LP Kep Anak (R.perinatologi)
LP Kep Anak (R.perinatologi)
NUR AFIYAH
14220200004
MAKASSAR
1. DEFINISI
Respiratory Distress of Neonatus (RDN) atau biasa juga disebut Respiratory
Distress Syndrome (RDS) biasa juga disebut Hyaline Membrane Disease
(HMD) Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature
dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara
kamar yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray
thorak yang spesifik, sekitar 60% bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu
mengalami RDS. RDS (Respiratori Distress Syndrom) adalah gangguan
pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda
takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap
atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik.
Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi
dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA Sindrom distres pernafasan
adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline
Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2016).
2. ETIOLOGI
Menurut Suriadi dan Yulianni (2016) etiologi RDN yaitu:
1. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka
2. Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara. Sehingga pada bayi
premature dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya
berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
3. Berat badan bayi baru lahir kurang dari 2500gram
4. Adanya kelainan di dalam dan di luar paru.
3. PATOFISIOLOGI
Faktor yang memudahkan terjadinya RDN pada bayi prematur disebabkan
oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan
kurangsempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang
sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga
paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru
sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25 % dari normal,
pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi
hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah
diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar
alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi
udara dan berwarna kemerahan seperti hati.
Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk
mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara
bagian distal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding alveoli
sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi
duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan
ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau
volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial
dan epithelial sel jalan napas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi
matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli
dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan
surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini
adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan
bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD).
4. MANIFESTASI KLINIS
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDN ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan,
semakin berat gejala klinis yang ditujukan. Manifestasi dari RDS disebabkan
adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel dan selanjutnya
menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat
fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak nafas pada
bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60
x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, re traksi dinding dada, dan
sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir.
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDN yaitu :
1. Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bonchogram udara.
2. Bercak retikulogranular homogeny pada kedua lapangan paru dan gambaran
udara terlihat jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan
jantung dengan penurunan aerasi paru.
3. Alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih
opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih
luas, keempat seluruh thoraks sangat opaque (white lung) sehingga jantung
tak dapat dilihat.
Tanda dan gejala yang muncul pada RDN :
1) Pernapasan cepat
2) Cuping hidung
3) Apnea
4) Murmur
5) Sianosis pusat
6) Pernafasan terlihat parodaks
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi
diaphragma dengan overdistensi duktus alveolar.
2. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
3. Data laboratorium
4. Profil paru
6.KOMPLIKASI
1. Komplikasi jangka pendek dapat terjadi :
a. kebocoran alveoli
b. Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat
timbul kerana tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena,
kateter, dan alat-alat respirasi
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular :
perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan
frekuensi terbanyak pada bayi RDN dengan ventilasi mekanik.
7. PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN
Saat bayi lahir dengan RDS dan gejala yang cepat terlihat, bayi akan dirawat di
neonatal intensive care unit (NICU). Ada tiga pengobatan utama untuk RDS
yaitu:
Terapi pemberian surfaktan memberikan bayi surfaktan yang kurang. Terapi ini
dilakukan dnegan memberikan surfaktan melalui selang pernapasan. Hal ini
memastikan surfaktan tidak menuju paru-paru.
Ventilator kemudian bernafas untuk bayi. Bantuan nafas yang leih tidak invasif
adalah mesin NCPAP. Hal ini dilakukan dengan memberikan oksigen melalui
hidung dengan masker kecil.
Terapi oksigen memberi oksigen kepada organ bayi melalui paru-paru. Tanpa
oksigen yang cukup, organ tidak dapat berfungsi secara tepat. Ventilator atau
NCPAP dapat memberikan oksigen. Pada kasus yang tidak parah, oksigen dapat
diberikan tanpa ventilator atau mesin NCPAP.
Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
( DM, jantung)
c. Pengkajian Fisik
d. Pemeriksaan Penunjang e.
e. Nilai APGAR
f. Pengkajian
1) Aktivitas
2) Sirkulasi
Rata-rata nadi apical 120- 160 dpm (115 dpm pada 4-6 jam,
meningkat sampai 120 dpm pada 12-24 jam setelah kelahiran).
Nadi perifer mungkin melemah, murmur jantung sering ada
selama periode transisi, TD berentang dari 60 - 8 0 mmHg
(sistolik)/40-45 mmHg (diastolik) Tali pusat diklem dengan
aman tanpa rembesan darah,menunjukan tanda-tanda
pengeringan dalam 1-2 jam kelahiran mengerut dan
3) Eliminasi
5) Neurosensor
8) Seksualitas
OBSERVASI:
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
= untuk mengetahui frekuensi kedalaman usaha nafas.
- Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering).
= untuk mengetahui pola nafas tambahan
TERAPEUTIK:
- Berikan oksigen jika perlu
EDUKASI:
- Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari jia tidak kontraindikasi.
KOLABORASI:
2. RESIKO HIPOTERMIA
Risiko hipotermia ialah berisiko mengalami kegagalan termoregulasi yang dapat
mengakibatkan suhu tubuh berada di bawah rentang normal (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017). Suhu normal bayi baru lahir adalah 360- 36,40 celcius (suhu aksila), dan
36,50-370 celsius (suhu rektal) (Maryunani, 2008).
OBSERVASI:
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
TERAPEUTIK:
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien.
EDUKASI:
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan.
KOLABORASI:
Intervensi :
( 1 ) . Kaji adanya bau atau cairan pada tali pusat
OBSERVASI:
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
TERAPEUTIK:
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien.
EDUKASI:
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan.
KOLABORASI:
Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Implementasi
adalah pengolahan dari perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan.
5. Evaluasi