’ — Rilke. country’s intellectual history. But his poetry and
paintings remain esteemed cultural items in to
Simon Soon, from the Universiti Malaya, asks me if day‘s swirl of tastes. He is a witness to the continu
I can discuss the works and ideas of Sutan Takdir ing interface between the verbal and the visual.
Alihsjahbana and Latiff Mohidin, two iconic figures
in our region’s cultural landscape. Simon sees it as As I see it, Latiff’s poems often suggest an attempt to
a way to examine “the artistic, literary and intel produce, as it were, scenes with words. The meta
lectual cross-fertilization between Indonesia and phors sometimes remind me of chiaroscuro drawings,
Malaysia”. with moments of darkness lurking between the
clarity of meanings. Here is a part of his erotic poem:
I am not sure if I can do the job. But let me try.
tujuh lautan
1
satu gelombang
As you all know, the late Takdir Alisyahbana is
the leading member of Indonesia’s ”New Poets”
(Poejangga Baroe) of the 1930s. Latiff Mohidin, the di pusar perutmu
eminent Malaysian painter and poet, on the other berpusing
hand, needs no introduction. His works are being
denyutan purba
exhibited right here in this gallery. I must say, to
place Takdir and Latiff side by side is a curious jux memanggil namaku
taposition. Therefore, my emphasis would, rather,
employ comparison, instead of “cross fertilization.”
kuturuni bukit
Takdir and Latiff come from different eras. Takdir’s kutinggalkan padang luas
formative period was before the Second World War,
when Nusantara, particularly these two sides of the
aku merangkak kembali
Strait, lived under European colonial subjugation
and hegemony. Latiff Mohidin is a different story. ke lubuk kelammu
Born in 1941, he began to produce his important
works within a post-colonial South-East Asia, in the In contrast to Latiff, Takdir’s works practically
1960-s, when Malaysia was beginning to assert its have no link with the visual arts. The only time
presence; it was a period of economic growth and Poedjangga Baroe, the journal he edited, is interest
political stability. ed in painting is when Takdir writes, in two parts,
biographical sketches of Mas Pirngadi, the Indone
Takdir died in 1994, at the age of 84. He remains sian painter in the 1930s. Around that time, one of
an indelible presence in Indonesia’s intellectual life, his poems speaks to a “Tuan Pirngadi” — a subject
but is no longer the catalyst he once was. His prolif I will speak of more in the later part of this paper.
ic years were in the 1930s, when he dominated the
Indonesian literary landscape with his brilliant and 2
controversial essays. He is, basically, an essayist.
Let me begin with a moment of parallelism. Here
As far as I am concerned, his novels, as well as his
is a quote from Latiff Mohidin’s well-known poem:
poetry, are less interesting than his discursive writ
ings. His pieces published in Polemik Kebudayaan,
(an anthology of the 1935 debates on Indonesia’s belayarlah kolek malam
cultural orientations), are exemplary; they define dan datang padaku
Takdir’s corpus of essays as a distinct voice in Indo
nesia’s history of ideas: they articulate a vernacular
zeal for modernity.
Ombak riak berkejar-kejaran At this point, his parallelism with Latiff’s eulogy of
departure stops. Takdir’s advocacy for an exit has
di gelanggang biru di tepi langit. an exuberant tone; Latiff’s voice is more sombre.
Pasir rata berulang di kecup, Takdir’s imaginary journey is buoyant — the waves
evoke bursts of joy (“bergurau bersama ombak”) and
Anna Sungkar adalah kurator dan pengamat seni, telah menyelesaikan program S3 di ISI Surakarta.
Ayu Utami adalah seorang sastrawan yang menamatkan kuliah bahasa Rusia di Fakultas Sastra Universitas Indo
nesia. Ia pernah menjadi wartawan dan mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Novelnya yang pertama,
“Saman”, memberikan warna baru dalam sastra Indonesia dan mendapatkan Prince Claus Award 2000. Novel
yang lain setelah Saman, di antaranya adalah “Larung”, serial “Bilangan Fu”, dan “Cerita Cinta Enrico”. Ia pernah
membuat kumpulan esei yang diberi judul “Si Parasit Lajang”. Ia pernah mendapat penghargaan Achmad Bakrie
di tahun 2018. Kini ia aktif di Komunitas Utan Kayu dan sibuk menggelar forum Filosofi Underground.
Chris Ruhupatty adalah guru Pendidikan Agama Kristen di sebuah sekolah swasta di kota Bogor dan telah selesai
menempuh studi filsafat di Program Magister STF Driyarkara, Jakarta.
Franz Magnis-Suseno adalah seorang imam Katolik, pengajar filsafat, dan juga penulis. Beberapa buku yang per
nah ditulisnya, antara lain: “Etika Jawa, Sebuah Analisa Falsafi” (Gramedia, 1984), “Pemikiran Karl Marx. Dari
Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme” (Gramedia Pustaka Utama, 1999), “Keagamaan Masa Depan -
Modernitas - Filsafat: Harkat Kemanusiaan Indonesia Dalam Tantangan” (Buku Kompas, 2021).
Ika Ismurdiyahwati adalah seorang dosen dan perupa, memperoleh gelar doktor Seni Rupa di Institut Teknologi
Bandung (2007). Mengajar di Universitas PGRI Adi Buana, Surabaya dari tahun 1991 hingga sekarang. Beberapa
buku yang ditulisnya, diantaranya adalah, “Damar Kurung Dari Masa Ke Masa” (2022).
Syakieb Sungkar adalah Alumnus Pascasarjana STF Driyarkara, pernah menulis buku “Melacak Lukisan Palsu”
(Gramedia Pustaka Utama, 2018) dan “Seni Sebagai Pembebasan” (Circa, 2022).
Wahyudin adalah kurator seni rupa dan penulis. Belajar etnografi di Program Studi Antropologi Pascasarjana
UGM Yogyakarta (Angkatan 1999). Buku seni rupanya yang sudah terbit adalah “Bergerak dari Pinggir” (2018),
“Omong Kosong di Rumah Seni Cemeti” (2019), “Bertandang ke Galeri (2020), dan “Oei Hong Djien: Delapan
Puluh nan Ampuh” (2021).