merupakan gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya
(BES). Bursa efek pertama yang didirikan di Indonesia adalah Bursa Efek
Jakarta (BEJ) pada Desember 1912. BEJ didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. BEJ sempat ditutup
selama periode perang dunia pertama dan kembali dibuka pada tahun 1925
bersamaan dengan Bursa Efek Semarang dan Surabaya. Namun pada awal tahun
1939, Bursa Efek Semarang dan Surabaya ditutup karena adanya isu politik
perang dunia kedua. Pada tahun 1942, BEJ menyusul ditutup dengan alasan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
baru di bawah Departemen Keuangan. Peresmian kembali bursa efek ini tidak
belum merasakan kebutuhan akan bursa efek. Sehingga, perusahaan saat itu juga
tidak begitu antusias menjual sahamnya pada masyarakat. Oleh karena itu, untuk
besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang jelas dan transparan. Selanjutnya,
pada tahun 2000. Tahun 2001, BEJ mulai menerapkan remote trading
digabungkan ke dalam BEJ sebagai pasar saham dan menjadi BEI. Hal ini
Indonesia.
2) Sektor Pertambangan
Bangunan
3) Sektor Keuangan
sudah masuk dalam perusahaan publik yang sudah terdaftar di BEI dan dibagi
menjadi beberapa sub sektor, diantaranya meliputi sub sektor bank, sub sektor
lembaga pembiayaan, sub sektor perusahaan efek, sub sektor asuransi dan sub
sektor lainnya.
merupakan salah satu lembaga keuangan yang terdaftar dalam BEI yang berada
disektor keuangan yang memiliki peran sebagai perantara keuangan dari dua
pihak, yakni pihak yang berlebih dana dengan pihak yang kekurangan dana.
Salah satu fungsi perbankan adalah sebagai financial intermediary
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
Dividen Payout Ratio (DPR). Besarnya pembagian dividen pada bank umum
Risk taking bank dapat diukur dengan menggunakan Z-score untuk masing-
masing bank.
Lnz
No Bank
2018 2019 2020
1 PT Bank Rakyat Indonesia Agrioniaga Tbk 82.75 72.58 72.69
2 PT Bank Capital Indonesia Tbk 152.13 105.97 123.91
3 PT Bank Bukopin Tbk 459.88 430.73 710.75
4 PT Bank Mestika Dharma Tbk 0.00 0.68 15.78
5 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 7.29 7.83 9.19
6 PT Bank Raykat Indonesia (Persero) 4.62 4.97 5.24
7 PT Bank Tabungan Negara (Persero) 61.46 61.32 53.38
8 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 6.23 6.85 7.80
9 PT Bank Ganesha Tbk 1250.43 1284.66 1495.66
10 PT Bank Ina Perdana Tbk 1553.61 1057.75 1127.39
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
11 dan Banten Tbk 15.90 15.08 3.90
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
12 Timur Tbk 9.17 8.25 9.40
13 PT Bank Maspion Indonesia Tbk 34.69 33.29 -0.25
14 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 6.08 6.21 7.25
15 PT Bank Bumi Arta Tbk 35.09 33.11 35.94
16 PT Bank CIMB Niaga Tbk 15.89 17.44 8.98
17 PT Bank Permata Tbk 45.70 50.66 42.00
18 PT Bank Sinarmas Tbk 2115.06 2186.06 3126.21
19 PT Bank BTPN Tbk 6.06 6.17 19.38
PT Bank China Construction Bank
20 Indonesia Tbk 147.05 145.48 199.45
21 PT Bank Mega Tbk 5.44 13.32 7.66
22 PT Bank Nationalnobu Tbk 195.09 212.86 220.79
PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906
23 Tbk 12.55 11.83 4.28
24 PT Maybank Indonesia Tbk 24.35 27.74 32.22
Sumber : Data diolah, 2022
(kegagalan). Z-score yang lebih tinggi menunjukkan bahwa bank lebih stabil.
Artinya semakin tinggi nilai Z-score berarti semakin besar jarak bank dari
kegagalan. Semakin besar jarak bank dari kegagalan menunjukkan adanya risk
taking yang semakin rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai rasio
rendah nilai rasio menunjukkan adanya risk taking yang semakin tinggi.
Free Cash Flow merupakan gambaran perusahaan dari arus kas yang
Tabel 4.3
Data Free Cash Flow
N FCF
Code Bank
o 2018 2019 2020
AGR PT Bank Rakyat Indonesia Agrioniaga
1
O Tbk 11.59 -9.68 2.72
2 BACA PT Bank Capital Indonesia Tbk 10.58 -11.14 0.00
3 BBKP PT Bank Bukopin Tbk -6.43 -2.09 -16.86
BBM
4 PT Bank Mestika Dharma Tbk
D -1.49 -2.35 13.40
PT Bank Negara Indonesia (Persero)
5 BBNI
Tbk -0.29 -1.27 8.37
6 BBRI PT Bank Raykat Indonesia (Persero) 4.56 3.41 4.62
7 BBTN PT Bank Tabungan Negara (Persero) -0.61 -4.64 7.56
BDM
8 PT Bank Danamon Indonesia Tbk
N 2.64 -4.43 7.76
9 BGTG PT Bank Ganesha Tbk -0.68 6.86 18.45
10 BINA PT Bank Ina Perdana Tbk 13.37 8.07 27.16
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
11 BJBR
Barat dan Banten tbk -4.87 -5.21 -7.03
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
12 BJTM
Timur Tbk 15.09 3.08 0.38
BMA
13 PT Bank Maspion Indonesia Tbk
S 5.49 1.98 2.12
14 BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk -2.46 2.10 7.30
15 BNBA PT Bank Bumi Arta Tbk -0.02 -0.80 8.72
BNG
16 PT Bank CIMB Niaga Tbk
A -0.02 0.99 10.43
17 BNLI PT Bank Permata Tbk -3.00 -1.14 0.75
18 BSIM PT Bank Sinarmas Tbk -2.48 -2.66 5.29
19 BTPN PT Bank BTPN Tbk 4.88 -6.41 10.30
MCO PT Bank China Construction Bank
20
R Indonesia Tbk -13.41 -0.28 -9.47
MEG
21 PT Bank Mega Tbk
A -3.66 3.63 -0.40
NOB
22 PT Bank Nationalnobu Tbk
U 2.02 -15.80 -6.03
PT Bank Woori Saudara Indonesia
23 SDRA
1906 Tbk -13.42 -0.84 -12.82
24 BNII PT Maybank Indonesia Tbk -4.03 3.73 17.71
Sumber : Data diolah, 2022
Jika free cash flow dari perusahaan adalah positif (FCF ≥ 0) maka
keuangan perusahaan dalam kondisi yang baik. Jika Free cash flow perusahaan
saham dari perusahaan tersebut. Free cash flow yang sangat tinggi mungkin
baik, seperti memperbarui peralatan atau pun mesin pabrik. Sebaliknya, free cash
flow yang negatif tidak selalu berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan,
deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), maksimum,
minimum, dan standar deviasi dari variabel yang diteliti. Berdasarkan data yang
diolah menggunakan program pengolah data (IBM SPSS 25) diperoleh hasil
Tabel 4.4
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Risk Taking 72 -.25 3126.21 269.2550 596.61556
Free Cash Flow 72 -16.86 27.16 1.0957 8.12573
Payout Ratio 72 .00 72.56 22.0217 23.32893
Valid N (listwise) 72
Sumber : Data Sekunder diolah (IBM SPSS 22)
sebagai berikut:
Nilai rata-rata (mean) sebesar 22.01 dan standar deviasi sebesar 23.33.
5 Risk Taking
Risk taking periode 2018-2020 berada diantara -.25 dan 3126.21. Nilai
Free cash flow periode 2018-2020 berada diantara -16.86 - 27.16. Nilai
rata- rata (mean) sebesar 1.0957 dan standar deviasi sebesar 8.12573.
free cash flow tertinggi adalah PT Bank Ina Perdana Tbk tahun 2020
dilakukan uji asumsi klasik yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
kesalahan atau bias dalam model regresi yang digunakan. Berikut ini uji asumsi
dengan melihat tampilan grafik Normal Probability Plot (P-P Plot Test) dan
grafik histogram.
Lain halnya dengan apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau
tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
secara normal ditunjukkan dengan pola yang terbentuk simetris tidak melenceng
Berdasarkan gambar 4.1 maka dapat dilihat tampilan Normal P-P Plot
garis diagonal. Dari hasil diatas maka model regresi tersebut layak
digunakan. Untuk lebih meyakinkan hasil dari normalitas data dari model
asumsi normalitas.
variabel bebas yang ditunjukkan oleh angka tolerance dan Variance Inflation
angka tolerance > 0,10 dan VIF < 10 maka dapat menunjukkan bahwa
berikut:
Collinearity Statistics
Variabel Keterangan
Tolerance VIF
Tidak Terjadi
0.971 1.029
Risk Taking Multikolinearitas
Tidak Terjadi
0.971 1.029
Free Cash Flow Multikolinearitas
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 202
taking dan free cash flow memiliki hasil yang sama yakni 0.971 hal
memiliki hasil yang sama yakni 1.029 hal tersebut berarti variabel
dependen berada dibawah atau kurang dari 10. Hal ini dapat disimpulkan
pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
terikat terpenuhi apabila nilai residual dan nilai prediksinya tidak membentuk
pola tertentu dan menjauhi angka skala 0. Hasil analisis data menunjukkan
nilai residual dan nilai prediksinya tidak membentuk pola tertentu (acak),
Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu analisis regresi linear
pengujian data dengan metode analisis regresi linear berganda dalam penelitian
ini dapat dilihat pada tabel berikut yang telah diolah menggunakan SPSS
Statistik.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Beta
Error
(Constant
26.034 2.716 9.584 0.000
)
Risk
1 -0.017 0.004 -0.447 -4.138 0.000
Taking
Free Cash
0.638 0.31 0.222 2.055 0.044
Flow
Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2022
Y = a + b1 X1 + b2 X2
dan free cash flow tidak ada atau bernilai 0, maka ROA dapat
taking sebesar -0,017, hal ini berarti apabila nilai risk taking
(konstan).
cash flow sebesar 0.638, hal ini berarti apabila nilai free cash flow
analisis regresi linier berganda. Langkah selanjutnya akan diuji secara parsial
Tabel 4.7
statistiknya yaitu:
dewan direksi).
sig. dengan α = 0,05. Apabila t-hitung > t-tabel atau t-sig. < α = 0,05, maka H1
diterima dan H0 ditolak. Sebaliknya, apabila t-hitung < t-tabel atau t-sig > α = 0,05
Berdasarkan hasil dari uji t (uji secara parsial) diatas maka diperoleh
1. Risk Taking
Ratio) mempunyai thitung sebesar -4.138 > ttabel 1,994 dengan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05 artinya thitung > ttabel. Maka keputusannya
tinggi. Karena dalam risk-taking yang tinggi, bank lebih memilih untuk
modal.
sehingga bank lebih memilih untuk menjaga kecukupan modal bank. risk
Berdasarkan tabel 4.8 hasil uji t pada variabel free cash flow
mempunyai thitung sebesar 2,055 > ttabel 1,994, dengan nilai signifikansi
0,044 < 0.05. Maka keputusannya menerima H2, yang artinya secara
hubungan yang positif, di mana semakin tinggi free cash flow dalam
begitu juga sebaliknya semakin rendah free cash flow dalam sebuah
ini berarti semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu
signifikansi < dari α = 0,05 maka H0 ditolak. Berikut ini hasil dari uji F(uji
secara simultan).
ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
4174.23
1 Regression 8348.478 2 9.508 .000b
9
Residual 30292.48 69 439.021
Total 38640.96 71
Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2022
Berdasarkan hasil dari uji F (uji secara simultan) diatas maka diperoleh
Diperoleh nilai Fhitung > Ftabel yaitu 9.508 > 3.129 karena sig lebih kecil
dari pada nilai alpha 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk
risk taking dan free cash flow memberikan pengaruh terhadap peningkatan
pembagian dividen atas aliran kas yang tersedia yang memberikan keuntungan
0.216 atau sebesar 21.6%. Hal ini menunjukan bahwa 21,6% merupakan pengaruh
risk taking dan free cash flow terhadap pembagian dividen (DPR), sedangkan
sisanya sebesar 78,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam
model penelitian. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriyani
menunjukkan bahwa 24,9% merupakan pengaruh risk taking dan free cash flow
variabel lain yang tidak di masukkan dalam penelitian. Kinanti dan I Putu (2015)
bahwa variabel risk taking dan size mampu menjelaskan variasi nilai dari variabel
4.4 Pembahasan
Risk taking menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan
pembagian deviden suatu bank. Risk taking dapat dikatakan sebagai pengambilan
keputusan yang bersifat tak pasti serta memiliki kemungkinan untuk mengalami
kegagalan. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa hipotesis dapat diterima.
dividen. Artinya semakin besar risk taking dalam suatu bank maka semakin kecil
pembagian dividen dalam bank tersebut begitu pula sebaliknya semakin kecil
risk taking dalam suatu bank maka semakin besar pembagian dividen. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu bank yang merupakan bagian dari
Umum.
kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas
berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
membagikan dividen yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen ketika
risk taking tinggi. Hal ini dilakukan karena bank takut untuk melanggar undang-
Hubungan negatif pada hasil penelitian ini juga dapat terjadi karena
milik pemerintah atau yang biasa dikenal dengan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dengan Bank umum swasta nasional tidak memiliki perbedaan dari
segi kebijakan pembagian deviden. Perbedaan antara bank milik pemerintah dan
bank swasta nasional hanya terletak pada kepemilikan saja, bank milik
(dividen dibagi atau ditahan), hampir dipastikan pemegang saham minoritas atau
Hal ini sejalan dengan studi teoritis oleh Jensen dan Meckling (1976)
yaitu agency theory dimana dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara pemilik
manajer sebagai agen yang bertugas untuk mengelola perusahaan yang memiliki
tinggi yaitu PT Bank Danamon Indonesia Tbk pada tahun 2019 sebesar 950,15%
dengan pembagian dividen sebesar 45% dari laba bersih tahun berjalan.
Sedangkan yang nilai Z-Scorenya paling rendah PT Bank Mestika Dharma Tbk
sebesar 25% dengan keputusan tidak membagikan dividen yang artinya hal ini
membuktikan bahwa semakin besar rasio Z-Score maka semakin kecil risk
taking begitu pula sebaliknya semakin kecil rasio Z-Score maka semakin besar
risk taking. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Kinanti dan I Putu (2015), Indrayani dan Aprina (2017) yang
Free cash flow atau lebih dikenal dengan dana sisa dari kas yang telah
perusahaan. Jumlah free cash flow dalam suatu perusahaan dapat memberikan
dividen.
positif terhadap pembagian dividen. Pengaruh free cash flow terhadap dividend
payout ratio bersifat positif artinya semakin tinggi free cash flow maka
semakin tinggi dividend payout ratio. Hal ini berarti semakin besar free cash
flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan
tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pembayaran dividen. Free
(investasi tak wajar), manajer akan membagikan dividen dalam jumlah yang
sebagai adanya keuntungan yang akan diperoleh di masa yang akan datang.
Hal ini sejalan dengan studi teoritis dimana agen diasumsikan sebagai
dengan prinsipal. Dalam hal ini hasil penelitian dapat membuktikan bahwa tidak
terjadi adanya perbedaan kepentingan atau konflik antara principal dan agen,
sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pengawasan konflik keagenan pada bank
Berdasarkan lampiran 2 terlihat bahwa bank yang nilai free cash flownya
besar yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk sebesar 15,09%
pada 2018 dengan pembagian dividen sebesar 54,26% dari laba bersih tahun
berjalan. Sedangkan yang nilai free cash flownya kecil yaitu PT Bank
Nationalnobu Tbk sebesar -15,80% pada tahun 2019 dengan keputusan untuk
free cash flow yang tinggi dapat mendorong perusahaan melakukan pembagian
dividen dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, free cash flow yang rendah dapat
Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prasetyo dan
Bambang Suryono (2016), Indrayani dan Aprina (2017), Nadya Ulfa Widjaya
dan Ari Darmawan (2018) yang membuktikan bahwa free cash flow
4.4.3 Pengaruh Risk Taking dan Free Cash Flow Terhadap Pembagian
Dividen
kemungkinan aliran kas yang masuk ke bank atau aliran kas yang tersedia untuk
dibagikan kepada para pemegang saham atau pemilik dalam bentuk dividen
semakin tinggi,
memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α atau F hitung > Ftabel. Maka dari
Hal ini menunjukkan bahwa risk taking dan free cash flow secara bersama-sama
semakin tinggi pula kemungkinan aliran kas yang masuk ke bank atau aliran kas
yang tersedia untuk dibagikan kepada para pemegang saham atau pemilik dalam
bentuk dividen, karena perusahaan dengan capaian laba yang lebih tinggi akan
memiliki motivasi lebih untuk membagi dividen. Perusahaan dengan aliran kas
bebas
berlebih juga akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, dalam risk taking yang tinggi bank lebih
memilih untuk menahan labanya atau tidak membagikan dividen, karena bank
memanfaatkan laba tersebut untuk menjaga kecukupan modal bank, dan ketaatan
bank pada Undang-Undang yang tidak melakukan moral hazard (perilaku yang
cash flow atau aliran kas yang berlebih, perusahaan lebih baik membaginya
saham, free cash flow akan mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan
manakah yang masih mempunyai kemampuan di masa depan dan yang tidak,
KESIMPULAN
dividen pada bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dividen pada bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Saran
tinggi.