Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KULIAH LAPANGAN

MATA KULIAH GEOLOGI BATUBARA

KUNJUNGAN KE PUSAT SUMBER DAYA MINERAL, BATUBARA, DAN PANAS


BUMI (PSDMBP)
BANDUNG

Disusun oleh :
RAHMADIANTY
270110170085
KELAS A

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOG


FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
ESSAY
PUSAT SUMBER DAYA MINERAL, BATUBARA, DAN PANAS BUMI

PSDMBP atau Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi terletak di Jalan
Soekarno-Hatta, Bandung. Pada tanggal 13 November 2019, mahasiswa Teknik Geologi Universitas
Padjadjaran angkatan 2017 khususnya kelas A, mendapat kesempatan untuk mengunjungi PSDMBP
dalam rangka kuliah lapangan mata kuliah
Geologi Batubara. Secara garis besar,
terdapat tiga kawasan penelitian yaitu
ruang preparasi, laboratorium fisika, dan
laboratorium kimia. Sebelum mengunjungi
ruangan dan laboratorium, mahasiswa
dikumpulkan dalam aula untuk briefing
singkat dan penjelasan mengenai
PSDMBP. Setelah briefing dan penjelasan
di aula, kami, mahasiswa dibagi menjadi
tiga kelompok untuk bergantian
mengunjugi kawasan yang ada di PSDMBP.
Ruang Preparasi
Di ruang preparasi dijelaskan mengenai cara mempersiapkan sampel batubara dari lapangan
supaya siap untuk diteliti nantinya, dan juga menentukan nilai HGI (Hardgrove Grindability Index).
Batubara yang sudah diambil dihancrkan dengan mesin ‘Crusher’, kemudian di crusher dengan suhu
40oC selama kurang lebih 4 jam. Kemudian ditimbang setelah 1-2 jam. Setelah itu digerus dengan
mesin ‘termomil’ dengan ukuran 60 Mesh.
Untuk preparasi fisika, batubara dalam bentuk bongkah dikeringkan atau di oven dengan suhu
60oC, kemudian di hancurkan dengan ‘Crusher’. Setelah itu di ayak/shaking dengan ukuran 2 mm-1,8
mm. Terkecuali untuk gambut ukurannya yaitu 1,8 mm-1,3 mm. Kemudian, dilakukan pengecoran,
yaitu memakai batubara yang sudah diayak sekitar 2-3 gram. Untuk cairan pengecoran dibuat adonan
dengan resin dan katalis dengan perbandingan 1:10, dimana 1 untuk katalis dan 10 untuk resin.
Biasanya dilakukan 2 kali penuangan ke cetakan. Kemudian tunggu hingga lubang-lubang atau gas
keluar yaitu sekitar 2 jam. Untuk metode baru pengecoran bisa memakai bijih plastic, tetapi belum
diterapkan di PSDMBP.
Setelah itu dilakukan polishing. Bisa dengan cara manual maupun otomatis. Tetapi hasilnya
lebih bagus yang manual karena bisa dikontrol dan disesuaikan. Untuk memoles digunakan amplas.
Ada tiga tahap, yaitu
1. Amplas dengan permukaan paling kasar dibandingkan
dengan dua lainnya. Memiliki grit 120. 1
2. Amplas tahap pkedua memiliki permuakaan yang sedikit
lebih halus 2
3. Amplas tahap ketiga memiliki permukaan yang lebih
halus dan saat mengamplas menggunakan pasta jenis 3
diamond ataupun alumina, dengan ukuran micron yang
berbeda-beda mulai dari 0,05; 0,3; 1; 3; 5. Dilakukan
secara bertahap untuk menghilangkan goresannya
Selanjutnya, membersihkan sisa-sisa pasta poles dengan mesin pembersih ulrasonik. Caranya
yaitu direndam dengan suhu 50-60oC selama 10 menit di mesin ultrasonic tersebut. Bidang poles
harus sampai benar-benar bersih dan berkilau dan bidangnya tidak boleh miring, agar bisa lebih
akurat dalam meneliti sampel tersebut.
Laboratorium Fisika
Pada laboratorium fisika, akan dilakukan pengamatan pertografi dari batubara. Yang diamati
dari petrografi batubara yaitu pengukuran nilai reflektan dan penghitungan komposisi maseral
batubara. Di PSDMBP, dipakai mikroskop BX 31, dengan polarisasi sinar pantul. Setiap ingin
melakukan pengukuran harus dilakukan kalibrasi terlebih dahulu.
Untuk pengukuran nilai reflektan, minimal dilakukan 3o kali pengukuran pada bagian vitrinit,
karena karakteristik batubara Indonesia memiliki maseral vitrinit yang melimpah. Pengukuran nilai
reflektan pada vitrinit juga karena nilainya cenderung konstan meningkat seiring meningkatnya rank
batubara tersebut. Menggunakan klasifikasi dari ‘Australian Standard’, juga karena karakteristik
batubara Australia masih cenderung mirip dengan karakteristik batubara di Indonesia. Yang diambil
nilai rata-ratanya (mean), dengan standar deviasi maksimal 0,05.
Selanjutnya perhitungan komposisi maseral, dilakukan untuk menentukan lingkungan
pengendapan dan microlithotype-nya. Dilakukan pada 500 titik pengamatan. Setelah persentasenya
diketahui, dapat diklasifikasikan lingkungan pengendapannya, yang mana mengacu dari buku Diesel.
Laboratorium Kimia
Pada laboratorium kimia, didapat korelasi antara nilai reflektansi dengan komposisi maseral,
yaitu untuk menentukan nilai kalori proksimat dan sulfur. Pertama pengukuran nilai kalori pada
batubara, yaitu menggunakan sistem adiabatic. Satu gram batubara dimasukkan ke bomb calorimeter
dan menggunakan pemantik benang. Setelah itu ditutup dalam keadaan vakum, dan ditambah gas
oksigen untuk memaksimalkan pembakaran. Pengukuran kalori dengan bomb calorimeter biasanya
berlangsung sekitar 170-180 detik dan hasilnya akan terbaca di computer dengan satuan cal/gr.
Biasanya batubara dengan nilai reflektan tinggi juga akan memiliki nilai kalori yang tinggi. Setelah
perhitungan kalori, dilanjutkan yaitu batubara dimasukkan ke alat pengukur nilai prosimat, dan
dipanaskan dengan suhu 100oC dengan metode gravymetri. Kemudian dilanjut ke alat volatile meter,
yaitu untuk menghitung nilai volatile. Dipanaskan dengan suhu 900oC dengan waktu 7 menit tanpa
oksigen.
Kemudian dilanjut dengan pengukuran nilai sulfur secara manual. Menggunakan proses titrasi
dengan larutan titrasi Na2B207.H2010. Pengukuran nilai persentase sulfur didapat dari (titran volume –
blank volume) x factor number. Kadar sulfur di batubara khususnya di Indonesia jarang diatas 2%.
Pada umumnya banyak ditemui batubara dengan kandungan sulfur 1-2%. Setelah itu lanjut ke mesin
ultimat yang gunanya untuk menghitung kadar C (Karbon), H (Hidrogen), dan N (Nitrogen) pada
batubara. Batubara sebanyak 0,1 gram akan dimasukkan ke alat pengukur kadarnya dan akan terbaca
di computer. Untuk menentukan nilai Fixed Carbon yaitu dengan cara : nilai 100 dikurangi (-) dengan
jumlah kadar air/kelembaan/moisture, dikurangi (-) kadar abu/ash content, dikurangi (-) jumlah zat
terbang/volatile matter.
Ruang Alat Berat
Terdapat alat pemboran dengan berbagai tipe. Contohnya tipe CS 10 yang biasanya
melakukan pengeboran hingga 500-700 meter dibawah permukaan. Terdapat alat coring , seperti inner
tube, core barrel, dan lain sebagainya.
LAMPIRAN

Gambar 1. Salah satu bagian Gambar 2. Alat ‘Crusher’ dan untuk pengukur HGI
ruang preparasi (Hardgrove Grindability Index)

Gambar 4. Alat untuk mengamplas


sayatan poles

Gambar 3. Alat polishing


Gambar 5. Alat ultrasonik untuk
otomatis
membersihkan sisa pasta pengamplasan
Gambar 8. Mikroskop dan computer yang digunakan
untuk menentukan persentase komposisi maseral

Gambar 7. Mikroskop dan computer yang digunakan


untuk menentukan nilai reflektan pada batubara
Gambar 6. Klasifikasi nilai
reflektan vitrinit untuk
menentukan rank batubara

Gambar 9. Alat Bomb calorimeter untuk Gambar 10. Alat ultimat untuk mengukur
menghitung nilai kalori pada batubara kandungan C, H, dan N pada batubara

Gambar 11. Alat berat ada bengkel eksplorasi Gambar 12. Tube yang
pemboran digunakan untuk coring

Gambar 13.Alat yang Gambar 14. Dokumentasi didepan ruang pemboran eksplorasi
dsfguhijok;m,nmbvhcgfxzds

Anda mungkin juga menyukai