Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

NUR AFIYAH

14220200004

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( ) (Rizky Iftitah Alam. S.Kep.,Ns.,M.Kes)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yg melewati batas normal yaitu lebih dari
380C (Fadjari Dalam Nakita 2003).
Febris konvulsi adakah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38 0C
Yang disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadinya kenaikan suhu hingga 38 0C. atau lebih. Ada juga
yang mengambil batasan lebih dari 37,80C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C
disebut demam tinggi (Hiperpireksia) (Julia, 2000).
2. Etiologi
Menurut pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris diantaranya :
1. Suhu lingkungan
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia
4. Malaria
5. Otitis media
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan
infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolic maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut (Guyton 2000) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau
zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi.
3. Patofisiologi
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan
bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang suda ditentukan yg disebut
hypothalamus thermal set point. Pada demam hypothalamic thermal set point meningkat dan
mekanisme pengaturan suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam leukosit yg sebelumnya
telah terangsang baik oleh zat pirogen dan eksogen yg dapat berasal dari mikroorganisme
atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yg tidak berdasarkan suatu infeksi pirogen
eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
Kehilangan nafsu makan Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :
a. Demam
b. Gangguan saluran pencernaan
c. Gangguan kesadaran
d. Relaps (kambuh)
5. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan
kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi
pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi,
aortografi atau limfangiograf
6. Komplikasi
- Takikardi
- Kejang demam
- Infusiensi jantung
- infusiensi pulmonal
7. Penatalaksanaan
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan
tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya. Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :
a. Tindakan farmakologis Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antipiretik berupa:
1) Paracetamol Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan
demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat
muncul kembali dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6
jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas
bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk
menurunkan suhu tubuh. Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena
alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna,
sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu,
peningkatan suhu pada bayi baru lahir yang bugar (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya
diakibatkan oleh factor lingkungan atau kurang cairan. Efek samping parasetamol antara lain :
muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di
kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas),
hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada cacar air
(memperpanjang masa sakit).
2). Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek antiperadangan.
Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen
dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun
panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam
dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen
memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna,
rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan
koma serta gagal ginjal. 17 b. Tindakan non farmakologis Tindakan non farmakologis
terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat
yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres
meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015).
Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti
menerapkan penggunaan kompres hangat. Kompres hangat adalah tindakan dengan
menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada
bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh
(Maharani dalam Wardiyah 2016).
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses evaporasi atau
penguapan panas tubuh (Dewi, 2016). Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan
lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengan 18 temperature air 30-32oC, akan
membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses
penguapan. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah
tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar
keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh
ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015)

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian riwayat pasien dan keluarga
- Identitas klien
- Keluhann utama
- Riwayat kesehatan
- Riwayat imunisasi
- Riwayat tumbuh kembang badan
- Riwayat nutrisi
- Riwayat psikososial
- Riwayat spiritual
- Reaksi hospitalisasi
- Aktivitas sehari-hari
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan tingkat perkembangan
- Tes diagnostic
- Terapi saat ini
2. Data Fokus

BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK HIPERTERMI


EFEKTIF
DS : DS :
-Ibu klien mengatakan anaknya batuk -Ibu klien mengatakan anaknya demam
berdahak dan flu sejak 2 hari yag lalu
DO : DO :
-klien ampak lemah -Klien Nampak lemah
TTV TTV
N : 93X/menit N : 93X/menit
S : 38,50C S : 38,50C
P : 30X/Menit P : 30X/Menit

3. Analisa data

DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
DS :
-Ibu klien Batuk berdahak Bersihan jalan nafas tidak

mengatakan anaknya efektif

batuk berdahak dan


flu
DO :
-klien ampak lemah
TTV
N : 93X/menit
S : 38,50C
P : 30X/Menit
DS :
-Ibu klien
Peningkatan suhu tubuh Hipertermi
mengatakan anaknya
demam sejak 2 hari
yag lalu
DO :
-Klien Nampak
lemah
TTV
N : 93X/menit
S : 38,50C
P : 30X/Menit

4. Prioritas diagnosa
- Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Hipertermi b/d proses inflamasi

5. Rencana keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL TINDAKAN
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan OBSERVASI
nafas tidak efektif tindakan keperawatan -Monitor pola nafas
2x24 jam diharapkan (Frekuensi,
Kebutuhan klien dapat kedalaman, usaha
terpenuhi. nafas). -suara nafas
-Monitor bunyi ronchi dan
Kriteria hasil : nafas tambahan wheezing dapat
-Dapat mengeluarkan ( mis. Gurgling, mengindikasikan
sekresi secara efektif mengi, wheezing, adanya secret
-Frekuensi pernafasan ronkhi kering) atau
dalam batas yang -Monitor sputum penyempitan
normal (jumlah, warna, jalan nafas.
aroma)

TERAPEUTIK -posisi semi


-Posisikan semi fowler membuat
fowler atau fowler. kepala dan tubuh
-berikan minum dinaikkan 450
hangat dan 900
Lakukan fisioterapi menggunakan
dada jika perlu. gaya gravitasi
-lakukan untuk membantu
penghisapan lendir pengembangan
kurang dari 15 dan mengurangi
detik. tekanan
-berikan oksigen abdomen pada
jika perlu diafragma
membuat
EDUKASI oksigen dalam
-Anjurkan teknik paru-paru
batuk efektif meningkat.
-Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi.

KOLABORASI
-Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspekteron,
mukolitik, jika
perlu.
2. Hipertermi b/d Setelah dilakukan OBSERVASI
proses inflamasi tindakan keperawatan -Identifikasi
2x24 jam diharapkan penyebab hipertermi
Kebutuhan klien dapat -monitor suhu tubuh
terpenuhi. Monitor komplikasi
akibat hipertermi
Kriteria Hasil :
-suhu tubuh menurun TERAPEUTIK
hingga normal 36- -Berikan cairan oral
37 C
0
-berikan oksigen
-Suhu kulit tidak jika perlu
teraba hangat/panas -Longgarkan atau
lepaskan pakaian
-basahi dan kipasi
permukaan tubuh.

EDUKASI
-Anjurkan tirah
baring

KOLABORASI
-Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu.

6. Implementasi dan evaluasi

NO DIAGNOSA PUKUL IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Bersihan jalan 10.00 WITA -Monitor pola nafas S ; Ibu klien


nafas tidak (Frekuensi, mengatakan anaknya
efektif kedalaman, usaha masih batuk berdahak.
nafas).
-Monitor bunyi nafas O : Keadaan umum
tambahan ( mis. lemah
Gurgling, mengi, N : 100X/menit
wheezing, ronkhi S : 380C
kering) P : 26X/Menit

A : Bersihan jalan nafas


tidak efektif

P : Lanjutkan intervensi

12.00 WITA
S : Ibu klien
-Monitor sputum mengatakan anaknya
(jumlah, warna, demam disertai flu dan
aroma) batuk.

O : Ku lemah
TTV : N :
100X/menit
S : 36,80C
P : 30X/menit

A : Bersihan jalan nafas


tidak efektif

P : Masalah belum
teratasi
2. Hipertermi b/d 10.00 WITA -Identifikasi penyebab S : Ibu klien
proses inflamasi hipertermi mengatakan anaknya
demam 2 hari yg lalu
disertai batuk flu.

O : Ku lemah
N : 100X/menit,
S: 380C,
P : 26X/menit.

A: Hipertermi

P : Lanjutkan intervensi

12.00 WITA -monitor suhu tubuh


S : Ibu klien
mengatakan anaknya
demam disertai flu dan
batuk.

O : Ku lemah
TTV : N :
100X/menit
S : 36,80C
P : 30X/menit

A : Hipertermi

P : masalah belum
teratasi

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, E.I. (2015). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Jurnal Ners dan
Kebidanan vol 3 No.1, 10-14. Diakses dari www.researchgate.net pada 9 Januari 2018
Depkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

Dewi, A.K. (2016). Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Hangat Dengan
Tepid Sponge Bath pada Anak Demam. Jurnal keperawatan Muhammadiyah, 1 (1). 63-71.
Diaksesdari http://journal.um-surabaya.ac.id pada 9 Januari 2018

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Jawa Tengah 2015. Jawa Tengah:
Dinkes Jateng Fatimah, Siti Nur , dkk. (2017). Hubungan Pengukuran Lemak Subkutan
Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Laki-Laki Lanjut Usia. Jurnal Penelitian Gizi Dan
Makanan Vol 1 40 (1) Hal 29-34. Diakses dari http://ejournal.litbang.depkes.go.id pada 5 Juli
2018

Anda mungkin juga menyukai